You are on page 1of 60

ASUHAN PADA TRAUMA

PERSALINAN DAN
KELAINAN JIWA
Dr. MARYATI, SST, SPd, MARS, MH
PENGANTAR
 Menjadi orangtua seolah merupakan sebuah batu lompatan besar
yang menantang sekaligus menyenangkan. Namun, bagi beberapa
orangtua, khususnya ibu, ada tantangan tersendiri yang mungkin
terjadi di masa pasca melahirkan yakni trauma melahirkan.
 Selain disibukkan dengan aktivitas baru mengurus bayi, ada beberapa
tantangan yang terkadang dialami ibu di masa pasca melahirkan.
 Baby blues, depresi postpartum, dan psikosis postpartum adalah masalah
mental yang dalam beberapa kondisi terjadi pada ibu baru.
 Masalah mental yang juga dapat dialami oleh ibu pascapersalinan atau di 
masa nifas.
 Masalah mental tersebut sekilas memiliki gejala yang mirip seperti depresi
postpartum, tetapi sebenarnya berbeda.
MASALAH MENTAL YANG DIALAMI DI 
MASA NIFAS
 Masalah mental tersebut sekilas memiliki gejala yang mirip seperti depresi postpartum,
tetapi sebenarnya berbeda.
 Kondisi tersebut dapat disebabkan oleh trauma melahirkan atau trauma persalinan.
 Postpartum post-traumatic stress disorder (PTSD) alias gangguan stres pascatrauma.
 Trauma melahirkan adalah kondisi kesehatan mental yang dipicu oleh peristiwa
menakutkan, entah mengalaminya atau menyaksikannya secara langsung.
KENAPA HAL YG NORMAL BISA
BERDAMPAK?
 Beberapa ibu dalam proses ‘alami’ melahirkan dapat memicu trauma berat.
 Ibu dengan trauma pasca melahirkan umumnya mengalami mimpi buruk, kecemasan
parah, kilas balik peristiwa (flashback), dan pikiran mengenai peristiwa tersebut.
 Kadang kala, perhatian pada proses persalinan lebih banyak ditujukan kepada bayi,
sedangkan kondisi ibu kurang diperhatikan.
 Berdasarkan American Psychiatric Association, ibu dengan trauma persalinan selalu
masih terbayang mengenai pengalaman traumatis yang pernah dialami atau
disaksikannya.
APA SAJA GEJALA TRAUMA MELAHIRKAN?
 Kebanyakan ibu yang pernah mengalami pengalaman traumatis mungkin
merasa kesulitan untuk menyesuaikan dirinya kembali.
 Perawatan postpartum PTSD yang tepat dapat memperbaiki gejala yang
dialami ibu.
 Gejala trauma melahirkan umumnya meliputi mimpi buruk, kecemasan parah,
terus mengingat peristiwa traumatis, hingga mengalami kilas balik peristiwa
(flashback).
GEJALA TRAUMA
MELAHIRKAN ATAU
POSTPARTUM PTSD
 Mengalami satu atau beberapa peristiwa yang melibatkan ancaman cedera serius atau
kematian (untuk dirinya sendiri atau bayi mereka).
 Respon perasaan takut dan tidak berdaya setiap kali mengingat pengalaman tersebut.
 Teror kilas balik (flashback), mimpi buruk, kenangan mengganggu, dan halusinasi yang
berulang dan kembali dari waktu ke waktu.
 Merasa tertekan, cemas, atau mengalami serangan panik saat teringat peristiwa traumatis
 cenderung menghindari apapun yang mengingatkan kepada peristiwa
traumatis saat melahirkan, seperti orang dan tempat.
 menghindari pembicaraan mengenai pengalaman traumatis maupun
enggan berinteraksi dan/atau melihat bayi untuk sementara waktu.
 sulit tidur dan susah berkonsentrasi karena mengingat kenangan buruk
yang pernah dialami atau dilihat terkait proses melahirkan.
 mudah merasa marah, mudah tersinggung, sangat waspada, dan selalu
merasa gelisah.
 Bereaksi berlebihan saat berada di kondisi yang mengingatkan tentang
peristiwa traumatis, misalnya ketika dikejutkan oleh suara atau sentuhan.
 Gejala trauma melahirkan atau postpartum PTSD ini biasanya bersifat
sementara dan dapat diobati, bila diagnosis dan pengobatan tidak segera
dilakukan, bisa mengalami dampak berupa kesulitan dalam beraktivitas
sehari-hari.
APA SAJA FAKTOR RISIKO TRAUMA
MELAHIRKAN?
 Ada beberapa faktor risiko yang membuat ibu lebih rentan mengalami gejala
trauma melahirkan sesungguhnya usai persalinan.
 Berbagai faktor risiko trauma pascamelahirkan yaitu:
 Memiliki riwayat trauma masa lalu seperti kekerasan seksual, kecelakaan,
hingga pemerkosaan
 Memiliki riwayat kecemasan maupun depresi
 Dalam beberapa kasus, mengingatkan ibu mengenai pengalaman traumatis saat
melahirkan dapat memicu munculnya gejala postpartum PTSD.
 Jika tidak segera mendapatkan penanganan medis akibat trauma pascamelahirkan, tentu
ada konsekuensi nyata yang akan dihadapi.
 Berikut beragam dampak saat ibu mengalami trauma melahirkan:
 Kecil kemungkinan untuk mau hamil dan melahirkan lagi
 mungkin sulit menerima perawatan atau tindakan medis lanjutan bila dibutuhkan
 mungkin sulit menyusui bayi dengan lancar, misalnya karena sakit, produksi asi
 rendah, kurang percaya diri, atau ingat pengalaman traumatis
 besar kemungkinan Anda bisa mengalami depresi. Hal ini dapat berpengaruh kepada
kehidupan seks setelah melahirkan.
APA PENYEBAB TRAUMA
MELAHIRKAN?
 Penyebab trauma melahirkan adalah karena adanya kejadian traumatis yang
berkaitan dengan kehamilan maupun proses persalinan.
 Terkadang, kombinasi dari baby blues, depresi postpartum, dan psikosis
postpartum sering dihubungkan dengan trauma pasca melahirkan.
 Kombinasi dari kondisi kesehatan mental ibu melahirkan tersebut dapat
memperburuk satu sama lain.
PENYEBAB TRAUMA PERSALINAN / POSTPARTUM PTSD:
 Persalinan memakan waktu terlalu lama, sulit, dan menyakitkan
 Penggunaan alat forceps melahirkan maupun ekstraksi vakum
 Bayi mengalami prolaps tali pusat saat lahir
 Harus menjalani operasi caesar darurat saat proses melahirkan normal mengalami
hambatan
 Mengalami kondisi seperti histerektomi, preeklampsia, eklampsia, robekan perineum
yang parah, hingga perdarahan postpartum
 Ibu mengalami masalah yang mengancam kesehatan selama proses persalinan
berlangsung
 Kematian bayi selama melahirkan atau setelah kelahiran
 Bayi berada di unit perawatan intensif neonatal alias (NICU)
 Ibu merasa kurang adanya dukungan selama persalinan
APA YANG DAPAT DILAKUKAN UNTUK
MENGATASI TRAUMA MELAHIRKAN?
 Sebenarnya tidak perlu khawatir karena gejala trauma melahirkan atau
trauma persalinan dapat disembuhkan.
 Trauma setelah melahirkan bersifat sementara dan dapat diobati.
 Perlu usaha berupa perawatan yang tepat agar pengobatan bisa berjalan
lancar sehingga peristiwa traumatis tidak lagi membawa ingatan buruk.
 Caranya:
1. BERKONSULTASI DENGAN DOKTER
ATAU AHLI KESEHATAN MENTAL
 Penting segera berkonsultasi dengan dokter atau terapis saat muncul gejala.
 Dokter atau psikoterapis mungkin menyarankan menjalani cognitive
behavioral therapy (CBT) maupun eye movement desensitization and
reprocessing (EMDR).
 Keduanya adalah bentuk pengobatan postpartum PTSD yang sangat efektif.
Pengobatan tersebut dapat dilakukan oleh seorang psikiater, psikolog, atau ahli
kesehatan mental lainnya.
 Terapi EMDR bertujuan untuk mengganti emosi negatif yang melekat akibat
trauma melahirkan dengan pikiran dan perasaan positif.
PROSES TERAPI EMDR
 dilakukan terapis dengan meminta untuk mengingat kembali peristiwa penyebab trauma
melahirkan sambil mengalihkan konsentrasi dengan melakukan suatu gerakan.
 Terapis meminta untuk menggerakkan mata ke kanan dan kiri mengikuti gerak telunjuk
yang diarahkan terapis.
 Pasien diminta untuk mengetuk-ngetukkan tangan di meja sesuai ritme.
 Teorinya, gerakan ini lambat laun dapat mengurangi kekuatan ingatan dan emosi negatif
yang berakar dari peristiwa traumatis masa lalu.
 Secara bertahap, terapis akan memandu untuk mengubah pikiran trauma ke pikiran yang
lebih menyenangkan.
2. MINTA DUKUNGAN DARI ORANG
SEKITAR
 Ibu dengan trauma melahirkan atau postpartum PTSD membutuhkan dukungan untuk
menghilangkan trauma dari pengalaman persalinan.
 Keberadaan orang-orang sekitar seperti suami, anggota keluarga, dan sahabat terdekat
dapat membantu ibu untuk mengenali penyebab dan mengobati gejala yang ia alami.
 Dikelilingi oleh orang-orang terdekat yang mendukung dan mencintai juga diharapkan
dapat membawa energi positif.
 Bisa meminta bantuan untuk merawat dan menjaga bayinya saat sedang tidak bisa
melakukannya.
3. MINUM OBAT
 Dokter atau terapis dapat memberikan obat untuk diminum sesuai dengan jadwalnya
sebagai pilihan terakhir dalam pengobatan trauma melahirkan.
 Pemberian obat bertujuan untuk membantu agar lebih fokus dan nyaman dalam
mengelola gejala, merawat bayi, dan melakukan aktivitas sehari-hari.
 Dokter atau terapis biasanya memberikan obat antidepresan yang aman diminum
selama masa menyusui dan tidak mengganggu produksi ASI.
 Penting untuk memahami bahwa pikiran dan perasaan tentang bayi maupun pengalami
traumatis di masa lalu dapat berubah lebih baik secara bertahap.
 Proses menjadi seorang ibu merupakan perubahan atau transformasi yang indah
sekaligus memberikan tantangan yang juga tidak mudah.
CARA SEMBUH DARI TRAUMA PERSALINAN

  Susanto Wibowo  17/8/2018
 Persalinan terkadang meninggalkan kenangan buruk dan tak jarang membuat
trauma.
 Bentuk trauma setelah persalinan bisa berupa kilas balik proses melahirkan,
mimpi buruk, cemas saat mengingat proses bersalin, gelisah, dan panik.
 Bila dibiarkan dan tidak diatasi, hal ini bisa berdampak panjang pada ibu dan
bayi, serta berlanjut menjadi Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD).
1. TRAUMA BERSALIN CAESAR

 Banyak ibu yang melahirkan dengan operasi Caesar merasa gagal menjadi
seorang ibu. Karena merasa gagal, ia merasa tak mau hamil lagi karena takut
tak bisa melahirkan secara normal.

Yang perlu dilakukan: 


 Perbanyak informasi tentang kehamilan dan proses melahirkan. Jika proses
persalinan pertama melalui operasi Caesar, untuk persalinan berikutnya belum
pasti akan Caesar lagi. Tetap bisa melahirkan secara normal walaupun pernah
Caesar pada persalinan sebelumnya. Konsultasikan pada dokter mengenai hal
ini.
2. TRAUMA MELAHIRKAN NORMAL
 Ada banyak yang pastinya masih mengingat penderitaan akibat kontraksi dan proses
kelahiran bayi yang teramat sangat menyakitkan walaupun mereka sebenarnya masih
punya keinginan untuk menambah anak.
 Yang perlu dilakukan: 
 Pahami bahwa hamil dan melahirkan meskipun melalui proses yang menyakitkan
merupakan pengalaman yang akan memberikan kebahagiaan pada akhirnya.
 Sebagai wanita dan ibu, diberikan kesempatan istimewa untuk bisa hamil dan
melahirkan. Cari informasi dari berbagai sumber tentang bagaimana mengurangi rasa
sakit pada persalinan normal. Jika memang sulit menghilangkan trauma sakit ini,
segera cari bantuan psikolog.
3. TRAUMA BERHUBUNGAN SEKS
 Biasanya ibu masih takut sakit pada bagian vaginanya, karena merasa vaginanya
belum sembuh total sehingga tidak mau bagian tersebut disentuh.
 Yang perlu dilakukan: 
 Jauhi pikiran dan ketakutan tentang ukuran penis yang masuk ke vagina. Sebelum
melakukan hubungan seks, bisa berendam di air hangat yang mampu memberikan
efek nyaman.
 Sedangkan untuk suami, pahami kondisi psikologis istri dan bantu istri untuk
mengembalikan gairahnya secara perlahan-lahan. Tidak ada gunanya untuk
memaksa.
4. TRAUMA PERLAKUAN BURUK
RUMAH SAKIT
 Kunci dari persalinan yang baik adalah kemampuan dalam mengelola proses
melahirkan. Bisa jadi Ibu merasa diperlakukan buruk oleh pihak rumah sakit
saat proses melahirkan dan hal ini kemudian menimbulkan trauma.
 Yang perlu dilakukan: 
 Hindari menyamaratakan perlakuan setiap rumah sakit.
 Cari informasi sebanyak mungkin agar dapat menentukan rumah sakit yang
bisa memenuhi atau merespons keinginan dengan baik saat proses persalinan.
5. TRAUMA MIMPI BURUK
 Salah satu gejala umum PTSD adalah mengalami kilas balik dan mimpi buruk saat
mengingat pengalaman tertentu. Jangan panik jika mengalami mimpi buruk. Ini
merupakan hal yang umum terjadi hingga 12 minggu pasca persalinan. Mimpi
buruk ini menandakan adanya suatu masalah yang belum terselesaikan.
 Yang perlu dilakukan: 
 Cobalah untuk merasa relaks sebelum tidur. Mungkin akan sulit melakukannya
karena keberadaan suami dan anak. Tapi bisa coba untuk berbagi tugas dengan
suami atau anggota keluarga lain saat melakukan relaksasi sebelum tidur. Namun
jika mimpi buruk tersebut tetap dialami setelah 12 minggu, harus segera menemui
psikolog untuk mengatasinya.
KELAINAN JIWA
 Semakin beratnya persoalan hidup, dapat menyebabkan makin
banyak orang yang menglami gangguan mental dan jumlahnya pun
terus bertambah.
 Apabila penanganannya terlambat, kondisi ini menjadi sakit jiwa
yang cukup serius meski memang setiap orang pasti enggan
mengalami hal ini
MACAM2 GANGGUAN JIWA

1. Gangguan Tak Mampu Mengendalikan Keinginan


2. Gangguan Mood atau Afektif
3. Gangguan pada Kepribadian
4. Gangguan Kecemasan
5. Gangguan Obsesif-Kompulsif (OCD/Obsessive-Compulsive Disorder)
6. Gangguan Pola Makan
7. Gangguan Psikosis
8. Gangguan Jiwa Akibat Zat Psikoaktif
9. Gangguan Somatoform
10. Gangguan Gender dan Seksual
11. Gangguan PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder)/Pasca-Trauma
12. Gangguan Disosiatif
GANGGUAN TAK MAMPU MENGENDALIKAN
KEINGINAN

 Seseorang dapat mengalami gangguan ini di mana ia tidak lagi


mampu mengendalikan keinginannya dan tidak juga dapat menolak
segala dorongan yang berasal dari dalam dirinya untuk
membahayakan orang lain maupun dirinya sendiri.
 Hal-hal ekstrim dan merugikan akan dipilih untuk dilakukan,
seperti piromania atau suka menyulut api serta kleptomania atau
suka mencuri barang kecil. Kelihatan umum dan sederhana, tapi
kebiasaan atau perilaku tersebut adalah salah satu tanda gangguan
jiwa.
GANGGUAN MOOD ATAU
AFEKTIF
 Seseorang dengan gangguan mood bisa merasa sedih secara
berkelanjutan, lalu akan merasa senang di saat tertentu, atau malah
bisa jadi perasaan sangat sedih dan senang terjadi secara fluktuatif.
Kondisi semacam ini dapat dikatakan sebagai depresi atau
gangguan bipolar, yaitu bentuk yang paling umum. Kondisi
tersebut juga bisa dianggap sebagai gangguan kiklomitik di mana
mood akan berubah dari sedih ke senang atau senang ke sedih
secara signifikan.
GANGGUAN PADA
KEPRIBADIAN
 Seseorang dengan masalah kepribadian akan mengalami gangguan
yang pada umumnya akan memperlihatkan karakter ekstrim.
Orang-orang dengan gangguan kepribadian akan cenderung kaku
dan bahkan biasanya tak begitu sesuai dengan apa yang menjadi
kebiasaan di masyarakat, seperti paranoid ataupun antisosial.
GANGGUAN KECEMASAN
 Seseorang bisa memiliki masalah yang berkaitan dengan
kecemasan dalam memberikan respon situasi maupun terhadap
obyek tertentu. Respon tersebut dapat diekspresikan dengan
peraaaan panik dan takut serta berkeringat, tak jarang juga
meningkatnya detak jantung sehingga lebih cepat. Sayangnya,
respon tersebut tidak dapat dikendalikan oleh orang tersebut
sehingga akan mengganggu kegiatan sehari-hari. Fobia terhadap
keadaan tertentu juga bisa dimasukkan ke dalam kategori gangguan
kecemasan, baik itu dalam bentuk gangguan panik atau gangguan
kecemasan sosial.
GANGGUAN OBSESIF-KOMPULSIF
(OCD/OBSESSIVE-COMPULSIVE DISORDER)

 Seseorang yang mengalami gangguan ini tentu pikirannya akan


didominasi dengan segala ketakutan maupun pikiran yang sangat
mengganggu sehingga dinamakan obsesif. Keadaan ini justru
membawa penderita untuk melakukan ritual berulang kali yang
akhirnya kita bisa sebut dengan kompulsif. Salah satu contoh ambil
saja kasus di mana seseorang suka mencuci tangan berkali-kali
yang disebabkan rasa ketakutan berlebihan terhadai bakteri, kuman
dan virus.
GANGGUAN POLA MAKAN
 Seseorang yang mengalami gangguan satu ini, akan ada perubahan
emosi, kebiasaan, serta perilaku yang akan kelihatan dan semuanya
berkaitan dengan makanan dan berat badan. Contoh yang paling
sering kita temui, yakni anoreksia nervosa dan pada kondisi ini
penderita begitu takutnya berat badan di mana ketakutan semacam
ini dianggap abnormal. Kemudian otomatis karena takut berat
badan naik, ia pun menjadi enggan untuk makan.
 Contoh lainnya, yaitu bulimia nervosa yang pada kondisi ini
penderita bakal makan terus, bahkan secara berlebihan, lalu
makanannya ia muntahkan secara sengaja. Selain itu, masih ada
juga kondisi binge-eating di mana seseorang makan berlebihan
dalam porsi banyak secara terus-menerus, tapi bedanya dengan
GANGGUAN PSIKOSIS
 Seseorang yang terkena gangguan mental ini maka pikirannya akan
terkacaukan berikut juga kesadarannya. Delusi serta halusinasi
merupakan 2 bentuk gejala yang kerap diperlihatkan penderitanya.
Halusinasi adalah ketika seseorang mendengar atau melihat suara yang
pada kenyataannya tak ada atau sama sekali tidak nyata dan kondisi ini
berbeda dari delusi.
 Delusi merupakan hal yang kebenarannya sama sekali tidak ada tapi
sangat diyakini sebagai sesuatu yang benar oleh pengidapnya, seperti
contohnya delusi kejar, di mana penderita akan terus terganggu karena
merasa diikuti oleh seseorang. contoh lainnya, seperti skizofrenia, yaitu
penderita memiliki gangguan otak sehingga halusinasi berikut juga
delusi dialami olehnya.
GANGGUAN JIWA AKIBAT ZAT PSIKOAKTIF

 Zat psikoaktif dapat membuat seseorang mengalami gangguan


mental dan jiwa. Yang tergolong dalam kelompok zat psikoaktif
antara lain adalah obat-obatan terlarang atau narkoba serta
minuman keras. Saat seseorang kecanduan salah satu atau
keduanya, maka mental dan pikirannya otomatis akan terganggu,
terutama jika konsumsi secara terus-menerus dan sudah pada
jangka waktu yang lama.
GANGGUAN SOMATOFORM
 Seseorang dikatakan mengalami gangguan somatoform ketika ia
merasa bahwa anggota tubuhnya merasa sakit atau nyeri yang
padahal dokter tidak menemukan kondisi apapun pada orang
tersebut. Rasa sakit dan nyeri yang dirasakan seperti hanyalah
sebuah ilusi yang tercipta pada dirinya sendiri karena tak ada
gangguan medis apapun yang ditemukan dokter.
GANGGUAN GENDER DAN
SEKSUAL
 Seseorang mengalami gangguan seksual atau bahkan gender yang
memengaruhi perilaku seksual serta gairahnya. Kondisi seperti ini
dapat meliputi gangguan identitas gender maupun disfungsi
seksual.
GANGGUAN PENYESUAIAN ATAU SINDROM
RESPON STRES

 Seseorang yang mengidap gangguan seperti ini akan


menjadikannya seorang pribadi yan begitu emosional. Bahkan dari
segi perilaku juga akan berubah sesudah berada di suatu kondisi
tertentu atau tekanan tertentu. Kondisi yang mampu membuat
seseorang sulit berada pada penyesuaian adalah saat ia kehilangan
pekerjaan yang ia sukai, bencana alam, perceraian, maupun kondisi
krisis lainnya.
GANGGUAN PTSD (POST-TRAUMATIC
STRESS DISORDER)/PASCA-TRAUMA
 Seseorang dengan kasus ini dianggap juga mengalami gangguan
mental di mana gangguan ini akan muncul tepat sehabis orang
tersebut mengalami kejadian yang sama sekali tak mengenakkan
maupun  menakutkan.
 Contoh kejadian yang bisa memengaruhinya adalah bencana alam,
pelecehan seksual, serta adanya anggota keluarga terdekat yang
meninggal secara tiba-tiba.
GANGGUAN DISOSIATIF
 Seseorang dapat mengalami gangguan semacam ini yang
diakibatkan oleh keadaan tertentu.
 Contoh keadaan paling dekat yang sering kita lihat adalah
gangguan kesadaran terhadap diri sendiri serta lingkungan,
gangguan ingatan, gangguan serius akan identitas diri, yang
biasanya dipicu oleh adanya suatu trauma.
KELAINAN PSIKIS PADA POST
PARTUM
 Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder
(American Psychiatric Association), gangguan yang dikenali
selama periode postpartum adalah:
 1. Postpartum blues,
 2. Depresi pasca persalinan,
 3. Psikosis pasca persalinan.
POSTPARTUM BLUES
 Post partum blues, fenomena pasca postpartum awal atau baby blues
merupakan sekuel umum kelahiran bayi, terjadi hingga 70% wanita
melahirkan.
 Postpartum blues/maternity blues/baby blues syndrome merupakan gangguan
mood/efek ringan sementara yang terjadi pada hari pertama sampai hari ke 10
setelah persalinan
 Ditandai dengan tangisan singkat, perasaan kesepian atau ditolak, cemas,
bingung, gelisah, letih, pelupa dan tidak dapat tidur (Pillitteri, 2003).
 Gejala diantaranya: Ibu merasa marah, murung, cemas, kurang konsentrasi,
mudah menangis (tearfulness), sedih (sadness), nafsu makan menurun
(appetite), sulit tidur (Pillitari, 2003; Lyn dan Pierre, 2007 dalam Macmudah,
2010).
 Baby blues syndrome dapat dialami karena setelah melahirkan berbagai
perubahan yang ada dapat membuat ibu menjadi kaget.
 Tanggung jawab baru yang harus dipikul seorang ibu bisa membuatnya
menjadi sangat terbebani. Tekanan untuk merawat bayi dengan baik dan
menjadi ibu yang bertanggung jawab akan muncul.
 Kekhawatiran dan kegelisahan ini pada akhirnya bisa menyebabkan
perubahan suasana hati dan pola hidup.
 Gejalanya: Ibu dapat menjadi mudah sedih, marah, cemas, dan menangis
tanpa alasan. Pola tidur juga menjadi berantakan dan nafsu makan
menurun.
ASUHAN PADA POST PARTUM BLUES
 Menganjurkan keluarga untuk memberikan  dukungan, dari pasangan, keluarga, dan
orang terdekat hal ini sangat diperlukan, selalu mendengarkan keluhannya, dan
menceritakan hal2 yg menyenangkan.
 Menganjurkan untuk memberikan waktu kepada diri sendiri agar bisa beradaptasi
dengan rutinitas baru yang harus dijalani (menyusui, merawat bayi, merawat diri
pasca bersalin) sampai akhirnya bisa terbiasa dengan rutinitas baru yang harus
dijalani sebagai seorang ibu.
 Menganjurkan cukup istirahat, saat bayinya tidur ikut istirahat
 Menganjurkan asupan makanan yang seimbang tanpa ada pantangan
 Menganjurkan memberikan ASI Eksklusif dengan didampingi pasangan
DEPRESI PASCA PERSALINAN,
 Depresi postpartum atau postpartum depression adalah depresi
yang terjadi setelah melahirkan.
 Hal ini disebabkan oleh ketidakseimbangan zat kimia di otak
dan dialami oleh 10-15% ibu yang melahirkan.
 Baby blues syndrome dan depresi pasca melahirkan merupakan
gangguan psikologis yang bisa dialami ibu setelah melahirkan.
Keduanya saling terkait.
 Pada kelahiran anak pertama, hampir sekitar 80% ibu yang baru
melahirkan mengalami baby blues syndrome. Sementara, hanya
sekitar 10% ibu baru yang mengalami depresi pasca melahirkan.
 Banyak wanita yang baru melalui persalinan tidak menyadari
bahwa dirinya sedang mengalami depresi.
 Depresi pascamelahirkan atau postpartum depression biasanya terjadi
pada 6 minggu pertama setelah melahirkan. Jenis depresi ini sering
dianggap sama dengan baby blues, padahal keduanya merupakan
kondisi yang berbeda.
 Depresi pascamelahirkan bisa berlangsung selama beberapa minggu
hingga beberapa bulan setelah melahirkan.
 Jika tidak ditangani dengan baik, depresi pascamelahirkan dapat
membahayakan kondisi ibu maupun bayi yang baru lahir.
 Gejala-gejalanya bisa berkembang menjadi serius hingga membuat
penderitanya sulit berhubungan dengan orang lain, tidak dapat
merawat bayinya, dan enggan bepergian. Pada sebagian kasus, wanita
yang mengalami depresi pascamelahirkan bahkan berpikir untuk
menyakiti bayi mereka.
GEJALA DEPRESI PP
 Perasaan sedih atau tidak bersemangat yang berlangsung terus-menerus
 Kesulitan atau enggan merawat dan berinteraksi dengan bayi
 Terus merasa sedih tanpa alasan yang jelas
 Kurang mau merawat diri sendiri, misalnya tidak mau mandi atau makan selama berhari-
hari
 Kehilangan minat pada hal yang selama ini disukai
 Terus merasa khawatir dan berpikir bahwa ada sesuatu yang salah pada bayi
 Mudah merasa gelisah dan tersinggung
 Kurang tidur
 Sulit konsentrasi
 Adanya perasaan bersalah dan tidak pantas menjadi ibu
 Muncul pemikiran untuk menyakiti diri sendiri atau bahkan bunuh diri
PENYEBAB DAN FAKTOR RISIKO DEPRESI PASCAMELAHIRKAN

 Penyebab depresi pascamelahirkan belum diketahui secara pasti.


 Kondisi ini diduga disebabkan oleh perpaduan berbagai faktor, di
antaranya:
Perubahan hormonal
 Kadar hormon estrogen dan progesteron dalam tubuh akan menurun
drastis pada wanita setelah melahirkan. Penurunan kadar kedua
hormon ini menyebabkan wanita lebih sensitif, mudah mengalami
perubahan suasana hati, dan kondisi emosional menjadi tidak stabil.
MASALAH PSIKOLOGIS

 Sebagai seorang ibu, wanita tentunya memiliki tuntutan dan tanggung


jawab baru untuk mengurus dan merawat bayi. Hal ini dapat
menimbulkan tekanan dan menyebabkan stres, terutama jika kurang
mendapat dukungan pasangan dan orang terdekat saat melahirkan dan
merawat bayi.
 Selain itu, wanita yang sebelumnya pernah mengalami gangguan
psikologis, seperti depresi, gangguan bipolar, dan gangguan cemas,
juga lebih berisiko terkena depresi pascamelahirkan.
MASALAH SOSIAL
 Masalah sosial juga bisa menjadi faktor penyebab terjadinya depresi pascamelahirkan.
 Mengalami kejadian yang membuat stres, seperti masalah keuangan, konflik dengan
anggota keluarga, atau kematian orang terdekat, dapat membuat wanita lebih rentan
terkena depresi ini.
 Ada beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko depresi pascamelahirkan, antara
lain:
Kesulitan untuk menyusui
Kondisi fisik lemah pascamelahirkan
Kesulitan dalam mengurus bayi
Bayi mengalami masalah kesehatan, misalnya terlahir prematur
Gangguan kesehatan pascamelahirkan, seperti nyeri bekas jahitan atau gangguan buang
air kecil
Melalui proses persalinan yang sulit
FAKTOR GENETIK
 Meski tidak dominan, faktor genetik diduga juga turut berperan dalam
menyebabkan depresi pascamelahirkan.
 Wanita yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat depresi juga
lebih berisiko mengalami depresi ini.
ASUHAN PADA DEPRESI PASCAMELAHIRKAN
 Depresi pascamelahirkan akan lebih mudah untuk disembuhkan jika terdeteksi sejak
dini dan segera mendapatkan penanganan.
 Beberapa asuhan penanganan terhadap kondisi depresi pascamelahirkan:
1. Melakukan rujukan kepada Psikiater untuk dilakukan Psikoterapi
 Salah satu langkah penanganan utama terhadap kondisi depresi pascamelahirkan
adalah dengan konseling dan psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif.
 Akan diarahkan untuk menemukan cara dalam mengatasi masalah dan perasaan
sedih yang muncul, serta menghadapi situasi dengan pemikiran yang lebih positif.
2. Memantau dan memastikan obat-obatan dari dokter diminum
 Dokter dapat meresepkan obat-obatan, seperti antidepresan, untuk mengatasi
gejala depresi. Namun, penggunaan obat dalam mengatasi depresi ini harus dalam
pengawasan dokter, sebab efek samping yang ditimbulkan dapat mengganggu
produksi ASI.
3. Memberi kesempatan untuk Bercerita kepada orang terdekat
 Bercerita kepada pasangan, anggota keluarga, atau sahabat mengenai apa yang
dirasakan juga dapat meredakan stres dan membuat/merasa lebih lega.
 Dukungan orang-orang terdekat bisa menjadi faktor yang sangat membantu dalam
menghadapi depresi pascamelahirkan.
4. Menganjurkan Olahraga rutin
 Mungkin akan merasa enggan berolahraga karena sudah terlebih dahulu merasa
lelah mengurus bayi. Namun, berolahraga secara rutin dapat mengatasi depresi
ringan dan membuat/merasa lebih baik.
 5. Memberikan edukasi untuk selalu menerapkan gaya hidup sehat.
 6. Ada beberapa cara untuk menurunkan risiko terkena depresi
pascamelahirkan, di antaranya:

 Menjaga diri dan mencoba mengurangi stres saat hamil


 Menerima bantuan dari pasangan atau orang-orang terdekat
 Memberi tahu dokter secepat mungkin apabila memiliki riwayat atau
sedang mengalami masalah psikologis
PSIKOSIS PASCA PERSALINAN
 Adalah gangguan jiwa atau mental yang tergolong berat atau parah.
 Walau gangguan mental ini jarang terjadi, tetapi bisa muncul secara
tiba-tiba dalam kurun waktu 3 sampai 4 bulan setelah melahirkan,
 Menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi., Psikolog,
psikosis postpartum hanya terjadi pada 1-2 dari 1.000 perempuan yang
melahirkan.
 Depresi berat ini bisa terjadi pada persalinan pertama dan bisa terulang
kembali di anak kedua.
APA PENYEBABNYA?
 Cukup beragam, salah satunya belum siap menghadapi
perubahan drastis di hidupnya, seperti fisik atau gaya hidup.
 Penurunan kadar estrogen atau progesteron secara drastis, dan
perubahan kadar kortisol dalam darah juga bisa menjadi
penyebab munculnya gangguan ini.
SEPERTI APA GEJALANYA?
 Insomnia yang parah, perubahan mood yang cepat, gelisah,
delusi, dan halusinasi.
 Perilaku yang tidak wajar juga bisa terjadi, seperti
membersihkan rumah pada tengah malam. Selain itu, ada
keinginan untuk menyakiti diri sendiri dan sang bayi. Tentu
saja hal ini akan mengganggu pertumbuhan Si Kecil.
 Kemungkinan buruk lainnya adalah tindakan infanticide atau
melakukan pembunuhan pada anak.
APAKAH BISA DISEMBUHKAN?
 Walau terdengar menyeramkan, namun psikosis postpartum bisa disembuhkan
 Jika gejala diatas sudah mulai terlihat, segera mencari bantuan ke dokter atau
psikolog.
 Umumnya dokter akan memberikan obat-obatan antipsikotik atau antidepresan.
Tentu saja obat-obat tersebut harus dikonsumsi di bawah pengawasan dokter atau
psikiater ya,
 Selain obat-obatan, electro therapy (ECT) juga diperlukan, agar pasien tetap bisa
menyusui Si Kecil. Selain itu, terapi wicara dengan cognitive behavioral
therapy (CBT) juga ditawarkan untuk mempercepat penyembuhan.
 Jika memang sudah parah dan diperlukan, pasien mungkin akan dirawat di rumah
sakit dalam beberapa waktu.
ASUHAN IBU DENGAN DEPRESI PP
 Memberikan konseling bahwa perlu menyiapkan diri menghadapi
segala kemungkinan dan tidak memaksakan diri untuk menjadi ibu
sempurna.
 Anjurkan untuk tidak perlu menekan diri untuk bisa melakukan
segala hal seorang diri, dan jangan segan untuk meminta bantuan.
 Menganjurkan pasangan dan keluarga memberikan dukungan dan
memperhatikan kebutuhan ibu agar memiliki percaya diri.
 Segala dukungan yang diterima oleh sang ibu bisa membantunya
menghadapi perubahan yang akan terjadi setelah memiliki anak.
Terima kasih

You might also like