You are on page 1of 6

MAKALAH

“Sejarah Dan latar belakang lahirnya NU”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Aswaja”

Dosen Pengampu:

Nafiul Huda, M.Pd.I.

Disusun Oleh:

Abdul Khafidz (20211700101002)


Aldi Reynaldy (20211700102004)

UNIVERSITAS KH. ABDUL CHALIM

FAKULTAS TARBIYAH

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

2023/2024
KATA PENGANTAR
‫بسم هللا الرحمن الرحيم‬

Alhamdulillah, segala puji kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas Rahmat serta Karunia-Nya
yang telah memudahkan kami dalam menyusun malakah yang memuat sebagian kajian
bertemakan “Sejarah dan latar belakang lahirnya NU” sebagai penyempurna tugas dari mata
kuliah “Aswaja” sehingga dapat kami selesaikan dengan baik dan tepat waktu.

Tentunya penulisan makalah ini tidak lepas dari pihak-pihak yang membantu dalam bimbingan
penulisan sampai menjadi suatu makalah utuh. Kami sebagai penulis menyampaikan apresiasi
dan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada yang terhormat:

1. Romo Prof. Dr. KH. Asep Saifuddin Chalim, MA. Selaku Pengasuh Institut Pesantren
KH. Abdul Chalim.
2. Bapak Dr. H. Mauhiburrohman, Lc.MIRKH., Selaku Rektor Institut Pesantren KH.
Abdul Chalim.
3. Ibu Muqimah Liwais Sunnah, M.Pd. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
Arab.
4. Bpk, Nafiul Huda M,Pd.I Selaku dosen pengampu mata kuliah “Aswaja” yang telah
memberikan bimbingan juga arahan dengan baik sampai terselesaikannya makalah ini.
Pada akhirnya kami menyadari akan keterbatasan makalah ini dan sangat jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, sangat diharapkan kritikan dan saran yang membangun dari
pihak manapun guna kemajuan literasi para mahasiswa mendatang. Mudah-mudahan
makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan menjadi indikator kemajuan pendidikan
bangsa.

Penulis,

Mojokerto,26 februari 2024


A. Nahdlatul Ulama

1. Sejarah lahirnya Nahdlatul Ulama

Nahdlatul Ulama lahir pada tanggal 31 Januari 1926 sebagai reprensentatif dari ulama
tradisionalis, dengan haluan ideologi ahlus sunnah waljamaah tokoh-tokoh yang ikut berperan
diantaranya K.H. Hasyim Asy’ari. K.H. Wahab Hasbullah dan para ulama pada masa itu pada
saat kegiatan reformasi mulai berkembang luas, ulama belum begitu terorganisasi namun mereka
sudah saling mempunyai hubungan yang sangat kuat. Perayaan pesta seperti haul, ulang tahun
wafatnya seorang kiai, secara berkala mengumpulkan para kiai, masyarakat sekitar ataupun para
bekas murid pesantren mereka yang kini tersebar luas diseluruh nusantara1

Berdirinya Nahdlatul Ulama tak bisa dilepaskan dengan upaya mempertahankan


ajaran ahlus sunnah wal jamaah (aswaja). Ajaran ini bersumber dari Al-qur’an, Sunnah,
Ijma’(keputusan-keputusan para ulama’sebelumnya). Dan Qiyas (kasus-kasus yang ada dalam
cerita alQur’an dan Hadits) seperti yang dikutip oleh Marijan dari K.H. Mustofa Bisri ada tiga
substansi, yaitu :

(1) dalam bidang-bidang hukum-hukum Islam menganut salah satu ajaran dari empat madzhab
(Hanafi, Maliki, Syafi’I, dan Hanbali), yang dalam praktiknya para Kyai NU menganut kuat
madzhab Syafi’I.
(2) dalam soal tauhid (ketuhanan), menganut ajaran Imam Abu Hasan Al-Asy’ari dan Imam
Abu Mansur Al-Maturidzi.
(3) dalam bidang tasawuf, menganut dasar-dasar ajaran Imam Abu Qosim AlJunaidi2

Proses konsulidasi faham Sunni berjalan secara evolutif. Pemikiran Sunni dalam
bidang teologi bersikap elektik, yaitu memilih salah satu pendapat yang benar. Hasan Al-Bashri
(w. 110 H/728) seorang tokoh Sunni yang terkemuka dalam masalh Qada dan Qadar yang
menyangkut soal manusia, memilih pendapat Qodariyah, sedangkan dalam masalah pelaku dosa
besar memilih pendapat Murji’ah yang menyatakan bahwa sang pelaku menjadi kufur, hanya
imannya yang masih (fasiq). Pemikiran yang dikembangkan oleh Hasan AL-Basri inilah yang
sebenarnya kemudian direduksi sebagai pemikiran Ahlus sunnah waljama’ah3.

Menurut Muhammad Abu Zahra, perbedaan pendapat dikalangan kaum muslim pada hakikatnya
menampak dalam dua bentu, yaitu Praktis dan Teoritis. Perbedaan secara praktis terwujud dalam
kelompok – kelompok seperti kelompok Ali bin Abi Tholib (Syi’ah), Khawarij dan kelompok
Muawiyah. Bentuk kedua dari perbedaan pendapat dalam Islam bersifat ilmiah teoritis seperti
1
Masykur Hasyim, Merakit Negeri Berserakan, (Surabaya: Yayasan 95, 2002) h. 66
2
Laode Ida, NU Muda, (Jakarta: Erlangga, 2004) h. 7
3
Ridwan, Paradigma Politik NU, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) h. 95
yang terjadi d alam masalah ‘aqidah dan furu’ (fiqih). Ahlus Sunnah Waljama’ah sebagai salah
satu aliran dalam Islam meskipun pada awal kelahirannya sangat kental dengan nuansa
politiknya, namun, dalam perkembangannya diskursus yang dikembangkannya juga masuk pada
bagian wilayahseperti Aqidah, Fiqih, Tasawuf dan Politik.4

2. Latar belakang berdirinya NU

Nahdlatul Ulama adalah merupakan organisasi kemasyarakatan sekaligus sebagai


organisasi keagamaan yang lebih dikenal dengan istilah jam‟iyah, yang berprinsip moderat
terhadap adat istiadat dengan toleransinya terhadap masyarakat dan sesuai dengan prinsip
Nahdlatul Ulama.Nahdhatul Ulama (NU) menjadi salah satu organisasi sosial keagamaan di
Indonesia yang pembentukannya merupakan kelanjutan perjuangan kalangan pesantren dalam
melawan kolonialisme di Indonesia. NU didirikan pada tanggal 31 januari 1926 di Surabaya oleh
sejumlah ulama tradisional yang diprakarsai oleh KH. Hasyim Asy‟ari5

Pembentukan NU merupakan reaksi satu sisi terhadap berbagai aktivitas kelompok


reformis, Muhammadiyah dan kelompok modernis moderat yang aktif dalam gerakan politik,
Syarekat Islam (SI), sisi lain terhadap perkembangan politik dan paham keagamaan
internasional6 Maksud Nahdlatul Ulama berdiri memang mempunyai motivasi keagamaan, yaitu
mempertahankan Islam ahlussunnah wal jamaah sebagaimana latar belakang didirikannya
Nahdlatul Ulama.

Dengan latar belakang keagamaan yakni mendarah dagingnya ajaran ahlussunnah


waljamaah (pendukung madzhab Syafi‟i) pada masa pergerakan nasional. Sebagai lanjutan,
organisasi ini bertujuan sesuai motivasi berdirinya yaitu mencapai izzatul Islam wal muslimin
atau dengan kata lain membentuk masyarakat Islam Ahlussunnah wal- Jama‟ah. Sedangkan
Ahlussunnah wal-Jama‟ah sendiri memiliki pengertian dalam orang-orang yang meniti jalan
yang ditempuh oleh Nabi dan para sahabatnya yang bersumber dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah.7

Sejak awal berdirinya, NU telah menentukan pilihan keagamaan yang akan dianut,
dikembangkan, dan dijadikan sebagai rujukan dalam kehidupan beragama, berbangsa, dan
bernegara. Paham keagamaannya adalah Ahlussunah wal Jama‟ah. Pengertian dari Ahlussunah

4
Ibid hlm,110
5
Nahdhatul Ulama bisa diartikan kebangkitan ulama. Kata Al-Nahdlah secara etimologis seperti dikemukakan oleh
Ibrahi Anis dalam al Mu‟jam al Wasih (h.959)
6
Sudarno Shobron, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Dalam Pentas Politik Nasional (Yogyakarta:
Muhammadiyah University Press, 2003).,38
7
Said Al-Qahtani dan Nasir bin Abdul Karim Al-„Aql, Aqidah Ahlul Sunnah Wal Jamaah dan Kewajiban
Mengikutinya (Surabaya: Pustaka As-Sunnah, 2003).,12
wal Jama‟ah adalah golongan umat Islam yang dalam bidang tauhid mengikuti ajaran Imam Al-
Asy‟ari, sedangkan dalam bidang fiqih mengikuti salah satu mazhab empat. Dalam kata
pengantar Anggaran Dasar NU tahun 1947. KH. Hasyim

Asy‟ari menegaskan paham keagamaan NU, yaitu:

Wahai para ulama dan para sahabat sekalian yang takut kepada Allah dari golongan
Ahlussunah wal Jama‟ah, yah! Dari golongan yang menganut mazhab imam yang empat.
Engkau sekalian orangorang yang telah menuntut ilmu pengetahuan agama dari orangorang yang
hidup sebelum kalian dan begitu juga seterusnya dengan tidak gegabah dengan memilih seorang
guru dan dengan penuh ketelitian pula kalian memandang seorang guru di mana kalian menuntut
ilmu pengetahuan daripadany. Maka oleh karena menuntut ilmu pengetahuan dengan cara
demikian itulah, maka sebenarnya, kalian yang memegang kunci bahkan juga menjadi pintunya
ilmu pengetahuan agama Islam. Oleh karenanya, apabila kalian memasuki suatu rumah,
hendaknya melalui pintunya, maka barangsiapa memasuki suatu rumah tidak melalui pintunya,
maka ia dikataka n pencuri.8

Daftar pustaka
8
Shobron, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Dalam Pentas Politik Nasional.,53
Sudarno Shobron, Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama Dalam Pentas Politik Nasional
(Yogyakarta: Muhammadiyah University Press, 2003).,38

Said Al-Qahtani dan Nasir bin Abdul Karim Al-„Aql, Aqidah Ahlul Sunnah Wal Jamaah dan
Kewajiban Mengikutinya (Surabaya: Pustaka As-Sunnah, 2003).,12

Masykur Hasyim, Merakit Negeri Berserakan, (Surabaya: Yayasan 95, 2002) h. 66

Laode Ida, NU Muda, (Jakarta: Erlangga, 2004) h. 7

Ridwan, Paradigma Politik NU, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004) h. 95

You might also like