Solar, Wind Generation and

Challenges to PLN Grid

By: EDDIE WIDIONO

Founder & Chairman of Board Supervisory, Indonesia Smart Grid Initiative (PJCI)
 DAFTAR ISI

1. Teknologi Pembangkitaan Surya dan Bayu

2. Karakter Intermiten Pembangkit Surya dan Bayu
3. Transisi Energi mendorong pembangunan PLTS & PLTB di
Indonesia
4. Dampak Intermitensi ke Jaringan PLN
5. Teknologi untuk menjawab tantangan intermitensi
6. Pengalaman Jaringan Sulawesi dan apa yang harus
dilakukan di Sistim Jawa Bali
7. Kesimpulan (1)

www.smartgridindonesia.com
 PV Technology
1. Silicon Solar Cells

• The vast majority of today's solar cells are made from silicon and

offer both reasonable prices and good efficiency (the rate at
which the solar cell converts sunlight into electricity).

2. Thin-Film Solar Cells

• thin-film solar cells because they are made from very thin layers
of semiconductor material, such as cadmium telluride or copper
indium gallium diselenide. The thickness of these cell layers is
only a few micrometers—

• Thin-film solar cells can be flexible and lightweight, making them

ideal for portable applications. III-V Solar Cells

3. III-V solar cells 

• are mainly constructed from elements in Group III—e.g., gallium

and indium—and Group V—e.g., arsenic and antimony—of the
periodic table. These solar cells are generally much more
expensive to manufacture than other technologies, but at much
higher efficiencies. often used on satellites, unmanned aerial
vehicles, and other applications that require a high ratio of power-
to-weight.

4. Next-Generation Solar Cells

• new photovoltaic technologies—such as solar cells made from 

organic materials, quantum dots, and 
hybrid organic-inorganic materials (also known as perovskites).
These next-generation technologies may offer lower costs,
greater ease of manufacture, or other benefits.
 Connection
Topologies
Multi-inverter configuration
• increases the energy
output by separate Estimating System Output
tracking 1. Factors Affecting Output
• central inverter for 2. Standard Test Conditions
reduced cost. 3. Temperature
• reliability of the system 4. Module Dirt and dust Dirt and
String Topology decreases 5. Mismatch and wiring losses
Centralized
increases the design flexibility
low cost , low reliability Power Conditioning Units
increased cost
ease of maintenance Power conditioning units are used to control the DC
power produced from the PV arrays and to convert this
power to high-quality AC power before injecting it into
the UG
1. Maximum Power Point Tracking (MPPT)
• to control the output voltage or current of
the PV array to generate maximum
Modular Topology “AC modules,”. possible power at a certain irradiance and
• reduction of losses due to partial temperature. Voltage Amplification
shading, 2. Islanding Detection and Protection
Team concept configuration • better monitoring for module 3. Additional Functions
Master and slave
• string operates failure, • power factor correction ,
increased reliability
independently • flexibility of array design • harmonics filtering ,
extends the lifetime of inverters
• with its MPP tracking • suitable only for low power • reactive power control , and operating with
and operating efficiency.
controller applications (up to 500 W) an energy storage device and/or a
Cost and power loss are higher
• used for large PV systems • cost is relatively high. dispatchable energy source.
than centralized
• Lifetime of the inverter is
reduced
APAKAH SMART INVERTER?
“Smart” Inverter merubah listrik Arus Searah yang dihasilkan panel
surya menjadi Arus Bolak Balik dan mendukung keandalan jaringan
dengan fitur sbb :

• RIDE-THROUGH OF GRID DISTURBANCES—Selama periode

operasi, system akan mengalami perubahan2 tegangan dan frekuensi
yang terkadang cukup drastis . Smart inverter didesain untuk tetap
tersambung ke jaringan dan mengatur outputnya untuk membalans
perubahan2 yang terjadi.
• VOLTAGE SUPPORT—Menjaga level tegangan , misalnya dititik
ujung penyulang yang mungkin mengalamilevel diluar batas jaminan
kualitas. Smart inverter dapat memodulasi daya output aktif maupun
reaktif untuk menjaaga kualitas tegangan..
• OPERATOR INTERACTIVITY— Kecanggihan lain dari Smart inverter
adalah kemampuan interfacing dengan operator jaringan sehingga
memungkinkan operator elakukan adjustment setting , response dan
output secara real time
Tahapan dalam penerapan
teknologi
SMART INVERTERS
Penerapan dalam jaringan kecil ( Island
( California Rule No 21 ) Grid )
• Perlebar batas underfrequency
• Ubah Batasan “must trip” menjadi
“must ride through , unless …”
• Kaji pemasangan smart inverter untuk
perbaikan kualitas tegangan.
• Terapkan persyaratan “ ride through “
bagi inverter yang terpasang setelah
terdeteksi adanya potensi
penyimpanganyegangan dan keandalan
Wind Generation
Technology

Induction Generator

Synchronous Generator
POTENSI ENERGI BAYU ONSHORE
INDONESIA
 KOMPOSISI KAPASITAS TERPASANG
s.d Juni 2020
163.32;
131.07;
78.08;
442; 1%0%0%
0%
4706.93; 8% Pembangkit MW % MW MWh CF
PLT PLTU 31.466 50,2% 86.907.418 63,9%
2442.68; 4% Non EBT
PLTU MT        
PLTGU 11.942 19,1% 17.618.132 34,2%
4510.72; 7% PLTG/MG 6.761 10,8% 7.869.584 26,9%
PLTD 4.511 7,2% 3.456.018 17,7%
PLT EBT PLTP 2.443 3,9% 7.775.205 73,7%
PLTA 4.707 7,5% 9.721.405 47,8%
PLTM 442 0,7% 995.396 52,1%
6760.65; 11% 31465.63; 50% PLTS 78 0,1% 61.421 18,2%
PLTB 131 0,2% 176.922 31,2%
PLT Bio/Sa 163 0,3% 150.059 21,3%
Bauran Energi EBT PLT AL        
2020 : 14,02 % TOTAL 62.643 100,0% 134.731.565 49,8%
(Tanpa B20)
Pembangkit MW % MW MWh % MWh

NON EBT 54.679 87,3 115.851.154 85,98

EBT 7.964 12,7 18.880.410 14,02

11942.03; 19%
TOTAL per 30 Juni 2020 62.643 100 134.731.565 100

Sumber: SILM www.pln.co.id |

Dampak Ketidakpastian Akibat Perubahan Cuaca
Langgam Beban PLTS Likupang (19 Nov 2019)
Terjadi Fluktuasi Output dan Frekuensi Sistem

18 50.8
16 50.6
14 50.4
12
50.2
10
50
8
49.8
6
49.6
4
2 49.4

0 49.2
6:01 6:19 6:37 6:55 7:13 7:31 7:49 8:07 8:25 8:43 9:01 9:19 9:37 9:55 10:1310:3110:4911:0711:2511:4312:0112:1912:3712:5513:1313:3113:4914:0714:2514:4315:0115:1915:3715:5516:1316:3116:4917:0717:2517:43
-2 49
PLTS (MW) Freq Sys

 Pembebanan bergantung  Hunting beban dengan nilai perubahan  Hunting beban dengan nilai perubahan
 Output tidak maksimal (kendala
pada cuaca (Hunting beban turun 15.85 MW pada Pukul 11:36 naik 5.54 MW pada Pukul 12:20 menjadi
cuaca) dan berbeda jauh dari
di pagi Hari) menjadi 4.67 MW pada Pukul 11:40 15.95 MW pada Pukul 12:24 (2.60
perkiraan (forecasting)
(2.79 MW/Min) dengan perubahan MW/Min) dengan perubahan frekuensi
frekuensi sistem 50.09 menjadi 49.52 sistem 49.98 menjadi 50.46 (Ramping-
(Tidak menyebabkan UFR) up tidak diatur)

www.pln.co.id | 5
System Freq vs Wind Turbine Load (Tolo & Sidrap)
(sample captured: Oct 10th, 2019)
Coincidence Factor yang baik antara lokasi PLTB Sidrap dan Tolo

50.600 90.000
Highest Ramp Highest Ramp
up/down : up/down :
80.000
50.400 10,4 MW/mnt 6,2 MW/mnt

70.000
50.200
60.000

50.000 50.000

MW
HZ

49.800 40.000

30.000
49.600
20.000

49.400
10.000

49.200 0.000
00:02:0002:23:0004:44:0007:05:0009:26:0011:47:0014:08:0016:29:0018:50:0021:11:0023:32:00

FREKUENSI SIDRAP TOLO

www.pln.co.id |
 Membedakan Resiliensi dengan Reliability

• Resiliensi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghindari dan mempertahankan layanan terhadap suatu keadaan yang mengganggu
integritas jaringan dengan cara beradaptasi secara terencana sehingga dapat meminimalkan dampak buruk dari kejadian.
• Resiliensi lebih cenderung menghadapi ancaman yang bersifat “low probability but high impact” dibandingkan dengan reliability yang
merupakan ukuran response terhadap “high probability but low impact”
• Resiliensi merupakan buah karya pengelola jaringan dengan pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya, sedangkan reliability
merupakan karakter dari jaringan dan pengelolanya

www.smartgridindonesia.com
 Upaya Mencapai Sistem Kelistrikan Yang Fleksibel

• Grid Hardening;
• upaya menambah jaringan baru, rekonduktoring, , menambah kapasitas Gardu Induk dan trafo2 dsb.
• Implementasi FACTS ( Flexible AC Transmission System ) dan
• RACDS ( Resilient AC Distribution System )
• Grid Smartening;
Upaya meningkatkan Sistim Kendali Jaringan dengan cara
• menambah sensor,
• memperpendek interval pengambilan data dan
• latency pengiriman data,
• meningkatkan visibility dan controllability dari operator system.
• Implementasi WAMPACS ( Wide Area Monitoring and Protection System ).
• Generation and Load Forecasting
• Responsive Demand ; Pembentukan kluster2 yang mampu mencukupi kebutuhannya sendiri
dalam situasi gangguan.

www.smartgridindonesia.com
 Grid Hardening (1)
Flexible AC Transmission System (FACTS)

Different configurations of FACTS for the

Illustration of the transmission network in a smart grid. smart-grid: (a) shunt, (b) series, (c) series-
shunt, and (d) back-to-back.

www.smartgridindonesia.com
 Grid Hardening (2)
Resilient AC Distribution System (RACDS)

Different configurations of RACDS in the

Illustration of the distribution network in a smart grid
smart-grid: (a) shunt, (b) series and shunt,
(c) series and series-shunt.

www.smartgridindonesia.com
 Grid Smartening (1)
Adding Advance Meter

www.smartgridindonesia.com
 C 20 Grid Smartening (2)
WAMPACS – Wide area Monitoring and Control System

PMU resolution is much higher than SCADA Higher Resolution (typically 25 samples/second
compared to 4 to 10 seconds/sample of SCADA

SIMPLIFIED REPRESENTATION OF WAMPAC

PERAN SYSTEM
OPERATOR
( Ex. POSOCO- India )
 LOAD/DEMAND
FORECAST
Requirement of Forecasting
• The objective of our forecasting & scheduling solutions is to facilitate largescale grid integration of
solar and wind generating stations while maintaining grid stability and security.
• The forecast ensures secure grid operation by planning for the requisite balancing resources.
• Additionally, incentives to generators for better forecasting must be aligned with the objective of
grid management, which is to minimize actual MW deviations from schedule Wind/Solar power
forecasting is the process wherein weather parameters at given geographical locations are
predicted which involves knowledge of the Wind speed/Sun´s path and the other atmospheric
conditions, the scattering processes and the characteristics of a solar energy plant which utilizes
the Wind/Sun's energy to generate wind/solar power

Benefits of Forecasting
• Better planning and grid stability.
• Real Time Monitoring of every individual
WTGs i.e. Turbine /Inverter Status.
• Geophysical parameter such as wind speed,
Wind direction can be visualized from dash -
board.
• Actual Performance curve, Actual
generation, Break even and all the revised
schedule of WTGs can be visualized.
• Help to manage the WTGs/Solar Panels
maintenance time resulting in reduction
losses, which will ultimately will lead to also
Increase in revenue
Services To Capture Different Kinds Of Demand Flexibility

• Priority pricing (Chao and Wilson, 1987), where higher-priority tasks pay more;
• Interruptible electrical power (Tan and Varaiya, 1991), where more reliable service costs more;
• Demand response (FERC, 2011a), where demand reduction below a baseline is incentivized;
• Price-responsive demand (Chao, 2010), where real-time price equals marginal cost;
• Deadline-differentiated service (Bitar and Low, 2012), where deferrable tasks pay less; and
• Duration-differentiated energy service, with fixed power, flexible time, and different durations,
where, for example, a consumer can purchase 1 kilowatt for any number of hours within a preset
window.
|Indeks Kekuatan Sistem 2019 & 2020 Sistem Sulutgo

2019 2020
25

kW

20 25,000

20,000
15
f(x) = 12.91 x + 3.73 15,000

10 10,000 f(x) = − 120.49 x + 10834.25

5,000
5

-
0.00 200.00 400.00 Hz 600.00 800.00 1000.00 1200.00
-
0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60 0.65 0.70 0.75 0.80 0.85

• Estimasi Indeks Kekuatan Sistem Sulbagut 2019 : 16,64 • Estimasi Indeks Kekuatan Sistem Sulbagut 2020 : 18,24
MW/Hz MW/Hz
• Data 1 Jan – 31 Des 2019 • Data 1 Jan – 31 Jul 2020

www.pln.co.id | 01
Dampak Pembebanan Pembangkit Akibat Operasi PLTS
Langgam Beban Sistem Sulbagut, Kondisi Dengan beroperasinya PLTS
(Terjadi Penurunan CF PLTU PLN dan LMVPP Amurang Gas)

Langgam Beban Sistem Sulbagut

Beb an Puncak : 400.00 MW
PLTA PLN PLTP PLTA IPP PLTU IPP PLTU PLN LMVPP.GAS LMVPP.HFO PLTD PLTG PLTS Defisit Total DMN
450 To tal Pro d uksi : 7,706.35 MWh
CF PLTA : 100.00 %
CF PLTP : 93.33 %
400
CF PLTU PLN : 75.00 %
CF PLTU IPP : 80.00 %
350
CF LMVPP Gas : 72.59 %
PLTS
LMVPP.HFO
PLTD CF LMVPP HFO : - %
300 CF PLTD : 3.33 %
LMVPP.GAS CF PLTG : - %
250 CF PLTS : 30.79 %
To tal Fix Co st : 5.15 Milyar
200 BPP Fix Co st : 668.82 Rp / kWh
PLTU PLN
To tal Var Co st : 6.33 Milyar
BPP Var Co st : 821.11 Rp / kWh
150
PLTU IPP To tal Co st : 11.48 Milyar
BPP : 1,489.93 Rp / kWh
100
Pad am
Masuknya :
PLTS mengakibatkan MW
PLTP Cad ang an BPP dari: Rp. 114.66
kenaikan 1.463,7MW
per
50 kWh menjadi
Cad ang an Rp. :1.489.9 per %
28.67 kWh
(naik sebesar Rp. 26.2 per kWh)
PLTA PLN Setara penambahan biaya Operasi
0
00.30 02.30 04.30 06.30 08.30 10.30 12.30 14.30 16.30 18.30 20.30 22.30 Sistem sebesar 201,9 Juta per hari
Be ban Min - TML 45.09 MW Lo ad H1

www.pln.co.id |
Dampak terhadap Frekuensi Sistem
Saat Regulasi Frekuensi Primer Aktif
Fluktuasi PLTS di response oleh Droop Mode (Free Governor) LMVPP Amurang

Droop mode LMVPP aktif 2 unit

18 50.6

16
50.4
14

12 50.2

10
50
8
49.8
6

4 49.6

2
49.4
0
4/20/2020 09:00:304/20/2020 09:30:304/20/2020 10:00:304/20/2020 10:30:304/20/2020 11:00:304/20/2020 11:30:304/20/2020 12:00:304/20/2020 12:30:304/20/2020 13:00:304/20/2020 13:30:30
-2 49.2

PLTS LIKUPANG PLTS ISIMU FREQ

Pukul 11:55 beban PLTS Isimu turun dari 10 MW ke 0 MW dan 2 menit kemudian beban naik dengan cepat ke 12 MW,
sehingga pukul 12:00 dicurtail pada beban 5 MW.

www.pln.co.id |
Langkah-Langkah Mitigasi
Untuk menghilangkan dampak PLTS ke operasi sistem Sulutgo

Langkah mitigasi yang telah dilakukan :

1. Pengaturan spinning reserve/cadangan putar minimal 60% dari realisasi daya output PLTS.
2. Pengaturan frekuensi realtime di angka 50,2 Hz saat beban PLTS diatas 60% dari stiffness sistem.
3. Menjaga sedemikian agar dalam perioda 24 jam frekuensi rata-rata system tidak melebihi 50,1 Hz.
4. Pengaturan pembebanan cadangan putar pembangkit BBM tidak kurang dari 70% DMP kit tersebut.
5. Aktivasi AGC di PLTA Tanggari
6. Aktivasi Droop Mode LMVPP Amurang
7. Resetting UFR dari 49,3 Hz menjadi 49,2 Hz untuk mengantisipasi beban padam pada saat terjadi
fluktuasi frekuensi oleh PLTS
Program yang sedang dan akan dilakukan :
8. Pengaktifan mode Automatic Generation Control (AGC) PLTU MDT Amurang, PLTU Sulut 3 dan PLTU
Sulbagut 1
9. Pemasangan Battery Energy Storage System (BESS).
10. Pemasangan PMU dan WAMS.

www.pln.co.id |
Cadangan Putar Yang Diperlukan

Rata-rata Cadangan Putar dalam menjaga fluktuasi frekuensi PLTS

Likupang (Okt-Nov 2019)
Sebesar :
Dampak Finansial Terhadap
Komposisi Cad Putar Pengaturan Frekuensi
9.000 kW LMVPP
PLTP Lahendong #2 • Freq rata – rata sebelum PLTS
Power Plant Response Time Beroperasi (Agustus 2019) = 50.01 Hz
PLTP Lahendong #5
• Freq rata – rata setelah PLTS
LMVPP 1 MW/ 15 Min PLTP Lahendong #6
Beroperasi (Oktober 2019) = 50.05 Hz
PLTP Lahendong #2 1 MW/ 15 Min • Delta rata – rata Freq = 0.04 Hz
14% Simulasi Perhitungan dampak adanya
delta frekuensi :
PLTP Lahendong #5 1 MW/ 30 Min 14% 43%
Asumsi : Cadangan putar LMVPP
PLTP Lahendong #6 1 MW/ 30 Min
29% =  Hz x Stiffness (kW/Hz) x  Hari x
 Jam x SFC (ltr/kWh) x HSD (Rp/ltr)
0.04 Hz x 10.000 x 31 x 24 x 0,211 x
7760,50
Note :
Pemilihan PLTP Lahendong sbg cadangan putar krn tidak ada pilihan unit lain setelah LMVPP yg mewakili pola operasi optimal dalam periode tersebut Rp 487.309.732,8 (Oktober 2019 )

www.pln.co.id | 4
Perubahan sebaran frekuensi sistem menjadi tantangan utama operasi sistem
Rentang ekskursi frekuensi sebelum dan sesudah PLTB beroperasi

Before Wind Penetration With Sidrap (70 MW) With Sidrap (70 MW) + Tolo (60 MW)

www.pln.co.id |
Forecasting yang akurat sangat penting untuk operasi sistem
yang aman dan andal
Learning curve yang sulit namun dapat dikuasai dalam waktu setahun

PLTB Tolo - 8 Agustus 2019

60.00 300%
50.00 250%
40.00 200%
30.00 150%
20.00 100%
10.00 50%
0.00
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0% • Akurasi forecast perlu ditingkatkan
. 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3 . 3 .3 .3 .3 .3 .3 .3 . 3 . 3
00 01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
• Memerlukan regulating capacity yang lebih
Real Forecast besar  balancing costs menjadi lebih mahal
Deviation Real vs Forecast (%)
• Selain forecasting system reliability dan
PLTB Sidrap - 2 Aug 2018 security perlu dijaga karena adanya
70 160% perubahan inersia sistem, arus hubung
60 140%
50 120% singkat, pengendalian frekuensi dan system
100%
40
30
80% stiffness.
60%
20 40%
10 20%
0 0%
10:30:00 AM
11:30:00 AM

4:30:00 PM

6:30:00 PM
00:30:00

1:30:00 PM
2:30:00 PM
3:30:00 PM

5:30:00 PM

7:30:00 PM
8:30:00 PM
9:30:00 PM

11:30:00 PM
12:30:00 PM

10:30:00 PM
8:30:00 AM
1:30:00 AM
2:30:00 AM
3:30:00 AM
4:30:00 AM
5:30:00 AM
6:30:00 AM
7:30:00 AM

9:30:00 AM

forecast actual deviation (%)

www.pln.co.id |
Dengan beberapa langkah improvement, Sulawesi masih dapat
menerima lebih banyak pembangkit intermitten

Kekuatan sistem Sulbagsel

• Peak period : 79 MW/Hz
• Off-Peak periode : 70 MW/Hz
Ramp-rate capability dari existing power plant
• PLTA Poso (3 x 65 MW) : 13 MW/min (conditionally if all unit running)
• PLTA Bakaru (1 x 63 MW) : 5 MW/min
• PLTGU Sengkang Blok 1 (2 x 42.5 MW & 1 x 50 MW) : 10 MW/min
• PLTGU Sengkang Blok 2 (3 x 60 MW) : 7 MW/min
• PLTU (tersebar) : 3 MW/min
• PLTD/PLTG Tello : 15 MW/min (normally not operated due to very high cost)

Langkah-langkah improvement (Teknologi) :

• Accurate Forecasting system Regulasi :
• Advance frequency control (Governor Free, PSS Tuning, • Revisi Grid Code
Mitigasi AGC/ADS, integrasi jROS) • Perlakukan VRE
• Energy storage (Power System Battery) sama dengan Kit
• Additional flexible and fast response generation biasa (LVRT, HVRT,
• PMU & WAMS Reactive Support)
www.pln.co.id |
Storage Technology for Increasing Resiliency

Pumped Storage Potential - Indonesia

www.pln.co.id |
 Analisa Dampak PLTS & PLTB di
Sistim Jawa Bali
Analisis Short Circuit Ratio (SCR) dan Stiffness Ratio (SR)
Analisis SCR digunakan untuk mengetahui kekuatan Sistem pada titik koneksi pembangkit
berbasis inverter seperti PLTS dan PL TB

SCR = Sscmva / Prmw

SCR: Short Circuit Ratio

Sscmva: Nilai hubung singkat minimum pada titik koneksi pembangkit berbasis inverter
tanpa pembangkit berbasis inverter (MVA)
Prmw : Kapasitas pembangkit berbasis inverter (MW) –
Klasifikasi nilai SCR :
• Nilai SCR < 3 : weak grid
• Nilai SCR 3-5 : medium grid
• Nilai SCR > 5 : strong grid
Stiffness Ratio (SR) mengindikasikan kekuatan sistem dalam satuan MW/Hertz yang
menunjukkan perubahan frekuensi yang terjadi akibat perubahan daya pembangkitan maupun
beban di sistem . Semakin besar nilai SR. semakin kuat sistem tersebut.

www.smartgridindonesia.com
 Persyaratan PLTS & PLTB di Sistim Jawa Bali
Rekomendasi 5pesifikasi Teknis Pembangkit EBT intermitten (PL T5 dan PLTB) Dari PT. PLN (Persero) Pusat Pengatur Beban

1. Setiap Pembangkit EBT Intermitten harus difasilitasi dengan:

a. Active Power Regulation, berfungsi mengatur output daya aktif untuk mengurangi fluktuasi frekuensi akibat pembangkit EBT Intermitten dan membantu kestabilan sistem.
Dalam kondisi normal, beban pembangkit dapat diatur dalam rentang 10% sampai dengan 100% dari kapasitasnya dengan ramping rate 3% sampai dengan 10 % per menit
dari kapasitas terpasang. Dalam kondisi emergency, daya keluaran Pembangkit dapat dibatasi pada rentang 20 sampai dengan 100 % dari kapasitas terpasang sesuai dengan
perintah Pusat Pengatur Beban. Deviasi antara setting daya keluaran dan daya terukur rata-rata selama 5 menit tidak melebihi ± 5% dari kapasitas terpasang.
b. Reactive Power Regulation, berfungsi untuk membantu/menjaga tegangan di titik sambungan selama fluktuasi tegangan dan untuk mengatur keseimbangan daya reaktif di
Jaringan. Reactive Power Regulation harus dilengkapi dengan Kompensasi Daya Reaktif untuk memastikan daya reaktif pada rentang faktor-daya (power factor) di antara 0,85
lagging dan 0,90 leading. (sesuai Aturan Jaringan CC 3.2.5). Pengaturan Oaya Reaktif dapat dilakukan secara lokal oleh operator pembangkit atau secara remote oleh Pusat
Pengatur Beban. Pengaturan dalam kondisi actual harus dikoordinasikan dengan Pusat Pengatur Beban.
c. Low Voltage Ride Through (L VRT) sehingga unit dapat bertahan dalam jaringan dan terus beroperasi selama tegangan jaringan masih diatas batasan voltage dip sesuai
level tegangannya (berdasarkan table dan kurva)
2. Setiap pembangkit EBT intermitten harus menjaga Distorsi Harmonik Total (THD) sesui dengan batasan yang diizinkan di Aturan
Jaringan). Apabila THD melebihi yang diizinkan sesuai Aturan Jaringan maka unit pembangkit harus menyediakan peralatan
filter atau kompensator yang membatasi distorsi harmonic total.
3. Pembangkit EBT Intermitten harus menyedtakan alat sensor cuaca untuk prakiraan cuaca dan cuaca terkini. Adapun
spesifikasinya agar berkoordinasi dengan BMKG.
4. Semua pembangkit EBT Intermitten yang terkoneksi ke jaringan harus mengikuti Aturan Jaringan yang berlaku.
5. Pembangkit EBT Intermitten juga harus menyediakan sinyal monitoring daya aktif, daya reaktif dan tegangan, SCADA System
dan Automatic Meter Reading (AMR).
6. Setting sistem proteksi pembangkit agar berkoordinasi dengan sistem proteksi Pusat Pengatur Seban.
7. Koneksi DC-AC pada pembangkitan EBT Intermitten harus mengacu pada standar IEEE Std 1204.
8. Pembangkit EBT Intermiten harus mampu menerima sinyal Automatic Generating Control (AGC) dari dispatch Pusat Pengatur
Beban untuk pengaturan sekunder frekuensi Sistem

www.smartgridindonesia.com
 KESIMPULAN :

1. Teknologi Surya dan Bayu semakin berkembang , dan semakin

murah, sehingga menjadi solusi untuk percepatan transisi energi di
seluruh dunia
2. Indonesia memerlukan pembangunan PLTS dan PLTB secara massif
karena terkait dengan komitmen internasional ( COP 21 ), NDC
Indonesia dibidang energi ( RE 23% @2025 & 31%@2030 ) belum
sejalan dengan komitmen Zero Emision@2050 dan 50%-55%@2030
dari program EU “Green Deal “
3. Pengalaman dampak penetrasi PLTS dan PLTB di sistim Sulawesi
perlu menjadi acuan mempersiapkan sistim Jawa Bali menghadapi
penetrasi masif pembangkit energi terbarukan di Sistim Jawa Bali

www.smartgridindonesia.com
www.smartgridindonesia.com
www.smartgridindonesia.com