Professional Documents
Culture Documents
GANGGUAN SOMATISASI
Pembimbing
Dr.Nauli Aulia Lubis, M.ked (KJ), Sp.KJ
Oleh
1. Eko Fakhruddin 1708320001
2. Rizki Amalia Ritonga 1708320002
3. Siti Yusmar Laini 1708320004
4. Tri Agusrini Ritonga 1708320013
5. Try Adly Karunia Putra 1708320014
Puji dan syukur atas kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga akhirnya kami dapat menyelesaikan tugas Refarat
ini. Salawat dan salam semoga dilimpahkan kepada nabi besar Muhammad
Salalahu’alaihi wasalam, yang telah membawa manusia dari jaman jahiliah atau
kegelapan menuju ke zaman yang terang benderang, alam yang penuh ilmu
pengetahuan dan teknologi seperti sekarang ini. Alhamdulillah berkat kemudahan
yang diberikan ALLAH Subhanallahuwata’ala.kami dapat menyelesaikan tugas
Refarat yang berjudul “GANGGUAN SOMATISASI”. Kami mengucapkan
terimakasih yang sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan laporan kasus ini, terutama dr. Nauli Aulia Lubis, M.Ked (KJ), Sp.KJ
selaku pembimbing. Semoga segala bantuan yang kami terima akan mendapat
balasan yang setimpal dari ALLAH Subhanahuwata’ala.Adapun tugas penulisan
refarat ini dibuat sebagai salah satu syarat dalam mengikuti kegiatan kepanitraan
klinik senior di bagian ilmu kedokteran jiwa.
Kami sebagai penulis tugas refarat ini sangat menyadari bahwa dalam
penyusunan masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk menjadi lebih baik
lagi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
yaitu : gangguan somatoform tidak terinci, dan gangguan somatoform yang tidak
tergolongkan.3
1.2 Tujuan
Refarat ini disusun dengan harapan dan tujuan :
- Untuk dapat lebih mengetahui bagaimana ciri-ciri gangguan somatisasi yang
nantinya akan mudah untuk mendiagnosa secara pasti mengenai gangguan
somatisasi.
- Memberikan informasi tentang bagaimana cara penanganan dari gangguan
somatisasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Gangguan somatisasi telah dikenal sejak zaman mesir kuno. Nama awal
gangguan somatisasi adalah hysteria, suatu keadaan yang salah dan dianggap hanya
mengenai perempuan. ( Kata hysteria berasal dari kata Yunanin yang artinya uterus,
hystera). Gangguan somatisasi merupakan gangguan yang ditandai dengan banyak
gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan dengan adekuat berdasarkan pemeriksaan
fisik dan laboratorium. Gangguan ini biasanya dimulai sebelum usia 30, dapat
berlanjut hingga tahunan, dan dikenali menurut DSM-IV-TR sebagai “kombinasi
gejala nyeri, gastrointestinal, dan pseudoneurologis”.3
3
4
2.2 Epidemiologi
Penyakit ini sering didapatkan , berkisar antara 2-20 dari 1000 penduduk. Lebih
banyak pada wanita. Pasien pada umumnya mempunyai riwayat keluhan fisik yang
banyak. Biasanya dimulai sebelum berumur 30 tahun. Sebelumnya pasien telah banyak
mendapat diagnosis, makan banyak obat, dan banyak menderita alegi. Pasien ini terus
mencari penerangan medis untuk gejala yang dideritanya dan bersedia untuk
melakukan berbagai test medis, pembedahan, uji klinik, walaupun dia tahu hal tersebut
jarang yang memberikan hasil, biasanya hasilnya adalah normal, atau ada gangguan
kecil.2
Fenomena ini dapat berupa spektrum yang ringan yang akan memperberat
gangguan somatisasi, pasien yang benar benar masuk kriteria biasanya telah hidup
dengan didominasi dengan pengalaman medik dan mungkin telah mengalami gangguan
hubungan interpersonal. Riwayat keluarga biasanya menunjukkan hal yang sama
terutama pada wanita, dan riwayat anti sosial pada pria.2
2.3 Etiologi
Terdapat faktor psikososial berupa konflik psikologis di bawah sadar yang
mempunyai tujuan tertentu. Pada beberapa kasus ditemukan faktor genetik dalam
transmisi gangguan ini. Selain itu, dihubungkan pula dengan adanya penurunan
metabolism (hipometabolisme) suatu zat tertentu di lobus frontalis dan
hemisfer non dominan.4
a. Faktor-faktor Biologis
Faktor ini berhubungan dengan kemungkinan pengaruh genetis. Gangguan
somatisasi cenderung menurun di dalam keluarga dan terjadi pada 10 hingga 20
persen kerabat perempuan derajat pertama pasien dengan gangguan somatisasi.3
5
c. Faktor Perilaku
Pada faktor perilaku ini, penyebab ganda yang terlibat adalah:
- Terbebas dari tanggung jawab yang biasa atau lari atau menghindar dari
situasi yang tidak nyaman atau menyebabkan kecemasan (keuntungan
sekunder).
- Adanya perhatian untuk menampilkan “peran sakit”
- Perilaku kompulsif yang diasosiasikan dengan hipokondriasis atau gangguan
dismorfik tubuh dapat secara sebagian membebaskan kecemasan yang
diasosiasikan dengan keterpakuan pada kekhawatiran akan kesehatan atau
kerusakan fisik yang dipersepsikan.
d. Faktor Emosi dan Kognitif
Pada faktor penyebab yang berhubungan dengan emosi dan kognitif, penyebab
ganda yang terlibat adalah sebagai berikut:
- Salah interpretasi dari perubahan tubuh atau simtom fisik sebagai tanda dari
adanya penyakit serius (hipokondriasis).
- Dalam teori Freudian tradisional, energi psikis yang terpotong dari impuls-
impuls yang tidak dapat diterima dikonversikan ke dalam simtom
fisik (gangguan konversi).
- Menyalahkan kinerja buruk dari kesehatan yang menurun mungkin
merupakan suatu strategi self-handicaping (hipokondriasis).
6
Pada gangguan ini sering kali terlihat adanya perilaku mencari perhatian
(histrionik), terutama pada pasien yang kesal karena tidak berhasil
membujuk dokternya untuk menerima bahwa keluhannya memang penyakit fisik
dan bahwa perlu adanya pemeriksaan fisik yang lebih lanjut.6
2.5 Diagnostik
A. Riwayat banyak keluhan fisik yang dimulai sebelum usia 30 tahun yang
terjadi selama periode beberapa tahun dan membutuhkan terapi, yang
menyebabkan gangguan bermakna dalam fungsi sosial, pekerjaan, atau fungsi
penting lain.
B. Tiap kriteria berikut ini harus ditemukan, dengan gejala individual yang
terjadi pada sembarang waktu selama perjalanan gangguan:
7
2.5 Penatalaksanaan
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk menangani gangguan somatisasi
adalah sebagai berikut:
- Psikoterapi
Berguna menurunkan pengeluaran untuk perawatan kesehatan pribadi pasien
hingga 50 persen, sebagian besar dengan menurunkan angka perawatan rumah sakit.
Pada lingkungan psikoterapi, pasien dibantu beradaptasi dengan gejalanya,
mengekspresikan emosi yang mendasari dan membangun strategi alternative untuk
mengekspresikan perasaannya.
- Terapi Kognitif-Behaviour
Terapi ini dapat berfokus pada menghilangkan sumber-sumber
reinforcement sekunder (keuntungan sekunder), memperbaiki perkembangan
keterampilan coping untuk mengatasi stres, dan memperbaiki keyakinan yang
berlebihan atau terdistorsi mengenai kesehatan atau penampilan seseorang berusaha
untuk mengintegrasikan teknik-teknik terapeutik yang berfokus untuk
membantuindividu melakukan perubahan-perubahan, tidak hanya pada perilaku nyata
9
tetapi juga dalam pemikiran, keyakinan dan sikap yang mendasarinya. Terapi
kognitif-behavioural, untuk mengurangi pemikiran atau sifat pesimis pada pasien.
Teknik behavioral, terapis bekerja secara lebih langsung dengan si penderita
gangguan somatisasi, membantu orangtersebut belajar dalam menangani stress atau
kecemasan dengan cara yanglebih adaptif. Terapi kognitif, terapis menantang
keyakinan klien yangterdistorsi mengenai penampilan fisiknya dengan cara
meyemangatimereka untuk mengevaluasi keyakinan mereka dengan bukti yang jelas.
2.6 Prognosis
Episode meningkatnya keparahan gejala dan timbulnya gejala yang baru dianggap
bertahan selama 6 hingga 9 bulan dan dipisahkan periode yang tidak terlalu
simtomatik selama 9 hingga 12 bulan. Meskipun demikian, pasien dengan gangguan
somatisasi jarang selama lebih satu tahun tidak mencari perhatian medis. Sering
terdapat hubungan antara periode meningkatnya stress dan memberatnya gejala
somatik.3
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Gangguan somatisasi merupakan gangguan yang ditandai dengan banyak
gejala somatik yang tidak dapat dijelaskan dengan adekuat berdasarkan
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Gangguan ini biasanya dimulai sebelum
usia 30, dapat berlanjut hingga tahunan, dan dikenali menurut DSM-IV-TR
sebagai “kombinasi gejala nyeri, gastrointestinal, dan pseudoneurologis”.
- DSM-IV menyederhanakan kriteria diagnostik yang diajukan di dalam DSM-
III-R. Untuk diagnosis gangguan somatoform, DSM-IV mengharuskan onset
usia sebelum 30 tahun. Selama perjalanan penyakit, pasien harus telah
mengeluhkan sekurangnya empat gejala nyeri, dua gejala gastrointestinal, satu
gejala seksual, dan satu gejala neurologis semu, yang semuanya tidak ada
yang dapat dijelaskan sepenuhnya melalui pemeriksaan fisik atau
laboratorium.
10
11
DAFTAR PUSTAKA