You are on page 1of 8

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Siput tutut (Bellamya javanica) merupakan jenis keong yang dikonsumsi leh
masyarakat. Kandungan protein didalam keong tutut digunakan utnuk memenuhi
kebutuhan protein hewani. Kandungan protein pada keong tutut menurut
Simanjorang et al. (2012) cukup tinggi, dengan dominasi vitamin A, E, niacin dan
folat serta kalsium yang tinggi. Kalsium dalam keong tutut kurang lebih 217 mg
sebanyak 100 gram hampir setara dengan segelas susu. Keong tutut biasa dijadikan
alternatif proteien pengganti daging ayam dan harganya juga relatif terjangkau,
menjadi sebuah nilai tambah dalam pemanfaatan tutut sebagai sumber protein bagi
manusia.
Koeng tutut (Bellamya javanica) merupakan komoditas siput yang bernilai
ekonomis penting di perairan tawar. Siput ini merupakan sejenis keong air tawar
anggota suku viviparidae yang sangat digemari oleh seluruh lapisan masyarakat.Tutut
memiliki bentuk kerucut meruncing ke belakang berkelok-kelok. Berwarna hijau
kehitman, berukuran sebesarbiji pala, dan mempunyai daging seberat 4-5 gram.
Keong tutut menurut Sari et al. (2016) biasanya ditemukan di sawah atau sungai, di
samping itu pula keong tutut sering kali dikonsumsi sebagai sumber protein yang
murah dan mudah didapat, terutama di daerah pedesaan. Keong tutut telah
dikonsumsi oleh masyarakat di berbagai daerah. Olahan keong tutut (Bellamya
javanica) merupakan salah satu makanan favorit di Jawa Barat. Keong umumnya
memiliki kandungan protein dan mineral yang cukup tinggi yang bermanfaat bagi
metabolisme.
Protein dan mineral merupakan unsur yang penting bagi tubuh manusia.
Protein memiliki fungsi di tubuh yaitu untuk pertumbuhan dan pemeliharaan sel-sel
tubuh, pengaturan keseimbangan air, pemeliharaan netralitas tubuh, pembentukan
antibodi, pengangkutan zat-zat gizi, dan sumber energi. Mineral pada tubuh berperan
penting pada reaksi biokimia sebagai kofaktor enzim (Pangaribuan 2013). Kandungan
protein dan mineral tersebut harus dapat diperoleh secara maksimal, mengingat keong
tutut merupakan hewan bertubuh lunak yang hidup di lingkungannya dapat menyerap
logam berat, sehingga perlu penanganan khusus untuk dapat mengurangi akumulasi
logam berat tersebut sehingga pengurangan logam berat dapat memaksimalkan
kandungan protein dan mineral pada keong tutut.

Tujuan

Praktikum penanganan hasil perikanan pada penanganan keong tutut


bertujuan agara mahasiswa dapat melakukan penanganan dan teknik preparasi pada
gastropoda.
METODE

Waktu dan Tempat

Praktikum penanganan keong tutut dilakukan pada hari Jumat, 17 November


2017. Waktu pelaksanaan praktikum mulai pukul 13.00-16.00 WIB. Praktikum ini
dilakukan di Laboratorium Karakteristik Bahan Baku Hasil Perairan, Departemen
Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan.
Bahan dan Alat

Praktikum dalam penanganan keong tutut memerlukan beberapa bahan dan


alat yang sederhana. Bahan yang digunakan adalah sampel keong tutut (Bellamya
javanica). Alat-alat yang digunakan antara lain adalah alat bedah, pisau, masker, jas
lab, dan sarung tangan.

Prosedur Kerja

Prosedur kerja penanganan keong tutut dimulai dengan menyiapkan sampel


berupa keong tutut. Sampel tersebut kemudian dipreparasi dan dicuci bersih dengan
air mengalir. Keong tutut yang sudah bersih dari kotoran ditimbang berat utuhnya dan
selanjutnya dilakukan preparasi kembali. Keong tutut dipisahkan bagian tubuhnya
meliputi daging, jeroan, dan cangkang dan ditimbang masing-masing bagian keong
tutut untuk selanjutnya dicatat dan diperoleh data. Prosedur kerja penanganan keong
tutut dapat dilihat pada Gambar 1.
Keterangan : = awal dan akhir
= proses
= Lanjutan
Gambar 1 Diagram alir prosedur kerja penanganan keong tutut

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hewan jenis keong tutut dalam penanganannya dilkukan dengan perhitungan


bsar rendemen setiap bagian tubuhnya. Renemen keong tutut terdiri atas bobot utuh,
bobot daging, bobot jeroan, dan total bobot cangkang keong tutut. Hasil perhitungan
rendemen bagian tubuh keong tutut disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Hasil bobot preparasi keong tutut
Bobot preparasi (gr)
Sampel Total bobot Total bobot Total bobot Total bobot
utuh daging jeroan cangkang
Keong tutut 12 2,880 1,365 6,225
% Rendemen (%) 100 24 11,38 51,88
Hasil rendemen yang disajikan pada Tabel 1 merupakan hasil bobot bagian
tubuh keong tutut yang terdiri atas bobot utuh, bobot daging, bobot jeroan, dan bobot
cangkakng. Total bobot dari bobot utuh, bobot daging, bobot jeroan, dan bobot
cangkang berturut-turut adalah sebesar 12, 2,880, 1,365, dan 6,225 gram. Rendemen
yang diperoleh dari bobot utuh, bobot daging, bobot jeroan, dan bobot cangkang
berturut-turut sebesar 100, 24, 11,38, dan 51,88 %.

Pembahasan

Gastropoda adalah salah satu kompoonen dalam ekosistem laut dengan


keanekaragaman spesies yang tinggi dan menyebar luas di berbagai habitat laut.
Kelompok hewan ini menurut Rizkya et al. (2012) bertubuh lunak dan banyak
dijumpai mulai dari daerah pinggiran pantai hingga laut dalam. Gastropoda
merupakan salah satu moluska penyusun komunitas benthik pada suatu perairan.
Biota benthik menurut Budi et al. (2013) ini digunakan sebagai indikator biologi
perairan karena gastropoda mempunyai kemampuan merespon kondisi kualitas air
secara terus menerus mulai dari tingkat seluler sampai komunitas dan memiliki
kemampuan adaptasi yang baik serta prosedur pengambilannya relatif mudah karena
hidupnya relatif menetap dengan daur hidup yang relatif lama dan memiliki
keanekaragaman yang tinggi.
Keong tutut merupakan salah satu contoh hewan filum moluska yang
memiliki cangkang. Keong tutut merupakan keong air tawar yang hidup di perairan
dangkal berlumpur dan ditumbuhi rerumputan air dengan aliran air yang lamban
seperti sawah, kolam, danau dan sungai (Pangaribuan 2013). Keong ini mempunyai
ciri-ciri memiliki cangkang yang berbentuk piramid dengan puncak yang tinggi dan
dasar yang melingkar. Cangkangnya berwarna hijau kecoklatan dan hijau kehitaman.
Terdapat epidermis dengan garis-garis melintang dan operkulumnya memiliki bentuk
lebar (Widhiastuti 2011). Klasifikasi keong tutut menurut Pangaribuan (2013) adalah
sebagai berikut:
Filum : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Famili : Vivipariidae
Genus : Bellamya
Spesies : Bellamya javanica
Hewan yang memiliki habitat di daerah berlumpur ini memiliki kerentanan
terhadap penyerapan logam berat. Penanganan yang baik diperlukan untuk mencegah
akumulasi logam berat pada tubuh. Setiawan et al. (2013) melakukan depurasi untuk
menurunkan kandungan berbagai cemaran pada kerang darah. Depurasi dilakukan
untuk menurunkan konsentrasi logam berat seperti timbal dan kadmium. Pengaruh
depurasi dapat menurunkan logam berat dipengaruhi oleh lamanya waktu depurasi
dan ukuran cangkang pada keong tutut.
Konsumsi keong tutut merupakan alternatif lain untuk memperoleh sumber
protein hewani. Babalola dan Akinsoyinu (2009) menjelaskan bahwa daging moluska
memiliki kandungan asam amino esensial, protein, mineral, dan vitamin yang cukup
tinggi yang bermanfaat bagi metabolisme tubuh. Kandungan gizi keong tutut menurut
penelitian Pangaribuan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kandungan gizi keong tutut per 100 g bdd
Zat Gizi Kandungan
Protein (g) 11,8
Lemak (g) 5,3
Karbohidrat (g) 3,0
Kalsium (mg) 292,2
Fosfor (mg) 122,5
Besi (mg) 11,7
Air (g) 75,8
Sumber : Pangaribuan (2013)
Daging keong tutut memiliki beberapa kelebihan zat gizi seperti kalsium
sebesar 292,2 mg/100g yang dapat digunakn untuk memenuhi kebutuhan mineral
tulang dan gigi. Kandungan zat besi yang tinggi sebesar 11,7 mg/100g digunakan
untuk pembentukan sel darah merah. Kandungan lemaknya yang rendah padat
digunakan sebagai menu makanan yang rendah lemak. Kandungan lemak pada keong
menurut Babalola dan Akinsoyinu (2009) memiliki protein tinggi dan rendah lemak
sebagai alternatif makanan diet.
Komposisi kimia daging keong tutut yang dapat dimakan menurut
pengamatan Drozd et al. (2017) membuktikan kualitas nutrisinya yang tinggi, dimana
hasil utamanya berasal dari kandungan protein lengkap dan asam lemak tak jenuh
esensial. Keong tutut (Bellamya javanica) memiliki daging yang kandungan protein
dan lemak yang tinggi, namun memiliki kadar air yang sedikit. Daging keong
memiliki tingkat karbohidrat dan energi yang rendah, dan sebagai gantinya daging
keong tinggi akan kadar kalsium, potassium, magnesium, cooper, zinc dan selenium.
Pemanfaatan keong tutut mulai mengalami peningkatan diversifikasi terhadap
keong tutut. Koeng tutut yang diperoleh menjadi suatu tantangan untuk dapat diolah
menjadi berbagai macam diversifikasi produk berbahan dasar keong tutut.
Diversifikasi keong tutut yang dilakukan oleh Junardi et al. (2015) adalah menjadi
sebuah produk nugget keong tutut. Tidak hanya sampai disitu, beberapa produk
diversifikasi lainnya diantaranya adalah bakso keong tutut dan sosis keong tutut.
Total bobot bagian tubuh keong tutut terdiri atas bobot utuh, bobot daging,
bobot jeroan, dan bobot cangkang yang masing-masing sebesar 12, 2,880, 1,365, dan
6,225 gram. Rendemen yang diperoleh dari bobot utuh, bobot daging, bobot jeroan,
dan bobot cangkang adalah sebesar 100, 24, 11,38, dan 51,88 %. Hasil perhitungan
rendemen keong tutut (Pangaribuan 2013) pada bagian cangkang sebesar 61% dan
bagian daging sebesar 39%. Cangkang keong tutut memiliki rendemen diatas 50%,
hal tersebut tidak berbeda jauh dari hasil perhitungan praktikum. Bagian tubuh keong
tutut memang paling didominasi oleh cangkang karena keong tutut merupakan hewan
bertubuh lunak yang bercangkang.

PENUTUP

Kesimpulan

Gastropoda merupakan hewan bertubuh lunak yang diketahui dapat menyerap


logam berat dari lingkungan. Penanganan yang dilakukan dapat dengan cara
melakukan depurasi guna mengurangi logam berat yang diserap oleh hewan
gastropoda. Hasil dari penanganan depurasi dapat diperoleh rendemen keong tutut
untuk bobot utuh, bobot daging, bobot jeroan, dan bobot cangkang adalah sebesar
100, 24, 11,38, dan 51,88 %.

Saran

Penanganan dengan cara depurasi selanjutnya dapat dilakukan uji


pengaruh lamanya depurasi pada total logam berat pada keong tutut. Penanganan
dengan cara ini agar memperoleh rendemen yang tidak hanya memiliki kandungan
gizi namun berkurangnya kandungan logam berat padakeong tutut. Hasil tersebut
dapat dengan maksimal diperoleh rendemen bagian tubuh dari keong tutut.

DAFTAR PUSTAKA

Babalola OO, Akinsoyinu AO. 2009. Proximate composition and mineral profile of
snail meat from different breeds of land snail in nigeria. Pakistan Journal of
Nutrition. 8(12): 1842-1844.
Budi DA, Suryono CA, Ario R. 2013. Studi kelimpahan gastropoda di bagian timur
perairan semarang preiode maret-april 2012. Journal of Marine Research.
2(4): 56-65.
Drozd L, Zoimek M, Szkucik K, Paszkiewicz W, Dryka MM, Belkot Z, Gondek M.
2017. Selenium copper, and zinc consentrations in the raw and processed
meat of edible land snail harvested in Poland. Journal of Veterinary Research.
61(3): 293-298.
Junardi, Ilza M, Syahrul. 2015. Studi penerimaan konsumen terhadap nugget ikan lele
dumbo (Clarias gariepinus), keong sawah (Pila ampillacea) dan
kombinasinya. Jurnal Online Mahasiswa Bidang Perikanan dan Ilmu
Kelautan. 2(2): 1-14.
Pangaribuan M. Pengaruh media perebusan terhadap komposisi kimia, asam amino,
mineral dan nilai sensori keong tutut (Bellamya javanica). [Skripsi]. Bogor
(ID): Institut Pertanian Bogor.
Rizkya S, Rudiyanti S, Muskananfola MR. 2012. Studi kelimppahan gastropoda
(Lambis sp.) pada daerah makroalga di ulau pramuka, kepulauan seribu.
Journal of Management of Aquatic Resources. 1(1): 1-7.
Sari WP, Emiyarti B. 2016. Studi prefernsi habitat siput tutut (Bellamya javanica) di
desa amonggedo kabupaten konawe. Jurnal Manajemen Sumber Daya
Perairan. 1(2): 213-224.
Setiawan A, Yulianto B, Wijayanti DP. 2013. Pengaruh depurasi terhadap konsentrasi
logam berat timbal (Pb) dan kadmium (Cd) dalam jaringan lunak kerang
darah (Anadara granosa). Journal of Marine Research. 2(4): 23-30.
Simanjorang E, Kurniawati N, Hasan Z. 2012. Pengaruh penggunaan enzim papain
dengan konsentrasi yang berbeda terhadap karakteristik kimia kecap tutut.
Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(4): 209-220.
Widhiastuti Y. 2011. Pemanfaatan red palm oil (RPO) sebagai sumber protvitamin
pada produk sosis keong tutut (Bellamya javanica). [Skripsi]. Bogor (ID):
Institut Pertanian Bogor.
LAMPIRAN

Lampiran 1 Dokumentasi praktikum

Sampel keong tutut Preparasi tutut Penimbangan bbt utuh 1

Penimbangan bbt utuh 2 Penimbangan daging Penimbangan cangkang

Lampiran 2 Contoh perhitungan

Berat akhir bagian cangkang = 6.225 gram


% Rendemen

= 51,88%

Lampiran 3 Screen shoot daftar pustaka

You might also like