You are on page 1of 76

FORMULASI

DAN
IMPLEMENTA
SI KEBIJAKAN
PUBLIK
OLEH
DR.ANDI NILWANA, SE.,M.Si.
SUMBER BACAAN
• Dye, Thomas R.,1995, Understanding public policy, new jersey: prentice hall.

• Grindle, Merilee S. (ed) (1980), Politics and Policy Implementation in the Third World, Princeton University
Press, New Jersey.
• William N Dunn.1999. Analisis Kebijakan Publik, Yogyakarta., Gadjah Mada University Press
• Sabatier, Paul A. (1986) “Top-Down and Bottom-Up Approaches to Implementation Sage Publications.
• _____________ (1988). “An Advocacy Coalition Framework of Policy Change and the Role of Policy-Oriented
Learning There in.”. Policy Sciences . Vol. 21, Fall. pp. 129-168.
• Schroeder, Aaron D. 2001. Building Implementation Networks: Building Multi-organizational, Multi-sector
Structures for Policy Implementation. Dissertation submitted to the Faculty of the Virginia Polytechnic
Institute and State University. Blacksburg.VA.
• Schroeder, Aaron D., Larry M. Lane, and Gary L. Wamsley. 1996. “To Politicize Is Not to Control: The
Pathologies of Control in Federal Emergency Management,” American Review of Public Administration,
September, pps. 45-60.

• Parsons, Wayne.2008 Public Policy: Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan, di alih
bahasakan oleh Tri Wibowo Budi Santoso. Kencana, Jakarta.
• Hjern, B. dan D.O. Porter 1981. Implementation and Structures: A New Unit of Administrative
Analysis Organization Studies.
• Hogwood, Brian W. dan lewis A. Gunn, (1983), Policy Analysis For The Real World, Oxford: Oxford
University Press.
• Howlett, Michael and M. Ramesh. 1995. Studying Public Policy : Policy Cycles and Policy
Subsystems. Oxford University Press, Oxford. Hydroelectric Relicensing.” Energy Law Journal,
implications for strategic management. Journal of Public Administration Research and Theory,
3(2), 209-231.
• Nugroho. Riant. 2009. Public Policy (Dinamika Kebijakan-Analisis kebijakan-Manajemen
Kebijakan. PT. Elex media Komputindo. Jakarta.
• Prof. Dr. Solichin Abdul Wahab, MA., 1997. Analisis Kebijaksanaan : Dari Formulasi ke
lmplementasi Kebijaksanaan Negar., Jakarta . Bumi Aksara..
• Winarno Budi 2007.Kebijakan Publik. Teori dan Proses Edisi Revisi Media PresindoYogyakarta
GARIS BESAR PERKULIAHAN
DEFINISI KEBIJAKAN

MODEL FORMULASI KEBIJAKAN

TAHAPAN FORMULASI KEBIJAKAN

PENERAPAN FORMULASI KEBIJAKAN


TERMINOLOGI
• Policy = kebijakan, bukan kebijaksanaan
• Public Policy = kebijakan publik, bukan kebijaksanaan publik atau kebijaksanaan
negara
• Public = bukan negara, tapi domain state, society, dan private (governance)
• Public = aliran anglo saxon Amerika
• State, Government = aliran kontinental (eropa, Belanda, Inggris), tata negara,
tata pemerintah, tata negara, tertib administrasi
Kebijakan
Publik
menurut • KEBIJAKAN PUBLIK ADALAH APAYANG TIDAK
DILAKUKAN MAUPUN DILAKUKAN OLEH

Thomas R. PEMERINTAH. PENGERTIAN INI MEMILIKI RUANG


LINGKUP YANG SANAGT LUAS. SELAIN ITU

Dye (1981) KAJIANNYA YANG HANYA TERFOKUS PADA


NEGARA SEBAGAI POKOK KAJIAN.
MENURUT PENGALOKASIAN NILAI-NILAI KEKUASAAN UNTUK
EASTON SELURUH MASYARAKAT YANG KEBERADAANNYA
MENGIKAT
(1969) DALAM PENGERTIAN INI HANYA PEMERINTAH YANG
DAPAT MELAKUKAN SESUATU TINDAKAN KEPADA
MASYARAKAT DAN TINDAKAN TERSEBUT
MERUPAKAN BENTUK DARI SESUATU YANG DIPILIH
OLEH PEMERINTAH YANG MERUPAKAN BENTUK
DARI PENGALOKASIAN NILAI-NILA KEPADA
MASYARAKAT
JONNES
(1977)
MEMANDANG KEBIJAKAN PUBLIK
SEBAI SUATU KELANJUTAN
KEGIATAN PEMERINTAH DI MASA
LALU DENGAN HANYA
MENGUBAHNYA SEDIKIT DEMI
SEDIKIT
DAVID
EASTON
PUBLIK POLICY TIDAK HANYA BERUPA APA
YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH,
AKAN TETAPI JUGA APA YANG TIDAK
DIKERJAKAN OLEH PEMERINTAH KARENA
KEDUANYA SAMA-SAMA MEMBUTUHKAN
ALASAN –ALASAN YANG HARUS
DIPERTANGGUNG-JAWABKAN .
Kebijakan yang dibangun oleh Badan & Pejabat

ANDERSON Pemerintah, dimana implikasi nya :


1. Selalu punya tujuan tertentu atau tindakan yang
(1975) berorientasi pada tujuan
2. Berisi tindakan-tindakan pemerintah
3. Merupakan apa yang benar dilakukan & bukan
merupakan apa yang masih dimaksudkan utk
dilakukan
4. Kebijakan publik bisa bersifat positif : tindakan
pemerintah mengenai segala sesuatu masalah
tertentu, atau bersifat negatif : kepuasan
pemerintah utk tdk melakukan sesuatu
5. Kebijakan positif: didasarkan per- UU yang bersifat
mengikat dan memaksa
ALIRAN
KONTINENTAL
(EROPA, BELANDA, BRITISH)

MAINSTREAM
PUBLIC POLICY
?

ALIRAN
ANGLO SAXON
(AMERIKA)
Mengapa harus Kebijakan
publik?
Kepentingan Memiliki Nilai-nilai yg ada
publik dampak yg luas dimasyarakat

Menentukan posisi politik mana yg Evaluasi


harus didukung pemerintah

Berpartisipasi dalam kebijakan publik


Prilaku dari sejumlah aktor
Whatever (pejabat,kelompok, instansi
governments pemerintah) atau serangkaian
aktor dalam suatu bidang
choose to do or tertentu.” (Anderson)
not to do.”,
PROSES KEBIJAKAN MENURUT R.DYE

Identific
Policy Policy Policy Policy
ation of Agenda formula legitim implem evaluat
policy setting entation
tion ation ion
problem
PROSES KEBIJAKAN MENURUT TEORI SISTEM

Proses politik Evaluasi kebijakan

1
2 3 4
Isu kebijakan
Formulasi Implementas Kinerja
(agenda
kebijakan i kebijakan kebijakan
pemerintah)

input Proses output

Lingkungan Kebijakan
Apa itu  Formulasi kebijakan publik adalah langkah
yg paling awal dlm proses kebijakan publik
formulasi secara keseluruhan. Oleh karenanya, apa yg

kebijakan?
terjadi pada fase ini akan sangat
menentukan berhasil tidaknya kebijakan
publik yang dibuat itu pada masa yg akan
datang
 Menurut Anderson (dlm Winarno, 2007: 93)
Formulasi kebijakan menyangkut upaya
menjawab pertanyaan bagaimana berbagai
alternatif disepakati utk masalah-masalah
yang dikembangkan dan siapa yang
berpartisipasi.
LINDBLOM Formulasi kebijakan publik merupakan

(dalam proses politik yang amat kompleks dan


analisis dimana tidak mengenal saat
Solichin dimulai dan diakhirinya dan batas dari
Abdul proses itu sesungguhnya yang paling
Wahab, tidak pasti, serangkaian kekuatan yang

1997:16) agak kompleks itu kita sebut sebagai


pembuatan kebijakan publik , itulah
yang kemudian membuahkan hasil
yang disebut kebijakan)
Model-model  Model Elite

formulasi  Model Kelompok


 Model Kelembagaan
kebijakan  Model Proses
 Model Rasionalisme
 Model Inkremental
 Model Teori Permainan
 Model Pilihan Publik
 Model Sistem
 Model Mixed Scanning
 Kebijakan sebagai Preferensi Elit
 Rakyat dibuat apatis & miskin informasi
sehingga elitlah yg membentuk pendapat
umum serta kebijakan mengalir dari elit ke
massa melalui administrator-administrator
(pejabat pemerintah, birokrat
Model Elit  Masyarakat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu kelompok kecil (elit) yg mempunyai
kekuasaan dan kelompok besar (massa) yg
tidak mempunyai kekuasaan. Hanya elit yg
menetukan kebijakan sedangkan massa tdk
menentukan kebijakan
 Kelompok kecil yg memerintah pada
umumnya mempunyai kedudukan sosial
ekonomi yg tinggi
 Kebjaksanaan negara tdk memantulkan kebutuhan-

lanjutan
kebutuhan rakyat tetapi lebih banyak
mengutamakan kepentingan elit, oleh karena itu
perubahan terhadap kebijakan lebih banyak
dilakukan secara lamban dan bertahap (inkremental)
daripada bersifat revolusioner
 Untuk mencapai stabilitas dan menghindari
terjadinya revolusi, bergeraknya kelompok non-elit
ke posisi elit dibuat secara lamban dan harus
dikendalikan secara kontinyu karena hal itu
dipandang dpt membahayakan kepentingan elit.
 Elit secara aktif selalu berusaha agar dpt
mempengaruhi massa yg sifatnya pasif dan apatis.
Elit lebih banyak mempengaruhi melalui para
administrator dan selanjutnya para administrator
yang menjabarkan kebijaksanaan pemerintah
kepeda masyarakat.
Model  Individu-individu yg memiliki kepentingan yg sama
mengikat baik secara formal maupun non-formal ke

kelompok dlm kelompok kepentingan yg dpt mengajukan dan


memaksakan kepentingannya kepada pemerintah .
 Interaksi dlm kelompok akan menghasilkan
keseimbangan dan keseimbangan adalah yang
terbaik.
 Mengandaikan kebijakan publik sebagai titik
keseimbangan. Utk menjaga keseimbangan itu
maka tugas atau peranan sistem politik adalah utk
menengahi konflik yg terjadi diantara kelompok-
kelompok tersebut.
 Kelompok-kelompok kepentingan berusaha utk
mempengaruhi isi dan bentuk kebijakan secara
interaktif.
Model  Kebijakan dianggapsebagai hasil dari lembaga-
lembaga pemerintah (parlemen, kepresidenan,
kelembagaan kehakiman, pemerinth daerah dsb.) yg meliputi
proses-proses perumusan, pelaksanaan dan
pemaksaan secara otoritatif oleh lembaga-lembaga
pemerintah tsbt.
 Pemerintah memberikan legitimasi terhadap
kebijaksanaan yg akan ditempuhnya, sedangkan
rakyat sebagai penerima kebijakan tsbt.
 Pemerintah melaksanakan kebijaksanaannya secara
universal dan tdk ada seorangpun yg bisa
menghindar.hanya pemerintah yg berhak
memaksakan pelaksanaan kebijakan kepada
masyarakat.
Model proses  Menekankan pada bagaimana tahapan
aktivitas yg dilakukan para aktor politik dlm
menghasilkan kebijakan .
 Kebijakan dimaknai sebagai suatu aktivitas
yg menyertakan rangkaian-rangkaian
kegiatan (yang berproses) yg berakhir pada
evaluasi kebijakan.
 Dlm memformulasikan kebijakan ada
standar-standar yg seharusnya dilakukan
oleh para formulator kebijakan agar
kebijakan yg dihasilkan sesuai dgn apa yg
hendak dicapai
Model
 Bagaimana kebijakan yang dibuat oleh pemerintah
harus memperhitungkan rasionalitas cost yg

rasionalisme benefitnya bagi masyarakat melalui cara-cara:


-Mengetahui pilihan-pilihan & kecenderungan-
kecenderungan yg diinginkan oleh masyarakat
-Menemukan pilihan-pilihan kebijakan yg mungkin utk
diimplementasikan
-Menilai perbandingan perhitungan untung-rugi yg
akan diperoleh apabila kebijakan itu diimplementasi-
kan
-Memilih alternatif kebijakan yg paling efisien dan
ekonomis.
Model  Model formulasi kebijakan publik yang berusaha
merevisi formulasi model rasional

Inkremental  Model formulasi kebijakan yang melanjutkan atau


memodifikasi kebijakan-kebijakan yang tengah
berlangsung ataupun kebijakan-kebijakan yang telah
lalu
 Biasa disebut dengan model praktis karena
pendekatanya yang terlalu sederhana dan praktis
 Banyak digunakan oleh negara-negara berkembang
karena pemerintah-pemerintah negraa berkembang
selalu berhadapan dengan berbagai problem dari
keterbatasan waktu untuk menyelesaikan permasalah
yang terus berkembang , keterbatasan dana yang
dimiliki.
• Asumsi dasar dari model ini adalah bahwa perubahan
inkremental(Penambahan) adalah proses perubahan
kebijakan yang paling aman dan tidak menimbulkan
resiko dengan melanjutkan kebijakan sesuai dengan
arah tujuan kebijakan lama
• Model ini membatasi pertimbangan-pertimbangan
kebijakan alternatif dengan kebijakan-kebijakan yang
secara relatif mempunyai tingkat perbedaan yang kecil
dengan kebijakan yang sudah berlaku.
• Kebijakan selalu bersifat serial, fragmentary, dan
sebagai besar remedial
Model Teori • Kebijakan publik berada dalam kondisi kompetisi yang
sempurna , sehingga pengaturan strategi agar

Permainan kebijakan yang ditawarkan pada pengambil keputusan


lain diterima, khususnya oleh para penentang.
• Pengaturan/ Pemilihan strategi menjadi hal yang palin
utama
• Serasional apapun kebijakan yang diajukan tetapi tidak
pandai mengatur strategi, maka sangat dimungkinkan
kebijakan publik yang baik dan rasional justru tidak
banyak didukung oleh para pengambil keputusan.
Sebaliknya apabila ada kebijakan yang tidak terlalu
baik untuk publik , tetapi sang inisiator kebijakan
mampu mengatur strategi dengan baik, maka akan
sangat mungkin kebijakan yang ditawarkan akan
banyak mendapat dukungan.
Model Pilihan • Kebijakan yang dibuat oleh pemerintah haruslah
kebijakan yang memang berbasis pada Publik Choices

Publik (Piliha publik mayoritas)


• Asumsinya dalam negara yang demokratis yang
mengedapankan one-men-one-vote, maka siapa yang
dapat menghimpun suara terbanyak dialah yang akan
menjadi pemegang kekuasaan /keputusan.
• Kebijakan yang mayoritas merupakan kontruksi teori
kontrak sosial , sehingga ketika kebijakan akan
diputuskan akan sangat tergantung pada preferensi
publik atas pilihan-pilhan yang ada
• Ketika ada satu pilihan dari banyak pilihan yang
ditawarkan oleh pemerintah dipilih oleh mayoritas
publik/warga negara , maka serta merta pilihan publik
itulah yang menjadi kebijakan.
Model Sistem • Kebijakan merupakan hasil dari sistem politik
• Kebijakan sebagai interaksi yang terjadi antara
lingkungan dengan para pembuat kebijakan dalam
suatau proses yang dinamis
• Model ini mengasumsikan bahwa dalam pembuatan
kebijakan terjadi interaksi yang terbuka dan dinamis
antara pembuat kebijakan dengan lingkungannya.
Interaksi yang terjadi dalam bentuk keluaran dan
masukan (Input dan Output). Keluaran yang dihasilkan
oleh organisasi pada akhirnya akan menjadi bagian
lingkungan dan seterusnya akan berinteraksi dengan
organisasi
• Kebijakan publik dipandang sebagai tanggapan dari
sistem politik terhadap tuntutan-tuntutan yang timbul
dari lingkungan yang merupakan kondisi atau keadaan
yang berada diluar batas-batas sistem politik
• Kekuatan-kekuatan yang timbul dari lingkungan dan
mempengaruhi sistem politik dipandang sebagai
masukan –masukan bagi sistem politik yang
merupakan tanggapan terhadap tuntutan-tuntutan
tadi dipandang sebagai keluaran dari sistem politik
• Sistem politik adalah sekumpulan struktur dan proses
yang salin berhubungan yang berfungsi secara
otoritatif untuk mengalokasikan nilai-nilai bagi
masyarakat. Keluaran-keluaran dari sistem politik
merupakan alokasi-alokasi nilai secara otoratif dari
sistem dan alokasi –alokasi ini merupakan kebijakan
publik.
• Model kebijakan hibrida(gabungan unsur-unsur

Model Mixed- kebaikan yang ada pada model rasional dan


inkremental)

Scanning • Model pengamatan terpadu dianjurkan pertama kali


oleh Amitai Etzioni yang merupakan perbaikan dari
model inkremental dan rasionalisme sekaligus.
• Model ini memberikan jalan bagi pengambilan
keputusan yang memperhitungkan baik keputusan
yang bersifat fundamental maupun yang bersifat
inkremental. Etzioni mengilustrasikannya dengan dua
buah kamera, yaitu kamera pertama memiliki sudut
lebar yang mampu menjelajahi permukaan langit,
tetapi tidak terlalu rinci dan kamera yang kedua
berfungsi untuk memfokuskan pengamatan pada
daerah yng memerlukan pengamatan yang lebih rinci.
Dengan demikian , model ini akan memungkinkan
penggunaan model rasionalisme maupun inkremental
pada situasi yang berbeda-beda
Tahap-Tahap • Winarno (2002;80-84) membagi tahapan formulsi
kebijam publik menjadi empat tahap yaitu :

Formulasi • 1. Perumusan Masalah


• 2. Agenda Kebijakan
Kebijakan • 3. Pemilihan alternatif kebijakan untuk memecahkan
masalah
• 4. Tahap penetapan kebijakan
Perumusan • Mengenali dan merumuskan masalah
• Mengidentifikasi problem yang dipecahkan, kemudian

Masalah membuat perumusan yang sejelas-jelasnya terhadap


problem tersebut.
Agenda • Tidak semua permasalahn akan masuk dalam agenda
kebijakan. Masalah-masalah tersebut saling

Kebijakan berkompetisi antara satu dengan yang lainnya . Hanya


masalah-masalah tertentu saja yang pada akhirnya
akan masuk dalam agenda kebijakan
• Setelah permasalahn dapat didefiniskan dengan baik dan

Pemilihan
para perumus kebijakan sepakat untuk memasukkan
masalah-masalah tersebut dalam agenda kebijakan ,

Alternatif
maka langkah selanjutnya adalah membuat pemecahan
masalah . Disini para perumus kebijakan akan

Kebijakan
berhadapan dengan alternatif-alternatif pilihan
kebijakan yang dapat diambil untuk memecahkan
permasalahan. Islamy (1984;92) menyebut tahap ini
dengan perumusan usulan kebijakan.
• Perumusan usulan kebijakan ini terdiri dari kegiatan
mendefinisikan dan merumuskan alternatif, menilai
masing masing alternatif yang tersedia dan memilih
alternatif yang memuaskan atau paling memungkinkan
untuk dilaksanakan.
• Dalam tahap ini para perumus kebijakan akan
berhadapan dengan pada pertarungan kepentingan
antara berbagai aktor yang terlibat dalam perumusan
kebijakan
Penetapan • Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan
diputuskan diambil sebagai cara untuk memecahkan

Kebijakan masalah kebijakan, maka tahap yang paling akhir


dalam pembuatan kebijakan adalah menetapkan
kebijakan yang dipilih tersebut sehingga mempunyai
kekuatan hukum yang mengikat ( Winarno, 2002;84)
• Jones (1991;142-149) secara garis besar membagi aktor-

Aktor-Aktor aktor yang terlibat dalam proses formulasi kebijakan


menjadi dua, yaitu aktor-aktor didalam pemerintahan

dalam dan aktor-aktor diluar pemerintahan


• Aktor-aktor dalam pemerintahan dapat diidentifikasikan

Formulasi menjadi dua yakni eksekutif dan legislatif.


• Sedangkan aktor-aktor diluar pemerintahan terdiri dari
Kebijakan organisasi masyarakat dan swasta , organisasi nirlaba
(Non Profit) maupun organisasi-organisasi atau
lembaga-lembaga yang memberikan pelayanan umum
• Winarno (2000;84) membagi aktor-aktor dalam
perumusan kebijakan publik menjadi 2 yaitu : pemeran
serta resmi dan pemeran serta tidak resmi
• Pemeran serta resmi terdiri dari agen-agen pemerintah,
presiden (eksekutif), legislatif dan yudikatif. Sedangkan
pemeran serta tidak resmi adalah kelompok-kelompok
kepentingan , partai politik dan warga nega individu
Tipe • Golongan Rasionalis

Golongan/ • Golongan Tekhnisi


• Golongan Inkrementalis
Aktor yang • Golongan Reformis

Terlibat dalam
Formulasi
Kebijakan
Golongan • Golongan rasionalis mempunyai ciri dalam melakukan
pilihan alternatif kebijakan selalu menempuh metode-

Rasionalis metode atau alangkah-langkah yang terstruktur, yaitu;


mengidentifikasi masalah, merumuskan tujuan, dan
menyusunnya dalam jenjang tertentu ,
mengidentifikasi semua alternatif kebijakan,
meramalkan dan memprediksikan akibat-akibat dari
setiap alternatif, membadingkan akibat-akibat
tersebut dengan selalu mengacu pada tujuan dan
memilih alternatif yang terbaik. Golongan aktor
rasionalis ini identik dengan perencana dan analis
kebijakan profesional dan terlatih
Golongan • Golongan teknisi adalah aktor yang dilibatkan karena
bidang keahliannya atau spesialisasinya dengan tujuan

Teknisi yang sudah ditetapkan oleh pihak lain. Peran yang


dimainkan adalah sebagai seorang spesialis atau ahli
yang dibutuhkan tenaganya untuk menangani bidang-
bidang tertenteu
Golongan • Golongan Inkrementalis menurut Solichin Abdul
Wahab (1997;30) dapat didentikan dengan para politisi,

Inkrementalis karena cenderung memiliki sikap kritis namun acapkali


tidak sabaran terhadap gaya kerja para perencana dan
tekhnisi walaupun sebenarnya mereka sangat
tergantung pada mereka
• Kebijakan menurut golongan inkrementalis cenderung
dilihat sebagai suatu perubahan yang terjadi sedikit
demi sedikit, serta tujuan kebijakan dianggap sebagai
konsekuensi dari adanya tuntutan-tuntutan, baik
karena didorong kebutuhan untuk melaksanakan
sesuatu yang baru atau karena kebutuhan untuk
menyesuaikan dengan apa yang sudah dikembangkan
dalam teori. Golongan inkrementalis ini dikategorikan
sebagai aktor yang mampu melakukantawar-menawar
atau bergaining secara teratur sesuai dengan tuntutan,
menguji seberapa jauh intensitas tuntutan tersebut
dan menawarkan kompromi
Golongan • Golongan reformis merupakan golongan yang
berpendirian bahwa keterbatasan informasi dan

Reformis pengetahuan adalah yang mendikte gerak dan langkah


dalam proses pembuatan kebijakan dengan tekanan
perhatian pada tindakan sekarang kerena urgensi
permasalahan yang dihadapi. Pendekatan ini
umumnya ditempuh oleh para lobbyst
Nilai-Nilai • Nilai-Nilai politik yaitu dasar yang dipakai oleh para
pembuat keputusan untuk menilai alternatif-alternati

yang kebijakan berupa kepentingan partai politik beserta


kelompoknya

berpengaruh • Nilai Nilai organisasi dipakai para pembuat keputusan


khususnya birokrat karena organisasi-organisasi

dalam memnggunakan banyak imbalan dan sanksi dalam


usahanya untuk mempengaruhi angota-anggotanya

formulasi agar menerima dan bertindak atas dasar nilai-nilai


organisasi yang telah dirumuskan . Keputusan individu

kebijakan bisa juga diarahkan oleh pertimbangan –pertimbangan


semacam keinginan-keinginan untuk mrlihat organisasi
agar tetap eksis untuk memperbesar program atau
kegiatan, kekuasaan atau hak istimewanya.
- EKSEKUTIF
- Swasta
- Masyarakat

IMPLEMENTASI

FORMULASI EVALUASI
- EKSEKUTIF
- LEGISLATIF
- Swasta
- Masyarakat - LEGISLATIF
- EKSEKUTIF (Atasan Langsung)
- Swasta
- Masyarakat
- Yudikatif
PERUMUSAN MASALAH
SEBAGAI INTI KEBIJAKAN PUBLIK

• Inti kebijakan publik terletak pada pengenalan


atau kemampuan dalam mengidentifikasi
permasalahan dan masalah kebijakan
• Apa yang dipertimbangkan sebagai masalah dan
bagaimana suatu masalah didefinisikan
tergantung pada bagaimana para pembuat
kebijakan berusaha menunjukkan suatu isue atau
peristiwa
CONTOH :
• MENGENAL PERISTIWA/FENOMENA TTT (tentang
kehidupan/kemiskinan di jalanan)
• ISU : adanya dampak dari peristiwa/fenomena (banyak orang
yang tidur dijalanan sebagai akibat bencana alam, gepeng,
anak jalanan)
• MASALAH : Mereka tidak memiliki rumah/ tempat tinggal/
rumah singgah
• AGENDA KEBIJAKAN: Bangun rumah susun/ tempat tinggal/
rumah singgah sebanyak mungkin
• Sayangnya, banyak orang setuju dengan isu-nya, tetapi
sejauhmana ketepatan azas efektif, efesien, dan kemanfaatan
kedepan (sustainable development) --- Ini juga masalah
kebijakan publik
KONSEP KEBIJAKAN (POLICY)
MENGANDUNG PENGERTIAN SBB:

1. SUATU PEDOMAN UNTUK BERTINDAK


Suatu deklarasi mengenai suatu pedoman untuk bertindak, suatu
arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-
aktivitas tertentu atau suatu rencana
2. SERANGKAIAN TINDAKAN SEJUMLAH AKTOR (A COURSE OF
ACTION)
Perilaku dari sejumlah aktor atau serangkaian aktor dalam suatu
bidang kegiatan tertentu (Anderson, 1978)
3. MENGARAH PADA TUJUAN TERTENTU (TO ACCOMPLISH SOME
ENDS)
Suatu tindakan berpola yang mengarah pada tujuan tertentu dan
bukan sekedar keputusan untuk melakukan sesuatu (Irfan Islamy,
1997)
4. MERUPAKAN ASPIRASI MASYARAKAT
Perpaduan dan kristalisasi pendapat dan keinginan dari banyak
orang atau beberapa kelompok / golongan dalam masyarakat
(Dimock, 1960)
5. MERUPAKAN SERANGKAIAN / SEJUMLAH KEPUTUSAN
“… istilah policy biasanya cenderung digunakan untuk hal yang
“lebih besar” dari pada keputusan-keputusan tertentu dan “lebih
kecil” dari gerakan sosial umum (Heclo, 1972)
6. SEBAGAI PENGETAHUAN YANG SISTEMATIS
Suatu usaha untuk mensistematisasikan pengetahuan berkenaan
dengan administrasi dan kesejahteraan sosial (Heidenheimer,
1986)
7. MENJADI DASAR RASIONAL UNTUK BERTINDAK ATAU TIDAK
Sebagai suatu ikhtiar untuk mendefinisikan dan menyusun suatu
dasar rasional untuk bertindak atau tidak bertindak (Parsons, 1995)
HHOGWOOD DAN GUNN (1984) MEMERINCI 10
PENGGUNAAN ISTILAH “POLICY” DALAM KONTEKS
PEMAKNAAN MODERN, YAITU SEBAGAI :
DALAM KONTEKS PEMAKNAAN MODERN, YAITU SEBAGAI :
1. SUATU LABEL UNTUK SUATU BIDANG KEGIATAN
2. PERNYATAAN TUJUAN UMUM ATAU KEADAAN YANG DIINGINKAN
BERKENAAN DENGAN URUSAN-URUSAN
3. USULAN-USULAN SPESIFIK
4. KEPUTUSAN-KEPUTUSAN PEMERINTAH
5. PEMBERIAN KEWENANGAN FORMAL (A FORMAL
OUTHORIZATION)
6. SUATU PROGRAM
7. OUTPUT (HASIL)
8. OUTCOME (GUNA / MANFAAT)
9. SUATU TEORI ATAU MODEL
10. SUATU PROSES
KONSEP PUBLIK (PUBLIC)
MENGANDUNG PENGERTIAN SBB:

• PUBLIC sering digunakan dalam konteks kata berikut:

Public interest Public education


Public opinion Public service broadcasting
Public goods Public accountability
Public law Public toilets
Public sector Public order
Public transport Public debt
• Pengertian public dalam “public policy” dapat dipahami dalam konteks
pengertian serangkaian kata publik dalam peristilahan di atas. Sejalan
dengan penalaran ini, kata “public” dapat dipahami dalam kontek
lawan katanya, yaitu “private” seperti lawan kata sbb:
polis household
freedom necessity
male famale
equility inequility etc.
W.F. FABER (1993) mengemukakan 10 kunci perbedaan sektor publik
dengan sektor swasta, yaitu bahwa sektor publik :
 Menghadapi tugas-tugas yang kurang jelas dan lebih kompleks
 Memiliki permasalahan lebih banyak dalam mengimplementasikan
keputusan- keputusannya
 Mempekerjakan lebih banyak orang dengan lebih banyak ragam
motivasinya
 Lebih banyak menaruh perhatian pada pengamanan peluang atau
kapasitas
 Lebih banyak menaruh perhatian pada kompensasi kegagalan pasar
 Aktivitas-aktivitasnya berhubungan dengan kepentingan-
kepentingan simbolik yang lebih besar
 Memerlukan standar komitmen dan legalitas yang lebih ketat
 Memiliki peluang yang lebih besar untuk merespon isue-isue
kejujuran
 Harus bekerja atau tampil bekerja untuk memenuhi kepentingan
publik
 Harus memperoleh tingkat minimal dukungan publik diatas yang
diperlukan bagi industri swasta
 Public Policy sesungguhnya berkenaan dengan definisi
tentang
• Apa yang dipertimbangkan sebagai publik,
• Siapa yang menyediakan,
• Siapa yang membayar,
• Bagaimana mereka membayar, dan
• Kepada siapa mereka membayar.
 Dalam Public policy, semua komponen di atas ditentukan
dan dihasilkan oleh kebijakan publik (KP). KP bisa saja
menyatakan pure publik goods disediakan oleh swasta,
harga ditentukan oleh pemerintah, dibayarkan kepada
swasta. Atau barang swasta dapat saja diatur
distribusinya, disubsidi harganya untuk menjamin
terpenuhinya kebutuhan kelompok tertentu, misalnya
garam beryodium.
 Bintoro (1987) menegaskan bahwa “apabila pemilihan alternatif itu
sekali dilakukan dan selesai, maka maka kegiatan tersebut disebut
pengambilan keputusan; sebaliknya bila pemilihan alternatif itu
terus-menerus dilakukan dan tidak pernah selesai, maka kegiatan
tersebut dinamakan perumusan kebijakan.
 Dengan demikian, pengertian perumusan kebijakan menyangkut
suatu proses yang terdiri dari sejumlah langkah-langkah. Ripley
(1985) menjelaskan tujuh langkah dalam kebijakan publik, yaitu :
• Agenda setting
• Formulation dan legitimination
• Program Implementations
• Evaluation of implementation, performance, and impacts
• Decisions about the future of the policy and program
Rincian dari setiap langkah tersebut dapat dilihat dalam Gambar
berikut :
GAMBAR 01
LANGKAH2 PENGAMBILAN KEBIJAKAN
(Rendal R. Ripley, 1985)

Agenda setting
• Perception of problem
• Definition of problem Agenda of government
• Mobilization of support for including problem on
agenda

Formulation dan legitimination


•Infromation collection, analysis, and
dissemination Policy statements, including goals
•Alternatove development for achievement and design of
•Advocacy and coalition building program(s) for achieving them, often in
Compromise, negotiation decision the form of a statuta

Program Implementation
•Resources Acquation
•Interpretation
•Planning
•Organizing Policy actions
•Providing benefits, services, and coercion

Evaluation of implementation, Policy and program performance and


performance, and impacts impacts

Decision about the future of the policy and


program
 Dengan demikian, berdasarkan pendapat Ripley
tersebut, ruang-lingkup kuliah Formulasi Kebijakan
Publik lebih menekankan pada tahapan :
– Agenda Setting,
– Agenda Pemerintah,
– Formulasi dan legitimasi, dan
– Deklarasi kebijakan.
 Sedangkan tahapan-tahapan yang lain hanya
disinggung sekilas, karena telah menjadi kavling
materi mata kuliah Implementasi Kebijakan dan
Evaluasi Kebijakan.
defining
problem

Tahap Langkah Agenda


Penetapan dalam Kebijakan
Kebijakan
pengmbilan
kebijakan

Pemilihan
Alternatif
Kebijakan
Proses kebijakan publik di mulai
dengan kegiatan merumuskan
masalah secara benar, karena
keberhasilan atau kegagalan dalam
melaksanakan perumusan kebijakan
ini akan sangat berpengaruh pada
proses pembuatan kegiatan ini akan
sangat berpengaruh pada proses
pembuatan kebijaksanaan seterusnya.
Agenda kebijakan
• Sekian banyak problema-problema umum yang muncul
hanya sedikit yang mendapat perhatian dari pembuat
kebijakan publik. Pilihan dan kecondongan perhatian
pemuat kebijakan menyebabkan timbulnya agenda
kebijakan. Sebelum masalah-masalah berkompotensi
untuk masuk dalam agenda kebijakan, masalah tersebut
akan berkompetisi dengan masalah yang lain yang pada
akhirnya akan masuk dalam agenda kebijakan.
Mengingat
Syarat suatu masalah masuk menjadi agenda
kebijakan
• Isu tersebut telah mencapai suatu titik • Isu tersebut menjangkau dampak yang
tertentu sehingga ia praktis tidak lagi bisa amat luas
diabaikan begitu saja. • Isu tersebut mempermasalahkan kekuasaan
• isu tersebut telah mencapai tingkat dan keabsahan (legitimasi) dalam
partikularitas tertentu yang dapat masyarakat.
menimbulkan dampak (impact) yang • Isu tersebut menyangkut suatu persoalan
bersifat dramatik. yang fasionable, dimana posisinya sulit
• Isu tersebut menyamngkut emosi tertentu untuk dijelaskan tapi mudah dirasakan
ilihat dari sudut kepentingan orang banyak kehadirannya.
Pemilihan • Menurut Islamy (2000:92), perumusan usulan
kebijakan (policy
Alternatif proposals) adalah kegiatan menyusun dan

Kebijakan
mengembangkan serangkaian tindakan yang
perlu untuk memecahkan masalah. Proses

untuk dalam kegiatan ini meliputi: 1.


Mengidentifikasi altenatif. 2. Mendefinisikan
memecahka dan merumuskan alternatif. 3. Menilai

n Masalah
masing-masing alternatif yang tersedia. 4.
Memilih alternatif yang memuaskan atau
paling mungkin untuk dilaksanakan.
Tahap penetapan kebijakan
• Menurut Anderson “proses pengesahan kebijakan diawali dengan kegiatan:
(a) Persuasion, yaitu usaha-usaha untuk meyakinkan orang lain tentang
suatu kebenaran atau nilai kedudukan seseorang dan mereka mau
menerimanya sebagai milik sendiri; (b) Barganing, yaitu suatu proses
dimana kedua orang atau lebih mempunyai kekuasaan atau otoritas
mengatur setidak-tidaknya tujuan-tujuan mereka tidak sepakati agar
dapat merumuskan serangkaian tindakan yang dapat diterima bersama
tetapi tidak ideal bagi mereka. Barganing meliputi perjanjian (negotation);
saling memberi dan menerima (take and give); dan kompromi (copromise).
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN
Model-model implementasi
kebijakan publik
Top
Down

Hybrid

Bottom -
Up
• Perbedaan antar politik dan
Model Top- administrasi
Down

• Perspektif lembaga atau Kelompok sasaran


Model • Kebalikan dari TOP-Down
Bottom-Up

• Perpaduan antara Top-Down dangan


Model Bottom-Up.
Hybrid
MODEL TOP DOWN

• Donald Van Meter & Carl Van Horn. VARIABEL YG MEMPENGARUHI KINERJA KEBIJAKA
1. Standar dan sasaran kebijakan
2. Sumberdaya
3. Hubungan antar organisasi
4. Karakteristik agen pelaksana/implementor, hal ini mencakup struktur
birokrasi
5. Kondisi ekonomi, sosial dan politik, mencakup lingkungan yang dapat
mendukung kesuksesan implementasi suatu program
6. Kecendrungan (dispotition) pelaksana/implementor
George Edward III

• komunikasi,
• (2) sumber daya,
• (3) disposisi dan
• (4) struktur birokrasi.
MODEL • Beberapa ahli yang

BOTTOM mengembangkan model ini


adalah Michael Lipsky (1971)
UP Richard Elmore (1979), dan Benny
Hjern & David O’Porter (1981)
dalam Parson (2008). Model
Botom-up ini muncul sebagai
kritik terhadap model Top-Down.
Menurut
variasi masalah Schrooder
kebijakan yang luas,
ruang dan waktu pemerintahan, motif keterlibatan yang berbeda-beda,
tidak ada entitas yang mampu merangkul semua pihak,

implementasi kebijakan dapat berhasil dilaksanakan,


Memecahkan masalah dalam kepentingan usaha-usaha bersama yang mengkombinasikan
publik berbagai sumberdaya (ekonomi dan politik) dari
berbagai aktor sangat diperlukan

Karena tak seorangpun aktor yang dapat


memecahkan masalah sendirian maupun
memaksa orang lain menerima penawarannya
sehingga kebutuhan akan konseptualisasi
Network itu muncul (schrooder,2001)
MODEL
JARINGAN
NETWORK Organisasi
publik

Individu, Organisasi
dll swasta

Focus
Non profit
group

SUMBER: SCHROODER, 2001


Paradigma Governance
(frederickson)

pemerintah

swasta Masyarakat

network
FUNGSI ADMINISTRATOR DALAM
JARINGAN

Fasilitator jaringan
berfungsi
ADMINISTRATOR 1. Agen eksekutif
2. Menciptakan insentif
3. Membangkitkan kerjasama
4. Mengatasi hambatan-hambatan
Teoritical model Schrooder
Teoritical Model Schrooder

5
Orga
nisasi
2
swast
a
A
Orga
Orga Focus
nisasi nisasi
publik
group
publik

4implem 3
entasi
Indivi Non
du dll profi
t

Sumber: diadaptasi dari Schrooder

You might also like