Professional Documents
Culture Documents
ADABUT TILAWAH
Kode: 1A1.1 | Sarana: Taujih
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui kedudukan Al-Qur’an sebagai kalamullah yang harus dimuliakan
2. Mengetahui adab-adab yang harus dipelihara selama membaca Al-Qur‘an
3. Komitmen dengan adab-adab tilawah di saat membaca Al-Qur'an
TITIK TEKAN MATERI
Dengan komitmen terhadap adab-adab tilawah maka akan terbentuk salimul aqidah dalam diri seseorang (2:
11) Perlu dijelaskan tujuan di turunknnya Al-Qur'an.
Materi ini menjelaskan gambaran kemuliaan Al-Qur‘an sebagai kalamullah sekaligus petunjuk bagi manusia.
Karenanya, membaca Al-Qur‘an harus sesuai dengan adab. Antara lain, suci dari hadats besar dan kecil,
tilawah sesuai makhrajnya, berupaya mengerti isinya, dan mentadabburinya. Perlu dijelaskan tentang sikap
para salafush shalih dan adab-adab mereka ketika membaca Al-Qur'an.
POKOK-POKOK MATERI
1. Tujuan diturunkannya Al-Qur’an
2. Dalil-dalil hadits Nabawi tentang adab membaca Al-Qur‘an
3. Hadits tentang perumpamaan manusia dalam menerima ilmu (lihat Bukhari: Keutamaan orang yang mengajar)
4. Sikap para salafush shalih ketika membaca Al-Qur‘an
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan prolog bahwa pada saat ini terjadi kesenjangan antara kaum muslimin dengan Al-Qur‘an. Al-Qur‘an
hanya dibaca ketika orang akan meninggal misalnya. Atau, Al-Qur‘an yang hanya diperlombakan
pembacaannya. Sementara di sisi lain, tidak diterapkan isinya. Untuk mengembalikan fungsi Al-Qur‘an maka
harus diperkenalkan dan diterapkan adab-adab yang harus dilakukan ketika membaca Al-Qur‘an.
MARAJI’
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin, Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Said Hawwa, Mensucikan Jiwa,
At-Tibyan fi adab hamalatil Qur’an Sayyid Quthb, Mukadimah Zhilal, Bahi Al Khuli, Tadzkiratud Du’ah,
HIFZHIL QUR‘AN JUZ 30
Kode: 1A1.2 | Sarana: Taujih dan tugas hafalan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui ahammiyah hifzhil Qur-an
2. Mengetahui fadhilah tahfizul Qur’an
3. Menghafal Al-Qur‘an minimal satu juz
TITIK TEKAN MATERI
Dengan memiliki hafalan Al-Qur'an juz 30 ini, maka akan dapat dicapai karakter shahihul ibadah dalam
dirinya (2: 13). Materi ini berisi uraian tentang pentingnya menghafal Al-Qur‘an merujuk pada penjelasan
hadits Rasulullah. Orang yang memiliki hafalan Al-Qur’an, sangat membantu stabilitas ruhiyahnya. Minimal,
seorang muslim dapat menghafal satu juz Al-Qur‘an dan harus ada upaya keras untuk mencapai target
minimal tersebut. Titik tekan utama materi ini, yaitu peserta harus hafal juz 30.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil tentang ahamiyah hifzhil Qur-an.
2. Dalil-dalil hadits dan atsar tentang fadhilah tahfizul Qur‘an
3. Fadhilah Qur‘an sebagai sarana menjaga stabilitas ruhiyah
4. Metode menghafal Al Qur’an
5. Bagaimana para salafush shalih menjaga hafalan Al-Qur‘an
6. Diskusi singkat tentang kendala menghafal Al-Qur‘an
7. Penugasan dan evaluasi (mutaba’ah) hafalan
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pendahuluan tentang sejarah dan latar belakang dibukukannya Al-Qur‘an, saat sejumlah besar sahabat
penghafal Al-Qur‘an syahid dalam perang Yamamah. Uraikan perkataan Umar yang akhirnya setuju dengan
pembukuan Al-Qur’an. Beri gambaran fenomena sekarang tentang sedikitnya orang yang menghafal Al-
Qur’an. Setelah itu, sampaikan sejumlah fadhilah dan manfaat menghafal Al-Qur‘an. Dari sinilah dibuat
penugasan untuk memulai penghafalan, minimal satu juz. Penugasan pemberian hafalan dapat di atur sesuai
dengan kemampuan hafalan masing-masing peserta. Jika memungkinkan, maka peserta dapat dianjurkan
mengikuti program tahfizhul Qur'an pada lembaga formal yang ada atau seseorang yang direkomendasikan.
Perlu diperhatikan untuk selalu memotivasi akan tugas hafalan, jangan sampai seseorang menjadi tidak
ikut/datang kegiatan ta’lim karena terasa terbebani hafalan Quran dan menjadi minder. Bertakwalah kamu
sekemampuan kamu. Hasilnya dievaluasi mealalui pertemuan pekanan.
MARAJI’
Imam An-Nawawi, At-Tibyan fi aadabi hamalatil Qur'an,
Imam An-Nawawi, Riyadhus shalihin,
Said Hawwa, Mensucikan Jiwa,
Ust. Abdul Aziz Lc, Menjadi Da’i yang hafal Al-Qur‘an,
Manna Al Qaththan Studi Ilmu Al Qur-an: Bab Jam’ul Qur-an.
TILAWAH YAUMIYAH
Kode: 1A1.3 | Sarana: Penugasan, taujih khafif
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami hakikat kita harus dekat dengan Al-Qur'an
2. Menjelaskan bahwa dengan tilawah yang rutin maka kita akan dekat dengan Al-Qur'an
3. Melakukan tilawah harian hingga mencapai target (yang disepakati) sesuai kemampuan
TITIK TEKAN MATERI
Dengan memiliki tilawah harian yang rutin, baik dan stabil, maka akan membuat shahihul ibadah pada diri
seseorang. (2: 14) dan dimilikinya mutsaqqaful fikr (5: 2).
Materi ini berisi penugasan bagi peserta untuk mengaplikasikan sejumlah taujih sebelumnya tentang tilawah
Al-Qur‘an. Para peserta apabila mungkin (harus) memiliki lembar mutaba’ah tilawah harian yang akan
dievaluasi setiap pekan. Pembina harus terus menerus melihat perkembangan prestasi yang dicapai peserta
didik, sekaligus memberi saran bila ada permasalahan yang mereka alami. Misalnya, tentang cara menyiasati
kesibukan, kapan waktu alternatif membaca al-Qur‘an dan sebagainya. Sampaikan pula bahwa ibadah yang
baik tidak hanya pada aspek kuantitatifnya, tapi keistiqamahan atau konsistensi seseorang melakukannya,
meskipun sedikit.
POKOK-POKOK MATERI
1. Urgensi Tilawah yaumiah
2. Al Qur’an adalah Nur
3. Penugasan dan mutabaah terhadap rutinitas harian membaca Al-Qur‘an
4. Amal yang baik adalah kontinyu
5. Bagaimana Salafush shaleh membaca Al Qur-an
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan prolog bahwa tilawatul Qur‘an merupakan aktivitas ibadah yang sangat baik untuk memberi
kedamaian dan ketenangan hati. Peliharalah semangat ini melalui kontrol setiap pekan terhadap prestasi
tilawah peserta didik. Tilawah harian bersifat individu. Untuk memacu dan meningkatkan semangat tilawah,
yaitu dengan melakukan secara teratur tilawah majelis setiap pertemuan secara berurutan ayat yang dibaca dan
bergiliran membacanya.
MARAJI’
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin,
Hasan al-Banna, Majmu’atur Rasail
Said Hawwa, Mensucikan Jiwa,
Hadits Amr bin Ash tentang Khatamkan Qur-an dalam waktu 1 bulan s/d khatamkan Qur-an dalam waktu 3 hari,
…
TAFSIR AL-QUR‘AN JUZ 30
Kode: 1A1.4 | Sarana: Penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
a. Mengetahui urgensi tadabbur ma’na Qur’an
b. Membaca minimal satu juz Tafsir Al-Qur‘an.
TITIK TEKAN MATERI
Dengan mendapatkan tafsir Al-Qur'an juz 30 ini, maka sesorang memiliki mutsaqqaful fikr (5: 2) dan shahihul
ibadah (2: 13).
Al-Qur‘an sebagai kitab petunjuk tidak hanya wajib dibaca tapi diikuti isinya. Maka, mengetahui isi dan
menggali makna ayat-ayat Al-Qur‘an menjadi kewajiban yang harus dilakukan setiap muslim. Saat ini sudah
banyak beredar terjemahan tafsir Al-Qur‘an dengan bahasa Indonesia. Ada pula tafsir Al-Qur‘an karya ulama
Indonesia seperti tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka. Seorang muslim harus senantiasa melakukan
pendalaman terhadap Al-Qur‘an sehingga ia memiliki bashirah dalam memandang berbagai masalah. Ayat 4:
82, 48: 24, 62: 5 Mukaddimah Zhilal.
POKOK-POKOK MATERI
1. Urgensi tadabbur Qur’an
2. Tafsir Al-Qur'an juz 30
3. Tafsir Al Fatihah-Mukaddimah Zhilal
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Penugasan membaca satu juz tafsir Al-Qur‘an Tafsir Al Fatihah-Mukaddimah zhilal
MARAJI’
Mafatih lit ta’amul ma’al Qur’an, Terjemah tafsir Ibn Katsir atau tafsir Al azhar, atau Tafsir Depag
Hadits Amru bin Ash, tentang khatamkan Qur-an dalam waktu 1 bulan s/d khatamkan Qur-an dalam waktu 3 hari
jangan lebih cepat dari itu karena sulit memahami.
Tafsir juz 30 dari zhilal
Wasiat Imam Syahid, wajibatu al akh ash shadiq
HUKUM TILAWAH
Kode: 1A1.5 | Sarana: Taujih dan Daurah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Membaca Al-Qur‘an sesuai makhraj dan hukum tilawah yang benar
2. Membaca Al-Qur'an penuh dengan kenikmatan bahasa (dzauq lughawi)
TITIK TEKAN MATERI
Dengan memiliki wawasan dalam membaca Al-Qur'an sesuai hukum tilawah (tajwid) maka akan membantu
dalam menghafal Al-Qur'an (muwashafat 2: 13) dan meningkatkan kualitas tilawah hariannya (muwashafat 2:
14).
Membaca Al-Qur‘an harus dilakukan sesuai hukum tilawah yang benar. Salah mengucapkan makhraj atau
panjang pendeknya bacaan dalam al-Qur‘an bisa merubah arti yang seharusnya. Karena itu, setiap muslim
harus mampu membaca Al-Qur‘an dengan benar. (2: 121). Jumlah ayat Al-Qur'an sangat banyak, sehingga
untuk dapat menyelesaikan dengan penuh penghayatan diperlukan membaca secara rutin.
Siapa yang membaca Al-Qur'an akan mendapatkan pahala, selain itu dapat menambah kekuatan spiritual dan
intelektual bagi yang membacanya. Membaca adalah bagian dari ketrampilan, jika seseorang jarang membaca
Al-Qur'an maka dapat menyebabkan kekakuan ketika membacanya. Degan demikian maka kita perlu
membaca Al-Qur'an dengan rutin
POKOK-POKOK MATERI
1. Urgensi membaca Al-Qur‘an dengan benar (2: 121/Jumu’ah: 2/75: 17-19)
2. Penugasan mengikuti daurah Al-Qur‘an
3. Al-Qur'an diturunkan dengan bertahap, sehingga membacanya pun lebih bertahap.(17: 106)
4. Larangan menghatamkan Qur'an dalam satu hari.
MARAJI’
Panduan membaca Al-Qur‘an “Iqra” atau “Qira‘ati”
CD Qur-an Al Burhan (tajwid) Panduan Daurah
TA’RIFUL QUR’AN
Kode: 1A1.6 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami definisi AL-Qur’an dan dapat menunjukkan keutamaan-keutamaannya berdasarkan definisi
tersebut.
2. Termotivasi untuk senantiasa membaca Al-Qur’an dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
3. Memahami kandungan nilai-nilai Al-Qur’an yang terdapat dalam nama-namanya dan termotivasi untuk
memiliki nilai-nilai tersebut dalam dirinya.
4. Memahami kedudukan Al-Qur’an serta termotivasi dan mampu memfungsikannya dengan benar.
TITIK TEKAN MATERI
Al-Qur'an adalah Kitab Suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasul SAW. Dengan mengenal Al-
Qur'an dengan dalil-dalil naqli bahwa Qur'an sebagai: Kalam Allah SWT, Mu’jizat, Al-Qur'an diturunkan
kepada Nabi Muhammad, disampaikaan secara mutawatir sehingga terpelihara keasliannya dan Membaca Al-
Qur'an adalah Ibadah maka akan menambah keyakinan kita akan keberadaan Al-Qur'an tersebut.
Dalam Al-Qur'an Allah SWT menyebut Al-Qur'an sendiri dengan berbagai nama. Setiap nama-nama tersebut
memiliki makna yang memberikan tashawur terhadap sifat dan peranan yang dimiliki oleh Al-Qur'an sesuai
dengan kandungannya.Dengan pengenalan nama-nama Al-Qur'an lebih mendalam, maka dapat menghapuskan
sangkaan-sangkaan bahwa Al-Qur'an itu hanyalah kitab biasa.
POKOK-POKOK MATERI
A. Difinisi Al-Qur’an:
1. Kalam Allah SWT (53: 4),
2. Mu’jizat (2: 23, 11: 14, 17: 88)
3. Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad (26: 192-195),
4. Disampaikaan secara mutawatir sehingga terpelihara keasliannya.
5. Membaca Al-Qur'an adalah Ibadah.
B. Nama-nama Al-Qur’an:
1. Al-Kitab (2: 2),
2. Petunjuk (2: 2, 2: 185),
3. Rahmat (3: 138),
4. Cahaya (5: 15-16),
5. Ruh (42: 52),
6. Obat (10: 57),
7. Kebenaran (2: 147),
8. Penerangan (3: 138),
9. Pelajaran (3: 138, 54: 17, 22),
10. Pengingat (15: 9),
11. Berita Gembira (16: 89),
Fungsi Al-Qur’an:,
13. Kitab berita dan kabar (78: 1-2),
14. Kitab hukum Syari’ah (5: 49-50),
15. Kitab Jihad (29: 69),
16. Kitab Tarbiyah (3: 79),
17. Pedoman Hidup (28: 50),
18. Kitab Ilmu Pengetahuan (96: 1-5)
MARAJI’
Depag RI, Tarjamah al Qur’anul Karim
BIDANG STUDI:
HADITS DAN ULUMUL HADITS
HADITS ARBA’IN (1-20)
Kode: 1.A2.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui kandungan hadits Arba’in Nawawi no 1 sampai 20.
2. Mengartikan dalam bahasa Indonesia hadits Arba’in Nawawi no 1 sampai 20.
3. Menghafalkan 20 hadits pilihan dari Arba’in Nawawi
4. Berusaha untuk mengamalkan kandungan hadits Arba’in Nawawi no 1 sampai 20.
TITIK TEKAN MATERI
Dengan mengetahui dan menghafalkan setengah hadits arbain ini maka sesorang akan memiliki mutsaqaful
fikr (mu 5: 4).
Menghafalkan hadits sangat membantu kita memahami, menyakini dan mengaplikasikan syari’at Islam
dengan baik. Karenanya, setiap muslim diusahakan dapat memiliki hafalan hadits sebatas kemampuannya.
Pada waktunya, maka hafalan tersebut dapat digunakan sebagai bahan berdakwah.
POKOK-POKOK MATERI
Membacakan dan menterjemahkan hadits Arba’in Nawawi no 1 sampai 20. Menjelaskan hadits Arba’in
Nawawi no 1 sampai 20.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Penugasan penghafalan hadits Arba’in Nawawi no 1 sampai 20. Penghafalan hadits dapat dilakukan beriringan
setelah pemberian materi shahihul ibadah dan matinul khuluq. Untuk membuat dinamika lebih baik, maka
selain penugasan hafalan juga dilakukan evaluasi dan Tasmi’
MARAJI’
Imam Nawawi, Arba’in Nawawiyah,
Sarah hadits Arba’in Nawawiyah.
HADITS RIYADHUS SHALIHIN
Kode: 1.A2.2 | Sarana: Halaqah, Penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
a. Memahami 20 hadits pilihan dari kitab Riyadhus Shalihin
b. Mengartikan 20 hadits pilihan dari kitab Riyadhus Shalihin
c. Menghafal 20 hadits pilihan dari kitab Riyadhus Shalihin
d. Termotivasi untuk mengamalkan 20 hadits pilihan dari kitab Riyadhus Shalihin
e. Memiliki standard wawasan hadits minimal sebagai bekal amaliyah pribadi
f.
TITIK TEKAN MATERI
Dengan memahami dan memiliki hafalan dari 20 hadits pilihan dari kitab Riyadhus Shalihin maka akan
dimilikinya mutsaqaful fikr pada diri seseorang (mu 5: 5)
Seorang muslim harus memiliki wawasan standar terhadap Hadits Nabawi, sebagai acuan kedua dari syari’at
Islam. Penguasaan sekaligus penghafalan hadits, akan sangat berdampak bagi individu muslim dalam
menjadikannya sebagai rujukan amal-amal harian yang dilakukannya. Selanjutnya, hafalan hadits juga sangat
berguna sebagai salah satu sarana berda’wah. Kitab Riyadhus Shalihin, merupakan salah satu kitab kumpulan
hadits yang mu’tabar, dan sangat baik dijadikan pegangan. Penguasaan dan penghafalan 20 hadits bisa
disesuaikan dengan materi-materi “matinul khuluq” dan “shahihul ibadah” yang sudah diajarkan
POKOK-POKOK MATERI
1. Pengajaran salah satu materi matinul khuluq atau shahihul ibadah
2. Pemilihan salah satu hadits yang paling menarik, dari materi yang diajarkan
3. Penugasan penghafalan
4. Evaluasi pada pekan berikutnya
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Penugasan penghafalan hadits Riyadhus Shalihin. Penghafalan hadits dapat dilakukan beriringan setelah
pemberian materi shahihul ibadah dan matinul khuluq. Untuk membuat dinamika lebih baik, maka selain
penugasan hafalan juga dilakukan evaluasi dan Tasmi’ atau musabaqah sesuai tingkatan marhalah peserta.
MARAJI’
Kitab Riyadhus Shalihin dari bab: Fardlu Qiraati Qur’an-Sunnatul Jumu’ah
Lampiran Hadits-hadits yang harus dihafal
BIDANG STUDI:
AQIDAH ISLAM
MA’RIFATU DIINUL ISLAM
Kode: 1.A3.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami definisi Islam, secara bahasa dan Istilah dengan baik, agar mampu menyebutkan 5 kata bahasa
Arab dan artinya, yang ada kaitannya dengan sumber pengambilan kata Islam.
2. Memahami konsep kesempurnaan Islam pada sisi waktu, ruang dan aktifitas kehidupan manusia, agar ia
mampu melakukan perbandingan dengan agama lain pada 3 sisi tersebut.
3. Menunjukkan keyakinan bahwa Islam adalah pedoman hidup yang bersumber dari Allah SWT dan sempurna,
sehingga ia mampu menjelaskan 3 sisi kesempurnaan Islam.
4. Menunjukkan penerimaan dan ketundukan sepenuhnya kepada Islam, sehingga tidak menjalankan pedoman
hidup dalam kehidupannya kecuali al-Islam.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah:
Definisi Islam secara bahasa dan istilah, serta meyakinkan kepada peserta bahwa Islam bersumber dari Allah
SWT, dan ia adalah pedoman hidup yang sempurna, meliputi semua waktu, ruang dan sisi kehidupan manusia,
serta komparasi dengan agama-agama lain dalam hal kesempurnaan. Selanjutnya, karena Islam adalah
bersumber dari Allah SWT dan sempurna, maka tidak ada yang pantas kita jalankan dalam kehidupan kita
kecuali Islam.
POKOK-POKOK MATERI
1. Definisi Islam secara bahasa/Kata-kata dasar yang membentuk dari Islam:
a. Islamul wajh: menundukkan wajah (4: 125).
b. Al-istislam: berserah diri (2: 131, 3: 83).
c. Assalamah: Suci bersih (26: 89)
d. Assalam: Selamat dan sejahtera (6: 54)
e. Assilmu: Perdamaian (47: 35)
f. Sullam: tangga, yang bermakna tadarruj/bertahap
2. Definisi Islam secara Istilah, yaitu Islam adalah ketundukan (alkhudhu’) kepada wahyu Ilahi (53: 4, 21: 7)
yang diturunkan kepada para nabi dan rasul (2: 136, 3: 84) khususnya Muhammad saw, sebagai hukum/aturan
Allah SWT (5: 48-50) yang membimbing umat manusia ke jalan yang lurus (6: 153) menuju ke kebahagiaan
dunia dan akhirat (16: 97, 2: 200, 28: 77).
3. Islam adalah pedoman hidup yang sempurna, yang meliputi:
1. Semua waktu (21: 90, 34: 28, 21: 107).
2. Semua ruang (22: 40)
3. Semua sisi kehidupan manusia; Aqidah (2: 255); Ibadah; Akhlaq; Ekonomi; Politik sosia; Negara dll.
MARAJI’
Said Hawa’Al-Islam jilid 1 dan 2
Abdul Karim Zaidan, Dr, Ushulud Dakwah,.
Abul A’la Almaududi, Prinsip-prinsip Islam,.
Qaradhawi, Yusuf, DR. Karakteritik Islam,
Abdullah Al-Muslih, Dr, Prof dan Shalah Assyawi, Prinsip-prinsip Islam Untuk Kehidupan
POKOK-POKOK AJARAN ISLAM
Kode: 1.A3.2 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami makna iman dengan benar
2. Menjelaskan dan meyakini hakekat rukun-rukun iman dengan benar
3. Memahami makna Islam dengan benar
4. Menjelaskan dan meyakini hakekat Rukun-rukun Islam
5. Memahami makna Ihsan
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah: Dengan materi ini, maka tergambar gambaran
iman, Islam dan ihsan serta mengimaninya dengan baik, sehingga terbentuk salimul aqidah pada diri
seseorang (1: 11).
Materi ini menjadi salah satu pintu utama untuk beberapa materi dalam Bidang Studi Aqidah Islam, karena
pada materi ini terkandung pokok-pokok pikiran perlunya pengenalan tuntas terhadap: Nilai-nilai Syahadat,
Pengenalan Allah SWT, Pengenalan Islam, Pengenalan Nabi dan Rasul..
POKOK-POKOK MATERI
1. Makna iman
2. Rukun-rukun Iman:
a. Allah SWT,
b. Malaikat,
c. Kitab Suci,
d. Nabi-Rasul,
e. Hari kiamat,
f. Qadha dan qadhar
3. Makna Islam
4. Rukun-rukun Islam:
a. Syahadat,
b. Shalat,
c. Zakat,
d. Puasa,
e. Naik Haji
5. Makna Ihsan
MARAJI’
Said Hawa’Al-Islam jilid 1 dan 2
Abdul Karim Zaidan, Dr, Ushulud Dakwah,.
Abul A’la Almaududi, Prinsip-prinsip Islam,.
Qaradhawi, Yusuf, DR. Karakteritik Islam, Gusti Ilahi.
Abdullah Al-Muslih, Dr, Prof dan Shalah Assyawi, Prinsip-prinsip Islam Untuk Kehidupan
MA’RIFATULLAH (MENGENAL ALLAH SWT)
Kode: 1.A3.3 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami urgensi manusia mengenal Allah SWT dengan baik dan benar, sehingga dapat memberikan
minimal 3 alasan, mengapa manusia perlu mengenal Allah SWT.
2. Memahami eksistensi Allah SWT dan dalil-dalilnya lengkap dengan contoh-contohnya, sehingga dapat
menjelaskan minimal 3 dari dalil-dalil yang ada.
3. Memahami cara yang tepat dalam mengenal Allah SWT, dengan menggunakan dua pendekatan ayat qauliyah
dan kauniyah, sehingga dapat menjelaskannya kepada yang lain.
4. Menunjukkan keyakinan akan eksistensi Allah SWT, sehingga ia mau menjadikan seluruh aktifitasnya ikhlas
karena Allah SWT.
5. Membentuk sistem nilai akan manfaat mengenal Allah SWT sehingga ia menerima dan tunduk penuh kepada-
Nya dan tidak bertahkim kepada selain hukum Allah SWT.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah: Perlunya manusia mengenal Allah SWT, karena
Allah SWT adalah Tuhan yang menciptakan, memberikan rezeki, memelihara mereka dst. Karena jika
manusia tidak mengenal Allah SWT, pastilah mereka menyembah Allah SWT dengan salah, yang dengan
sendirinya ibadah yang mereka lakukan sia-sia.
Adapun dali-dalil eksistensi Allah SWT adalah: naqli, akal, fitrah, panca indera dan sejarah. Kesemua dalil itu
terdapat dalam ayat-ayat Allah SWT, baik qauliyah maupun kauniyah, yang menjadi landasan metode
mengenal Allah SWT dengan dua jalan; jalan Islam dan bukan Islam. Disamping itu dalam materi ini
dipaparkan manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari mengenal Allah SWT Sehingga seseorang dapat
mengikhlaskan semua amalnya hanya kepada Allah SWT dan hanya ingin tunduk kepada Allah SWT dan
hukum-hukumnya saja.
POKOK-POKOK MATERI
I. Pentingnya mengenal Allah SWT (47: 19, 3: 18, 22: 73, 39: 67):
1. Karena Allah SWT adalah Tuhan semesta alam (13: 16, 6: 19, 27: 59, 24: 35-37, 2: 255).
2. Kerena wujud (eksistensi) Allah SWT didukung oleh dalil-dalil yang kuat:
a. Dalil naqli (tekstual) (6: 19).
b. Dalil Akal (3;190).
c. Dalii fitrah (7: 172) dan (75: 14-15).
d. Dalil panca indera (29: 53).
e. Dalil Sejarah.
3. Manfaat-manfaat dari mengenal Allah SWT
a. Hurriyah atau kebebasan (kemerdekaan) (6: 82)
b. Tuma’ninah atau ketenangan (13: 28)
c. Barakat atau berkah yang banyak (7: 96)
d. Hayat Thayyibah atau kehidupan yang bagus (16: 97)
e. Jannah atau syurga (10: 25-26)
f. Mardhatillah atau keridhaan Allah SWT (98: 8)
II. Allah SWT dapat dikenal melalui dua jenis ayat-ayat Allah SWT. Yaitu ayat-ayat Qauliyah (95: 1-5) dan
Kauniyah (41: 53, 3: 190). Sedang cara mengenal-Nya terdapat 2 metode:
1. Metode Islam: Ayat-ayat Allah SWT-Qauliyah dan Kauniyah-didekati dengan akal dan naql (10: 100-101, 65:
10, 67: 10) yang melahirkan pada diri seseorang pembenaran eksistensi Allah SWT (3: 191, 50: 37), yang pada
akhirnya ia menjadi beriman.
2. Metode tidak islami: Ayat-ayat Allah SWT-Qauliyah dan Kauniyah-didekati dengan perasangka dan hawa
nafsu (2: 55, 10: 36, 6: 115), yang melahirkan pada diri seseorang keragu-raguan terhadap eksistensi Allah
SWT (22: 55, 24: 50), yang pada akhirnya ia dapat menjadi kafir.
MARAJI’
Said Hawa, Al-Islam, jilid... ‘
Dr. Yusuf al Qardhawi, Wujudullah (eksistensi allah)
Abdul Karim Zaidan, Dr.Ushulud Dakwah,
Abul A’la Almaududi, Prinsip-prinsip Islam,
Abdullah Al-Muslih, Dr, Prof dan Shalah Assyawi, Dr Prinsip-prinsip Islam Untuk Kehidupan, Terbitan LP2SI
ALHARAMAIN 1998
TAUHIDULLAH
Kode: 1.A3.4 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami 3 macam tauhid, yaitu tauhid rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah Allah SWT.
2. Menunjukkan kepercayaan diri akan kebenaran tauhid rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah agar terhindar dari
perbuatan-perbuatan kemusyrikan, diantaranya:
(a) berhubungan dengan jin dan meminta tolong kepada orang yang berhubungan dengan jin;
(b) meramal dengan telapak tangan atau datang hadir dalam majelis-majelis dukun dan peramal.
3. Menunjukkan keyakinan akan kebenaran tauhid rububiyah, sehingga bersyukur atas segala nikmat Allah SWT,
dan tidak menjadi kufur nikmat.
4. Menunjukkan keyakinan akan tauhid mulkiyah, agar seluruh aktifitasnya sejalan dengan hukum-hukum Allah
SWT.
5. Menunjukkan keyakinan akan tauhid uluhiyah agar setiap amal, ditujukan kepada Allah SWT, dan agar hidup
tidak sia-sia.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah:
Pertama: 3 fungsi tauhid rububiyah Allah SWT dan alasan dijadikannya sebagai landasan bersyukur;
Kedua: Tauhid uluhiyah dan yang meliputinya, serta alasan dijadikannya sebagai landasan operasional;
Dan yang ketiga: Tauhid uluhiyah dan alasan dijadikannya sebagai landasan tujuan setiap amal.
Dengan demikian, sesorang akan terhindar dari berbagai bentuk kemusyrikan, yang dapat membuat amal
mejadi sia-sia di sisi Allah SWT dan mendapatkan ganjaran Neraka di hari kemudian.
POKOK-POKOK MATERI
Pembagian tauhid dalam surat Annas (rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah).
1. Pengertian tauhid rububiyah: Rububiyah berasal dari kata rabba-yarubbu artinya sesuai dengan fungsinya pada
point ketiga. Sedang difinisinya adalah mengesakan Allah SWT dalam penciptaan, pemeliharaan, pemilikan
dst.
Tauhid Rububiyah Allah SWT (1: 2, 7: 54), terbagi atas 3, menurut fungsinya:
a. Khaliqan (pencipta) (25: 2, 2: 21-22).
b. Raziqan (pemberi rezeki) (51: 57-58).
c. Malikan (pemilik) (2: 284, 1: 4, 114: 2, 62: 2). Tauhid rububiyah sebagai landasan bersyukur, sebab Allah
SWT yang menciptakan, menjamin rezeki dan memiliki kita.
2. Tauhid mulkiyah adalah, berasal dari kata (malika-yamliku), artinya memiliki, berkuasa penuh atas yang
dimiliki. Sedang definisnya adalah: mengesakan Allah SWT sebagai satu-satunya pemimpin, satu-satunya
pembuat hukum dan pemerintah.
Tauhid mulkiyah menjadi landasan operasional. Karena ketika Allah SWT menciptakan manusia Allah SWT
telah menentukan ‘blue print’ bagi mereka, yaitu Qur’an dan sunnah sebagai pegangan hidup di dunia.
3 Tauhid uluhiyah adalah berasal dari kata (Aliha-ya’lahu), artinya ; menyembah. Sedang definisinya adalah
mengesakan Allah SWT dalam penyembahan.
1. Tujuan (6: 162) dari kedua tauhid sebelumnya adalah tauhid uluhiyah, atau menjadikan Allah SWT sebagai
Ilahan Ma’budan (Tuhan Yang Disembah) (114: 3, 109: 1-6).
2. Tauhid uluhiyah sebagai landasan tujuan setiap amal kita, karena Allah SWTlah yang kita sembah.
3. Contoh-contoh kemusyrikan yang timbul karena pengingkaran atau ketidak fahaman terhadap tauhid
rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah.
MARAJI’
Qardhawi, Yusuf, DR Hakikat Tauhid,. Terjemahan Musyaffa, Rabbani Press
TAUHIDUL ASMA’ WAS SIFAT
Kode: 1.A3.5 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami kaidah-kaidah ahlussunnah tentang tauhid asma’ wassifat.
2. Menjelaskan minimal 4 kaidah dan contoh-contohnya.
3. Menunjukkan penghayatan dan keyakinan bahwa Allah SWT memiliki nama-nama baik dan sifat-sifat, yang
tidak diserupakan dengan makhluk, disucikan dari segala kekurangan dan tidak dinafikan-walaupun hanya
satu-dari nama dan sifat-sifat itu, tidak disimpangkan pengertiannya dan tidak boleh ditentukan sosoknya.
4. Membentuk sistem nilai dan mampu menghayati akan kemaha besaran Allah SWT melalui asma’ wassifatnya,
sehingga tidak menggunakan mantera kecuali menggunakan asma’ wassifat atau yang telah dicontohkan
Rasulullah saw.
5. Menunjukkan kesadaran akan kebenaran makna asma’ wassifat, agar setiap kali berdoa ia bertawassul dengan
menggunakan asma’ wa sifat Allah SWT. Dan menggunakan al-asma’ul husna dalam memberi nama dengan
cara yang benar.
6. Meneladani akhlaq Rabbaniah dalam kehidupannya.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah: Kaidah-kaidah ahlussunnah waljamaah tentang
tauhid asma’ wassifat, beserta contoh aplikasi dari kaidah-kaidah tersebut. Dan cara menggunakan
asma’wassifat dalam tawassul/doa, serta menggunakan asma’ Allah SWT dalam memberi nama seseorang.
POKOK-POKOK MATERI
Kaidah-kaidah ahlussunnah waljamaah dalam tauhid asma’ wassifat:
a. Nama-nama Allah SWT dan sifat-sifat-Nya bersifat tauqifiyyah. Contoh menggunakan asma’ wassifat dalam
doa dan tawassul.
b. Bahwa apa yang telah Allah SWT sifatkan tentang dirinya adalah benar (haq).
c. Menetapkan sifat-sifat Allah SWT apa adanya tidak membuat padanan.
d. Sesungguhnya Allah SWT suci dari segala kekurangan.
e. Setiap nama atau sifat Allah SWT yang tidak terdapat dalam Qur’an dan Sunnah tidak boleh dinisbatkan
kepada Allah SWT. Tapi juga tidak boleh dihilangkan, melainkan dilihat maksudnya. Jika nama dan sifat itu
hak/benar sesuai dengan keagungan Allah SWT, nama dan sifat itu dipertahankan maksudnya, bukan
lafazhnya. Contoh mewujudkan bagian-bagian yang dapat di ambil oleh hamba dari sifat-sifat Allah SWT.
f. Tidak membatasi jumlah nama-nama Allah SWT, kecuali jumlah yang mungkin ditetapkan adalah 99, tapi itu
bukan jumlah keseluruhannya, tetapi bagian yang bisa di ambil oleh hamba dari sifat-sifat Allah SWT. Contoh
menggunakan nama Allah SWT dalam memberi nama seseorang
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan contoh-contoh konkrit yang ada di masyarakat, sehingga pemahaman tersebut akan lebih bermanfaat
dan mampu memberikan keberkahan langsung.
MARAJI’
Hasan Al Banna Risalah Pergerakan, bab risalah aqidah dan risalah ta’lim, Intermedia 1998
Said Hawwa, Mensucikan Jiwa, Jakarta: Rabbani Pres cetakan kedua 1999. hal. 413-441
Syaikh Abdullah Qadiri, al Iman huwal asas
Pengantar studi aqidah Islam, terjemah: Anis Matta, Al-Manar
Al qawaid Al Mutsla fil Asma’ wa sifat
MA’NA SYAHADATAIN (ARTI DUA KALIMAT SYAHADAT)
Kode: 1.A3.6 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami urgensi arti dua kalimat syahadat.
2. Menerangkan kepada orang lain, minimal 4 urgensi ma’na syahadat
3. Menunjukkan kepercayaan diri akan keyakinan terhadap Islam.
4. Mengamalkan konsekwensi kandungan arti syahida (pernyataan, sumpah dan perjanjian).
5. Membentuk sistem nilai dan mampu menghayati kebenaran Allah SWT sebagai Ilah dan Muhammad sebagai
Rasul, yang menyatukan antara pernyataan, sumpah dan perjanjian dalam aktifitas keseharian sehingga setiap
aktifitas, pendapat, produktifitas dls, adalah islami.
6. Membentuk sistem nilai dan mampu menghayati kebenaran Allah SWT sebagai Ilah dan Muhammad sebagai
Rasul yang dibuktikan dengan istiqamah atas pernyataan, sumpah dan janji yang ia ucapkan dengan syahadat,
sehingga ia berani, tenang dan optimis dalam menghadapi masa depan.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah:
Butir-butir urgensi memahami arti dua kalimat syahadat, baik bagi seorang muslim maupun seorang non
muslim yang berniat, atau simpati dengan Islam. Dengan harapan setelah terpahami arti dua kalimat syahadat
bagi seorang muslim dapat beristiqamah dalam keIslamannya. Sedang bagi non muslim sangat akan
bermanfaat jika ia memilih Islam dengan tidak menyesal akan pilihannya di kemudian hari.
Adapun arti kata syahida adalah; menyatakan, bersumpah dan berjanji. Dengan harapan orang-orang yang
telah bersyahadat dapat istiqamah, sehingga ia menjadi berani, tenang dan senantiasa optimisme dalam
menghadapi kenyataan hidup dan penantian akhirat. Yang dengan sendirinya akan memperoleh kebahagiaan
dunia akhirat.
POKOK-POKOK MATERI
1. Urgensi Syahadatain (4: 41, 2: 143, 70: 33):
a. Pintu gerbang masuk ke dalam Islam.
b. Intisari ajaran Islam; Ikhlas dan Ittiba’ (21: 25).
c. Dasar-dasar Perubahan total: Pribadi dan Masyarakat (6: 128, 13: 11).
d. Hakikat dakwah para rasul (21: 25, 7: 59, 3: 81)
e. Keutamaan yang besar.
2. Kandungan kata ‘syahida’ (bersaksi):
a. Pernyataan (3: 18 dan 81).
b. Sumpah (63: 2, 24: 6 dan 8).
c. Perjanjian (3: 81, 5: 7, 2: 26, 7: 172)
3. Bersatunya pernyataan, sumpah dan perjanjian pada syahadat, sebagai syarat ‘IMAN’. Karena Iman harus:
a. dinyatakan dengan lisan (alqaul).
b. diyakini dengan hati (attashdiq).
c. diamalkan dengan anggota tubuh (al’amal).
4. Konsekwensi dari keimanan adalah ‘Istiqamah’ (41: 30). Dan bagi orang beriman yang istiqamah akan
mendapatkan dalam dirinya:
a. Keberanian (5: 52).
b. Ketenangan (13: 28).
c. Optimisme (24: 55).
5. Dengan Istiqamah seseorang akan bahagia di dunia dan akhirat.
MARAJI’
Abdullah Al-Muslih & Shalah Assyawi, Prinsip-prinsip Islam Untuk Kehidupan, Jakarta: LP2SI Al Haramain,
1998.
Said Hawwa, Al-Islam: Jilid 1
SYARAT-SYARAT DITERIMANYA SYAHADAT
Kode: 1.A3.7 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami bahwa syahadat yang diucapkan akan diterima oleh Allah SWT bila syarat-syaratnya terpenuhi,
2. Menyebutkan semua syarat satu per satu, yaitu; pengetahuan, penerimaan, keyakinan, keikhlasan, kejujuran,
kecintaan dan kepatuhan (2P 5K).
3. Memahami bahwa ada 7 sikap yang dapat menjadikan syahadat ditolak oleh Allah SWT..
4. Menunjukkan penerimaan akan kebenaran 7 sikap yang dapat membuat syahadat diterima atau ditolak,
sehingga sedapat mungkin dapat dihindari perbuatan-perbuatan yang diakibatkan oleh karena penolakan atau
ketidak tahuan.
5. Menunjukkan jati diri akan kerelaan diatur oleh Allah SWT, Rasulullah dan Islam dengan membuktikan
dengan amal islami, misalnya dengan menutup aurat bagi wanita, atau disiplin menjalankan shalat lima waktu.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah:
Syahadat sebagai rukun pertama Dinul Islam, juga memiliki syarat syah yang menjadi landasan diterima atau
ditolaknya syahadat. Syahadat diterima oleh Allah SWT jika terpenuhi 2P dan 5K, yaitu; pengetahuan,
penerimaan, keyakinan, keikhlasan, kejujuran, kecintaan dan kepatuhan.
Demikian pula sebaliknya jika tidak terpenuhi atau ada salah satu sikap berikut ini, syahadat menjadi terolak.
Sikap-sikap itu adalah: Kebodohan, ragu-ragu, syirik, dusta, benci, ingkar dan menolak (tidak) beramal.
Contoh: meminta berkah dengan mengusap-usap kekuburan; meminta tolong kepada orang yang telah
meninggal dls Jika syarat-syarat diterimanya syahadat telah terpenuhi, seyogyanya terdapat pada diri seorang
muslim kerelaan untuk diatur oleh Allah SWT, Rasulullah dan Islam dalam kehidupannya sehari-hari.
POKOK-POKOK MATERI
MARAJI’
Abdullah Al-Muslih, Dr, Prof dan Shalah Assyawi, Dr Prinsip-prinsip Islam Untuk Kehidupan, Terbitan LP2SI
ALHARAMAIN 1998.
Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdullah Sehat Jiwa Raga (seni berjampi), Almanar, 1998
Said Hawa’, Al-Islam, jilid 1
ARTI “LA ILAHA ILLALLAH”
Kode: 1.A3.9 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami arti “la Ilaha illallah” dengan benar, jelas dan menyeluruh.
2. Menguraikan arti dan fungsi kosa kata “la Ilaha illallah” satu persatu
3. Menunjukkan kepercayaan diri akan kemerdekaan dari segala ketergantungan kepada makhluk, dan hanya
tergantung kepada Allah SWT, dengan tidak menjadikan syetan dan thagut sebagai kawan, dan tidak
mengikuti langkah-langkahnya
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah:
Memahami “la Ilaha illallah” dengan benar, jelas dan menyeluruh, sehingga sesorang akan terhindar dari
ketergantungan dengan selain Allah SWT, ia menjadi merdeka, mandiri dan percaya diri. Selanjutnya, alasan
berikunya kalimat “La Ilaha illallah” perlu dipahami dengan benar kerena memiliki pengertian yang banyak,
khususnya kata “ilah”..
POKOK-POKOK MATERI
1. Uraian makna dan fungsi kata dari “la Ilaha illallah”.
a. La: tidak (tiada) Nafi/peniadaan.
b. Ilah: Tuhan yang disembah Manfa/yang dinafikan.
c. Illa: kecuali Adatul istitsna/pengecualian.
d. Allah SWT Mustatsna/yang dikecualikan.
2. Tiada Ilah selain Allah SWT, memiliki beberapa arti, khususnya kata “ilah”, yaitu:
a. Malik (4: 131-132, 2: 284): Tiada Pemilik/Raja selain Allah SWT, Tiada kerajaanselain untuk Allah SWT.
b. Hakim (12: 40, 6: 114, 33: 36, 28: 68, 45: 18, 42: 20, 6: 137): Tiada Pembuat hukum selain Allah SWT.
c. Amir (7: 54): Tiada Pemerintah selain Allah SWT.
d. Waliy (2: 257): Tiada Pemimpin selain Allah SWT.
e. Mahbub (2: 165): Tiada Yang Dicintai selain Allah SWT.
f. Marhub (2: 40, 9: 18): Tiada Yang Ditakuti selain Allah SWT.
g. Margub (94: 8, 18: 110): Tiada Yang Diharapkan selain Allah SWT.
h. Mustajar bihi (16: 98, 72: 6): Tiada Yang melindungi selain Allah SWT.
i. Wakil (3: 159, 9: 52): Tiada Yang wakii selain Allah SWT.
j. Haul dan quwwat: Tiada daya dan kekuatan selain Allah SWT.
k. Mu’zham: Tiada Yang diagungkan selain Allah SWT.
l. Musta’an bihi (1: 5): Tiada yang dimohonkan pertolongannya selain Allah SWT.
MARAJI’
Muhammad Quthb, la Ilaha illallah sebagai Aqidah, Syari’ah dan Sistem kehidupan
SIKSA KUBUR
Kode: 1.A3.10 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengimani kenikmatan dan siksa kubur
2. Menunjukkan kepercayaan dari gambaran kenikmatan kubur yang diinginkan dengan menyebutkan 5 buah
alasan mengapa dia ingin mendapatkan kenikmatan kubur.
3. Membentuk sistem nilai dan berimajinasi akan keindahan kenikmatan kubur dengan selalu menceritakan sifat-
sifat kenikmatan kubur kepada orang lain, khususnya kawan dan kerabatnya.
4. Mennujukkan kepercayaan diri gambaran siksa kubur dengan perasaannya, dengan menyebutkan 5 buah
bentuk siksa kubur.
5. Membentuk sistem nilai dan menghayati kepedihan siksa kubur, sampai meneteskan air mata (karena Allah
SWT) agar dijauhkan dari siksa kubur
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan dalam materi ini adalah:
Dengan mendapatkan materi siksa kubur ini, maka seseorang akan mengimani kenikmatan kubur dan siksa
kubur sehingga terbentuknya salimul aqidah pada diri seseorang. (1: 12)
Memberikan keyakinan akan dibangkitkannya manusia kembali di kuburan setelah kematian, memberi
keyakinan akan adanya pertanyaan malaikat, siksaan mereka bagi orang kafir dan munafik yang tidak mampu
menjawab dengan benar.
Materi ini juga menitik beratkan pada keyakianan adanya kenikmatan kubur bagi orang-orang yang beriman,
bahkan sampai menjadi satu taman diantara taman-taman syurga. Sebaliknya keyakinan pada adanya siksa
kubur yang sangat pedih, bahkan sampai menjadi lubang diantara lubang-lubang neraka. Cucuran air mata
menunjukkan adanya penyesalan atas segala kesalahan dan ketakutan akan siksa kubur dapat menambah
kesungguhan dalam ‘amal dan menambah produktifitas selama masih berada di dunia..
POKOK-POKOK MATERI
1. Proses terjadinya kematian.
2. Keadaan pertama yang dihadapi oleh simayyit setelah dikuburkan.
3. Gambaran tentang kenikmatan kubur dan golongan manusia yang berhak mendapatkannya.
4. Gambaran tentang siksa kubur, dan golongan manusia yang pantas menempatinya.
5. Hikmah dari beriman kepada adanya kenikmatan dan siksa kubur.
MARAJI’
Ibnul Qayyim Aljauziyah, Roh, Pustaka Alkautsar, Cetakan I, 1999.
Abdullah Al-Muslih, Dr, Prof dan DR. Shalah Assyawi, Prinsip-prinsip Islam Untuk Kehidupan, Terbitan LP2SI
ALHARAMAIN 1998.
IHSAN
Kode: 1.A3.11 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami komitmen moral, operasional dan kualitas operasional dalam Islam.
2. Termotivasi untuk berniat dan beramal secara ihsan berdasarkan keyakinan adanya kesertaan dan pengawasan
Allah SWT.
3. Menyadari nilai kasih sayang, pahala dan pertolongan Allah SWT yang di tuju oleh setiap muslim dalam
berjihad.
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini diharapkan memberikan kesadaran yang utuh kepada seseorang untuk mampu berbuat dan beramal
dengan baik. Seseorang akan beramal dengan baik jika dilandasi keyakinan akan pengawasan dari Allah SWT.
Dengan kesadaran yang utuh akan pengawasan tersebut, maka seseorang akan mampu beramal dengan tulus
dan niat ikhlas hanya karena Allah SWT semata. Dengan niat yang ikhlas, maka seluruh pekerjaan akan
menjadi baik. Ingat, bahwa seluruh amal tergantung dari niatnya.
POKOK-POKOK MATERI
1. Ayat al-Qur’an yang melarag orang-orang beriman mengikuti langkah langkah syetan (2: 168-169)
2. Mufradatul ayat dan asbab nuzul.
3. Definisi jin, manusia, syetan dan Iblis, asal penciptaan mereka dan pembagian syetan.
4. Langkah-langkah, cara-cara dan saran-sarana yang digunakan syetan mempengaruhi manusia.
5. Ancaman bagi orang-orang yang mengikuti syetan.
6. Keuntungan bagi orang-orang yang menjadikan syetan sebagai musuh.
MARAJI’
Tafsir Q.S. 35: 6 Ainur Rafiq, Jin I
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP RASUL
Kode: 1A3.13 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1 Memahami bahwa fitrah manusia memerlukan keyakinan tentang eksistensi Sang Pencipta, beribadah kepada-
Nya dan memiliki kehidupan yang teratur.
2 Memahami bahwa petunjuk Rasul adalah satu-satunya jalan untuk mencapai hal itu
TITIK TEKAN MATERI
Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan fitrah, dimana manusia bersih, suci dan mempunyai
kecenderungan yang baik dan kearah positif yaitu kearah Islam. Fitrah manusia diantaranya adalah
memngakui kewujudan Allah SWTsebagai pencipta, keinginan untuk beribadah dan menghendaki kehidupan
yang teratur. Fitrah demikian perlu diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari melalui petunjuk Al Qur’an
(Firman-firman dan panduan dari Allah SWT) dan panduan Sunnah (Sabda Nabi dan perbuatannya).
Semua panduan ini memerlukan petunjuk dari Rasul khususnya dalam mengenal pencipta dan sebagai
panduan kehidupan manusia. Dengan cara mengikuti panduan Rasul kita akan mendapati ibadah yang shahih.
POKOK-POKOK MATERI
1. Fungsi Rasul
a. Definisi Rasul: Laki-laki yang dipilih dan diutus Allah SWT dengan risalah Islam kepada manusia.
b. Pembawa Risalah: 5: 67, 33: 39.
c. Tauladan dalam melaksanakan risalah: 33: 21, 56, 60: 4
2. Tanda-tanda Kerasulan
a. Sifat Mendasar: 68:
b. Mu’jizat: 54: 1, 15: 9
c. Berita Kedatangannya: 61: 6
d. Berita Kenabian: 25: 30.
e. Hasil-hasil Perbuatannya: 6: 122
MARAJI’
Sa’id Hawwa, Ar-Rasul
MAKANATUR RASUL
Kode: 1A3.15 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami kedudukan Rasulullah saw sebagai hamba Allah SWT dan sebagai pembawa risalah terakhir.
2. Termotivasi untuk membaca dan mengkaji sunnah atau hadits-hadits Nabi serta mempelajari perjalanan
hidup dan da’wah Rasulullah saw.
3. Menyadari bahwa memahami fiqhus sirah dan fiqhud da’wah adalah kewajiban setiap muslim.
TITIK TEKAN MATERI
Muhammad Rasulullah SAW adalah sebagai hamba diantara hamba-hamba Allah SWT yang lainnya. Sebagai
hamba maka Rasul mempunyai ciri yang juga sama dengan manusia lainnya seperti beliau sebagai manusia,
mempunyai nasab dan jasad
Sebagai hamba ini menunjukkan bahwa Nabi adalah manusia biasa yang Allah SWT berikan kemuliaan
berupa wahyu dari Allah SWT. Untuk mengetahui Nabi sebagai hamba dapat kita ketahui secara pasti dari
perjalanan sirah Nabi, khususnya di dalam fiqih sirah. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga sebagai Rasul
diantara para Rasul.Sebagai Rasul Nabi bersifat menyampaikan risalah, menjalankan amanah dari Allah SWT
dan sebagai pemimpin umat. Perjalanan Nabi sebagai Rasul dalam menyampaikan dakwah dan misi dapat
dilihat dari dakwah-dakwah Nabi seperti di dalam fiqih dakwah.
Selain itu Nabi Muhammad SAW juga membawa sunnah yang dijadikan sebagai fiqul ahkam. Kedudukan
Rasul dapat digambarkan dalam sirah Nabi, sunnahnya dan dakwahnya sehingga dari kedudukan ini banyak
yang kita ambil sebagai fiqh sirah, fiqh ahkam dan fiqh dakwah.
POKOK-POKOK MATERI
1. Sifat-sifat rasul:
a. Manusia sempurna: 25: 8
b. Terpelihara dari kesalahan: 5: 67, 80: 1, 66: 1.
c. Benar: 39: 33, 53: 3-4
d. Cerdas: 48: 27
e. Amanah: 4: 58, 69: 44-46
f. Menyampaikan: 5: 67, 81: 24, 80: 1-2
g. Komitment yang sempurna: 17: 73, 68: 6.
2. Akhlaq yang agung: 68: 4
a. Akhlaq Qur’ani
b. Suri Tauladan: 33: 21.
MARAJI’
Sa’id Hawwa, Ar-Rasul
WAZHIFATUR RASUL
Kode: 1A3.17 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami tugas Rasulul-Lah sebagai pembawa risalah da’wah dan penegak dienul-Lah.
2. Dapat menyebutkan bentuk-bentuk keteladanan Rasul dalam melaksanakan missinya.
3. Termotivasi untuk meneruskan jejak risalah dalam menegakkan dienul-lah.
TITIK TEKAN MATERI
Tugas Rasul dapat dibagi dua yaitu menyampaikan risalah dan menegakkan dinullah. Kedua tugas ini adalah
intisari dari perintah Allah SWTdan amalan dakwah Nabi Muhammad SAW. Risalatudakwah yang dibawa
Nabi adalah memperkenalkan masyarakat jahiliyah kepada penciptanya, perkara ini tidaklah begitu sukar
karena setiap manusia mempunyai fitrah untuk menerima khaliq. Setelah itu menjadikan mereka sebagai
muslim. Sebagai muslim perlu untuk mengetahui bagaimana cara beribadah dan mengikuti Islam. Tugas Rasul
diantaranya adalah menjelaskan Islam sebagai panduan hidup. Usaha menyampaikan risalah secara berkesan
dengan melaksanakan tarbiyah Islamiyah yaitu dengan menekankan kepada arahan dan nasihat.
Tugas kedua adalah menegakkan dinullah. Tugas ini tidak semua muslim memahaminya atau tidak
mengetahui bagaimana untuk merealisasikannya. Rasul sebagai pembawa risalah adalah suatu pengetahuan
umum bagi kita tetapi tidak demikian dengan peranan untuk menegakkan agama Allah SWT. Beberapa
aktifitas untuk menegakkan dien Allah SWT ini adalah menegakkan khilafah, membangun rijal, minhajud
dakwah dan merealisasikan risalah.
POKOK-POKOK MATERI
2. Kebaikan di akhirat:
a. Syafa’at: hadits
b. Bercahayanya wajah: hadits
c. Bersama dengan rasulul-Lah: 4: 69
d. Bersama dengan para orang baik lainnya: 4: 69 e. Kemenangan: 58: 22
MARAJI’
Sa’id Hawwa, Ar-Rasul
BIDANG STUDI: FIQH
KEDUDUKAN NIAT DALAM BERAMAL
Kode: 1.A4.1 | Sarana: Taujih
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui hukum dan urgensi niat di awal setiap perbuatan baik
2. Menjaga orientasi amal kepada Allah SWT
3. Berniat setiap melakukan perbuatan
TITIK TEKAN MATERI
Pentingnya niat dalam setiap amal (muwashafat 2: 10).
Materi ini berisi seputar niat yang menjadi penentu bagi diterima atau tidaknya suatu amal. Sementara
syaithan akan selalu memberi bisikan agar manusia memiliki niat yang salah dalam beramal. Penyimpangan
niat, bisa berbentuk riya (berbuat karena orang lain) atau syirik (berbuat untuk selain Allah SWT), yang akan
menjadikan amal seperti debu, tidak bernilai.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan hadits Nabawi tentang niat dan keikhlasan.
2. Urgensi niat
3. Gangguan syetan agar amal seorang hamba tidak diterima oleh Allah SWT
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan penjelasan bahwa niat sangat menentukan kualitas amal. Amal yang sedikit bila diniatkan dengan
benar, akan bernilai besar, tapi sebaliknya amal yang banyak bila disertai niat yang salah, tidak bernilai apa-
apa. Uraikan dalil-dalil al-Qur‘an dan hadits kemudian simpulkan fadhilah niat yang terdapat dalam dalil
tersebut. Selanjutnya, sampaikan bagaimana syetan menggoda agar manusia memiliki niat yang keliru, ketika
ia melakukan kebaikan.
MARAJI’
Arba’in Nawawi
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin
Said Hawwa Mensucikan Jiwa Satu hari bersama syaithan,
Yusuf al Qardhawi, An-Niat
Yusuf al Qardhawi, Al Muntaqa minat taghribi wat tarhib
HUKUM THAHARAH
Kode: 1.A4.2 | Sarana: Taujih atau Daurah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui hukum thaharah
2. Mengetahui urgensi thaharah melalui dalil Al-Qur‘an dan sunnah Rasulullah
3. Mengetahui ma’na sunatullah fitrah
4. Senantiasa menjaga kondisi thaharah, jika memungkinkan
5. Memahami thaharah sesuai dengan sunnah nabi SAW.
6. Meninggalkan bid’ah-bidah dalam thaharah yang tidak diajarkan nabi SAW.
TITIK TEKAN MATERI
Untuk memenuhi ibadah atau kebaikan lain diperlukan kesucian. Dengan Ihsan dalam Thaharah dan
Senantiasa Menjaga Thaharah maka akan diperoleh shahihul ibadah (2: 2 dan 2: (27).
Thaharah atau bersuci merupakan salah satu bagian penting dalam Islam. Hanya ajaran Islam yang memiliki
syari’at lengkap tentang hukum bersuci. Thaharah mencakup wudhu, mandi, dan bersuci dari hadats besar dan
kecil. Hukum thaharah sebagai syarat sahnya ibadah shalat, harus diketahui setiap muslim. Taujih masalah
thaharah bisa juga dikaitkan dengan sejumlah materi tentang thaharah dalam bidang Shahihul Ibadah yang
metodenya bisa dilakukan melalui daurah.
Thaharah merupakan ciri terpenting dalam Islam yang berarti bersih atau sucinya seseorang secara lahir
dengan sucinya badan, pakaian dan tempat shalat dari najis dan secara batin dengan membersihkan hatinya
dari syirik, dengki dan iri hati. Kesucian merupakan syarat sahnya shalat dengan memahami thaharah, maka
shalatnya menjadi sah dan diterima Allah SWT. Dengan memahami haid, nifas dan istihadhah, maka seorang
muslimah dapat membedakan kapan diwajibkannya mandi dan atau kapan meninggalkan perbuatan-perbuatan
yang dilarang Islam.Wudhu sebagai salah satu amal yang memiliki nilai pahala besar. Karena berwudhu, bila
dilakukan secara sempurna baik aspek hukum maupun ruhiyahnya, dapat memelihara organ-organ tubuh dari
kemaksiatan, dan dapat dioptimalkan untuk melakukan ketaatan pada Allah SWT. Menjaga kondisi suci,
seharusnya tidak hanya ketika seseorang akan melakukan shalat.
POKOK-POKOK MATERI
1. Urgensi thaharah, melalui dalil naqli dan aqli
2. Thaharah sebagai salah satu keistimewaan syari’at Islam
3. Macam-macam hadas dan najis dan cara membersihkannya
4. Sunnanul Fitthrah Thaharah, pengertian, hakekat dan fungsi thaharah.
5. Hubungan thaharah dengan kebersihan, kesehatan dan keindahan lingkungan.
6. Wudhu’, mandi dan tayammum (syarat-syarat, rukun-rukun, cara-cara dan yang membatalkannya).
7. Haid, nifas, istihadhah, pengertian, waktu dan lamanya, hal-hal yang terlarang dan yang dibolehkan.
8. Kesempurnaan thaharah, dari sisi hukum fiqih dan ruhiyah
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pendahuluan tentang urgensi menjaga thaharah dan menjaganya. Dengan merujuk pada hadits
Rasulullah, akan tergambar betapa besar fadhilah (keutamaan) berwudhu bila dilakukan secara sempurna.
Berikan juga kisah menarik tentang sejumlah sahabat dan tabi’in yang memiliki kebiasaan menjaga thaharah.
Namun penting disampaikan bahwa dalam mengerjakan wudhu, harus memperhatikan aspek hukumnya,
beserta aspek ruhnya, sehingga dapat dilakukan dengan sempurna.
MARAJI’
1. Imam Ghazali, Ihya Ulumidin
2. Ibnu Rusyd., Bidayatul Mujtahid
3. Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin,
4. Kamil Muhammad Uwaidah,. Al-jami’ al fiqh an-nisa’
5. Munawar Khalil Biografi empat Madzhab,
6. Sayyid Sabiq Fiqhus Sunnah
7. Wahbah Zuhaili, Al fiqh Al Islam wa Adillatuhu.
8. Abd. Karim Zaidan, DR. Mufashshal Liahkamul Mar’ah
THAHARAH DENGAN SIWAK
Kode: 1.A4.3 | Sarana: Taujih dan penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui hukum siwak atau membersihkan mulut
2. Mengetahui fadhilah penggunaan siwak.
3. Teknik penggunaan siwak (bahan, alat dan cara penggunaan siwak).
4. Menggunakan siwak atau membersihkan mulut, terutama menjelang shalat
TITIK TEKAN MATERI
Dengan materi ini maka seseorang akan menggunkan siwak dengan baik sehingga terbentuklah pribadi yang
memiliki shahihul ibadah (muwashafat 2: 26).
Materi ini menjelaskan perhatian Islam terhadap masalah kebersihan. Siwak adalah sarana untuk
membersihkan mulut yang biasa digunakan para sahabat. Menggunakan siwak pada saat sekarang, adalah
salah satu bentuk sunnah Rasulullah saw. Bila tidak ada siwak,
POKOK-POKOK MATERI
1. Hukum siwak
2. Fadhilah siwak
3. Bahan-bahan yang dapat digunakan
4. Peralatan diperlukan untuk bersiwak
5. Tata-cara penggunaan siwak yang baik dan benar.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Sewaktu menyampaikan bahasan ini, maka siapkan contoh siwak dan bagaimana cara membuat peralatan
siwak (jika dapat dibuat sendiri). Kemudian tunjukkan bagai cara menggunakannya siwak tersebut. Untuk
memperluas wawasan membaca kitab Riyadushshalihin bab fadlu al siwak wa khishai al fithrah
MARAJI’
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin,
Said Hawwa, Mensucikan Jiwa
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah,
Qardhawi, Yusuf, DR Fiqhu shaum,
HUKUM SHALAT
Kode: 1.A4.4 | Sarana: Halaqah, Taujih, Daurah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui hukum shalat (muwashafat 5: 9)
2. Mengetahui urgensi shalat sebagai kebutuhan hidup yang memberi ketentraman jiwa
3. Memahami cara shalat yang benar dan dalil-dalilnya
4. Mengamalkannya dengan khusyu’ sehingga shalat menjadi pencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
TITIK TEKAN MATERI
Shalat menjadi pembeda antara mu’min dan kafir. Meninggalkan shalat wajib hukumnya berdosa. Para fuqaha
berbeda pendapat menyikapi orang yang meninggalkannya karena malas. Selain sebagai kewajiban, shalat
juga menjadi kebutuhan hidup. Ia sebagai terminal tempat perhentian setiap hamba Allah SWT yang dapat
melepas semua penat dan beban yang dihadapi. “Was ta’inu bi shabri wa shalah, innaha lakabiratun illa ‘alal
khasyi’in.”
Juga Hadits Rasulullah: “Ya Bilal arihna bi shalah.” Shalat adalah ibadah yang diwajibkan Allah SWT pada
ummat Islam disampaikan langsung pada nabi SAW tanpa perantara dan merupakan tiang Ad-dien, merupakan
wasiat terakhir yang diamanatkan Nabi SAW pada ummatnya, sehingga shalat itu diharuskan mengerjakannya
dalam kondisi apapun, baik di waktu mukim, diperjalanan, diwaktu damai maupun peperangan. Shalat
merupakan amalan yang pertama kali di hisab oleh Allah SWT, oleh karena itu sangat menentang orang yang
menyia-nyiakan shalat serta melalaikannya.
POKOK-POKOK MATERI
a. Arti, kewajiban, dan hikmah shalat
b. Rukun dan syarat shalat serta yang membatalkan shalat.
c. Hukum shalat dari Al-Qur‘an dan sunnah, dan pendapat para fuqaha tentang orang yang meninggalkan shalat.
d. Shalat sebagai kebutuhan hidup yang menenangkan jiwa Keutamaan shalat dan hikmah shalat berjama’ah.
e. Sikap para sahabat terhadap shalat
f. Pembagian shalat di tinjau dari berbagai aspek.
g. Shalat jama’ah dan kaitannya
h. Shalat-shalat sunnah dan cara mengerjakannya
i. Persiapan-persiapan ruh, jasad dan makani sebelum menunaikan shalat.
MARAJI’
Abdul Karim Zaidan, DR.. Al-Mufashshal fi Ahkamil Mar’ah Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu
Al-Kandahlawi, Hayatus Shahabah
Ibnu Rusyd,. Bidayatul Mujtahid
Kamil Muhammad, Uwaidah Al-jami’ al fiqh an-nisa’ Kifayatul Akhyar
Yusuf Qardhawi, al Ibadah fil Islam
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah: Buku..
Wahbah Zuhaili, Al fiqh Al Islam wa Adillatuhu
IHSAN DALAM SHALAT
Kode: 1.A4.5 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui dalil-dalil al-Qur‘an dan hadits tentang shalat
2. Melakukan shalat dengan ihsan-benar, dari aspek hukum maupun aspek ruhiyah
3. Mengetahui fadhilah (keutamaan) dan hikmah shalat
4. Menghindarkan diri dari berbagai kekejian dan kemungkaran
TITIK TEKAN MATERI
Dengan selalu ihsan dalam shalat maka akan dimiliki pribadi yang memiliki shahihul ibadah (mu 2: 5)
Inti Materi ini berisi uraian bahwa shalat seharusnya dilakukan sesuai tuntutannya, baik tuntutan hukum fiqih
(secara lahir) dan tuntutan ruhiyah (secara bathin). Inti kesempurnaan secara bathin, ada pada kekhusyu’an
(kehadiran hati) dalam melakukan shalat. Shalat yang dilakukan dengan sempurna akan memberi banyak
hikmah, antara lain menghindarkan pelakunya dari kekejian dan kemungkaran.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur’an dan sunnah tentang shalat
2. Kesempurnaan shalat dari sudut hukum fiqh
3. Kesempurnaan shalat dari sudut ruhiyah (bathiniyah)
4. Mengkaji hadits Al Masyi fil Shalat dari:
a. Fathul bari, Shahih Bukhari
b. Syarah Nawawi, Shahih Muslim
c. Subulussalam, Bulughul Maram
5. Kisah para sahabat dan tabi’in tentang shalat
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pendahuluan tentang urgensi shalat dalam kehidupan. Pada dasarnya, di samping kewajiban, shalat
merupakan kebutuhan setiap orang dalam menghadapi berbagai problema kehidupan. Hanya shalat yang
dilakukan secara benar, dari aspek fiqih maupun ruhiyahnya saja yang dapat memberi buah bagi pelakunya.
Kemukakan bagaimana kualitas shalat para sahabat dan tabi’in. Dengan kualitas seperti itulah mereka mampu
menanggung beban perjuangan dakwah Islam.
MARAJI’
Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin,
Imam Ghazali Ihya Ulumidin
Sayyid Sabiq Fiqhus Sunnah,
Yusuf Qardhawi, al Ibadah fil Islam
Zainab binti Muhammad Muharib, Kaifa takhsya’inna fish shalah
Said Hawwa Mensucikan Jiwa,
QIYAMUL LAIL
Kode: 1.A2.6 | Sarana: Halaqah/Mabit
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui dalil-dalil qiyamul lail dengan benar
2. Mengetahui tata-cara melaksanakan qiyamul lail
3. Mengetahui fadhilah qiyamul lail
4. Melaksanakan qiyamul lail secara rutin minimal sekali sepekan
TITIK TEKAN MATERI
Dengan materi ini maka akan terbentuk kebiasaan dan kesadaran melakukan qiyamul lain minimal sekali
sepekan, sehingga seseorang memiliki karakter shahihul ‘ibadah (mu 2: 6)
Materi ini menggambarkan tentang fadhilah (keutamaan) qiyamul lail yang sangat istimewa. Di antara
fadhilahnya adalah, melatih keikhlasan dalam beribadah, dan melatih diri mengalahkan hawa nafsu.
Di samping itu, suasana malam yang sangat tepat untuk beraudiensi dengan Allah SWT. Urgensi Qiyamul lail
juga dapat dilihat ketika dakwah masih dalam tahap awal di Makkah, di mana Rasulullah dan para sahabat
diperintahkan untuk melakukan qiyamul lail. Artinya, qiyamullail dapat menjadi suplai energi dan benteng
ruhiyah yang sangat kuat dalam menghadapi berbagai ujian dan problematika perjuangan.
Membiasakan qiyamul lail juga bisa bermanfaat untuk mengoptimalkan waktu malam, melakukan berbagai
amal kebaikan. Misalnya, belajar, menulis, tafakkur, tilawah, dsb.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan hadits Nabawi tentang qiyamul lail
2. Fadhilah dan urgensi Qiyamul lail
3. Kisah sahabat dan tabi’in dalam melakukan qiyamul lail (membaca kitab Riyadushshalihin bab Fadlu Qiyamul
lail)
4. Kiat-kiat agar dapat melakukan qiyamul lail
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan gambaran tentang urgensi dan fadhilah qiyamullail, merujuk pada dalil Al-Qur‘an dan hadits.
Sampaikan apa tujuan kita membahas materi ini. Uraikan bagaimana pentingnya Qiyamul lail dalam membina
kondisi ruhiyah seseorang, sehingga dia dapat menghadapi berbagai problematika dalam hidup. Baru setelah
itu dijelaskan, bagaimana kiat-kiat yang bisa ditempuh agar seseorang mampu bangun malam. Berikan
kesempatan bagi audiens tentang problem yang pernah dialami, yang menjadi hambatan ketika akan bangun
malam.
MARAJI’
Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin,
Imam Ghazali, Ihya Ulumudin
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah,
ADZAN
Kode: 1.A4.7 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui latar belakang disyariatkannya adzan
2. Mengetahui fadhilah adzan
3. Memiliki sifat untuk tidak sungkan adzan apabila waktu shalat tiba
4. Menjadi muadzin dengan benar ketika waktu shalat tiba
TITIK TEKAN MATERI
Shalat adalah ciri utama seorang muslim. Untuk memberi tanda waktu shalat maka dikumandangkan adzan.
Maka dengan terbangunnya sifat untuk tidak sungkan adzan akan terbentuknya karakter shahihul ibadah. (2:
1)
Materi ini memberi uraian tentang bagaimana keutamaan (fadhilah) adzan sebagai panggilan yang mulia bagi
para hamba Allah SWT untuk menuju ke masjid. Seorang yang menyadari keutamaan itu akan berupaya keras
mengumandangkan adzan, kendati untuk itu ia harus mengatasi kendala yang sangat berat. Selain memiliki
nilai pahala yang istimewa, seorang muadzin akan mendapat perlakuan istimewa di hari akhir. Di sisi lain,
seorang muadzin secara otomatis akan melakukan shalat di awal waktu, plus mendapatkan pahala shalat
berjamaah.
POKOK-POKOK MATERI
1. Latar belakang disyari’atkannya Adzan
2. Dalil-dalil dari hadits Nabawi tentang adzan.
3. Al-azkar, Imam Nawawi
4. Fadhilah adzan, di dunia maupun di akhirat.
5. Tinjauan fiqih tentang adzan (membaca kitab Raiyadushshalihin bab fadlul Azan)
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik adzan yang akan di bahas memiliki nilai yang sangat penting. Sementara
kondisi masyarakat kita, karena belum memahami keutamaan adzan, cenderung kurang responsif terhadapnya.
Contoh, masih banyak di antara kita yang sungkan atau enggan melakukan adzan. Di sisi lain, ada pula
masyarakat yang mengumandangkan adzan dengan cara yang tidak benar. Misalnya, menganggap adzan yang
paling baik adalah yang memiliki nada paling bagus. Sampaikan juga bahwa kedudukan muadzin adalah
mulia. Karena adzan dapat mengusir syaithan, dan menjadi salah satu amal yang mendapat balasan berlipat
ganda. Apalagi, seorang muadzin pasti melakukan shalat di awal waktu secara berjamaah.
MARAJI’
Imam An-Nawawi, Riyadhus shalihin: Fadhilatul adzan.
Imam Nawawi, Al Azkar
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah
ZAKAT
Kode: 1.A4.8 | Sarana: Halaqah, Taujih dan Penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Membayar zakat dengan baik (muwashafat 4: 5)
2. Mengetahui fadhilah dan urgensi zakat
3. Mengetahui hukum zakat (tinjauan fiqh)
4. Mengetahui adab dalam berzakat
5. Mengetahui jenis-jenis zakat
TITIK TEKAN MATERI
Dengan pemberian materi ini maka seseorang akan membayar zakat dengan baik sesuai dengan nishabnya,
sehingga terbentuknya shahihul ibadah pada diri seseorang. (2: 7)
Materi ini menguraikan tentang kewajiban muslim membayar zakat. Juga bagaimana adab yang harus
dipelihara dalam menunaikan zakat. Selain itu, ada banyak fadhilah dan hikmah yang ada di dalam
menunaikan zakat. Misalnya, membina kepedulian sosial, membersihkan harta dari bagian yang harus
dizakatkan (kewajiban muzakki dan sekaligus hak dari mustahiq), membersihkan jiwa dari keterikatan dengan
dunia (cinta dunia), serta menyadarkan bahwa sesungguhnya harta itu milik Allah SWT.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan hadits Nabawi tentang zakat
2. Fiqih zakat
3. Adab dalam berzakat
4. Fadhilah dan Urgensi zakat
5. Jenis-jenis zakat
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pendahuluan tentang kondisi kesenjangan di masyarakat karena ketiadaan rasa peduli dari si kaya
terhadap si miskin. Di sinilah Islam memberi solusi dengan menetapkan kewajiban zakat. Sampaikan bahwa
seorang muzakki posisinya tidak lebih mulia dari mustahiq, karena dalam Islam, harta yang dimiliki muzakki
memang termasuk hak yang harus diberikan untuk si mustahiq. Setelah itu jelaskan sekilas tentang fiqhu
zakat. Uraikan juga adab yang harus dipenuhi dalam zakat. Dan terakhir, ceritakan bagaimana kesenjangan
sosial dan problematika ekonomi, akan berkurang bila zakat dilakukan oleh setiap muslim.
MARAJI’
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin
Imam Ghazali, Ihya Ulumudin
Said Hawwa, Mensucikan Jiwa
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah,
Qardhawi, Yusuf, DR, Fiqhu Zakat
Yusuf Qardhawi, al Ibadah fil Islam
Fase madinah:
a. Membangun masjid sebagai pusat semua aktifitas
b. Peperangan terjadi pada fase madinah
c. Sebagai pelajaran: Da’wah dengan tegas setelah banyak pendukung
d. Peperangan bukan untuk membantu orang namun untuk menyelamatkan
e. Kekalahan pada perang Uhud antara lain karena tidak Taat, jadi tidak taat penyebab kegagalan.
f. Membuat perjanjian yang umum.
g. Persaudaraan diformalkan.
h. Pengembangan ekonomi.
POKOK-POKOK MATERI
1. Uraian global tentang pembagian fase Makkiyah dan Madaniyah
2. Fase Makkiyah dari sudut perkembangan hukum syari’at
3. Fase Makkiyah dari sudut perkembangan fiqhu da’wah
4. Karakteristik fase Makkiyah
MARAJI’
Musthafa Munir Ghadban, Manhaj Haraky Munawwar Khalil, Kelengkapan Tarikh Ramadhan Al-Buthy,
Sirah Nabawiyah,
BIDANG STUDI:
SIRAH DAN SEJARAH ISLAM
10 SAHABAT DIJAMIN MASUK SURGA
Kode: 1.C14.1 | Sarana: Taujih dan Penugasan
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami karakteristik 10 sahabat yang dijamin masuk surga (sifat-sifat utama)
2. Mengenal kepribadian 10 orang sahabat yang dijamin masuk surga
3. Termotivasi memiliki semangat juang sebagaimana para sahabat yang dijamin masuk surga dan berkorban
dalam amal Islam
TITIK TEKAN MATERI
Memaparkan sejauh kehidupan masing-masing para ahabat dari kehidupan awalnya hingga akhir kehidupan
mereka. Penjelasan mengenai perilaku utama, sifat-sifat mulia/terpuji yang melatarbelakangi mereka sebagai
penghuni surga. Memberikan motivasi (semangat mewujudkan sifat utama para sahabat tersebut dalam
kehidupannya saat ini.
POKOK-POKOK MATERI
1. Sejarah hidup 10 orang sahabat yang dijamin masuk surga
2. Sifat dari masing-masing kehidupan sahabat
3. Ibrah dari mereka pada kehidupan sekarang
4. 10 orang sahabat: Abu Bakar As Siddiq, Umar Bin Khattob, Utsman Bin Affan, Ali Bin Abi thalib, Abdur
Rahman Bin Auf, Zubair Bin Awwam, Amru Bin Ash, Sa’ad Bin Abi Waqash, Abdullah Bin Rawahah,
Thalhah Bin Ubaidillah.
MARAJI’
Al-Kandahlawi, Hayatu Shahabah
Khalid Muhammad Khalid, Kisah 60 sahabat Nabi, K
halid Muhammad Khalid, Sepuluh Sahabat dijamin Masuk Surga,
BIDANG STUDI:
DUNIA ISLAM KONTEMPORER
AHWALUL MUSLIMIN (KELEMAHAN MUSLIMIN DEWASA INI)
Kode: 1.C15.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami faktor-faktor kelemahan muslimin dewasa ini dan berusaha mengatasinya.
2. Memahami peranan tarbiyah dan harakah dalam mengatasi kelemahan tersebut.
3. Memahami bahwa jalan satu-satunya untuk memperbaiki kondisi umat adalah menjadikan dirinya
layak bergabung dengan Hizbul-Lah.
TITIK TEKAN MATERI
Keadaan muslimin sekarang ini memanglah hina dan berada di bawah kekuasaan musuh-musuh Islam.
Muslim sebagai ummat yang terbaik dan mulia ternyata tidak lagi nampak kemuliaannya di tengah-tengah
manusia lain, bahkan nampak semakin terpuruk sebagai hasil keadaan jahiliyah yang semakin meraja lela saat
ini. Secara umum kondisi kaum muslimin hari ini mempunyai kelemahan-kelemahan diantaranya aqidah,
tarbiyyah, tsaqafah, dakwah manajemen oraganisasi, akhlaq. Keadaan ini berlaku disebahagian besar negeri
Islam. Untuk memperbaiki ini semua, maka diperlukan dakwah harakiyah yang mengacu kepada nilai-nilai
asasi, yaitu: Rabbaniyyah, Minhajiyah, Marhaliyah (bertahap), Uawiyah (prioritas), Sesuai dengan realita,
Seimbang,
POKOK-POKOK MATERI
1. Kelemahan Muslimin Dewasa ini:
a. Aqidah
b. Tarbiyah
c. Tsaqafah
d. Da’wah
e. Organisasi
f. Akhlaq
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Proses pemberian Madah Ketika mengisi topik ini, maka sedapat mungkin bawakan buku-buku yang telah
membahas topik ini. Tunjukan kliping Koran yang berhubungan dengan dampak negatif dan bukti-bukti nyata
di lapangan. Dengan memberikan data yang nyata, maka akan dapat menggugah emosi dan menimbulkan
kepercayaan. Lakukan diskusi untuk membahas realitas kehidupan dan masalah yang ada.
MARAJI’
Perang Urat Syaraf Abd. Marzuq Shabrur, Invasi pemikiran
Abdus Sattar, DR. Al Ghazwul Fikri,.
Anwar Jundi, Al Ghazwul Fikri,.
Muhammad Al Bahi, Al fikrul Gharbi Washilatuhu bil Alamil islami,
ZIONISME INTERNASIONAL
Kode: 1.C17.2 | Sarana: Taujih
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui adanya konspirasi global yang dilancarkan musuh-musuh Islam
2. Mengetahui strategi Zionisme terhadap Islam
3. Mengetahui Israel sebagai negara zionis
4. Mengetahui bagaimana Islam/umat Islam mengatasi kedua hal di muka
TITIK TEKAN MATERI
Pertarungan (shira’) antara haq dan bathil berlaku sepanjang masa. Al-Qur‘an telah menegaskan bahwa
kelompok Yahudi tidak akan rela sampai kaum muslimin mau mengikuti millah mereka (QS. al-Baqarah:
120). Salah satu kelompok yang gencar melakukan perang terhadap Islam adalah Zionisme yang organisasinya
tersebar ke seluruh dunia.
Proyek utama Zionisme adalah mendirikan negara Israel Raya di atas tanah jajahan Palestina. Strategi global
Zionisme dapat dilihat pada Protocol of Zions dan tetap saja pada akhirnya Al haq dapat mengalahkan yang
batil sekalipun bernama zionisme Israel sebagai negara zionis, selintas tentang sejarah hitam berdirinya,
konspirasi yang menyertainya, kejahatannya terhadap Palestina, negara-negara tetangga maupun dunia
international (PBB)
POKOK-POKOK MATERI
1. Taujih tentang pertarungan abadi antara haq dan bathil
2. Zionisme sebagai organisasi internasional yang memerangi Islam
3. Beberapa butir-butir protocol of Zionis
4. Kejahatan-kejahatan Israel dan terorisnya Israel terhadap bangsa Palestina, Masjid Al Aqsha serta
kemanusiaan umumnya.
5. Penyebaran zionisme di Indonesia serta bahayanya
6. Dalil serta cara mengcounter/membongkar hakikat zionisme
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Proses pemberian Madah Ketika mengisi topik ini, maka sedapat mungkin bawakan buku-buku yang telah
membahas topik ini. Tunjukan kliping Koran yang berhubungan dengan dampak negatif dan bukti-bukti nyata
di lapangan. Dengan memberikan data yang nyata, maka akan dapat menggugah emosi dan menimbulkan
kepercayaan
MARAJI’
Protokolat Zionisme Ensiklopedia gerakan & aliran WAMY
GERAKAN TERSELUBUNG YANG MEMUSUHI ISLAM
Kode: 1.C17.3 | Sarana: Taujih
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
a. Mengetahui bahaya terselubung yang mengancam kaum muslimin
b. Mengetahui peta komunisme dan sekularisme sebagai kelompok yang memusuhi Islam
TITIK TEKAN MATERI
Berbagai cara dilakukan musuh Islam untuk menundukkan umat Islam. Salah satunya dengan cara mendirikan
muassasah (yayasan, lembaga, institusi, LSM) yang intinya ingin merusak dan menyingkirkan eksistensi Islam
dan umatnya. Demikian juga mereka menciptakan gerakan komunisme dan sekularisme yang kadang tampil
secara tegas memusuhi Islam dan umat Islam. Secara lahir, mereka tidak mengidentifikasikan dirinya sebagai
kelompok yang berlawanan dengan Islam. Keberadaan lembaga-lembaga ini terus berkembang di setiap
periode, dan harus diketahui oleh kaum muslimin agar mereka terhindar dari tipu muslihatnya.
POKOK-POKOK MATERI
1. Komunisme sebagai gerakan yang anti Islam
2. Sekularisme sebagai gerakan yang anti Islam
3. Counter Islam terhadap mereka
4. Pandangan Pemikir Islam terhadap gerakan yang anti Islam
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Ketika mengisi topik ini, maka sedapat mungkin bawakan buku-buku yang telah membahas topik ini.
Tunjukan kliping Koran yang berhubungan dengan dampak negatif dan bukti-bukti nyata di lapangan. Dengan
memberikan data yang nyata, maka akan dapat menggugah emosi dan menimbulkan kepercayaan
MARAJI’
Ensiklopedia Gerakan dan Aliran, WAMY
LEMBAGA-LEMBAGA YANG MENENTANG ISLAM
Kode: 1.C17.4 | Sarana: Halaqah, seminar, Penugasan
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah menjalankan tugas ini peserta dapat:
1. Mengetahui jenis-jenis lembaga yang memusihi Islam, sehingga mampu menulis sebuah makalah kecil
tentang lembaga yang sangat keras permusuhannya terhadap Islam.
2. Menganalisa makar-makar lembaga-lembaga tersebut terhadap Islam dan hubungan antar lembaga, agar dapat
menghubungkan antar peristiwa yang merugikan pihak kaum muslimin (dapat terungkap melalui diskusi).
3. Memahami akan bahaya menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga yang memusuhi Islam, sehingga ia
mengintegrasikan diri dengan lembaga-lembaga Islam den tidak menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga
yang memusuhi Islam.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus diketahui dalam materi ini adalah: Jenis-jenis lembaga yang memusuhi Islam dan
program-programnya, sebagai wawasan bagi peserta dan menjadi pertimbangan imunitas agar senantiasa
wasapada dan tidak menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga tersebut. Bukan hanya dirinya tapi juga ia
menyampaikan kepada yang lain, keluarga, handai tauland, teman kerja, teman sekolah, kuliah dsb.
POKOK-POKOK MATERI
1. Identitas lembaga: nama, tokoh (pendiri, lokal, regional, nasional, internasional), Program, cakupan (regional-
internasional), sejarahnya, sasaran-sasaran utama serta nama-nama lain yang dipakainya.
2. Jaringan kelembagaan, pola dan bentuk, lobby, pressure, antarnegara.
3. Program lembaga yang paling berbahaya bagi Islam.
4. Sikap yang tepat menghadapi problema yang ditimbulkan lembaga tersebut.
5. Penutup.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Ketika mengisi topik ini, maka sedapat mungkin bawakan buku-buku yang telah membahas topik ini.
Tunjukan kliping Koran yang berhubungan dengan dampak negatif dan bukti-bukti nyata di lapangan. Dengan
memberikan data yang nyata, maka akan dapat menggugah emosi dan menimbulkan kepercayaan
MARAJI’
Gerakan Da’wah, WAMY.
BIDANG STUDI:
TATA SOSIAL KEMASYARAKATAN
MENYEBARLUASKAN SALAM
Kode: 1.D18.1 | Sarana: Taujih
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui dalil-dalil dari hadits tentang perintah menyebarkan salam, serta kisah-kisah para sahabat yang
menyangkut dengan penyebaran salam.
2. Mengetahui hukum dan adab memberi salam dan menjawab salam (termasuk terhadap non muslim)
3. Mengetahui makna dan kandungan salam
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini menguraikan tentang anjuran menyebarluaskan salam. Salam yang salah satu maknanya adalah
mengucapkan “Assalamu’alaikum” merupakan do’a yang sangat baik diberikan kepada sesama muslim.
Salam juga menjadi salah satu simbol dan syiar Islam. Lebih jauh, salam tidak hanya berbentuk perkataan
“assalamu’alaikum”, tapi juga upaya untuk mewujudkan salam (kedamaian) kepada seluruh makhluk Allah
SWT. Salam untuk orang lapar adalah, bagaimana menjadikannya tidak lapar, dan sebagainya..
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan hadits Nabawi tentang salam
2. Urgensi dan fadhilah Salam
3. Adab-adab salam
4. Kandungan dan makna salam
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Buatkan cek list tentang kegiatan untuk selalu menyebarkan salam, sehingga membuat disiplin mereka untuk
selalu mengucapkan salam.
MARAJI’
Hassan Ayyub, Assulukul Ijtima’i
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah
BERPARTISIPASI DALAM KERJA-KERJA JAMA’I
Kode: 1.D.18.2 | Sarana: Pelatihan, halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Peka dengan masalah sosial masyarakat
2. Mengetahui urgensi amal jama’i.
3. Memahami pokok-pokok amal jama’I
4. Membentuk kepanitiaan kegiatan sosial
5. Berpartisipasi dalam kerja-kerja jama’I, khususnya dalam kegiatan sosial masyarakat
TITIK TEKAN MATERI
Berikan masalah sosial masyarakat yang ada disekitar, agar tumbuh kepekaan sosial dan berfikir realistis
untuk mau menolong dan terlibat dalam pekerjaan sosial masyarakat. Perlu diberikan penyadaran, bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Tak satupun pekerjaan yang dihasilkan dari satu orang.
Dalam rangka da’wah Islam, kerja kelompok atau amal jama’i lebih penting lagi. Selain sebagai sunnatullah
fil alam, sunnatul basyar, juga sebagai tuntutan kerja menghadapi berbagai makar musuh-musuh Islam.
Bentuk kerja jama’i bisa dibina melalui proyek-proyek kecil sampai pada penanganan proyek-proyek besar
yang membutuhkan keterlibatan masing-masing anggota. Bisa dalam bentuk kepanitiaan majlis ta’lim, rihlah,
pernikahan, badan usaha, dan sebagainya.
Amal jama’i harus dibuatkan ke dalam peta aktifitas (da’wah, ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan
keamanan). Kerja amal jama’i ditempuh melalui berbagai jalur (swasta, pemerintahan, LSM-LSm kepartaian).
POKOK-POKOK MATERI
1. Masalah sosial masyarakat (terdekat di daerahnya yang realistis)
2. Urgensi Amal jama’I
3. Pokok-pokok amal jama’I
4. Membentuk kepanitiaan kerja sosial
5. Melaksanakan kerja sosial
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Proses pemberian Madah Evaluasi pencapaian materi dibuat latihan kerja (tadribul ‘amal), sehingga seseorang
akan menjadi terbiasa dengan pekejaan jama’I pada kegaiatan sosial masyarakat. Kegiatan yang mungkin
dibuat seperti: Kerja bakti membersihkan masjid dan mushala, membantu dalam penanggulangan bencana
alam, membuat kegiatan bakti sosial dan pengajaran kepada keluarga prasejahtera, membantu secara jamai
pada acara pernikahan dll
MARAJI’
Musthafa Masyhur, Amal Jama’i
Sa’id Hawwa, Urgensi Amal Jama’i
Fathi Yakin, Abjadiyat tashawwur amal Islami
SHALAT BERJAMAAH DI MASJID
Kode: 1.D18.3 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui fadhilah (keutamaan) shalat berjamaah
2. Bersemangat dan termotivasi untuk selalu shalat berjama’ah
3. Bersemangat dan termotivasi untuk selalu shalat berjama’ah di masjid
4. Melakukan shalat berjamaah di masjid, minimal shalat subuh dan ‘isya
TITIK TEKAN MATERI
Dengan bersemangat untuk shalat berjamaah baik di rumah dan di masjid maka akan mampu membentuk
pribadi yang memiliki shahihul ibadah (2: 3 dan 2: 4)
Materi ini menguraikan tentang berbagai keutamaan yang diperoleh dari shalat berjamaah. Antara lain, shalat
di awal waktu, shalat berjamaah memiliki nilai pahala yang berlipat ganda, menumbuhkan jiwa disiplin dalam
segala urusan yang benar, menjalin silaturahmi dengan masyarakat, dapat memberi pelajaran tentang
kepemimpinan dan sebagainya. Dalam sejumlah hadits, perintah melakukan shalat berjamaah sangat
ditekankan, meskipun dalam kondisi yang sangat sulit.
Bagi wanita, shalat berjamaah juga ditekankan. Sedangkan masalah tempat untuk shalat berjamaah,
disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Dr. Yusuf Qardhawi misalnya, menganjurkan bagi mahasiswi
untuk shalat berjamaah di masjid kampus, karena lebih utama, untuk syi’ar dan terjamin keamanannya.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil Al-Qur‘an dan hadits tentang shalat berjamaah
2. Urgensi dan fadhilah shalat berjamaah
3. Hikmah shalat berjamaah
4. Shalat berjamaah yang benar dari sudut fiqh.
5. membaca kitab Riyadushshalihin bab:
a. Fadlu al masyi ilal maasajid
b. Fadlu Al lintizharush Shalat
c. fadlu Shalat Al jama’ah
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan prolog tentang keutamaan shalat berjamaah dalam al-Qur‘an dan hadits Rasulullah. Bagaimana
Rasulullah sangat menekankan shalat berjamaah di masjid, terutama subuh dan isya. Sampaikan pula nilai
pahala yang sangat besar, diberikan Allah SWT bagi orang yang melakukan shalat berjamaah.
Di samping itu, sampaikan kisah-kisah para sahabat yang berusaha keras melakukan shalat berjamaah. Hasan
Al-banna juga telah menggaris bawahi masalah ini dalam risalatu ta’lim. Baru dijelakan aspek fiqh dalam
shalat berjamaah. Misalnya, siapa yang lebih berhak menjadi imam, bagaimana bacaan makmum, bagaimana
cara masbuk, bagaimana posisi imam dan makmum, termasuk yang terkait dengan makmum wanita. Masalah
fiqih ini, disampaikan secara sekilas saja. Materi ini bisa dikembangkan dengan diskusi.
MARAJI’
Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin, Imam Ghazali Ihya Ulumiddin,
Sayyid Sabiq Fiqhus Sunnah, Taqrib,
Qardhawi, Yusuf, Fatwa Kontemporer,
Qardhawi, Yusuf, Al ibadah fil Islam,
BIDANG STUDI:
PERUNDANG-UNDANGAN
MENJAGA KEPEMILIKAN UMUM DAN KEPEMILIKAN KHUSUS
Kode: 1.D19.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Mengetahui perihal kepemilikan umum dan kepemilikan khusus dengan memberikan batasan serta contoh-
contoh
2. Memahami manfaat kepemilikan umum dan kepemilikan khusus, yaitu dengan memberikan uraian
manfaatnya
3. Tidak merusak kepemilikan umum maupun kepemilikan khusus
4. Menjaga dan memelihara kepemilikan umum guna memperoleh manfaat sebesar-besarnya, baik bagi dirinya
maupun bagi orang lain/masyarakat, sebagai wujud rahmatan lil ‘alamin
5. Menjaga dan memelihara kepemilikan khusus guna memperoleh kemanfaatan sebesar-besarnya bagi dirinya
maupun pihak-pihak tertentu yang secara khusus turut memanfaatkan kepemilikan khusus tersebut dalam
rangka ibadah kepada Allah SWT
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini menjelaskan bahwa kepemilikan umum dan kepemilikan khusus hendaknya dijaga dan dipelihara
agar berfungsi optimal untuk mendukung aktivitas kaum muslim maupun masyarakat luas pada jalan yang
haq.
Kepemilikan umum adalah segala fasilitas yang tidak menjadi hak milik pribadi dan kemanfaatannya
diperuntukkan bagi masyarakat luas; Contohnya: jalan, sungai, hutan, danau, sumber air, jembatan, terminal,
ruang terbuka hijau atau taman, sarana telepon umum, rumah sakit, sekolah, masjid, perpustakaan, dsb.
Kepemilikan khusus adalah segala fasilitas yang merupakan hak milik pribadi, baik milik kita maupun milik
orang lain, yang kemanfaatannya terutama bagi pemilik fasilitas tersebut, contohnya: rumah, sebidang tanah
garapan, kendaraan pribadi, perlengkapan rumah tangga, pohon atau tanaman yang tumbuh di halaman rumah,
buku-buku koleksi pribadi, dsb. Terhadap kepemilikan umum, kita dilarang mebuat kerusakan atau melakukan
tindakan yang menimbulkan ketidaknyamanan pengguna lainnya. Allah SWT melarang membuat kerusakan di
muka bumi dan tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS 28: 77).
Rasulullah bersabda kepada Abu Hurairah: Awaslah kamu dari dua tempat kutukan orang-orang. Ditanya:
Apakah dua tempat yang dikutuk itu? Jawab Nabi saw.: Orang yang buang air di jalan atau di tempat
berteduh mereka. Salah satu hikmah Rasulullah melarang melakukan hal tersebut karena menimbulkan
ketidaknyamanan bagi masyarakat pengguna kedua fasilitas umum tersebut. Jabir ra. berkata: Rasulullah saw
telah melarang buang air kecil dalam air yang berhenti tidak mengalir. Salah satu hikmah larangan tersebut
adalah karena dapat mengganggu orang lain akibat bau yang ditimbulkan maupun kemungkinan sebagai
sarang penyebab penyakit.
Rasulullah juga telah bersabda: Meludah di masjid itu dosa, dan tebusannya adalah mengubur
(menanam/membersihkan) ludah itu. Pada kesempatan lain Anas ra. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya masjid ini tidak layak untuk tempat kencing dan lain-lain kotoran., hanya semata-mata untuk
dzikrullah dan bacaan Al-Qur’an. Selain tidak merusak, kita berkewajiban menjaga dan memelihara agar
fasilitas tersebut dapat berfungsi dengan baik sehingga kemanfaatannya optimal bagi semua orang sebagai
wujud rahmatan lil ‘alamin. Aisyah ra. menyatakan: Rasulullah saw melihat ingus di tembok kiblat, maka
dikoreknya. Sebagaimana terhadap kepemilikan umum, terhadap kepemilikan khusus kita berkewajiban
menjaga dan memeliharanya agar fasilitas tersebut dapat berfungsi maksimal sehingga kemanfaatannya
optimal dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Disamping menjaga dan memelihara, dalam memanfaatkannya hendaknya menjauhkan diri dari tindakan
eksploitasi maupun pemubadziran. Eksploitasi akan menimbulkan kerusakan, sebaliknya pemubaziran terjadi
bila kepemilikan khusus tersebut tidak dimanfaatkan secara optimal, misalnya hanya disimpan atau dipajang
saja tanpa difungsikan.
POKOK-POKOK MATERI
1. Batasan kepemilikan umum dan kepemilikan khusus beserta contoh-contohnya
2. Manfaat kepemilikan umum dan kepemilikan khusus
3. Larangam merusak kepemilikan umum dan kepemilikan khusus dan kerugian yang dtimbulkan akibat tidak
berfungsinya kedua fasilitas tersebut
4. Kiat-kiat menjaga dan memelihara kepemilikan umum dan kepemilikan khusus, serta kiat-kiat
mengoptimalkan fungsinya dalam rangka mencapai ridha Allah SWT
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik yang dibahas adalah tentang menjaga kepemilikan umum dan kepemilikan
khusus dan sampaikan tujuan pembelajaran materi ini. Pancing peserta mengemukakan kedua macam
kepemilikan tersebut beserta contoh-contohnya, dan pendapat serta pengetahuan mereka tentang keharusan
bersikap terhadap kedua macam kepemilikan umum tersebut.
Lengkapi dan luruskan tanggapan peserta tentang hal tersebut, dan kewajiban tidak merusak, menjaga,
memelihara, dan mengotimalkan fungsi kedua macam kepemilikan tersebut disertai dalil-dalil Al-Qur'an dan
Sunnah pendukungnya. Pancing peserta mengemukakan kerugian akibat tindakan pengrusakan kepemilikan
umum atau kepemilikan khusus tertentu, misalnya: kerugian bila telepon umum rusak; akibat tindakan
merusak buku perpustakaan atau meminjam tetapi tidak dimanfaatkan, atau terlambat mengembalikannya;
membendung dengan sengaja aliran sungai untuk kepentingan dirinya, dsb. Luruskan dan lengkapi tanggapan
peserta, dan kemukakan kisah dalam sejarah Islam, agar tumbuh motivasi peserta untuk tidak merusak
sekaligus menjaga dan memelihara.
MARAJI’
An-Nawawy (1987). Riadhus Shalihin (diterjemahkan oleh Salim Bahreisj, buku II). PT Alma’arif, Bandung.
BIDANG STUDI:
SISTEM POLITIK DAN HUBUNGAN IENTERNASIONAL
HAK-HAK MANUSIA
Kode: 1.D20.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta mampu:
1. Mengetahui hak-hak manusia menurut pandangan Islam dengan benar
2. Menggunakan hak-hak manusia dalam kehidupannya
3. Mengetahui kepemilikan khusus manusia menurut ilmu politik
4. Mengetahui kepemilikan umum menurut ilmu politik
TITIK TEKAN MATERI
Manusia hidup pada prinsipnya hanya menghambakan diri kepada Allah SWT semata. Boleh manusia
memberikan kethaatan kepada makhluk selagi ketatan itu dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT. Allah
SWT telah memberikan hak-hak kemanusiaan sejak lahir, sehingga manusia dapat dengan bebes memenuhi
kebutuhan hidupnya untuk beraktualisasi diri sebagaimana manusia lainnya. Tanpa adanya pemahaman ha-hak
manusia dengan baik, maka kita akan tertindas dengan alasan sesuatu hal. Untuk itu perlu kita memehami hak-
hak manusia menurut Islam, UU formal dan dalam pandangan polotik. Apabila kita mengerti akan hak-hak
kita dengan baik, maka pengabdian kepada Allah SWT akan semakin baik pula dan tidak ada makhluk yang
menghalangi.
POKOK-POKOK MATERI
1. Hak –hak manusia dalam Islam
2. Hak azasi manusia menurut ilmu politik
3. UU HAM formal
4. Kepemilikan khusus dalam Islam
5. Kepemilikan khusus menurut Ilmu politik
6. Kepemilikan umum
BIDANG STUDI:
EKONOMI
DASAR-DASAR KEKUATAN PEREKONOMIAN
Kode: 1.D21.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. 1. Mengetahui dasar-dasar kekuatan perekonomian
2. 2. Memahami urgensi kekuatan ekonomi dalam Islam
3. 3. Mengetahui landasan-landasan Islam dalam pengembangan usaha
TITIK TEKAN MATERI
Mengembangkan kekuatan ekonomi ummat merupakan bagian dari jihad. Saat ini kaum muslimin belum
memiliki kemapanan dalam ekonomi, untuk itu seluruh kaum muslimin harus memiliki proyek-proyek
ekonomi. Penguasaan ekonomi yang dilakukan orang non muslim mengakibatkan krisis ekonomi. Hal ini
disebabkan mereka tidak menggunakan landasan Islam dalam berusaha/mengembangkan ekonomi. RIBA.
Hikmah diharamkannya riba antara lain adalah:
(i) memelihara harta kaum muslim agar tidak dimakan dengan cara yang batil,
(ii) mengarahkan kaum muslim mengembangkan hartanya dengan usaha yang bersih,
(iii) menutup kemungkinan timbulnya kesulitan dan kebencian diantara sesama muslim,
(iv) menjauhkan kaum muslim dari semua yang menyebabkan kehancuran, dan
(v) membuka pintu-pintu kebaikan kaum muslim untuk memperoleh bekal di akhirat.
MENABUNG. Membelanjakan harta secara cermat dan hemat sehingga dapat menabung walaupun sedikit,
merupakan lawan dari sikap boros. Allah SWT berfirman bahwa pemboros adalah saudara syaitan, dan
memerintahkan kita berpaling dari para pemboros untuk memperoleh ridha-Nya (QS 17: 27, 28). Allah SWT
membenci tindakan memboroskan harta, sebagaimana sabda Rasulullah: Sesungguhnya Allah SWT Ta’ala
suka bagimu tiga perkara dan membenci bagimu tiga perkara. Suka kalau kamu menyembah kepada-Nya dan
tidak menyekutukan Dia dengan sesuatu apapun. Dan supaya kamu berpegang teguh dengan Qur’an tali
ikatan Allah SWT dengan kamu semuanya. Dan jangan bercerai berai. Dan membenci daripadamu banyak
bicara dan banyak bertanya serta memboros harta.
Menabung bukanlah menimbun harta, karena menabung dimaksudkan untuk menahan harta menghadapi
kebutuhan sewaktu-waktu dan menanti saat-saat yang baik untuk mengeluarkannya. Rasulullah telah
bersabda: Allah SWT akan memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik,
membelanjakan uang secara sederhana, dan dapat menyisihkan kelebihan untuk menjaga saat dia miskin dan
membutuhkannya. Hendaknya tiap muslim menumbuhkan etos kerja yang tinggi dalam upaya memperoleh
harta yang halal agar dapat menunaikan kewajiban membayar zakat dengan sebaik-baiknya. Hendaknya pula
tipa muslim mengelola/mem-belajakan hartanya dengan cermat dan hemat, serta menjauhi tindakan boros,
sehingga dapat menabung walaupun sedikit.
POKOK-POKOK MATERI
Prinsip-prinsip yang harus digunakan dalam mangembangkan usaha:
1. Menjauhi sumber penghasilan yang haram.
2. Menjauhi riba.
3. Menjauhi judi dengan segala macamnya.
4. Menjauhi penipuan.
5. Membayar zakat.
6. Menabung meskipun sedikit.
7. Tidak menunda dalam melaksanakan hak orang lain.
8. Menjaga kepemilikan orang lain.
9. Menjaga kepemilikan khusus.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Proses pemberian Madah Alat untuk mengevaluasi pencapaian materi ini, yaitu dengan keterlibatannya
mereka dalam mengurus kegiatan zakat di masjid tempat tinggalnya. Dan mau berinfaq semampunya untuk
kegiatan dakwah.
MARAJI’
Yusuf Qardlawi, DR. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam
DASAR-DASAR EKONOMI
Kode: 1.D21.2 | Sarana: Daurah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini, maka kader akan:
1. Memahami dan meyakini bahwa risalah Islam mencakup dan meliputi seluruh kehidupan dan keberadaan
manusia, dimana ekonomi merupakan bagian dari kehidupan tersebut, serta meyakini bahwa Islam
mempunyai konsep tentang ekonomi;
2. Memahami bahwa Islam mempunyai konsep ekonomi yang berbeda dengan konsep ekonomi yang ada
(konvensional);
3. Memahami bahwa rizki itu datang dari Allah SWT dengan syarat diupayakan melalui kerja yang halal dan
thayib;
4. Mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi pembayar zakat yang besar;
5. Memahami bahwa bunga bank adalah riba dan mempunyai kemauan untuk menghindarinya.
TITIK TEKAN MATERI
Pokok-pokok pikiran dan titik tekan materi yang harus disampaikan adalah:
1. Pemahaman tentang risalah Islam yang komprehensif dan komplit, mencakup seluruh bidang kehidupan;
2. Ekonomi merupakan salah satu bagian dari kehidupan yang tidak bisa dipisahkan dari seluruh kompleksitas
keberadaan manusia, sehingga tidak melihat ekonomi secara terpisah dari risalah Islamiah (tidak
juz’iah/partial);
3. Perlunya pemahaman tentang pentingnya fungsi ekonomi yang menentukan dalam membangun rumah tangga
individu dan masyarakat yang kuat (qawi);
4. Pemahaman secara mendalam, baik secara i’tiqadi maupun fikrah, bahwa bunga bank adalah riba.
POKOK-POKOK MATERI
1. Risalah Islamiah yang syamil, mutakamil, komplit dan lengkap terhadap kehidupan;
2. Faktor dan aktifitas ekonomi yang utama adalah kerja, dan manusia adalah faktor produksi utama;
3. Peranan ekonomi dalam membangun rumah tangga dan masyarakat Islami;
4. Hukum, pengertian, dan jenis-jenis riba;
5. Konsep dan pengertian zakat sebagai tiang perekonomian individu dan masyarakat.
MARAJI’
HS. Zuardin Azzaino, SE Ekonomi Ilahiah, Pustaka Al-Hidayah, 1992;
Malik Bin Nabi Membangun Dunia Baru Islam, Mizan, 1994;
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, UI Press, 1988
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, Litera Antar Nusa, 1993;
Yusuf Qardhawi, Karakteristik Islam, Risalah Gusti, 1995;
Yusuf Qardhawi, DR. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Rabbani Press, 1997;
BIDANG STUDI:
SENI DAN BUDAYA
SENI ISLAMI
Kode: 1.D22.1 | Sarana: Daurah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini, maka peserta akan dapat:
1. Mengetahui batasan seni Islam
2. Mampu membedakan antara seni yang diharamkan dalam Islam dan seni yang diizinkan.
3. Membedakan produk seni saat ini (film, Sinetron dll) anatar yang Islami dan yang tidak Islami.
4. Menyalurkan hobinya pada seni yang islami
5. Mengenal nasyid sebagai alternatif penyaluran seni islami
TITIK TEKAN MATERI
Manusia dilahirkan ke dunia diilhamkan sifat fujur dan taqwa. Apabila kita tidak mampu mengenali kebaikan,
maka niscaya akan tersesat ke dalam keburukan dan kemaksiatan. Seni salah satu adalah produk budaya
manusia. Produk seni ada yang baik ada yang buruk, walaupun jenisnya sama. Contohnya film, dia adalah
sesuatu yang netral, tetapi muatan film (pesan) u\ yang disampaikanlah yang membuat film itu jadi baik atau
burukk untuk ditonton. Untuk itu perlu seseorang dapat membedah produk seni kontemporer, terutama dapat
menegenali seni yang merusak akhlaq, moral dan mendekatkan diri pada neraka dan menjauhkan diri dari
mengingat Allah SWT.
Apabila seseorang memiliki kecenderungan seni yang kuat, maka perlu memilih alternatif seni yang ditolerir
oleh akhlaq islami. Saat ini untuk seni jenis audio telah banyak jenis nasyid, sehingga seorang muslim
minimal menjadikan nasyid sebagai alternatuf seni yang dapat disebar luaskan. Sedangkan isi nasyid
(pean/massage) yang disampaikan dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan semangat Islam, dan tetap
menjaga akhlaq islami.
POKOK-POKOK MATERI
1. Batasan seni dalam Islam (yang boleh dan yang tidak boleh)
2. Perbedaan seni Islam dan Seni non Islam.
3. Membedah Produk seni kontemporer.
4. Menyalurkan bakat seni
5. Nasyid: Sebuah alternatif seni Islam untuk meningkatkan hamazah dan kebersihan hati
BIDANG STUDI:
IPTEK DAN LINGKUNGAN
AL QUR-AN DAN SUNNAH BERBICARA TENTANG LINGKUNGAN
Kode: 1.D23.1 | Sarana: Daurah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini, maka kader dapat:
1. Memahami ayat-ayat dan hadits tentang lingkungan
2. Memiliki gambaran pembangunan lingkungan sesuai dengan al Qur-an dan Sunnah
3. Membaca problematika lingkungan saat ini dan solusinya
4. Mengenal kerusakan alam yang disebabkan oleh ulah tangan manusia
TITIK TEKAN MATERI
Pokok-pokok pikiran dan titik tekan materi yang harus disampaikan adalah: Menyampaikan ayat-ayat tentang
lingkungan, Menyampaikan hadits-hadits tentang lingkungan, dan Diskusi tentang problematika lingkungan
saat ini: erosi, banjir, lahan kritis, sumber air bersih menipis, temperatur meningkat, polutan kimia, dll.
Pembahasan materi ini dapat mengacu berlandaskan ayat dan hadits diberikan contoh solusi problematika
lingkungan. Uraian Ringkas Materi: QS 16: 14, 66, QS 21: 107: tidaklah aku utus engkau kecuali sebagai
rahmatan lil ‘alamin dan QS 30: 41: Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan akibat tangan manusia…
Barangsiapa diantara orang Islam yang menanam tanaman maka hasil tanamannya yang dimakan akan
menjadi sedekahnya, dan hasil tanaman yang dicuri akan menjadi sedekah. Dan tidaklah seorang pun
mendermakan tanamannya, maka akan menjadi sedekahnya sampai hari kiamat (HR Muslim).
Ingat beberapa statemen dalam Islam berikut: Rasul melarang melarang menggunakan air wudhu secara
boros, dilarang kencing pada air yang tidak mengalir, kerusakan alam ini disebabkan ulah tangan manusia,
mubadzir adalah teman syaithan, Kalau besok mau kiamat dan anda mempunyai sebuah biji tanaman, maka
tanamlah. Dll. Wacana: tunjukkan keruskan alam berupa terendamnya jalan karena banjir, tanaah longsor
karena penggalian lira, melambungnya haarga minyak, kebakaran hutan menyebabkan naiknya penyakit ISPA
dll Penerapan ilmu: jangan boros air, matikan listrik dan air jika tidak digunakan, matikan listrik jika tidka
dipakai, matikana lampu yang tidak berguna pada malam hari. Tidak melakukan aktifitas yang menggunakan
bahan bakar (mobil, motor dll) yang tidak ada manfaatkan.
POKOK-POKOK MATERI
1. Jenis-jenis lingkungan yang fital dalam pandangan Islam (air, udara, tanah)
2. Al Qur-an dan lingkungan
3. As Sunnah dan Lingkungan
4. Hemat air dan penggunaan sumber daya lain dalam pandangan Islam: Sifat mubadzir adalah sifat syaithan.
5. Kerusakan alam factor manusia.
6. Diskusi pemecahan
MARAJI’
Al Qur-anul Karim Riyadhushshalihin Yusuf Qardhawi, As Sunnah sebagai sumber ipetk dan peradaban,
Pustaka Al Kautsar, 1998
ILMU ALLAH SWT
Kode: 1.D23.2 | Sarana: Daurah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini, maka kader dapat: Memahami bahwa Allah SWT adalah sumber ilmu dan
pengetahuan Menyadari bahwa Allah SWT memberikan ilmu melalui dua jalan resmi dan tidka resmi
Mengetahui fungsi ilmu Allah SWT yang tidak resmi sebagai wasailul hayah Mengetahui fungsi ilmu Allah
SWT yang resmi sebagai minhajul hayah
TITIK TEKAN MATERI
Allah SWT telah menciptakan dan menjadikan alam ini seluruhnya lengkap dengan system yang menyeluruh.
Antara satu sama lain ada perakitan dan manfaatnya sendiri. Allah SWT yang menjadi semua isi alam ini dari
yang sekecil-kecilnya hingga yang paling besar, yang nyata dan yang ghaib. Dari sifat pengetahuan Allah
SWT yang Maha Mengetahui inilah, sehingga Allah SWT menjadi sumber ilmu.
Dengan ilmu Allah SWT tersebut, kemudia Dia mengajar manusia terhadap apa-apa yang tidak diketahui
menjadi diketahuinya. Ada ilmu Allah SWT yang diturunkan secara resmi kepada Rasulnya, dan ini kemudian
menjadi pedoman hidup (minhajul hayah). Ada ilmu Allah SWT yang diturunkan secara tidak resmi, dan ini
kemudian menjadi sarana hidup (wasailul hayah). Kedua ilmu tadi semua sangat bermanfaat untuk
memperoleh kebahagian di dunia dan di akherat. Islam mendorong kaumnya untuk menguasai ilmu dunia dan
ilmu akherat. Hadits: barang siapa menginginkan dunia, maka ada ilmunya. Barang siapa menginginkan
akherat maka ada ilmunya. Barang siapa menginginkan kedua-duanya, maka diperlukan ilmu kedua-duanya
pula.
POKOK-POKOK MATERI
1. Sifat Allah SWT: Maha Pencipta, Maha Mengetahui dan Mengajarakan kepada manusia.
2. Ilmu Allah SWT yang Resmi: Rasul
3. Ilmu Allah SWT yang tidak resmi: Teknokrat.
4. Ayat-ayat Iptek dalam Al-Qur'an: sebuah wacana untuk lebih kritis.
5. Dorongan Islam untuk menggali ilmu pengetahuan dan teknologi.
MARAJI’
Al Qur-anul Karim Riyadhushshalihin
Yusuf Qardhawi, As Sunnah sebagai sumber ipetk dan peradaban, Pustaka Al Kautsar, 1998
BIDANG STUDI:
SOSIAL POLITIK KONTEMPORER
SALURAN POLITIK
Kode: 1.D24.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui hak-hak sosialnya dalam dunia politik
2. Membandingkan beberapa saluran politik untuk melihat kelebihan, kesamaan dan kekuarangannya dengan
objektif
3. Mememilih saluran politik dengan benar yang sesuai dengan aspirasinya
4. Terlibat aktif untuk menyalurkana ide-idenya dalam memperbaiki masyarakat pada saluran politik yang
dipilihnya.
TITIK TEKAN MATERI
Seseorang hidup tidak terlepas dari kehidupan sosial dan bermasyarakat dengan orang lain. seseorang hidup
tidak akan terlepas dengan strategi atau siasat. Siasat atau siyasi dalam istilah yang melembaga disebut politik.
Dalam kehidupan seseorang pada akhirnya akan terikat dengan kegiatan sosial politik. Kegiatan sosial politik
ada yang bersifat mikro dan ada yang bersifat makro. Kegaitan sosial poltik yang bersifat makro pada
beberapa negara terdapat mekanisme yang berbeda-beda. Salah satu aktivitas sosial politik yang bersifat
makro adalah kegiatan kepartaian. Salah satu fikrah dakwah kita adalah bersifat siyasi, sehingga seseorang
muslim harus bersiyasi (bersiasat) untuk memperoleh keemenangan. Penerapan siasat dalam konteks
kontemporer, maka seorang muslim harus dapat memilih partai atau jamaah yang sesuai dengan ajaran Islam
dan sesuai dengan fikrahnya. Untuk itu kemampuan membandingkan antar partai Islam dengan objektif
sanagat penting, sehingga keeikut sertaanya bukan taqlid dan hanya mengekor.
POKOK-POKOK MATERI
1. Hak-hak sosial politik seseorang
2. Kegiatan-kegiatan sosial politik (Pemilu dll)
3. Wadah-wadah politik
4. Perbandingan partai-parati Islam
5. Menyalurkan aspirasi dan kegiatan politik
6. Isu-isu politik kontemporer