You are on page 1of 12

JMRT, Volume 4 No 2 Tahun 2021, Halaman: 47-56

JOURNAL OF MARINE RESEARCH AND TECHNOLOGY


journal homepage: https://ojs.unud.ac.id/index.php/JMRT
ISSN: 2621 -0096 (electronic); 2621 -0088 (print)

Strategi Pengurangan Sampah Plastik di Laut Pada Kawasan Konservasi Perairan


Nusa Penida : Studi Kasus Pulau Nusa Lembongan
I Kadek Yogi Wiantaraa, I Gede Hendrawana*, Widiastutia

aProgram Studi Ilmu Kelautan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Unuversitas Udayana, Bali, Indonesia
*Corresponding author, email:hendrawan@gmail.com

AR TIC LE INFO ABSTRACT

Article history: Coastal and marine areas on small islands have a higher vulnerability to the impact of plastic
Received: February 11th 2021 waste, where plastic is a material that is difficult to decompose. Nusa Lembongan Island is one
Received in revised form: June 8th 2021 of the small islands that is included in the Marine Protected Area (MPA) and is one of the
Accepted: June 15th 2021 world's marine tourism destinations with various tourism activities in it. Tourism activities have
Available online: August 31th 2021 a large enough opportunity for plastic waste pollution in the environment. This study aims to
develop a priority strategy for reducing plastic waste based on the approach of internal and
external factors on the island of Nusa Lembongan using the analysis of Strengths, Weaknesses,
Opportunities, Threats (SWOT), and Analytical Hierarchy Process (AHP). Data were collected
by observation, literature study, interviews, and questionnaires. Respondents were determined
by purposive sampling and snowball sampling. The results of the data obtained were analyzed
using the SWOT method which resulted in alternative strategies which were then analyzed using
the AHP method. The results of the study indicate that the priority strategy is to maximize
environmental facilities and add segregated waste bins to create mutually beneficial
Keywords: AHP; MPA; Nusa Lembongan island; relationships with groups of self-management services and to realize the prevention of the use of
Plastic waste; SWOT single-use plastic waste as stated in Pergub Bali no. 97 of 2018 take advantage of the support of
local NGOs to carry out synergistic and sustainable socialization.

2021JMRT. All rights reserved.

1. Pendahuluan menunjukkan bahwa tak terkelolanya sampah yang ada di


Provinsi Bali dengan sejumlah 52%.
Ekosistem yang rentan terkena pengaruh dari adanya aktivitas Sebuah riset terbaru dari Bali Partnership (2019)
manusia dan buangan limbah dari darat ialah kawasan pesisir dan menunjukkan bahwa Bali memproduksi sampah hingga mencapai
laut. Bahan pencemar yang bersumber dari aktivitas pariwisata 4.281 ton per hari, yang mana 11 % diantaranya mengalir ke laut.
akan berdampak negatif terhadap wilayah pesisir dan laut. Kelimpahan sampah di sepanjang pantai pulau Bali berkisar dari
Permasalahan serius dapat ditimbulkan di wilayah pesisir dan laut 0 - 7,15 buah/m2 dengan rata-rata konsentrasi sebesar 0,89
Indonesia karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan buah/m2. Data ini menunjukan tidak ada wilayah pantai di Bali
pulau-pulau kecil yang menjadi tempat hidup biota dan organisme yang terbebas dari sampah baik dari aktivitas manusia maupun
laut beserta ekosistem di dalamnya, sehingga penyebaran sampah alam (Hendrawan, 2019).
laut menjadi lebih kompleks (Purba et al., 2012). Lewat ketetapan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 24
Tipe sampah laut salah satunya adalah plastik yang ialah tipe tahun 2014 menetapkan Nusa Penida sebagai salah satu Kawasan
sampah laut paling dominan (CBD-STAP, 2012) yang sudah Konservasi Perairan (KKP) di Bali (KKP, 2014) KKP ini
tersebar luas di lingkungan laut (Nelms et al., 2015) yang dikelilingi gugusan terumbu karang yang beraneka ragam dan
berdampak terhadap penurunan populasi biota (Uneputty dan ratusan jenis ikan berbagai bentuk dan warna (Darma et al.,
Evans, 1997). Perubahan pada organisme, baik secara fisiologis
2015). Nusa Penida juga menjadi tujuan wisata sejak tahun 1990-
ataupun anatomis bisa timbul oleh tertelannya plastik yang
an (Germanov, et al., 2019). Data menunjukan pada tahun 2017
berukuran kecil (Tanaka et al., 2013) dan berdampak negatif bagi
manusia (Halden, 2010). Menurut Jambeck, et. al, (2015), sejumlah 292.734 wisatawan yang berkunjung ke Nusa Penida
mengatakan bahwa Indonesia berada di peringkat kedua dunia atau kunjungan terbesar di Kabupaten Klungkung (Badan Pusat
penghasil sampah plastik ke laut, tepat di bawah Cina dengan Statistik Kabupaten Klungkung, 2018). Adanya aktivitas
capaian buangan sampah ke laut 0,48-1,29 MMT per tahun. pariwisata selain berdampak positif juga akan berdampak negatif
Sumbangan sampah ke laut tersebut tentunya berasal dari dimana menurut United Nations Environment Programme
berbagai provinsi yang ada di Indonesia, salah satunya Provinsi (UNEP), mengatakan bahwa rerata sampah yang dihasilkan oleh
Bali, dimana berdasar kajian Bali Partnership (2019), yang wisatawan saat mereka berlibur ialah enam kali lebih banyak
(WWF-Indonesia, 2015). Meski umumnya kawasan yang

47
JMRT, Volume 4 No 2 Tahun 2021, Halaman: 47-56

terlindungi dari kegiatan manusia yang sifatnya merusak ialah


kawasan konservasi, namum di kawasan tersebut masih bisa kita
temukan keberadaan sampah plastik.
Berdasarkan hasil studi Germanov et al. (2019), diperkirakan
kelimpahan plastik rata-rata dari gabungan bagian utara dan
selatan teluk di Manta Bay, komsumsi plastik oleh pari manta
adalah 62,7 lembar/jam selama musim hujan dan 4,4 lembar/jam
selama musim kemarau. Komsumsi plastik tersebut sebagian
besar terdiri dari plastik film dan fragmen (Germanov et al.,
2019). Pada tahun 2018 menurut penyelam Richard Horner
ditemukan banyak sampah plastik yang melayang di KKP Nusa
Penida tepatnya di lokasi penyelaman Manta Point (Mongabay,
2018a). Hal ini mengidikasikan pencemaran sampah plastik sudah
mengancam keberadaan biota di KKP Nusa Penida.
Upaya dalam mengurangi sampah plasrik yang masuk ke
kawasan perairan laut salah satunya adalah dengan mengurangi
volume sampah plastik dan pengelolaan sampah yang tepat. Desa Gambar 1. Lokasi Pengambilan Data
Jungutbatu dan Lembongan ialah dua desa yang terdapat di Pulau
Nusa Lembongan, yang merupakan salah satu pulau kecil di 2.2 Metode Pengambilan Sampel
KKP Nusa Penida (Darma, 2015). Permasalahan sampah plastik
di pulau Nusa Lembongan masih dilakukan dengan cara Kriteria sampel didasarkan atas pengaruh dan keterlibatan
penimbunan dan pembakaran di Tempat Pembuangan Sementara responden di Desa Lembongan dan Jungutbatu yang berperan
(TPS) Jungutbatu (Mongabay, 2018b). Tahun 2018 mulai ada aktif atau pasif menghasilkan atau mengurangi sampah plastik.
upaya serius dalam menagani sampah tersebut, sampah plastik Sampel tersebut meliputi Perangkat Desa beserta Kepala Desa
yang bisa diolah sebagain kecil mulai dipilah dan dipadatkan, Lembongan dan Jungutbatu di dalam Pemerintahan Desa, ketua
sebelum dikirimkan ke surabaya sebagai pusat pengelolaan LSM atau Komunitas, pelaku sektor akomodasi pariwisata seperti
sampah anorganik (Mongabay, 2018b) Kelompok wahyu segara Vila, Hotel, Restoran dan tokoh masyarakat atau Badan
merupakan salah satu kelompok yang aktif dalam memilah Permusyawaratan Desa (BPD).
sampah plastik, namun kecepatan penanganan kalah jauh dengan Dalam penelitian ini stakeholder utamanya adalah
sampah plastik yang dihasilkan tersebut (Mongabay, 2018b). Pemerintah Desa Lembongan dan Jungubatu sebagai pengambil
Perlu adanya strategi penanganan yang tepat dalam kebijakan utama, dengan jumlah sampel masing-masing
mengurangi jumlah sampah plastik di laut. Karenanya, kajian Pemerintah Desa sebanyak 6 orang dari Pemerintah Desa
berikut bertujuan guna menyusun menyusun strategi alternatif Lembongan dan 6 orang dari Pemerintah Desa Jungutbatu.
melalui analisis Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats Jumlah 6 sampel sudah dianggap mewakili persepsi atas kinerja
(SWOT) serta Analytical Hierarchy Process (AHP) guna Pemerintah Desa Lembongan dan Jungut Batu. Untuk
menentukan strategi prioritas dalam pengurangan sampah plastik menyeimbangkan persepsi dari sampel keseluruhan, maka
berdasarkan pendekatan faktor internal dan eksternal di pulau responden non Pemerintah Desa lebih banyak yang berjumlah 23
Nusa Lembongan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan responden yang diambil di dua Desa Lembongan dan Jungut
Pemerintah Desa Lembongan dan Jungutbatu dalam menentukan Batu, dengan penentuan responden secara snowball sampling.
kebijakan yang tepat dalam upaya mengurangi sampah plastik Snowball sampling didasarkan atas keterbatasan pengetahuan
yang masuk ke perairan laut di pulau Nusa Lembongan. peneliti dalam menentukan responden sehingga meminta
rekomendasi dari beberapa responden yang sudah ditentukan
2. Metodologi
secara purposive sampling. Dalam analisis AHP Penentuan
2.1 Waktu dan Tempat Penelitian responden ditentukan dengan cara purposive sampling yang
dipilih berdasarkan keahlian atau expert (Saaty, 2008) yang
Pelaksanaan pengambilan data berlangsung pada Agustus - berjumlah 4 responden, 2 responden yang berasal dari Pemerintah
November 2020. Kajian berikut dilaksanakan di pulau Nusa Desa Lembongan dan Jungut Batu dan 2 responden dari ketua
Lembongan, yang bertempat di Desa Lembongan serta LSM yang di Desa Lembongan dan Jungutbatu.
Jungutbatu, kecamatan Nusa Penida, kabupaten Klungkung,
Provinsi Bali (Gambar 1). 2.3 Metode Analisis Data
Kajian berikut menggunakan jenis penelitian deskriptif
melalui pendekatan kualitatif serta kuantitatif (mixed method).
Data kualitatif diperoleh melalui proses wawancara, observasi,
kajian literatur dan situs berita lokal yang kemudian digunakan
dalam pembentukan faktor internal dan eksternal. Pendekatan
kuantitatif pada kajian berikut yakni dengan mengumpulkan data
menggunakan kuesioner SWOT serta kusioner AHP. Tahapan
analisis dalam penelitian ini merupakan modifikasi dari Hutassoit
(2005); dan Asmarani (2010). Adapun tahapan analisis yang
digunakan untuk menyusun strategi pioritas meliputi 2 tahap,
yaitu analisis SWOT serta AHP. Guna memperoleh kedua faktor
itu yang dianggap penting dalam tujuan yang hendak dicapai
ialah tujuan dari analisis SWOT. Berbagai alternatif strategi
kebijakan dihasilkan oleh analisis SWOT, yang kemudian

48
JMRT, Volume 4 No 2 Tahun 2021, Halaman: 47-56

berdasar prioritas dengan menggunakan analisis AHP yang Tabel 1. Matriks Faktor Internal dan Eksternal
mendasari pemilihan alternatif strategi kebijakan yang tersedia.
Alat yang membantu para pembuat keputusan guna
FAKTOR EKSTERNAL
mengidentifikasi sekaligus menyusun prioritas berdasar tujuan
yang hendak diraih, pengetahuan, serta pengalaman yang
dimilikinya atas masing-masing permasalahan yang dihadapi Opportunity
Threat (T)
ialah analisis AHP (Saaty, 2000 ; Asmarani, 2010). (O)

2.4 Analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) strategi yang strategi yang
memakai memakai
Strength
Identifikasi berbagai faktor internal dan eksternal yang kekuatan guna kekuatan guna
(S)
yang diperileh dari hasil pengamatan, interview, serta kajian memanfaatkan mengatasi
pustaka atau mempelajari situs berita lokal yang berkaitan dengan peluang.(SO) ancaman. (ST)
permasalahan sampah plastik mengawali analisis SWOT. FAKTOR strategi yang
Observasi dilaksanakan melalui pengamatan langsung di lapangan INTERNAL meminimalkan strategi yang
seperti ketersediaan fasilitas lingkungan, keadaan TPS dan kelemahan meminimalkan
Weakness
aktivitas LSM, kemudian wawancara awal dilakukan dengan untuk kelemahan dan
(W)
Kepala Desa Lembongan dan Jungutbatu serta Ketua LSM atau memanfaatkan menghindari
Komunitas. Penentuan faktor internal didasarkan atas aktivitas peluang . ancaman (WT)
dan kondisi di pulau Nusa Lembongan, dimana Pemerintah Desa (WO)
sebagai stakeholder utama yang berpengaruh terhadap masyarakat
dan lingkungannya serta semua yang terpengaruh oleh penerapan
kebijakan Pemerintah Desa di pulau Nusa Lembongan. Faktor 2.5 Analisis AHP (Analytical Hierarchy Process)
eksternal ditentukan atas ketidakterkaitan terhadap kebijakan Hutasoit (2005), mengatakan bahwa beberapa alternatif
Pemerintah Desa dan pengaruh dari luar pulau baik kejadian alam kebijakan diberikan oleh hasil penyusunan strategi analisa
ataupun manusia yang secara langsung berpengaruh terhadap SWOT, namun belum tentu semua kebijakan bisa digunakan
penambahan atau pengurangan sampah plastik. Dalam secara bersamaan karena terbatasnya sumber daya. Pemilihan
penyusunan kuesioner menggunakan penilaian prestasi faktor dan prioritas dilaksanakan guna mendapat strategi kebijakan yang
urgensi (Rangkuti, 2018). Prestasi faktor menggunakan skala 1 perlu memperoleh perhatian dengan memakai analisis AHP guna
sampai 4 yaitu skala 1 = sangat baik, 2 = baik, 3 = kurang baik, 4 mengatasi perihal itu.
= buruk dan urgensi (tingkat kepentingan) menggunakan skala a Tahapan AHP diawali dengan penyusunan hirarki.
sampai d yaitu skala a = sangat penting, b = penting, c = kurang Kerangka hirarki dalam penelitian ini terbagi atas tiga tingkatan
penting, dan d = tidak penting. yaitu, tujuan (goal) dari perspektif yang luas, kriteria atau tingkat
Berdasarkan hasil pengisian kuesioner atas kedua faktor menengah dimana elemen-elemen berikutnya terhubung ke
tersebut, langkah berikutnya ialah mengidentifikasi beragam tingkat dibawahnya, dan alternatif strategi yang merupakan
unsur yang masuk dalam kategori kekuatan (strength), sekumpulan alternatif paling bawah (Saaty, 2008). Setelah
kelemahan (weakness), peluang (opportunity), serta ancaman hirarki selesai kemudian dilakukan penyusunan kuesioner AHP
(threat). Pengkategorian menggunakan rerata bobot keseluruhan dan pengisian kuesioner oleh responden. Pengisian kuesioner
di masing-masing faktor tersebut, apabila bobot faktor berada dilakukan dengan perbandingan berpasangan (pairwise
diatas nilai rata-rata bobot keseluruhan dikategorikan kekuatan comparison) antar beragam kriteria yang ditetapkan dan alternatif
bagi faktor internal serta peluang bagi faktor eksternal dan strategi yang dihasilkan. Perbandingan berpasangan oleh
sebaliknya apabila bobot faktor berada di bawah nilai bobot rata- responden menggunakan skala saaty (2008). Skala saaty
rata keseluruhan dikategorikan sebagai kelemahan bagi faktor ditampilkan pada (Tabel 2).
internal serta ancaman bagi faktor eksternal.
Selanjutnya dilakukan pembobotan IFAS dan EFAS dengan Tabel 2. Skala AHP (Saaty, 2008)
modifikasi sesuai kriteria penilaian yang digunakan. Menurut
Hutasoit (2005), tahapan pembobotan IFAS-EFAS diawali
Skala Artinya
dengan, dikurangi nilai 2,5 untuk setiap nilai rata-rata. Nilai 2,5
diambil sebagai nilai patokan (benchmark) selanjutnya nilai 1 Sama pentingnya kedua faktor (equal
penyesuain sifatnya skor mutlak (positif), kemudian dengan importance)
mengambil bobot masing-masing faktor = 100% guna 3 Faktor yang satu sedikit lebih penting dari
menentukan bobot dari masing-masing elemen SWOT bagi tiap faktor lainnya(moderate importance)
faktornya dan dari perkalian bobot x rating yang menghasilkan
bobot tertimbang ialah pembobotan yang digunakan sebagai 5 Faktor yang satu lebih pentingdari faktor yang
bahan penilaian prioritas. lainnya(essential/ strong importance)
Perumusan strategi dilakukan agar mendapatkan prioritas 7 Faktor yang satu sangat lebih penting dari
dan keterkaitan antara faktor internal dan eksternal yang faktor lainnya(very strong importance)
dilakukan dengan interaksi kombinasi yang dibagi menjadi 4
(Yavuz dan Baican, 2013 ; Cahyadi dan Mardiatno, 2018). Secara 9 Faktor yang satu mutlak lebih penting dari
singkat dijelaskan pada (Tabel 1). faktor lainnya(extreme importance)
2,4,6,8 Ialah skala kompromi diantara penilaian di
atas

49
JMRT, Volume 4 No 2 Tahun 2021, Halaman: 47-56

Analisis data dari kuesioner AHP dilakukan dengan Tabel 4. Hasil Penilaian Responden Atas Faktor-Faktor Internal
menggunakan microsoft excel. Tahapan pertama dilakukan
perhitungan eigen value untuk menentukan prioritas yang ingin No Faktor internal Bobot Kriteria
dicapai. Dalam model AHP penilaian responden keseluruhan 1 Posisi TPA di Jungutbatu 1,94 W
harus digabung sebagai perwakilan untuk keseluruhan penilaian
responden (Saaty, 2008). Maka dengan cara mencari rata-rata 2 Sistem pengelolaan TPA 2,40 W
ukur (geometric mean) ialah cara umum yang dipakai pembuat 3 Kegiatan bakti sosial (beach 3,37 S
AHP karena lebih cocok bagi deret bilangan yang bersifat cleanup)
perbandingan rasio (Asmarani, 2010). Menurut Wirawan (2016), 4 Pengetahuan dan kesadaran 2,46 W
rumus geometric mean seperti terdapat pada persamaan 1. masyarakat Desa akan dampak
𝑛 sampah plastik
GM = √(x1)(𝑥2)(𝑥3) … (𝑥𝑛) .................................... (1) 5 Moralitas, etika, sikap perilaku 2,94 S
Dimana : GM = rerata ukur; kerja dalam pemerintah desa
x1 = skor data pertama; dan masyarakat
xn = skor data ke-n; 6 Adanya peraturan adat 2,63 W
n = banyaknya data atau observasi. setempat (awig-awig)
Setelah eigen value didapat local priority bisa ditentukan, 7 Peran aktif Pemerintah Desa 3,34 S
yakni prioritas guna satu level. Dengan prioritas yang daialihkan 8 Peran aktif STT/Karang Taruna 2,91 S
pada elemen level di atasnya hingga level terakhir menghasilkan
9 Koordinasi Pemerintah Desa 3,00 S
global priority.
dengan STT/Karang taruna dan
Setelah global priority diperoleh langkah selanjutnya organisasi dibawahnya
dilakukan uji konsistensi atau . uji consistency ratio (CR). CR 10 Ketersediaan fasilitas 2,91 S
harus menujukan nilai inkonsistensi yang berkisar dibawah atau lingkungan
sama dengan 10 % atau 0,1 jika diatas nilai tersebut maka perlu 11 Peran pengusaha industri 2,71 W
dilaksanakan penilaian ulang ke ahli ataupun expert (Saaty, pariwisata makro maupun
2008). Konsistensi tiap matriks perbandingan berpasangan serta mikro
konsistensi secara keseluruhan yang diukur ialah dua tahapan 12 Penanganan sampah oleh 2,60 W
pada uji konsistensi dalam model AHP, menurut Saaty (2008) industri pariwisata hotel dll
dihitung berdasarkan persamaan 2 ialah : Nilai rata-rata 2,77
CR = 𝐶𝐼/𝑅𝐼 ................................................................. (2)
Dimana : CR = Consistency Ratio; Tabel 5. Hasil Penilaian Responden Atas Faktor-Faktor Eksternal
CI = Consistency Index
RI = Random Consistency Index No Faktor eksternal Bobot Kriteria
Consistency Index (CI) didapat dari persamaan 3 sebagai
berikut : 1 Peraturan Pergub Bali No. 97 3.06 O
(λmax − 𝑛)/(𝑛 − 1) ................................................... (3) Tahun 2018 mengenai larangan
Random Consistency Index (RI) menurut Saaty (2008) sampah plastik sekali pakai
ditampilkan (Tabel 3) sebagai berikut : 2 Kiriman sampah plastik pada 1.57 T
musim tertentu
3 Bantuan alat pencacah untuk 2.71 T
Tabel 3. Indeks Konsistensi Random (Saaty, 2008)
LSM Wahyu Segara oleh BPSPL
4 Kesadaran masyarakat akan 2.34 T
N 1 2 3 4 5 6 7 8 dampak sampah plastik terhadap
Ke-n pari manta dan hiu paus serta
RI 0 0 0,58 0,9 1,12 1,24 1,32 1,41 biota lainnya
5 Dukungan LSM Lokal 3.09 O
6 Jasa swakelola sampah di hotel, 2.77 O
3. Hasil dan Pembahasan villa dll
7 Dukungan LSM Internasional 3.03 O
3.1 Analisis Faktor SWOT
8 Dukungan Pemerintah Kabupaten 3.03 O
Berdasarkan perhitungan dari penilaian 35 responden Klungkung
diketahui bahwa skor rerata semua faktor internal sejumlah 2,77. 9 Sosialisasi tentang sampah plastik 2.94 O
Perihal itu lalu dibagi jadi dua bagian, yakni yang skor reratanya oleh LSM lokal dan Internasional
di atas 2,77 dikategorikan sebagai kekuatan ataupun strength (S), 10 Kunjungan wisatawan yang tinggi 2.66 T
serta skor reratanya di bawah 2,77 dikategorikan sebagai dan sikap wisatawan dalam
kelemahan atau weakness (W) hal yang sama juga berlaku menjaga kebersihan
terhadap faktor eksternal. Nilai rerata semua faktor eksternal Nilai rata-rata 2.72
sejumlah 2,72. Dimana yang skor reratanya di atas 2,72
dikategorikan sebagai peluang ataupun opportunity (O), serta Pemerintah Desa Lembongan dan Jungutbatu sebagai
yang skor reratanya di bawah 2,72 dikategorikan sebagai pengambil kebijakan terkait pengurangan sampah plastik harus
ancaman/threat (T), dimana secara ringkas bisa terjelaskan dalam mengetahui kekuatanya agar kekuatan yang dimiliki bisa
(Tabel 4 dan Tabel 5) dimaksimalkan potensinya untuk mencapai tujuan yang ingin
dicapai. Berdasar hasil penilaian responden terhadap faktor
internal elemen SWOT yang berjumlah 12 faktor didapatkan 6
faktor kekuatan yang nilai bobotnya berada di atas skor rerata.

50
JMRT, Volume 4 No 2 Tahun 2021, Halaman: 47-56

Perihal ini, yang memiliki nilai rata-rata tertinggi adalah kegiatan lokal ini menurut responden menjadi peluang terbesar. LSM
bakti sosial atau beach cleanup dengan nilai rata-rata 3,37. Faktor Lembongan Recycling berperan dalam penyediaan jasa Swakelola
ini dinilai responden menjadi kekuatan utama dalam mengurangi dak aktif melakukan pemilahan serta pengelolaan sampah.
sampah plastik. Berdasar hasil interview dengan Kepala Desa Adapun LSM Lembongan Surf team (LST), Trash Hero
serta Ketua LSM lokal, kegiatan bakti sosial pada awalnya Lembongan dan Juction sudah rutin melakukan bakti sosial di
dilakukan oleh turis asing dan LSM lokal kemudian dalam kawasan pantai. Peran LSM yang aktif perlu diimbangi dengan
perjalanannya pemerintah Kabupaten Klungkung ikut dukungan dari Pemerintah Desa melalui kerjasama yang
berpartisipasi melalui Pemerintah Desa. Partisipasi tersebut berkesinambungan. Kerjasama bisa dalam bentuk dukungan
diantaranya dengan pemberian dana dan menciptakan event-event dengan memberikan pendanaan dan pembuatan program kerja
beach cleanup. Kegiatan beach cleanup selain melibatkan LSM dengan melibatkan penduduk lokal. Dukungan Pemerintah Desa
juga melibatkan masyarakat secara umum, yang secara tidak kepada LSM lokal merupakan langkah awal yang bisa dilakukan
langsung sudah berpengaruh terhadap penduduk lokal di pulau untuk menciptakan kesadaran secara menyeluruh di pulau Nusa
Nusa Lembongan akan pentingnya menjaga lingkungan dan Lembongan akan pentingnya bahaya sampah plastik karena LSM
peningkatan pengetahuan akan sampah plastik. Menurut tersebut berbasis masyarakat lokal. Sumber daya yang dikolola
responden kegiatan bakti sosial di pantai tersebut menjadi faktor oleh masyarakat lokal yang mana masyarakat mendapat insentif
yang sangat berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat. darinya guna mandiri dalam wadah-wadah organisasi di tataran
Kegiatan bakti sosial selain berdampak baik terhadap lingkungan, lokal, menjadi lebih efektif serta kuat dikarenakan masyarakat
juga ada interaksi sosial sehingga secara tidak langsung secara lembaga yang melakukannya (Satria 2002; Muharara dan
pengetahuan masyarakat akan dampak sampah plastik terhadap Satria, 2018).
laut menjadi lebih baik. Kegiatan bakti sosial ini juga penting Faktor ancaman berjumlah 4 faktor berdasarkan atas
dilakukan masyarakat lokal karena lingkungan sekitar telah penilaian responden dari 10 faktor eksternal yang skor bobotnya
memberikan banyak mamfaat. Bakti sosial ini merupakan bentuk berada di bawah nilai rerata. Skor rerata terendah dari faktor
kepedulian dalam penerapan Tri Hita Karana yang wajib ancaman ialah adanya kiriman sampah plastik pada musim
dipertahankan guna menjaga keberlangsungan hidup manusia dan tertentu, dengan nilai rata-rata sebesar 1,57. Kiriman sampah
bumi agar bisa terwariskan ke generasi selanjutnya. plastik berasal dari luar pulau yang terbawa oleh arus kemudian
Faktor kelemahan berjumlah 6 faktor berdasarkan atas terdampar ke daerah pantai di pulau Nusa Lembongan. Munurut
penilaian responden dari 12 faktor internal yang skor bobotnya Brahmantya Satyamurti Poerwadi, mengatakan kemungkinan
berada di bawah nilai rerata. Faktor kelemahan yang mendapat pergerakan arus laut yang sifatnya musiman, dimana sampah
nilai terendah adalah posisi TPS di Desa Jungutbatu, dengan skor terbawa dari perairan bagian barat ke perairan Nusa Penida
rerata sejumlah 1,94. Perihal berikut dinilai responden menjadi menyebabkan banyaknya sampah plastik di laut KKP itu
kelemahan terbesar yang dimiliki pulau Nusa Lembongan. (Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, 2018). Berdasarkan
Penyataan tersebut didukung bahwa posisi TPA yang berada di penelitian Anom et al. (2020), mengatakan bahwa daerah dengan
dekat ekosistem mangrove dan laut sehingga pencemaran sampah waktu tinggal partikel (contohnya plastik) yang paling lama
plastik kelaut menjadi lebih cepat. Ketika pasang terjadi sampah diantara daerah lainnya di KKP Nusa Penida ialah antara pulau
akan terendam air laut sehingga menyulitkan masyarakat Nusa Lembongan dengan Nusa Penida (Selat Toyapakeh). Waktu
membuang sampah serta petugas yang membawa truk masuk ke tinggal partikel yang lama ini akan mengakibatkan sampah plastik
lokasi. Berdasarkan wawancara dengan kepala Desa Lembongan terakumulasi di perairan pulau Nusa Lembongan yang pada
dan Jungutbatu pengelolaan sampah di TPS hanya dilakukan akhirnya akan terjadi pencemaran sampah plastik di wilayah
penimbunan dan pembakaran. Menurut kepala Desa Lembongan pesisir dan laut pulau Nusa Lembongan. Pencemaran sampah
Ketut Gede Arjaya kira-kira ada 200 pengusaha pariwisata di plastik tersebut akan berdampak langsung terhadap pesisir dan
Lembongan termasuk di pulau Nusa Ceningan, yang berpotensi laut di pulau Nusa Lembongan, sehingga akan berpengaruh
menyumbang sampah plastik (Mongabay, 2018). Potensi terhadap lingkungan dan keanekaragaman biota didalamnya.
sumbangan sampah plastik tersebut harus diimbangi dengan Upaya yang bisa dilakukan untuk menangani permasalahan
sistem pengelolaan yang baik di TPS agar terjadi keseimbangan tersebut dengan melakukan beach cleanup pada musim tertentu
sehingga bisa mencegah sampah over capacit di TPS. Selain tim secara rutin.
Lembongan Recycling ada juga Dinas Kebersihan dan Pertahanan 3.2 Perumusan Strategi SWOT
(DKP) yang mengangkut sampah tersebut ke lokasi TPA dengan Kedua faktor yang dimasukkan ke dalam matriks interaksi
jumlah angkutan 50% dari sekitar 4 ton produksi sampah per IFAS-EFAS SWOT mendasari perumusan strategi. Pembobotan
harinya (Mongabay, 2018). Adapun upaya pemerintah untuk pada kedua fator itu yang sudah dilaksanakan sebelumnya
mengatasi permasalahan tersebut melalui DLHP Kabupaten menghasilkan Interaksi IFAS dan EFAS. Pembobotan IFAS dan
Klungkung mencanangkan guna melakukan revitalisasi di TPA EFAS bertujuan untuk memperoleh bobot prioritas di setiap
Desa Jungutbatu namun dalam perjalananya masih terkendala masing-masing grup SWOT sebagaimana dalam (Tabel 6 dan
lahan di pulau Nusa Lembongan. Tabel 7).
Faktor peluang berjumlah 6 faktor berdasarkan atas
penilaian responden dari 10 faktor eksternal yang nilai bobotnya
berada diatas nilai rata-rata. Faktor peluang yang memiliki nilai
tertinggi adalah dukungan LSM lokal, dengan nilai rata-rata
tertinggi 3,09. Dukungan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)

Tabel 6. Hasil Pembobotan IFAS

51
JMRT, Volume 4 No 2 Tahun 2021, Halaman: 47-56

No Penyesuaian nilai Bobot (%) Urgensi Bobot x rating(%) Bobot x rating


rata-rata
| Nilai rata-rata - 2.5| (b/Xsi)*Bs) (Rating)
S I II III IV V VI
T
R 3 0.87 18.82 3.29 61.843 0.62
E 5 0.44 9.57 3.20 30.609 0.31
N 7 0.84 18.20 3.20 58.255 0.58
G 8 0.41 8.95 3.40 30.424 0.30
T 9 0.50 10.80 3.40 36.718 0.37
H
10 0.41 8.95 3.49 31.191 0.31
Total S (Xsi) = 3.49 2.49
No Penyesuaian Nilai Bobot (%) Urgensi Bobot x rating (%) Bobot x rating
Rata-rata
|Nilai rata-rata - 2.5 | (b/Xwi)*Bw) (Rating)
W
1 0.56 12.09 3.54 42.847 0.43
E
A 2 0.10 2.16 3.40 7.343 0.07
K 4 0.04 0.86 3.51 3.036 0.03
N 6 0.13 2.78 3.37 9.361 0.09
E 11 0.21 4.63 3.43 15.867 0.16
S 12 0.10 2.16 3.34 7.219 0.07
S
Total W (Xwi) = 1.14 24.68 0.86

Total I = ( Xsi + Xwi ) = (Xi) = 4.63

Bs = (Xsi/Xi) *100% = 75.38 Bw = (Xwi/Xi)*100% = 24.62

Tabel 7. Hasil Pembobotan EFAS

No Penyesuaian nilai Bobot (%) Urgensi Bobot x rating (%) Bobot x rating
rata-rata
| Nilai rata-rata - 2.5 | (b/Xoe)*BO) (Rating)
O
P 1 0.56 12.75 3.40 43.347 0.43
P 5 0.59 13.40 3.31 44.421 0.44
O
6 0.27 6.21 3.46 21.473 0.21
R
T 7 0.53 12.10 3.11 37.668 0.38
U 8 0.53 12.10 3.40 41.124 0.41
N 9 0.44 10.13 3.31 33.587 0.34
I
T 2.91
Y Total o (Xoe) = 2.91 2.22

No Penyesuaian nilai Bobot (%) Urgensi Bobot x rating (%) Bobot x rating
rata-rata
T |Nilai rata-rata - 2.5 | (b/Xte)*Bt) (Rating)
H
2 0.93 21.25 3.46 73.461 0.73
R
E 3 0.21 4.90 3.09 15.131 0.15
A 4 0.16 3.60 3.63 13.048 0.13
T 10 0.16 3.60 3.40 12.226 0.12
Total T(Xte) = 1.46 1.14
Total E = ( Xoe + Xte ) = (Xe) = 4.37
Bo = (Xoe/Xe) *100% = 66.59 Bt = (Xte/Xe)*100% = 33.41

52
JMRT, Volume 4 No 2 Tahun 2021, Halaman: 47-56

Penyusunan prioritas strategi didasari oleh hasil Opportunity (SO) atau strategi yang memakai kekuatan guna
pembobotan berdasar kombinasi strategi IFAS-EFAS, yang mana memanfaatkan peluang yang ada yang. Rangkuti (2018)
secara lengkap bisa kita lihat dalam tabel 8. menyatakan jika hasil bobot tertinggi ada pada kuadran I atau SO
mengindikasikan kondisi yang sangat menguntungkan dan situasi
Tabel 8. Urutan Alternatif Strategi SWOT
yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Hasil ini
sangat menguntungkan bagi pihak pemerintah Desa Lembongan
Prioritas Strategi Bobot total dan Jungutbatu. Pemilihan prioritas tertinggi pada strategi SO tak
I Strength-Opportunity (SO) 4,71 berarti bisa mengabaikan strategi lain, namun perlu menerapkan
II Strength- Threat (ST) 3,63 strategi lainnya bila ingin hasil yang maksimal, tentunya dengan
III Weakness-Opportunity (WO) 3,08 dukungan sumber daya di lokasi tersebut. Adapun alternatif
IV Weakness- Threat (WT) 2 strategi SO yang telah dirumuskan ditampailkan pada (Tabel 9).
Berdasar hasil interaksi IFAS-EFAS didapatkan alternatif
strategi yang mendapatkan bobot tertinggi yaitu Strength-

Tabel 9. Alternatif Strategi SO

Strength Opportunity
1. Kegiatan bakti sosial di lingkungan 1. Diberlakukannya Peraturan Gubernur
sekitar dan pesisir pantai dalam upaya (Pergub) Bali No. 97 Tahun 2018
mengurangi sampah plastik mengenai pembatasan timbulan sampah
2. Moralitas, etika sikap perilaku SDM plastik sekali pakai di Bali.
dalam profesi kerja pemerintahan Desa 2. Dukungan LSM Lokal dalam upaya
dan masyarakat yang berhubungan pengurangan sampah plastik
dengan upaya pengurangan sampah 3. Adanya jasa swakelola sampah di hotel,
plastik villa, dan restoran dalam upaya
3. Peran aktif pemerintah Desa dalam mengurangi sampah plastik
mendukung kegiatan pengurangan 4. Dukungan LSM Internasional dalam upaya
sampah plastik mengurangi sampah plastik
4. Peran aktif STT/Karang Taruna dalam 5. Dukungan pemerintah Kabupaten
upaya pengurangan sampah plastik baik Klungkung dalam upaya mengurangi
program yang dijalankan pemerintah sampah plastik
desa ataupun program internal 6. Adanya kampanye dan sosialisasi
STT/Karang Taruna tsb. pengurangan penggunaan sampah plastik
5. Koordinasi pemerintah Desa dengan sekali pakai dan yang berhubungan dengan
STT/Karang Taruna, LSM/komunitas pengurangan sampah plastik baik secara
dalam upaya mengurangi sampah plastik langsung maupun media sosial oleh LSM
6. Ketersediaan fasilitas lingkungan dalam Lokal maupun Internasional
menjaga kebersihan dari sampah plastik
seperti tempat sampah, truk
sampah,poster himbauan dan lain-lain
Strategi SO (Strength-Opportunity)
1. Meningkatkan/memperbanyak program Pemerintah Desa yang berhubungan dengan
sampah plastik dan mengoptimalkan kegiatan bakti sosial yang sudah berjalan untuk
memanfaatkan partisipasi dari LSM Lokal dan LSM Internasional serta Pemerintah
Kabupaten Klungkung (SO 1)
2. Menjalin kerjasama atau meningkatkan koordinasi dalam berbagai program sampah plastik
antara STT, Karang Taruna, Pemerintah Desa dengan pihak LSM Lokal dan Internasional
dalam berbagai program sampah plastik (SO 2)
3. Meningkatkan moralitas, etika, sikap perilaku SDM, dan etos kerja pemerintah Desa untuk
memanfaatkan dukungan Pemerintah Kabupaten Klungkung dalam mengurangi sampah
plastik (SO 3)
4. Memaksimalkan adanya fasilitas lingkungan dan penambahan tempat sampah terpilah
sehingga tercipta hubungan saling menguntungkan dengan pihak jasa swakelola dan
mendukung sosialisai yang terorganisir dan berkesinambungan oleh LSM lokal dalam
penerapan PERGUB no. 97 tahun 2018 terkait penggunaan sampah plastik sekali pakai
(SO 4)

Berdasarkan hasil strategi yang telah dirumuskan, lebih laut. Pulau Nusa Lembongan sebagai daerah KKP juga
berfokus pada upaya penanggulangan sampah plastik di darat. merupakan tujuan wisatawan manca negara sehingga akan terjadi
Penanggulangan sampah plastik dari darat dibutuhkan dalam peningkatan aktivitas pariwisata yang dapat menimbulkan
rangka pencegahan masuknya sampah plastik ke dalam perairan pencemaran yang menganggu keseimbangan dan kelestarian

53
JMRT, Volume 4 No 2 Tahun 2021, Halaman: 47-56

pesisir dan laut. Selain pencemaran secara langsung oleh perlu adanya. Guna memanfaatkan dukungan pemerintah
masayarakat dan wisatawan, TPS Jungutbatu juga berpengaruh Kabupaten Klungkung, Pemerintah Desa harus menunjukan
secara langsung terhadap pencemaran sampah plastik di laut, keseriusan dalam menjalankan program kerja yang berhubungan
sehingga sangat penting melakukan pencegahan dari darat melalui dengan sampah plastik dengan meningkatkan etos kerja,
4 strategi alternatif yang diperoleh. moralitas, disiplin dan sikap prilaku yang baik.
Alternatif strategi (SO1) yaitu meningkatkan program Alternatif strategi (SO4) yaitu memaksimalkan adanya
Pemerintah Desa yang berhubungan dengan sampah plastik. fasilitas lingkungan yang tersedia dan sosialisai yang
Strategi tersebut merupakan strategi yang dibentuk untuk berkesinambungan. Strategi tersebut dibuat untuk menggunakan
memamfaatkan faktor internal yaitu peran aktif Pemerintah Desa fasilitas lingkungan yang tersedia dengan efektif untuk
dan beach clean up yang menjadi solusi dalam menangani sampah memamfaatkan peluang melalui sosialisasi yang dilakukan oleh
plastik di pantai untuk memperoleh peluang berupa partisipasi LSM lokal. Berdasarkan wawancara dengan Kepala Desa
LSM lokal dan Internasional yang diharapkan terciptanya progran Lembongan dan Jungutbatu, fasilitas lingkungan yang sudah
kerja baru yang terorganisir dan berkesinambungan dengan pihak disediakan adalah tempat sampah sementara yang belum terpilah,
LSM. Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala Desa truk pengangkut beserta pekerjanya, dan poster larangan
Lembongan dan Jungutbatu, program kerja Pemerintah Desa yang membuang sampah plastik. Dari eksternal Desa seperti industri
berhubungan dengan pengurangan sampah plastik masih sangat pariwisata menyediakan tempat sampah masing-masing yang
sedikit. Program kerja yang dilakukan diantaranya menyediakan selanjutnya diangkut ke TPS Jungutbatu dan kegiatan dari
pengangkut sampah roda empat beserta sopir, dana motivasi yang Lembongan Recycling menyediakan tempat sampah terpilah tiga
diberikan kepada pelaku kegiatan (non APBD) dan mengadakan jenis di tempat tertentu. Menurut Wijaya dan Trihadiningrum
event beach clean up melalui dukungan dari pemerintah (2014), pemilahan sampah akan mempermudah tindakan dalam
Kabupaten Klungkung. pengelolaan sampah selanjutnya dengan didukung tempat sampah
Program Pemerintah Desa bisa berjalan dengan baik bila yang disesuaikan dengan jenis sampahnya. Fasilitas lingkungan
melibatkan semua pihak, baik industri pariwisata, rumah tangga, seperti tempat sampah tiga jenis sangat dibutuhkan di tempat-
dan LSM serta masyarakat secara umum. Upaya pengurangan tempat dengan aktivitas pariwisata yang tinggi seperti pantai.
timbulan sampah plastik harus dilakukan melalui program kerja Selain penyediakan fasilitas lingkungan tersebut kerjasama
yang terorganisir dan berkesinambungan. Peran aktif LSM lokal Pemerintah Desa dengan pihak penyedia jasa swakelola
dan Internasional yang fokus bergerak dalam pengurangan (Lembongan Recycling) dan LSM lokal lainnya sangat
sampah plastik, bisa digunakan oleh Pemerintah Desa untuk diperlukan. Kerjasama dengan pihak penyedia jasa swakelola
memamfaatkan peluang tersebut dalam pembuatan program kerja akan saling menguntungkan, dengan adanya tempat sampah yang
yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak. Peran aktif sudah terpilah memudahkan pihak jasa swakelola mengolah
LSM tersebut sangat diperlukan dalam menciptakan kesadaran sampah tersebut untuk kemudian dijual. Kerjasama dengan pihak
masyarakat akan dampak sampah plastik terhadap lingkungan. LSM lokal juga diperlukan untuk pengoptimalan fasilitas
Menurut Muharara dan Satria (2018), pembuatan kebijakan lingkungan yang tepat melalui sosialisasi atau kampanye yang
dalam KKP daerah Nusa Lembongan yang dilakukan pemerintah bersinergi dalam mendukung penerapan Pergub Bali No. 97
bersama masyarakat dan LSM jangan sampai tercerabut dari Tahun 2018 untuk mencegah timbunan sampah plastik di TPA
awig-awig yang telah ada sebelumnya di Desa Lembongan, yang dan lingkungan sekitar.
mana dinilai dangat penting dalam penyusunan kebijakan atau
peraturan KKP daerah Nusa Lembongan.
Alternatif strategi (SO2) yaitu menjalin kerjasama atau 3.3 Analisa AHP
koordinasi dalam berbagai program sampah plastik. Strategi ini
Berdasar hasil strategi yang analisis SWOT itu, penulis
bertujuan untuk penyelarasan kembali kegiatan yang saling
mengembangkannya ke dalam rumusan strategi dengan memakai
bergantung antara Pemerintah Desa dengan STT/Karang Taruna
metode AHP dengan tahapan pertama menyusun hirarki. Perihal
dan kelompok lainnya yaitu LSM Lokal dan Internasional. Dalam
ini menjadi salah datu proses terpenting yang menghasilkan
hal ini LSM Lokal dan Internasional mempunyai agenda yang
kuesioner perbandingan berpasangan AHP (Saaty, 2008). Hierarki
sama yaitu mengurangi sampah plastik dengan cara masing-
menyusun permasalahan kompleks kedalam wujud sederhana.
masing dan Pemerintah Desa dan STT/Karang Taruna
Kajian berikut terdiri dari tiga hierarki. Pada level 3 digunakan
mempunyai kewajiban untuk memajukan Desa salah satunya
hasil prioritas alternatif strategi yang terpilih dari analisa SWOT
dengan mengurangi sampah plastik. Sebagaimana tertuang pada
yaitu SO.
pasal 26 ayat 1 UU Rebublik Indonesia No. 6 Tahun 2014
Pada level 2 kriteria sosial, ekonomi dan lingkungan dipilih
tentang Desa, dimana dalam kerjasama dan koordinasi yang
karena mempertimbangkan pengaruhnya terhadap kesadaran
terjalin dengan segenap pemangku kepentingan di Desa ialah
masyarakat akan sampah plastik. Dalam kajian (Kholil, 2003;
kewajiban dari Kepala Desa. Dengan terjalinnya koordinasi yang
Hayana, 2015), yang berlokasi di Jakarta Selatan memberi
baik akan menciptakan ide-ide baru dan berkolaborasi sehingga
simpulan bahwa keberhasilan pengelolaan sampah sangat
bisa mencapai tujuan bersama yaitu mengurangi sampah plastik.
ditentukan oleh partisipasi masyarakat. Hayana (2015) juga
Alternatif strategi (SO3), Meningkatkan moralitas, etika,
mengatakan bahwa beberapa faktor yang memengaruhi partisipasi
sikap perilaku SDM, dan etos kerja Pemerinta Desa. Strategi
masyarakat adalah sosial, ekonomi, budaya, serta lingkungan.
tersebut merupakan strategi dengan menggunakan kinerja yang
Kemudian Al-Anwari (2014), mengungkapkan bahwa sikap serta
baik dari aparatur/perangkat Pemerintah Desa untuk memperoleh
tindakan yang senantiasa berupaya mencegah kerusakan alam di
peluang dari pemerintah Kabupaten Klungkung baik berupa
lingkungan sekitarnya serta pengembangan upaya guna
pendanaan maupun pembuatan acara yang berhubungan dengan
memperbaiki kerusakan alam yang telah terjadi ialah peduli
sampah plastik. Aparatur negara yaitu Pemerintahan Desa
lingkungan.
merupakan aset serta modal utama yang mengisi serta
menentukan berhasilnya pembangunan sebuah daerah.
Reorientasi nilai-nilai kerja yang selaras dengan tugas
pelayanannya diperlukan guna melakukan tugas dengan baik

54
JMRT, Volume 4 No 2 Tahun 2021, Halaman: 47-56

Hasil tersebut bisa terlihat responden berpendapat bahwa


upaya pengurangan sampah plastik di kawasan konservasi pulau
Nusa Lembongan lebih memilih Lingkungan sebagai kriteria
utama dengan bobot 0,407 dalam pendekatan terhadap
masyarakat. Kriteria lingkungan menekankan pada partisipasi
masyarakat terhadap pengurangan sampah plastik karena
kesadaran akan pentinya alam yang terkena dampak sampah
plastik. Menurut Tania et al. (2011), dilihat dari alasan utama
wisatawan mengunjungi KKP Nusa Penida karena keindahan
alam beserta biota laut yang dimilikinya. Alasan tersebut yang
memperkuat faktor lingkungan sebagai kriteria yang harus
diprioritaskan. Tingkat konsistensi responden atas penilaian
Gambar 2. Hirarki dalam AHP faktor sudah dapat dikatakan konsisten, karena nilai indeks
konsistensi berada di bawah 0,1 atau 10 %. Berdasarkan nilai
Berdasarkan susunan hirarki tersebut disusun kuesioner prioritas lokal dan global yang diperoleh itu, maka menghasilkan
AHP. Empat responden yang terpilih (expert) mengisi penilaian runtutan prioritas alternatif strategi berdaar bobot tertinggi yang
perbandingan berpasangan didalam kuesioner AHP sehingga tercermin dalam (Tabel 11).
diperoleh skala penilaian. Dari keempat penilaian responden
tersebut harus ada satu penilaian yang mewakilkan di setiap Tabel 11. Urutan Prioritas Alternatif Strategi Berdasarkan Bobot
penilaian faktor yang dirata-ratakan dengan Geometric mean. Tertinggi
Berdasarkan data Geometric mean tersebut, selanjutnya dilakukan
perhitungan perbadingan berpasangan dan eigen value dengan Bobot
Urutan
menggunakan aplikasi microsoft excel maka diperoleh nilai Strategi kebijakan strategi
prioritas
prioritas lokal dan global serta konsistensi indeks. Hasil nilai
prioritas dan konsistensi indeks ditampilkan pada (Tabel 10). Memaksimalkan fasilitas 0,308
1
Tabel 10. Nilai Prioritas Dan Konsistensi Indeks lingkungan
Priority Inconsistency Peningkatan program Pemerintah 0,249
2
Indikator index Desa
Local Global
0,236
3 Menjalin koordinasi
Goal
Kriteria Peningkatan kinerja Pemerintah 0,206
4
Sosial 0,225 0,225 Desa
0,00084 0.999
Ekonomi 0,367 0,367 Total bobot
Lingkungan 0,407 0,407 Overall Inconsistensi Index = 0,013
Goal
Kriteria Sosial
Peningkatan program Berdasarkan tabel 13 dapat disimpulkan alternatif strategi
0,350 0,079
desa kebijakan yang paling tepat dilakukan adalah Memaksimalkan
Menjalin Koordinasi 0,263 0,059 adanya fasilitas lingkungan dan penambahan tempat sampah terpilah
0,003
Peningkatan kinerja tiga jenis sehingga tercipta hubungan saling menguntungkan dengan
0,153 0,034
desa pihak Jasa Swakelola dan mendukung sosialisai terorganisir dan
Pengoptimalan berkesinambungan oleh LSM dalam implementasi Pergub Bali No.
0,234 0,053
fasilitas lingkungan 97 Tahun 2018, berkenaan dengan penggunaan sampah plastik sekali
Goal pakai. Fasilitas lingkungan seperti tempat sampah, truk pengangkut
Kriteria Ekonomi sampah dan poster pengenalan bahaya sampah plastik sudah
Peningkatan program difasilitasi oleh pemerintah namun masih banyak kekurangan seperti
0,329 0,121 tempat sampah belum memenuhi kriteria yang baik. Untuk
desa
Menjalin Koordinasi 0,169 0,062 menciptakan kawasan yang terbebas dari sampah plastik tahap
0,011 pertama yang harus dilakukan dengan cara mengurangi dan menyetop
Peningkatan kinerja
0,260 0,095 penggunaan plastik sekali pakai seperti yang dimuat dalam Pergub.
desa
Pengoptimalan Bali No. 97 Tahun 2018.
0,242 0,089 Pengoptimalan fasilitas lingkungan seperti tempat sampah
fasilitas lingkungan
terpilah tiga jenis dibutuhkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat
Goal
di lingkungan tersebut. Melalui sosialisasi atau kampanye oleh LSM
Kriteria Ekonomi yang bekerjasama dengan Pemerintah Desa diharapkan fungsi
Peningkatan program fasilitas lingkungan menjadi lebih optimal. Dalam penelitian lainnya
0,121 0,049
desa tentang strategi penanganan sampah plastik, yaitu penelitian Wijaya
Menjalin Koordinasi 0,283 0,115
0,020 dan Trihadiningrum (2014) terkait “strategi penanganan sampah di
Peningkatan kinerja obyek wisata eks pelabuhan Buleleng, Bali”, menyimpulkan ada
0,187 0,076
desa empat strategi yaitu sistem pengelolaan sampah yang meliputi
Pengoptimalan pewadahan sampah, pemilahan sampah, pengumpulan sampah, dan
0,410 0,167
fasilitas lingkungan TPS yang sesuai dengan kriteria. Dari empat strategi tersebut secara

55
JMRT, Volume 4 No 2 Tahun 2021, Halaman: 47-56

umum sudah termuat dalam strategi prioritas yang dihasilkan dalam Darma N, Basuki R, Welly M. 2010. Profil Kawasan Konservasi Perairan
penelitian ini yaitu pengoptimalan fasilitas lingkungan. Adanya (KKP) Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Propinsi Bali. Denpasar
[ID]: ResearchGate. 75 p.
persamaan strategi yang dihasilkan karena di kedua lokasi penelitian Germanov, E.S., Marshall, A.D., Hendrawan, I.G., Admiraal, R., Rohner,
merupakan daerah pariwisata yang berdampak terhadap C.A., Argeswara, J., Wulandari, R., Himawan, M.R., Loneragan, N.R.,
meningkatnya jumlah volume sampah yang dihasilkan. 2019. Microplastics on the menu: plastics pollute Indonesian manta ray
Meningkatnya volume sampah tersebut harus diimbangi dengan and whale shark feeding grounds. Front. Mar. Sci. 6, 679.
fasilitas lingkungan yang terpadu mulai dari tempat sampah yang Hutasoit D. 2005. Strategi Pengelolaan Taman Nasional Kerinci Seblat
Dalam Rangka Mengurangi Laju Kerusakan Hutan, Suatu Pendekatan
sesui dengan jenis sampahnya sampai tahap pembuangan akhir.
Analisis SWOT dan AHP [Tesis]. Jakarta : Fakultas Ekonomi, Universitas
Indonesia. 129 p.
4. Kesimpulan Hendrawan IG, Karidewi MP, Pratama GIP, Maharta IPRF, Adibhusana MN.
2019. Survey dan Monitoring Sampah Laut Pesisir Bali. World Wildlife
Strategi alternatif berdasarkan analisis SWOT dalam upaya Found (WWF) Indonesia : 1-56.
mengurangi sampah plastik di kawasan konservasi pulau Nusa Hayana. 2015. Hubungan Sosial Ekonomi dan Budaya Terhadap Partisipasi
Lembongan adalah Strenght-Opportunity (SO). Adapun beberapa Ibu Rumah Tangga Dalam Pengelolaan Sampah di Kecamatan
Bangkinang. Jurnal Kesehatan Komunitas. Vol. 2 (part 6) : 294-300.
strategi tersebut yaitu meningkatkan program kerja Pemerintah Jambeck JR, Geyer R, Wilcox C, Siegler TR, Perryman M, Andrady A, et al.
Desa yang berhubungan dengan sampah plastik, menjalin 2015. Plastic waste inputs from land into the ocean. SCIENCE Vol. 347
kerjasama (koordinasi) dengan pihak terkait dalam berbagai ISSUE 6223 : 768-771.
program sampah plastik, meningkatkan kinerja internal Mongabay. 12 Maret 2018a. Ini Hasil Pemantauan Sampah Plastik di Nusa
Pemerintah Desa dan memaksimalkan adanya fasilitas Penida Setelah Viral Video Penyelam Inggris. Mongabay :
https://www.mongabay.co.id/2018/03/12/ini-hasil-pemantauan-sampah-
lingkungan. Keempat strategi alternatif itu diolah memakai AHP
plastik-di-nusa-penida-setelah-viral-video-penyelam-inggris/. [ 20 Januari
hingga memeperoleh rekomendasi kebijakan. Melalui pendekatan 2020].
pentingnya lingkungan pesisir dan laut maka prioritas alternatif Mongabay. 16 September 2018b. Mengurangi Sampah Plastik di Pulau Turis
strategi yang direkomendasikan adalah memaksimalkan fasilitas Lembongan. https://www.mongabay.co.id/2018/09/16/mengurai-sampah-
lingkungan yang tersedia dan menambah tempat sampah terpilah plastik-di-pulau-turis-lembongan/. [ 20 Januari 2020].
Muharara CP, Satria A. 2018. Analisis Tingkat Keberlanjutan Pengelolaan
sehingga tercipta hubungan saling menguntungkan dengan pihak
Kawasan Konservasi Perairan Daerah Berbasis Masyarakat (Kasus: Desa
jasa swakelola yang mengumpulkan plastik untuk dijual dan Lembongan, Kawasan Konservasi Perairan Daerah Nusa Penida,
untuk mencegah penggunaan sampah plastik sekali pakai yang Kabupaten Klungkung, Provinsi Bali). Jurnal Sains Komunikasi dan
tercantum dalam PERGUB no. 97 tahun 2018, memanfaatkan Pengembangan Masyarakat [JSKPM]. Vol. 2 (2) : 255-270.
dukungan dari LSM lokal untuk melakukan sosialisasi atau Nelms SE, Duncan EM, Broderick AC, Galloway TS, Godfrey MH, Hamann
kampanye yang bersinergi dan berkesinambungan. M, Lindeque PK, Godley BJ. 2015. Plastic and marine turtles: a review
and call for research. ICES Journal of Marine Science. Vol.73 : 165-181.
Purba NP, Syamsuddin ML, Sandro R, Pangestu IF, Prasetio MR. 2017.
Ucapan Terima Kasih Distribution Of Marine Debris in Biawak Island, West Java, Indonesia.
World Scientific News.Vol. 66 : 281-292.
Periset menghaturkan terima kasih kepada Kepala Desa Peraturan Gubernur Provinsi Bali Nomor 97 Tahun 2018. Pembatasan
Lembongan serta Jungutbatu, Kecamatan Nusa Penida, Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai. Denpasar : Pemerintah Daerah
Kabupaten Klungkung, serta kedua reviewer atas pertanyaan dan Bali.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2018 Tentang
saran yang membangun.
Penanganan Sampah Laut.
Rangkuti F. 2018. Teknik Membedah Kasus Bisnis Analisis SWOT Cara
Daftar Pustaka Perhitungan Bobot, Rating, dan OCAI. Jakarta : Penerbit PT. Gramedia
[KKP] Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2014. Keputusan Menteri Pustaka Utama. 246 p.
Kelautan and Perikanan Nomor 24 Tahun 2014 tentang Kawasan Saaty TL. 2008. Decision Making with the Analytic Hierarchy Process . Int. J.
Konservasi Peraiarn Nusa Penida Kabupaten Klungkung di Provinsi Services Sciences. Vol. 01 (1) : 83-98.
Bali. Jakarta-Indonesia Tania C, Welly M, Muljadi AH. 2011. Wilingness to Pay Study, Kawasan
[SCBD-STAP] Secretariat of the Convention on Biological Diversity. Konservasi Perairan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali.
Scientific and Technical Advisory Panel GEF. 2012. Impacts of Marine ResearchGate. Vol. 7 : 27 p.
Debris on Biodiversity: Current Status and Potential Solutions, Montreal, Tanaka, K., Takada, H., Yamashita, R., Mizukawa, K.,Fukuwaka, M. A., &
Technical Series No. 67. SCBD : 61 p. Watanuki, Y. (2013). Accumulation of plastic- derived chemicals in
[WWF-Indonesia]World Wide Fund for Nature . 2015. Sampah- Limbah, tissues of seabirds ingesting marine plastics. Marine PollutionBulletin,
Energi, Air, Konsumsi. Seri Jejak Ekologis, Best Environmental 69(1-2), 219-222.
Equitable Practices. Ed Ke-1 Jakarta: WWF-Indonesia. 32 p. Uneputty PA, Evans SM. 1997. Accumulation of beach litter on islands of the
Asmarani AD. 2010. Strategi Kebijakan Pembangunan Daerah Kabupaten Pulau Seribu Archipelago, Indonesia. Marine Pollution Bulletin. Vol.
Klaten Pendekatan Analisis SWOT dan AHP [Tesis]. Jakarta : Fakultas 34(8) : 652-655.
Ekonomi, Universitas Indonesia. 190 p. Wijaya IMW, Trihadiningrum Y. 2014. Strategi Penanganan Sampah di
Anom IBAP, Hendrawan IG, Putra IDNN.2020. Studi Lama Waktu Tinggal Obyek Wisata Eks Pelabuhan Buleleng, Bali. Jurnal Teknik Lingkungan.
Partikel di Kawasan Perairan Nusa Penida, Bali. Journal of Marine Vol 01(1) : 1-6.
Research and Technology (JMRT). Vol 03(2) : 75-81. Wirawan N. 2016. Cara Mudah Memahami STATISTIKA Ekonomi Dan
Bato M, Yulianda F, Fahrudin A. (2013). Kajian manfaat kawasan konservasi Bisnis(Statistika Deskriptif). Denpasar : Penerbit Kararas Emas. 309 p.
perairan bagi pengembangan ekowisata bahari : Studi kasus di kawasan
konservasi perairan Nusa Penida, Bali. Depik,Vol02 (2) : 104-113.
Bali Partnership, 2019. Workshop kerjasama pengelolaan sampah plastik
pesisir dan laut. Kantor Gubernur Bali.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung. (2018). Klungkung Dalam
Angka 2018. Badan Pusat Statistik Kabupaten Klungkung.
Cahyadi FD, Mardiatno D. 2018. Integrasi SWOT dan AHP dalam
Pengelolaan Ekosistem Mangrove di Kawasan Wisata Bahari Gugusan
Pulau Pari. Jurnal Pariwisata Pesona. Vol 03(2) : 105-118.

56
Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 27, No. 3, Desember 2021: 348-376

JURNAL KETAHANAN NASIONAL


Vol. 27, No. 3, Desember 2021, Hal 348-376
DOI:http://dx.doi.org/ 10.22146/jkn.69661
ISSN:0853-9340(Print), ISSN:2527-9688(Online)
Online sejak 28 Desember 2015 di :http://jurnal.ugm.ac.id/JKN

VOLUME 27 No. 3, Desember 2021 Halaman 348-376

Model Collaborative Governance Dalam Pengelolaan Sampah Plastik Laut


Guna Mewujudkan Ketahanan Lingkungan Maritim Di Kepulauan Seribu

Hidayat Chusnul Chotimah,


Program Studi S1 Ilmu Hubungan Internasional
Email: hidayat.chotimah@staff.uty.ac.id

Muhammad Ridha Iswardhana,


Program Studi S1 Ilmu Hubungan Internasional
Email: muhammad.ridha@staff.uty.ac.id

Lucitania Rizky
Program Studi S1 Ilmu Hubungan Internasional
Email: lucitania.rizky@staff.uty.ac.id

Dikirim: 09-10-2021; Direvisi: 14-12-2021; Diterima; 23-12-2021

ABSTRACT
Marine plastic debris had become one of the world crisis that moved transboundary. Once at sea, marine
plastic debris broke down into small particles, so-called, microplastics were spread the marine ecosystems and
became a threat to maritime security. It threatened human health and had harmful economic consequences for the
marine sector. Kepualauan Seribu, as one of the National Tourism Strategic Areas, had a geographical advantage
because it was adjacent to the government and business centers and it had marine tourism potential that was able
to attracted local, national and international tourists. However, due to its position in the north of Jakarta and
adjacent to Lampung, Banten and the Java Sea, this area was a place for marine plastic debris to be dumped from
the shipment of waste, both marine debris and garbage originating from the mainland. Therefore, collaboration from
various parties was required to handled the issue of marine plastic pollution so that the resilience of the maritime
environment in Kepulauan Seribu could be realized.
This study took a qualitative approach by collecting data through interviews, webinars, and relevant studies.
The findings showed that in the process of collaboration, there were some dialogues, trust between the collaborating
actors, commitment to the process of collaboration, shared understanding towards the common idea or goals, and
intermediate outcome of collaboration between stakeholders in marine plastic waste management.

Keywords: Collaborative Governance; Management of Sea Plastic Waste; Resilience of Maritime Environment.

ABSTRAK
Permasalahan sampah plastik merupakan salah satu permasalahan global yang bersifat lintas batas. Sampah
plastik di lautan merupakan ancaman bagi keamanan maritim mengingat bahwa partikel-partikel dari sampah plastik
mampu mencemari ekosistem laut ataupun mengancam kesehatan manusia dan ekonomi pada sektor kelautan.
Sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional, Kepulauan Seribu memiliki keunggulan geografis yang
sangat baik sebab wilayahnya dekat dengan pusat pemerintahan dan bisnis, serta memiliki potensi wisata bahari

348
Hidayat Chusnul Chotimah, Muhammad Ridha Iswardhana, Lucitania Rizky -- Model Collaborative Governance
Dalam Pengelolaan Sampah Plastik Laut Guna Mewujudkan Ketahanan Lingkungan Maritim
Di Kepulauan Seribu
plastik laut, yaitu (1). Menerapkan gerakan dalam mengatasi masalah persampahan
nasional untuk menumbuhkan kepeduliaan secara terpadu dan berdasarkan prinsip
dari para stakeholder terkait; (2). Menyusun sustainability;
strategi dalam menangani sampah-sampah (6). Mengikutsertakan peran dari tokoh-
yang berada di darat; (3).Membersihkan tokoh masyarakat maupun agama guna
sampah yang ada di wilayah pesisir dan mendorong kepedulian masyarakat
yang masuk ke laut; (4). Menyiapkan sistem terkait manajemen sampah yang tepat;
pendanaan yang dapat menopang kegiatan (7). Terus melakukan sosialisasi 6R yaitu re-
pengelolaan sampah; (5). Menyusun tata kelola design, reduce, remove, reuse, recycle,
kelembagaan di bidang persampahan yang dan recover dalam menjawab tantangan
tepat, melakukan monitoring dan penegakan persampahan yang ada dan menerapkan
hukum serta melakukan riset-riset di bidang model circular economy;
persampahan (Kementerian Koordinator (8). Melakukan berbagai riset data yang
Bidang Kemaritiman dan Investasi, 2020). berhubungan dengan pintu masuk utama
Merujuk pada hasil rekomendasi yang sampah plastik ke laut yang berasal
disebutkan oleh Tim Koordinasi Nasional dari kegiatan penangkapan ikan dan
Penanganan Sampah Laut Indonesia pada akuakultur, aktivitas pelayaran, rekreasi,
tahun 2020, penanganan sampah plastik laut pengendalian sampah, dan monitoring
perlu dilakukan dengan menerapkan langkah- kejadian-kejadian bencana alam, serta
langkah yaitu: melakukan identifikasi di sepanjang garis
(1). Menyusun regulasi tentang zero waste pantai secara kontinu;
office, yang membatasi penggunaan (9). Melaksanakan kegiatan monitoring
wadah plastik yang hanya sekali pakai sampah laut dengan mengikutsertakan
di lingkungan pemerintah pusat maupun peran nelayan guna mewujudkan
lokal; perlindungan terhadap ekosistem bahari;
(2). Menyelaraskan rencana aksi dalam (10). Mengintegrasikan proyek program
pengelolaan sampah dengan naskah pengendalian sampah dengan program
rencana pembangunan jangka menengah percepatan penanganan kerusakan
nasional (RPJMN) pada periode yang Daerah Aliran Sungai Citarum,
sama; dan menerapkan dan mendampingi
(3). Memaksimalkan peran dari lembaga pelaksanaan mekanisme retribusi terkait
khusus yang mengelola dana lingkungan pengendalian sampah di tingkat lokal.
hidup dan hibah yang diperoleh dari
lembaga atau organisasi internasional Di dalam tata kelola sampah di tingkat
dalam mendukung perwujudan rencana pemerintah daerah termasuk kewajiban
aksi pengurangan sampah laut; masyarakat lokal yang melekat berlandaskan
(4). Melakukan kajian-kajian tentang pada landasan hukum yang pertama adalah
pengelolaan sampah baik di darat UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengolahan
maupun laut; Sampah, kemudian Peraturan Pemerintah
(5). Menyediakan asistensi dan pendampingan No. 81 Tahun 2012 tentang Pengolahan
bagi para pemimpin di tingkat lokal Sampah Rumah Tangga dan Sejenis Rumah

363

You might also like