You are on page 1of 5

Defenisi dan Karakteristik Profesi

Banyak sekali defenisi profesi. Beberapa diantaranya perlu dipelajari, agar bisa
menangkap pengertian yang umum tentang profesi. Meskipun definisinya banyak, tetapi dalam
berbagai definisi itu terdapat unsur yang yang selalu digunakan oleh para pembuat defenisi
tersebut.

Abraham Flexner (1915) mendefinisikan profesi sebagai menyangkut aktivitas


intelektual yang bertanggung jawab sebagai perorangan, mengambangkan bahannya dari
belajar dan sains, memiliki suatu teknik yang terorganisasi dan dapat dikomunikasikan, telah
bertumbuh menjadi status yang definite secara sosial dan profesional, dan mereka cenderung
menjadi bagian dari pencapaian tujuan yang lebih luas.

Selanjutnya, Logan Wilson (1942) menggambarkan profesi sebagai suatu sistem


perilaku dimana para profesional mendapatkan pelatihan khusus, berlisensi, beroperasi
menurut interpretasi mereka sendiri atas pengetahuan, bekerja tanpa kontrak yang defined,
kepentingan pribadi yang terbatas, dan punya kewajiban pada profesi dan klien.

Lalu Ernest Greenwood (1958) mengajukan lima atribut dari suatu profesi, yaitu
mewakili:

Teori yang sistematis


Otoritas
Sanski komuitas
Kode Etik
Sebuah budaya

Burrage, Jarausch dan Siegrist (1990), membuat daftar kriteria yang sering dikutip
yaitu:

1. Suatu pekerjaan yang full-time, liberal (non-manual).


2. Menegakkan suatu monopoli dalam pasr tenaga kerja untuk peayanan ahli (expert
services).
3. Mencapai status self-governance atau otonomi, yakni merdeka dari control dari pihak
luar manapun (any outsider), apakah itu pemerintah, klien, orang biasa atauyan
lainnya.
4. Pelatihan bersifat khusus (specialized) dan juga sistematik dan ilmiah (scholarly).
5. Ujian, diploma dan gelar menjadi kontrol untuk memasuki pekerjaan dan juga
menegakan monopoli.
6. Imbalan bagi anggota baik yang bersifat materi maupun simbolik terkait bukan Cuma
dengan kompetrnsi pekerjaan dan etika temapat kerja, tapi juga pada keyakinan
kontemporer bahwa ahli-ahli mereka penting secara khusus bagi masyarakat dan
kesejahteraan bersama (Burrage, Jarausch & Siegrist, 1990:205).
7. Kemmpuan (capabilities) dan ketrampilan (skills) yang dibuktikan secara ilmiah atau
sistematis (justified scientifically or systematically).
8. Pengetahuan yang eksklusif, profound, dan inaccessible atau tidak mudah
dipahami oleh orang biasa (not easily understood by lay person), dan diperoleh di
institusi khusus pendidikan tinggi.
9. Aturan dan attitudes berkenaan dengan penerapan pengetahuan ini, sejak prosedur
formal hingga ke kolegialitas dan suatu orientasi umum pada kebaikan bersama yang
didesain untuk mempromosikan trust lebih umum dikalangan masyarakat sipil.

Kemudian pada tahun 2001, Elliot Freidson mengajukan definisi profesi sebagai ideal
type atau suatu spesific professional logic dengan theoretical constansts berikut ini:

1. Suatu batang tubuh pengetahuan dan ketrampilan yang secara resmi diakui berbasis
pada konsep-konsep dan teori-teori abstrak yang menuntut digunakannya sejumlah
diskresi.
2. Suatu pmbagian kerja yang dikontrol secara occupational.
3. Suatu pasar tenaga kerja yang dikontrol secara occupational dimana dituntut mandat
yang sah (credentials) untuk masuk dan mobilitas karier.
4. Suatu program pelatihan yang dikontrol secara occupational yang menghasilkan
tingkat kepercayaan, persekolahan yang berkaitan dengan pendidikan tinggi, terpisah
dari pasar tenaga kerja biasa dan membukakan kesempatan untuk pengembangan
pengetahuan baru.
5. Suatu ieologi yang merujuk pada sejumlah nilai transcendent dan pertanyaan akan
lebih berbakti untuk berbuat kebaikan ketimbang demi imbalan ekonomis (Freidson,
2001:180).
Rumusan yang sering digunakan, adalah:
Suatu profesi biasanya dibentuk oleh orang-orang yang berpengetahuan dan
berkeahlian khusus yang memungkinkan mereka memberikan pelayanan penting
bagi masyarakat luas dan memenuhi kebutuhan manusia yang signifikan
(significant human needs).

Sementara itu, Cruess et. Al., (2004) mengusulkan sebuah defenisi profesi:

merupakan suatu pekerjaan yang unsur intinya adalah kerja berdasarkan


penguasaan suatu batang tubuh pengetahuan dan ketrampilan yang kompleks.
Yaitu suatu keahlian dimana pengetahuan tentang sejumlah bagian dari
pengetahuan atau learning atau praktik dari suatu seni yang didasarkan atas hal
itu, digunakan dalam melayani orang lain.

Selanjutnya, menurut Saks (2012), anggota profesi diatur dengan suatu kode etik
dan menyatakan komitmen pada kompetensi, integritas dan moralitas, altruism, dan promosi
kebaikan umum di lingkungan doamain mereka. Komitmen ini membentuk basis dari suatu
kontrak sosial antara sebuah profesi dengan masyarakat yang pada gilirannya memberi profesi
dimaksud suatu monopoli atas penggunaan basis pengetahuan mereka, hak untuk otonomi
dalam praktik dan privillage untuk mengatur diri sendiri (the privillage of self-regulation).
Profesi dan anggotanya akuntabel kepada mereka yang dilayaninya dan kepada masyarakat
secara keseluruhan.

Profesi yang mengatur diri sendiri (self-Regulating)

Profesi yang telah mapan kemudian mencapai status self-regulating atau


mengukur diri sendiri. Semua profesi mencerminkan suatu ciri bersama (common trait) yaitu
mendahulukan kewajiban diatas kepentingan pribadi. Pada pertengahan abad ke-19, karakter
utama dari self-regulating profession diterapkan dengan fitur sebagai berikut :

Suatu kombinasi yang unik antara pengetahuan dan ketrampilan;


Suatu komitmen kepada tugas diatas kepentingan pribadi atau personal gain;
Independen dari campur tangan pihak luar dalam urusan profesi.

Kemudian diakhir abad ke-19 ada du lagi karakteristik yang menandai suatu
profesi, yaitu:

Prestige sebagai learned profession;


Keuntungan pasar dari penggunaan titel profesional yang eksklusif dan hak untuk
berpraktik.
Kriteria Profesi

Pakar pendidikan Winarmo Surakhmad (Hermawan, 1979) menyatakan bahwa


sebuah profesi harus mempunyai kriteria sebagai berikut :

a. Profesi harus mempunyai bidang pekerjaan tertentu (Spesifikasi) tidak boleh sama
dengan pekerjaan yang dilakukan oleh profesi yang lain.
b. Bidang pekerjaan profesi itu harus bersifat pengabdian kepada masyarakat (public
service) pekerjaan yang bersifat lazimnya lebih banyak pengorbanannya daripada
keuntungan ekonomi finansial.
c. Karena hakikat dan sifatnya profesi membutuhkan persyaratan dasar tertentu.
Persyaratan dasar tidak boleh sama persis dengan profesi yang lain.
d. Profesi harus mempunyai ketrampilan khusus, yang tidak dimiliki oleh profesi yang
lain.
e. Profesi harus mempunya sikap dan kepribadian yang khas, yang menandakan profesi
itu berbeda dengan profesi yang lain.
f. Profesi harus mempunyai organisasi profesi, yang akan berfungsi sebagai wadah untuk
menghimpun, mengelola dan melayani anggota profesinya.
g. Profesi harus mempunyai pedoman sikap dan tingkah laku bagi para anggotanya yang
dikenal dengan kode erik profesi.
h. Profesi harus mempunyai dewan kehormatan profesi, yaitu organisasi yang bertugas
mengawasi perilaku para anggotanya dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari dan
memberikan pertimbangan kepada pengurus pusat atas pelanggaran kode etik yang
dilakukan oleh anggotanya

Hak anggota profesi

Menurut Winarmo Surakhmad hak profesional seorang anggota profesional


seorang anggota profesi mencangkup lima aspek pokok, sebagai berikut :

a. Mendapat pengakuan dan perlakuan hukum atas wewenang yang menjadi tugas dan
tanggung jawabnya.
b. Memiliki kebebasan untuk mengambil langkah-langkah interaksi dalam batas tugas dan
tanggung jawabnya, dan ikut serta dalam proses pengembangan tugasnya.
c. Memiliki kepemimpinan teknis dan dukungan pengelolaan yang efektif dan efisien
dalam rangka pelaksanaan tugasnya sehari-hari.
d. Menerima perlindungan dan penghargaan yang wajar terhadap usaha-usaha dan
prestasi yang inovatif dalam bidang pengabdiannya.
e. Menghayati kebebasan mengembangkan kompetensi profesionalnya secara individual
maupun secara institusional.

You might also like