Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Ketersediaan bahan pangan bergizi menjadi bagian penting dalam kebugaran dan
kesehatan. Padi beras hitam telah dikenal sebagai padi kesehatan. Dalam tiga tahun
terakhir ini BPTP Jawa Timur telah melakukan eksplorasi dan koleksi padi beras hitam.
Untuk selanjutnya dilakukan karakterisasi,dengan tujuan untuk mendiskripsikan morfologi
dan agronomi tanaman. Bahan yang digunakanpada kegiatan karakterisasi aksesi-aksesi
padi beras hitam ini, terdiri dari (1) Padi Hitam Tanpa Sungut, (2) Padi Hitam Sungut
Pendek, (3) Padi Hitam Sungut Sedang, (4) Padi Hitam Sungut Panjang, (5) Padi Hitam
Sungut Putih, (6) Padi Hitam Joglo, (7) Padi Hitam Gabah Besar, (8) Padi Hitam-Merah.
Pelaksanaan karakterisasi menggunakan pedoman karakterisasi padi yang dipublikasi oleh
Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian. Karakterisasi dimulai
Oktober 2015 hingga Maret 2016, di Kebun Percobaan Malang (450 m di atas permukaan
laut). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sumber daya genetik padi beras hitam yang
dikarakterisasi memiliki keragaman karakter. Beberapa aksesi memiliki karakter umur
panen yang lebih singkat daripada padi beras hitam pada umumnya. Aksesi padi beras
hitam yang mempunyai umur panen lebih genjah daripada yang lainnya adalah Padi Hitam
Gabah Besar (119 hari setelah tanam bibit, HST) dan Padi Hitam Joglo (132 HST).
Sementara itu umur panen varietas lainnya berkisar antara 153 HST178 HST. Di samping
itu, Padi Hitam Gabah Besar menunjukkan potensi hasil yang relatif lebih baik daripada
yang lain, yaitu 9,85 t/ha gabah kering panen (GKP), sedangkan aksesi lainya di bawah
4,83 t/ha. Selain bentuk berasnya yang lonjong dan besar (nisbah panjang/diameter
sebesar 3,2 : 1), intensitas warna hitam beras Padi Hitam Gabah Besar dapat mencapai
kedalaman warna hitam hingga 98,4%. Sebaiknya dalam pengembangan bahan pangan
sehat berbahan baku beras, dapat menggunakan beras dari aksesi Padi Hitam Gabah
Besar yang saat ini dikoleksi oleh BPTP Jawa Timur.
Kata kunci : karakterisasi, agronomi, morfologi, padi, beras hitam
PENDAHULUAN
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting dan utama di Indonesia
dan beberapa Negara lainnya. Kebutuhan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan
penduduk selalu meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan pertambahan jumlah
penduduk dan upaya perbaikan gizi masyarakat serta terjadinya perubahan kebiasaan yang
sebelumnya makanan utama selain beras beralih ke beras. Upaya untuk memenuhi
kebutuhan beras baik kualitas dan kuantitas pemerintah melakukan banyak usaha untuk
meningkatkan produksi dengan intensifikasi dan ekstensifikasi. Tetapi beras tidak hanya
sebagai sumber karbohidrat, lebih dari itu juga sebagai sumber vitamin, protein dan mineral
yang bermanfaat bagi kesehatan. Gaya hidup masyarakat saat ini sudah lebih
mementingkan kesehatan. Salah satu cara hidup sehat adalah mengatur pola menu
makanan yang disesuaikan dengan komposisi gizi dan kebutuhan tubuh. Untuk itu
masyarakat mulai menyukai beras yang baik bagi kesehatan. Beras dengan kualitas baik
bagi kesehatan, adalah beras-beras berwarna, yaitu beras merah, beras kuning, beras hijau
dan beras hitam (Umadevi et al., 2012; Kushwaha, 2016).
Beras hitam merupakan padi lokal yang mengandung pigmen berbeda dengan beras
putih atau beras berwarna lainnya (Suardi dan Ridwan, 2009). Beras hitam memiliki
perikarp, aleuron dan indusperm yang berwarna merah-biru-ungu pekat, warna tersebut
menunjukkan adanya kandungan antosianin. Beras hitam mempunyai kandungan serat
pangan dan hemiselulosa masing-masing sebesar 7,5 % dan 5,8 %, sedangkan beras putih
hanya sebesar 5,4 % dan 2,2 % (Narwidina, 2009)
Panjangnya umur panen menjadi bahan pertimbangan para petani untuk
membudidayakan padi beras hitam karena semakin panjang umur panen maka biaya yang
dibutuhkan untuk perawatan bertambah. Walaupun sebagian besar padi beras hitam
berumur panjang, padi beras hitam memiliki karakter unggul yang berpotensi untuk
dikembangkan karena sebagian besar tanaman padi beras hitam merupakan varietas lokal
yang telah beradaptasi dengan berbagai macam cekaman lingkungan tumbuhnya. Untuk
mendapatkan padi beras hitam yang bersifat unggul diperlukan penelitian dan
pengembangan potensi yang dimiliki oleh beras hitam dengan cara perbaikan secara genetik
dan budidaya.
Sebagian besar beras hitam yang saat ini ada berasal dari varietas lokal, yang
umumnya berumur panjang (5-6 bulan setelah tanam) dan hasilnya lebih rendah sekitar
40,0% dari pada beras modern. Persediaan terbatas membuat harga beras ini lebih mahal
daripada beras putih. Varietas lokal, kadang-kadang disebut landraces atau tradisional
atauvarietas petani, membentuk fondasi untuk membangun lebih baik tanaman. Indonesia
memiliki sejarah panjang dalam produksi beras yang telah menyebabkan landraces asli
beragam. Varietas lokal sebagai sumber plasma nutfah dapat menyediakan sumber daya
yang berharga untuk perbaikan genetik padi. Varietas lokal umumnya kaya variasi genetik.
Selanjutnya, varietas lokal memberikan petani dengan alternatif di daerah di mana varietas
modern tidak adaptif, juga berkontribusi keanekaragaman di tingkat lapangan (Brown dan
Caligari, 2006). Pelestarian plasma nutfah dapat dilakukan dengan konsumsi beras hitam,
sehingga petani memperoleh motivasi untuk mengembangkan varietas lokal. Selain tubuh
menjadi sehat karena kandungan vitamin dan mineral yang tinggi, usaha tani beras hitam
juga menguntung-kan dari segi ekonomi (Kristamtini dan Purwaningsih, 2009)
Inventarisasi padi lokal gogo oleh BPTP Jawa Timur telah memperoleh varietasvarietas padi gogo beras hitam yang kemudian dikoleksi di Laboratorium SDG Lokal BPTP
Jawa Timur, untuk selanjutnya dilakukan karakterisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh data karakteristik aksesi-aksesi lokal tanaman padi beras hitam koleksi BPTP
Jawa Timur, termasuk menyediakan informasi perbedaan karakter antar aksesi sehingga
mudah diakses oleh pengguna dalam kegiatan pemuliaan tanaman.
organik tanah, ketersediaan air, dan intensitas cahaya. Dari delapan aksesi yang dilakukan
karakterisasi, terpilih Hitam Joglo karena memiliki warna beras hitam dominan hingga dalam
aleuron.
Klasifikasi tinggi tanaman padi menurut Balitbangtan (2003) ke dalam tiga kelas
yaitu pendek(tinggi < 110 cm), sedang (110-130 cm) dan tinggi (tinggi > 130). Dua aksesi
termasuk pendek, dua aksesi lagi termasuk sedang dan empat aksesi lainnya termasuk kelas
tinggi tanaman yang tinggi. Klasifikasi tinggi tanaman dilakukan pada fase generatif ketika
menjelang panen. Tinggi tanaman kelas pendek lebih berpotensi untuk dikembangkan
dibanding tanaman yang tinggi, karena tanaman yang tinggi lebih banyak menggunakan
hasil fotosintesisnya untuk pertumbuhan vegetatif sehingga pemanfaatan fotosintat kurang
efisien. Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis karena daun merupakan bagian
tanaman yang banyak mengandung klorofil. Batang berfungsi sebagai penopang tubuh
tanaman. Tanaman memerlukan batang yang kuat. Proporsi tinggi tanaman dan lingkar
batang yang ideal diperlukan untuk mencegah kerebahan tanaman.
Aksesi padi hitam varietas lokal mempunyai potensi anakan produktif yang sama
dengan varietas unggul nasional (Inpari 25 atau Inpago 7) antara lain Hitam Gabah Besar
(Tabel 2). Maknanya, aksesi-aksesi ini mempunyai potensi untuk dijadikan tetua dalam
program pemuliaan tanaman pagi gogo beras hitam. Menurut Abdullah et al. (2002) untuk
efisien jumlah hara dan hasil fotosintesis yang dihasilkanmaka padi varietas unggul baru
dirancang untuk memiliki anakan yang semuanya produktif. Kemampuan beranak tanaman
padi dibedakan menjadi lima kelompok yaitu sangat banyak (anakan >25 tanaman), banyak
(20-25 anakan), sedang (10-19 anakan), sedikit (5-9 anakan), sangat sedikit (anakan <5)
(Balitbangtan, 2003). Abdullah et al. (2002) menyatakan bahwa salah satu karakter padi
varietas tipe baru adalah mempunyai tinggi pendek sampai sedang, berbatang besar dan
kuat serta tegak. Menurut Deptan (2006), karakteristik penyebaran batang dibagi kedalam
tegak (<30), semi tegak (45), sedikit terbuka (60), terbuka (>60), dan
menyebar(batang/bagian terbawah menyentuh tanah). Aksesi Hitam Gabah Besar
berpotensi untuk menjadi tetua karena memiliki pola penyebaran batang yang semi tegak.
Tanaman yang tegak lebih efisien dalam penggunaan cahaya untuk fotosintesis.
Aksesi yang memiliki warna antosianin pada pelepah daun bagian bawah adalah
aksesi Hitam Gabah Besar. Pembentukan bulu pada permukaan daun merupakan salah
satu mekanisme pertahanan tanaman terhadap serangan patogen. Adanya bulu pada
permukaan dapat menghambat atau mencegah menempelnya inokulum penyakit sehingga
pertumbuhan inokulum penyakit tanaman terhambat. Sebagian besar aksesi padi yang
diuji memiliki bulu pada permukaan daun dengan intensitas lemah. Aksesi yang memiliki
bulu pada permukaan daun berintensitas sedang.
Berdasarkan uraian di atas diperoleh satu aksesi yang mempunyai keunggulan, yaitu
Hitam Gabah Besar dengan keragaan berasnya yang menampilkan beras warna hitam total,
tahan rebah, genjah (Gambar 1).
Tabel 1. Hasil karakterisasi 8 aksesi lokal padi hitam koleksi BPTP Jawa Timur, 2015
Bagian Tanaman
Karakter Kualitatif
No.
Aksesi
5
6
7
Hitam Tanpa
Sungut (1)
Hitam
Sungut
Pendek (2)
Hitam
Sungut
Sedang (3)
Hitam
Sungut
Panjang (4)
Hitam
Sungut Putih
(5)
Padi Hitam
Joglo (6)
Padi Hitam
Biji Besar
(28)
Padi Hitam
Kemerahan
(30)
Daun
Permukaan
Sudut daun
bendera
Warna
leher
Warna
helaian
Batang
Warna
pelepah
hijau
bergaris
ungu
hijau
bergaris
ungu
Warna
lidah
Bentuk
lidah
Menguning
Tegar
Rebah
ungu
2 cleft
hijau
tegar
tidak rebah
ungu
2 cleft
bagian atas
kuning
tegar
tidak rebah
sedang
tegak
hijau muda
ungu
pinggir
berambut
tegak
hijau
keunguan
ungu
pinggir
sedang
tegak
hijau muda
hijau muda
hijau
putih
2 cleft
bagian atas
kuning
tegar
tidak rebah
sedang
tegak
hijau muda
ungu
pinggir
hijau
bergaris
ungu
putih
2 cleft
bagian atas
kuning
tegar
tidak rebah
sedang
tegak
hijau muda
hijau tua
hijau
putih
Aculate
acuminate
bagian atas
kuning
tegar
tidak rebah
sedang
tegak
hijau muda
hijau muda
hijau
putih
Aculate
acuminate
bagian atas
kuning
tegar
sedang
sedang
tegak
hijau muda
hijau tua
hijau
putih
2 cleft
bagian atas
kuning
tegar
sedang
sedang
sedang
(45)
hijau muda
hijau
hijau
putih
2 cleft
bagian atas
kuning
sedang
mudah
rebah
Tabel 2. Hasil karakterisasi agronomi delapan aksesi padi hitam koleksi BPTP Jawa Timur
Variabel Kuantitatif
Varietas
Hitam Tanpa Sungut (1)
Hitam Sungut Pendek (2)
Hitam Sungut Sedang (3)
Hitam Sungut Panjang (4)
Hitam Sungut Putih (5)
Padi Hitam Joglo (6)
Padi Hitam Biji Besar (28)
Padi Hitam Kemerahan (30)
Tinggi Tanaman
(cm)
139,0
122,6
150,2
104,8
122,8
98,4
176,9
149,8
Jumlah
Anakan
23,8
22,4
17,4
22,8
18,8
23,6
22,8
20,4
Jumlah Anakan
Produktif
23,2
22,2
17,4
22,4
18,0
18,8
22,0
20,2
Panjang Lidah
Daun (cm)
1,16
1,36
0,86
0,90
1,38
1,10
1,32
1,00
Panjang Daun
(cm)
50,48
23,66
33,68
36,94
43,50
42,12
51,10
49,98
Lebar daun
(cm)
1,48
1,32
1,54
1,50
1,40
1,20
1,38
1,54
Umur
Panen
(bulan)
156
153
147
173
161
140
119
164
Hasil (t/ha)
GKP
10,24
10,71
5,74
7,44
6,03
7,60
9,76
7,10
10
KESIMPULAN
Delapan aksesi padi beras hitam koleksi BPTP Jawa Timur memiliki keragaan
karakter yang beragam, baik secara morfologi maupun agronomi. Beberapa karakter
agronomis yang penting menunjukkan keragaman yang tinggi, antara lain kerentanan
batang rebah dari rentan sampai dengan tahan rebah, jumlah anakan produktif (17,0
batang produktif/rumpun 24 batang produktif/rumpun), umur panen dari kelas genjah
(119 HST oleh aksesi Hitam Gabah Besar) sampai dengan umur dalam (173 HST oleh
aksesi Hitam Sungut Panjang), dan warna hitam beras dari semburat hitam hingga total
hitam.
Aksesi Hitam Gabah Besar mempunyai potensi unggul selaras dengan
penampilannya pada sejumlah karakter lebih baik daripada aksesi-aksesi padi beras hitam
yang lain, yaitu warna beras total hitam, umur panen termasuk kelas genjah, hasil panen
gabah termasuk kelas aksesi yang produktif, tidak rentan rebah.
11
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah B., Suwarno, B. Kustianto dan H. Siregar. 2002. Pembentukan Galur Padi Sawah
Tipe Baru. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan bioteknologi Tanaman.
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.
Anonim. 2013. Red Rice - Health Benefits and History. www.gajananshirke.com
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2003. Panduan Sistem Karakterisasi dan
Evaluasi Tanaman Padi. Departemen Pertanian.
Brown J., and P. D. S. Caligari PDS. 2006. An Introduction to Plant Breeding. Victoria,
Blackwell. 435 hlm.
Kristamtini dan H. Purwaning. 2009. Potensi Pengembangan Beras Merah Sebagai Plasma
Nutfah Joglokarta. Jurnal Litbang Pertanian, 28(3): 88-95
Kushwaha, U. 2016. Summary of current scientific research on black rice, unique historical
accounts of the origin of black rice and health benefits and consumption advice on
black rice. www.springer.com/la/book/9783319301525
Narwidina, P. 2009. Pengembangan Minuman Isotonik Antosianin Beras Hitam (Oryza
sativa L.indica) dan Efeknya Terhadap Kebugaran dan Aktivitas Antioksidan pada
Manusia Pasca Stres Fisik: A Case Control Study. Program Pascasarjana Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Tesis.
Purnomo, S., A. A. Widodo, S. Hosni, T. Zubaidi, Handoko, B. Pikukuh, M. C. Mahfud,
Bonimin dan Abu. 2013. Inventarisasi dan Pengelolaan Sumber daya genetik Lokal
Jawa Timur. Laporan Hasil Pengkajian, BPTP Jawa Timur. 38 hlm.
Suardi, D. dan I. Ridwan. 2009. Beras hitam, pangan berkhasiat yang belum populer.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31(2): 9-10.
Umadevi, M., R. Pushpa, K.P. Sampathkumar, and D. Bhowmik. 2012. Rice-Traditional
Medicinal Plant in India. Journal of Pharmacology and Phytochemistry, I (1): 6-12
12