You are on page 1of 14

FAKTOR BUDAYA YANG MEMPENGARUHI PERILAKU BERSIH DI

PESANTREN : KAJIAN TERHADAP KULTUR PESANTREN YANG


MEMPENGARUHI TINGKAT KESEHATAN SANTRI

Roikhatul Jannah
Poltekkes Kemenkes Jakarta III
Email : ro_ikha@yahoo.com

ABSTRACT
Islamic thought on cleanliness is well known with slogan cleanliness as part in believe.
However, problem of cleanliness particularly gudig in a Pesantren has been being common among
Indonesian. This means there is a gap between Islamic teaching, on cleanliness particularly hygiene
thought, and its implementation among santri in Pesantren. This study explains why the gap exists in
the pesantren. In 2009, the researcher observed two pesantrens in East and West Java; conducted
FGD among santri, ustadz,and board of pesantren. The researcher also interviewed Kyai and his
family member those play role as manager, leader as long as the owner of the pesantren. Indeed, this
research data then updated in Muktamar NU 2015 in Jombang, west Java, along the discussion
session about health status of Pesantren community, attended by santri, Kyai, pesantren board,
member of a parliament member from health fraction, and health practitioners.data gathered then
interpreted using ethnography perspective. The result showed that the gap between Islamic teaching
about cleanliness and its implementation in the pesantren is affected from several reason as follow: (1)
there are influences from Arabic culture imitated by pessantren community those were not always
compatible with the Indonesian cultural environment; (2) pesantren community understands the
thought in the context of ritual prayer;(3) the teaching methods in pesantren community contribute
toward understanding santri about the meaning of the thought inproperly; (4) there is a culture in the
pesantren, manifested in its apologetic language, to justify the problem of cleanliness without
attempting to do anything.
Keywords: pesantren hygiene, cleanliness, hygiene thought, hygiene culture, behaviour

ABSTRAK
Ajaran Islam tentang kebersihan sangat jelas menyatakan kebersihan adalah sebagian dari
Iman. Meski demikian fenomena masalah kebersihan dan gudig dipesantren bukan hal asing di
masyarakat Indonesia. Hal ini berarti ada gap pemahaman pengetahuan keislaman khususnya tentang
ajaran kebersihan dan implementasinya di pesantren. Penelitian ini bermaksud menguak fakta
mengapa ada gap antara kebersihan dan implementasinya di pesantren. Pada tahun 2009, peneliti
melakukan observasi di dua pesantren di Jawa Barat dan Jawa Timur, melakukan diskusi terfokus
(FGD) dengan kelompok Santri, guru dan pengelola pesantren. Peneliti juga melakukan wawancara
mendalam terhadap keluarga kyai sebagai pengelola sekaliguspemimpin dan pemilik pesantren. Data
penelitian diupdate kembali pada diskusi sesi masalah kesehatan pesantren di Muktamar NU tahun
2015 yang dihadiri santri, alumni pesantren, pengelola pesantren, tenaga ahli kesehatan, dan anggota
DPR dari fraksi yang membidangi wilayah kesehatan. Data yang didapatkan diinterpretasikan dengan
perspektif ethnografi. Hasil menunjukkkan bahwa implementasi kebersihan dan higienis di pesantren
berkaitan dengan: (1) ada pengaruh budaya arab yang ditiru komunitas pesantren, dan yang tidak
sesuai untuk diterapkan di pesantren; (2) komunitas pesantren memahami higienis dan kebersihan
berkaitan dengan ritual ibadah; (3) metode pembelajaran diduga berkontribusi terhadapan pemehaman
pengajaran yang kurang tepat; dan (4) ada budaya pesantren yang dimanifestasikan denganapologetic

language” seolah masalah higienis dan kebersihan merupakan bentuk kesederhanaan.
Kata Kunci: pesantren, higienis, kebersihan pesantren, budaya pesantren, perilaku bersih

9
10 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 4, Nomor 1, September 2016, hlm: 9 - 22

PENDAHULUAN akar penyebab munculnya penyakit


Kebersihan dan hygiene merupakan tersebut.
faktor-faktor penting yang menentukan
Pesantren merupakan kelompok
kondisi sehat seseorang. Banyak data baik
masyarakat dengan karakteristik dan
yang bersifat empiris maupun opini
budaya yang khas. Sesuai dengan ciri
menyebutkan bahwa masalah kebersihan
manusia sebagai makhluk sosial, pada saat
memungkinkan individu, komunitas, dan
mereka hidup berkelompok maka
masyarakat mengalami masalah kesehatan
muncullah berbagai interaksi, tradisi, dan
diantaranya penyakit kulit dan diare
budaya yang terbentuk baik yang
(Nasution, 2004; Ayuningtyas and
dilakukan atau muncul secara sadar
Suryaatmadja, 2011; Azizah and
maupun tidak (Rahmawati, 2016). Melihat
Setiyowati, 2011; Mahyuni, 2012;
situasi pesantren yang terdiri atas berbagai
Ningtiyas and Sungkar, 2012; Griana,
unsur individu dimulai dari pimpinan yaitu
2013; Aminah, Sibero and Ratna, 2015).
seorang Kyai sampai dengan warga yang
Di wilayah pesantren, fenomena masalah
terdiri atas Santri dan ustadz bersama
kesehatan kulit ini sempat populer dimana
keluarganya, pesantren memunculkan pola
gudig dan scabies menjadi issu sebagai
atau sistem bermasarakat yang khas,
penyakit khas dari pesantren. Banyak
berupa sistem pengajaran dan pola
penelitian yang dilakukan menemukan
kegiatan aktivitas kehidupan sehari-hari .
jumlah penderita gudig di kalangan santri
di berbagai pondok pesantren mencapai Sampai saat ini, pesantren
lebih 48,8% dari total santri di pesantren seringkali dikaji dari aspek politik atau
tersebut (Megawati, Santosa and Sumanto, fungsinya sebagai lembaga dakwah
no date; Muslih, Korneliani and Novianti, pendidikan Islam. Bahkan, issu tentang
no date; Perseorangan et al., 2007; Yasin, terorisme sempat pula marak dikaitkan
2009; Afraniza, 2011; Akmal, Semiarty dengan pesantren. Masih jarang sekali
and Gayatri, 2013; Sistri, 2013; Hapsari, penelitian yang melihat perilaku komunitas
2014; Ratnasari and Sungkar, 2014; Merti, pesantren pada issu-issu kehidupan nyata
2017). Penelitian ini menunjukkan bahwa seperti penerapan cara hidup bersih dan
perilaku sehat, sanitasi lingkungan efeknya yang dikaitkan dengan ajaran
pesantren, dan personal hygiene menjadi Islam. Seperti diketahui secara umum,
kurikulum pesantren yang bermuatan
Roikhatul Jannah, Faktor Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Bersih di Pesantren 11

tentang ajaran Islam berada di kisaran 60 and Gayatri, 2013; Griana, 2013; Sistri,
sampai 70% dimana aturan tentang 2013; Hapsari, 2014; Ratnasari and
bagaimana berperilaku hidup bersih juga Sungkar, 2014). Pada alasan kedua, banyak
tercakup di dalamnya (Maulana et al., peneliti mengamati bahwa masyarakat
2016). Oleh karena itu peneliti berasumsi pesantren, khususnya santri masih kurang
bahwa ajaran agama tentang kebersihan menyadari arti pentingnya memelihara
ini, diterapkan di pesantren dalam hygiene dan kebersihan. Banyak diantara
kehidupan sehari-hari, dan berperan dalam penghuni pesantren tidak memakai sabun
membantu memelihara tingkat kesehatan saat mandi, dengan alasan mandi yang
warga pesantren. Akan tetapi, fenomena disiram saja sudah cukup bersih dan
masalah kesehatan di komunitas pesantren membuat badan segar. Selain itu,
yang telah dipaparkan menjadi menarik pemandangan adanya sampah di hampir
untuk dikaji lebih mendalam tentang gap semua sudut area pesantren menunjukan
ajaran dan implementasi yang terjadi. bahwa komunitas pesantren masih tidak
jauh berbeda dengan khalayak di luar
Data hasil riset para pemerhati
pesantren yang kurang cukup menyadari
kesehatan pesantren, issu gudig masih
efek membuang sampah sembarangan
menjadi trend dan arak. Beberapa data
(Ikhwanudin, 2013; Maulana et al., 2016).
yang diungkapkan menyebutkan beberapa
Hal ini menggambarkan bahwa kondisi
alasan mengapa masalah gudig ini muncul
lingkungan dan berbagai situasi, tradisi,
di pesantren. Pertama, fasilitas yang
kebiasaan, baik perilaku individu maupun
tersedia di pesantren kurang cukup
sistemik di pesantren berkaitan erat dengan
memenuhi kebutuhan standar kesehatan
kondisi kebersihan dan perilaku bersih
bagi para penghuninya. Salah satu contoh
masyarakat pesantren, khususnya santri
yang bisa mendukung statemen ini adalah
yang berujung kepada munculnya masalah
kondisi dimana system sanitasi termasuk
kesehatan, diantaranya penyakit kulit yang
ketersediaan air di pesantren belum
dinamakan gudig atau skabies.
mencukupi standar kesehatan. Kondisi ini
diperburuk dengan adanya kebiasaan Dari uraian tersebut dapat dilihat
dikalangan para santri untuk menggunakan bahwa kebersihan dan hygiene menjadi
handuk secara bergantian, saling sesuatu yang sulit diraih dan
meminjami pakaian, dan berbagi alas tidur diimplementsikan di komunitas pesantren
dan selimut (Yasin, 2009; Akmal, Semiarty meskipun ajaran Islam mengajarkan secara
12 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan , Vol. 4, N omor 1, September 2016 , hlm: 9 - 22

jelas bahwa kebersihan merupakan yang berbeda, dimana Pesantren yang di


sebagian dari iman. Berinspirasikan issu Jawa Timur merepresentasikan pesantren
kesehatan di pesantren ini, penulis besar dan modern, sebaliknya Pesantren
mengkaji mengapa ada gap antara Cirebon adalah representasi dari pesantren
pembelajaran ajaran Islam tentang yang masih berkembang. Pemilihan
kebersihan dengan implementasinya di pesantren tersebut sebagai populasi
komunitas pesantren. Secara khusus, penelitian didasarkan pertimbangan bahwa
artikel bertujuan menjawab pertanyaan data yang akan diperoleh dari
sebagai berikut: (1) Materi apa saja yang penggabungan kedua pesantren tersebut
terkait dengan kebersihan, diajarkan di akan dapat digeneralisir untuk seluruh
Pesantren?; (2) Bagaimana materi ajar pesantren yang ada.
mempengaruhi kondisi kebersihan dan
Sampel yang berpartisipasi dalam
perilaku bersih di pesantren?; (3) Kegiatan
riset ini adalah berbagai elemen dari kedua
apa saja pada santri yang menjadi
pesantren. Jumlah respondent yang diambil
kebiasaan, tradisi, atau budaya yang
tidak ditentukan, dengan batasan data yang
mempengaruhi kondisi kebersihan dan
diperlukan telah mencukupi. Hal ini sesuai
perilaku bersih di pesantren?
dengan prinsip dari pendekatan kualitatif
METODE (Liamputtong & Ezzy 2005). Mengacu
bahwa Key informan yang memahami
Penelitian ini menggunakan studi dan
konteks penelitian merupakan vital dalam
analisys kualitatif dimana pendekatan yang
validitas hasil (Molocot 1990, pp. 51-52)
akan dilakukan bersifat nonnumeric,
maka peneliti mengambil sample sebagi
constructionist, subjective, naturalistic,
informan antara lain, santri,
dan contextual, sesuai dengan arahan teori
ustadz,pengurus pondok, keluarga Kyai,
dari Peter et al. (2002). Dengan cara ini,
dan Kyai, dan stake holder yang familiar
diharapkan data yang diperoleh cukup luas,
dan pernah atau bahkan masih terkait
mendalam, dan detil (Redmond, Keenan &
dengan dunia pesantren secara langsung
Landorf 2000).
serta menganut pemahaman islam
Populasi penelitian ini adalah pesantren yang digunakan dalam
komunitas pesantren: Pondok Pesantren di kehidupan sehari-hari.
Jawa Timur dan Ciwaringin Cirebon. Pengumpulan data pada riset
Kedua pesantren ini memiliki karakteristik dilakukan dengan: (1) Observasi terhadap
Roikhatul Jannah, Faktor Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Bersih di Pesantren 13

tradisi dan cultur pesantren akan dilakukan Proses analisa data dilakukan
dengan mengunjungi pesantren terpilih, dengan menginterpretasikan data yang ada
dengan tujuan agar tim lebih dekat dan dengan cara membaca field note,
memahami secara langsung situasi mendengarkan rekaman dan membaca
pesantren. Seluruh hasil observasi ini akan transkrip FGD dan interview berulang-
di dokumentasikan baik dalam bentuk ulang. Langkah selanjutnya, peneliti
gambar maupun field note; (2) untuk data mengelompokkan data dari transkrip dan
subyektif dari respondent, peneliti field note ke dalam beberapa kategori tema
menggunakan diskusi terfokus (FGD) secara umum. Pembacaan data diulang lagi
dengan kelompok Santri, guru dan untuk melihat kemungkinan tambahan
pengelola pesantren. Peneliti juga tema lain yang muncul terkait dalam
melakukan wawancara mendalam terhadap menjawab pertanyaan penelitian. Daftar
keluarga kyai sebagai pengelola sekaligus tema yang didapatkan disusun dama
pemimpin dan pemilik pesantren. Data bentuk index, dicermati kemungkinan
penelitian diupdate kembali pada diskusi dieliminasi dan modifikasi beberapa tema
sesi masalah kesehatan pesantren di untuk mendapatkan hasil yang mengerucut
Muktamar NU tahun 2015 yang dihadiri untuk bisa diinterpretasikan. Selama proses
santri, alumni pesantren, pengelola analisa, peneliti selalu mengkross cek
pesantren, tenaga ahli kesehatan, dan dengan berbagai literatur terkaitan kultur
anggota DPR dari fraksi yang membidangi pesantren.
wilayah kesehatan. Proses diskusi dan
wawancara direkam untuk memudahkan Ethnographic study
proses analisa data; (3) Konsultasi Penelitian menggunakan
literature digunakan untuk mendapatkan pendekatan ethnograpi untuk
data sekunder dan pelengkap apabila data memperdalam pemahaman tentang
primer yang dibutuhkan. Teknik ini juga berbagai masalah kebersihan dan perilaku
sebagai cross check dari data primer yang bersih di pesantren berdasarkan pedoman
diperoleh sebagai bentuk upaya menjaga Laine (1997, p. 16), yang berarti bahwa
validitas dan reabilitas hasil penelitian berbagai faktor seperti kultur religi,
(Rice & Ezzy 1999). pembelajaran religi, faktor lingkungan,
faktor sosial, nilai-nilai pesantren, tradisi,
Data Analysis
dan berbagai nilai-nilai lain yang ada pada
14 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 4, Nomor 1, September 2016, hlm: 9 - 22

pesantren menjadi bahan pertimbangan bagi Santri baik berupa ilmu, teman,
dalam melihat masalah kebersihan dan suasana tempat tinggal maupun pola
perilaku bersih yang muncul di pesantren. kebiasaan yang berbeda dengan situasi
Secara khusus penelitian melihat rumah. Pesantren merupakan pusat
keterkaitan kultur dan values pada cara peradaban yang membangun kapasitas diri
pandang santri menerapkan wacana dan santri untuk menjadi orang dengan karakter
pembelajaran Islam tentang kebersihan di memahami dan menerapkan ajaran agama
pesantren yang dimunculkan dalam Islam.
perilaku bersih, yitu, respon tindakan yang Pesantren merupakan gambaran
didasari dengan pengetahuan dan sikap, sebuah kelompok masyarakat yang tinggal
serta dilakukan secara sadar untuk di tempat tertentu dan menjalankan pola
menolong dirinya di bidang kesehatan kehidupan sehari-hari secara utuh, dengan
untuk memenuhi gizi dan menjaga sisi pemerintahan dipimpin oleh seorang
kebersihan diri dan lingkungan Kyai, dan warga yang terdiri atas santri dan
(Notoatmojo 2007; Depkes RI, 2011). ustadz. Pada kelompok masyarakat, sebuah
keluarga merupakan komponen

HASIL DAN PEMBAHASAN terkecil, sedangkan di pesantren Santri


merupakan bagian anggota komunitas
Santri dan Pesantren
terkecil yang berdiri secara individu. Hal
Pesantren bagi responden
ini menggambarkan bahwa Santri memiliki
diceritakan sebagai tempat yang dirancang
tanggung jawab baik secara pribadi
untuk bisa mencetak generasi manusia
maupun sosial sebagai anggota komunitas.
yang alim, yaitu berilmu atau pintar yang
Di pesantren Santri tinggal secara
disertai akhlaqul karimah (berakhlak,
berkelompok layaknya sebuah keluarga
berbudi pekerti, bertingkah laku baik dan
dan menempati sebuah kamar. Kelompok
mulia). Di pesantren seorang siswa atau
beranggotakan antara 15 sampai 32 Santri.
Santri ditempa untuk menjadi mandiri dan
Kelompok kamar ditujukan untuk
mengikuti berbagai peraturan yang
memudahkan pengaturan pembagian
diyakini Islami karena disusun dengan
alokasi space atau area untuk tidur dan
mengacu kepada cara hidup nabi
kegiatan informal seperti distribusi
Muhammad S.A.W. yang diambil
makanan dan kegiatan domestik lain terkait
dari literatur Islam yang disebut dengan
pembagian piket memasak, dan menjaga
kitab. Pesantren memberikan kehidupan
Roikhatul Jannah, Faktor Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Bersih di Pesantren 15

kebersihan lingkungan kamar masing- Ajaran, Kultur, Budaya dan Perilaku


masing. Sebagai anggota kamar masing Bersih Santri
masing Santri secara umum memiliki Sesuai dengan acuan bahwa perilaku
aktivitas individu masing-masing pada merupakan respon tindakan yang
kegiatan pembelajaran yang diatur secara berdasarkan pengetahuan (Notoatmojo
central untuk semua Santri dalam 2007; Depkes RI, 2011), maka pada
kelompok yang sesuai dengan tahapan kehidupan pesantren pengetahuan mengacu
pendidikannya. pada ajaran atau materi terkait kebersihan
Seluruh proses pembelajaran di yang dikembangkan dan dapatkan oleh
pesantren untuk seluruh santri diatur Santri.
dengan 'sejenis kurikulum' yang disusun Adapun kultur adalah kata lain
masing masing pesantren. Kurikulum yang budaya yang berasal dari adopsi bahasa
digunakan pada pesantren di Jawa Timur asing “culture” bermakna kebudayaan,
mengacu pada kurikulum kementerian yaitu proses kemanusiaan pada area
agama sedangkan pada pesantren di pengetahuan, kepercayaan, seni, moral,
Cirebon kurikulum yang dimaksud adalah hukum, adat istiadat, serta kemampuaan
berbagai kegiatan yang ditetapkan dan dan kebiasaan lain yang diperoleh manusia
materi yang diajarkan di pesantren (Tilaar, 2002).
tersebut. Secara umum setiap Santri
menjalankan aktivitas kehidupannya di Ajaran Islam tentang kebersihan
pesantren dimulai dari kegiatan sholat Hadis yang sering dan banyak
subuh berjamaah, mengaji sorogan (sistem diserukan antara lain „Annadzofatu minal
individu) untuk alokasi waktu pasca sholat iman‟,salah satu hadis tentang ajaran
subuh, kegiatan formal sekolah pada santri kebersihan yang menyatakan bahwa
sekolah atau mengaji pada alokasi jam kebersihan merupakan sebagian dari iman.
duha bagi santri yang tidak sekolah. Pada Hadis ini biasanya berkaitan dengan
siang sampai maghrib digunakan untuk bagaimana menerapkan kebersihan di
diniyah (sekolah khusus materi kitab atau lingkungan (Maulan, 2008). Hadis ini
ajaran agama Islam), dilanjutkan sholat sangat familiar bagi masyarakat muslim
maghrib dan isya berjamaah, diakhiri Indonesia, dan sangat mendukung ajaran
dengan mengaji bandongan (sistem kelas). tentang praktek kebersihan utama yaitu
tazkiyah, thaharah, nazhafah, dan fitrah
16 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 4, Nomor 1, September 2016, hlm: 9 - 22

(Bisri, 2008) dimana tazkiyah dan fitrah Pada ajaran tazkiyah dan fitrah,
merupakan kebersihan jiwa sedangkan kesucian/kebersihan jiwa berarti
thaharah dan nadzafah adalah kebersihan penyempurnaan kebersihan diri dengan
fisik. Konsep hadis ini diyakini dimulai amal perbuatan dan perilaku baik. Cara
dari Arab Saudi, tempat berasal Nabi yang dilakukan adalah membayar zakat
Muhammad tinggal dan hidup. Hadis-hadis dan bersedekah atau berbagi dan
tersebut menjelaskan bagaimana mendistribusikan harta atau apapun yang
mempraktekkan kebersihan terkait dengan dimiliki kepada orang lain yang
kebutuhan ritual ibadah karena syarat syah membutuhkan.
ibadah adalah suci (diartikan dalam bahasa
Indonesia dengan kata bersih). Sistem Pembelajaran di Pesantren
Thaharah dan nadzafah merupakan Ada dua metode pembelajaran yang
upaya tindakan untuk sangat dikenal berasal dari lingkungan
mensucikan/membersihkan diri dari hadas pesantren, yaitu bandongan dan sorogan.
dan najis dengan material fisik bisa berupa Metode ini juga digunakan pada
debu, batu dan air. Fokus pada setiap pembelajaran materi atau ajaran tentang
pembelajaran tentang thaharah dan kebersihan. Pada metode bandongan,
nadzafah selalu dikaitkan dengan persiapan seorang Kyai atau ustadz membacakan
ibadah sholat. Artinya, ketika orang sebuah bab dari kitab kuning, dan
terkena hadas atau najis, maka ibadah menterjemahkannya ke dalam bahasa lokal
shalat yang dilakukan tidak syah dan tidak (dalam penelitian ini yang diguunakan
diterima oleh Allah SWT. Cara ber- adalah bahasa Jawa). Pada saat yang sama,
thaharah dan nadzafah adalah dengan santri menyimak dan menulis terjemahan
mengusap, mengelap hadas atau najis yang disampaikan oleh pengajar ke dalam
dengan debu atau batu, dan menyiram kitab mereka masing-masing. Pada sat
dengan air. Praktek kebersihan ini yang pembacaan kitab yang sedang dikaji,
pernah dilakukan oleh santri adalah kadang-kadang kyai menjelaskan topic
tayamum (berwudlu dengan debu), tertentu secara lebih detil, khususnya saat
mengepel lantai, mandi, mencuci baju, ada pertanyaan. Namun pada prakteknya,
mencuci peralatan dan perlengkapan yang pertanyaan tersebut jarang sekali terjadi.
digunakan sehari-hari. Seluruh kegiatan Metode pembelajaran ini pada dasarnya
tersebut dilakukan agar ibadahnya syah. ditujukan untuk santri yang diasumsikan
Roikhatul Jannah, Faktor Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Bersih di Pesantren 17

telah memiliki kemampuan cukup dalam diinterpretasikan bahwa proses dan


memahami bahasa arab, minimal secara pemahaman makna terhadap issue yang
pasiv. Bandongan merupakan kelas besar dipelajari relative lama, dimana interaksi
yang diikuti oleh jumlah santri yang besar antara pengajar dan santri sangat terbatas.
yang sering kali dilaksanakandi teras atau Dapat diartikan bahwa santri cenderung
pendopo masjid (Dhofier, 1999; Turmudi, menghafal suatu issu yang dipelajari
1996). daripada memahami secara mendalam. Hal
Metode lain yang juga dikenal dari ini diduga terkait dengan budaya Jawa
kalangan pesantren adalah sorogan. Yaitu, yang kental dengan sifat pemalu dan
teknik pembelajaran yang diikuti oleh satu lembut dan jarang melakukan kritik
santri individual dengan satu pengajar (Turmudi, 1996). Pengalaman dari
ustadz atau santri senior yang bersifat face beberapa santri menegaskan bahwa sistem
to face. Metode ini digunakan untuk tiga pengajaran santri ditekankan untuk
tahapan pembelajaran: i) Cara membaca menghafal daripada memahami suatu issu,
dan menghafal al-Qur‟an dari dasar, ii) khususnya pad hal-hal yang
mambaca dan menghafal kalimat-kalimat terimplementasi langsung pada kehidupan
arab kitab kuning dan terjemahnya, dan iii) nyata. Ada asumsi bahwa santri bisa cukup
memahami makna dan penjelasan sebuah memahami setelah hafal materi karena
topic yang ada di kitab kuning. Pada ditemukan dan terimplementasi langsung
metode ini, ustadz membacakan kalimat dalam kehidupan sehari-hari.
dalam kitab dan menterjemahkan ke dalam Seorang informan bercerita,
bahasa local, setelahnya santri mengikuti “Cara mengajar santri adalah tidak
menekankan nilai asli, seperti tentang untuk
dan menirukan apa yang diucapkan oleh mengingat higinis, terkadang seperti
annadzofa di pesantren, bukanlah hal yang
sang ustadz dengan cara dan kata yang ditekankan untuk diimplementasikan. Santri
diajarkan untuk mengenal hadis ini dan butuh
sama. Beberapa santri yang kritis pengetahuan dan aspek kognitif untuk
menggunakan kesempatan bertanya dan memahami Artinya, santri mengenal,
mengetahui, dan menghafal arti dari hadis tapi
berdiskusi tentang topic yang sedang tidak pernah ada penekanan praktek, sehingga
kita dapat melihat seringkali tidak ada
dipelajari, namun ini sangat jarang terjadi hubungan antar pengetahuan yang dimiliki
dengan apa yng mereka lakukan.”
(Fanani, 2008; Dhofier, 1999; Turmudi,
1996). Implementasi Perilaku Bersih
Pada kedua metode pembelajaran Mengacu kepada hadist tentang
tersebut, dapat dipahami dan kebersihan, beberapa contoh
18 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 4, Nomor 1, September 2016, hlm: 9 - 22

mempraktekkan kebersihan antara lain dalam rangka bersosialisasi satu sama lain
melakukan wudlu sebelum sholat dan (video blog, 2007).
membaca al-Qur‟an; menggosok gigi Implementasi di pesantren, akan
dengan siwak sebelum sholat; mandi besar tampak kehidupan di pesantren yang mirip
setelah jima’ atau berhubungan suami istri, dengan budaya di arab, termasuk makan
dan membayar zakat fitrah dan Mal pada bersama dengan tangan tanpa sendok, tidur
bulan ramadhan untuk membersihkan diri di lantai, dan mandi bersama. Padahal,
secara rohani (Bisri, 2008) diterapkan cuaca di Indonesia sangatlah berbeda dan
secara tekstual, khususnya dalam konteks cenderung jauh lebih lembab dari Arab.
ibadah sholat. Budaya mencuci tangan pun berbeda dari
Di pesantren, praktek kebersihan masyarakat arab yang selalu menyiapkan
thaharah dan nadzafah selain konteks air cuci tangan di tempat makan. Pada
ibadah solat, diterapkan mirip dengan santri, tidak pernah jelas, apakah mereka
budaya arab yang disesuaikan dengan mencuci tangan sebelum makan karena
situasi Indonesia, khususnya pesantren. tidak ada tradisi menyiapkan wadah
Masyarakat Arab memiliki kultur tradisi pencuci tangan kecuali untuk tamu besar
duduk di lantai pada saat makan dan seperti Kyai. Bahkan, pada saat makan
menggunakan tangan tanpa menggunakan bersama mereka tidak terpikir untuk
peralatan sendok; mereka juga meyakini menghindari berbagi tempat dan peralatan
kebersihan dan higinitas dari air yang makan bersama dengan teman yang sedang
mengalir, meskipun berasal dari kanal menderita gudigan karena merasa senasib
terbuka yang seringkali dikotori sampah sepenanggungan dan hal ini bisa
bahkan terkadang ada zat kimia (DCI US menyinggung perasaan bagi penderita
ARMY, 2006; Kwintessential, 2008); gudigan.
mereka juga dikenal menyukai tidur di Seorang informan santri
lantai tanpa kasur empuk, khususnya pada menyampaikan,
musim panas, sebagai bentuk adaptasi “Sebagian besar santri tidurnya di
lantai, menggunakan baju kotor untuk
terhadap cuaca yang panas. (DCI US bantal mereka dan menggunakan handuk
bergantian dengan teman. Tapi begitulah
ARMY, 2006). Sebagian besar masyarakat santri. Banyak santri melakukan perilaku
mandi tidak teratur, mencuci baju
juga melakukan mandi bersama dengan dicampur atau dengan bergantian ember
sesame jenis kelamin, di kolam besar, yang sama ee ee pada saat yang
bersamaan. Tetapi perlu digaris bawahi
bahwa kami tidak menggunakan baju kotor
untuk sholat. Santri memakai baju yang
Roikhatul Jannah, Faktor Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Bersih di Pesantren 19

sama sepanjang hari. Mereka kemudian miskin dengan performa kumuh.


menggantungkannya di tembok, tapi
mereka menggunakan pakaian yang paling Management pesantren menasehati dan
bersih untuk sholat dan ngaji. Baju yang
digantung tadi biasanya digunakan untuk menekankan untuk menerima apapun, apa
sekolah dan saat santai dan aktivitas lain
usai sekolah, termasuk tidur.” adanya, kondisi yang terjadi di pesantren,
termasuk pengendalian dan tingkat fasilitas
Pada sisi penampilan, kalangan kebersihan di pesantren. Banyak istilah
santri sering tampil dengan baju dan sarung yang diguanakan bahwa seolah-olah
lusuh tanpa setrika dengan tetap tradisi kondisi tersebut adalah benar dengan
khas sarung dan peci. Terdapat pula santri bertameng kata barokah kalau hidup
yang sering berbagi atau saling meminjam nrimo(menerima apa adanya) dan prihatin
pakaian dan peralatan pribadi yang (sangat sederhana). Beberapa informan
menempel tubuh, seperti baju, alat makan, menyatakan bahwa, “inilah pesantren”,
peralatan mandi, selimut, dan alas tidur yang akan selalu dikembangkan dari
dengan teman-temannya meskipun teman barokah.
berbaginya sering malas mandi, saling
tukar pakaian dengan siapa saja, dan sering SIMPULAN
menggunakan pakaian kotor sebagai bantal Gap antara ajaran Islam dan
dan sarung sebagai selimut atau alas tidur. implementasi praktek kebersihan di
Hal ini dilakukan karena kebiasaan yang pesantren dengan beberapa alasan:
dibangun dari rasa‟suka menolong‟. Pertama, ajaran Islam tentang kebersihan,
yaitu thaharah, annadzofah, tazkiyah, dan
Apologetik word dan Pembenaran Kata fitrah di komunitas pesantren dipahami dan
dan Kondisi dijalankan untuk konteks ibadah ritual
Terkait dengan pembentukan secara tekstual dan diimplementasikan
karakter dan sikap budaya dipesantren dengan meniru kultur atau budaya arab
setiap ustadz menyarankan santri untuk yang cenderung tidak sesuai dengan
menerapkan gaya hidup sederhana dan dengan kondisi lingkungan, cuaca, dan
rendah hati dan mencontoh budaya Jawa budaya bangsa dan masyarakat Indonesia.
(Lukens-Bul, 1998; Woodward, M. R., Kedua, system pembelajaran di pesantren
1988). Kecenderungan yang muncul dalam mengkondisikan santri tidak memahami
praktek adalah pembelajaran bagaimana materi ajaran tentang kebersihan secara
berempaty dan bertindak menjadi orang tepat dan utuh. Sehingga berefek kepada
20 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 4, Nomor 1, September 2016, hlm: 9 - 22

perilaku bersih santri yang tidak optimal, DAFTAR RUJUKAN


karena pemahaman pengetahuan tentang
Afraniza, Y. 2011. Hubungan antara Praktik
kebersihan dijalankan kearah hafalan, Kebersihan Diri dan Angka
Kejadian Skabies di Pesantren
tanpa penekanan kearah praktek pragmatis. Kyai Gading Kabupaten Demak.
Ketiga, kegiatan santri yang terkait dengan Semarang: Universiatas
Diponegoro.
persiapan dan syarat syah ibadah Akmal, S. C., Semiarty, R. and Gayatri.
merupakan pembelajaran perilaku bersih 2013. Hubungan Personal
Hygiene Dengan Kejadian
yang baik namun sangat terbatas Skabies Di Pondok Pendidikan
Islam Darul Ulum , Palarik Air
penerapannya. Keempat, aktivitas, sikap,
Pacah , Kecamatan Koto Tangah
dan tindakan atau perilaku santri untuk Padang Tahun 2013. Jurnal
Kesehatan Andalas, 2(3):
berbagi dan menolong berbagai kegiatan 1 6 4 – 1 6 7 . Av a i l a b l e a t :
pada kehidupan sehari-hari sangat http://jurnal.fk.unand.ac.id.
Aminah, P., Sibero, H. T. and Ratna, M. G.
mempengaruhi perilaku bersih yang 2015. Hubungan tingkat
diimplementasikan. pengetahuan dengan kejadian
skabies. Jurnal Majority, 4(5):
Kelima, dalam merespon 45–51.
komplain terkait kondisi dan masalah Ayuningtyas, D. N. and Suryaatmadja, L.
2 0 11 . H u b u n g a n A n t a r a
kebersihan dan perilaku bersih santri, pihak Pengetahuan dan Perilaku
Menjaga Kebersihan Genitalia
pesantren menggunakan istilah dan tameng
Eksterna dengan kejadian
hidup nrimo dan prihatin untuk keputihan pada siswi SMA Negeri 4
Semarang. Skripsi tidak
mendapatkan barokah sebagai kata diterbitkan. Semarang: Program
apogetic dan pembenaran menjastifikasi Studi Kedokteran Universitas
Diponegoro
kondisi dan masalah kebersihan dengan Azizah, I. N. and Setiyowati, W. 2011.
upaya perubahan yang lemah pada perilaku Hubungan Tingkat Pengetahuan
Ibu Pemulung tentang Personal
bersih santri. Hygiene dengan Kejadian Skabies
pada Balita di Tempat Pembuangan
Akhir Kota Semarang, Dinamika
kebidanan, 1(1).
Culture Exchange Abroad. 2007. The
Hammam of NorthAfrica, Culture
Exchange Abroad, A video blog
dedicated to helping others travel
well by avoiding mass-tourism.
Te r s e d i a p a d a :
http://culturexchangeabroad.com/
Dhofier, Z. 1999, The Pesantren Tradition:
A Study of the Role of the Kyai in
Roikhatul Jannah, Faktor Budaya yang Mempengaruhi Perilaku Bersih di Pesantren 21

the Maintenance of the Traditional University of North Florida, Jacksonville,


Ideology of Islam in Java, Program viewed 29 June 2015,
for Southeast Asian Studies <http://www.uib.no/jais/v003ht/03-
Monograph Series Arizona State 026-047Lukens1.htm>
University, ASU, Tempe, mail: 18 Madjid, N. C. n.d, Bilik-Bilik Pesantren.
June 2008 KMNU Cairo. (online) Tersedia
Griana, T. P. 2013. Scabies: Penyebab, di:www.kmnu.org
Penanganan dan Pencegahannya. Mahyuni, E. L. 2012. Dermatosis (Kelainan
Journal El-Hayah, 4(1): 37–46. Kulit) Ditinjau Dari Aspek
Ti l a a r, H . A . R . 2 0 0 2 . P e n d i d i k a n Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Kebudayaan dan masyarakat Madani Pada Pemulung Di TPA Terjun Medan
Indonesia. Bandung : PT. Remaja Marelan. Media Kesehatan
Rosda Karya. M a s y a r a k a t I n d o n e s i a , 11 ( 2 ) :
Hapsari, N. I. W. 2014. Hubungan 101–109.
Karakteristik , Faktor Lingkungan dan Mahyuni, S. 2007. Waspadai Gatal-gatal
Perilaku dengan Kejadian Scabies di yang Menyerang Anda, Medan Bisnis
Pondok Pesantren Darul Amanah Online, MedanBisnisOnline.com.
D e s a K a b u n a n . Te s i s t i d a k Diakses 5 May 2015. Tersedia di:
diterbitkan. Semarang: Universitas http://www.medanbisnisonline.com
Dian Nuswantoro Semarang Masruh, M. 2008. Penyakit Gatal-Gatal.
Ikhwanudin, A. 2013. Perilaku Kesehatan Pondok Modern Gontor. Ponorogo.
Santri : Studi Deskriptif Perilaku Diakses pada 6 May 2015. Tersedia
Pemeliharaan Kesehatan , Pencarian di:http://gontor.ac.id/file/index.php
Dan Penggunaan Sistem Kesehatan Megawati, R., Santosa, B. and Sumanto, D.
Dan Perilaku Kesehatan Lingkungan n. d. Gambaran kejadian penyakit
Di Pondok Pesantren Assalafi Al Skabies di Ponpes Al Itqon di Patebon
Fithrah ,Surabaya. Journal Sosial dan Kendal. Jurnal Litbang Universitas
Politik. Muhammadiyah Semarang. (online)
Kwintessential Ltd. 2008. Saudi Arabia - h a l 1 8 – 2 2 . Te r s e d i a d i :
Language, Culture, Customs and http://jurnal.unimus.ac.id.
Etiquette. Kwintessential Cross Merti, L. G. I. A. 2017. Hubungan Skabies
Culture Solutions, Somerset, diakses dengan Prestasi Belajar pada Santri
p a d a 2 0 J u n e P o n d o k P e s a n t re n d i B a n d a r
2008<http://www.kwintessential.co.u Lampung. Tesis tidak diterbitkan.
k/resources/global-etiquette/saudi- Lampung: Universitas Bandar
arabia-country-profile.html> Lampung.
Laine, M.D. 1997. Ethnography: Theory Muslih, R., Korneliani, K. and Novianti, S.
and Application in Health Research, n.d. Hubungan Personal Hygiene
Sydney: Maclennan and Pretty. dengan kejadian Skabies pada Santri
Liamputtong, P. and Ezzy, D. 2005. di Pondok Pesantren Cipasung
Qualitative Research Methods, Kabupaten Tasikmalaya. (online)
Melbourne: Oxford University Press, Diakses pada 24 Juli 2015. Tersedia
Lukens-Bul, R. A. 1998. Teaching Morality: di: https://journal.unsil.ac.id/
Javanese Islamic Education in a
Global Era.
22 Jurnal Ilmu Teknologi Kesehatan, Vol. 4, Nomor 1, September 2016, hlm: 9 - 22

Nasution, S. K. 2004. Meningkatkan Status Faculty of the Arts. Canberra: ANU E Press.
Kesehatan melalui Pendidikan Diakses pada: 2 JunI 2014.
Kesehatan dan Penerapan Pola <http://epress.anu.edu.au/islamic/u
Hidup Sehat. Digitized by USU digital mma/pdf/umma-whole.pdf >
library. November 1999: 1–6. Wolcott, H. F. 1990. Making Study 'More
Office of the Deputy Chief of Staff for Ethnographic' ', Journal of
intelligence US Army Training and Contemporary Ethnography, vol 19,
Doctrine Commend (DCI US ARMY). no 1, April, pp. 51-52, Delivery
2006. Arab Cultural Awareness, Service article Flinders University,
Tradoc DCINT Handbook no.2. email 30 June 2008.
Kansas. Diakses pada 23 June 2015. Yasin. 2009. Prevalensi Skabies dan Faktor-
Te r s e d i a d i : Faktor yang mempengaruhinya pada
http://www.fas.org/irp/agency/army/ siswa-siswi Pondok Pesantren Darul
arabculture.pdf M u j a h a d a h K a b u p a t e n Te g a l
Rahmawati, R. F. 2016. Konseling Budaya Provinsi Jawa Tengah Bulan Oktober
Pesantren: Studi Deskriptif Terhadap t a h u n 2 0 0 9 . Te s i s t i d a k
Pelayanan Bimbingan Konseling dipublikasikan. Jakarta: Universitas
Bagi Santri Baru - Kebudayaan Islam Negeri Syarif Hidayatullah
merupakan suatu karya manusia
yang', Jurnal Bimbingan Konseling
Islam, 7(1): 61–84.
Ratnasari, A. F. and Sungkar, S. 2014.
Prevalensi Skabies dan Faktor-faktor
yang Berhubungan di Pesantren X ,
Jakarta Timur. eJournal Kedokteran
Indonesia. 2(1), pp. 7–12. doi:
10.23886/ejki.2.3177.
Rice, PL & Ezzy, D 1999, 'Rigour, ethics and
sampling', in Qualitative research
methods, Oxford University Press,
Melbourne.
Sahal, H 2007, Humor Ngaji Kaum Santri.
Pustaka pesantren, Jakarta.
Sistri, S. Y. 2013. Hubunagan Personal
Hygiene dengan Kejadian Skabies di
P o n d o k P e s a a n t re n A s - S a l a m
Surakarta.Tesis tidak dipublikasikan.
Surakarta: Universitas
Muhammadiyah Surakarta
Turmudi, E., 1996. Struggling for the
Umma: Changing Leadership Roles
of Kiai in Jombang, East Java. Thesis.
Department of Sociology

You might also like