You are on page 1of 7

ANALISIS POLA PENCARIAN PENGOBATAN PADA MASYARAKAT PESISIR DI KELURAHAN PURIRANO KECAMATAN KENDARI DAN KELURAHAN PUDAY KECAMATAN

ABELI KOTA KENDARI SULAWESI TENGGARA TAHUN 2012 Oleh : Safrina Dwiyunarti, Nur Nasry Noor, Asriati ABSTRACT Modern treatment has spread widely either in cities or rural areas, this kindy treatment are still functioning in the community both in the city and village society. It depends on how the medical treatment seeking pattern that known by the individual and the one that grows in the surrounding environment. This study is aimed to find out the medical treatment seeking pattern on coastal society at Purirano sub-district of Kendari district and Puday sub-distrcit of Abeli district of Kendari city of Southeast Sulawesi in 2012. This study is conducted under cross sectional approach by applying in-depth interview technique. Independent variables that observed are tribe, income rate, education level, and time needed to the nearest medical officer. The sample size of the research is 204 families, by using chi square test. The result of bivariat analysis shows that there are a significant correlation between education level (x2:55.567, CI 95%:0.000), between income rate (x2:94.897, CI 95%:0.000), and between time to the nearest medical officer (x2:6.411, CI 95%:0.000) with medical seeking pattern. It is suggested that there need to be medical officer whom can be reached easily by the society in each sub-district and the need of researches on the advantages of traditional medicines that often used by the society as medicine. Keywords: The Pattern of treatment seeking, Coastal Society. PENDAHULUAN Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial, dan ekonomis1. Sedangkan menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) yang paling baru, lebih luas dan dinamis dibandingkan dengan batasan sebelumnya yang mengatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan sempurna, baik fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit dan cacat saja. Agar mendapatkan kesehatan yang maksimal dibutuhkan usaha-usaha yang maksimal pula untuk memperolehnya2. Pandangan orang tentang kriteria tubuh sehat atau sakit, sifatnya tidaklah selalu objektif, bahkan lebih banyak unsur subjektifitas dalam menentukan kondisi tubuh seseorang. Cara pandang masyarakat tentang sehat-sakit ini sangatlah dipengaruhi oleh unsur pengalaman masa lalu, disamping unsur sosial budaya. Sebaliknya petugas kesehatan, berusaha sedapat mungkin menerapkan kriteria medis yang objektif berdasarkan gejala yang tampak guna mendiagnosa kondisi fisik seorang individu. kadang-kadang orang tidak pergi berobat atau menggunakan sarana kesehatan yang tersedia sebab dia tidak merasa mengidap penyakit, atau jika si individu merasa bahwa penyakitnya itu disebabkan oleh makhluk halus, maka dia akan memilih untuk berobat kepada orang pintar/dukun yang dianggap mampu mengusir makhluk halus tersebut dari tubuhnya sehingga penyakitnya itu akan hilang3. Berdasarkan data dari 10 penyakit dengan kematian terbesar di dunia, angka kesakitan mencapai 649,9 juta/tahunnya4. Data berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia 2008, sebanyak 65,59 % penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama sebulan referensi memilih untuk mengobati sendiri. Sedangkan yang memilih untuk berobat kepelayanan kesehatan hanya sebesar 34,41 % dari seluruh penduduk yang memiliki keluhan kesehatan selama 5 sebulan . Pengobatan dan penyembuhan suatu jenis penyakit yang dilakukan baik secara tradisional dengan memanfaatkan tenaga pengobatan tradisional (dukun atau orang pintar) maupun pengobatan serta penyembuhan jenis penyakit yang dilakukan secara modern dengan memanfaatkan tenaga kesehatan serta dengan mempergunakan peralatan kedokteran yang serba modern. Kedua jenis (cara) ini saling berbeda dan tidak dapat dipertemukan dan sampai saat ini kedua cara ini masih diperlukan oleh masyarakat, baik masyarakat yang berada di
1

perkotaan maupun masyarakat yang berada di pedesaan6. Uraian di atas menunjukkan bahwa, walaupun pengobatan modern seperti tenaga kesehatan telah banyak tersebar baik di daerah perkotaan maupun pinggiran, namun pengobatan secara tradisional masih berfungsi dalam masyarakat baik masyarakat kota maupun masyarakat desa. Hal ini tergantung bagaimana pola pencarian pengobatan yang di pahami oleh individu tersebut dan yang berkembang di lingkungan sekitar. Masyarakat pesisir yang identik dengan nelayan merupakan bagian dari masyarakat terpinggirkan yang masih terus bergulat dengan berbagai persoalan kehidupan, baik ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi kehidupan mereka selalu menjadi hal yang menarik untuk diperbincangkan karena selalu dalam kondisi yang memperihatinkan, terutama secara ekonomi. Dengan penghasilan yang selalu bergantung pada kondisi alam, maka akan sulit bagi mereka untuk merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Berdasarkan pertimbangan di atas, penulis tertarik dan perlu untuk mengetahui dan meneliti Pola Pencarian Pengobatan pada Masyarakat Pesisir di Kelurahan Purirano Kecamatan Kendari dan Kelurahan Puday Kecamatan Abeli Kota Kendari Sulawesi Tenggara tahun 2012. Permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana Pola Pencarian Pengobatan pada Masyarakat Pesisir di Kelurahan Purirano Kecamatan Kendari dan Kelurahan Puday Kecamatan Abeli Kota Kendari Sulawesi Tenggara tahun 2012? 2. Apakah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, suku, dan waktu tempuh ke tenaga medis terdekat berhubungan dengan pola pencarian pengobatan? Setelah penelitian ini dilaksanakan diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat. 1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Kendari dalam penyusunan rencana promosi kesehatan masyarakat. 2. Masukan bagi Puskesmas Mata dan Puskesmas Abeli sebagai pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah terbaik dalam melakukan pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang berada diwilayah kerjanya. 3. Bahan informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan akademis, masyarakat pesisir, dan peneliti yang berkaitan dengan penelitian ini

METODE Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, Di Kelurahan Purirano Kecamatan Kendari dan Kelurahan Puday Kecamatan Abeli Kota Kendari. Jenis Penelitian ini analitik observasional pendekatan cross sectional. Subjek Penelitian diperoleh dengan teknik Sistematik Random Sampling. Berdasarkan rumus Lemeshow, diperoleh sampel 204 orang. Variabel bebas adalah tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, suku, dan waktu tempuh ke tenaga kesehatan terdekat. Variabel dependen adalah adalah perilaku pencarian pengobatan masyarakat pesisir (pengobatan sendiri, pengobatan tradisional, dan tenaga kesehatan). Setiap informan dimintai persetujuan informed consent. Pengumpulan data diperoleh dengan wawancara secara langsung dengan Kepala Keluarga. Variabel penelitian dianalisis secara statistic menggunakan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 18 for Windows. Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik responden dan variabel penelitian. Analisis bivariat menggunakan uji chi square ( ) dengan taraf signifkasi () 0,05 atau tingkat kepercayaan 95%. Hipotesis dari penelitian. Ho : Tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, suku, dan waktu tempuh ke tenaga kesehatan terdekat dengan pola pencaran pengobatan masyarakat pesisir di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday. H1 : Ada hubungan antara tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, suku, dan waktu tempuh ke tenaga kesehatan terdekat dengan pola pencaran pengobatan masyarakat pesisir di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Univariat A. Tingkat Pendidikan Tabel 1 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendidikan Masyarakat Pesisir Tingkat Pendidikan Rendah Menengah Tinggi Jumlah n 78 55 71 % 38,2 27,0 34,8 100,0

Total 204 Sumber : Data Primer 2012

Tabel 1, menunjukkan pendidikan terakhir sebagian besar keluarga responden adalah tingkat pendidikan rendah. B. Tingkat Pendapatan Tabel 2 mengindikasikan bahwa pendapatan sebagian besar responden adalah tingkat pendidikan rendah. Tabel 2 Distribusi Responden menurut Tingkat Pendapatan Masyarakat Pesisir Jumlah Tingkat Pendapatan n % Rendah 116 56,9 Tinggi 88 43,1 Total 204 100,0 Sumber : Data Primer 2012 C. Suku Responden Tabel 3. Distribusi Responden menurut Suku Masyarakat Pesisir Suku Jumlah N % 28,9 71,1 100,0

d. Waktu Tempuh Ke Tenaga Kesehatan Terdekat Berdasarkan tabel 4 menunjukkan waktu tempuh ke tenaga kesehatan terdekat sebagian responden adalah cepat. Tabel 4 Distribusi Responden menurut Waktu Tempuh Ke Tenaga kesehatan Terdekat Masyarakat Pesisir Waktu Tempuh Jumlah Ke Tenaga kesehatan n % Terdekat Lama 84 41,2 Cepat 120 58,8 Total 204 100,0 Sumber : Data Primer 2012 e. Pola Pencarian Pengobatan Tabel 5 menunjukkan pola pencarian pengobata sebagian besar responden adalah melakukan pengobatan sendiri. Tabel 5 Distribusi Responden menurut Pola Pencarian Pengobatan Masyarakat Pesisir Pola Pencarian Pengobatan P. Tradisional P. Sendiri P. Tenaga kesehatan Total Sumber : Data Primer 2012 Jumlah n % 32 15,7 98 48,0 74 36,3 204 100,0

Suku Lokal 59 Suku 145 Pendatang Total 204 Sumber : Data Primer 2012

Tabel 3 mengindikasikan bahwa suku sebagian besar responden adalah lokal. 2. Analisis Bivariat A. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pola Pencarian Pengobatan Pada Masyarakat Pesisir Di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday

Berdasarkan tabel 6 dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan pola pencarian pengobatan pada masyarakat pesisir di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday. ( = 55,567 ; p = 0,000)

Tabel 6 Analisis Pola Pencarian Pengobatan terhadap Tingkat Pendidikan Pada Masyarakat Pesisir Di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday Tahun 2012 Pola Pencarian Pengobatan Tingkat Pendidikan Pengobatan Tradisional n Rendah Menengah Tinggi Total 23 7 2 32 % 11,27 3,43 0,98 15,68 Pengobatan Sendiri n 50 20 28 98 % 24,50 9,80 13,73 48,03 Tenaga kesehatan n 5 28 41 74 % 2,45 13,73 20,09 36,27 78 55 71 204 38,24 26,96 55,567 34,80 100 0,000 Total 95 %

Sumber : Data Primer 2012


3

Responden dengan tingkat pendidikan rendah cenderung melakukan pengobatan sendiri (24,50%), responden dengan tingkat pendidikan menengah (13,73%) cenderung melakukan pencarian pengobatan ke tenaga kesehatan, dan responden dengan tingkat pendidikan tinggi (20,09%) cenderung melakukan pencarian pengobatan ke tenaga kesehatan. Pola hubungan tersebut adalah positif, artinya semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat pesisir, maka mereka cenderung melakukan pencarian pengobatan ke tenaga kesehatan, demikian juga sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Supardi (2008)7 dalam penelitiannya menemukan bahwa proporsi penduduk yang memilih pengobatan di rumah cenderung menurun dengan meningkatnya pendidikan. Proporsi penggunaan obat tradisional menurun dengan meningkatnya pendidikan responden. Penggunaan obat tradisional pada responden yang tidak sekolah (40,5%) lebih tinggi daripada responden yang berpendidikan tamat perguruan tinggi (20,8%). Ada hubungan bermakna antara responden yang berpendidikan rendah (tidak sekolah/ tamat SD) dan penggunaan obat tradisional (p< 0,05). Mayoritas responden dengan tingkat pendidikan yang rendah cenderung akan melakukan pengobatan sendiri dengan membeli obat ke warung tanpa resep dokter dan membelinya hanya berdasarkan gejala yang dirasakannya karena mereka tidak merasa mengidap suatu penyakit melainkan hanya merasa sakit ringan, dan tidak mengganggu pekerjaan sehari-hari. Selain itu, responden yang melakukan pengobatan sendiri juga sering menggunakan ramuan daun-daunan yang berada di lingkungan sekitar mereka untuk sakit kronik yang dideritanya.

Para responden hanya akan ke tenaga kesehatan jika sakitnya sudah berhari-hari dan merasa sakit parah yang tidak bisa ditahan lagi. Selain melakukan pengobatan sendiri dan ke tenaga kesehatan, beberapa responden dengan tingkat pendidikan rendah juga melakukan pengobatan ke pengobatan tradisional. Pengobatan ini dilakukan karena mereka menganggap ada suatu penyakit yang tidak bisa di obati oleh tenaga kesehatan tetapi hanya bisa di sembuhkan oleh pengobatan tradisional. Sedangkan pada responden dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi lebih memilih untuk mencari pengobatan ke tenaga kesehatan, hal ini dikarenakan mereka mengetahui apa yang akan terjadi jika terlambat dalam melakukan pengobatan, dan juga mereka memiliki dasar pengetahuan yang baik tentang kesehatan. Sehingga jika mengalami sakit mereka langsung mengobati dengan rasional. Selain melakukan pengobatan ke tenaga kesehatan, beberepa responden dengan tingkat pendidikan menengah dan tinggi juga melakukan pengobatan sendiri dan pengobatan tradisional. Walaupun memiliki tingkat pendidikan menengah dan pendidikan tinggi, beberapa responden memilih untuk melakukan pengobatan sendiri karena adanya pengalaman masa lalu oleh responden sendiri, orang tua, maupun kakek neneknya dalam penggunaan obatobat alam yang dapat di temukan dilingkungan sekitarnya. Sedangkan pengobatan tradisional dilakukan karena mereka mengangap ada suatu penyakit yang tidak bisa di obati oleh tenaga kesehatan tetapi hanya bisa di sembuhkan oleh pengobatan tradisional. B. Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Pola Pencarian Pengobatan Pada Masyarakat Pesisir Di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday

Tabel 7. Analisis Pola Pencarian Pengobatan terhadap Tingkat Pendapatan Pada Masyarakat Pesisir Di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday Tahun 2012 Pola Pencarian Pengobatan Tingkat Pendapatan Pengobatan Tradisional n Rendah Tinggi Total 25 7 32 % 12,25 3,43 15,68 Pengobatan Sendiri n 82 16 98 % 40,20 7,84 48,04 Tenaga kesehatan n 9 65 74 % 4,41 31,86 36,27 116 88 204 56,86 43,14 100 94,897 0,000 n Total 95 % %

Sumber : Data Primer 2012

Pada tabel 7 dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan antara tingkat pendapatan dengan pola pencarian pengobatan pada masyarakat pesisir di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday ( ) Responden dengan tingkat pendapatan rendah cenderung melakukan pengobatan sendiri (40,20%), dan responden dengan tingkat pendapatan tinggi cenderung melakukan pencarian pengobatan ke tenaga kesehatan (31,86%). Pola hubungan tersebut adalah positif, artinya semakin tinggi tingkat pendapatan, maka mereka cenderung melakukan pencarian pengobatan ke tenaga kesehatan, demikian juga sebaliknya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Kristina (2008) dalam penelitiannya menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendapatan dengan perilaku pengobatan sendiri. Berdasarkan hasil wawancara selama penelitian, ditemukan bahwa masyarakat berpendapatan tinggi lebih percaya berobat ke tenaga kesehatan meskipun untuk penyakit ringan. Karena responden mengetahui bahwa kesehatan itu mahal, jadi responden mengetahui harus mengeluarkan banyak biaya untuk menjadi sehat. Walaupun sebagian besar responden dengan tingkat pendapatan tinggi melakukan pencarian pengobatan ke tenaga kesehatan, tetapi ada juga yang melakukan pencarian pengobatan tradisional dan pengobatan sendiri. Hal ini dilakukan karena terlalu sibuk dengan aktivitas sehari-harinya sehingga tidak mempunyai waktu untuk ke dokter dan memilih untuk membeli obat di apotek tanpa resep dokter hanya berdasarkan gejala yang dialaminya. Sebaliknya masyarakat berpendapatan rendah, lebih banyak memanfaatkan warung yang menjual obat untuk mengobati keluhan-keluhan ringan atau mengobati secara tradisional yaitu dengan melakukan pengobatan ke dukun yang berada di lingkungan rumah mereka.

Mereka yang cenderung ke dukun karena mereka beranggapan bahwa sakit yang mereka alami merupakan akibat dari mahluk lain sehingga tidak bisa di obati dengan pengobatan kesehatan atau karena biaya untuk ke dukun lebih murah dan dapat di panggil ke rumah. Disamping itu, beberapa responden yang dengan tingat pendidikan rendah juga melakukan pencarian pengobatan ke tenaga kesehatan karena mereka menggunakan fasilitas dari negara untuk biaya pengobatan gratis seperti jamkesmas, bahteramas, dll. 3. Hubungan Suku dengan Pola Pencarian Pengobatan Pada Masyarakat Pesisir Di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday Berdasarkan teori perilaku pencarian pengobatan disebutkan bahwa perilaku orang yang sakit untuk memperoleh penyembuhan mencakup tindakan-tindakan seperti perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas/tempat pelayanan kesehatan (baik tradisional maupun modern). Tindakan ini dimulai dari mengobati sendiri sampai mencari pengobatan di Rumah Sakit. Masyarakat jika menderita sakit cenderung mengobati sendiri terlebih dahulu dengan membeli obat di warung seperti Panadol untuk sakit kepala, Paracetamol jika demam, promag jika merasa sakit ulu hati, di apotik tanpa resep dari dokter, mereka hanya menanyakan kepada penjaga apotik obat mana yang biasa digunakan untuk sakit kepala, demam, sakit ulu hati, padahal dengan mereka membeli obat tanpa resep dokter belum tentu itu baik buat kesehatan mereka, dan belum tentu obat tersebut tidak menimbulkan efek samping jika mengabaikan aturan pemakaian. Dari tabel 8, dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara suku kepala keluarga dengan pola pencarian pengobatan pada masyarakat pesisir di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday

Tabel 8. Analisis Pola Pencarian Pengobatan terhadap Suku Pada Masyarakat Pesisir Di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday Tahun 2012 Pola Pencarian Pengobatan Pengobatan Pengobatan Tenaga Tradisional Sendiri kesehatan n Lokal 9 % 4,41 n 32 66 98 % 15,69 32,35 48,04 n 18 56 74 % 8,82 27,45 36,27 59 145 204 28,92 71,08 100 1,434 0,488 Total n % 95 %

Suku

Pendatang 23 11,28 Total 32 15,69 Sumber : Data Primer 2012

(X2=1,434 ; p=0,488). Hal ini dikarenakan walaupun penduduk asli kedua daerah ini adalah suku tolaki dan muna tapi sejalan dengan waktu, masyarakat di daerah ini tidak murni lagi hanya suku tolaki dan muna. Selain itu, masyarakat pesisir di kelurahan purirano dan kelurahan puday ini hanya memiliki beberapa kebiasaan tertentu dalam pola pencarian pengobatan tentang penanganan penyakit tertentu seperti penyakit keteguran dan sarampa. Pengobatan tradisional dilakukan karena mereka menganggap penyakit ini tidak bisa di obati oleh tenaga kesehatan tetapi hanya bisa di sembuhkan oleh pengobatan tradisional. 4. Hubungan Waktu Tempuh Ke Tenaga Kesehatan Terdekat dengan Pola Pencarian Pengobatan Pada Masyarakat Pesisir Di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday Berdasarkan tabel 9 dapat disimpulkan bahwa Ada hubungan antara waktu tempuh ke tenaga kesehatan terdekat dengan pola pencarian pengobatan pada masyarakat pesisir di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday (X2=6,411 ; p=0,041). Responden dengan waktu tempuh lama ke tenaga kesehatan terdekat cenderung melakukan pengobatan sendiri (21,08%), dan responden dengan waktu

tempuh cepat ke tenaga kesehatan terdekat (26,96%) juga melakukan pencarian pengobatan sendiri. Walaupun ada hubungan yang mempengaruhi pola pencarian pengobatan, namun jika dilihat pada hasil analisis terdapat persamaan pola pencarian pengobatan yaitu pengobatan sendiri. Karena walaupun waktu tempuh yang dibutuhkan masyarakat cepat ataupun lama, tidak terlalu memepengaruhi keputusan dalam mengambil tindakan untuk menuju ke tenaga kesehatan terdekat saat ada keluarga yang sakit. Hal ini terjadi karena banyak faktor yang mempengaruhinya, pada beberapa warga yang lebih memilih melakukan pengobatan sendiri diakibatkan karena mereka mengganggap gejala yang dideritanya hanyalah sakit ringan yang dapat disembuhkan hanya dibiarkan saja, ataupun membeli obat diwarung-warung sekitar rumah. Keadaan ekonomi juga mempengaruhi keadaan ini, sehingga warga tersebut lebih memilih pengobatan sendiri dahulu walaupun waktu tempuh ke tenaga kesehatan dekat. Selain kondisi sakit yang diderita dan keadaan ekonomi, faktor pendidikan dimana kurangnya pengetahuan juga menjadi salah satu faktor yang memepengaruhi masyarakat dalam mengambil keputusan untuk melakukan pencarian pengobatan walaupun waktu tempuh ke tenaga kesehatan lama maupun cepat. .

Tabel 9. Analisis Pola Pencarian Pengobatan terhadap Waktu Tempuh Ke Tenaga Kesehatan Terdekat Pada Masyarakat Pesisir Di Kelurahan Purirano dan Kelurahan Puday Tahun 2012 Waktu Tempuh Ke Tenaga kesehatan Terdekat Lama Cepat Total Pola Pencarian Pengobatan Pengobatan Tradisional n 18 14 32 % 8,82 6,86 15,68 Pengobatan Sendiri n 43 55 98 % 21,08 26,96 48,04 Tenaga kesehatan n 23 51 74 % 11,27 25 36,27 84 120 204 41,18 58,82 100 6,411 0,041 Total 95 %

Sumber : Data Primer 2012

SIMPULAN
Berdasarkan diperoleh simpulan. hasil penelitian 1. Tingkat pendidikan mempunyai hubungan terhadap pola pencarian pengobatan. Tingkat pendidikan rendah cenderung melakukan pengobatan sendiri, tingkat pendidikan menengah
6

cenderung melakukan pengobatan ke tenaga kesehatan dan tingkat pendidikan tinggi cenderung melakukan pengobatan ke tenaga kesehatan. 2. Tingkat pendapatan mempunyai hubungan terhadap pola pencarian pengobatan. Tingkat pendapatan rendah cenderung melakukan pengobatan sendiri, dan tingkat pendapatan tinggi cenderung melakukan pengobatan ke tenaga kesehatan. 3. Suku pada penelitian ini tidak mempunyai hubungan terhadap pola pencarian pengobatan. 4. Waktu tempuh ke tenaga kesehatan terdekat pada penelitian ini mempunyai hubungan terhadap pola pencarian pengobatan. Waktu tempuh lama ke tenaga kesehatan terdekat cenderung melakukan pengobatan sendiri, dan Waktu tempuh cepat ke tenaga kesehatan terdekat cenderung melakukan pengobatan ke tenaga kesehatan.

4.

5. 6.

7.

Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Yudhasmara. 2010. 10 Penyakit Dengan Kematian Terbesar Di Dunia. http://www.top100lists.net (diakses tanggal 22 September 2012). Anonim. 2009. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta: Depkes RI. Tinendung, Ariyanto. 2009. Pola Pencarian Pengobatan pada Masyarakat Suku Pak-pak di Kelurahan Sidiangkat Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatera Utara tahun 2009. Medan : Universitas Sumatera Utara. Supardi, Sudibyo dan Susyanty, Andi Leny. 2010. Penggunaan Obat Tradisional Dalam Upaya Pengobatan Sendiri Di Indonesia. http://apotekputer.com/ma/index.php?opt ion=com_content&task=view&id=92&It emid=63. (Diaksis tanggal 20 Oktober 2012).

SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, dapat dikemukakan beberapa saran. 1. Bagi Pemerintah: diharapkan setiap kelurahan ada di tempatkan tenaga kesehatan yang dapat digunakan masyarakat untuk berobat. Selain itu, diharapkan dilakukan sosialisasi mengenai pola pencarian pengobatan yang rasional kepada masyarakat. 2. Bagi Masyarakat: tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan keputusan pencarian pengobatan. Oleh karena itu sebaiknya masyarakat meningkatkan pengetahuannya mengenai pentingnya kesehatan sehingga dapat mengetahui pola pencarian pengobatan yang rasional. 3. Bagi Peneliti selanjutnya: diharapkan dapat meneliti variabel-variabel lain yang tidak sempat peneliti lakukan saat ini. Dan dapat meneliti manfaat dari ramuan tradisional yang sering digunakan masyarakat sebagai obat.

DAFTAR PUSTAKA
1. Anonim. 2009. Undang-undang RI No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan. Jakarta : Depkes RI, 2009. 2. Notoatmojo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta 3. Sarwono, S. 1997. Sosiologi Kesehatan Beberapa Konsep dan Aplikasinya,
7

You might also like