Professional Documents
Culture Documents
Abstract: PT Freeport Indonesia (PT FI) applies strict rule to prevent vehicle accident. In fact,
the number of vehicle accident is recorded highly enough. The objectives of the research are
to (1) identify the most influential factor to the number of light vehicle accident; (2) formulate
the right planning to reduce the number of light vehicle accident; (3) provide recommendation
to PT FI management to reduce the number of light vehicle accident at PT FI. The research
applies used primary and secondary data resource. Secondary data taken from report data of
vehicle accident is grouped using Contributory Factor Interaction Model (CFIM) to identify
the causing factor of the accidents cause. Afterwards, identification of program improvement
planning is conducted using Analytical Hierarchy Process (AHP). The result of the research
conveys that the most influential factor of light vehicle accident at PT FI is unsafe behavior
of the driver. The right planning to reduce the number of light vehicle accident at PT FI, it is
suggested to is conduct the human resources planning by providing training to improve soft
skill and hard skill of the driver. Based on this influential factor and the AHP result, the right
planning as a recommendation to PT FI Management to reduce the number of light vehicle
accident is by applying short- and long-term human resources planning.
Abstrak: PT Freeport Indonesia (PT FI) menerapkan aturan yang ketat untuk mencegah
kecelakaan kendaraan. Pada kenyataannya angka kecelakaan akibat pengoperasian kendaraan
ringan tercatat masih cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan (1) mengidentifikasi faktor yang
paling berpengaruh terhadap jumlah kecelakaan akibat pengoperasian kendaraan ringan di
PT FI; (2) merumuskan perencanaan yang tepat untuk menurunkan jumlah kecelakaan akibat
pengoperasian kendaraan ringan di PT FI; (3) memberikan rekomendasi yang akan dilakukan
oleh manajemen PT FI untuk menurunkan jumlah kecelakaan akibat pengoperasian kendaraan
ringan di PT FI. Penelitian ini menggunakan jenis sumber data primer dan sekunder. Data
sekunder dari data laporan kencelakaan kendaraan dikelompokkan menggunakan Contributory
Factor Interaction Model (CFIM) untuk mengidentifikasi faktor penyebab keceakaan.
Selanjutnya dilakukan identifikasi perencanaan perbaikan program menggunakan Analytical
Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor yang paling berpengaruh
terhadap kecelakaan akibat pengoperasian kendaraan ringan di PT FI adalah akibat perilaku
tidak aman pengemudi. Perencanaan yang paling tepat untuk menurunkan jumlah kecelakaan
akibat pengoperasian kendaraan ringan di PT FI adalah perencanaan sumberdaya manusia
dengan memberikan pelatihan peningkatan softskill dan hardskill pada pengemudi. Berdasarkan
faktor yang memengaruhi dan hasil AHP, perencanaan yang paling tepat sebagai rekomendasi
menurunkan kecelakaan akibat pengoperasian kendaraan kepada manajemen PT FI adalah
dengan menerapkan perencanaan sumber daya manusia jangka pendek dan jangka panjang.
1
Alamat korespondensi:
Email: osuprati@fmi.com
724 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 7 No. 3, September 2021
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
melakukan identifikasi untuk mendapatkan perbaikan pada penelitian ini sebanyak lima orang. Satu orang
program pencegahan terhadap kecelakan akibat assessor lisensi mengemudi kendaraan ringan PT FI,
pengoperasian kendaraan. Pendekatan penyelesaian satu orang petugas OHS PT FI, dua orang petugas OHS
masalah menggunakan data sekunder kecelakaan Non-PT FI dan satu orang responden external yang
kendaraan yang tercataat di PT FI. Faktor-faktor merupakan praktisi keselamatan jalan – Politeknik
yang berpengaruh terhadap kecelakaan kendaraan APP dan instructor dari Indonesian Defensive Driving
didapatkan dari pengelompokan penyebab kecelakaan Center (IDDC) Instructor. Metode yang digunakan
hasil investigasi. Indentifikasi perbaikan program untuk melakukan identifikasi faktor-faktor penyebab
pencegahan kecelakaan melalui diskusi dan pendapat kecelakaan adalah Contributory Factor Interaction
pakar selanjutnya dianalisis menggunakan Analytical Model (CFIM). Data sekunder penyebab kecelakaan
Hierarchy Process (AHP). berdasarkan hasil investigasi dikelompok-kelompokkan
menggunakan CFIM untuk mendapatkan faktor-faktor
Tujuan dari penelitian ini adalah (1) mengidentifikasi penyebab kecelakaan.
faktor yang paling berpengaruh terhadap jumlah
kecelakaan akibat pengoperasian kendaraan ringan di Metode untuk identifikasi perbaikan program
PT FI; (2) merumuskan perencanaan yang tepat untuk menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).
menurunkan jumlah kecelakaan akibat pengoperasian Langkah-langkah metode AHP adalah menyusun
kendaraan ringan di PT FI; (3) memberikan rekomendasi hirarki AHP, membuat kuesioner untuk diberikan
yang akan dilakukan oleh manajemen PT FI untuk penilaian oleh pakar dan mengolah data dari kuesioner
menurunkan jumlah kecelakaan akibat pengoperasian menggunakan software super decission 2.8.0. Hipotesis
kendaraan ringan di PT FI. Ruang lingkup penelitian pada penelitian ini berdasarkan pada penelitian
ini menitikberatkan pada perencanaan menurunkan sebelumnya yang dilakukan oleh Qin dan Zhang (2016).
jumlah kerusakan properti dan cidera akibat kecelakaan Pada penelitian tersebut teknologi keamanan, fasilitas
pengoperasian kendaraan ringan di area kerja PT keselamatan dan lingkungan luar adalah faktor yang
Freeport Indonesia. berpengaruh dalam kecelakaan akibat pengoperasian
kendaraan di jalan tambang.
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 725
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 7 No. 2, September 2021
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
Evaluasi
Alternatif pilihan
Implikasi manajerial
726 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 7 No. 3, September 2021
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
Kondisi Praktik Kurang- Peren- Gagal Pelang- Resource Organi- Organi- Peraturan
Kesalahan Pelang- pengemudi mengemudi nya pen- canaan mem- garan manage- zation zation dan Kondisi Cuaca Pengguna
SUBKRITERIA yang tidak yang tidak penga- ment prosedur jalan (0,206) jalan lain
(0,371) garan gawasan yang tidak perbaiki climmate process
aman aman masalah wasan (0,254) (0,252) berkendara (0,276) (0,519)
(0,629) (0,181) tepat (0,212)
(0,187) (0,813) (0,281)
(0,404) (0,148) (0,222)
Memberikan Memberikan Memberikan Menerapkan Pengawas Mengganti Menam- Membuat Menambah- Mening- Memantau
pelatihan fatal risk kendaraan Meningkat- bahkan Memberikan kan lampu katkan dan
reword tes psikologi melakukan peraturan
peningkatan management dengan kan kualitas teknologi sangsi yang penerangan perawatan meningkat-
kepada untuk observasi dan
ALTERNATIF softskill dan (frm) spesi- maintenance keselama- tepat dan rambu- dan kan kualitas
pengemudi mendapat- berkala kebijakan
hardskill pada (0,196) fikasi sesuai kendaraan tan pada (0,072) rambu jalan pembersihan konstruksi
selamat kan lisensi terhadap yang tepat
pengemudi medan (0,077) kendaraan (0,012) (0,022)
(0,063) mengemudi pengemudi (0,083) jalan
(0,289)
(0,061) (0,043) (0,032) (0,045) (0,025)
Identifikasi Faktor Penyebab Kecelakaan dibawah standar. Kategori pengawasan tidak memadai
dibagi menjadi empat subkategori, yaitu kurangnya
Data kecelakaan kendaraan yang tercatat di PT FI cukup pengawasan, perencanaan yang tidak tepat, gagal
terbatas sehingga tidak bisa mendapatkan data secara memperbaiki masalah dan pelanggaran pengawasan.
keseluruhan. Data kecelakaan kendaraan ringan yang Kategori pengaruh organisasi dibagi menjadi empat
digunakan sebagai dasar menentukan faktor penyebab subkategori, yaitu resource management, organization
kecelakaan adalah data pada pada Daily Incident Report, climmate, organization process dan peraturan dan
Internal Safety Incident Investigation Report (ISIIR) prosedur berkendara. Kategori faktor lingkungan dibagi
dan Incident Management System (IMS). Data causal menjadi tiga subkategori, yaitu kondisi jalan, cuaca
factor kecelakaan kendaraan ringan secara lengkap dan pengguna jalan lain. Akar penyebab kecelakaan
yang bisa didapatkan hanya antara bulan Juli 2020 hasil investigasi pada ISIIR dan IMS dimasukkan pada
sampai dengan bulan November 2020. Data penyebab masing-masing subkriteria sesuai pengelompokannya.
kecelakaan hasil investigasi yang tercatat pada ISIIR Hasil pengelompokan ini mendapatkan tiga kelompok
dan IMS pada periode bulan ini dikelompokkan kategori/faktor yang berpengaruh terhadap jumlah
menggunakan Contributory Factor Interaction Model kecelakaan akibat pengoperasian kendaraan ringan
(CFIM), (Zhang et al. 2018) untuk menentukan faktor- di PT FI. Kelompok kategori yang pertama adalah
faktor penyebab kecelakaan. Pada CFIM terbagi perilaku tidak aman (82,7%), dengan subkategori
menjadi lima ketegori penyebab kecelakaan, yaitu kesalahan sebesar 62,2% dan pelanggaran 20,5%.
perilaku tidak aman, prasyarat perilaku tidak aman, Kedua, pengawasan tidak memadai (6,4%), dengan
pengawasan tidak memadai, pengaruh organisasi subkategori gagal memperbaiki masalah sebesar 6,4%.
dan faktor lingkungan. Kategori perilaku tidak aman Dan ke tiga, pengaruh organisasi (10,9%), dengan
dibagi menjadi dua subkategori, yaitu kesalahan dan subkategori resource management sebesar 10,9%. Data
pelanggaran. Kategori prasyarat perilaku tidak aman yang ditampilkan diatas hanya dalam kurun waktu lima
juga dibagi menjadi dua subkategori, yaitu kondisi bulan, faktor lain di luar bulan ini diasumsikan serupa.
pengemudi yang tidak aman dan praktik mengemudi
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 727
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 7 No. 2, September 2021
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
Identifikasi Perbaikan Program merupakan program yang saat ini sudah berjalan
maupun yang belum berjalan. Diberikan dua sampai
Pada penelitian ini AHP digunakan sebagai metode tiga alternatif masing-masing tujuan mendapatkan
untuk menentukan perencanaan dalam perbaikan alternatif yang berpotensi efektif untuk keberhasilan
program pencegahan kecelakaan akibat pengoperasian penerapan perencanaan.
kendaraan ringan di PT FI. Pada metode AHP ada 1. Memberikan pelatihan peningkatan softskill dan
tiga prisip yang harus dilakukan, yaitu dekomposisi, hardskill pada pengemudi: pelatihan peningkatan
penilaian perbandingan dan sintesis prioritas (Saaty, softskill pada pengemudi bertujuan untuk
1986). Hierarki disusun dari tingkat atas yang meningkatkan kepedulian terhadap tanggung jawab
merupakan fokus dari sudut pandang manajerial, dan keselamatan serta meningkatkan pemahaman
kemudian tingkat menengah yang berupa kriteria terhadap peraturan berkendara serta penanganan
di mana tingkat selanjutnya bergantung ke tingkat kondisi darurat seperti rem tidak berfungsi, kerusakan
terendah yang biasanya berupa daftar alternatif (Kearns steering dan sebagainya (Zhang dan Kecojevic,
dan Saaty, 1985). 2015). Pelatihan berpengaruh positif dalam upaya
meningkatkan motivasi karyawan (Riani et al.
Hirarki AHP pada penelitian ini disusun menjadi enam 2017) salah satunya dalam hal mematuhi peraturan
level (Gambar 2). Level pertama adalah goal yaitu dan prosedur keselamatan berkendara.
perencanaan mencegah kecelakaan kendaraan. Level 2. Menerapkan Fatal Risk Management (FRM),
ke dua yaitu aktor. Pengemudi kendaraan ringan di Pedoman Freeport Safety and Health (FRESH)
PT FI bukan hanya karyawan PT FI saja, namun juga GDL-504-PT FI-0014 tentang Pengelolaan Risiko
karyawan mitra atau perusahaan kontraktor/Non-PT FI Fatal/Fatal Risk Management (FRM). Penerapan
yang mendukung operasional PT FI. Oleh karena itu manajemen pencegahan keselamatan yang tepat
pada level aktor ini menggunakan dua elemen, yaitu dapat mencegah terjadinya kecelakaan kendaraan
PT FI dan Non-PT FI/Kontraktor. Level ketiga adalah (Jeong et al. 2016).
kriteria. Untuk mendapatkan analisa yang lebih akurat 3. Membuat peraturan dan kebijakan yang tepat,
maka lima kategori pada CFIM dimasukkan semua mengidentifikasi komponen dan perangkat
pada level kriteria hirarki AHP. Lima kriteria ini, yaitu kebijakan dan melakukan evaluasi serta perbaikan
perilaku tidak aman, prasyarat perilaku tidak aman, berkesinambungan berdampak positif dalam
pengawasan tidak memadai, pengaruh organisasi dan mengembangkan dan menilai strategi keselamatan
faktor lingkungan. Level keempat adalah subkriteria. jalan raya (Hughes et al. 2016). Peraturan dilarang
Pada level ini dimasukkan semua subkategori pada CFIM menggunakan telpon genggam saat berkendara
menjadi elemen subkriteria. Maka elemen lima belas dapat menurunkan jumlah kecelakaan kendaraan
subkriteria ini adalah: kesalahan, pelanggaran, kondisi (Brusque dan Alauzet, 2008).
pengemudi yang tidak aman, praktik mengemudi yang 4. Meningkatkan kualitas maintenance kendaraan,
tidak aman, kurangnya pengawasan, perencanaan yang meningkatkan keamanan kendaraan dan spesifikasi
tidak tepat, gagal memperbaiki masalah, pelanggaran teknis merupakan salah satu strategi pencegahan
pengawasan resource management, organization kecelakaan kendaraan (Sandhyavitri et al. 2017).
climate, organization process, peraturan dan prosedur 5. Memberikan sangsi yang tepat, sangsi yang
berkendara, kondisi jalan, cuaca dan pengguna jalan diterapkan sesuai dengan prosedur yang benar akan
lain. Elemen subkriteria dihubungkan dengan elemen berpengaruh besar untuk meningkatkan perilaku
kriteria berdasarkan pengelompokan pada CFIM. Level pengemudi untuk disiplin mematuhi peraturan
kelima adalah tujuan. Pada level ini hasil diskusi dengan berkendara (Holillulloh dan Adha, 2013).
pakar berdasarkan elemen kriteria dan subkriteria maka 6. Memberikan tes psikologi untuk mendapatkan
ditentukan lima elemen. Elemen pada level tujuan ini lisensi mengemudi. Kepribadian pengemudi dapat
yaitu: perencanaan sumberdaya manusia, perencanaan menjadi faktor penyebab kecelakaan (Trimpop dan
pengawasan yang memadai, perencanaan kelayakan Kirkcaldy, 1997).
kendaraan, perencanaan dan peraturan prosedur 7. Menambahkan teknologi keselamatan pada
berkendara dan perencanaan infrastruktur jalan. Level kendaraan, penerapan teknologi keselamatan pada
terakhir adalah alternatif. Pada level ini dimasukkan kendaraan juga sangat membantu untuk pencegehan
tiga belas elemen yang merupakan hasil kajian literatur kecelakaan kendaraan (Zhang dan Kecojevic,
dan diskusi dengan pakar, elemen-elemen ini juga 2015). Perkembangan teknologi dapat membantu
728 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 7 No. 3, September 2021
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
meningkatkan keselamatan dalam berkendara (Ren CI= 0,03. Subkriteria yang berpengaruh terhadap
et al. 2019) kriteria prasyarat perilaku tidak aman adalah
8. Memberikan reword kepada pengemudi selamat, praktik mengemudi yang tidak aman (bobot 0,813).
sekecil apapun pemberian reword akan memberikan Praktik mengemudi tidak aman ini bisa disebabkan
pengaruh positif untuk meningkatkan kedisiplinan oleh kurangnya pengetahuan dan keterampilan
karyawan terhadap peraturan (Siahaan, 2013). pengemudi dalam berkendara.
9. Pengawas/atasan melakukan observasi berkala 3. Level subkriteria, yang berpengaruh terhadap
terhadap pengemudi. Pengawasan yang memadai kecelakaan pada kriteria perilaku tidak aman adalah
terhadap pengemudi dapat mengurangi jumlah pelanggaran, dengan bobot 0,629 dan CI = 0.
kecelakaan kendaraan (Xiong dan Mannering, Pada kriteria prasyarat perilaku tidak aman adalah
2013). praktik mengemudi yang tidak aman dengan bobot
10. Mengganti kendaraan sesuai spesifikasi medan, 0,813 dan CI = 0. Pada kriteria pengawasan yang
meningkatkan keamanan kendaraan dan spesifikasi tidak memadai adalah perencanaan yang tidak tepat,
teknis merupakan salah satu strategi pencegahan dengan bobot 0,404 dan CI = 0,08. Pada kriteria
kecelakaan kendaraan (Sandhyavitri et al. 2017). pengaruh organisasi adalah peraturan dan prosedur
11. Meningkatkan perawatan dan pembersihan jalan berkendara, dengan bobot 0,281 dan CI = 0,03.
secara berkala, penerapan pemeliharaan jalan yang Pada faktor lingkungan yang berpengaruh adalah
baik merupakan salah satu strategi dalam pencegahan pengguna jalan lain, dengan bobot 0,519 dan CI =
kecelakaan lalu lintas (Borovik et al. 2018). 0,005.
12. Memantau dan meningkatkan kualitas konstruksi, 4. Level tujuan, yang berpengaruh terhadap kecelakaan
menciptakan infrastruktur yang baik dapat kendaraan adalah perencanaan sumberdaya manusia,
meningkatkan keselamatan lalu lintas (Ahmadi et dengan bobot sebesar 0,410 dan CI = 0,03. Kriteria
al. 2018). yang berperan adalah prasyarat perilaku tidak
13. Menambahkan lampu penerangan dan rambu- aman (bobot 0,404). Sedangkan subkriteria yang
rambu jalan, identifikasi daerah rawan kecelakaan, berpengaruh adalah praktik mengemudi yang tidak
melakukan pemasangan rambu lalu lintas, aman dengan bobot 0,813.
memperbaiki marka jalan dan pemasangan 5. Level alternatif peringkat tertinggi dengan bobot
penerangan jalan untuk meningkatkan strategi 0,289 yaitu memberikan pelatihan peningkatan
keselamatan jalan (Sandhyavitri et al. 2017). Rambu- softskill dan hardskill pada pengemudi, dengan
rambu peringatan harus dipasang pada daerah yang CI sebesar 0,03. Alternatif ini merupakan bagian
berbahaya. Jalan yang licin bisa menyebabkan dari tujuan perancanaan sumberdaya manusia
kecelakaan (Malin et al. 2019). (bobot 0,410). Alternatif ini dipengaruhi oleh dua
kriteria, yaitu perilaku tidak aman (bobot 0,208)
Data yang didapatkan melalui kuesioner yang sudah dan prasyarat perilaku tidak aman (bobot 0,404),
diberikan penilaian oleh pakar dilakukan pengolahan dipengaruhi juga oleh empat subkriteria, yaitu
dengan menggunakan software super decision 2.8.0. kesalahan (bobot 0,371), pelanggaran (bobot 0,629)
Consistensy Index (CI) dapat diterima atau disebut kondisi pengemudi yang tidak aman (bobot 0,187)
konsisten jika < 0,1. Hasil analisis sebagai berikut: dan praktik mengemudi yang tidak aman (bobot
1. Level aktor, yang berpengaruh terhadap kecelakaan 0,813). Berdasarkan data kecelakaan di PT FI antara
kendaraan di area kerja PT FI adalah pengemudi bulan Juli 2020 sampai dengan November 2020,
dari karyawan Non-PT FI / kontraktor, dengan kriteria perilaku tidak aman menjadi penyebab
bobot 0,709, dan CI = 0. Hal ini selaras dengan kecelakaan sebanyak 82,7%, prasyarat perilaku
data kecelakaan bulan Juli 2020 sampai dengan tidak aman sebanyak 0%, sedangkan subkriteria
November 2020. Pengemudi dari karyawan Non kesalahan sebanyak 62,2%, pelanggaran 20,5%,
PT FI/kontraktor yang mengalami kecelakaan kondisi pengemudi yang tidak aman 0% dan
sebanyak 46 kejadian (62%), sedangkan pengemudi praktik mengemudi tidak aman juga 0%. Untuk
dari karyawan PT FI sebanyak 28 kejadian (38%). mencapai goal aktor yang berperan penting dalam
2. Level kriteria, yang berpengaruh terhadap alternatif scenario ini adalah karyawan Non PT FI/
kecelakaan kendaraan adalah prasyarat perilaku Kontraktor.
tidak aman, dengan bobot sebesar 0,404, dan
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 729
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 7 No. 2, September 2021
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Qin dan Learning and Organizational (L&OD), divisi OHS,
Zhang (2016) pada evaluasi keselamatan kendaraan dan divisi Maintenance. Divisi L&OD melakukan
jalan tambang menunjukkan bahwa teknologi keamanan perubahan pada prosedur untuk mendapatkan lisensi
yang paling berpengaruh untuk meningkatkan kendaraan ringan dengan memberikan penambahan
pencegahan kecelakaan kendaraan. Pada penelitian ini prosedur pada proses untuk mendapatkan lisensi baru,
menunjukkan bahwa pelatihan peningkatan softskill sebelum melakukan tes tertulis dan tes praktek calon
dan hardskill pada pengemudi yang paling berperan pengemudi harus mendapatkan serangkaian pelatihan
dalam meningkatkan keselamatan dalam berkendara. pembekalan berupa pelatihan LV Awareness secara
Penerapan teknologi keselamatan kendaraan pada teori di dalam kelas dan praktik mengemudi untuk
penelitian ini hanya menempati peringkat tujuh pada penanganan kondisi darurat menggunakan LV Simulator.
level alternatif AHP. Menunjukkan bahwa di PT FI yang Divisi OHS melakukan evaluasi dan perbaikan
paling berperan menjadi penyebab kecelakaan adalah terhadap peraturan, prosedur dan rambu-rambu jalan
pengemudi yang melakukan kesalahan, pelanggaran, serta melakukan razia / sweeping terhadap pengemudi
mengemudi dengan kondisi tidak aman dan akibat untuk memastikan kepatuhan terhadap aturan. Divisi
praktik mengemudi yang tidak aman. Maintenance membuat jadwal Prefentive Maintenance
(PM) khusus pemeriksaan brake system setiap kendaraan
Rekomendasi yang bisa diberikan untuk dilakukan menempuh jarak 2500 KM diluar PM general yang
oleh manajemen PT FI untuk menurunkan jumlah dilakukan setiap kendaraan menempuh jarak 5000
kecelakaan kendaraan ringan di PT FI adalah KM. Data kecelakaan periode Juli hingga November
perencanaan sumberdaya manusia (bobot 0,410) dengan 2020 menunjukkan program ini efektif menurunkan
cara menerapkan alternatif memberikan peningkatan kecelakaan hingga 44%. Sebelum program ini berjalan
softskill dan hardskill pada pengemudi (bobot 0,289). kecelakaan kendaraan dari data tahun 2017 hingga
Peningkatan softskill dalam bentuk pelatihan kesadaran bulan Mei 2020 rata-rata sebanyak 27 kecelakaan per
berkendara yang aman dan peningkatan pemahaman bulan dan tidak sedikit menimbulkan kerusakan properti
tentang peraturan berkendara. Pelatihan ini diharapkan kategori berat, cedera pada karyawan bahkan korban
mampu menurunkan kecelakaan terkait dengan jiwa. Pada periode lima bulan setelah berjalan program
subkriteria pelanggaran dan kondisi pengemudi yang ini hanya terjadi 74 kecelakaan. Kerusakan properti
tidak aman. Pelanggaran yang dilakukan pengemudi sebanyak 77 kendaraan kategori ringan dan sedang
seperti gagal mematuhi peraturan dan tidak memastikan dengan estimasi biaya perbaikan sebesar US$57.750.
kondisi kendaraan yang aman dengan melakukan Pada periode ini tidak terjadi cedera serta kematian
pemeriksaan awal sebelum operasi diharapkan tidak pada karyawan akibat kecelakaan kendaraan. Program
terjadi lagi. Kondisi pengemudi yang tidak aman yang pencegahan kecelakaan tidak boleh hanya berhenti
dapat menyebabkan kecelakaan seperti dalam pengaruh disini, perlu ditingkatkan lagi untuk mendapatkan hasil
alkohol dan kelelahan dapat dicegah. Peningkatan yang maksimal, sehingga kecelakaan kendaraan bisa
hardskill dalam bentuk pelatihan peningkatan lebih diturunkan lagi, bahkan dihilangkan. Melalui
keterampilan dalam berkendara dilakukan dalam hasil identifikasi perbaikan program pencegahan
upaya untuk mencegah kecelakaan terkait subkriteria kecelakaan menggunakan AHP maka PT FI dapat
kesalahan dan praktik mengemudi dibawah standar. menerapkan perencanaan sumberdaya manusia yang
Kesalahan pengemudi seperti gagal mengamankan merupakan peringkat tertinggi pada level tujuan AHP,
dan ketidakmampuan mengambil keputusan yang dengan bobot 0,410. Perencanaan sumberdaya manusia
tepat dapat dicegah. Praktik mengemudi dibawah diimplementasikan dengan perencanaan jangka
standar yang menyebabkan kecelakaan seperti kurang pendek dan jangka panjang. Perencanaan jangka
pengetahuan dan keterampilan dalam berkendara bisa pendek dilakukan dalam waktu satu hingga dua tahun
diantisipasi. kedepan. Perencanaan ini dilakukan melalui pelatihan
peningkatan softskill dan hardskill kepada pengendara
Evaluasi Program Pencegahan Kecelakaan yang merupakan alternatif dengan bobot tertinggi
Kendaraan di PT FI pada analisis AHP (0,289). Pelatihan peningkatan
ini diberikan kepada pengemudi yang mempunyai
PT FI menjalankan perubahan program pencegahan kriteria perilaku tidak aman dan prasyarat perilaku
kecelakaan kendaraan terbaru mulai bulan Juni 2020. tidak aman. Kriteria perilaku tidak aman merupakan
Perubahan ini melibatkan tiga divisi, yaitu divisi faktor penyebab kecelakaan tertinggi pada CFIM
730 Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 7 No. 3, September 2021
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
(82,7%) dan prasyarat perilaku tidak aman merupakan Terlihat pada Tabel 1, perencanaan sumberdaya
kriteria dengan bobot tertinggi pada level kriteria AHP manusia yang merupakan skor tertinggi level tujuan
(0,404). Identifikasi kriteria pengemudi ini dilakukan pada AHP digunakan sebagai rekomendasi kepada PT
oleh pengawas dan petugas K3/OHS. Pengawas atau FI untuk menurunkan kecelakaan akibat pengoperasian
atasan mengidentifikasi melalui observasi terhadap kendaraan. Pelaksanaan perencanaan dibagi dua,
pengemudi, jika menemukan pengemudi yang berisiko yaitu perencanaan jangka pendek dan jangka panjang.
segera melakukan tindakan korektif dan mendaftarkan Kedua perencanaan sama-sama menerapkan pelatihan
pelatihan peningkatan berkendara. Petugas K3/OHS peningkatan pada pengemudi, yaitu pelatihan
melakukan sweeping secara berkala kepada pengemudi peningkatan softskill melalui LV Awareness Training
untuk mengidentifikasi pengemudi yang tidak Class dan pelatihan peningkatan hardskill penanganan
mematuhi peraturan dan tidak menjalankan prosedur kondisi darurat menggunakan LV Simulator yang
dengan benar. Selanjutnya, pengemudi berisiko yang merupakan skor tertinggi pada level alternatif pada
sudah diidentifikasi oleh pengawas atau petugas K3/ AHP. Perencanaan jangka pendek pelatihan ini
OHS didaftarkan pelatihan peningkatan softskill dan diberikan kepada pengemudi yang berisiko berdasarkan
hardskill pada divisi Learning & Organizatioanal identifikasi dari atasan / pengawas pengemudi dan
Development (L&OD). Pelatihan peningkatan razia / sweeping yang dilakukan oleh petugas OHS.
softskill dilakukan melalui LV Awareness Training Perencanaan jangka panjang pelatihan peningkatan
Class. Peningkatan hardskill dilakukan dengan ini akan diberikan kepada seluruh pengemudi ketika
memberikan pelatihan keterampilan berkendara melakukan proses perpanjangan lisensi setiap tiga
termasuk penanganan kondisi darurat menggunakan tahun sekali.
LV Simulator. Perencanaan jangka panjang dilakukan
dengan memberikan pelatihan peningkatan softskill dan
hardskill kepada seluruh pengendara ketika melakukan Kesimpulan dan Saran
perpanjangan lisensi setiap tiga tahun sekali. Saat ini
perpanjangan lisensi hanya melalui tes teori penyegaran Kesimpulan
yang dilakukan secara online, sehingga kurang efektif
untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan Faktor yang paling berpengaruh terhadap kecelakaan
pengemudi. Penerapan pelatihan LV Awareness dan akibat pengoperasian kendaraan ringan di PT FI adalah
pelatihan keterampilan menggunakan LV simulator akibat perilaku tidak aman pengemudi. Perilaku tidak
setiap perpanjangan lisensi akan efektif meningkatkan aman karena pengemudi melakukan kesalahan ataupun
softskill dan hardskill pengemudi. pelanggaran. Perencanaan yang paling tepat untuk
menurunkan jumlah kecelakaan akibat pengoperasian
Implikasi Manajerial kendaraan ringan di PT FI adalah perencanaan
sumberdaya manusia dengan memberikan pelatihan
Implikasi manajerial dari hasil penelitian ini dapat peningkatan softskill dan hardskill pada pengemudi.
digunakan sebagai rekomendasi kepada manajemen Pelatihan softskill untuk meningkatkan pemahaman
PT FI untuk meningkatkan program pencegahan peraturan dan kepedulian terhadap keselamatan.
kecelakaan akibat pengoperasian kendaraan ringan. Pelatihan hardskill untuk meningkatkan keterampilan
Perencanaan sumberdaya manusia yang mendapat bobot pengemudi. Berdasarkan faktor yang memengaruhi
tertinggi (0,410) pada level tujuan pada analisis AHP dan hasil AHP, perencanaan yang paling tepat sebagai
bisa menjadi kebijakan yang efektif untuk pencegahan rekomendasi yang diberikan kepada manjemen PT FI
kecelakaan kendaraan. Data menunjukkan sebagian adalah perencanaan sumberdaya manusia. Perencanaan
besar kecelakaan kendaraan di PT FI dilakukan oleh jangka pendek dilakukan melalui peningkatan pelatihan
pengemudi Non-PT FI (62%). Perencanaan ini akan softskill dan hardskill pada pengemudi yang bersiko
efektif mencegah kecelakaan kepada semua pengemudi dari hasil identifikasi pengawas dan sweeping petugas
baik pengemudi dari karyawan PT FI maupun Non-PT K3. Perencanaan jangka panjang dilakukan dengan
FI karena diterapkan kepada seluruh pengemudi. memberikan pelatihan peningkatan softskill dan
hardskill pada seluruh pengemudi setiap perpanjangan
lisensi tiga tahunan.
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 731
P-ISSN: 2407-5434 E-ISSN: 2407-7321 Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen (JABM),
Vol. 7 No. 2, September 2021
Accredited by Ministry of RTHE Number 32a/E/KPT/2017
tingkat pertumbuhan kendaraan di kota besar, Saaty TL, Kearns KP. 1985. Analytical Planning the
sedang dan kecil Sumatera Barat. Jurnal Organization of System. Pittsburgh: Pergamon
Rekayasa Sipil 10(1):22–31. press.
Malin F, Norros I, Innamaa S. 2019. Accident risk Sandhyavitri A, Zamri, Wiyono S, Subiantoro. 2017.
of road and weather conditions on different Three strategies reducing accident rates at black
road types. Accident Analysis and Prevention spots and black sites road in Riau province,
122(1):181–188. https://doi.org/10.1016/j. Indonesia. Transportation Research Procedia
aap.2018.10.014 25C(1):2158–2171. https://doi.org/10.1016/J/
Meuser M, Nagel U. 2009. The Expert Interview TRPRO.2017.05.415
and Changes in Knowledge Production. In: Siahaan R. 2013. Pengaruh reward dan punishment
Interviewing Experts. London: Palgrave terhadap disiplin kerja karyawan pada PT.
Macmillan. Perkebunan Nusantara III Rambutan. Jurnal
Qin C, Zhang Y. 2016. Evaluation of the safety Ilmiah Business Progress 1(1):17–26.
of mine road based on fuzzy analytic Trimpop R. Kirkcaldy B. 1997. Personality predictors
hierarchy process. Journal of transportation of driving accidents. Personality and Individual
technologies 7(1):70–82. Differences 23(1):147–152.
Ren K, Wang Q, Wang C, Qin Z, Lin X. 2019. The Xiong Y, Mannering FL. 2013. The heterogeneous
security of autonomous driving: Threats, effects of guardian supervision on adolescent
defenses, and future directions. Proceedings driver-injury severities: A finite-mixture random-
of the IEEE 108(2):357–372. https://doi. parameters approach. Transportation research
org/10.1109/JPROC.2019.2948775. part B: methodological 49(2013):39–54. https://
Riani ME, Maarif SM, Affandi J. 2017. Pengaruh doi.org/10.1016/j.trb.2013.01.002
program pelatihan dan motivasi kerja terhadap Zhang M, Kecojevic V. 2015. Intervention strategies to
kinerja karyawan PT Td Automotive Compressor eliminate truck-related fatalities in surface coal
Indonesia. Jurnal Aplikasi Bisnis dan Manajemen mining in west virginia. International Journal of
3(2): 290–298. https://doi.org/10.17358/ Injury Control and Safety Promotion 23(2):1–14.
jabm.3.2.290 https://doi.org/10.1080/17457300.215.1032982
Saaty RW. 1987. The analythical hierarchy process Zhang Y, Liu T, Bai Q, Shao W, Wang Q. 2018. New
– what it is and how it is used. Mathematical systems-based method to conduct analysis of road
modelling 9(5):161–176. traffic accidents. Transportation Research Part
Saaty TL. 1986. Axiomatic foundation of the F: Traffic Psychology and Behaviour 54(1):96–
analytic hierarchy process. Management 109. https://doi.org/10.1016/j/trf2018/01/019
science 32(7):841–855.
Indonesian Journal of Business and Entrepreneurship, Vol. 3 No. 2, May 2017 733