You are on page 1of 10

KORELASI GAYA BELAJAR DAN LATERALISASI FUNGSI CEREBRAL DENGAN PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA TINGKAT II FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

RIAU
Arief Aji Subakti1, Siti Mona Amelia Lestari2, Zulharman3 Abstract Learning style is a preference of individual in percepting information by using his/her special senses. The current most common was according to VAK type, which would divide learning style into visual, auditory, and kinesthetic style. Each hemisphere had special function differently. Combination of both hemisphere in learning more easier than one hemisphere in course learning. Understanding learning style and lateralization cerebral functions was needed by student in order to have an effective study. Information about students learning style and their lateralization cerebral functions was very essential to aim the main goal as medical student base on academic achievement. This research was a cross sectional and analyzed correlation of learning style and cerebral lateralization with grade point average (GPA) of medical students. The subject was 2nd year medical student of Riau University that registered as an active student during the research conducted. The samples were 117 medical students and asked to answer the questionnaire, then from their answers would be classified into a spesific learning style and lateralization cerebral functions. This research obtained that students were 39,3% visual, 27,4% auditory, 33,3% kinesthetic, 71,8% left hemisphere lateralization, and 28,2% right hemisphere lateralization. There was significant correlation between VAK learning style and GPA (p<0.05), and there was significant correlation between lateralization cerebral functions and GPA (p<0.05). Key word : learning style, lateralization cerebral functions, and GPA. Pendahuluan Otak manusia dalam strukturnya terdiri atas dua buah hemisphere yaitu hemisphere kanan dan hemisphere kiri. Layaknya seperti tangan, dominansi antara satu dengan yang lain dapat terjadi sepanjang kehidupan. Dominansi merupakan hal yang normal dan alami yang menjadi bagian dari keadaan manusia tersebut. Kebanyakan struktur-struktur yang berpasangan tidak simetri. Dasar penting asimetri ini yang akan membawa ke konsep dominansi. Pilihan dominansi ini terjadi di awal kehidupan dan terus berlanjut yang berakibat semakin kuatnya fungsi dari struktur organ yang sering digunakan. Hal ini yang menjadi alasan bagi sebagian manusia untuk menggunakan tangan kanannya dan akan lebih sering digunakan dalam cara yang beragam sehingga terdapat peningkatan kemampuan dan kekuatan untuk menyelesaikan fungsi-fungsinya, seperti menggambar dan menulis daripada tangan kiri.1 1
1

Coresponding Author. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Riau 2Bagian Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Riau 3Medical Education Unit Fakultas Kedokteran Universitas Riau, Jl.Diponegoro No.1 Pekanbaru

2 Cara seseorang menggunakan otaknya berpengaruh terhadap gaya belajar. Gaya belajar seseorang adalah kombinasi dari bagaimana ia menyerap, mengatur, dan mengolah informasi. Mengetahui karakteristik gaya belajar visual, auditory dan kinesthetic akan membantu menemukan strategi atau cara terbaik dalam belajar.2 Kesesuaian gaya belajar akan sangat mempengaruhi proses dan efektifitas pembelajaran. Sebaliknya ketidaksesuaian gaya belajar akan berpengaruh negatif terhadap prestasi mahasiswa.3 Penelitian mengenai gaya belajar sangat menarik untuk dikaji dan bermanfaat. Memahami gaya belajar dan menyesuaikan cara pembelajaran yang sesuai dengan hal tersebut akan menghasilkan materi yang menarik untuk dipelajari, situasi belajar yang lebih baik dan diharapkan akan menghasilkan keluaran yang lebih baik. Penelitian ini berfokus pada gaya belajar mahasiswa dan mempunyai implikasi terhadap staf edukasi yaitu, dosen kuliah pakar, tutor, instruktur, peneliti pendidikan, dan pengembang kurikulum.4 Paduan teknik visual, auditory, dan kinesthetic sendiri menunjukkan adanya keseimbangan dalam menstimulasi otak kanan dan kiri.5 Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, peneliti tertarik melihat korelasi gaya belajar dan lateralisasi fungsi cerebral dengan prestasi akademik mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Masih terbatasnya informasi dan penelitian tentang hal ini di Pekanbaru mendorong peneliti untuk meneliti tentang korelasi gaya belajar dan lateralisasi fungsi cerebral dengan prestasi akademik mahasiswa tingkat II di Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Metodologi penelitian Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode analitik, dengan pendekatan Cross Sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat, akan dikumpulkan dalam waktu yang bersama.37 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Riau pada bulan Oktober 2009 sampai dengan Maret 2010. Populasi Populasi penelitian ini meliputi seluruh mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Riau tingkat II (angkatan 2008). Sampel Sampel pada penelitian ini diambil dari semua populasi yang ada.

Variabel Penelitian

3 a) Variabel Terikat Variabel terikat (dependent) dalam penelitian ini adalah prestasi akademik, yaitu Indeks Prestasi Kumulatif (IPK). b) Variabel Bebas Variabel bebas (independent) dalam penelitian ini adalah gaya belajar dan lateralisasi fungsi cerebral. Pengolahan dan Analisis Data 1. Setelah pengumpulan data selesai, kemudian dilakukan pengolahan data : Editing Langkah ini digunakan untuk memeriksa kembali data yang diperoleh mencakup kelengkapan / kesempurnaan data, kekeliruan pengisian, data sampel yang tidak sesuai / tidak lengkap. Koding Data yang diperoleh diberikan kode tertentu untuk mempermudah pembacaan data. Tabulasi. Setelah dilakukan koding, data yang terkumpul dimasukkan dalam tabel frekuensi sesuai dengan kategori masing-masing, sehingga memudahkan untuk dilakukan analisis. Data dimasukkan dalam tabel induk menggunakan program statistik komputer. Analisis data. Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui distribusi gaya belajar dan lateralisasi fungsi cerebral mahasiswa tingkat II (angkatan 2008) di FK UR berdasarkan pencapaian prestasi akademiknya. Analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Untuk skala pengukuran variabel bebas nominal dan tergantung ordinal akan digunakan uji koefisien kontigensi.38 Tingkat kemaknaan (p) yang digunakan adalah < 0,05 dengan confident interval 95 %. Data dan hasil analisis statistik ditampilkan secara tekstuler dan tabel.

2. 3.

4.

Hasil penelitian Penelitian cross sectional yang telah dilakukan terhadap mahasiswa tingkat II Fakultas Kedokteran Universitas Riau mengenai gaya belajar dan lateralisasi fungsi cerebral. Data diambil pada bulan Oktober 2009. Distribusi gaya belajar mahasiswa terbanyak pada gaya belajar visual dengan jumlah 46 orang (39,3%), disusul dengan kinesthetic dan auditory masingmasing dengan 39 orang (33,3%) dan 32 orang (27,4%) seperti yang tercantum pada tabel 1 berikut ini.

Tabel 1

Distribusi gaya belajar

4 Gaya belajar Visual Auditory Kinesthetic Total Distribusi 46 orang (39,3%) 32 orang (27,4%) 39 orang (33,3%) 117 orang (100%)

Distribusi lateralisasi fungsi cerebral mahasiswa terbanyak pada dominansi kiri dengan jumlah 84 orang (71,8%), kemudian dominansi kanan dengan jumlah 33 orang (28,2%) seperti yang tercantum pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2 Distribusi lateralisasi fungsi cerebral Lateralisasi fungsi cerebral Distribusi Dominansi kanan 33 orang (28,2 %) Dominansi kiri 84 orang (71,8%) Total 117 orang (100%) Karakteristik gaya belajar berdasarkan prestasi akademik Dapat dilihat bahwa gaya belajar visual memiliki prestasi akademik terbanyak pada rentang sangat memuaskan dengan jumlah 35 orang (76,1%), sedangkan gaya belajar auditory terbanyak pada rentang cukup dengan jumlah 19 orang (59,38%), sedangkan gaya belajar khinestetic terbanyak pada rentang memuaskan dengan jumlah 34 orang (87,2%) seperti yang tercantum pada tabel 3 berikut ini. Tabel 3 Karakteristik gaya belajar berdasarkan prestasi akademik IPK Kurang Sangat memuaskan Cukup Memuaskan memuaskan Visual 0 (0%) 2 (4,3%) 9 (19,6%) 35 (76,1%) Auditory 7 (21,87%) 19 (59,38%) 4 (12,5%) 2 (6,25%) Khinesteti 1 (2,56%) 2 (5,12%) 34 (87,2%) 2 (5,12%) c

Gaya Belajar

Karakteristik lateralisasi fungsi cerebral berdasarkan prestasi akademik Dapat dilihat bahwa dominansi kanan memiliki prestasi akademik terbanyak pada rentang cukup dengan jumlah 21 orang (63,6%), sedangkan dominansi kiri terbanyak pada rentang memuaskan dengan jumlah 45 orang (53,6%), seperti yang tercantum pada tabel 4 berikut ini. Tabel 4 Karakteristik lateralisasi fungsi cerebral berdasarkan prestasi akademik IPK Kurang Sangat memuaskan Cukup Memuaskan memuaskan Lateralisasi Dominansi 7 (21,2%) 21 (63,6%) 2 (6,1%) 3 (9,1%) Fungsi kanan cerebral Dominansi 1 (1,2%) 2 (2,4%) 45 (53,6%) 36 (42,8%) kiri

Uji hipotesis antara gaya belajar dengan prestasi akademik Hasil uji statistik hubungan antara gaya belajar dengan prestasi akademik dapat dilihat pada tabel 5 Tabel 5 Uji hipotesis antara gaya belajar dengan prestasi akademik Value Approx. Sig. Nominal by Contingency .717 .000 Nominal Coefficient N of Valid Cases 117 Dari hasil uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan kuat antara gaya belajar dengan prestasi akademik sebesar 0,717 dengan arah korelasi positif dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi yang bermakna pada p < 0,05. Uji hipotesis antara lateralisasi fungsi cerebral dengan prestasi akademik Hasil uji statistik hubungan antara lateralisasi fungsi cerebral dengan prestasi akademik dapat dilihat pada tabel 6 Tabel 6 Uji hipotesis antara lateralisasi fungsi cerebral dengan prestasi akademik Value Approx. Sig. Nominal by Contingency .639 .000 Nominal Coefficient N of Valid Cases 117 Dari hasil uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan kuat antara lateralisasi fungsi cerebral dengan prestasi akademik sebesar 0,639 dengan arah korelasi positif dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi yang bermakna pada p < 0,05. Pembahasan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap mahasiswa tingkat II di Fakultas Kedokteran Universitas Riau, didapatkan hasil bahwa masing-masing individu mempunyai keanekaragaman gaya belajar. Hasil tersebut mengindikasikan bahwa gaya belajar seseorang merupakan kombinasi dari bagaimana ia menyerap, mengatur serta mengolah informasi.39 Gaya belajar visual memiliki persentase 39,3% disusul oleh gaya belajar auditory 27,4% dan kinesthetic 33,3%. Gaya belajar visual memiliki persentase terbanyak pada rentang sangat memuaskan dengan jumlah 76,1%. Hal ini menandakan kemampuan adaptasi dalam belajar yang sangat memuaskan bagi mahasiswa gaya belajar visual. Menurut penelitian Endrawati (2008) di FK UII, strategi belajar yang efektif bagi mahasiswa visual yaitu dengan variasi sarana belajar berupa materi visual dengan berbagai

6 bentuk dan menarik dengan penggunaan teknologi multimedia seoptimal mungkin seperti komputer, OHP, kamera video, fotografi, internet, dan lain-lain.4 Gaya belajar auditory terbanyak pada rentang cukup dengan 59,38% dan 8 mahasiswa pada rentang kurang memuaskan 7 diantaranya memiliki gaya belajar auditory. Hal ini menandakan kemampuan adaptasi dalam belajar yang belum tercapai bagi mahasiswa gaya belajar auditory meskipun banyak faktor lain yang mempengaruhi prestasi akademik mahasiswa.4 Untuk meningkatkan prestasi mahasiswa auditory membutuhkan pengkondisian lingkungan dan dapat dilakukan metode atau cara penyampaian materi yang baru. Antara lain : materi yang disampaikan memberikan variasi berupa intonasi, volume maupun kecepatan terhadap materi yang disampaikan. Hal-hal diatas bertujuan untuk lebih memberikan sensasi aural yang mudah diterima, dan dapat dipilih media penyampaian materi yang menekankan pada suara, musik, rekaman pembicaraan dengan tape recorder, komputer dengan sound card yang bagus serta instrumen musik. Hal menarik lainnya adalah proporsi gaya belajar kinesthetic yang cukup tinggi (33,3%) dengan prestasi akademik terbanyak pada rentang memuaskan dengan 87,2%. Uraian sebelumnya menunjukkan bahwa esensi modalitas kinesthetic adalah bersentuhan langsung dengan kenyataan (realita), baik melalui pengalaman ataupun contoh, latihan, atau simulasi. Penelitian Griadhi (2008) di FK UNUD, mahasiswa tipe ini cenderung mengkondisikan situasi belajar yang mendukung untuk kinesthetic. Situasi belajar ini dapat saja berupa praktikum, kunjungan lapangan, latihan keterampilan, early clinical exposure dan lain-lain.3 Pengalaman langsung, yang menggunakan seluruh indera, akan memberikan pengalaman dan kesan yang paling utuh. Hal ini akan berpengaruh langsung pada pengetahuan, keterampilan, dan sikap mahasiswa. Menurut Yoyo Suhoyo (2007) perolehan hasil belajar dengan indera pandang berkisar 75 %, dengan indera dengar 13 % dan dengan indera lainnya 12 %.8 Hal ini dapat menjelaskan mengapa prestasi akademik mahasiswa dengan gaya belajar visual cenderung lebih baik dari gaya belajar yang lain. Gaya belajar visual diuntungkan karena telah terbiasa dengan sistem pembelajaran tradisional yang telah diterapkan dari jenjang SD sampai tingkat universitas, walaupun telah dilaksanakannya sistem belajar yang baru, ternyata sistem tradisional masih kuat dirasakan pengaruhnya. Gaya belajar auditory yang cenderung pada rentang cukup dan kurang memuaskan dapat terjadi karena pengkondisian lingkungan belajar dan cara penyampaian materi ajar yang belum optimal. Gaya belajar kinesthetic memiliki prestasi akademik terbanyak pada rentang memuaskan hal ini dapat disebabkan adanya tambahan materi ajar dalam bentuk skill lab maupun praktikum laboratorium lainnya. Teori Dale menyebutkan proses belajar merupakan proses komunikasi. Pesan-pesan ini disampaikan dalam bentuk lambang-lambang yang kemudian diterima dan ditafsirkan mahasiswa sebagai pesan. Proses penerimaan dan penafsiran ini sangat dipengaruhi indera yang digunakan mahasiswa. Semakin banyak indera yang digunakan semakin banyak hasil belajar yang diperoleh.8 Gaya belajar visual dan auditory terdapat pada tingkatan yang abstrak, sementara gaya belajar kinesthetic terdapat pada tingkatan yang kongkret. Pengalaman langsung adalah proses belajar yang mendekati keadaan nyata (realita), seperti pepatah Inggris : experience is the best teacher. Menurut Barbara Prashnig

7 dan pakar pendidikan yang lain : semua gaya belajar itu bagus, tidak ada gaya belajar yang baik atau buruk.2 Kesesuaian gaya belajar mahasiswa dengan proses belajar dapat meningkatkan prestasi akademik maupun sebaliknya.3 Dari hasil uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan korelasi yang kuat antara gaya belajar dengan prestasi akademik sebesar 0,717 dengan arah korelasi positif dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi yang bermakna pada p < 0,05. Variabel bebas yang lain pada penelitian ini adalah lateralisasi fungsi cerebral. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap mahasiswa tingkat II di Fakultas Kedokteran Universitas Riau, didapatkan dominansi kiri sebanyak 71,8% sedangkan dominansi kanan sebanyak 28,2%. Hal ini sesuai dengan pendapat Jack deGroot bahwa right dominance berkisar 30% dari populasi.40 Prestasi akademik mahasiswa dengan dominansi kanan terbanyak pada rentang cukup dengan 63,6% kemudian sebanyak 21,2% pada rentang kurang memuaskan dan hanya 15,2% pada rentang memuaskan hingga sangat memuaskan. Individu dengan dominansi kanan sering mengalami kesulitan belajar dikarenakan perbedaan metode neurofisiologi dalam pengolahan informasi dibanding dominansi kiri2, selain itu fungsi otak kanan lebih cenderung terhadap holistik-intuisi daripada analitik-logika yang mana pembelajaran ilmu kedokteran kebanyakan berdasarkan pada analitik-logika. Senada dengan hal diatas, berdasarkan penelitian Dunn dan Dunn tipe orang yang memproses dengan dominansi kanan lebih menyukai pengalihan seperti musik, pencahayaan yang redup, rancangan informal, makanan camilan, mobilitas, dan interaksi dengan rekan lain selama belajar atau ketika sedang berkonsentrasi. Sekolah dengan model khusus untuk mengimbangi kebutuhan dominansi kanan dapat ditemukan di Selandia Baru, Swedia, dan Inggris. Berdasarkan penelitian Dunn and Dunn tehnik seperti ini dapat meningkatkan prestasi belajar bagi individu dominansi kanan.2 Prestasi akademik mahasiswa dengan dominansi kiri terbanyak pada rentang memuaskan dengan 53,6% kemudian pada rentang sangat memuaskan dengan 42,8% dan hanya 3,6% pada rentang cukup dan kurang memuaskan. Berdasarkan data yang didapat 96,4% mahasiswa dengan dominansi kiri memiliki prestasi akademik yang baik, yaitu pada rentang memuaskan hingga sangat memuaskan. Hal ini menunjukkan kemampuan belajar yang telah memadai dengan proses belajar. Faktor lain yang mendukung dominansi kiri dalam pencapaian prestasi akademik adalah fungsi otak kiri dalam hal analitik-logika dimana kedua hal ini sangat diperlukan dalam pembelajaran ilmu kedokteran.24 Menurut Eric Jensen dan Jeannette Vos proses belajar yang terjadi pada sistem pendidikan dari SD hingga SMA lebih terfokus pada aktifitas otak kiri dan hal inilah yang ikut mendukung individu dengan dominansi kiri dalam adaptasi proses belajar sehingga dapat mencapai prestasi akademik yang baik. Menurut Dunn, tipe orang yang memproses dengan otak kiri lebih menyukai lingkungan belajar yang sunyi, pencahayaan yang terang, dan dirancang formal. Mereka tidak memerlukan makanan camilan, dan bisa belajar dengan kondisi terbaik saat sendiri atau dengan kehadiran figur yang berwenang.2 Dari hasil uji hipotesis menunjukkan adanya hubungan kuat antara lateralisasi fungsi cerebral dengan prestasi akademik sebesar 0,639 dengan arah

8 korelasi positif dan dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan korelasi yang bermakna pada p < 0,05. Kekurangan yang terdapat pada penelitian ini adalah pengendalian faktor eksternal yang dapat mempengaruhi subyek penelitian, multimodalitas gaya belajar dan lateralisasi fungsi cerebral yang tidak diperhitungkan dan terbatasnya dana untuk memperoleh instrumen penelitian yang lebih valid. Simpulan Dari hasil penelitian disimpulkan terdapat korelasi gaya belajar dan lateralisasi fungsi cerebral dengan prestasi akademik mahasiswa tingkat II di Fakultas Kedokteran Universitas Riau dengan p < 0,05. Ucapan terima kasih Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Fakultas Kedokteran Universitas Riau atas segala fasilitas dan kemudahan yang diberikan kepada penulis selama melaksanakan penelitian ini. Daftar pustaka
1.

Hermann N. The theory behind the HBDI and whole brain technology. Sewickley; 1999. Prashnig B. The power of learning styles. Cetakan I. Bandung : PT Mizan Pustaka; 2007. Griadhi A. Gaya belajar mahasiswa semester III tahun 2004/2005 Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. MEDICINA Jurnal Ilmiah Kedokteran. 2008 Mei;39(2):145-148. Tri bowo E. Korelasi antara gaya belajar dan prestasi akademik mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia. 2008 Mar;3(1):21-26 Zulkaida A, Putri Dewi M, Prabowo H. Metode mengajar dengan menstimulasi otak kanan dan kiri. Proceeding Seminar Nasional PESAT; 2005 Agustus 2324; Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma, Jakarta.p. 96-103 Rosmalasari M. Pengaruh gaya belajar terhadap penyesuaian akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi UNJANI angkatan 2006 [Skripsi]. Fakultas Psikologi Universitas Jendral Ahmad Yani; Cimahi; 2008. Suryabrata S. Psikologi pendidikan. Edisi 5. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada; 2004. Suhoyo Y. Media ajar pendidikan bioetika. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia. 2007 Sep;2(3):100-106. Guyton AC . Hall JE. fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2007.

2.

3.

4.

5.

6.

7.
8.

9.

9
10.

Jalur visual potongan sagital. (diakses tanggal 5 Oktober 2009). Available from : http://en.wikipedia.org/wiki/Visual_perception Jalur visual potongan transversal. (diakses tanggal 5 Oktober 2009). Available from instruct.uwo.ca/anatomy/530/530notes.htm Jalur auditory. (diakses tanggal 5 Oktober 2009). Available from : http://openlearn.open.ac.uk/file.php/ Folley B. Park SA. Brain Lateralization. Encyclopedia human development. University of Kansas. California: SAGE; 2006. Jalur kinesthetic. (diakses tanggal 5 Oktober 2009). Available from : http://thalamus.wustl.edu/course/

11.

12.

13.

14.

15. William FG. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 20. Jakarta.EGC; 2002.
16.

Mitchell GAG, Mayor D. The essentials of neuroanatomy. 3rd ed. Edinburgh London and New York;1977. Hendelman WJ. Atlas of functional neuroanatomy. 2nd ed. London and New York: Taylor & Francis Group;2006. Potongan sagital cerebri. (diakses 29 September 2009). Available from : http://en.wikipedia.org/wiki/Human_brain Cerebrum dengan dua hemispherenya. (diakses 29 September 2009). Available from : http://rumahsejutaide.wordpress.com/2009/04/07/otak-dan-cara-berfikir

17.

18.

19.

20. Snell RS. Anatomi kllinik untuk mahasiswa kedokterean. Edisi 6. Jakarta : EGC; 2006.
21. 22.

Wilkinson JL. Neuroanatomy for medical students.Bristol: Wright; 1986. Lobus-lobus pada hemisphere cerebral. (diakses 29 September 2009). Available from : http://morphonix.com/software/education/ Stuttgart T. The human body an introduction to structure and function. 1st ed. New York: Thieme; 2004. Hall JJ. Neal TJ. Dean RS. Lateralization of cerebral functions. 3rd ed. New York : Springer Publishing Company; 2008. Vuilleumier PS. Hysterical conversion and brain function. Vol. 150. Switzerland: Elsevier BV;2005. p.315. Toga AW. Mapping brain asymmetry. Neuroscience. 2003. Western et al. Psychology. Austrian and New Zealand; 2006. p.107. Area Brocca dan area Wernicke. (diakses tanggal 5 Oktober Available from : http://en.wikipedia.org/wiki/Human_brain 2009).

23.

24.

25.

26. 27. 28.

10
29.

Mendoza JE. Fundas AL. Clinical neuroanatomy : A Neurobehavioral Approach. New York: Springer. 2008. Szaflarski JP et al. Language lateralization in left handed and ambidextrous people : fMRI data. Neurology. 2002.p. 238-244. Bishop DVM. Handedness and developmental disorder. London: Mac Keith Press; 1990. Inskip PD et al. Handedness and risk of brain tumors in adults. Cancer epidemiology. Biomarkers and prevention: 2003.p. 223-225. Spinney L. Handedness develops in the womb. New Scientist; 2004. Faurie C. Raymond M. Handedness : Neutral or adaptive?. Behavioral and Brain Sciences; 2003. p. 220. Zulharman. Peran Self Directed Learning Readiness pada Prestasi Belajar Mahasiswa Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Riau [tesis]. Universitas Gajah Mada; Yogyakarta; 2008. Dahlan MS. Besar sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta : PT Arkans; 2005. Buku Pedoman Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Unri Press: 2006. Dahlan MS. Statistika untuk kedokteran dan kesehatan. Cetakan I. Jakarta : PT Arkans; 2004. Suryawantie T, Rahayu GR, Prabowo T. Gaya belajar mahasiswa program studi ilmu keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Kedokteran dan Profesi Kesehatan Indonesia. 2008 Maret;3(1):27-35. Degroot J. Neuroanatomi korelatif. Edisi 21. Jakarta : EGC; 1997.

30.

31.

32.

33. 34.

35.

36.

37. 38.

39.

40.

You might also like