You are on page 1of 8

SISTEM REKRUTMEN GURU PRODUKTIF SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK)

PADA ERA SENTRALISASI (STUDI KASUS DI SURAKARTA)


Wahyu Noviansyah1, A.G. Tamrin2, Rima Sri Agustin3
Pendidikan Teknik Bangunan, Universitas Sebelas Maret
Email: chairullahw@yahoo.com

ABSTRACT
Purposes of the research are to: (1) know productive teacher recruitment of vocational schools of
centralization era of Surakarta, (2) know advantage sand drawbacks of productive teacher recruitment system
of vocational schools of centralization era of Surakarta, (3) understand productive teacher recruitment in
development of learning of PTB Program Study. This research using qualitative techniques approachment for
data collection by interview, observation and document study. Data were analyzed using an interactive model
The results obtained are (1) the recruitment of teachers earning Vocational School in the centralized
era Selection Program ID, D III Program of Teacher Vocational Technology and Program of In-service Benefit
that each operator and different recruitment mechanisms. (2) Excess productive teacher recruitment through the
D III GKT output more skilled teacher, teacher output shortcomings in knowledge and reasoning entry. Through
the program more equitable distribution of teachers and drawbacks placement nationally so that any participant
who resigned. Through the program CPNS selection test material in accordance with the formation of teachers
and cons of filing the file is too far. (3) The application of the results of research on learning in Building
Engineering Education Study Program through the integration of a summary of the results of research on the
subject of learning materials Runway Science of Technical Education Vocational and Professional Education.
Keywords: Teacher Recruitment Productive, Era Centralization, Study Program of PTB

ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui rekrutmen guru produktif Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) pada era sentralisasi di Surakarta, (2) Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari sistem rekrutmen guru
produktif Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pada era sentralisasi di Surakarta, (3) Mengetahui rekrutmen guru
Produktif dalam pengembangan pembelajaran di Program Studi PTB. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dengan teknik pengumpulan data wawancara, observasi dan studi dokumen. Teknik analisis data
menggunakan model interaktif (interactive model).
Hasil penelitian yang diperoleh adalah (1) rekrutmen guru produktif Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) pada era sentralisasi Program Seleksi CPNS, Program D III Guru Kejuruan Teknologi (GKT) dan
Program Tunjangan Ikatan Dinas (TID) yang masing-masing penyelenggara dan mekanisme rekrutmennya
berbeda-beda. (2) Kelebihan rekrutmen guru produktif melalui program D III GKT output guru yang lebih
terampil, kekurangannya output guru lema secara pengetahuan dan penalaran. Melalui Program TID distribusi
guru lebih merata dan kekurangannya penempatan secara nasional sehingga adanya peserta yang mengundurkan
diri. Melalui program seleksi CPNS materi tes sesuai dengan formasi guru dan kekurangannya pengajuan berkas
terlalu jauh. (3) Penerapan hasil penelitian pada pembelajaran di Prodi Pendidikan Teknik Bangunan melalui
integrasi ringkasan hasil penelitian pada materi pembelajaran mata kuliah Landasan Keilmuwan Pendidikan
Teknik Kejuruan dan Profesi Kependidikan.
Kata Kunci: Rekrutmen Guru Produktif, Era Sentralisasi, Prodi PTB

Mahasiswa Program Studi PendidikanTeknikBangunan FKIP UNS Surakarta


Staf Pengajar Program Studi PendidikanTeknikBangunan FKIP UNS Surakarta
3
Staf Pengajar Program Studi PendidikanTeknikBangunan FKIP UNS Surakarta
2

PENDAHULUAN
Pada era globalisasi, perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat
dan membawa perubahan dalam berbagai aspek
kehidupan manusia. Perubahan tersebut
berdampak pada tuntutan peningkatan sumber
daya manusia yang kompetitif. Pendidikan
merupakan
solusi
yang
tepat
dalam
meningkatkan sumber daya manusia yang
kompetitif di era globalisasi. melalui
pendidikan akan lahir sumber daya manusia
yang memiliki kemampuan secara spiritual,
cerdas dan terampil dalam berbagai bidang ilmu
yang dibutuhkan masyarakat, bangsa dan
negara.
Peran pendidikan dalam mencetak
sumber daya manusia unggul tidak lepas dari
campur tangan seorang guru sebagai agen
pembelajaran. Guru adalah aktor utama yang
memegang peranan penting dalam mencapai
tujuan pendidikan nasional.
Kebutuhan akan guru akan terus
meningkat, khususnya untuk guru produktif
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Salah
satu penyebabnya adalah rencana Pemerintah
yang akan terus menambah jumlah SMK yang
secara tidak langsung berimplikasi pada
peningkatan akan kebutuhan guru produktif.
Selain karena banyaknya SMK yang akan
dibangun, kebutuhan akan guru juga dapat
terlihat dari jumlah guru SMA/SMK yang akan
memasuki masa pensiun.
Kebutuhan akan guru tersebut harus
dipenuhi oleh Pemerintah dengan melakukan
rekrutmen yang dapat menghasilkan guru SMK
profesional, terutama untuk guru produktif
SMK. Guru yang profesional akan dihasilkan
dari sistem rekrutmen yang berkualitas. Sistem
rekrutmen tersebut harus diselenggarakan
dengan objektif, proporsional dan profesional
dalam menyeleksi calon-calon guru agar
dihasilkan guru yang berkualitas. Menghindari
praktik korupsi, kolusi dan nepotisme adalah
prinsip yang harus ditegakkan dalam
penyelenggaraan rekrutmen guru. Jika proses
rekrutmen guru dilakukan dengan subjektif dan
disertai
dengan
praktik
KKN
maka
dikhawatirkan kompetensi guru yang dihasilkan
tidak mampu memberikan keberhasilan pada
proses pembelajaran.
Era sentralisasi adalah sebutan untuk
pemerintahan masa orde baru dimana sistem
pemerintahan dilakukan secara sentralistik.
Pemerintah
(pusat)
memiliki
kekuasaan/wewenang
penuh
dalam

merumuskan
kebijakan
sampai
dengan
pengambilan keputusan. Keberhasilan dan
prestasi yang pernah diraih di era orde baru,
khususnya pola sentralisasi di bidang
pendidikan patut untuk dipelajari sebagai bahan
perbaikan dan evaluasi untuk peyelenggaraan
pendidikan di era sekarang, khususnya pada
sistem rekrutmen guru produktif.
Program Studi Pendidikan Teknik
Bangunan (PTB) adalah salah satu Lembaga
Pendidik dan Tenaga Kependidikan (LPTK)
yang mempunyai peran dalam menyiapkan
calon-calon guru produktif yang akan
memenuhi kebutuhan guru. Prodi PTB dapat
memberikan materi pembelajaran/perkuliahan
yang memberikan bekal pada para mahasiswa
calon guru. Pemberian bekal kompetensi yang
berkaitan dengan keguruan ini salah satunya
adalah
memberikan
materi
pembelajaran/perkuliahan
yang
berkaitan
dengan rekrutmen guru. Dengan pemberian
materi pembelajaran yang berkaitan dengan
rekrutmen guru diharapkan dapat memberikan
pemahaman pada mahasiswa calon guru
produktif, untuk menghadapi rekrutmen,
khususnya rekrutmen guru produktif SMK.
Tujuan penelitian ini adalah (1)
Mengetahui rekrutmen guru produktif Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) pada era
sentralisasi di Surakarta, (2) Mengetahui
kelebihan dan kekurangan dari sistem
rekrutmen guru produktif Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) pada era sentralisasi di
Surakarta, (3) Mengetahui rekrutmen guru
Produktif dalam pengembangan pembelajaran
di Program Studi PTB.
TINJAUAN PUSTAKA
Rekrutmen
Menurut Simamora (dalam Maisah,
2013), rekrutmen adalah serangkain aktivitas
mencari dan memikat pelamar kerja dengan
motivasi,
kemampuan,
keahlian
dan
pengetahuan yang diperlukan guna menutupi
kekurangan
yang
diidentifikasi
dalam
perencanaan kepegawaian. Pendapat lain
dikemukan oleh Kaswan (2012), rekrutmen
didefinisikan sebagai praktik atau aktivitas yang
dilakukan organisasi dengan tujuan utama
mengidentifikasi dan memikat pegawai yang
potensial (qualified). Sedangkan menurut
Hadari Nawawi (dalam Maisah, 2013)
berpendapat bahwa rekrutmen adalah proses
mendapatkan sejumlah calon tenaga kerja yang

qualified untuk jabatan/pekerjaan utama di


lingkungan suatu organisasi.
Jadi,
dapat
disimpulkan
bahwa
rekrutmen adalah serangkaian kegiatan atau
aktivitas yang dilakukan oleh organisasi untuk
mencari, memikat dan mendapatkan sejumlah
tenaga kerja yang potensial guna mengisi
kekosongan suatu posisi/jabatan tertentu yang
diidentifikasi
melalui
perencanaan
kepegawaian. Sedangkan rekrutmen guru
adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan
untuk mencari dan memikat calon guru yang
qualified dalam perencanaan kepegawaian
untuk mengisi formasi yang kosong di sekolah.
Proses Rekrutmen
Proses rekrutmen yang mengedepankan
sumber daya manusia yang qualified, sangat
penting dalam organisasi, karena sebaik apapun
konsep suatu organisasi jika tidak didukung
oleh kemampuan manusia (Human) yang
memiliki kecakapan (skill) tentu akan sia-sia.
Maisah (2013) menjelaskan, proses
rekrutmen dimulai dari pencarian para pelamar
dan
berakhir
apabila
lamaran-lamaran
diserahkan. Dan hasilnya berupa sekumpulan
pencari kerja dari mana pegawai baru diseleksi.
Menurut wukir (2013), proses rekrutmen
merupakan cara bagi organisasi untuk
mendapatkan
personil
untuk
mengisi
kekosongan
posisi
beserta
skill
atau
kemampuan yang dibutuhkan bagi posisi
tersebut.
Jadi,
proses
rekrutmen
adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan organisasi
untuk mengumpulkan pelamar (calon pegawai)
yang disesuaikan dengan kemampuan yang
dibutuhkan dalam melaksanakan pekerjaan
tertentu.
Guru Produktif SMK
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 1990, bahwa pendidikan menengah
kejuruan adalah pendidikan pada jenjang
pendidikan menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa untuk
melaksanakan
jenis
pekerjaan
tertentu.
Wakhinuddin (2009) menjelaskan pendidikan
kejuruan atau SMK adalah bagian dari sistem
pendidikan
nasional
yang
bertujuan
mempersiapkan
tenaga
yang
memiliki
keterampilan dan pengetahuan sesuai dengan
kebutuhan persyaratan lapangan kerja dan
mampu mengembangkan potensi dirinya dalam
mengadopsi
dan
beradaptasi
dengan

perkembangan teknologi.
Jadi, Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) adalah sebuah lembaga pendidikan
formal pada jenjang pendidikan menengah yang
mempersiapkan lulusannya untuk memiliki
keterampilan yang sesuai dengan kebutuhan
dunia kerja.
Untuk mewujudkan lulusan yang
memiliki keterampilan di bidang tertentu, maka
SMK menjadikan kompetensi sebagai materi
Pendidikan dan Pelatihan (Diklat). Jenis mata
diklat yang telah ditetapkan terdiri dari :
1) Program Adaptif
Kelompok mata diklat yang berfungsi
menjadikan peserta didik memiliki dasar
yang kuat dalam menyesuaikan dengan
perubahan dan memberikan kesempatan
untuk memahami suatu konsep yang dapat
diterapkan pada kehidupan sehari-hari dan
melandasi kompetensi untuk bekerja.
2) Program Normatif
Kelompok
mata
diklat
yang
menjadikan peserta didik menjadi pribadi
yang memiliki norma-norma sebagai
individu maupun mahkluk sosial.
3) Program Produktif
Kelompok
mata
diklat
yang
membekali peserta didik agar memiliki
kompetensi standar atau kemampuan
produktif pada suatu pekerjaan atau keahlian
tertentu yang relevan dengan tuntutan dunia
kerja.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru
produktif SMK adalah tenaga pendidik
profesional yang mengajar kelompok mata
diklat produktif untuk memberikan bekal
keahlian dan keterampilan pada peserta didik
dalam menghadapi tuntutan dunia kerja.
Era Sentralisasi
Istilah sentralisasi berasal kata sentral
yang berarti pusat. Menurut Hasan Shadily
(dalam Mambu, 2012) berpendapat, sentralisasi
atau juga seringkali dipakai istilah sentralisme
adalah
sistem
politik
dimana
negeri
keseluruhannya dikendalikan dari satu titik
pusat sebagai lawan dari sistem pemerintahan
yang
desentralisasi,
federalisme,
dan
regionalisme, dimana satuan-satuan lokal
(negara atau provinsi) mendapatkan tingkat
otonomi tertentu.
Jadi, dalam konteks pemerintahan, yang
dimaksud dengan sistem sentralisasi adalah
suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah

pusat memegang kekuasaan penuh pada


penyelenggaraan pemerintahan, mulai dari
merumuskan
kebijakan
sampai
pada
pengambilan keputusan terpusat pada satu titik.
Sistem pemerintahan dengan pola
sentralisasi ini terjadi pada masa pemerintahan
sebelum era otonomi daerah atau pada masa
orde baru. Orde baru merupakan sebutan untuk
pemerintahan era Presiden Soeharto. politik
birokrasi pada Pemerintahan Orde Baru
memiliki pola yang sentralistik, dimana
kekuasaan berada pada level yang lebih tinggi
dalam pemerintahan sehingga yang berada di
level bawah harus patuh dan melaksanakan
semua instruksi atau perintah dari level
Pemerintahan di atas seperti budaya pada
militer (Mufti: 2013).
Sentralisasi Pendidikan
Sentralisasi
pendidikan
adalah
penyerahan kewenangan secara penuh kepada
pemerintah pusat untuk mengatur segala hal
yang berkaitan dengan pembangunan di bidang
pendidikan
dalam
mewujudkan
tujuan
pendidikan nasional.
Menurut Guitarezzhe (2011) menjelaskan
bahwa
pendidikan
sentralistik
adalah
pendidikan yang sistem manajemennya masih
berpusat pada Pemerintah (pusat). Konsep
sentralisasi menekankan pemusatan pengurusan
pendidikan. Artinya segala hal yang berkaitan
dengan penyelenggaraan pendidikan diurus oleh
organisasi pendidikan tingkat pusat. Kurikulum
pendidikan, prasarana dan sarana pendidikan,
ketenagaan
pendidikan
serta
peraturan
peraturan pendukungnya semua ditetapkan oleh
pemerintah pusat. Daerah hanya sekedar
menjalankan keputusankeputusan yang berasal
dari pusat.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan
kualitatif dan jenis penelitian deskriptif
kualitatif dengan mendeskripsikan rekrutmen
guru produktif SMK pada era sentralisasi di
surakarta berdasarkan data-data kualitatif (katakata atau lisan). Penelitian kualitatif adalah
penelitian yang menekankan pada quality atau
hal yang terpenting dari sifat suatu barang/jasa.
Hal terpenting dari suatu barang atau jasa
berupa kejadian/fenomena/gejala sosial adalah
makna dibalik kejadian tersebut yang dapat
dijadikan pelajaran berharga bagi suatu
pengembangan konsep teori (Satori dkk: 2013).
Fokus penelitian ini adalah pada proses

rekrutmen, kelebihan dan kekurangan. Lokasi


penelitian dilakukan di Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta dan SMK
Negeri 2 Surakarta. Sumber data pada
penelitian ini pejabat Dinas Pendidikan,
Pemuda dan Olahraga Kota Surakarta dan guru
produktif SMK Negeri 2 Surakarta. Metode
pengumpulan dengan wawancara, observasi dan
dokumen. Analisis data kualitatif yang
digunakan pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan Model Miles dan Huberman.
Aktivitas dalam analisis data kualitatif
dilakukan secara interaktif dan berlangsung
secara terus menerus sampai tuntas, hingga
datanya sudah jenuh (Sugiyono, 2010).
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data diperoleh hasil
bahwa rekrutmen guru produktif SMK (STM)
Negeri di era sentralisasi dimulai dari
identifikasi kebutuhan guru STM secara
nasional melalui data dari sekolah. Rekrutmen
guru baru dilakukan melalui beberapa program
pengangkatan CPNS, antara lain :
Program D III Guru Kejuruan Teknologi

Program D III Guru Kejuruan


Teknologi merupakan program yang
diselenggarakan oleh Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan yang bekerjasama
dengan Pusat Pengembangan Penataran
Guru Teknologi (PPPGT) dan Institut
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan (IKIP).
Tujuan diadakannya Program D III GKT ini
untuk
menghasilkan
guru
praktek
(vocational instructors).
Pelaksanan rekrutmen guru produktif
SMK Negeri. melalui program D III GKT
didasarkan pada :
1) Keputusan Mendikbud tanggal 12 Mei 1980
nomor: 0161/U/1980 tentang Penataran Tipe
B.
2) Rapat Kerja antara Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan dengan Dirbinsarak
tanggal 12-13 Juni 1980.
3) Instruksi
Dirjen
Dikdasmen
nomor:
122/C4/I/1980 tanggal 15 September 1980.
4) Keputusan Dirjen Dikdasmen tanggal 14
Januari 1984 nomor: 004/cAep/l.84
5) Kepmendikbud tanggal 9 Maret 1984
nomor: 068/U/1984.
PPPGT bekerja sama dengan Sekolah
Teknik Menengah (STM) untuk menjaring

lulusannya. Peserta mendaftar melalui sekolah


dengan melengkapi persyaratan administrasi,
seperti : rapor STM, data pribadi, SKKB dan
lain-lain. Kemudian mengikuti tes tertulis. Bagi
peserta yang dinyatakan lulus seleksi
mendapatkan surat jalan dari STM untuk
menempuh pendidikan dan pelatihan di PPPGT
yang ada di Bandung, Malang dan Medan.
Untuk peserta yang berasal dari daerah Jawa
Timur, Maluku, Papua, NTT, NTB dan Timortimor menempuh pendidikan dan pelatihan di
PPPGT Malang. Dari daerah Jawa Barat,
Kalimantan, Sulawesi ditempatkan di PPPGT
Bandung dan yang berasal dari Sumatera serta
sebagian dari Kalimantan di tempatkan di
PPPGT Medan. Khusus keahlian teknik gambar
mesin, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan
dilakukan di Politeknik ITB Bandung.
Mahasiswa Program D III Guru Kejuruan
Teknologi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu
pre-service training dan in-service training.
pre-service training diperuntukkan bagi mereka
yang non pegawai negeri dengan jenjang umur
maksimal 28 tahun dan mendapatkan fasilitas
biaya pendidikan dan uang saku setiap
bulannya. Sedangkan, untuk in-service training
diperuntukkan bagi mereka yang sudah pegawai
negeri dengan jenjang umur maksimal 50 tahun
dan ditambah dengan pengalaman kerja serta
mendapatkan fasilitas asrama dan makan tetapi
tidak mendapatkan uang saku bulanan.
Pasca menyelesaikan pendidikan dengan
jenjang Diploma III, para mahasiswa
melaksanakan penugasan sebagai tenaga
edukatif pada STM yang mengajukan saat
pendaftaran setelah mendapatkan surat tugas
dari Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan
(Ditdikmenjur) dan SK CPNS. Kemudian
melaksanakan tugas mengajar selama masa
percobaan CPNS (Calon Pegawai Negeri Sipil)
dan diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil
(PNS).
Tidak ada kegiatan orientasi guru baru
pada rekrutmen guru produktif melalui program
D III Guru Kejuruan Teknologi (GKT).
Kelebihan dari rekrutmen guru produktif
melalui program ini adalah output guru yang
dihasilkan lebih terampil, kompetensi keahlian
guru yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan
SMK (STM). Kekurangannya adalah output
guru
yang
dihasilkan
kurang
secara
pengetahuan dan penalaran, jadwal kuliah
terlalu padat, adanya sistem titipan, lulusan
program D III GKT dapat merugikan lulusan
LPTK.

Program Tunjangan Ikatan Dinas (TID)


Program ini terselenggara atas kerja sama
antara Direktorat Pendidikan Menengah
Kejuruan dengan LPTK, yaitu IKIP Jogjakarta
dan IKIP Padang yang ditunjuk sebagai
Perguruan Tinggi penyelenggara Program
Tunjangan Ikatan Dinas. Program Tunjangan
Ikatan Dinas bagi mahasiswa calon guru STM
ini diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan
guru STM seluruh Indonesia atas bantuan dari
Bank Dnnia (World Bank). Program utama dari
bantuan Bank Dunia ke IV untuk FKT IKIP
Yogyakarta dan Padang adalah dalam rangka
menyiapkan guru-guru yang terampil dalam
mengajar praktek di laboratorium dan bengkel
untuk STM.
Program Tunjangan Ikatan Dinas untuk
lulusan LPTK (IKIP Jogja dan Padang) itu
ditetapkan oleh Pemerintah sebanyak 3
angkatan dengan harapan bahwa jumlah lulusan
sebanyak 3 angkatan tersebut dapat memenuhi
kebutuhan akan guru produktif SMK di seluruh
Indonesia dan lulusan LPTK yang ditetapkan
pada Program TID tersebut bersedia untuk
ditempatkan pada sekolah di seluruh pelosok
tanah air yang kekurangan guru produktif.
Proses rekrutmen guru dengan Program
Ikatan Dinas ini dilakukan oleh LPTK atau
Perguruan Tinggi penyelenggara melalui jalur
SIPENMARI dan PMDK. Pada jalur
SIPENMARU calon mahasiswa langsung
mendaftar
pada
Perguruan
Tinggi
penyelenggara dengan melengkapi berkas
persyaratan
administrasi.
Untuk
calon
mahasiswa jalur PMDK mereka mendaftar pada
Perguruan Tinggi penyelenggara ikatan dinas
melalui pengajuan pihak sekolah.
Para mahasiswa peserta Program TID
diwajibkan untuk menandatangani perjanjian
ikatan dinas dan bersedia ditempatkan secara
nasional. Peserta Program TID yang melanggar
perjanjian, akan diberi sanksi serta diwajibkan
untuk mengembalikan semua biaya yang
dikeluarkan oleh Pemerintah.
Pasca menyelesaikan pendidikan di IKIP
Jogja dan Padang, peserta mendapatkan surat
tugas dari Ditdikmenjur Pusat dan SK CPNS
sebagai
tenaga
edukatif.
Kemudian
melaksanakan penugasan di wilayah NKRI.
Untuk lulusan IKIP Padang, penugasan di
wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan dan
penugasan untuk lulusan IKIP Jogja di wilayah
Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Timor-timor
dan Papua. Kemudian melaksanakan tugas

mengajar pada masa percobaan CPNS dan


diangkat menjadi PNS setelah lulus prajabatan.
Tidak ada kegiatan orientasi guru baru
pada rekrutmen guru produktif melalui program
Tunjangan Ikatan Dinas (TID).
Kelebihan rekrutmen guru produktif
SMK melalui program ini adalah penyebaran
dan distribusi guru yang merata sehingga
mengatasi ketimpangan jumlah guru antara
daerah
satu
dengan
daerah
lainnya.
Kekurangannya adalah penempatan atau
penugasan yang mencakup skala nasional yang
berdampak adanya peserta yang mengundurkan
diri program tersebut.
Program Seleksi CPNS
Salah satu upaya Pemerintah dalam
menyelesaikan persoalan pemenuhan kebutuhan
guru produktif adalah dengan pengangkatan
CPNS melalui seleksi CPNS. rekrutmen guru
produktif melalui seleksi CPNS diatur
sepenuhnya oleh Departemen Pendidikan Dan
Kebudayaan, baik yang berkaitan dengn syarat
dan ketentuan maupun alokasi jumlah formasi
yang dibutuhkan, sedangkan pelaksanaan
rekrutmen
dapat
melalui
Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan Tingkat Provinsi
yang
berkoordinasi
dengan
Depdikbud
Kabupaten/Kota.
Proses pelaksanaan rekrutmen guru
produktif melalui seleksi CPNS, dimulai dari
penyebaran informasi kepada para pelamar atau
calon guru produktif SMK. Penyebaran
informasi melalui media pengumuman tempel
di Depnaker, sekolah dan juga melalui media
masa.
Kemudian para pelamar mendaftar
langsung ke panitia dengan melengkapi
persyaratan administrasi seperti : fotokopi
ijasah, data pribadi, SKKB, kartu kuning dari
Depnaker
dan
lain-lain
ke
panitia
penyelenggara. Setelah berkas administarasi

dinyatakan lengkap, maka selanjutnya


peserta melaksanakan tes tertulis sesuai
jadwal yang telah ditetapkan oleh panitia.
Dari hasil seleksi tes tertulis, peserta yang
dinyatakan lolos seleksi, selanjutnya mengikuti
tes wawancara dan tes kesehatan. Kemudian
setelah melalui proses tes wawancara dan tes
kesehatan, peserta yang lolos melakukan
pemberkasan CPNS. Setelah itu, berkas
disetujui
oleh
Badan
Administrasi
Kepegawaian Negara (BAKN). Kemudian dari
persetujuan BAKN tersebut Menteri Pendidikan

Dan Kebudayaan menerbitkan SK CPNS.


Untuk peserta yang sudah mendapatkan
SK CPNS dapat menempatkan diri di sekolah
yang ditunjuk sesuai dengan SK CPNS dan
melaksanakan tugas mengajar sebagai guru
selama masa percobaan CPNS. Kemudian
diangkat menjadi Pegawai negeri Sipil (PNS)
setelah lulus diklat prajabatan.
Tidak ada kegiatan orientasi guru baru
pada rekrutmen guru produktif melalui program
seleksi CPNS.
Kelebihan rekrutmen guru produktif
SMK (STM) melalui program seleksi CPNS ini
adalah materi soal tes lebih mengena untuk
calon guru, karena ada tes kemampuan
mengajar. Soal tes dari pusat sehingga
kapabilitas dan mutu soal di setiap daerah sama,
pelaksanaan rekrutmen lebih obyektif di era
sentralisasi, secara hierarki birokrasi lebih jelas
dan di era sentralisasi rekrutmen guru jauh dari
permainan
politik
penguasa
daerah.
Kekurangannya adalah Untuk pengadaan guru
melalui seleksi CPNS masih dilakukan secara
manual, seperti mekanisme pendaftaran dan
tidak didukung oleh fasilitas yang memadai. Di
era sentralisasi pengurusan berkas terlalu jauh
dari daerah sehingga tidak efektif dan efesien
serta pengawasan Pemerintah terhadap daerah
sangat kurang.
Penerapan Rekrutmen Guru Produktif SMK
Di Era Sentralisasi Pada Proses Perkuliahan
Prodi PTB
Program Studi Pendidikan Teknik
Bangunan adalah salah satu Lembaga Pendidik
Tenaga Kependidikan (LPTK) yang berperan
dalam mencetak dan menghasilkan guru
produktif SMK di bidang teknik bangunan.
Dalam proses perkuliahan yang diselenggrakan
pada Prodi PTB, mahasiswa sebagai calon guru
produktif, selain menempuh mata kuliah yang
berkaitan dengan bidang keahlian teknik
bangunan juga dibekali dengan keterampilan
yang berkaitan dengan ilmu pendidikan. Oleh
karena itu, penerapan rekrutmen guru produktif
SMK di era sentralisasi pada perkuliahan Prodi
PTB sangat relevan dalam meningkatkan
kemampuan dan pemahaman mahasiswa dalam
ilmu pendidikan, khususnya tentang manajemen
tenaga pendidik.
Penerapan rekrutmen guru produktif di
era sentralisasi pada perkuliahan Prodi PTB
dilakukan melalui pengembangan materi
pembelajaran pada mata kuliah di bidang
kependidikan.
Pengembangan
materi

pembelajaran dilakukan dengan memberikan


ringkasan hasil temuan penelitian dan
diintegrasikan pada mata kuliah yang relevan
dengan temuan penelitian, yaitu mata kuliah
profesi kependidikan dan landasan keilmuan
pendidikan teknik kejuruan.
Dengan
pengembangan
materi
pembelajaran tersebut Prodi PTB dapat
memberikan bekal pemahaman mahasiswa PTB
sebagai calon guru produktif dalam menghadapi
rekrutmen guru PNS yang diselenggarakan oleh
Pemerintah.
KESIMPULAN
Dari hasil analisis data dan pembahasan
dapat disimpulkan bahwa:
1. Rekrutmen guru produktif SMK pada era
sentralisasi menjadi wewenang Departemen
Pendidikan Dan Kebudayaan (Depdikbud)
yang dilakukan melalui beberapa program
pengangkatan CPNS, antara lain : Program
D III Guru Kejuruan Teknologi (GKT) di
Pusat Pengembangan Penataran Guru
Teknologi (PPPGT), Program Tunjangan
Ikatan Dinas (TID) untuk mahasiswa LPTK
dan Program Seleksi CPNS. Pada rekrutmen
guru produktif di era sentralisasi tidak ada
kegiatan orientasi guru baru yang dilakukan
oleh pihak sekolah, baik guru yang
dihasilkan melalui program D III GKT,
Program TID maupun Program Seleksi
CPNS..
2. Rekrutmen guru produktif SMK pada era
sentralisasi memiliki kelebihan, antara lain :
a. Program D III Guru Kejuruan Teknologi
memiliki kelebihan, yaitu :
1)

2)

3)
4)

b.

output guru produktif yang


dihasilkan lebih terampil dalam
kemampuan produktifnya.
waktu pelaksanaan dan lulusnya
sudah pasti 3 tahun sesuai dengan
ketentuan dari Ditdikmenjur.
Dari sisi penyebaran guru lebih
merata
Kompetensi guru produktif yang
dihasilkan
sesuai
dengan
kebutuhan SMK

Program Tunjangan Ikatan Dinas


memiliki kelebihan, yaitu Pemerintah
Pusat dapat merencanakan lulusan
LPTK untuk mengisi formasi guru
yang lowong di sekolah seluruh
Indonesia melalui Program TID.

c.

Pada Program Seleksi CPNS materi


soal tes lebih mengena untuk calon
guru, karena ada tes kemampuan
mengajar. Soal tes dari pusat sehingga
kapabilitas dan mutu soal di setiap
daerah sama, pelaksanaan rekrutmen
lebih obyektif di era sentralisasi,
secara hierarki birokrasi lebih jelas
dan di era sentralisasi rekrutmen guru
jauh dari permainan politik penguasa
daerah.

Kekurangan Rekrutmen guru produktif


SMK di era sentralisasi, antara lain :
a.

Kekurangan rekrutmen guru produktif


melalui Program D III GKT, sebagai
berikut :
1) Jadwal perkuliahan dan tugas
begitu padat sehingga menjadi
beban untuk mahasiswa.
2) Produk guru yang dihasilkan
kurang
secara
pengetahuan
umum dan penalaran serta
keterampilan mengajar.
3) Adanya sistem titipan (praktek
nepotisme)
4) Program D III GKT dapat
merugikan lulusan LPTK.

b.

Untuk pengadaan guru melalui seleksi


CPNS masih dilakukan secara
manual,
seperti
mekanisme
pendaftaran dan tidak didukung oleh
fasilitas yang memadai. Di era
sentralisasi pengurusan berkas terlalu
jauh dari daerah sehingga tidak efektif
dan efesien serta pengawasan
Pemerintah terhadap daerah sangat
kurang.
Untuk Program TID penempatan yang
mencakup nasional, membuat adanya
peserta yang mengundurkan diri

c.

3. Hasil penelitian tentang rekrutmen guru


produktif di era sentralisasi dijadikan
bahan pengembangan materi perkuliahan
di Prodi PTB pada mata kuliah profesi
kependidikan dan landasan keilmuan
pendidikan teknik kejuruan sehingga
melalui
pemberian
materi
terkait
rekrutmen guru sehingga mahasiswa dapat
menyiapkan diri untuk menghadapi
rekrutmen guru PNS.

SARAN-SARAN
Beberapa saran yang peneliti kemukakan
sebagai berikut :
1. Dalam memenuhi
kebutuhan guru
produktif SMK, Pemerintah Daerah dapat
menerapkan pola Ikatan Dinas dengan
memberikan beasiswa kepada mahasiswa
LPTK
dengan
syarat
setelah
menyelesaikan pendidikan mereka siap
untuk ditempatkan pada SMK Negeri yang
mengalami kekurangan guru produktif.
2. Khusus untuk rekrutmen guru produktif
SMK, materi tes harus ada yang berkaitan
dengan uji kompetensi keguruan dan
kompetensi keahlian bidang.
3. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
sebaiknya mengadakan kegiatan orientasi
untuk guru baru agar guru dapat mengenali
kondisi sekolah dan mampu beradaptasi
dengan lingkungan kerja.
4. Program Studi
Pendidikan Teknik
Bangunan dalam mencetak guru produktif
yang terampil sebaiknya menerapkan
aturan disiplin dan tanggung jawab pada
proses perkuliahan, khususnya pada mata
kuliah praktek.
5. Sentralisasi manajemen atau pengelolaan
guru dapt mengatasi permasalahan
ketimpangan jumlah guru antara daerah
yang satu dengan yang lainnya.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima Kasih penulis ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu dalam kelancaran
penelitian ini. Terima kasih juga untuk
pimpinan jurnal yang telah bersedia memuat
naskah ini. Semoga Allah SWT membalas
dengan kebaikan yang setimpal,
DAFTAR PUSTAKA

Guitarezzhe, N. (2011). Paradigma


Pendidikan Indonesia Perspektif
Manajemen Pendidikan. Diperoleh 26
Februari
2014
dari
http://blog.umy.ac.id/yaharisadoank/2
011/11/14/paradigma-pendidikanindonesia-prespektif-manajemenpendidikan/
Anonim. (2007). SNI 03-3527-1994: Mutu dan
Ukuran Kayu Bangunan. PusjatanBalitbang PU

Djausal,
Anshori.
(2004).
Pengantar
Ferosemen. Bandar Lampung: Pusat
Pengembangan Ferosemen Indonesia

Kaswan. (2012). Manajemen Sumber Daya


Manusia Untuk Keunggulan Bersaing
Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu
Maisah. (2013). Manajemen Pendidikan.
Ciputat: Gaung Persada Press Group
Mufti. (2013). Kekuatan Politik Di
Indonesia. Bandung: CV. Pustaka
Setia
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
No. 29 Tahun 1990 Tentang
Pendidikan Menengah
Satori, D. & Komariah, A. (2013). Metode
Penelitian
Kualitatif.
Bandung:
Alfabeta
Sugiyono. (2010). Metodologi Penelitian
Kuantitatif Kualitatif Dan R&D.
Bandung: Alfabeta

Wakhinuddin.
(2009).
Pendidikan
Kejuruan. Diperoleh 27 Februari
2014
dari
http://wakhinuddin.wordpress.com/20
09/07/21/pendidikan-kejuruan/
Wukir. (2013). Manajemen Sumber Daya
Manusia Dalam Organisasi Sekolah.
Yogyakarta: Multi Presindo

You might also like