You are on page 1of 8

‫‪Khutbah‬‬

‫‪Khutbah Jumat: Saat Hati Nabi Dibedah Malaikat Jelang Isra' Mi'raj‬‬
‫‪Sen, 16 Maret 2020 | 09:15 WIB‬‬

‫‪Pembedahan hati yang dialami Rasulullah mengandung pesan simbolik betapa pentingnya posisi hati dalam diri manusia.‬‬

‫‪Khutbah I‬‬
‫‪.‬‬
‫َاْلَح ْم ُد هلل اَّلِذ ْي َه َد اَن ا ِل ِإْل ْس اَل ِم َو َم ا ُكَّنا ِل َنْه َت ِد َي َلْو اَل َأ ْن َه َد اَن ا هلل َاْلَح ْم ُد هلل الذى‬

‫ُم َق ِّلِب اْلُق ُلْو ِب ‪َ ،‬و َع َّالِم اْلُغ ُي ْو ِب ‪َ ،‬و َق اِب ِل الَّت ْو َبِة ِم َّم ْن َي ُت ْو ُب ‪َ ،‬ش ِد ْي ِد اْلِع َق اِب ِع ْنَد َق ْس َو ِة‬
‫ْل‬ ‫َل َأ‬ ‫اَل‬ ‫اَّل‬ ‫َأ اَل‬ ‫َأ‬ ‫ْل ُل‬
‫ا ُق ْو ِب ‪ْ ،‬ش َه ُد ْن إله ِإ اهلل َو ْح َد ُه َش ِر ْي َك ُه ‪َ ،‬م َر ِب ا َع ْد ِل َو اِإْل ْح َس اِن ‪َ ،‬و َن َه ى َع ِن‬
‫‪:‬‬ ‫‪.‬‬
‫اْلَف ْح َش اِء َو اْلُم ْن َكِر َو َأ ْش َه ُد َأ َّن َس ِّي َد َن ا ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُلُه َكاَن ُي ْكِث ُر ِم ْن َق ْو ِل َي ا‬
‫َل‬ ‫َل‬ ‫َّل‬ ‫‪.‬‬ ‫َل‬ ‫ُق ُل‬
‫ُم َق َب ا ُق ْو ِب ‪َ ،‬ث ِّب ْت ْو َب َنا َع ى َط اَع ِت َك َص ى اهلل َع ْي ِه َو َع ى أله َو َص ْح ِب ِه َم ِن‬
‫ِّل ْل ُل‬

‫‪.‬‬
‫اْه َت َد ى ِب ُه َد اُه ِإ َلى َي ْو ِم الِّد ْي ِن َو َس َّلَم َت ْس ِل ْي ًم ا َكِث ْي ًر ا َي اَأ ُّي هَا اَّلِذ يَن َء اَم ُنوا اَّتُق وا اهلل َح َّق‬
‫ُتَق اِتِه َو َال َت ُم وُت َّن ِإ َّال َو َأ نُت م ُّم ْس ِلُم وَن َي اَأ ُّي َه ا الَّناُس اَّتُق وا َر َّب ُكُم اَّلِذ ي َخ َلَق ُكم ِّم ْن َنْف ٍس‬
‫َو اِح َد ٍة َو َخ َلَق ِم ْنَه ا َز ْو َج َه ا َو َب َّث ِم ْن ُه َم ا ِرَج اًال َكِث يًر ا َو ِن َس آًء َو اَّتُق وا اَهلل اَّلِذ ي َت َس آَء ُلوَن‬
‫ِب ِه َو ْا َألْر َح اَم ِإ َّن اهلل َكاَن َع َلْي ُكْم َرِق يًب ا َي اَأ ُّي َه ا اَّلِذ يَن َء اَم ُنوا اَّتُق وا اهلل َو ُق وُلوا َق ْو ًال‬

.
‫َس ِد يًد ا ُي ْص ِلْح َلُكْم َأ ْع َم اَلُكْم َو َي ْغ ِف ْر َلُكْم ُذ ُن وَب ُكْم َو َم ن ُي ِط ِع اَهلل َو َر ُس وَلُه َف َق ْد َف اَز َف ْو ًز ا‬

‫َع ِظ يًم ا‬

‫َأ َّم ا َبْع ُد َف ِإ َّن َأ ْص َد َق اْلَح ِد ْي ِث ِك َت اُب اهلل َو َخ ْي َر اْلَه ْد ِي َه ْد ُي ُم َح َّم ٍد صلى اهلل عليه و‬ :
‫ َو ُكَّل َض اَل َلٍة ِف ي‬، ‫ َو ُكَّل ِب ْد َع ٍة َض اَل َلٌة‬، ‫ َو ُكَّل ُم ْح َد َث ٍة ِب ْد َع ٌة‬،‫سلم َو َش َّر اُأْلُم ْو ِر ُم ْح َد َث اُت َه ا‬

‫ ُأ ْو ِص ْي ُكْم َو َنْف ِس ْي بتقواهلل وقد فازالمتقون‬، ‫الَّناِر َأ َّي ُه ا اْلُم ْس ِلُم ْو َن‬ .
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Pertama-tama marilah kita bersama meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah
subhanahu wata’ala dengan sesungguh hati tanpa basa-basi. Karena kesungguhan dalam
bertakwa akan berimplikasi dalam sikap laku taat terhadap syariat dan menghindar dari
maksiat. Sesungguhnya syariat bawaan rasul Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam
adalah kebenaran mutlak yang tidak bisa diragukan lagi. Shalat, zakat, puasa, dan haji
merupakan di antara bukti formal ketaatan seseorang dalam berislam.
Hadirin jamaah Jumat yang dimuliakan Allah,
Bulan Rajab adalah bulan istimewa. Di dalamnya terkandung banyak makna yang datang
dari Allah subhanahu wata’ala sebagai anugerah istimewa bagi Rasul tercinta-Nya,
Muhammad shalallallahu ‘alaihi wasallam. Allah memperjalankan Nabi secara fisik-spiritual
pada suatu malam yang di kemudian hari dikenal dalam sejarah umat manusia sebagai isra'
mi'raj. Dalam waktu yang terbatas, khutbah ini hanya ingin mengupas satu kejadian saja
dari rangkaian isra’ mi’raj Rasulullah.
Seperti telah masyhur diceritakan bahwa di antara kejadian istimewa yang terjadi pada diri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebelum perjalanan mi’raj dimulai adalah
pembedahan hati oleh malaikat Jibril dan Mikail ‘alaihimassalam untuk selanjutnya dicuci
dengan air zam-zam tiga kali dan diisinya hati mulia itu dengan hikmah dan iman. Proses
pembedahan pada bagian awal dilakukan sebelum memasuki inti cerita perjalanan dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, untuk selanjutnya diteruskan hingga Shidratil Muntaha.
Inilah yang menjadi fokus khutbah kali ini. Mengapa hati yang dibedah dan dibersihkan?
Kenapa bukan usus atau ginjal yang mempunyai peran penting dalam metabolisme tubuh—
yang secara bilogis lebih kotor dan selalu bersinggungan dengan makanan? Atau alat
pencuci anggota tubuh lainnya yang menjadi jalur kotoran bagi manusia? Dan mengapa
pula pembedahan ini dilakukan sebelum perjalanan—kenapa tidak setelah perjalanan usai
atau di tengah perjalanan?
Jamaah Jumat yang berbahagia,
Sesungguhnya dalam kejadian ini terdapat hikmah yang sangat dalam. Semakin tinggi
kadar kepandaian spiritual seorang manusia, akan makin dalam ia memaknai sebuah
hikmah. Namun, sebagai seorang yang minim pengetahuan khatib hanya dapat
mengingatkan beberapa hal di balik kejadian tersebut yang mungkin telah banyak
dipahami tetapi sering dilupakan dan diabaikan.
Pertama, hati adalah hal terpenting dalam diri manusia. Hati sebagai pusat “metabolisme”
keimanan dan ketakwaan. Bagaikan pilot, hati mengarahkan kehidupan spiritual manusia,
dan kualitas spiritual itu secara langsung turut menentukan dan mempengaruhi laku sosial
seseorang. Karena itu sebuah hadits yang masyhur tentang hati perlu saya tegaskan di
sini:
‫َأ‬
‫ َو َذ ا َف َس َد ْت َف َس َد اْلَجَس ُد ُك ُّل ُه َلا وِه َي الَقْلُب‬، ‫إ َّن الَجَس ِد ُمْضَغًة َذ ا َص ُلَحْت َص ُلَح اْلَجَس ُد ُك ُّل ُه‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِفي‬

“Sesungguhnya di dalam tubuh seseorang terdapat segumpal daging, apabaila gumpalan


itu baik, maka baiklah seluruh tubuh itu. Namun jika gumpalan itu jelek, maka rusaklah
seluruh tubuh itu. Ingatlah gumpalan itu adalah hati” (hadits ini disepakati kesahihannya
oleh semua ahli hadits).
Tampaklah betapa pentingnya posisi hati bagi tubuh dan diri manusia. Betapa hati menjadi
satu-satunya perkara yang menentukan tubuh dan diri manusia. Sebuah pribahasa Arab
mengatakan:
‫ْلُب َم ٌك َو َأ َض ُء َج ُد ُه َف َذ َص َح ْلُب َص ْت َّر ُة َو َذ َف َس َد َف َس َد ْت‬
، ‫ ِإ ا‬، ‫ ُلَح ال ِعَّي‬، ‫ ال ْع ا ُنو ؛ ِإ ا ُل الَق‬، ‫الَق ِل‬

“Hati bagaikan raja, dan bala tentaranya adalah anggota tubuh manusia. Jikalau baik sang
hati, maka baiklah rakyatnya. Namun jika rusak sang hati rusaklah segalanya.”
Dengan demikian, apa yang terjadi pada diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
simbol bagi umatnya, bahwa hati adalah perkara yang paling penting untuk dirawat
mengalahkan berbagai anggota lainnya. Menyehatkan hati dan meriasnya jauh lebih
penting daripada merias wajah, bersolek tubuh, bahkan lebih penting daripada mengasah
otak.
Inilah yang sering kita lupakan. Hati kerap tidak lagi menjadi panglima dalam kehidupan ini.
Sejak lama kedudukannya telah digantikan oleh otak yang mengandalkan logika dan rasio.
Padahal, berbagai pertimbangan keadilan dan kebenaran sumbernya adalah hati, bukan
otak. Karena itu tidak salah apa yang diungkapkan oleh Imam al-Ghazali dalam Ihya'
Ulumuddin:
‫ِا ْس َت ْف ِت َق ْلَب َك َو َلْو َأْف َت ْو َك َو َأْف ُت ْو َك َو َأْف ُت ْو َك‬

“Mintalah petunjuk pada hati (kecil)-mu, walaupun mereka (orang-orang) memberikan


petunjuk padamu, walaupun mereka memberikan petunjuk padamu, walaupun mereka
memberikan petunjuk padamu.”
Dengan demikian, jikalau hendak memutuskan sebuah keadilan maka pertama kali
bertanyalah kepada hati kecil, jangan bertanya dulu kepada bukti yang ada di TKP. Karena
semua itu bisa dipalsukan oleh otak dan logika. Hati membawa kita kepada kebaikan
universal, sedangkan otak hanya akan mengantarkan kita kepada kebaikan parsial,
kebaikan yang telah tercampur dengan berbagai kepentingan.
Ma'asyiral muslimin rahimakumullah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah seorang yang ma'shum, terjaga dari salah dan
dosa, meski tanpa dibedah dan dicuci hatinya oleh malaikat. Lantas, bagaimanakah
dengan kita? Bagaimana merawat hati kita dan menghiasinya agar tetap jernih dan mampu
menjadi pelita bagi diri dan tubuh ini?
Agar selalu terawat hindarkanlah hati kita dari empat perkara riya', ujub, takabur, serta
hasad. Riya' adalah pamer. Riya menurut Imam al-Ghazali adalah mencari kedudukan di
hati manusia dengan cara melakukan ibadah dan amal. Dengan kata lain, riya' selalu saja
mengajak manusia untuk mencari modus dalam setiap kelakuan dan amalnya.
Kedua, 'ujub. Menurut Imam al-Ghazali, ujub adalah sifat merasa diri serba berkecukupan
dan berbangga hati atas nikmat yang ada, dan lupa jika kelak akan sirna. Ujub merupakan
induk dari sifat takabur. Bedanya: takabur berdampak pada pihak yang ditakaburi,
sedangkan ujub terbatas pada diri pelaku sendiri.
Ketiga, takabur. Takabur adalah merasa dirinya lebih sempurna dari yang lainnya.
Kesombongan adalah kemaksiatan pertama yang dilakukan oleh makhluk-Nya, yakni Iblis,
kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena kesombongannya, Iblis dilaknat dan diturunkan
dari surga. “Turunlah engkau dari surga karena engkau menyombongkan diri didalamnya,
maka keluarlah, sesungguhnya engkau termasuk orang orang yang hina" (QS Al-A'raf: 13).
Keempat adalah hasad atau dengki. Untuk menjelaskan hal ini cukuplah kita cermati
petikan seorang sufi dalam kitab Risalah Qusyairiyah: "Orang dengki adalah orang yang tak
beriman sebab dia tidak merasa puas dengan takdir Allah." Sementara ulama yang lain
berpendapat, orang yang dengki adalah orang yang selalu ingkar karena tidak rela orang
lain mendapatkan kenikmatan. Indikasi dari sifat dengki adalah menipu apabila di hadapan
orang lain, mengumpat apabila orang lain itu pergi, dan mencaci maki apabila musuh tak
kujung tiba pada orang itu."
Mengenai pendalaman keempat penyakit ini, kiranya kita sudah bisa meraba diri masing-
masing. Selaku khatib saya hanya bisa mengingatkan, saya merasa belum pantas untuk
memberikan nasihat. Namun yang jelas, biasanya keempat penyakit tersebut saling terkait
antara satu dan lainnya. Sehingga apabila mengidap salah satu penyakit hati ini maka
umumnya seseorang juga mengidap yang lainnya.
Para hadirin jamaah Jumat yang mulia,
Lantas bagaimana cara menghiasai hati? Imam al-Ghazali berpesan dalam kitab Mizanul
Amal, bahwa hendaknya hati dihias dengan empat induk kesalehan, yakni hikmah
(kebijaksanaan), kesederhanaan ('iffah), keberanian (syaja'ah), dan keadilan ('adalah).
Beliau menjelaskan bahwa kerelaan memaafkan orang yang telah menzaliminya adalah
kesabaran dan keberanian (syaja'ah) yang sempurna. Kesempurnaan 'iffah terlihat dengan
kemauan untuk tetap memberi pada orang yang terus berbuat kikir terhadapnya.
Sedangkan kesediaan untuk tetap menjalin silaturrahim terhadap orang yang sudah
memutuskan tali persaudaraan adalah wujud dari ihsan yang sempurna.
Demikianlah semoga kita semua dapat menarik hikmah dari bulan Rajab ini. Mengapa Allah
memerintahkan Malaikat Jibril dan Mikali membedah dada dan mencuci hati Rasulullah?
Bukan karena di hati Rasulullah terdapat kotoran. Bukan, karena beliau berstatus ma'shum
alias terjaga dari dosa. Namun, semua itu adalah perlambang bagi kita selaku umatnya.
Bahwa membersihkan, merawat, dan menghias hati adalah pekerjaan utama yang harus
didahulukan dari lainnya. Seperti halnya Allah subhanahu wata’ala mendahulukan
pembedahan dan pencucian hari Rasulullah sebelum melakukan perjalanan isra’ mi’raj.
‫َب اَر َك اُهلل ِل ْي َو َلُكْم ِف ْي ْا لُق ْر آِن ْا لَع ِظ ْي ِم َو َنَف َع ِن ي َو إَّي اُكْم ِ بَم اِ فْي ِه ِم َن ْا آليَاِت َو الذْكر‬
ُ َ ُ ُ ْ ‫َ ي‬ ِ
ْ‫ُِلاحْ كَ يِ مْيِلَعلْا ُعْيِمَّسلا َوُه ُهَّنإ ُهَتَوَالِت ْمُكْنِمَو يِّنِم َلَّبَقَتَو ِمْ و تَقَ َبَ لّ م ِنِ ّ و مَ نِ كْمُ ت الِوَ تَ هَ َنإ هّ ه وُ اَسل مّ يِ عْ ا ْعل لَ يِ م‬

Khutbah II
.
‫َاْلَح ْم ُد ِهلل َع لَى ِاْح َس اِنِه َو الُّش ْكُر َلُه َع لَى َت ْو ِف ْي ِق ِه َو ِاْم ِت َناِنِه َو َا ْش َه ُد َا ْن َال ِا َلَه ِا َّال اُهلل‬

‫و‬ ‫ا ر‬ ‫ا‬ ‫ع و‬ ‫م‬ ‫ا س‬


ِ.ِ‫اَ ل ُهل حَ دْ هَ ُ َا رَ يِ كْ َ هَ ُ اَ شَ هْ دَ ُ نَ َّ يَ دِّ نَ اَ حُ مَ دَّ اً بَ دْ هُ ُ رَ سَ وُ لْ هُ ُ لداَّ عىِ لِ ى َ ضِوْ اَ نه‬ ‫لو‬ ‫و لش‬
‫اللُه َّم َص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّم ٍد ِو َع َلى َا ِلِه َو َا ْص َح اِب ِه َو َس ِّلْم َت ْس ِل ْي ًم ا ِك ثْي ًر ا َا َّم ا َبْع ُد َف يَا َا ُّي َه ا‬

‫الَّناُس ِا َّتُق وااَهلل ِف ْي َم ا َا َم َر َو اْن َت ُه ْو ا َع َّم ا َن َه ى َو اْع َلُم ْو ا َا َّن اّهلل َا َم َر ُكْم ِب َاْم ٍر َبَد َأ ِف ْي ِه ِب َن ْف ِس ِه‬
‫َو َث ـَنى ِب َم آل ِئ َكِت ِه ِب ُق ْد ِس ِه َو َق اَل َت عَاَلى ِاَّن اَهلل َو َم آل ِئ َكَت ُه ُي َص ُّلْو َن َع لَى الَّن ِب ى يآ َا ُّي َه ا‬

‫‪.‬‬
‫اَّلِذ ْي َن آَم ُن ْو ا َص ُّلْو ا َع َلْي ِه َو َس ِّلُم ْو ا َت ْس ِل ْي ًم ا اللُه َّم َص ِّل َع َلى َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّم ٍد َص َّلى اُهلل َع َلْي ِه‬
‫َو َس ِّلْم َو َع َلى آِل َس ِّي ِد نَا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى َا ْن ِب يآِئَك َو ُر ُس ِلَك َو َم آلِئ َكِة ْا لُم َق َّر ِب ْي َن َو اْر َض الّلُه َّم‬

‫َع ِن ْا لُخ َلَف اِء الَّر اِش ِد ْي َن َا ِب ى َب ْكٍرَو ُع َم رَو ُع ْث َم ان َو َع ِل ى َو َع ْن َبِق َّي ِة الَّص َح اَبِة َو الَّت اِب ِع ْي َن‬
‫َو َت اِب ِع ي الَّت اِب ِع ْي َن َلُه ْم ِب ِا ْح َس اٍن ِا َلىَي ْو ِم الِّد ْي ِن َو اْر َض َع َّنا َم َع ُه ْم ِب َر ْح َم ِت َك َي ا َا ْر َح َم‬

‫الَّر اِح ِم ْي َن‬

‫َا للُه َّم اْغ ِف ْر ِل ْلُم ْؤ ِم ِن ْي َن َو ْا لُم ْؤ ِم َناِت َو ْا لُم ْس ِلِم ْي َن َو ْا لُم ْس ِلَم اِت َا َالْح يآُء ِم ْن ُه ْم َو ْا َالْم َو اِت اللُه َّم‬

‫َا ِع َّز ْا ِال ْس َالَم َو ْا لُم ْس ِلِم ْي َن َو َأ ِذ َّل الِّش ْر َك َو ْا لُم ْش ِر ِك ْي َن َو اْن ُص ْر ِع َب اَد َك ْا لُم َو ِّح ِد َّي َة َو اْن ُص ْر َم ْن‬
‫َن َص َر الِّد ْي َن َو اْخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل ْا لُم ْس ِلِم ْي َن َو َد ِّم ْر َا ْع َد اَء الِّد ْي ِن َو اْع ِل َكِلَم اِتَك ِا َلى َي ْو َم‬
‫‪.‬‬
‫الِّد ْي ِن اللُه َّم اْد َف ْع َع َّنا ْا لَب َالَء َو ْا لَو َب اَء َو الَّز َالِزَل َو ْا لِم َح َن َو ُس ْو َء ْا لِف ْت َن ِة َو ْا لِم َح َن َم ا َظ َه َر‬
‫ِم ْنَه ا َو َم ا َبَط َن َع ْن َب َلِد َن ا ِا ْن ُد وِن ْي ِس َّي ا خآَّص ًة َو َس اِئ ِر ْا لُب ْلَد اِن ْا لُم ْس ِلِم ْي َن عآَّم ًة َي ا َرَّب‬
‫‪.‬‬ ‫‪.‬‬
‫ْا لَع اَلِم ْي َن َر َّبَنا آِت نَا ِف ى الُّد ْن َي ا َح َس َن ًة َو ِف ى ْا آلِخ َر ِة َح َس َن ًة َو ِق َنا َع َذ اَب الَّناِر َر َّبَنا َظ َلْم َنا‬
‫ْأ ْا‬ ‫!‬ ‫‪.‬‬ ‫ْا‬ ‫َل‬ ‫َل‬ ‫َل‬
‫ْنُف َس َناَو ِاْن ْم َتْغ ِف ْر َنا َو َت ْر َح ْم َنا َن ُكْو َن َّن ِم َن لَخ اِس ِر ْي َن ِع َب اَد اِهلل ِاَّن اَهلل َي ُم ُر ِب لَع ْد ِل‬
‫َا‬

‫َو ْا ِال ْح َس اِن َو ِإ ْي تآِء ِذ ى ْا لُق ْر بَى َو َي ْنَه ى َع ِن ْا لَف ْح شآِء َو ْا لُم ْن َكِر َو ْا لَب ْغ ي َي ِع ُظ ُكْم َلَع َّلُكْم‬
‫َت َذ َّكُر ْو َن َو اْذ ُكُر وااَهلل ْا لَع ِظ ْي َم َي ْذ ُكْر ُكْم َو اْش ُكُر ْو ُه َع لَى ِنَع ِم ِه َي ِز ْد ُكْم َو َلِذ ْكُر اِهلل َا ْكَب ْر‬

‫‪Redaktur: Ulil A Hadrawy‬‬


‫========‬
‫‪Naskah ini diunggah pertama kali di NU Online pada 28 Mei 2012, pukul 09.00 WIB.‬‬
‫‪Redaksi mengunggahnya ulang dengan sedikit penyuntingan.‬‬
‫‪Baca juga khutbah seputar bulan Rajab lainnya di Kumpulan Khutbah Bulan Rajab‬‬
Naskah khutbah Jumat juga bisa diakses lebih praktis via fitur Khutbah di NU
Online Super App. Instal sekarang: s.id/nuonline (Android) dan s.id/nuonline_ios (iOS)!
Nikmati pula beragam fitur lain: Al-Qur'an, Yasin & Tahlil, Maulid, Ensiklopedia NU,
Ziarah, Video, dan lain-lain!
Editor: Mahbib Khoiron
Tags

Terpopuler

1 Innalillahi, Ulama Kharismatik Indramayu Buya Syakur Meninggal


2 Hari Terakhir Pindah TPS, Begini Cara dan Syaratnya
3 Buya Syakur Tetap Sunggingkan Bibir, Meski Banyak Kritik yang Mencibir
4 Kandungan Gizi Buah Duren dan Tips Sehat Menyantapnya
5 GP Ansor Akan Gelar Kongres Ke-16 di Atas Kapal Laut
6 PCNU Muara Enim Terima Wakaf Tanah dari Keluarga Besar Pangeran Idkham Danal

Terkini Lihat Semua

Jatim

Seniman Palestina Lukis Logo LAZISNU di Puing Bangunan, Wujud Terima Kasih
Kam, 18 Januari 2024 | 11:00 WIB
Khutbah

Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Tiga Kunci Kangge Buka Lawang Swarga
Kam, 18 Januari 2024 | 10:00 WIB
Nasional

Persiapan Capai 90 Persen, Muslimat NU Siap Gelar Harlah ke-78 di GBK


Kam, 18 Januari 2024 | 07:00 WIB
Nasional

KPU: Total Ada 63 Lembaga Survei yang Mendaftar untuk Pemilu 2024
Kam, 18 Januari 2024 | 06:00 WIB
Nasional

Panitia Tegaskan Tidak Ada Undangan Paslon Capres-Cawapres di Harlah ke-78 Muslimat NU
Rab, 17 Januari 2024 | 22:30 WIB

You might also like