Professional Documents
Culture Documents
yessica.sembiring@student.uhn.ac.id
Herlina Manullang
Universitas HKBP Nommensen Medan
herlinamanullang@uhn.ac.id
Abstract
The Republic of Indonesia has law enforcement officials, one of which is the Prosecutor's Office. In Law Number 16
of 2004, a prosecutor is a person who has the authority to prosecute and prosecute. The formation of the
Prosecutor's Office is based on Law Number 16 of 2004 concerning the Prosecutor's Office, which in the weight
section explains that Indonesia's national goals are law enforcement and justice and as one of the bodies whose
functions are related to the composition of the Prosecutor's Office. according to Law Number 16 of 2004. The
Prosecutor's Office of the Republic of Indonesia is a state institution that exercises state power, especially in
prosecution matters. The Prosecutor's Office is the only institution which is a government apparatus that has the
authority to delegate criminal cases, and prosecute perpetrators of criminal acts and implement judges' decisions
and rulings. This power is the hallmark of the prosecutor's office. The function of the Prosecutor is one of the links
in the law enforcement process in dealing with crimes or criminal acts that occur in society, where this function
cannot be separated and separated from the process of inquiry, investigation, prosecution, trial and execution. In
carrying out their duties and functions, prosecutors act on behalf of the state and are responsible according to
hierarchical lines. In his role, the Prosecutor also experiences obstacles in his handling, especially in handling
Special Crimes. The method used by the author uses the Normative Juridical Method.
Keywords: Prosecutor's Office, Role of the Prosecutor, Special criminal offences.
Abstrak
Di Negara Republik Indonesia mempunyai penegak hukum, sebagai salah satunya adalah
Kejaksaan. Dalam Undang-Undang nomor 16 tahun 2004 bahwa Jaksa merupakan orang yang
berwenang untuk melakukan dakwaan dan penuntutan. Pada pembentukan Jaksa ini didasari
oleh Undang-undang No.16 tahun 2004 tentang Kejaksaan yang dalam bagian menimbang
menerangkan tujuan nasional Indonesia adalah penegakan hukum dan keadilan serta sebagai
salah satu badan yang fungsinya berkaitan dengan Susunan Kejaksaan menurut Undang -
undang No.16 tahun 2004. Kejaksaan R.I adalah lembaga negara yang melaksanakan kekuasaan
negara, khususnya dalam urusan penuntutan, Kejaksaan merupakan satu - satunya lembaga
yang merupakan aparat pemerintah berwenang melimpahkan perkara pidana, dan menuntut
pelaku tindak pidana dan melaksanakan penetapan dan putusan hakim, kekuasaan ini lah
menjadi ciri khas kejaksaan. Fungsi Jaksa merupakan salah satu mata rantai dari proses
penegakkan hukum dalam penanggulangan kejahatan atau tindak pidana yang terjadi dalam
masyarakat, dimana fungsi tersebut tidak dapat terlepas dan dipisahkan dari proses
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, persidangan dan eksekusi. Dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya, jaksa bertindak dan atas nama negara serta bertanggung jawab menurut saluran
hierarki. Dalam peran nya, Jaksa juga mengalami kendala – kendala di dalam penanganan nya,
khusus nya pada penanganan Tindak Pidana Khusus. Metode yang di pakai oleh Penulis
menggunakan Metode Yuridis Empiris.
PENDAHULUAN
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan RI menjelaskan bahwa
Kejaksaan adalah lembaga pemerintahan yang memegang kekuasaan di bidang penuntutan
dan kewenangan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Kejaksaan Republik
Indonesia sebagai lembaga penuntutan di bidang hukum mempunyai peran utama dalam
penegakan supremasi hukum dan mewujudkan keadilan bagi seluruh bangsa di negeri ini.
Kejaksaan sebagai salah satu institusi yang bertanggung jawab dalam proses
penuntutan juga memiliki satu peran yang cukup besar yakni bertanggung jawab pada bidang
ketertiban dan ketenteraman umum. Tanggung jawab tersebut dilaksanakan salah satunya oleh
bidang intelijen kejaksaan untuk melihat potensi gangguan akan ketertiban dan ketenteraman
umum sehingga terjadinya suatu kejahatan dapat diantisipasi secepatnya
Tindak pidana khusus adalah merujuk pada jenis perkara pidana yang pengaturan
hukumnya berada di luar Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan
sebuah kitab undang-undang yang terkodifikasi. Tindak pidana khusus memiliki karakteristik
dan penanganan perkara yang bersifat khusus dan spesifik, baik dari segi aturan hukum yang
1
Tim MaPPI-FHUI., 2015, Bunga Rampai Kejaksaan Republik Indonesia, Badan Penerbit FH UI, Jakarta, hal. 1.
diterapkan, hukum acara yang digunakan, penegak hukum yang terlibat, maupun pengacara
yang menanganinya.
Tindak pidana khusus ini diatur dalam undang-undang di luar hukum pidana umum.
Penyimpangan ketentuan hukum pidana yang terdapat dalam undang-undang pidana
merupakan indikator apakah undang-undang pidana itu merupakan tindak pidana khusus
atau bukan. Sehingga dapat dikatakan bahwa hukum tindak pidana khusus adalah undang-
undang pidana atau hukum pidana yang diatur dalam undang-undang pidana tersendiri. Lalu,
pernyataan ini sesuai dengan pendapat pompe yang mengatakan bahwa hukum pidana khusus
mempunyai tujuan dan fungsi tersendiri undang-undang pidana yang dikualifikasikan sebagai
hukum tindak pidana khusus ada yang berhubungan dengan ketentuan hukum administrasi
negara terutama mengenai penyalahgunaan kewenangan. Tindak pidana yang menyangkut
penyalahgunaan kewenangan ini terdapat dalam perumusan tindak pidana korupsi.
Adapun dalam peran nya Jaksa mengalami kendala-kendala yang dihadapi oleh jaksa
dalam penanganan perkara pidana khusus, seperti tindak pidana korupsi. Tindak pidana korupsi
merupakan kejahatan yang sangat merugikan negara. Menyadari kompleksnya permasalahan korupsi, maka
tindak pidana korupsi dapat dikategorikan sebagai permasalahan nasional yang harus dihadapi secara
sungguh-sungguh dengan melibatkan semua potensi yang ada dalam masyarakat khususnya pemerintah dan
aparat penegak hukum. Sebagaimana diketahui, salah satu sisi dari fungsi Jaksa sebagai aparatur
METODE PENELITIAN
Ruang lingkup penelitian adalah uraian tentang batasan penelitian, agara penelitian
menjadi fokus pada ruang lingkup masalah yang diinginkan. Adapun yang menjadi ruang
lingkup penelitian ini bertujuan untuk menghindari pembahasan yang meluas dan
menyimpang dari yang penulis terapkan, Maka dibutuhkan suatu metode penelitian yang
tepat. Sedangkan metode penelitian adalah cara melakukan sesuatu dengan menggunakan
pemikiran untuk mencapai suatu tujuan. Jenis Metode Penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah penelelitian yuridis empiris. Metode Pendekatan yuridis empiris adalah
suatu cara atau prosedur yang digunakan untuk memecahkan masalah dengan meneliti data,
mengambil fakta fakta yang ada di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. Tipe metode penelitian
empiris yang menggambarkan hukum dan juga sebagaimana hukum mengamati kehidupan
masyarakat yang nyata serta metode penelitian empiris ini langsung didapat dari masyarakat
serta permasalahannya yang terjadi dilapangan
Adapun yang menjadi lokasi penelitian penulis dilakukan di Kejaksaan Tinggi
Sumatera Utara, yang beralamat di Jl. Jenderal Besar A.H. Nasution No.1 C, Pangkalan
Masyhur, Kec. Medan Johor, Kota Medan, Sumatera Utara. Alasan penulis melakukan
penelitian di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara adalah karena sudah mengamati dan
Mensrurvei langsung lokasi penelitian selama dua bulan setelah mengikuti Program Magang
(Praktek Kerja Lapangan) di Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara. Maka dari itu Penulis
Menuangkan apa yang dilihat, dan didengar selama Praktek Kerja Lapangan di Instansi
Tersebut. Maka Penulis melakukan penelitian dengan mengambil fakta–fakta yang ada di
Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara
2
https://kejati-jawabarat.kejaksaan.go.id/pages/tugas-dan-wewenang
putusan pidana pengawasan serta tindakan hukum lainnya. dalam perkara tindak pidana
khusus.
Tugas dan wewenang jaksa dalam penanganan tindak pidana khusus didasarkan pada
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004. 3 Menurut Undang-Undang
tersebut, Jkasa memiliki tugas dan wewenang.
Kejaksaan sebagai salah satu lembaga penegak hukum dituntut untuk lebih berperan
dalam menegakkan peraturan hukum tertinggi, perlindungan kepentingan umum, penegakan
hak asasi manusia, serta pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Kejaksaan Republik
Indonesia (Kejaksaan) merupakan bagian dari Sistem Peradilan Pidana atau Criminal Justice
System di Indonesia.5
3
Sudhono Iswahyudi,2003,Makalah Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus,Keterkaiatan Komisi
Pemberantasan Korupsi dengan Kejaksaan dalam penanganan Tindak Pidana Korupsi,hlm.112.
4
https://kejari.ponorogo.go.id/pidana-khusus/
5
Penjelasan dalam Undang-Undang No. 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan
Hal ini menunjukkan bahwa Kejaksaan Tinggi memiliki peran yang sangat aktif dalam
menangani perkara tindak pidana khusus, mulai dari tahap penyelidikan hingga pelaksanaan
putusan pengadilan.
Peran Jaksa dalam penanganan Tindak Pidana Khusus terdapat juga kendala di dalam
penanganan nya, salah satu yaitu perkara Tindak Pidana Korupsi, Tindak pidana korupsi
merupakan kejahatan yang sangat merugikan negara. Menyadari kompleksnya permasalahan korupsi, maka
tindak pidana korupsi dapat dikategorikan sebagai permasalahan nasional yang harus dihadapi secara
sungguh-sungguh dengan melibatkan semua potensi yang ada dalam masyarakat khususnya pemerintah dan
aparat penegak hukum. Sebagaimana diketahui, salah satu sisi dari fungsi Jaksa sebagai aparatur
1. kendala-kendala yang dihadapi oleh jaksa dalam peran nya terhadap penanganan
perkara pidana khusus antara lain meliputi kurang lengkapnya berkas perkara,
penyidikan tersangka, penyidikan dalam waktu yang singkat, dan kewenangan jaksa.
Kendala-kendala ini dapat menghambat proses penanganan perkara pidana.
2. terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh jaksa dalam penanganan tindak pidana
khusus seperti tindak pidana korupsi. Kendala tersebut antara lain kurang lengkapnya
berkas perkara, penyidikan tersangka, penyidikan dalam waktu yang singkat, dan
kewenangan jaksa.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Tim MaPPI-FHUI., 2015, Bunga Rampai Kejaksaan Republik Indonesia, Badan Penerbit FH UI,
Jakarta, hal. 1.
B. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia. Berdasarkan
Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia
C. Jurnal
Simamora, Janpatar., Tafsir Makna Negara Hukum dalam Perspektif Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945,Jurnal Dinamika Hukum FH Universitas Jenderal
Soedirman, Vol. 14 No. 3 September 2014, hlm. 547-561