You are on page 1of 12

Prosiding Seminar Nasional

Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik


Semarang, 24 November 2016

KARAKTERISASI AGRONOMI DAN MORFOLOGI PADI LOKAL


BERAS HITAM JAWA TIMUR
Bambang Pikukuh dan Handoko
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur
Jl. Raya Karangploso km 4, PO Box 188, Malang 65015
E mail: b_pikukuh@yahoo.com
Abstract
Nutritious food supply becomes an important part in fitness and health. Black rice
paddy has been known as health. In the last three years BPTP Jawa Timur has been
conducting exploration and collection of black rice paddy. For further characterization, with
the aim to describe the morphological and agronomic crops. Materials used in the activities
of characterization accession-accession black rice paddy, consisting of (1) Padi Hitam Tanpa
Sungut, (2) Padi Hitam Sungut Pendek, (3) Padi Hitam Sungut Sedang, (4) Padi Hitam
Sungut Panjang, (5) Padi Hitam Sungut Putih, (6) Padi Hitam Joglo, (7) Padi Hitam Gabah
Besar, (8) Padi Hitam-Merah. Implementation characterization using rice characterization
guidelines published by the Center for Research and Development of Biotechnology and
Genetic Resources. Characterization starting October 2015 until March 2016, at the
Experimental Garden Malang (450 m above sea level). The results showed that the genetic
resources of black rice paddy that has characterized the diversity of characters. Some
accession has character harvest time shorter than the black rice paddy in general. Accession
black rice paddy owner of harvesting more than the other is early maturing Padi Hitam Biji
Besar (119 days after planting seedlings, HST) and Padi Hitam Joglo (132 HST). While the
harvesting of other varieties ranged between 153 HST - 178 HST. In addition, Padi Hitam Biji
Besarshow potential yield relatively better than others, ie 9.85 t/ha of dry grain harvest
(GKP), while the other accession under 4.83 t/ha. In addition to rice oblong shape and large
(ratio length / diameter of 3.2: 1), the intensity of the black color of the Padi Hitam Biji
Besarcan reach depths of up to 98.4% black. Preferably in the development of healthy food
ingredients made from rice, can use rice from Padi Hitam Gabah Besar accession which is
currently collected by BPTP Jawa Timur.
Keywords: characterization, agronomic, morphological, paddy, black rice

Prosiding Seminar Nasional


Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik
Semarang, 24 November 2016

Abstrak
Ketersediaan bahan pangan bergizi menjadi bagian penting dalam kebugaran dan
kesehatan. Padi beras hitam telah dikenal sebagai padi kesehatan. Dalam tiga tahun
terakhir ini BPTP Jawa Timur telah melakukan eksplorasi dan koleksi padi beras hitam.
Untuk selanjutnya dilakukan karakterisasi,dengan tujuan untuk mendiskripsikan morfologi
dan agronomi tanaman. Bahan yang digunakanpada kegiatan karakterisasi aksesi-aksesi
padi beras hitam ini, terdiri dari (1) Padi Hitam Tanpa Sungut, (2) Padi Hitam Sungut
Pendek, (3) Padi Hitam Sungut Sedang, (4) Padi Hitam Sungut Panjang, (5) Padi Hitam
Sungut Putih, (6) Padi Hitam Joglo, (7) Padi Hitam Gabah Besar, (8) Padi Hitam-Merah.
Pelaksanaan karakterisasi menggunakan pedoman karakterisasi padi yang dipublikasi oleh
Balai Besar Litbang Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian. Karakterisasi dimulai
Oktober 2015 hingga Maret 2016, di Kebun Percobaan Malang (450 m di atas permukaan
laut). Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sumber daya genetik padi beras hitam yang
dikarakterisasi memiliki keragaman karakter. Beberapa aksesi memiliki karakter umur
panen yang lebih singkat daripada padi beras hitam pada umumnya. Aksesi padi beras
hitam yang mempunyai umur panen lebih genjah daripada yang lainnya adalah Padi Hitam
Gabah Besar (119 hari setelah tanam bibit, HST) dan Padi Hitam Joglo (132 HST).
Sementara itu umur panen varietas lainnya berkisar antara 153 HST178 HST. Di samping
itu, Padi Hitam Gabah Besar menunjukkan potensi hasil yang relatif lebih baik daripada
yang lain, yaitu 9,85 t/ha gabah kering panen (GKP), sedangkan aksesi lainya di bawah
4,83 t/ha. Selain bentuk berasnya yang lonjong dan besar (nisbah panjang/diameter
sebesar 3,2 : 1), intensitas warna hitam beras Padi Hitam Gabah Besar dapat mencapai
kedalaman warna hitam hingga 98,4%. Sebaiknya dalam pengembangan bahan pangan
sehat berbahan baku beras, dapat menggunakan beras dari aksesi Padi Hitam Gabah
Besar yang saat ini dikoleksi oleh BPTP Jawa Timur.
Kata kunci : karakterisasi, agronomi, morfologi, padi, beras hitam

Prosiding Seminar Nasional


Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik
Semarang, 24 November 2016

PENDAHULUAN
Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman pangan penting dan utama di Indonesia
dan beberapa Negara lainnya. Kebutuhan beras untuk memenuhi kebutuhan pangan
penduduk selalu meningkat dari tahun ketahun sejalan dengan pertambahan jumlah
penduduk dan upaya perbaikan gizi masyarakat serta terjadinya perubahan kebiasaan yang
sebelumnya makanan utama selain beras beralih ke beras. Upaya untuk memenuhi
kebutuhan beras baik kualitas dan kuantitas pemerintah melakukan banyak usaha untuk
meningkatkan produksi dengan intensifikasi dan ekstensifikasi. Tetapi beras tidak hanya
sebagai sumber karbohidrat, lebih dari itu juga sebagai sumber vitamin, protein dan mineral
yang bermanfaat bagi kesehatan. Gaya hidup masyarakat saat ini sudah lebih
mementingkan kesehatan. Salah satu cara hidup sehat adalah mengatur pola menu
makanan yang disesuaikan dengan komposisi gizi dan kebutuhan tubuh. Untuk itu
masyarakat mulai menyukai beras yang baik bagi kesehatan. Beras dengan kualitas baik
bagi kesehatan, adalah beras-beras berwarna, yaitu beras merah, beras kuning, beras hijau
dan beras hitam (Umadevi et al., 2012; Kushwaha, 2016).
Beras hitam merupakan padi lokal yang mengandung pigmen berbeda dengan beras
putih atau beras berwarna lainnya (Suardi dan Ridwan, 2009). Beras hitam memiliki
perikarp, aleuron dan indusperm yang berwarna merah-biru-ungu pekat, warna tersebut
menunjukkan adanya kandungan antosianin. Beras hitam mempunyai kandungan serat
pangan dan hemiselulosa masing-masing sebesar 7,5 % dan 5,8 %, sedangkan beras putih
hanya sebesar 5,4 % dan 2,2 % (Narwidina, 2009)
Panjangnya umur panen menjadi bahan pertimbangan para petani untuk
membudidayakan padi beras hitam karena semakin panjang umur panen maka biaya yang
dibutuhkan untuk perawatan bertambah. Walaupun sebagian besar padi beras hitam
berumur panjang, padi beras hitam memiliki karakter unggul yang berpotensi untuk
dikembangkan karena sebagian besar tanaman padi beras hitam merupakan varietas lokal
yang telah beradaptasi dengan berbagai macam cekaman lingkungan tumbuhnya. Untuk
mendapatkan padi beras hitam yang bersifat unggul diperlukan penelitian dan
pengembangan potensi yang dimiliki oleh beras hitam dengan cara perbaikan secara genetik
dan budidaya.
Sebagian besar beras hitam yang saat ini ada berasal dari varietas lokal, yang
umumnya berumur panjang (5-6 bulan setelah tanam) dan hasilnya lebih rendah sekitar
40,0% dari pada beras modern. Persediaan terbatas membuat harga beras ini lebih mahal
daripada beras putih. Varietas lokal, kadang-kadang disebut landraces atau tradisional
atauvarietas petani, membentuk fondasi untuk membangun lebih baik tanaman. Indonesia
memiliki sejarah panjang dalam produksi beras yang telah menyebabkan landraces asli
beragam. Varietas lokal sebagai sumber plasma nutfah dapat menyediakan sumber daya
yang berharga untuk perbaikan genetik padi. Varietas lokal umumnya kaya variasi genetik.
Selanjutnya, varietas lokal memberikan petani dengan alternatif di daerah di mana varietas
modern tidak adaptif, juga berkontribusi keanekaragaman di tingkat lapangan (Brown dan
Caligari, 2006). Pelestarian plasma nutfah dapat dilakukan dengan konsumsi beras hitam,
sehingga petani memperoleh motivasi untuk mengembangkan varietas lokal. Selain tubuh
menjadi sehat karena kandungan vitamin dan mineral yang tinggi, usaha tani beras hitam
juga menguntung-kan dari segi ekonomi (Kristamtini dan Purwaningsih, 2009)

Prosiding Seminar Nasional


Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik
Semarang, 24 November 2016

Inventarisasi padi lokal gogo oleh BPTP Jawa Timur telah memperoleh varietasvarietas padi gogo beras hitam yang kemudian dikoleksi di Laboratorium SDG Lokal BPTP
Jawa Timur, untuk selanjutnya dilakukan karakterisasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
memperoleh data karakteristik aksesi-aksesi lokal tanaman padi beras hitam koleksi BPTP
Jawa Timur, termasuk menyediakan informasi perbedaan karakter antar aksesi sehingga
mudah diakses oleh pengguna dalam kegiatan pemuliaan tanaman.

BAHAN DAN METODE


Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Karangploso, BPTP Jawa Timur, 450 m
di atas permukaan laut, mulai bulan Oktober 2015 sampai dengan Maret 2016.
Bahan tanam yang digunakan terdiri dari 8 aksesi lokal padi gogo beras hitam koleksi
BPTP Jawa Timur. Aksesi-aksesi yang digunakan dalam percobaan adalah (1) Hitam Tanpa
Sungut (2) Hitam Sungut Pendek (3) Hitam Sungut Sedang (4) Hitam Sungut Panjang, (5)
Hitam Sungut Putih (6) Hitam Joglo (7) Hitam Gabah Besar (8) Hitam Kemerahan. Pupuk
urea (45% N) dengan dosis 300 kg/ha, SP-36 (36% P2O5) dengan dosis 200 kg/ha, dan KCl
(60% K2O) dengan dosis 150 kg/ha. Alat yang digunakan berupa alat-alat pertanian, jaring,
sprayer, penggaris, jangka sorong, timbangan, hand counter dan buku.
Percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 ulangan dan aksesi
sebagai perlakuan. Percobaan terdiri atas tiga petak kelompok berdasarkan ulangan. Pada
setiap ulangan terdapat 8 perlakuan. Satu satuan unit percobaan adalah dua baris
tanaman. Setiap baris disusun delapan tanaman berbaris memanjang. Pada setiap unit
percobaan diambil empat tanaman sebagai tanaman contoh. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan uji F dan uji jarak berganda Duncan untuk membandingkan karakter
kuantitatif antar aksesi.
Prosedur pelaksanaan percobaan dimulai dengan persemaian yang dilakukan adalah
persemaian kering, yaitu menggunakan bak persemaian. Luas tanam untuk percobaan ini,
terdiri dari 500m2. Pengolahan tanah dilakukan sebelum penanaman untuk membuat sawah
dalam kondisi macak-macak. Satu satuan percobaan adalah empat baris tanaman. Setiap
baris terdapat 12 lubang tanam. Jarak tanam yang digunakan adalah 25 cm x 25 cm
sedangkan jarak antar aksesi 50 cm. Bibit yang ditanam adalah bibit hasil persemaian yang
telah berumur 21 hari dan ditanam satu bibit per lubang. Pemeliharaan tanaman terdiri
pemupukan dan pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Pupuk yang
digunakan adalah urea, SP-36, dan KCl. Pemupukan urea dilakukan tiga kali dengan
pemberian pupuk masing -masing 1/3 dosis, yaitu pada saat penanaman, 21 Hari Setelah
Tanam (HST), dan 42 HST. Pemupukan KCl dan SP-36 diberikan semua pada saat awal
penanaman. Penyemprotan menggunakan pestisidan sesuai kebutuhan, antara lain dengan
Alika dan Amistar-Top. Penjaringan dilakukan pada saat tanaman berumur 12 MST. Panen
dilakukan ketika 80% malai telah menguning. Malai diambil menggunakan pisau panen.
Hasil panen tiap rumpun tanaman contoh ditimbang untuk mengetahui produksi gabah.
Karakter yang diamati sesuai dengan panduan karakterisasi (Tabel 1)

Prosiding Seminar Nasional


Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik
Semarang, 24 November 2016

Tabel 1. Karakterisasi aksesi padi lokal koleksi BPTP Jawa Timur


1. Tinggi tanaman (cm) diukur dari permukaan tanah hingga ujung daun tertinggi.
2. Jumlah anakan total tanaman padi dihitung pada saat berbunga atau bunting (fase
generatif)
3. Jumlah anakan yang produktif dihitung pada saat berbunga atau bunting yaitu
anakan yang menghasilkan malai
4. Panjang ruas dan lingkar batang ke-2 dari bawah (cm) dihitung pada saat panen
5. Panjang daun ke-2 setelah daun bendera (cm) diukur pada saat panen
6. Umur berbunga
7. Umur panen, yaitu pada saat jumlah tanaman telah menguning atau malai telah
masak 80% dari populasi.
8. Jumlah gabah per malai dihitung pada saat panen. Sampel yang diambil adalah 4
malai per rumpun tanaman contoh
9. Persentase (%) gabah isi dihitung dengan cara membandingkan jumlah gabah isi per
malai dengan gabah total per malai x 100% dan dilakukan pada saat panen
10. Persentase (%) kerontokan dihitung dengan cara membandingkan jumlah gabah
yang rontok per malai dengan gabah total per malai x 100% dan dilakukan pada
saat panen
11. Panjang malai (cm) diukur dari leher malai hingga ujung malai.
12. Indeks biji yaitu bobot 1000 butir (g) gabah yang sudah masak pada tanaman
contoh pada kadar air 14% ditimbang pada saat panen
13. Gabah per rumpun (g) diamati setelah panen dengan menimbang hasil panen setiap
rumpun tanaman contoh
14. Panjang dan lebar gabah (cm) diukur setelah panen. Sampel yang diambil adalah
satu gabah per malai dan tiga malai per rumpun
15. Panjang bulu gabah diukur pada saat panen
16. Panjang dan lebar beras pecah kulit diukur pada saat panen
17. Rasio panjang dan lebar beras pecah kulit yang kemudian digunakan untuk
menentukan bentuk beras dihitung pada saat panen
18. Warna pelepah daun
19. Intensitas bulu pada permukaan daun
20. Warna pada helai daun
21. Warna pada telinga daun
22. Bentuk dan warna lidah daun
23. Pola penyebaran batang
24. Warna buku pada batang tanaman
25. Penampilan daun bendera
26. Keberadaan, distribusi, dan warna bulu pada ujung gabah
27. Keberadaan, tipe dan pola penyebaran cabang malai sekunder
28. Warna pada jalur sekam diamati pada saat panen
29. Warna gabah dan beras pecah kulit diamati pada saat panen.

Prosiding Seminar Nasional


Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik
Semarang, 24 November 2016

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lingkungan tumbuh dan keberadaan padi lokal hitam di Jawa Timur.


Varietas-varietas lokal kebanyakan ditanam di lahan sempit, bahkan kebun
pekarangan secara turun temurun sehingga beradaptasi pada berbagai kondisi lahan dan
iklim. Dengan demikian varietas lokal secara alami telah teruji ketahanannya terhadap
berbagai tekanan lingkungan , termasuk hama dan penyakit, sehingga menjadi kumpulan
sumber genetik yang tidak ternilai harganya. Saat ini keberadaan Varietas lokal makin
langka menurut Purnomo et al (2013). Untuk wilayah Banyuwangi yang semula 53 Varietas
lokal tinggal 2 yang diketemukan yaitu genjah Arum dan Untup. Sedangkan untuk wilayah
Tuban di jumpai varietas Pendok. Di kabupaten Tuban keberadaan dan kelestarian varietas
lokal tidak menentu. Dari 43 varietas lokal yang pernah ada tinggal 2 varietas yaitu Pendok
Wesi dan Pendok Arum (Anonim, 2013). Untuk daerah Bondowoso di desa Ngarak yang
terletak pada ketinggian 1000 m dpl., petani masih senang mengusahakan padi lokal
diantaranya yang masih dilestarikan secara turun temurun adalah Rojo Lele, Hitam Sungut
Panjang, hanya untuk kebutuhan sendiri dan takut ikon varietas tersebut punah.
Karakterisasi morfologi dan agronomi
Dari hasil eksplorasi di beberapa kabupaten yang merupakan sentra padi yang sering
memproduksi padi organik dan padi lokal spesifik diperoleh 8 aksesi padi gogo beras hitam
lokal. Karakter morfologi kualitatif pada pada daun, batang dan malai pada awal-awal
pertumbuhan terjadi perbedaan tetapi pada puncak vegetatif relatif sama. Pada fase awal
pertumbuhan pada umur 45 HST. Dijumpai beberapa aksesi yang pertumbuhannya sangat
baik, yaitu daun hijau, juga dijumpai hijau keunguan atau hijau gelap. Demikian juga untuk
vigoritas tanaman masing-masing menampilkan vigor tanaman yang kekar pada batang
tanaman dan terlihat segar dan daunnya tebal, lebar, dan panjang, rata-rata jumlah anakan
sedikit sekitar 19, tetapi ada satu varietas yang jumlah anakannya paling banyak, yaitu
Hitam Gabah Besar. Untuk karakter tinggi tanaman sebagian besar koleksi yang ada
termasuk kelas tinggi. Pada umumnya varietas lokal tinggi dan kekar. Rata-rata tinggi
tanaman 120,0 cm, dan yang tertinggi 185,8 yaitu varietas Merah Harum, dan yang
terendah adalah 95,3 cm yang ditampikan oleh Hitam Joglo. Umur panen berkisar antara 3
bulan 5 bulan, dan karakter ini sangat berpengaruh terhadap hasil panen. Semakin genjah
semakin terjamin ketersediaan air di lapangan sehingga hasil gabahnya relatif baik. Umur
panen yang panjang kalau ketersediaan airnya tidak cukup, maka hasilnya gabah kering
panen dan kualitas nya kurang baik. Tetapi kalau ketersediaan airnya cukup bagi aksesi
yang umur panjang menghasilkan gabah kering panen yang baik.
Warna hitam beras adalah penentu pemilihan aksesi padi beras hitam yang
berkualitas. Hasil karakterisasi koleksi aksesi-aksesi padi beras hitam BPTP Jawa Timur
menunjukkan keragaman warna hitam beras. Dijumpai aksesi yang berasnya dominan
sampai ke dalam, adalah yang paling diminati konsumen dan petani. Kalau warnanya hanya
di sebatas kulit ari kurang disukai karena jika diselep warna hitamnya akan berkurang.
Karakter warna hitam pada beras yang dihasilkan masih perlu penelitian lebih lanjut. Karena
ada kemungkinan dipengaruhi oleh umur panen, kesuburan tanaman, utamanya bahan
6

Prosiding Seminar Nasional


Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik
Semarang, 24 November 2016

organik tanah, ketersediaan air, dan intensitas cahaya. Dari delapan aksesi yang dilakukan
karakterisasi, terpilih Hitam Joglo karena memiliki warna beras hitam dominan hingga dalam
aleuron.
Klasifikasi tinggi tanaman padi menurut Balitbangtan (2003) ke dalam tiga kelas
yaitu pendek(tinggi < 110 cm), sedang (110-130 cm) dan tinggi (tinggi > 130). Dua aksesi
termasuk pendek, dua aksesi lagi termasuk sedang dan empat aksesi lainnya termasuk kelas
tinggi tanaman yang tinggi. Klasifikasi tinggi tanaman dilakukan pada fase generatif ketika
menjelang panen. Tinggi tanaman kelas pendek lebih berpotensi untuk dikembangkan
dibanding tanaman yang tinggi, karena tanaman yang tinggi lebih banyak menggunakan
hasil fotosintesisnya untuk pertumbuhan vegetatif sehingga pemanfaatan fotosintat kurang
efisien. Daun merupakan tempat terjadinya fotosintesis karena daun merupakan bagian
tanaman yang banyak mengandung klorofil. Batang berfungsi sebagai penopang tubuh
tanaman. Tanaman memerlukan batang yang kuat. Proporsi tinggi tanaman dan lingkar
batang yang ideal diperlukan untuk mencegah kerebahan tanaman.
Aksesi padi hitam varietas lokal mempunyai potensi anakan produktif yang sama
dengan varietas unggul nasional (Inpari 25 atau Inpago 7) antara lain Hitam Gabah Besar
(Tabel 2). Maknanya, aksesi-aksesi ini mempunyai potensi untuk dijadikan tetua dalam
program pemuliaan tanaman pagi gogo beras hitam. Menurut Abdullah et al. (2002) untuk
efisien jumlah hara dan hasil fotosintesis yang dihasilkanmaka padi varietas unggul baru
dirancang untuk memiliki anakan yang semuanya produktif. Kemampuan beranak tanaman
padi dibedakan menjadi lima kelompok yaitu sangat banyak (anakan >25 tanaman), banyak
(20-25 anakan), sedang (10-19 anakan), sedikit (5-9 anakan), sangat sedikit (anakan <5)
(Balitbangtan, 2003). Abdullah et al. (2002) menyatakan bahwa salah satu karakter padi
varietas tipe baru adalah mempunyai tinggi pendek sampai sedang, berbatang besar dan
kuat serta tegak. Menurut Deptan (2006), karakteristik penyebaran batang dibagi kedalam
tegak (<30), semi tegak (45), sedikit terbuka (60), terbuka (>60), dan
menyebar(batang/bagian terbawah menyentuh tanah). Aksesi Hitam Gabah Besar
berpotensi untuk menjadi tetua karena memiliki pola penyebaran batang yang semi tegak.
Tanaman yang tegak lebih efisien dalam penggunaan cahaya untuk fotosintesis.
Aksesi yang memiliki warna antosianin pada pelepah daun bagian bawah adalah
aksesi Hitam Gabah Besar. Pembentukan bulu pada permukaan daun merupakan salah
satu mekanisme pertahanan tanaman terhadap serangan patogen. Adanya bulu pada
permukaan dapat menghambat atau mencegah menempelnya inokulum penyakit sehingga
pertumbuhan inokulum penyakit tanaman terhambat. Sebagian besar aksesi padi yang
diuji memiliki bulu pada permukaan daun dengan intensitas lemah. Aksesi yang memiliki
bulu pada permukaan daun berintensitas sedang.
Berdasarkan uraian di atas diperoleh satu aksesi yang mempunyai keunggulan, yaitu
Hitam Gabah Besar dengan keragaan berasnya yang menampilkan beras warna hitam total,
tahan rebah, genjah (Gambar 1).

Prosiding Seminar Nasional


Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik
Semarang, 24 November 2016

Tabel 1. Hasil karakterisasi 8 aksesi lokal padi hitam koleksi BPTP Jawa Timur, 2015
Bagian Tanaman
Karakter Kualitatif

No.
Aksesi

5
6
7

Hitam Tanpa
Sungut (1)
Hitam
Sungut
Pendek (2)
Hitam
Sungut
Sedang (3)
Hitam
Sungut
Panjang (4)
Hitam
Sungut Putih
(5)
Padi Hitam
Joglo (6)
Padi Hitam
Biji Besar
(28)
Padi Hitam
Kemerahan
(30)

Daun
Permukaan

Sudut daun
bendera

Warna
leher

Warna
helaian

Batang
Warna
pelepah
hijau
bergaris
ungu
hijau
bergaris
ungu

Warna
lidah

Bentuk
lidah

Menguning

Tegar

Rebah

ungu

2 cleft

hijau

tegar

tidak rebah

ungu

2 cleft

bagian atas
kuning

tegar

tidak rebah

sedang

tegak

hijau muda

ungu
pinggir

berambut

tegak

hijau
keunguan

ungu
pinggir

sedang

tegak

hijau muda

hijau muda

hijau

putih

2 cleft

bagian atas
kuning

tegar

tidak rebah

sedang

tegak

hijau muda

ungu
pinggir

hijau
bergaris
ungu

putih

2 cleft

bagian atas
kuning

tegar

tidak rebah

sedang

tegak

hijau muda

hijau tua

hijau

putih

Aculate
acuminate

bagian atas
kuning

tegar

tidak rebah

sedang

tegak

hijau muda

hijau muda

hijau

putih

Aculate
acuminate

bagian atas
kuning

tegar

sedang

sedang

tegak

hijau muda

hijau tua

hijau

putih

2 cleft

bagian atas
kuning

tegar

sedang

sedang

sedang
(45)

hijau muda

hijau

hijau

putih

2 cleft

bagian atas
kuning

sedang

mudah
rebah

Prosiding Seminar Nasional


Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik
Semarang, 24 November 2016
1. Nama tanaman : Padi
a. Spesies : Oryza sativa L.
b. Aksesi : Hitam Gabah Besar
2. Asal usul
: Data paspor asal usul induk tertuang dalam dokumen yang dikoleksi oleh BPTP Jatim
3. Habitat: Lahan kering
4. Ciri tanaman
:
Keragaan tanaman tegak, tinggi 126-129 cm, tinggi batang 110-115 cm, perilaku menyebar, anakan 22-35 anakan/rumpun, 22 anakan produktif /rumpun, 4 ruas/batang, buku hijau dan internodia hijauterang dan pelepah hijau. Bentuk lidah daun runcing, warna putih, leher putih-hijau, ketuaan daun lambat, 5 helai daun/batang, ukuran lamina 48,7-49,5 x 1,3-1,4 cm, warna hjau, permukaan halus,
perilaku tegak, midrip rata, bulu halus. Ukuran daun bendera 32,5-33,5 x 1,8 cm, ukuran pelepah 36,5-37,3 x 0,3-0,4 cm, tegak, antosianin kuat.
Eksersi malai terbuka sempurna, 22-24 malai/rumpun, tipe malai kelompok, panjang 30,5-31,5 cm, lebar 29,5-31,5 cm, penampilan merunduk, leher malai hijau-putih, ada cabang sekender, pola
penyebaran tegak, panjang 14,0-16,0 cm. Panjang sungut gabah 1,0-1,3 cm, warna ujung putih atau ungu-merah, bentuk agak besar, panjang 82-91 mm, lebar 54-69 mm, warna coklat-merah, 234-236
biji/malai, gabah bernas 228-239 biji/malai. Bentuk beras panjang-besar, panjang 73-76 mm, lebar 46-51 mm, total hitam, endorsperm lebar.
5. Hasil : 8,75-9.98 t/ha gabah kering panen
6. Manfaat/kegunaan : Pangan pokok fungsional
7. Keunggulan/unik : Padi beras hitam genjah
8. Wujud Koleksi : biji

Gambar 1. Diskripsi aksesi Hitam Gabah Besar

Prosiding Seminar Nasional


Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik
Semarang, 24 November 2016

Tabel 2. Hasil karakterisasi agronomi delapan aksesi padi hitam koleksi BPTP Jawa Timur
Variabel Kuantitatif
Varietas
Hitam Tanpa Sungut (1)
Hitam Sungut Pendek (2)
Hitam Sungut Sedang (3)
Hitam Sungut Panjang (4)
Hitam Sungut Putih (5)
Padi Hitam Joglo (6)
Padi Hitam Biji Besar (28)
Padi Hitam Kemerahan (30)

Tinggi Tanaman
(cm)
139,0
122,6
150,2
104,8
122,8
98,4
176,9
149,8

Jumlah
Anakan
23,8
22,4
17,4
22,8
18,8
23,6
22,8
20,4

Jumlah Anakan
Produktif
23,2
22,2
17,4
22,4
18,0
18,8
22,0
20,2

Panjang Lidah
Daun (cm)
1,16
1,36
0,86
0,90
1,38
1,10
1,32
1,00

Panjang Daun
(cm)
50,48
23,66
33,68
36,94
43,50
42,12
51,10
49,98

Lebar daun
(cm)
1,48
1,32
1,54
1,50
1,40
1,20
1,38
1,54

Umur
Panen
(bulan)
156
153
147
173
161
140
119
164

Hasil (t/ha)
GKP
10,24
10,71
5,74
7,44
6,03
7,60
9,76
7,10

10

Prosiding Seminar Nasional


Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik
Semarang, 24 November 2016

KESIMPULAN

Delapan aksesi padi beras hitam koleksi BPTP Jawa Timur memiliki keragaan
karakter yang beragam, baik secara morfologi maupun agronomi. Beberapa karakter
agronomis yang penting menunjukkan keragaman yang tinggi, antara lain kerentanan
batang rebah dari rentan sampai dengan tahan rebah, jumlah anakan produktif (17,0
batang produktif/rumpun 24 batang produktif/rumpun), umur panen dari kelas genjah
(119 HST oleh aksesi Hitam Gabah Besar) sampai dengan umur dalam (173 HST oleh
aksesi Hitam Sungut Panjang), dan warna hitam beras dari semburat hitam hingga total
hitam.
Aksesi Hitam Gabah Besar mempunyai potensi unggul selaras dengan
penampilannya pada sejumlah karakter lebih baik daripada aksesi-aksesi padi beras hitam
yang lain, yaitu warna beras total hitam, umur panen termasuk kelas genjah, hasil panen
gabah termasuk kelas aksesi yang produktif, tidak rentan rebah.

11

Prosiding Seminar Nasional


Strategi Pelestarian dan Pemanfaatan Sumber Daya Genetik
Semarang, 24 November 2016

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah B., Suwarno, B. Kustianto dan H. Siregar. 2002. Pembentukan Galur Padi Sawah
Tipe Baru. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan bioteknologi Tanaman.
Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian.
Anonim. 2013. Red Rice - Health Benefits and History. www.gajananshirke.com
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2003. Panduan Sistem Karakterisasi dan
Evaluasi Tanaman Padi. Departemen Pertanian.
Brown J., and P. D. S. Caligari PDS. 2006. An Introduction to Plant Breeding. Victoria,
Blackwell. 435 hlm.
Kristamtini dan H. Purwaning. 2009. Potensi Pengembangan Beras Merah Sebagai Plasma
Nutfah Joglokarta. Jurnal Litbang Pertanian, 28(3): 88-95
Kushwaha, U. 2016. Summary of current scientific research on black rice, unique historical
accounts of the origin of black rice and health benefits and consumption advice on
black rice. www.springer.com/la/book/9783319301525
Narwidina, P. 2009. Pengembangan Minuman Isotonik Antosianin Beras Hitam (Oryza
sativa L.indica) dan Efeknya Terhadap Kebugaran dan Aktivitas Antioksidan pada
Manusia Pasca Stres Fisik: A Case Control Study. Program Pascasarjana Fakultas
Teknologi Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Tesis.
Purnomo, S., A. A. Widodo, S. Hosni, T. Zubaidi, Handoko, B. Pikukuh, M. C. Mahfud,
Bonimin dan Abu. 2013. Inventarisasi dan Pengelolaan Sumber daya genetik Lokal
Jawa Timur. Laporan Hasil Pengkajian, BPTP Jawa Timur. 38 hlm.
Suardi, D. dan I. Ridwan. 2009. Beras hitam, pangan berkhasiat yang belum populer.
Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian 31(2): 9-10.
Umadevi, M., R. Pushpa, K.P. Sampathkumar, and D. Bhowmik. 2012. Rice-Traditional
Medicinal Plant in India. Journal of Pharmacology and Phytochemistry, I (1): 6-12

12

You might also like