You are on page 1of 10

TRAGEDI SALIM KANCIL (SEBUAH TINJAUAN SOSIOLOGIS)

Universitas Negeri Malang

Jamal Jati Harun, Moch Fatih Allam Firmansyah, Muhammad Hudi Izakhi.
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang 5 Malang 65145
jamaljaniseries@gmail.com, allamfatih@gmail.com, izakhihudi@gmail.com

Abstract
Natural resources in Indonesia are very abundant, some people use natural resources for
personal or common interests. Like the people of Lumajang Regency in the south, they
take advantage of the natural resources that are there, the cold lava of Mount Semeru
itself is a natural wealth in the form of stone and sand, river channels or pathways from
Mount Semeru's cold lava are used by the community to carry out mining in the form of
sand or stone. The mining of this material has an interrelationship with the Lumajang
government which has an impact on the issuance of a Mining Business Permit (IUP).
After that, the mining company entered into an agreement with the owner of the land that
came from Mount Semeru's cold lava. However, there are still many illegal miners who
are there or third parties who interfere with miners' activities. According to Widianto
(2020: 101) The Salim Kancil Tragedy occurred in 2014 which was caused by the
rejection of the residents of Selok Awar-Awar against the development of illegal mining
under the guise of establishing a tourist village around Watu Pecak Beach and the
stalemate settlement of this case (both are equally strong, but will stop at some point) by
killing one of the pioneers of refusing to develop illegal mining in the village, namely
Salim Kancil. The existence of this research study which explains in detail and depth
about the tragedy of Salim Kancil (a sociological review).

Keywords: Sand Mine, Government Interrelation, Salim Kancil, Sociological Review.

Abstrak
Sumber daya alam yang berada di Indonesia sangatlah melimpah, sebagian masyarakat
menggunakan sumber daya alam untuk kepentingan pribadi maupun kepentingan
bersama. Seperti masyarakat Kabupaten Lumajang bagian selatan mereka memanfaatkan
sumber daya alam yang berada disana, lahar dingin Gunung Semeru sendiri adalah
kekayaan alam berupa batu dan pasir, jalur sungai atau jalur dari lahar dingin Gunung
Semeru dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan penambangan berupa pasir maupun
batu. Penambangan material tersebut memiliki interelasi dengan pemerintah Lumajang
yang berdampak pada keluarnya surat Izin Usaha pertambangan (IUP). Setelah itu,
perusahaan tambang melakukan perjanjian dengan pemilik lahan yang berasal dari lahar
dingin Gunung Semeru. Namun masih banyak penambang-penambang ilegal yang berada
disana atau pihak ketiga yang mengganggu kegiatan penambang yang Menurut Widianto
(2020:101) Tragedi Salim Kancil terjadi pada tahun 2014 yang disebabkan karena
penolakan warga Selok Awar-Awar terhadap pembangunan penambangan illegal yang
berkedok pendirian desa wisata disekitar Pantai Watu Pecak dan penyelesaian kasus ini
secara stalemate (sama-sama kuat, tetapi akan terhenti pada suatu titik) dengan
pembunuhan salah satu pelopor dari penolakan pembangunan penambangan illegal di
desa tersebut yaitu Salim Kancil. Adanya studi penelitian ini yang menjelaskan secara
detail dan mendalam tentang tragedi Salim Kancil (sebuah tinjauan sosiologis).

Kata Kunci: Tambang Pasir,Interelasi Pemerintah, Salim Kancil, Tinjauan Sosiologis.

Pendahuluan
Sumber daya alam yang berada di indonesia sangatlah melimpah banyak sumber daya
yang di manfaatkan masyarakat untuk kepentingan bisnis, pribadi maupun daerah. Sumber daya
alam yang melimpah dapat mempengaruhi kondisi peekonomian wilayah tersebut. Salah satu
wilayah yang yang sumber daya alamnya yang melimpah yaitu berada di Kabupaten Lumajang
kondisi wilayah yang berada di dekat Gunung Semeru membuat sumber daya alam yang berada di
Kabupaten Lumajang melimpah seperti di bidang pariwisata maupun pertambangan Gunung
Semeru sendiri. Letusan dari Gunung semeru tidak hanya berdampak buruk bagi masyarakat
kabupaten lumajang karena dari letusan tersebut terdapat sumber daya alam yang melimpah berupa
pasir maupun batu. Bahan material tersebut merupakan bahan utaman unutk membangun rumah
atau bangunan lainnnya. Masyarakat Lumajang banyak yang memanfaatkan sumber daya alam
tersebut, pertambangan yang tidak baik akan mempengaruhi lingkungan tersebut menjadi rusak.
Interelasi pemerintah kabupaten lumajag dan para penambang itu dilakukan untuk tidak
mempengaruhi lingkungan menjadi rusak dan memiliki izin dari pemerintah kabupaten lumajang
unutk menambang.

Interelasi antara pemerintah dan penambang salah satunya berada di perusahaan


pertambangan PT IMMS. Perusahaan tambang tersebut mendapatkan Izin Usaha Pertambangan
(IUP) dan melakukan perjanjian dengan pemilik lahan untuk mengelola pertambangan tersebut.
Kemudian, muncul pihak-pihak lain yang mengganggu kegiatan pertambangan PT IMMS yaitu
penambang illegal. Pemilik lahan cenderung bekerja sama dengan penambang illegal (Widianto,
2020:101). Dari penambang illegal tersebut, muncul tragedi Salim Kancil pada tahun 2014. Konflik
tersebut terjadi karena penolakan warga Selok Awar-Awar terhadap pembangunan penambangan
illegal yang berkedok pendirian desa wisata disekitar Pantai Watu Pecak dan penyelesaian kasus ini
secara stalemate (sama-sama kuat, tetapi akan terhenti pada suatu titik) dengan pembunuhan salah
satu pelopor dari penolakan pembangunan penambangan illegal di desa tersebut yaitu Salim Kancil.
Sebelumnya, Salim Kancil dan Tosan mengetahui pendirian desa wisata yang dilakukan oleh

2
pemerintah setempat yaitu membangun penambangan illegal yang memicu konflik masyarakat
desa Awar-Awar dengan pemerintah setempat.

Oleh karena itu, perlu adanya studi penelitian yang menjelaskan secara detail dan
mendalam tentang tragedi Salim Kancil (sebuah tinjauan sosiologis). Studi penelitian ini
diwujudkan dalam artikel ilmiah dengan melalui studi pustaka dari berbagai tulisan dan jurnal
yang terkait dengan tragedi Salim Kancil (sebuah tinjauan sosiologis). Rumusan masalah pada
artikel ini meliputi (1) Bagaimana pertumbuhan tambang pasir di Lumajang?; (2) Bagaimana
interaksi dan interelasi penambang-penguasa tambang pasir?; (3) Bagaimana tinjauan
sosiologis pada tragedi Salim Kancil?. Tujuan dari pembuatan artikel ini meliputi (1)
Pertumbuhan tambang pasir di Lumajang; (2) Interaksi dan interelasi penambang-penguasa; (3)
Tinjauan sosiologis tragedi Salim Kancil yang akan dibahas secara mendalam.

Metode
Menurut Sugiyono (2015:3) metode penelitian yaitu cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode penelitian kualitatif merupakan metode
penelitian yang berdasar pada filsafat postpositivisme dan digunakan dalam meneliti kondisi
obyek yang alamiah. Jenis metode penelitian kualitatif pada penelitian ini menggunakan
metode historis. Metode historis merupakan metode penelitian yang berfokus pada persoalan
sejarah, terutama peristiwa masa lalu dan proses kejadiannya dengan menggunakan sumber
data dan saksi sejarah. Sumber data yang dapat digunakan dalam penelitian ini yaitu catatan
sejarah dari beberapa literatur. Sedangkan, teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan teknik studi pustaka. Teknik ini berupa literatur dari berbagai catatan sejarah
yang terkait dengan sejarah pergerakan nasional. Terkait dengan teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini, maka ada dua cara yaitu teknik catat dan teknik simak. Teknik catat
merupakan peneliti mencatat poin-poin terpenting dari literatur yang digunakan. Sedangkan,
teknik simak berarti peneliti memahami topik yang akan digunakan dalam penelitian dari
literatur terkait dengan sejarah pergerakan nasional. Topik yang dibahas dalam penelitian ini
tentang pergerakan nasional di Indonesia dengan metode penelitian kualitatif dan teknik studi
pustaka. Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dari studi pustaka yang terkait dengan
penelitian.

Pertumbuhan Tambang Pasir di Lumajang

3
Pertumbuhan tambang pasir di Lumajang dimulai dari penambangan nasional.
Menurut Aswan dkk (2021) penambangan nasional merupakan upaya yang telah terencana
secara bertahap dan berhubungan langsung dengan skala prioritas yang harapannya
mendapatkan kondisi lebih baik dari sebelumnya. Dari penambangan nasional tersebut akan
berdampak pada terbukanya kawasan industri bagi perusahaan tambang yang ingin
mendirikan suatu usaha di daerah tersebut. Perusahaan tambang tersebut dapat memberikan
nilai tambah dalam bidang ekonomi bagi pemerintah dan pekerja tambang. Di samping itu,
terbukanya lapangan kerja dapat berupaya dalam peningkatan modal dan mempercepat laju
perekonomian suatu daerah. Dapat dikatakan bahwa penambangan nasional berdampak pada
perekonomian suatu daerah dan membuka kawasan industri yang baru bagi perusahaan
tambang. Sumber daya yang ada di Indonesia sangatlah melimpah dan banyak masyarakat
Indonesia yang menggunakan sumber daya alam tersebut untuk melakukan bisnis dengan
tujuan kepentingan bersama atau kepentingan daerah. Sumber daya di Indonesia dapat
berupa sumber daya alam dan sumber daya manusia yang berpengaruh pada perekonomian
suatu wilayah. Sebagai pemerintah, sebaiknya mengetahui potensi sumber daya alam yang
di sekitar agar sumber daya tersebut dapat dikelola dengan baik. Namun, hal tersebut tidak
menutup keinginan masyarakat menggunakan sumber daya alam tersebut. Apabila
pemerintah tidak mengelola dengan baik, maka dapat berdampak pada kerusakan
lingkungan sekitar.
Sumber daya alam yang ada di Kabupaten Lumajang tidak jauh dengan Gunung
Semeru. Gunung Semeru merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa dengan ketinggian
3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar
Gunung Semeru menganggap Gunung tersebut memiliki potensi pariwisata karena
keindahan alamnya. Sektor pariwisata di Gunung Semeru ini menjadi daya tarik wisatawan
asing dan potensi sumber daya alam di sekitar dapat memberi kekayaan bahan galian bagi
perusahaan tambang yang berupa pasir dan batu.
Lumajang merupakan daerah penambangan pasir batu dari erupsi Gunung Semeru
di sepanjang aliran Sungai Glidik. Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar aliran
letusan Gunung Semeru tersebut menjadi pekerja tambang pasir batu. Sebelumnya, erupsi
Gunung Semeru terjadi pada tahun 2015 dan mempengaruhi dinamika tambang pasir batu,
bagi masyarakat (Wijianto, 2020:4). Dapat dikatakan bahwa Lumajang sebagai daerah
tambang pasir batu terbesar di Provinsi Jawa Timur, tepatnya di sekitar Gunung Semeru.
Masyarakat di sekitar Gunung Semeru sebagian bekerja di perusahaan penambangan
ternama dan mempengaruhi kehidupan perekonomian mereka. Selain itu, Lumajang

4
memiliki sumber daya yang melimpah terutama di sektor penambangan penambangan
dilakukan di daerah Lumajang bagian selatan lebih tepatnya di aliran letusan Gunung
Semeru. Pasir merupakan bahan galian yang lepas dari Gunung semeru ketika meletus.
Erupsi Gunung Semeru mempengaruhi banyak masyarakat untuk melakukan penambangan
pasir dan menggunakan bahan galian yang lepas tersebut sebagai mata pencaharian
masyarakat yang berada di aliran sungai lahar erupsi Gunung Semeru. Dan pasir yang
merupakan bahan material yang digunakan dalam bahan bangunan. Pasir Lumajang banyak
digunakan sebagai bahan bangunan di Provinsi Jawa Timur. Karena pasir tersebut dianggap
lebih halus dengan kualitas terbaik. Selain pasir Lumajang, Pasir merapi juga banyak dicari
sebagai bahan bangunan karena mengandung silika (SiO) dan kandungan besi (FeO) yang
belum mengalami pelapukan. Kandungan dalam pasir tersebut berdampak pada kekuatan
beton suatu bangunan dan dapat meningkatkan kekeroposan beton lebih rendah (E. Susanti,
2014 dalam Jakarta, KOMPAS.COM, 8 Nov 2010).
Menurut Emsya (2020), Penambangan di wilayah sungai lahar Gunung Semeru
tersebut masyarakat menggunakan beberapa cara yaitu dengan menggunakan colt diesel. colt
diesel ini dilakukan di penambangan yang selanjutnya di proses ke penyetokan stockpile
(tempat penyimpanan pasir). Cara penambangan tersebut dilakukan di sekitar aliran lahar
Gunung Semeru dengan membendung lahar tersebut agar tidak terkena lahan tambang pasir.
Selain itu, penambangan dilakukan di lahan masyarakat sekitar yang terkena lahar Gunung
Semeru. Pemilik perusahaan tambang memiliki ijin yang berupa CV atau PT untuk
menggunakan lahan masyarakat dengan memperjualbelikan SKAB (Surat Keterangan
Angkut Barang). Dari surat ijin tersebut, CV atau PT dapat melakukan penambangan pasir.
Setelah mendirikan penambangan pasir tersebut, pekerja tambang menggunakan alat berat
berupa alat sedot. Penggunakan alat sedot tersebut dinilai merugikan karena berdampak
pada kerusakan lingkungan sekitar seperti longsor. Tetapi, cara tersebut menjadikan
penjualan pasir menjadi lebih mahal karena dapat membuat batu menjadi berkurang atau
langka. Dapat dikatakan bahwa penambangan di sekitar Gunung Semeru menggunakan
beberapa cara salah satunya colt diesel. Cara tersebut dilakukan di sekitar aliran lahar
Gunung Semeru dengan membendung lahar. Cara lainnya yaitu menggunakan alat berat
berupa alat sedot. Alat sedot tersebut memiliki dampak positif dan dampak negatifnya.
Dampak positifnya menjadikan penjualan pasir lebih mahal dan dampak negatifnya merusak
lingkungan sekitar.
Menurut Wijianto (2020:4) berdasarkan data, perekonomian masyarakat Lumajang
mengalami kenaikan signifikan sejak munculnya penambangan pasir. Hal tersebut dapat

5
dibuktikan dari kondisi keluarga mereka mengalami perubahan signifikan. Perkembangan
tambang pasir tersebut mengakibatkan transformasi ekonomi di wilayah tersebut. Selain itu,
perusahaan tambang dapat menghasilkan devisa dan menyediakan lapangan pekerjaan.
Namun, sisi negatifnya menyebabkan kerusakan lingkungan. Banyak penambangan pasir
yang ditolak oleh masyarakat sekitar karena kerusakan lingkungan dan penguasaan lahan
tambang secara illegal. Dapat dikatakan bahwa perekonomian masyarakat Lumajang
mengalami perubahan signifikan dan berdampak positif bagi masyarakat Lumajang. Hal
lainnya yaitu perusahaan tambang dapat menghasilkan devisa dan menyediakan lapangan
pekerjaan. Sisi negatifnya berdampak pada kerusakan lingkungan dan penguasaan lahan
tambang secara illegal

Interaksi dan Interelasi Penambang-Penguasa

Interaksi dan interelasi penambang-penguasa di Kabupaten Lumajang ini terjadi


pada Kasus PT Indo Modern Minning Sejahtera (IMMS). Menurut Putri (25:2015)
perusahaan tambang tersebut merupakan perusahaan finansial dari Hong Kong dan
mendapatkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) pada tahun 2010 melalui Surat Keputusan
Bupati Lumajang Nomor: 503/436/427.-14/2010. Dari pernyataan tersebut, PT IMMS
memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Lumajang tetapi melanggar peraturan
pemerintah daerah tentang wilayah usaha penambangan yang dibuktikan dari beberapa foto.
Hal tersebut dapat diatur dalam Peraturan Pemerintahan Daerah (Pemda) Nomor 2 Tahun
2015. Peraturan tersebut berisi tentang bupati dan walikota tidak memiliki wewenang dalam
penetapan wilayah usaha pertambangan serta Izin Usaha Pertambangan (IUP) ke
perusahaan. Yang memiliki wewenang penetapan wilayah tambang tersebut hanyalah
gubernur dan pemerintah pusat. Setelah proses tersebut dilakukan penetapan WIUP di
sekitar wilayah tambang oleh pemerintah provinsi. Apabila daerah tambang tersebut berada
di lintas provinsi akan dipegang oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral
(ESDM) sebagai pihak yang berwenang (Putri, 66:2015).
Selain itu, PT IMMS melakukan perjanjian dengan pemilik lahan tambang yang
bertujuan untuk eksplorasi dan eksploitasi. Perusahaan tersebut melakukan perjanjian sewa
menyewa dengan pemilik lahan. Menurut Putri (77:2015) perjanjian sewa menyewa antara
kedua pihak tersebut dapat diterima dan semua kesepakatan berjalan dengan baik. Namun,
bermunculan penambang illegal yang mengganggu kegiatan penambangan PT IMMS.
Pemilik lahan yang menyewakan tanah tersebut malah bekerja sama dengan penambang
illegal tersebut. Penambang illegal tersebut menerima kerja sama dengan pemilik tanah

6
melalui tawaran keuntungan dan memfasilitasi kegiatan penambangan yang lebih baik dari
PT IMMS. Dapat dikatakan bahwa pemilik lahan tersebut mengingkari perjanjian dengan
PT IMMS karena lebih memilih berkerja sama dengan penambang illegal pasca perjanjian
tersebut. Dalam peraturan pertambangan yang berlaku penambang illegal tidak
diperbolehkan bekerja sama dengan pemilik lahan. Dikarenakan penambang illegal tidak
memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) dari Pemerintah setempat.
Permasalahan ini menimbulkan sengketa tanah antara PT IMMS dengan
penambang illegal yang telah merusak dan mengabaikan perjanjian sewa tanah. Sehingga,
PT IMMS dirugikan oleh kedua pihak tersebut. Setelah itu, penambang illegal tersebut
melakukan penjualan hasil tambang pasir besi ke berbagai daerah dengan pengiriman
melalui stockfile yang mengakibatkan PT IMMS mengalami kerugian besar. Keesokan
harinya, PT IMMS melaporkan kasus sengketa tersebut ke pihak berwajib untuk segera
ditangani. Namun, laporan tersebut tidak direspon oleh pihak berwajib dan menyarankan PT
IMMS untuk berdamai dengan masyarakat. Selanjutnya, PT IMMS melakukan perdamaian
melalui Alternative Dispute Resolution (ADR). Alternative Dispute Resolution (ADR)
merupakan penyelesaian sengketa di luar pengadilan yang dilakukan secara damai.
Penyelesaian ADR ini termasuk dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang
Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (UU Arbitrase) (Putri, 81:2015). Dapat
dikatakan bahwa PT IMMS menyelesaikan permasalahannya melalui jalur ADR yang
termasuk dalam UU Arbitrase pemerintah Indonesia.

Tinjauan Sosiologis Tragedi Salim Kancil


Tinjauan sosiologis pada tragedi salim kancil berfokus pada teori tindakan sosial
Talcott Parsons dan teori dramaturgi Erving Goffman. Menurut Supardan (2017:153) teori
tindakan sosial Talcott Parsons berfokus pada suatu tindakan individu atau kelompok yang
memiliki tujuan, situasi yang dihadapi dan penentuan material (alat dan tujuan). Dapat
diartikan tindakan sosial merupakan kenyataan sosial yang ada di masyarakat dan memiliki
hubungan dengan kehidupan sehari-hari. Tindakan sosial yang dimaksud Talcott Parsons
berdampak pada individu atau kelompok dan memiliki hubungan dengan teori dramaturgi
yang dikemukakan Erving Goffman. Teori dramaturgi berfokus pada interaksi tatap muka
antar individu atau antar kelompok. Goffman menggambarkan interaksi individu atau
kelompok sebagai suatu pertunjukkan (show) yang bercerita tentang kehidupan sehari-
harinya (Supardan, 2017:158). Kedua teori tersebut dapat ditemukan pada kehidupan sehari-

7
hari individu atau kelompok salah satunya tragedi salim kancil di Selok Awar-Awar,
Lumajang.
Menurut Widianto (2020:101) tragedi Salim Kancil terjadi pada tahun 2014 yang
disebabkan karena penolakan warga Selok Awar-Awar terhadap pembangunan
penambangan illegal yang berkedok pendirian desa disekitar Pantai Watu Pecak dan
penyelesaian kasus ini secara stalemate (sama-sama kuat, tetapi akan terhenti pada suatu
titik) dengan pembunuhan salah satu pelopor dari penolakan pembangunan penambangan
illegal di desa tersebut yaitu Salim Kancil. Sebelumnya, Salim dan Tosan mengetahui
rencana dari pendirian desa yang dilakukan oleh pemerintah setempat yaitu membangun
penambangan illegal yang memicu konflik masyarakat desa Awar-Awar dengan pemerintah.
Salim dan Tosan membentuk kelompok masyarakat untuk menyelesaikan permasalahan
tambang illegal tersebut dengan surat permintaan yang berisi tentang penutupan
penambangan illegal tersebut. Setelah itu, struktur pemerintah desa menanggapi surat
permintaan tersebut dan mengatakan permasalahan itu merupakan upaya mengelola desa
yang akan didirikan serta menyarankan kelompok komunikasi yang mengajukan surat
permintaan mediasi sampai bulan Agustus. Namun, Tosan menanggapi penyataan struktur
pemerintah desa tersebut tidak sesuai dan mengajukan surat permintaan yang telah dibuat ke
Polsek Pasirian serta merencanakan seruan pemberhentian operasi tambang melalui tulisan
kepada pengemudi truk. Beberapa hari kemudian, struktur pemerintah desa melakukan
konsiliasi dengan kelompok masyarakat Desa Awar-Awar dan pihak yang terlibat dalam
konflik ini serta mengundang pihak berwenang dalam penyelesaian konflik ini seperti
Kapolsek Pasirian, Kades beserta jajarannya. Tetapi, penyelesaian konflik ini tidak
membuah hasil dan konflik ini masih berlanjut hingga perselisihan antara Tosan dan
Madasir. Setelah perselisihan, Salim dan Tosan merencanakan aksi penolakan terhadap
penambangan illegal tersebut. Saat itu juga, ketiga saingan kelompok Salim dan Tosan yaitu
Kades, Tim 12 dan Paguyuban Pendukung Tambang merencanakan eksekusi tokoh utama
dalam aksi penolakan penambangan illegal tersebut. Keesokan harinya, Salim dan Tosan
dihadang oleh Tim 12 dengan gerombolan pendukung tambang. Setelah itu, keduanya
dieksekusi dengan cara yang sama.
Pada kejadian tersebut, dapat disimpulkan bahwa warga Selok Awar-Awar menolak
pembangunan penambangan illegal yang ada di sekitar desanya dan terjadi konflik antara
warga dengan pihak terkait sampai terjadi pembunuhan kedua tokoh pembela warga Selok
Awar-Awar. Jika dihubungkan dengan teori tindakan sosial Talcott Parsons, tragedi salim
kancil terjadi karena kedua belah pihak kelompok memiliki tujuan yang berlawanan dan

8
ingin tercapai tujuan setiap kelompoknya tersebut. Sedangkan jika dihubungkan dengan
teori dramaturgi Erving Goffman, tragedi salim kancil terjadi pada salah satu pihak yang
menentang interaksi tatap muka dengan kelompok pejabat desa setempat serta pada pihak
pejabat desa memiliki masyarakat rahasia untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Masyarakat rahasia tersebut terdiri dari pihak kepolisian setempat dan pembela
penambangan illegal yang disebut dengan Tim 12. Namun, terjadi konflik berkepanjangan
hingga pembunuhan kedua tokoh dari salah satu pihak kelompok yang terlibat. Interaksi
sosial antara individu atau kelompok selalu memiliki bibit konflik sosial yang bersifat
rasional atau irasional. Konflik rasional cenderung bersifat positif dan konflik irasional
bersifat disfungsional (Supardan, 2017:151). Tragedi salim kancil termasuk pada konflik
irasional karena tidak menemukan jalan terang dan berhenti pada suatu titik yang
mengakibatkan pembunuhan kedua tokoh penting dari pembela warga Selok Awar-Awar.

Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa tragedi Salim Kancil dimulai dari
pertumbuhan tambang pasir Lumajang. Pertumbuhan tambang pasir Lumajang sangat pesat
dan berdampak pada perekonomian masyarakat sekitar karena di kawasan Lumajang sendiri
memiliki sumber daya yang melimpah terutama pada sektor penambangan penambangan
yang dilakukan di Lumajang selatan tepatnya di sekitar aliran letusan Gunung Semeru.
Penambangan di wilayah tersebut menggunakan dua cara yaitu dengan mesin colt diesel dan
penggunaan alat berat berupa alat sedot. Kegiatan tambang pasir tersebut berdampak pada
kondisi keluarga dan masyarakat sekitar yang mengakibatkan terjadinya transformasi
ekonomi di wilayah Lumajang selatan itu sendiri. Hal tersebut berhubungan dengan
terjadinya interaksi dan interelasi antara penambang-penguasa pada Lumajang. Interaksi dan
interelasi antara penambang-penguasa pada Lumajang sendiri mengakibatkan kasus terbesar
yaitu kasus PT IMMS. Perusahaan tambang tersebut merupakan bagian dari perusahaan
finansial dari Hong Kong. Pasca adanya persoalan terhadap praktik pertambangan yang
dilakukan terhadap kedua perusahaan tersebut, ditemukan beberapa bukti berupa foto yang
menunjukkan adanya pelanggaran terhadap beberapa prinsip yang harus dipenuhi pasca
penambangan di kawasan tersebut. Permasalahan selanjutnya merujuk pada sengketa tanah
yang dilakukan oleh PT IMMS dan pemilik tanah. Kedua pihak tersebut melakukan
perjanjian sewa-menyewa. Perusahaan penambangan illegal tersebut telah melanggar
perjanjian dan mengabaikan perjanjian sewa lahan. Interaksi dan interelasi antara
penambang-penguasa pada Lumajang itu memunculkan salah satu desakan masyarakat

9
sekitar yang disebut dengan tragedi Salim Kancil. Tragedi ini terjadi pada tahun 2014 yang
disebabkan karena penolakan warga Selok Awar-Awar terhadap pembangunan
penambangan illegal yang berkedok pendirian desa wisata disekitar Pantai Watu Pecak dan
penyelesaian kasus ini secara stalemate. Jika dihubungkan dengan teori tindakan sosial
Talcott Parsons, tragedi salim kancil terjadi karena kedua belah pihak kelompok memiliki
tujuan yang berlawanan dan ingin tercapai tujuan setiap kelompoknya tersebut. Sedangkan
jika dihubungkan dengan teori dramaturgi Erving Goffman, tragedi salim kancil terjadi pada
salah satu pihak yang menentang interaksi tatap muka dengan kelompok pejabat desa
setempat serta pada pihak pejabat desa memiliki masyarakat rahasia untuk menyelesaikan
masalah tersebut. Masyarakat rahasia tersebut terdiri dari pihak kepolisian setempat dan
pembela penambangan illegal yang disebut dengan Tim 12. Namun, terjadi konflik
berkepanjangan hingga pembunuhan kedua tokoh dari salah satu pihak kelompok yang
terlibat.

Daftar Rujukan
Suyanto, Heru dkk. 2017. Model Kebijakan Penal terhadap Kejahatan Pertambangan yang
Disebabkan Kebijakan Pemerintah (Studi Tambang Pasir Besi di Kabupaten
Lumajang). Depok: Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta

Widianto, Hardian Wahyu. 2020. Konflik Tambang Pasir Besi Lumajang: Analisis Akar dan
Resolusi. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta

Aswan, A. 2020. Usaha Tambang Pasir Batu di Desa Lonjoboko Kabupaten Gowa (2006-
2018). Makassar: Universitas Negeri Makassar

Supardan, Dadang. 2017. Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural.
Jakarta: PT Bumi Aksara

Amaniyah, E.N. 2020. Analisis Al Bai’ Terhadap Jual Beli Pasir Di Jugosari Candipuro
Lumajang. Surabaya: UIN Sunan Ampel Surabaya

Susanti, E. 2014. Studi Perbandingan Nilai Kuat Tekan Dan Modulus Elastis Beton Yang
Menggunakan Pasir Merapi Dan Pasir Lumajang. Surabaya: Institut Teknologi Adhi
Tama Surabaya

Wijiyanto, M.A. 2020. Pengaruh Kegiatan Penambangan Pasir Terhadap Kondisi Sosial
Ekonomi Masyarakat. Malang: Universitas Islam Malang

Putri, Priesty Yustika. 2015. Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah Antara Pemilik Lahan
Dengan Perusahaan Pertambangan Pemegang Izin Usaha Pertambangan (Studi Kasus
di PT IMMS Cabang Lumajang). Malang: Universitas Brawijaya

10

You might also like