You are on page 1of 18

Khutbah Nikah KH.

Mustofa Bisri
Written By kua klojen on Minggu, 10 November 2013 | 22.08

,
.
. ,

.
,
,
.
.
, ,
.

Segala puji bagi Allah yang telah menghalalkan nikah dan mengharamkan zina. Segala puji bagi
Allah yang telah menciptakan manusia dari air lalu menjadikannya berketurunan dan berbesanan.
Dan kita bersyukur Allah telah menciptakan untuk kita, dari jenis kita sendiri, jodoh-jodoh agar
kita condong-tenteram kepada mereka dan menjadikan cinta dan kasih sayang di antara kita.
Shalawat dan salam semoga Ia limpahkan kepada pemimpin agung kita nabi Muhammad SAW
yang telah mencontohkan pergaulan hidup antar sesama maupun keluarga dengan budi pekerti
yang luhur. Shalawat dan salam semoga Ia limpahkan pula kepada keluarga Rasulullah dan para
sahabatnya yang mulia.
Amma badu;
Saudara-saudaraku kaum muslimin yang berbahagia, marilah kita senantiasa meningkatkan
ketakwaan kita kepada Allah dan ketahuilah bahwa pernikahan itu merupakan salah satu sunnah
Rasul SAW dan merupakan anjuran agama. Pernikahan yang disebut dalam Quran sebagai
perjanjian agung, bukanlah sekedar upacara dalam rangka mengikuti tradisi, bukan semata-mata
sarana mendapatkan keturunan, dan apalagi hanya sebagai penyaluran libido seksualitas atau
pelampiasan nafsu syahwat belaka. Penikahan adalah amanah dan tanggungjawab. Pernikahan
adalah sorga bagi pasangan yang bertanggungjawab dan melaksanakan amanah.

:
. .
... :
.
.
.
.
.
Nabi Muhammad SAW telah bersabda yang artinya: Perhatikanlah baik-baik istri-istri kalian.
Mereka di samping kalian ibarat titipan, amanat yang harus kalian jaga. Mereka kalian jemput
melalui amanah Allah dan kalimahNya. Maka pergaulilah mereka dengan baik, jangan kalian
lalimi, dan penuhilah hak-hak mereka.
Ketika berbicara tentang tanggungjawab kita, Rasulullah SAW antara lain juga menyebutkan
bahwa suami adalah penggembala dalam keluarganya dan akan dimintai pertanggungjawaban
atas gembalaannya dan isteri adalah penggembala dalam rumah suaminya dan bertanggungjawab
atas gembalaannya.
Begitulah; laki-laki dan perempuan yang telah diikat atas nama Allah dalam sebuah pernikahan,
masing-masing terhadap yang lain mempunyai hak dan kewajiban.
Suami wajib memenuhi tanggungjawabnya terhadap keluarga dan anak-anaknya, di antaranya
yang terpenting ialah mempergauli mereka dengan baik. Isteri dituntut untuk taat kepada
suaminya dan mengatur rumahtangganya.
Masing-masing dari suami-isteri memikul tanggung jawab bagi keberhasilan perkawinan mereka
untuk mendapatkan ridha Tuhan mereka. Apabila masing-masing lebih memperhatikan dan
melaksanakan kewajibannya terhadap pasangannya daripada menuntut haknya saja, insya Allah
keharmonisan dan kebahagian hidup mereka akan lestari sampai Hari Akhir. Sebaliknya apabila
masing-masing hanya melihat haknya sendiri karena merasa memiliki kelebihan atau melihat
kekurangan dari yang lain, maka kehidupan mereka akan menjadi beban yang sering kali tak
tertahankan.
Masing-masing, laki-laki dan perempuan, secara fitri mempunyai kelebihan dan kekurangannnya
sendiri-sendiri. Kelebihan-kelebihan itu bukan untuk diperbanggakan atau diperirikan.
Kekurangan-kekurang pun bukan untuk diperejekkan atau dibuat merendahkan. Tapi semua itu
merupakan peluang bagi kedua pasangan untuk saling melengkapi.

.
.
Kedua suami-isteri hendaklah bersama-sama berjuang membangun kehidupan keluarga mereka
dengan akhlak Islam dan menjaga keselamatan dan keistiqamahannya selalu. Dengan demikian
akan terwujudlah kebahagian hakiki di dunia maupun di akhirat kelak, Insya Allah.

.
.

x 3
x 3
Contoh Teks Khutbah Nikah Berbahasa Indonesia

,
, , , ,

, , ,
,
,

,
,
, / 54
: ,
, ,
,





.

,

: :
) . .( :
:

,

/ 1 :

Maasyirol Muslimin, Rohimakumulloh


Itulah sebagian pembukaan khutbah nikah yang pernah dibaca oleh
Rosululloh SAW sewaktu menikahkah putrinya yang bernama Siti
Fatimah Az-Zahroh, dengan Sayyidina Ali karromalloohu wajhah,
yang sengaja saya baca dengan harapan agar Aqdun Nikah pada
pagi hari ini mendapatkan barokah. Terutama bagi kedua mempelai,
diharapkan memperoleh kebahagiaan hidup, sebagaimana
kebahagiaan pada rumah tangga Nabi Muhammad SAW dengan Siti
Khodijah dan rumah tangga Sayyidina Ali dengan Siti Fatimah AzZahroh.
Selanjutnya Rosululloh SAW mengatakan, bahwa semua peristiwa
yang terjadi di dunia ini tidak lepas dari qodho-qodarnya Alloh SWT.
Termasuk didalamnya adalah peris-tiwa pernikahan atau
perjodohan, yang tidak cukup hanya dengan mengandalkan usaha
manusia.

Karena Banyak orang yang sudah sekian lama berpacaran dan


memadu cinta, ternyata ujung-ujungnya kandas di tengah jalan. Dan
tidak sedikit pula orang tua yang sudah menjodohkan anaknya
dengan calon menantu yang mereka sukai, akan tetapi keinginan
mereka tersebut pada akhirnya juga tidak terwujud.
Itulah yang namanya perjodohan, yang tidak dapat dilepaskan dari
Qodho-qodar Alloh.
,

Semua persoalan dalam kehidupan ini berada dalam kekuasaan


Alloh. Alloh memutuskan dan menetapkan semua peristiwa sesuai
dengan kehendak-Nya.
,

Tidak ada yang mampu memajukan sesuatu yang sudah ditunda


oleh Alloh. Dan tidak ada yang dapat menunda sesuatu yang sudah
dimajukan oleh Alloh.

Dua orang tidak akan berkumpul dan tidak pula akan berpisah
kecuali dengan qodho dan qodar Alloh.
, .

Semua perkara terjadi sesuai dengan Qadho Allah. Qodho Allah


terus berproses menuju Qodar-Nya. Setiap Qodho ada qodar-nya.
Setiap qodar ada ajalnya, dan setiap ajal ada suratan taqdirnya.

Maasyirol Muslimin, ......


Diantara yang sudah diqodho-qodarkanAlloh pada hari ini ialah
dinikahinya saudari . Binti bapak .., oleh saudara .. Bin
Bapak yang akad nikahnya Insya Alloh akan kita saksikan nanti.

Paling tidak ada tiga hal yang perlu saya sampaikan,


terutama kepada saudara . dan saudari , agar nantinya bias
direnungkan dan dijadikan sebagai modal dalam membina
kehidupan rumah yang kokoh, tentram, sejahtera dan bahagia,
sesuai dengan yang diajarkan oleh agama Islam.

PERTAMA. Akad Nikah merupakan perjanjian yang suci dan sakral.


Alloh menyebut Akad Nikah dalam surat An-Nisa : 21 dengan istilah
, yang artinya suatu ikatan atau perjanjian yang sangat
kuat dan kokoh.
Oleh karena itu, pernikahan ini seharusnya dipertahankan secara
langgeng, tidak mudah bubrah, tidak gampang patah, dan tidak
mudah kandas di tengah jalan.
Agar menjadi sebuah ikatan yang kuat, saudara .. dan saudari .
seharusnya menjadikan pernikahan ini sebagai jalan untuk meraih
kehidupan yang langgeng, sakinah dan bahagia di dunia sampai di
akhirat. Kondisi ini akan terwujud jika kalian berdua mau saling
mencintai, saling menyayangi, saling bantu-membantu dan
bekerjasamaterus menerus.
KEDUA, Agama Islam memandang pernikahan
sebagai ibadah. Pernikahan memberi kesempatan seluas-luasnya
kepada suami-isteri untuk menggali pahala sebanyak-banyaknya
melalui berbagai aktifitas dalam kehidupan rumah tangga. Sampaisampai hubungan intim suami-isteri pun dinilai sebagai perbuatan
yang berpahala. Bahkan, separoh dari ajaran agama Islam adalah
berupa kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan urusan rumah
tangga. :
.

Oleh karena itu, faktor mencari pahala dan ridho Alloh, seharusnya
lah dijadikan sebagai landasan dan motivasi dalam membina rumah
tangga. Tidak semata-mata didasarkan pada tujuan untuk mencari
harta, menaikkan status dan kedudukan, apalagi sekedar
untukmelampiaskan hawa nafsu.
Dengan menjadikan ibadah sebagai dasar pernikahan, maka Insya
Alloh bakal tercipta kehidupan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah wa rohmah, serta langgeng dan penuh barokah,

KETIGA, Islam memandang Akad Nikah sebagai upacara serah


terima amanat Alloh.
Kalimat ijab dan Qabul yang akan diucapkan nanti memang pendek
dan mudah diucapkan oleh siapa saja, namun didalamnya
terkandung makna yang luhur dan memiliki pengaruh / dampak
yang sangat besar dalam aktifitas kehidupan berumah tangga.
Dengan ucapan ijab dan Qobul, maka akan muncul berbagai macam
kewajiban dan beban tanggung jawab yang harus dipikul oleh suami
dan istri. Itulah amanat Alloh yang harus dijaga dan dikelola secara
sadar, serta dapat dipertanggung-jawabkan di hadapan Alloh SWT.
Dalam hal ini, saudara sebagai suami dibebani tugas menjadi
kepala keluarga, yang berkewajiban antara lain: memenuhi nafkah
lahir dan batin; mencukupi sandang, pangan dan papan secara
wajar, sesuai dengan kadar kemampuannya; memperlakukan isteri
secara baik; serta memberikan nasehat, didikan, arahan dan
bimbingan kepada isteri ke jalan yang diridhoi Alloh, agar
memperoleh keselamatan hidup fiddini wad-dun-ya wal akhiroh.
Sedangkan saudari sebagai isteri, dibebani tugas antara lain :
mengelola penghasilan suami, menatarumah tangga, mendidik

anak-anak, taat dan setia kepada suami, serta menjaga kehormatan


diri-pribadi dan suaminya. Sebagaimana sabda Nabi :

Setelah bertakwa kepada Allah, seorang muslim tidak memperoleh


sesuatu yang lebih baik, melebihi isteri yang shalihah:

.

Yaitu seorang isteri yang jika diperintah oleh suaminya, dia segera
menurut, jika dipandangnya, dia sangat menyenangkan; jika
diberi sesuatu,dia menerimanya dengan senang hati; dan jika
ditinggal pergi suaminya,dia mampu menjaga kehormatan dirinya
dan harta benda suaminya.
Demikianlah Khutbah Nikah pada pagi hari ini, semoga bermanfaat
bagi kita semua, terutama bagi calon mempelai berdua.
, .
. .
.

( 3) .


.
( 3)

Mempelai berdua, saudara . Dan saudari ......


Yang saya hormati, kedua orangtua mempelai,
Yang saya hormati, keluarga dan handai taulan kedua mempelai,
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah!
Tiada kata yang pantas terucap kecuali untaian rasa syukur kita kepada Allah SWT. Atas
segala berkah dan rahmatNya kepada kita. Pada pagi ini saudara ..... menyempurnakan
separuh agamanya dengan saudari ...... Alhamdulillah, kita diberi rahmat dan berkah untuk
bisa bersama-sama menyaksikan akad ikatan suci kedua insan yang berbahagia ini.
Semoga kedua mempelai diberi kemampuan dan kekuatan untuk membina rumah tangga
yang harmonis, sakinah, mawaddah, wa rohmah. Amin.
Shalawat dan Salam mari kita junjungkan kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW,
junjungan kita, pembawa kabar gembira dan peringatan. Semoga salam sejahtera terus

berlimpah kepada beliau, keluarga beliau, para sahabatnya, dan mereka yang mengikuti
jejak-jejaknya hingga hari kiamat nanti.
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah!
Pada kesempatan yang sakral ini, perkenankan kami untuk berwasiat kepada diri kami
sendiri khususnya, dan umumnya kepada kedua mempelai, keluarga mempelai, serta
seluruh hadirin yang hadir pada kesempatan ini: Marilah kita senantiasa meningkatkan,
menjaga, dan memelihara kualitas iman dan taqwa kita kepada Allah SWT. Dengan catatan
taqwa yang sebenar-benarnya; menjalankan seluruh perintah Allah SWT dan menjauhi
segala laranganNya. Sesuai dengan firman Allah

Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya[263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya
Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah
kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan
mengawasi kamu. (Q.S. An-Nisaa/4:1)
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah!
Menikah adalah menyempurnakan separuh agama. Hukum asal menikah adalah Sunnah.
Namun, menikah bisa menjadi wajib apabila dikhawatirkan terjadi perbuatan yang
mengarah pada zina. Menikah bisa menjadi haram apabila yang dinikahi berbeda agama
dengan kita. Menikah sendiri merupakan perintah Allah SWT

Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang
yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu
senangi : dua, tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil [265],
maka (kawinilah) seorang saja[266], atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu
adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya. (Q.S. An-Nisaa/4:3)
Rasulullah SAW juga bersabda dalam salah satu haditsnya mengenai perintah menikah

















!
)

,


,



,









(

;

Abdullah Ibnu Mas'ud Radliyallaahu 'anhu berkata: Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa


Sallam bersabda pada kami: "Wahai generasi muda, barangsiapa di antara kamu telah
mampu berkeluarga hendaknya ia kawin, karena ia dapat menundukkan pandangan dan

memelihara kemaluan. Barangsiapa belum mampu hendaknya berpuasa, sebab ia dapat


mengendalikanmu." Muttafaq Alaihi.
Dengan demikian, maka menikah adalah perintah Allah dan Rasulullah SAW yang juga
merupakan ibadah dan menyempurnakan separuh agama. Pada hari ini, saudara ...... dan
saudari ....... telah menyempurnakan separuh agamanya. Maka, ada beberapa tips kepada
kedua mempelai dan kepada kita yang hadir di sini tentang bagaimana mengayuh bahtera
rumah tangga menuju sakinah, mawaddah, wa rohmah:
1.
Rasulullah SAW telah memerintahkan pada kaum laki-laki untuk memilih
perempuan yang dinikahinya karena empat hal: Nasabnya, hartanya, kecantikannya,
dan agamanya. Jadikanlah agama sebagai patokan utama dalam memilih calon
pasangan hidup. Karena, seorang suami atau istri tidak hanya untuk memenuhi
kebutuhan biologis, tetapi juga saling membantu untuk mencapai rumah tangga
yang harmonis dunia-akhirat. Sebab itu, apabila kedua mempelai telah berumah
tangga, maka tetaplah berada di atas akidah dan koridor syariat yang benar. Jangan
sampai melenceng dari koridor akidah dan syariat. Sebab, akidah adalah pondasi
dalam agama ini. Ibarat rumah, apabila pondasinya baik, maka seluruh
bangunannya akan baik. Tetapi apabila pondasinya buruk, maka seluruh
bangunannya pun akan buruk.
2.
Kedua mempelai harus membina komunikasi dengan baik. Komunikasi antar
suami/istri, komunikasi dengan orangtua dan mertua, komunikasi dengan
masyarakat sekitar haruslah dijaga dengan baik. Jangan sampai jika ada masalah
kemudian tidak dibicarakan baik-baik sehingga akhirnya timbul konflik rumah
tangga. Naudzubillah! 80% Kerusakan dalam rumah tangga disebabkan oleh
komunikasi yang tidak baik.
3.
Seorang suami harus bisa memahami perasaan sang istri. Begitu pula sang
istri harus menghormati suaminya. Sebab suami adalah imam bagi rumah tangga.
Seorang istri yang shalihah harus bisa menjaga pandangannya terhadap laki-laki
lain yang bukan suaminya. Seorang istri shalihah jika akan bepergian dan berpuasa
sunnah, maka ia harus minta izin suaminya dahulu. Sebab suami adalah pemimpin
dalam rumah tangga. Berkenaan dengan hal ini ada sebuah kisah:
Suatu hari Rasulullah SAW bersabda kepada Siti Fatimah: Hai Putriku, jika engkau ingin
tahu perempuan penghuni surga, maka lihatlah Siti Muthiah! Siti Fatimah bingung,
mengapa perempuan bernama Muthiah itu bisa menjadi perempuan penghuni surga?
Maka Siti Fatimah pun pergi ke rumah Siti Muthiah bersama Hasan dan Husain. Sampai di
rumah Muthiah, Siti Fatimah mengetuk pintu, Assalamualaikum,. Waalaikumussalam,
siapa itu? Jawab Muthiah. Fatimah berkata, Saya Fatimah, putri Rasulullah. Siti Muthiah
terkejut, Ada angin apa yang membawa Putri Rasulullah sampai ke rumah saya? Mohon
maaf, saya belum minta izin pada suami saya untuk menerima tamu, maka, kembalilah ke
rumahku esok hari. Kata Muthiah.

Keesokan harinya, Fatimah pun kembali mengunjungi rumah Muthiah dan kali ini Muthiah
menjawab, Saya sudah minta izin pada suami saya dan suami saya mengizinkan kalian
datang ke mari, masuklah!. Ketika Fatimah masuk, ia terheran-heran melihat tiga benda
yang berada di sudut ruangan: Sebuah nampan, sebuah lap keringat, dan sebuah pecut.
Fatimah bertanya, Untuk apa semua benda ini, Muthiah?. Muthiah menjawab, Suami
saya adalah seorang petani. Setiap ia pulang kerja, saya akan mandi, mengenakan
pakaian saya yang paling indah dan paling harum, kemudian saya akan menyambut suami
saya, mengelap keringatnya, dan membuatkannya makanan yang sangat nikmat. Setelah
itu saya akan berkata: Suamiku, jikalau dalam pelayananku ini terdapat sesuatu yang
kurang berkenan di hatimu, maka cambuklah aku!. Fatimah bertanya, Lalu, apakah kau
dicambuknya?. Jawab Muthiah, Tidak, suamiku malah merangkulku dan memelukku
dengan kasih sayang...
Maasyiral Muslimin Rahimakumullah!
Kisah di atas menjadi sebuah pelajaran bagi kita, betapa seorang istri yang shalihah akan
menjadi penghuni surga yang kekal abadi.
4.
Hiasilah rumah tangga dengan shalat malam dan bacaan Al-Quran. Sebab,
seorang suami dan istri yang bersama-sama menghidupkan malam-malamnya
dengan shalat malam dan membaca Al-Quran sangat dicintai Allah. Allah mencintai
seorang suami yang mambangunkan istri dan keluarganya untuk shalat malam.
Begitu pula, Allah juga mencintai seorang istri yang membangunkan suami dan
keluarganya untuk shalat malam. Betapa indahnya rumah tangga kita bila kita hiasi
dengan shalat malam dan bacaan Al-Quran. Insya Allah rumah tangga kedua
mempelai dan kita semua akan terhindar dari segala bala, fitnah, dan bencana.
5.
Seorang penulis novel terkenal bernama Agatha Christie pernah
mengatakan,Suami paling baik bagi seorang perempuan adalah seorang arkeolog.
Makin tua sang perempuan itu, suaminya semakin cinta dan tergila-gila padanya.
Kami sarankan pada kedua mempelai untuk memiliki jiwa arkeolog. Mengapa?
Sebab, semakin lama usia perkawinan, maka sang suami akan memandang sang
istrinya semakin bernilai. Begitu juga sang istri, semakin lama usia perkawinannya
dengan sang suami, maka semakin jatuh cintalah sang istri pada suaminya.
Kalau sudah demikian, maka akan terciptalah rumah tangga yang rukun, damai, tentram,
langgeng, sakinah, mawaddah, wa rohmah

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir (Q.S. Ar-Rum/30:21)

!Maasyiral Muslimin Rahimakumullah


Demikianlah sekelumit khutbah nikah yang dapat kami sampaikan. Semoga yang sedikit ini
bermanfaat bagi kedua mempelai yang akan menjalani lembaran baru sebagai pasangan
dunia dan akhirat. Juga kepada kita semua. Mohon maaf apabila ada kesalahan, mengingat
kami adalah manusia biasa yang penuh salah dan dosa, dan yang benar hanyalah di sisi
Allah SWT. Semoga kedua mempelai diberikan umur yang barokah, pernikahan yang
barokah, dan kemampuan untuk membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah, wa
rohmah. Amin...

KHUTBAH NIKAH
Oleh : Subchan Bashori

2











.


b ,
,






,
.
Sesungguhnya segala puji hanya bagi Allah, kami memuji-Nya, seraya memohon
pertolongan dan ampunan-Nya, dan kami memohon perlindungan Allah dari keburukan-keburukan
nafsu kami dan dari akibat buruk perilaku kami.
Barangsiapa yang telah diberi petunjuk oleh Allah kepadanya, tidak ada yang dapat
menyesatkannya, dan barangsiapa yang telah disesatkan, tidak ada yang dapat memberikan
petunjuk kepadanya.
Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang layak disembah melainkan Allah saja, tidak ada
sekutu bagi-Nya.
Dan aku bersaksi bahwa Muhammad B adalah hamba dan utusan-Nya.
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepadaNya; dan janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan Islam.
Wahai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari
seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan istrinya; dan dari keduanya Allah
memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak, dan bertakwalah kepada Allah
yang dengan nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan
yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosadosamu. Dan barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat
kemenangan yang besar.
Ammaa badu,
Hadirin rahimakumullah, khususnya kedua Mempelai yang diberkahi oleh Allah,

Itulah khutbah Nikah dari Nabi B ketika menikahkan putri tercintanya Fatimah az-Zahra,
intinya adalah pesan Taqwa. Kenapa Taqwa? Karena orang yang paling mulia di sisi Allah adalah
orang yang bertaqwa.


Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa
di antara kamu. (Q. S. Al-Hujurat : 13).
Taqwa dapat dipahami dalam pengertian sederhana, yaitu menjalani segala perintah Allah
dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Termasuk, perintah melaksanakan pernikahan, dan
menjauhi pergaulan bebas dan perzinahan.
Rasulullah B telah bersabda, sesuai dengan hadits dari Abdullah bin Masud :

, !
,

. ;
,

.

Wahai para Pemuda, barangsiapa di antara kalian telah mampu menikah, menikahlah. Karena
sesungguhnya dengan menikah dapat menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan.
Barangsiapa yang belum mampu, hendaklah dia berpuasa, karena sesungguhnya puasa dapat
menjadi benteng baginya.
Jadi perintah menikah ini, sekaligus perintah untuk selalu menjaga pandangan dan menjaga
kehormatan/ kemaluan, artinya jangan sekali-kali melakukan perzinahan. Dan perintah menikah
ini, tentunya bukan bagi jejaka saja, tetapi termasuk juga para Duda. Justru kalau tidak menikah,
berarti termasuk kategori orang yang membenci sunnah Nabi, dan bagi yang membenci sunnah
Nabi, maka tidak layak masuk golongan Umat Nabi Muhammad B.

" : , , b }
, ,
,

. {

Bahwasanya Nabi B setelah memuji Allah dan menyanjungnya, lalu bersabda : Tetapi aku sholat
dan juga tidur, aku puasa dan juga tidak puasa, dan aku juga menikahi wanita. Barangsiapa yang
membenci sunnahku, maka bukanlah dia termasuk golonganku.
Hadirin rahimakumullah, khususnya kedua Mempelai yang diberkahi oleh Allah
Akad Nikah hakikatnya merupakan Janji agung di hadapan Tuhan Yang Maha Agung, yang
harus dipertanggungjawabkan. Dalam Al-Quran S. An-Nisa: 21, Allah menjelaskan bahwa ikatan
( perjanjian yang kuat). Maka hendaknya
perkawinan antara suami istri sebagai

janji agung ini kita pegang dengan teguh.


Quran S. Al-Isra : 34,

Allah telah mengingatkan dalam Al-

Dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya.
Maka hendaklah sepasang suami-istri mentaati aturan Allah ketika menjalankan perannya
selaku suami/ istri. Seorang suami wajib memperlakukan istrinya dengan maruf/ patut/ sebaikbaiknya. Allah telah mengingatkan dalam Al-Quran S. An-Nisa: 19,


Namun perlu diingat, dalil ini ditujukan untuk suami, bukan untuk istri.
menggunakan dalil ini, nanti dikhawatirkan dia akan seenaknya kepada suaminya.

Kalau istri

Sedangkan dalil yang harus dipedomani seorang istri adalah, bahwa seorang istri wajib taat
kepada suaminya. Bahkan Rasulullah menggambarkan, seandainya manusia boleh bersujud
kepada manusia yang lain, maka aku perintahkan seorang istri sujud kepada suaminya. Itu hanya
gambaran bagaimana seorang istri wajib mentaati suaminya, dan tentu saja sujud hanya untuk
Allah saja. Dan sekali lagi, dalil ini untuk istri bukan untuk suami. Kalau suami menggunakan dalil
ini, bisa-bisa suami sewenang-wenang kepada istrinya.
Maka jangan salah memilih pedoman/ dalil.
Hadirin rahimakumullah, khususnya kedua Mempelai yang diberkahi oleh Allah,
Allah melukiskan dengan indah peran suami/ istri dalam Al-Quran, bahwa seorang istri
merupakan pakaian bagi suaminya, demikian juga seorang suami merupakan pakaian bagi istrinya,
sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran S. Al-Baqarah : 187,


Mereka (istri-istrimu) adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka.
Dapat kita pahami, bahwa pakaian berfungsi menutup aurat dan kekurangan jasmani
manusia, jadi demikianlah pasangan suami istri, masing-masing pakaian bagi yang lain, artinya
mereka harus saling melengkapi, saling menutupi kekurangan dan aib pasangannya. Demikian
juga, masing-masing harus saling melindungi dari segala permasalahan pasangannya.
Hadirin rahimakumullah, khususnya kedua Mempelai yang diberkahi oleh Allah,
Kalau pasangan suami/ istri mau/ mampu memerankan perannya masing-masing sesuai
dengan aturan Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana saya sampaikan di muka, bukan tidak mungkin
kehidupan rumah tangganya akan berjalan dengan baik, dipenuhi mawaddah war-rahmah, sarat
dengan kebahagiaan, adanya saling taawun (tolong menolong), saling memahami dan saling
mengerti. Sesuai dengan firman Allah dalam Al-Quran S. Ar-Rum : 21,

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu pasangan-pasangan


dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat
tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Akhirnya, saya ingin menyampaikan suatu Doa yang diajarkan oleh Rasulullah B untuk
disampaikan kepada Pengantin :


Semoga Allah memberkahimu, dan semoga keberkahan atas kamu selamanya, serta menyatukan
kamu sekalian dalam kebaikan. (HR Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah).
Hendaknya Doa ini kita panjatkan pada saat selesai Akad Nikah (ijab kabul).
Dan ada satu Doa lagi yang hendaknya dibaca oleh Orang yang telah mendapatkan
pasangan hidupnya :



Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kabaikannya (istriku), dan kebaikan dari apa
yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya. Dan aku memohon perlindungan kepada-Mu dari
keburukannya (istriku) dan keburukan dari apa yang telah Engkau ciptakan dalam wataknya. (HR
Abu Daud).
Dan bagi kita semua, terutama kedua calon mempelai, doa yang hendaknya kita mohonkan
kepada Allah ketika kita malakukan hubungan suami-istri, yaitu:

.
Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari setan, dan jauhkanlah setan dari anak yang
Engkau karuniakan kepada kami. (Muttafaq alaih).
Demikianlah khutbah yang saya sampaikan, semoga Allah senantiasa membimbing kita,
agar dalam mengarungi kehidupan ini selalu mentaati rambu-rambu-Nya. Dan semoga pernikahan
kedua mempelai, mendapat ridha Allah, dan diberkahi oleh-Nya, serta keduanya disatukan dalam
kebaikan, amin.

Tidak ada tuhan selain Allah Azza wa Jalla. Hanya kepada-Nya kita menyembah dengan sepenuh
ketaatan. Dan hanya kepada-Nya kita meminta pertolongan.
Katakanlah: Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Tuhan
Semesta Alam. (QS. Al-Anaam, 6: 162). Kepada-Nya kita memurnikan ketaatan. Tidak ada
ibadah, tidak pula amal shalih yang bernilai di hadapan Allah Taala kecuali yang dilakukan ikhlas
karena Allah Taala dan untuk mengharap ridha Allah Taala semata. Tidak mungkin hidup kita untuk

Allah Tuhan Seru Sekalian alam, apalagi mati kita, kecuali jika shalat kita untuk Allah Taala dan
ibadah kita juga hanya untuk Allah Azza wa Jalla semata.
Begitu pun pernikahan ini.
Sesungguhnya, nikah itu sunnah Nabi shallaLlahu alaihi wa sallam. Dan barangsiapa tidak
menyukai sunnahku, maka dia tidak termasuk golonganku. ( HR.
Bukhari). Sesungguhnya bersama sunnah ada barakah. Maka sebelum akad berlangsung,
benahilah niat dan luruskan tujuan. Sebab tiap-tiap kita akan mendapatkan sesuai apa yang menjadi
niat kita dalam beramal, termasuk pernikahan ini. Maka, menikahlah untuk memuliakan sunnah. Dan
menikahlah dengan menetapi sunnah. Ketahui pula sunnah yang mengiringi akad nikah, serta
sunnah yang ada dalam pernikahan ini pada masa-masa berikutnya.
Kenalilah agama ini. Ambillah dari orang-orang yang terpercaya akhlaknya, matang ilmunya dan
lurus aqidahnya. Sesungguhnya rusaknya agama adalah karena dua perkara, yakni fitnah syahwat
dan fitnah syubhat. Fitnah syahwat yang paling berbahaya adalah besarnya kecintaan terhadap
dunia pada diri orang-orang yang seharusnya menjadi panutan dalam agama ini, yakni para ulama.
Aku pesankan ini kepada kedua calon pengantin, sebab kelak agama inilah yang harus kalian
jadikan pijakan dalam merawat, menata dan mengokohkan rumah-tangga. Dengan berpijak pada
agama yang lurus dalam mengelola rumah-tangga dan mendidik anak-anak yang semoga kelak
Allah Taala berikan, mudah-mudahan kelak Allah Taala akan kumpulkan kalian ke dalam surgaNya. Para malaikat menyeru dengan perkataan, Salaamun alaikum bi ma shabartum. Salam
sejahtera atas engkau bersebab kesabaranmu. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu. (QS.
Ar-Rad, 13: 24).Seraya mempersilakan masuk ke dalam surga, Udkhulul jannah, Antum wa
azwajukum tuhbarun. Masuklah ke dalam surga, kamu dan isteri kamu untuk digembirakan. (QS.
Az-Zukhruf, 43: 70).
Di hari itu, amal anak dan orangtua saling disusulkan jika mereka sama-sama beriman dan
bertaqwa. Dan penjaga iman itu adalah takut kepada Allah Azza wa Jalla. Jika rasa takut kepada
Allah Taala tertancap kuat di hati, maka tak ada lagi rasa takut terhadap dunia. Maka, ketenangan
itu ada pada kalian berdua.
Ingatlah ketika Allah Subhanahu wa Taala berfirman dalam sebuah hadis qudsi sebagaimana
diriwayatkan oleh Al-Bazzar:
Demi keperkasaan dan kemuliaan-Ku, Aku tidak akan menyatukan dua rasa aman dan dua rasa
takut pada diri seorang hamba-ku; jika dia merasa aman dari-Ku saat di dunia, maka Aku akan
menjadikannya takut pada hari Aku mengumpulkan hamba-hamba-Ku, dan jika ia takut kepada-Ku
di dunia, maka Aku akan menjadikannya merasa aman pada hari Aku mengumpulkan hambahamba-Ku. (HR. Al-Bazzar).

Maka, hendaklah kalian saling tolong-menolong satu sama lain dalam kebaikan, saling tolong
menolong satu sama lain dalam taqwa. Taawanu alal birri wat taqwa. Dan janganlah kalian saling
mendukung dalam hal yang dapat menjatuhkan kalian berdua dalam dosa dan keingkaran kepadaNya. Bertaqwalah kepada Allah Taala.
Awal-awal menikah merupakan masa yang paling mudah bagi kalian untuk memulai kebiasaan baru
yang baik dan mentradisikannya dalam rumah-tangga; kebiasaan baru yang bersesuaian dengan
syariat dan bahkan termasuk dalam perintah. Dan inilah sunnah hasanah. Sekiranya engkau dapat
merintis sunnah hasanah dalam rumah tangga, lalu ada keluarga lain yang mencontohnya, maka
sungguh pahala dari Allah Taala akan mengalir lebih deras kepadamu atas apa yang dikerjakan
orang lain tanpa pahala mereka dikurangi sedikit pun. Dan sebaliknya dalam perkara keburukan dan
mentradisikannya dalam rumah-tangga. Jika merintis sunnah sayyiah, maka bagi perintis sunnah
sayyiah itu dosa yang tak putus-putus manakala orang lain mencontohnya. Naudzubillahi min
dzaalik.
Maka, jagalah arah hidup kalian sesudah menikah. Jadikanlah akhirat sebagai hasrat terbesar
kalian, sesudah Allah Taala menolong kalian dengan memampukan menyempurnakan separo
agama, yakni menikah. Ingatlah sabda Nabi shallaLlahu alaihi wa sallam:




Barangsiapa yang passion (hasrat kuat)nya adalah negeri akhirat, Allah akan mengumpulkan
kekuatannya, menjadikan kekayaan di hatinya, dan dunia akan mendatanginya dalam keadaan hina.
Namun barangsiapa yang niatnya mencari dunia, Allah akan menceraiberaikan urusan dunianya,
dan menjadikan kefakiran di antara kedua pelupuk matanya, dan dunia tidak akan menghampirinya
kecuali sebesar apa yang telah ditakdirkan baginya. (HR Ibn Majah, Ahmad, al-Baihaqi, Ibn
Hibban, ad- Damiri; shahih).
Renungkanlah. Dan jagalah ini dengan berhati-hati agar rezeki kalian berdua penuh barakah.
Sesungguhnya rezeki yang barakah, bertambahnya membawa kebaikan dan berkurangnya tidak
menyesakkan dada. Sedangkan rezeki yang tidak barakah, bertambahnya membuat kehidupan
rumah-tangga terasa hambar dan berkurangnya menjadikan hati semakin rusuh.
Allahumma shalli alaa Muhammad wa alaa `aali Muhammad.
Demikianlah. Semoga Allah Azza wa Jalla jadikan mereka sebagai keluarga yang penuh barakah.
Di dalamnya ada kebaikan yang bertambah-tambah (ziyaadatul khair). Tidaklah lahir dari pernikahan
mereka, kecuali anak-anak yang memberi bobot kepada bumi dengan kalimat laa ilaaha illaLlah.
Kepada semua yang hadir, tidak ada doa yang lebih baik sesudah akad nikah kecuali doabarakah.
Bukan doa bahagia. Tanpa kita doakan pun mereka sudah sangat bahagia dengan pernikahan ini.

Dalam doa bahagia, tidak dengan sendirinya terkandung barakah. Tetapi dalam doa barakah,
dengan sendirinya kita memohonkan kebahagiaan di dunia hingga akhirat bagi mereka.
Doakanlah mereka dengan apa yang dituntunkan oleh Rasulullah shallaLlahu alaihi wa
sallam, Barakallahu laka wa barakah alaika wa jamaa bainakumaa fii khairin. Barakallahu lakum
wa barakah alaikum wa jamaa bainakumaa fii khairin.
Semoga Allah Taala kabulkan doa kita.
Ihdinash-shiraathal mustaqiim. Astaghfirullahal adziim. Billahit tawfiq wal hidayah.

*** Ini adalah khutbah yang saya sampaikan pada pernikahan


Sarah Trisna Maisyaroh, S. Pd & Dinda Denis Prawitashandi Putrantya, S. Psi
di Yogyakarta, 22 Agustus 2012
Ada sejumlah bagian yang seharusnya saya lengkapi dengan teks Arab, tetapi belum
memungkinkan, termasuk hadis qudsi riwayat Al-Bazzaar. Sekiranya ada yang berkenan
menambahkan, saya sampaikan jazaakumullah khairan katsiiran. Semoga Allah Ta'ala limpahkan
pahala yang besar.

You might also like