You are on page 1of 13

1

STUDI TEKNOLOGI PENANGKAPAN PENGERIH DI DESA TELUK


KECAMATAN KUALA KAMPAR KABUPATEN PELALAWAN
PROVINSI RIAU

Oleh
Bayu Fitra Adhitya , Eryan Huri2), Arthur Brown2)
1)
1)
Student of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University
2)
Lecture of Fisheries and Marine Science Faculty, Riau Univesity

ABSTRACT

The research was conducted in July 2012 in Kuala Kampar district,


Pelalawan, Riau province, especially in Desa Teluk. The aim of this research is to
determine whether this technology environmentally friendly or not. Beside the
feasibility of this business. The method used in this study is a survey.
Stow net is a environmentally friendly fishing gear based on FAO analysis
criteria. The results from criteria analysis weighting of 23,6 from maximum value
36. Number of responden are 10 the fishermen.
The results of calculations in which the feasibility of investing Rp.
15.250.000, the production cost of Rp. 11,793,000, gross income of Rp.
21,333,800, net income 9.540.800/Year. Benefit Cost Ratio 1.8, Financial Rate of
Return 62.5%, and Payback Period of Capital is required for 1 year 6 months.

Keywords :Stow net, environmentally friendly, feasibility, Desa Teluk

PENDAHULUAN pendapatan daerah ( Sumber : Kajian


Kabupaten pelalawan Iventarisasi Potensi Sumber Daya
merupakan daerah yang memiliki Alam di Kabupaten Pelalawan,
potensi untuk berkembangnya Tahun 2009 ).
produksi dan pemasaran hasil Upaya penangkapan
perikanan. Secara historis kabupaten menggunakan gombang pada Desa
ini merupakan penghasil ikan Teluk masih menjanjikan. Walaupun
terbesar khususnya Kecamatan hasil tangkapan berupa ikan
Langgam dan Kecamatan Kuala campuran dan udang per unit alat
Kampar. Hasil ekspor komoditi yang rendah, namun harga jual ikan kering
berasal dari wilayah perairan yang masih cukup tinggi. Ini yang
cukup luas, memegang peranan menunjukkan bahwa nelayan yang
penting dalam meningkatkan melakukan penangkapan
2

menggunakan gombang lebih memanfaatkan sumberdaya


sejahtera dibandingkan nelayan perikanan secara berkelanjutan,
lainnya. Untuk penambahan alat karena teknologi ini tidak
gombang di perairan sekitar memberikan dampak negatif
Kecamatan Kuala Kampar memang terhadap lingkungan, seperti merusak
memungkinkan. Namun harus dasar perairan, dampak terhadap
dipertimbangkan peruntukkan lahan biodiversity dan target komposisi
dan tipe kawasan, karena tidak hasil tangkapan, dan ikan tangkapan
semua kawasan akan layak dijadikan non target yang kurang
kawasan penempatan gombang. termanfaatkan, mengingat hilangnya
Dengan demikian kondisi ini biota laut dalam struktur ekosistem
berpengaruh terhadap penurunan akan mempengaruhi secara
produksi perikanan secara keseluruhan ekosistem yang ada.
keseluruhan dan sekaligus Selain itu penangkapan ikan ramah
memberikan dampak terhadap lingkungan dalam penerapannya
penurunan jumlah nelayan yang pada dasarnya bersifat produktif dan
melakukan penangkapan hasil tangkapan mempunyai nilai
(http://www.pelalawankab.go.id). ekonomis tinggi, serta
Alat tangkap gombang yang berada pengoperasiannya tidak merusak
di desa Teluk dilihat dari lingkungan dan kelestarian
kontruksinya dan rancangan alat sumberdaya perikanan yang ada.
tangkapnya ternyata merupakan alat
Tujuan Penelitian
tangkap pengerih sesuai dengan
Tujuan dari penelitian ini
penelitian Syofyan dan Amran
adalah untuk mengetahui apakah
(2011).
teknologi penangkapan pengerih di
Pengembangan teknologi
desa Teluk termasuk teknologi
penangkapan ikan dimasa mendatang
penangkapan yang ramah
menurut (Wiyono 2005; Latuconsina
lingkungan, karena keberhasilan alat
2010) lebih ditekankan pada
tangkap tidak saja dilihat dari
teknologi penangkapan yang ramah
seberapa banyak jumlah ikan yang
lingkungan untuk dapat
3

tertangkap tetapi juga seberapa alat tangkap yang ramah lingkungan


ramah alat tangkap itu dioperasikan berdasarkan ketentuan FAO, maka
sehingga tidak merusak kelestarian dilakukan pengumpulan data melalui
sumberdaya ikan. Sedangkan tujuan penyebaran kuisioner secara acak
kedua adalah untuk mengetahui dengan narasumber terdiri dari 10
apakah usaha penangkapan pengerih orang nelayan pelaku. 9 kriteria
yang berada di desa Teluk layak tersebut adalah sebagai berikut :
untuk dilanjutkan yang di pandang mempunyai selektifitas yang tinggi,
dari segi kelayakan usaha. tidak merusak habitat,
menghasilkan ikan yang berkualitas
METODE PENELITIAN
tinggi, tidak membahayakan nelayan,
Metode yang digunakan
produksi tidak membahayakan
dalam penelitian ini adalah metode
konsumen, by-catch rendah, dampak
survei, yaitu dengan melakukan
ke biodiversity rendah, tidak
pengamatan secara langsung atau
membahayakan ikan-ikan yang
observasi ke objek survei. Dimana
dilindungi, dapat diterima secara
pengamatan langsungnya berupa
sosial.
pengamatan terhadap teknologi
penangkapan yang meliputi aspek- Pengumpulan Data Kelayakan
aspek sebagai berikut ; alat tangkap Usaha
pengerih, pengoperasian dan hasil Untuk melihat seberapa besar
tangkapan, kontruksi pengerih, kelayakan usaha penangkapan
keramahan lingkungan dan pengerih tersebut bisa mendapatkan
kelayakan usaha keuntungan bagi nelayan, maka
dilakukan wawancara langsung dan
Pengumpulan Data Alat tangkap
pengisian kuisioner kepada nelayan.
Ramah Lingkungan
Data yang dikumpulkan meliputi:
Untuk mengetahui apakah
biaya investasi, biaya tetap
alat tangkap pengerih yang
(Penyusutan), biaya tetap
digunakan oleh nelayan desa Teluk
(perawatan), biaya tidak tetap.
termasuk alat tangkap yang ramah
lingkungan, sesuai dengan 9 kriteria
4

Analisis Data ramah lingkungan, 28 – 36 sangat


Analisis Teknologi Penangkapan ramah lingkungan. berhubung jumlah
Ramah Lingkungan responden ada 10 orang untuk
Berdasarkan ketentuan FAO menentukan hasil akhirnya,
terdapat 9 kriteria alat tangkap ramah digunakan rumus sebagai berikut :
lingkungan, maka di lakukan analisis ₁ ₁₀
X=
mengenai 9 kriteria tersebut, di mana

pada setiap masing-masing kriteria =

terdapat 4 sub kriteria yang akan di


Keterangan : x = jumlah bobot
nilai. Dari 4 sub kriteria tersebut responden
pembobotan nilainya di tinjau dari N = total responden

nilai terendah hingga nilai tertinggi. Analisis Kelayakan Usaha


Cara pembobotan dari 4 sub Pengamatan terhadap analisis
kriteria tersebut adalah dengan kelayakan usaha ini bertujuan untuk
membuat skor dari nilai terendah mengetahui besar keuntungan atau
hingga nilai tertinggi seperti berikut : kerugian, berfungsi untuk
skor 1 untuk sub kriteria pertama, mengetahui apakah sebaiknya modal
skor 2 untuk sub kriteria kedua, skor tersebut di investasikan ke usaha atau
3 untuk sub kriteria ketiga, skor 4 ke bank, dan untuk mengetahui
untuk sub kriteria keempat. jangka waktu yang di butuhkan
Setelah skor/nilai sudah di untuk pengembalian modal.
dapat, kemudian di buat reference 1. Benefit Cost of Ratio
point yang dapat menjadi titik acuan BCR = GI / TC
dalam menentukan rangking. Disini GI = Gross Income
skor atau nilai maksimumnya adalah (pendapatan kotor)
36 point, sedangkan kategori alat TC = Total Cost (biaya
tangkap ramah lingkungan akan di total)
bagi menjadi 4 kategori dengan 2. Financial Rate of Return
rentang nilai sebagai berikut : 1 – 9 FRR = NI / I X 100%
sangat tidak ramah lingkungan, 10 – NI = Net Income
18 tidak ramah lingkungan, 19 – 27 (pendapatan bersih)
5

I = Investasi pengerih ini dimodifikasi. Bagian


NI = GI – TC tubuhnya yang terbuat dari pelepah
NI = Net Income sagu diganti menggunakan jaring
(pendapatan bersih) gombang dan bambu untuk
GI = Gross Income bingkainya diganti menggunakan
(pendapatan kotor) kayu medang pelarang, sedangkan
TC = Total Cost (biaya total). konstruksi bentuknya masih
3. Payback Period of Capital pengerih. Jadi, sampai saat ini
PPC = I / NI X 1 tahun gombang ini sering disebut nelayan
PPC = Payback Period of setempat dengan sebutan gombang
Capital pengerih, karena perpaduan antara
I = Investasi gombang dan pengerih ( Sumber :
NI = Net Income Nelayan Desa Teluk ).
(pendapatan bersih) Alat tangkap pengerih yang
dioperasikan oleh nelayan memiliki
HASIL DAN PEMBAHASAN
ukuran panjang keseluruhan 16,8
Alat Tangkap Pengerih yang
meter dengan bukaan mulut bingkai
berada di desa Teluk sering juga
4,10 meter x 4,10 meter, bingkai
disebut nelayan dengan nama
terbuat dari bahan kayu medang
Gombang Pengerih. Setelah saya
pelarang dan kayu bakau dengan
mewawancari beberapa nelayan,
diameter kayu medang pelarang 14-
dapat diketahui mengapa nelayan
16 cm, sedangkan untuk kayu bakau
desa Teluk menamainya dengan
diameter 6,5 cm, tulang ular terbuat
nama gombang pengerih. Karena
dari kayu bambu dengan panjang
dahulu alat tangkap gombang ini
8,90 meter dan diameter 9 cm, kayu
adalah alat tangkap pengerih yang
patok terbuat dari kayu bakau dengan
bentuknya masih sangat tradisional.
panjang 7 meter dan diameter 20 cm,
Dimana badan jaringnya terbuat dari
panjang jaring 11,40 meter dengan
pelepah sagu dan bingkai bukaan
bagian mulut memiliki panjang 1
mulutnya terbuat dari bambu.
meter dengan mesh size 2 inci bagian
Kemudian oleh nelayan setempat
badan memiliki panjang 9 meter
6

dengan mesh size 1,5 inci dan bagian terdapat 9 kriteria suatu alat tangkap
kantong memiliki panjang 1,40 meter yang dikatakan ramah lingkungan.
dengan mesh size 1 inci, pelampung Sesuai dengan ketentuan FAO
terbuat dari botol pulpy orange dan tersebut maka dilakukan analisis
panjang tali pelampung yaitu 5,40 apakah alat tangkap pengerih yang
meter. digunakan nelayan desa Teluk sudah
termasuk kedalam alat tangkap yang
Pengamatan Alat Tangkap Ramah
ramah lingkungan.Responden terdiri
Lingkungan
dari 10 orang nelayan pengerih desa
Keberlangsungan dalam
teluk yang dipilih secara acak untuk
penangkapan ikan dapat terwujud
mengisi angket yang telah
apabila menerapkan penangkapan
disediakan, yang mana hasilnya
ikan yang selektif dan ramah
adalah sebagai berikut :
lingkungan. Menurut FAO sesuai
dengan standar CCR mengatakan

Tabel 1. Hasil pengamatan alat tangkap ramah lingkungan


Responden
No Sub Kriteria Terpilih
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. Alat menangkap lebih dari tiga
spesies dengan ukuran yang 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
berbeda jauh
2. Menyebabkan kerusakan habitat
pada wilayah yang sempit 2 2 - 2 2 2 - 2 - 2

Menyebabkan sebagian habitat


pada wilayah yang sempit - - 3 - - - 3 - 3 -
3. Alat tangkap aman bagi nelayan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4. Ikan mati dan busuk 1 1 1 1 - - - - - -
Ikan mati, segar dan cacat fisik - - - - 2 2 2 2 2 2
5. Aman bagi konsumen 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
6. Hasil tangkapan sampingan (by-
catch) terdiri dari beberapa jenis 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
dan ada yang laku dijual di pasar
7. Alat tangkap dan operasinya
menyebabkan kematian beberapa 2 2 2 - - - - - 2 2
spesies dan merusak habitat.
Alat tangkap dan operasinya
menyebabkan kematian beberapa - - - 3 3 3 3 3 - -
spesies tetapi tidak merusak
7

habitat
8. Ikan yang dilindungi tidak pernah
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
tertangkap
9. Alat tangkap memenuhi dua dari
empat butir persyaratan di 2 - 2 2 2 - 2 2 2 2
samping
Alat tangkap memenuhi tiga dari
empat butir persyaratan di - 3 - - - 3 - - - -
samping
Jumlah 22 23 23 23 24 25 25 24 24 23
Sumber : Hasil wawancara dengan nelayan, 2012

Setelah dilakukan dengan perhitungan 236/10. Jadi skor


pembobotan diperoleh nilai rata-rata akhir yang diperoleh adalah 23,6
dari penilaian 10 orang responden, poin.

Kelayakan Usaha
Tabel 2. Biaya investasi usaha perikanan pengerih
No Biaya Investasi Harga (Rp)
1 Harga alat tangkap pengerih x 5 unit 10.000.000
2 Harga perahu 1.700.000
3 Harga mesin 3.500.000
4 Kayu patok 50.000
Total investasi 15.250.000
Sumber : Data Primer, 2012

Tabel 3. Rincian Total Biaya Tetap dan Biaya Tidak Tetap Usaha Perikanan
Pengerih.
Biaya Biaya
Masa Nilai
No. Biaya Penyusutan Nilai (Rp) Penyusutan/ Penyusutan
Ekonomis Sisa
Tahun (Rp) 5 Alat Tangkap
Alat tangkap 2.000.000 3 tahun 500.000 500.000 2.500.000
Kayu patok 50.000 8 tahun 10.000 5.000 25.000
1
Perahu 1.700.000 5 tahun 300.000 280.000 280.000
Mesin 3.500.000 5 tahun 500.000 600.000 600.000
Jumlah 3.405.000
Biaya Perawatan/Tahun
Biaya Perawatan Perbaikan
(Rp)
Alat Tangkap Biaya perbaikan jaring 2 bulan 1 kali Rp
50.000 rupiah. Biaya pembelian bingkai dan 690.000
tulang ular baru tiap 2 bulan 1 kali Rp 65.000.
Perahu Perbaikan sampan 2 bulan 1 kali dengan biaya
2
Rp 100.000 untuk membeli cat anti kapang, 600.000
solar, dempul dan tali goni
Mesin Perbaikan mesin dalam 1 bulan diperlukan
360.000
biaya Rp 30.000
Jumlah 1.650.000
8

Jumlah Biaya Penyusutan + Biaya Perawatan 5.055.000


Biaya tidak Satuan harga Total Biaya
Kebutuhan/trip
tetap/Operasional (Rp) tahun (Rp)
Bahan bakar Butuh 1 liter untuk 1 hari melaut dengan 2x
solar pergi. Pada musim penangkapan bulan
oktober sampai januari dan pada musim ubur-
7.000
ubur bulan 5 kalender cina nelayan 1 hari 2 1.890.000
3
kali melaut dan pada tidak musim 1 hari 1 kali
melaut.
Pelumas 1 liter untuk 2 bulan 28.000 168.000
konsumsi Membutuhkan Rp 13.000/ hari 13.000 4.680.000
Jumlah 6.738.000
Sumber : Data Primer, 2012

TC = FC + VC = Rp. 11.793.000
= Rp. 5.055.000 + Rp. 6.738.000

Tabel 4. Penerimaan hasil tangkapan usaha perikanan pengerih dalam


permusiman penangkapan dalam 1 tahun.
Jumlah Harga
Jumlah hasil
Jenis Hasil ikan ikan
No Musim tangkapan Jumlah (Rp)
Tangkapan olaha olahan
(kg/ekor)
(kg) (Rp)
1 Hasil Ikan lomek 600 kg 37,5 28.000 1.050.000
tangkapan (diolah)
memuaskan 200 kg 200 5.000 1.000.000
Terjadi pada Dijual
bulan Oktober- langsung)
Januari Ikan biang 440 kg 73,3 20.000 1.466.000
( di olah)
200 kg 200 8.000 1.600.000
(dijual
langsung)
Udang duri 750 kg 46,8 70.000 3.276.000
Udang merah 100 kg 20.000 2.000.000
2 Hasil Ikan lomek 480 kg 30 28.000 840.000
tangkapan Ikan biang 360 kg 60 20.000 1.200.000
sedang Udang duri 300 kg 18,75 70.000 1.312.500
bulan Juni- Ubur-ubur 3000 ekor - 2.000 6.000.000
September
3 Hasil Ikan lomek 200 kg 12,5 28.000 350.000
tangkapan Ikan biang 175 kg 29,17 20.000 583.400
packlik Udang duri 150 kg 9,37 70.000 655.900
bulan
februari-Mei
Jumlah 21.333.800
Sumber :Hasil wawancara dengan nelayan, 2012
9

Tabel 5. Perhitungan net income, benefit cost of ratio, financial rate of return dan
payback period of capital
No Perhitungan Rumus Hasil
1. Net income Rp.21.333.800 - Rp.11.793.000 Rp. 9.540.800
2. BCR Rp. 21.333.800 / Rp. 11.793.000 1,8
3. FRR Rp. 9.540.000 / Rp. 15.250.000 x 100% 62,5 %
3. PPC Rp.15.250.000 / Rp.9.540.800 1,5 tahun
Sumber : Data Primer, 2012

Pembahasan responden pada kriteria kedua


Alat Tangkap Ramah Lingkungan terdapat dua sub kriteria yang dipilih,
Kriteria pertama alat tangkap yaitu alat tangkap pengerih dapat
harus memiliki selektifitas yang menyebabkan kerusakan habitat pada
tinggi. Berdasarkan penilaian wilayah yang sempit dan
responden pengerih yang menyebabkan kerusakan sebagian
dioperasikan nelayan menangkap habitat pada wilayah yang sempit.
lebih dari tiga spesies dengan ukuran Pada saat pengoperasiannya alat
yang berbeda jauh. Ukuran ikan tangkap ini menyentuh dasar perairan
paling kecil tertangkap selama 10 yang bisa menyebabkan kerusakan
hari penelitian berukuran 4 cm yaitu pada habitat dan organisme.
ikan bawal, sedangkan ikan yang Kriteria ketiga tidak
paling besar tertangkap ikan debok membahayakan nelayan (penangkap
berukuran 30 cm. Berarti alat ikan).
tangkap pengerih tidak selektif dalam Berdasarkan penilaian responden
melakukan penangkapan karena ikan bahwa alat tangkap yang
yang tertangkap memiliki ukuran dioperasikan aman bagi nelayan,
yang berbeda jauh. karena cara pengoperasian alat ini
Kriteria kedua alat tangkap dipasang disuatu perairan dan sehari-
yang digunakan tidak merusak hari nelayan hanya mengambil hasil
habitat, tempat tinggal dan tangkapan pada saat menjelang
berkembang biak ikan dan organisme pasang dan setelah surut.
lainnya. Berdasarkan penilaian
10

Kriteria keempat ikan-ikan yang tertangkap tersebut


menghasilkan ikan yang bermutu dilakukan pengolahan menjadi ikan
baik. Berdasarkan penilaian asin dengan mengunakan garam,
responden pada kreteria ke empat dimana garam dapat berfungsi
terdapat dua sub kriteria yang dipilih, sebagai pembunuh atau penghambat
yaitu pertama, ikan hasil tangkapan pertumbuhan bakteri dalam ikan.
dalam kondisi mati dan busuk, dan Kriteria keenam hasil
kedua ikan hasil tangkapan dalam tangkapan yang terbuang minimum.
kondisi mati, segar dan cacat fisik. Berdasarkan penilaian responden
Penyebab ikan busuk karena pada ikan hasil tangkapan sampingan (by-
musim paceklik nelayan sehari hanya catch) terdiri dari beberapa jenis dan
sekali melaut, sehingga ikan yang ada yang laku dijual di pasar. Ikan
telah tertangkap, lama diambil oleh tangkapan sampingan terdiri dari
nelayan yang dapat menyebabkan ikan patin laut, ikan debok dan ikan
ikan tersebut busuk. Penyebab dari lainnya. Tapi kebanyakan ikan hasil
ikan cacat fisik karena pada saat tangkapan sampingan tidak dijual
pengerih dioperasikan bukan saja oleh nelayan melainkan untuk
ikan yang masuk ke dalam pengerih dikonsumsi oleh nelayan itu sendiri.
tetapi juga sampah dan gumpalan Kriteria ketujuh alat tangkap
tanah. Akibat dari masuknya sampah yang digunakan harus memberikan
dan gumpalan tanah terjadi dampak minimum terhadap
pergesekan antara ikan dengan keanekaan sumberdaya hayati
sampah dan gumpalan tanah (biodiversity). Berdasarkan penilaian
sehingga terjadi goresan pada ikan responden pada kriteria ketujuh ada
atau ikan mengalami cacat fisik. dua sub kriteria yang terpilih, yaitu
Kriteria kelima produk tidak pertama, alat tangkap dan operasinya
membahayakan kesehatan menyebabkan kematian beberapa
konsumen. Berdasarkan penilaian spesies dan merusak habitat dan
responden produk aman bagi kedua, alat tangkap dan operasinya
konsumen, walaupun ikan sudah menyebabkan kematian beberapa
mengalami penurunan mutu tetapi spesies tetapi tidak merusak habitat.
11

Cara pengoperasian pengerih yang Kelayakan Usaha


menyentuh dasar perairan dapat Berdasarkan analisis
mengakibatkan kerusakan habitat kelayakan usaha, usaha perikanan
sehingga menyebabkan kematian pengerih di desa Teluk dapat
pada beberapa spesies. memberikan keutungan. Tetapi
Kriteria kedelapan tidak keuntungan tersebut tidak terlalu
menangkap jenis yang dilindungi besar, hanya cukup memenuhi
undang-undang atau terancam punah. kebutuhan sehari-hari yang
Berdasarkan penilaian responden sederhana. Biaya investasi yang
pengerih tidak menangkap ikan yang dikeluarkan untuk pengoperasian 5
dilindungi atau terancam punah alat tangkap pengerih sebesar Rp
seperti ikan pari sentani dan hiu 15.250.000, biaya produksi selama 1
sentani (pritis sp). tahun untuk biaya tetap dan biaya
Kriteria kesembilan diterima tidak tetap sebesar Rp 11.793.000.
secara sosial. Suatu alat diterima Sedangkan pendapatan kotor yang
secara sosial oleh masyarakat bila: diperoleh selama 1 tahun Rp
(1) biaya investasi murah, (2) 21.333.800 dan pendapatan bersih
menguntungkan secara ekonomi, (3) Rp 9.540.800. Nilai Benefit Cost of
tidak bertentangan dengan budaya Ratio yang diperoleh sebesar 1,8,
setempat, (4) tidak bertentangan maka usaha ini menguntungkan
dengan peraturan yang ada. karena apabila BCR yang bernilai
Berdasarkan penilaian responden lebih dari pada 1 (BCR > 1) usaha
pada kreteria ke sembilan terdapat menguntungkan, apabila kurang dari
dua seb kriteria yang dipilih, yaitu 1 (BCR< 1), maka usaha tersebut
pertama, alat tangkap memenuhi dua mengalami kerugian, dan apabila
dari empat butir persyaratan diatas BCR sama dengan 1 (BCR = 1),
dan kedua, alat tangkap memenuhi maka usaha tersebut impas yaitu
tiga dari empat butir persyaratan tidak mengalami keuntungan dan
diatas. tidak juga mengalami kerugian.
Financial rate of return (FRR) yang
diperoleh selama 1 tahun apabila
12

modal diinvestasikan ke usaha jauh, seperti data dilapangan ikan


perikanan pengerih sebesar 62,5 %, yang paling besar tertangkap
jika dibandingkan dengan suku berukuran 30 cm dan paling kecil
bunga yang diperoleh dibank selama berukuran 4 cm.
1 tahun sekitar 12% - 14%. Maka Usaha perikanan pengerih
lebih menguntungkan jika modal dipandang dari kelayakan usahanya
diinvestasikan ke usaha dari pada dapat memberikan keuntungan
diinvestasikan ke bank. Dalam usaha kepada nelayan walaupun
perikanan pengerih waktu yang keuntungan yang di peroleh tidak
diperlukan untuk pengembalian terlalu besar. Berikut ini hasil
modal yaitu 1 tahun 6 bulan, artinya perhitungan kelayakan usaha
dalam tahun kedua usaha berjalan perikanan pengerih di desa Teluk :
baru bisa mengembalikan modal Benefit Cost Ratio (BCR) didapatkan
investasi yang telah dikeluarkannya. sebesar 1,8 itu artinya B/C > 1, maka
usaha ini layak untuk dilanjutkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Financial Rate of Return (FRR) di
Kesimpulan
peroleh dari perhitungan sebesar 62,5
Berdasarkan pengamatan
%, ini berarti modal lebih
dilapangan Alat tangkap pengerih
menguntungkan jika diinvestasikan
termasuk alat tangkap yang ramah
keusaha dari pada bank, karena suku
lingkungan, yang mana analisisnya
bunga bank per tahun sekitar 12% -
disesuaikan dengan ketetapan FAO
24%. Payback Period of Cafital
(Food Agriculture Organizatian).
(PPC) yang didapatkan sebesar 1,5
Nilai yang diperoleh dari sistem
tahun, berati nelayan membutuhkan
pembobotan yaitu 24 dari 36 nilai
waktu sekitar 1 tahun 6 bulan untuk
maksimal, dimana respondennya
mengembalikan modal investasinya.
terdiri dari 10 orang nelayan pelaku.
Sedangkan dari segi kontruksi alat Saran
tangkap pengerih tidak selektif Nelayan desa Teluk
karena menangkap berbagai jenis sebenarnya memiliki kesempatan
ikan dengan ukuran yang berbeda untuk lebih mengembangkan
13

usahanya, karena terdapat peluang di Kabupaten Pelalawan


yang bisa menambah penghasilan Tahun 2009.
nelayan. Salah satunya hasil http://www.pelalawankab.go.i
tangkapan ubur-ubur, sebaiknya d (16 November 2012. Pkl
diolah sendiri oleh nelayan dan tidak 20.41 WIB).
diolah oleh toke, sehingga dapat Latuconsina, H. 2007. Identifikasi
meningkatkan penghasilan nelayan. Alat Penangkapan Ikan
Agar hal tersebut dapat terlaksana Ramah Lingkungan di
perlu perhatian dari pemerintan Kawasan Konservasi Laut
setempat. Pulau Pombo, Provinsi
UCAPAN TERIMA KASIH Maluku. Jurnal Ilmiah
Ucapan terima kasih kepada Agribisnis dan Perikanan.
Bapak Ir. Eryan Huri, dipl. Ocean Agrikan UMMU- Ternate. 8
selaku dosen pembimbing I dan Hal : 4.
Bapak Ir. Arthur Brown, M.Si selaku Syofyan, I. 2011. Teknologi dan
dosen pembimbing II yang telah Rekayasa Alat Penangkapan
banyak membantu penulis. Ikan Di Daerah Perairan
Kuala Kampar. Laporan
DAFTAR PUSTAKA
Akhir Penelitian Berbasis
Dinas Peternakan Perikanan Dan
Laboratorium. Lembaga
Kelautan Kabupaten
Penelitian Universitas Riau.
Pelalawan, 2009. Laporan
Pekanbaru.
akhir pendataan potensi dan
Tadjuddah, H., et al. 2009. Kajian
rencana pembangunan
Keramahan Lingkungan Alat
perikanan daerah payau/laut
Tangkap Menurut Klasifikasi
kabupaten pelalawan.
Statistik Internasional
http://www.pelalawankab.go.i
Standar FAO. http://
d (19 Juli 2012 Pkl 21.08
tadjuddahmuslim wordpress.
WIB ).
com. (30 April 2012.
,2009. Kajian Iventarisasi
pkl.13.30 WIB).
Potensi Sumber Daya Alam

You might also like