You are on page 1of 72

Al Qur’an & Ulumul qur’an

ADABUT TILAWAH
Kode: 1A1.1 | Sarana: Taujih
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui kedudukan Al-Qur’an sebagai kalamullah yang harus dimuliakan
2. Mengetahui adab-adab yang harus dipelihara selama membaca Al-Qur‘an
3. Komitmen dengan adab-adab tilawah di saat membaca Al-Qur'an
TITIK TEKAN MATERI
Dengan komitmen terhadap adab-adab tilawah maka akan terbentuk salimul aqidah dalam diri seseorang (2:
11) Perlu dijelaskan tujuan di turunknnya Al-Qur'an.
Materi ini menjelaskan gambaran kemuliaan Al-Qur‘an sebagai kalamullah sekaligus petunjuk bagi manusia.
Karenanya, membaca Al-Qur‘an harus sesuai dengan adab. Antara lain, suci dari hadats besar dan kecil,
tilawah sesuai makhrajnya, berupaya mengerti isinya, dan mentadabburinya. Perlu dijelaskan tentang sikap
para salafush shalih dan adab-adab mereka ketika membaca Al-Qur'an.
POKOK-POKOK MATERI
1. Tujuan diturunkannya Al-Qur’an
2. Dalil-dalil hadits Nabawi tentang adab membaca Al-Qur‘an
3. Hadits tentang perumpamaan manusia dalam menerima ilmu (lihat Bukhari: Keutamaan orang yang mengajar)
4. Sikap para salafush shalih ketika membaca Al-Qur‘an
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan prolog bahwa pada saat ini terjadi kesenjangan antara kaum muslimin dengan Al-Qur‘an. Al-Qur‘an
hanya dibaca ketika orang akan meninggal misalnya. Atau, Al-Qur‘an yang hanya diperlombakan
pembacaannya. Sementara di sisi lain, tidak diterapkan isinya. Untuk mengembalikan fungsi Al-Qur‘an maka
harus diperkenalkan dan diterapkan adab-adab yang harus dilakukan ketika membaca Al-Qur‘an.
MARAJI’
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin, Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, Said Hawwa, Mensucikan Jiwa,
At-Tibyan fi adab hamalatil Qur’an Sayyid Quthb, Mukadimah Zhilal, Bahi Al Khuli, Tadzkiratud Du’ah,
HIFZHIL QUR‘AN JUZ 30
Kode: 1A1.2 | Sarana: Taujih dan tugas hafalan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui ahammiyah hifzhil Qur-an
2. Mengetahui fadhilah tahfizul Qur’an
3. Menghafal Al-Qur‘an minimal satu juz
TITIK TEKAN MATERI
Dengan memiliki hafalan Al-Qur'an juz 30 ini, maka akan dapat dicapai karakter shahihul ibadah dalam
dirinya (2: 13). Materi ini berisi uraian tentang pentingnya menghafal Al-Qur‘an merujuk pada penjelasan
hadits Rasulullah. Orang yang memiliki hafalan Al-Qur’an, sangat membantu stabilitas ruhiyahnya. Minimal,
seorang muslim dapat menghafal satu juz Al-Qur‘an dan harus ada upaya keras untuk mencapai target
minimal tersebut. Titik tekan utama materi ini, yaitu peserta harus hafal juz 30.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil tentang ahamiyah hifzhil Qur-an.
2. Dalil-dalil hadits dan atsar tentang fadhilah tahfizul Qur‘an
3. Fadhilah Qur‘an sebagai sarana menjaga stabilitas ruhiyah
4. Metode menghafal Al Qur’an
5. Bagaimana para salafush shalih menjaga hafalan Al-Qur‘an
6. Diskusi singkat tentang kendala menghafal Al-Qur‘an
7. Penugasan dan evaluasi (mutaba’ah) hafalan
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pendahuluan tentang sejarah dan latar belakang dibukukannya Al-Qur‘an, saat sejumlah besar sahabat
penghafal Al-Qur‘an syahid dalam perang Yamamah. Uraikan perkataan Umar yang akhirnya setuju dengan
pembukuan Al-Qur’an. Beri gambaran fenomena sekarang tentang sedikitnya orang yang menghafal Al-
Qur’an. Setelah itu, sampaikan sejumlah fadhilah dan manfaat menghafal Al-Qur‘an. Dari sinilah dibuat
penugasan untuk memulai penghafalan, minimal satu juz. Penugasan pemberian hafalan dapat di atur sesuai
dengan kemampuan hafalan masing-masing peserta. Jika memungkinkan, maka peserta dapat dianjurkan
mengikuti program tahfizhul Qur'an pada lembaga formal yang ada atau seseorang yang direkomendasikan.
Perlu diperhatikan untuk selalu memotivasi akan tugas hafalan, jangan sampai seseorang menjadi tidak
ikut/datang kegiatan ta’lim karena terasa terbebani hafalan Quran dan menjadi minder. Bertakwalah kamu
sekemampuan kamu. Hasilnya dievaluasi mealalui pertemuan pekanan.
MARAJI’
Imam An-Nawawi, At-Tibyan fi aadabi hamalatil Qur'an,
Imam An-Nawawi, Riyadhus shalihin,
Said Hawwa, Mensucikan Jiwa,
Ust. Abdul Aziz Lc, Menjadi Da’i yang hafal Al-Qur‘an,
Manna Al Qaththan Studi Ilmu Al Qur-an: Bab Jam’ul Qur-an.
TILAWAH YAUMIYAH
Kode: 1A1.3 | Sarana: Penugasan, taujih khafif
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami hakikat kita harus dekat dengan Al-Qur'an
2. Menjelaskan bahwa dengan tilawah yang rutin maka kita akan dekat dengan Al-Qur'an
3. Melakukan tilawah harian hingga mencapai target (yang disepakati) sesuai kemampuan
TITIK TEKAN MATERI
Dengan memiliki tilawah harian yang rutin, baik dan stabil, maka akan membuat shahihul ibadah pada diri
seseorang. (2: 14) dan dimilikinya mutsaqqaful fikr (5: 2).
Materi ini berisi penugasan bagi peserta untuk mengaplikasikan sejumlah taujih sebelumnya tentang tilawah
Al-Qur‘an. Para peserta apabila mungkin (harus) memiliki lembar mutaba’ah tilawah harian yang akan
dievaluasi setiap pekan. Pembina harus terus menerus melihat perkembangan prestasi yang dicapai peserta
didik, sekaligus memberi saran bila ada permasalahan yang mereka alami. Misalnya, tentang cara menyiasati
kesibukan, kapan waktu alternatif membaca al-Qur‘an dan sebagainya. Sampaikan pula bahwa ibadah yang
baik tidak hanya pada aspek kuantitatifnya, tapi keistiqamahan atau konsistensi seseorang melakukannya,
meskipun sedikit.
POKOK-POKOK MATERI
1. Urgensi Tilawah yaumiah
2. Al Qur’an adalah Nur
3. Penugasan dan mutabaah terhadap rutinitas harian membaca Al-Qur‘an
4. Amal yang baik adalah kontinyu
5. Bagaimana Salafush shaleh membaca Al Qur-an
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan prolog bahwa tilawatul Qur‘an merupakan aktivitas ibadah yang sangat baik untuk memberi
kedamaian dan ketenangan hati. Peliharalah semangat ini melalui kontrol setiap pekan terhadap prestasi
tilawah peserta didik. Tilawah harian bersifat individu. Untuk memacu dan meningkatkan semangat tilawah,
yaitu dengan melakukan secara teratur tilawah majelis setiap pertemuan secara berurutan ayat yang dibaca dan
bergiliran membacanya.
MARAJI’
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin,
Hasan al-Banna, Majmu’atur Rasail
Said Hawwa, Mensucikan Jiwa,
Hadits Amr bin Ash tentang Khatamkan Qur-an dalam waktu 1 bulan s/d khatamkan Qur-an dalam waktu 3 hari,

TAFSIR AL-QUR‘AN JUZ 30
Kode: 1A1.4 | Sarana: Penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
a. Mengetahui urgensi tadabbur ma’na Qur’an
b. Membaca minimal satu juz Tafsir Al-Qur‘an.
TITIK TEKAN MATERI
Dengan mendapatkan tafsir Al-Qur'an juz 30 ini, maka sesorang memiliki mutsaqqaful fikr (5: 2) dan shahihul
ibadah (2: 13).
Al-Qur‘an sebagai kitab petunjuk tidak hanya wajib dibaca tapi diikuti isinya. Maka, mengetahui isi dan
menggali makna ayat-ayat Al-Qur‘an menjadi kewajiban yang harus dilakukan setiap muslim. Saat ini sudah
banyak beredar terjemahan tafsir Al-Qur‘an dengan bahasa Indonesia. Ada pula tafsir Al-Qur‘an karya ulama
Indonesia seperti tafsir Al-Azhar karya Buya Hamka. Seorang muslim harus senantiasa melakukan
pendalaman terhadap Al-Qur‘an sehingga ia memiliki bashirah dalam memandang berbagai masalah. Ayat 4:
82, 48: 24, 62: 5 Mukaddimah Zhilal.
POKOK-POKOK MATERI
1. Urgensi tadabbur Qur’an
2. Tafsir Al-Qur'an juz 30
3. Tafsir Al Fatihah-Mukaddimah Zhilal
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Penugasan membaca satu juz tafsir Al-Qur‘an Tafsir Al Fatihah-Mukaddimah zhilal
MARAJI’
Mafatih lit ta’amul ma’al Qur’an, Terjemah tafsir Ibn Katsir atau tafsir Al azhar, atau Tafsir Depag
Hadits Amru bin Ash, tentang khatamkan Qur-an dalam waktu 1 bulan s/d khatamkan Qur-an dalam waktu 3 hari
jangan lebih cepat dari itu karena sulit memahami.
Tafsir juz 30 dari zhilal
Wasiat Imam Syahid, wajibatu al akh ash shadiq
HUKUM TILAWAH
Kode: 1A1.5 | Sarana: Taujih dan Daurah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Membaca Al-Qur‘an sesuai makhraj dan hukum tilawah yang benar
2. Membaca Al-Qur'an penuh dengan kenikmatan bahasa (dzauq lughawi)
TITIK TEKAN MATERI
Dengan memiliki wawasan dalam membaca Al-Qur'an sesuai hukum tilawah (tajwid) maka akan membantu
dalam menghafal Al-Qur'an (muwashafat 2: 13) dan meningkatkan kualitas tilawah hariannya (muwashafat 2:
14).
Membaca Al-Qur‘an harus dilakukan sesuai hukum tilawah yang benar. Salah mengucapkan makhraj atau
panjang pendeknya bacaan dalam al-Qur‘an bisa merubah arti yang seharusnya. Karena itu, setiap muslim
harus mampu membaca Al-Qur‘an dengan benar. (2: 121). Jumlah ayat Al-Qur'an sangat banyak, sehingga
untuk dapat menyelesaikan dengan penuh penghayatan diperlukan membaca secara rutin.
Siapa yang membaca Al-Qur'an akan mendapatkan pahala, selain itu dapat menambah kekuatan spiritual dan
intelektual bagi yang membacanya. Membaca adalah bagian dari ketrampilan, jika seseorang jarang membaca
Al-Qur'an maka dapat menyebabkan kekakuan ketika membacanya. Degan demikian maka kita perlu
membaca Al-Qur'an dengan rutin
POKOK-POKOK MATERI
1. Urgensi membaca Al-Qur‘an dengan benar (2: 121/Jumu’ah: 2/75: 17-19)
2. Penugasan mengikuti daurah Al-Qur‘an
3. Al-Qur'an diturunkan dengan bertahap, sehingga membacanya pun lebih bertahap.(17: 106)
4. Larangan menghatamkan Qur'an dalam satu hari.
MARAJI’
Panduan membaca Al-Qur‘an “Iqra” atau “Qira‘ati”
CD Qur-an Al Burhan (tajwid) Panduan Daurah
TA’RIFUL QUR’AN
Kode: 1A1.6 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami definisi AL-Qur’an dan dapat menunjukkan keutamaan-keutamaannya berdasarkan definisi
tersebut.
2. Termotivasi untuk senantiasa membaca Al-Qur’an dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
3. Memahami kandungan nilai-nilai Al-Qur’an yang terdapat dalam nama-namanya dan termotivasi untuk
memiliki nilai-nilai tersebut dalam dirinya.
4. Memahami kedudukan Al-Qur’an serta termotivasi dan mampu memfungsikannya dengan benar.
TITIK TEKAN MATERI
Al-Qur'an adalah Kitab Suci yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Rasul SAW. Dengan mengenal Al-
Qur'an dengan dalil-dalil naqli bahwa Qur'an sebagai: Kalam Allah SWT, Mu’jizat, Al-Qur'an diturunkan
kepada Nabi Muhammad, disampaikaan secara mutawatir sehingga terpelihara keasliannya dan Membaca Al-
Qur'an adalah Ibadah maka akan menambah keyakinan kita akan keberadaan Al-Qur'an tersebut.
Dalam Al-Qur'an Allah SWT menyebut Al-Qur'an sendiri dengan berbagai nama. Setiap nama-nama tersebut
memiliki makna yang memberikan tashawur terhadap sifat dan peranan yang dimiliki oleh Al-Qur'an sesuai
dengan kandungannya.Dengan pengenalan nama-nama Al-Qur'an lebih mendalam, maka dapat menghapuskan
sangkaan-sangkaan bahwa Al-Qur'an itu hanyalah kitab biasa.
POKOK-POKOK MATERI

A. Difinisi Al-Qur’an:
1. Kalam Allah SWT (53: 4),
2. Mu’jizat (2: 23, 11: 14, 17: 88)
3. Al-Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad (26: 192-195),
4. Disampaikaan secara mutawatir sehingga terpelihara keasliannya.
5. Membaca Al-Qur'an adalah Ibadah.

B. Nama-nama Al-Qur’an:
1. Al-Kitab (2: 2),
2. Petunjuk (2: 2, 2: 185),
3. Rahmat (3: 138),
4. Cahaya (5: 15-16),
5. Ruh (42: 52),
6. Obat (10: 57),
7. Kebenaran (2: 147),
8. Penerangan (3: 138),
9. Pelajaran (3: 138, 54: 17, 22),
10. Pengingat (15: 9),
11. Berita Gembira (16: 89),
Fungsi Al-Qur’an:,
13. Kitab berita dan kabar (78: 1-2),
14. Kitab hukum Syari’ah (5: 49-50),
15. Kitab Jihad (29: 69),
16. Kitab Tarbiyah (3: 79),
17. Pedoman Hidup (28: 50),
18. Kitab Ilmu Pengetahuan (96: 1-5)

MARAJI’
Depag RI, Tarjamah al Qur’anul Karim
BIDANG STUDI:
HADITS DAN ULUMUL HADITS
HADITS ARBA’IN (1-20)
Kode: 1.A2.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui kandungan hadits Arba’in Nawawi no 1 sampai 20.
2. Mengartikan dalam bahasa Indonesia hadits Arba’in Nawawi no 1 sampai 20.
3. Menghafalkan 20 hadits pilihan dari Arba’in Nawawi
4. Berusaha untuk mengamalkan kandungan hadits Arba’in Nawawi no 1 sampai 20.
TITIK TEKAN MATERI
Dengan mengetahui dan menghafalkan setengah hadits arbain ini maka sesorang akan memiliki mutsaqaful
fikr (mu 5: 4).
Menghafalkan hadits sangat membantu kita memahami, menyakini dan mengaplikasikan syari’at Islam
dengan baik. Karenanya, setiap muslim diusahakan dapat memiliki hafalan hadits sebatas kemampuannya.
Pada waktunya, maka hafalan tersebut dapat digunakan sebagai bahan berdakwah.
POKOK-POKOK MATERI
Membacakan dan menterjemahkan hadits Arba’in Nawawi no 1 sampai 20. Menjelaskan hadits Arba’in
Nawawi no 1 sampai 20.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Penugasan penghafalan hadits Arba’in Nawawi no 1 sampai 20. Penghafalan hadits dapat dilakukan beriringan
setelah pemberian materi shahihul ibadah dan matinul khuluq. Untuk membuat dinamika lebih baik, maka
selain penugasan hafalan juga dilakukan evaluasi dan Tasmi’
MARAJI’
Imam Nawawi, Arba’in Nawawiyah,
Sarah hadits Arba’in Nawawiyah.
HADITS RIYADHUS SHALIHIN
Kode: 1.A2.2 | Sarana: Halaqah, Penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
a. Memahami 20 hadits pilihan dari kitab Riyadhus Shalihin
b. Mengartikan 20 hadits pilihan dari kitab Riyadhus Shalihin
c. Menghafal 20 hadits pilihan dari kitab Riyadhus Shalihin
d. Termotivasi untuk mengamalkan 20 hadits pilihan dari kitab Riyadhus Shalihin
e. Memiliki standard wawasan hadits minimal sebagai bekal amaliyah pribadi
f.
TITIK TEKAN MATERI
Dengan memahami dan memiliki hafalan dari 20 hadits pilihan dari kitab Riyadhus Shalihin maka akan
dimilikinya mutsaqaful fikr pada diri seseorang (mu 5: 5)
Seorang muslim harus memiliki wawasan standar terhadap Hadits Nabawi, sebagai acuan kedua dari syari’at
Islam. Penguasaan sekaligus penghafalan hadits, akan sangat berdampak bagi individu muslim dalam
menjadikannya sebagai rujukan amal-amal harian yang dilakukannya. Selanjutnya, hafalan hadits juga sangat
berguna sebagai salah satu sarana berda’wah. Kitab Riyadhus Shalihin, merupakan salah satu kitab kumpulan
hadits yang mu’tabar, dan sangat baik dijadikan pegangan. Penguasaan dan penghafalan 20 hadits bisa
disesuaikan dengan materi-materi “matinul khuluq” dan “shahihul ibadah” yang sudah diajarkan
POKOK-POKOK MATERI
1. Pengajaran salah satu materi matinul khuluq atau shahihul ibadah
2. Pemilihan salah satu hadits yang paling menarik, dari materi yang diajarkan
3. Penugasan penghafalan
4. Evaluasi pada pekan berikutnya
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Penugasan penghafalan hadits Riyadhus Shalihin. Penghafalan hadits dapat dilakukan beriringan setelah
pemberian materi shahihul ibadah dan matinul khuluq. Untuk membuat dinamika lebih baik, maka selain
penugasan hafalan juga dilakukan evaluasi dan Tasmi’ atau musabaqah sesuai tingkatan marhalah peserta.
MARAJI’
Kitab Riyadhus Shalihin dari bab: Fardlu Qiraati Qur’an-Sunnatul Jumu’ah
Lampiran Hadits-hadits yang harus dihafal
BIDANG STUDI:
AQIDAH ISLAM
MA’RIFATU DIINUL ISLAM
Kode: 1.A3.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami definisi Islam, secara bahasa dan Istilah dengan baik, agar mampu menyebutkan 5 kata bahasa
Arab dan artinya, yang ada kaitannya dengan sumber pengambilan kata Islam.
2. Memahami konsep kesempurnaan Islam pada sisi waktu, ruang dan aktifitas kehidupan manusia, agar ia
mampu melakukan perbandingan dengan agama lain pada 3 sisi tersebut.
3. Menunjukkan keyakinan bahwa Islam adalah pedoman hidup yang bersumber dari Allah SWT dan sempurna,
sehingga ia mampu menjelaskan 3 sisi kesempurnaan Islam.
4. Menunjukkan penerimaan dan ketundukan sepenuhnya kepada Islam, sehingga tidak menjalankan pedoman
hidup dalam kehidupannya kecuali al-Islam.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah:
Definisi Islam secara bahasa dan istilah, serta meyakinkan kepada peserta bahwa Islam bersumber dari Allah
SWT, dan ia adalah pedoman hidup yang sempurna, meliputi semua waktu, ruang dan sisi kehidupan manusia,
serta komparasi dengan agama-agama lain dalam hal kesempurnaan. Selanjutnya, karena Islam adalah
bersumber dari Allah SWT dan sempurna, maka tidak ada yang pantas kita jalankan dalam kehidupan kita
kecuali Islam.
POKOK-POKOK MATERI
1. Definisi Islam secara bahasa/Kata-kata dasar yang membentuk dari Islam:
a. Islamul wajh: menundukkan wajah (4: 125).
b. Al-istislam: berserah diri (2: 131, 3: 83).
c. Assalamah: Suci bersih (26: 89)
d. Assalam: Selamat dan sejahtera (6: 54)
e. Assilmu: Perdamaian (47: 35)
f. Sullam: tangga, yang bermakna tadarruj/bertahap

2. Definisi Islam secara Istilah, yaitu Islam adalah ketundukan (alkhudhu’) kepada wahyu Ilahi (53: 4, 21: 7)
yang diturunkan kepada para nabi dan rasul (2: 136, 3: 84) khususnya Muhammad saw, sebagai hukum/aturan
Allah SWT (5: 48-50) yang membimbing umat manusia ke jalan yang lurus (6: 153) menuju ke kebahagiaan
dunia dan akhirat (16: 97, 2: 200, 28: 77).
3. Islam adalah pedoman hidup yang sempurna, yang meliputi:
1. Semua waktu (21: 90, 34: 28, 21: 107).
2. Semua ruang (22: 40)
3. Semua sisi kehidupan manusia; Aqidah (2: 255); Ibadah; Akhlaq; Ekonomi; Politik sosia; Negara dll.
MARAJI’
Said Hawa’Al-Islam jilid 1 dan 2
Abdul Karim Zaidan, Dr, Ushulud Dakwah,.
Abul A’la Almaududi, Prinsip-prinsip Islam,.
Qaradhawi, Yusuf, DR. Karakteritik Islam,
Abdullah Al-Muslih, Dr, Prof dan Shalah Assyawi, Prinsip-prinsip Islam Untuk Kehidupan
POKOK-POKOK AJARAN ISLAM
Kode: 1.A3.2 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami makna iman dengan benar
2. Menjelaskan dan meyakini hakekat rukun-rukun iman dengan benar
3. Memahami makna Islam dengan benar
4. Menjelaskan dan meyakini hakekat Rukun-rukun Islam
5. Memahami makna Ihsan
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah: Dengan materi ini, maka tergambar gambaran
iman, Islam dan ihsan serta mengimaninya dengan baik, sehingga terbentuk salimul aqidah pada diri
seseorang (1: 11).
Materi ini menjadi salah satu pintu utama untuk beberapa materi dalam Bidang Studi Aqidah Islam, karena
pada materi ini terkandung pokok-pokok pikiran perlunya pengenalan tuntas terhadap: Nilai-nilai Syahadat,
Pengenalan Allah SWT, Pengenalan Islam, Pengenalan Nabi dan Rasul..
POKOK-POKOK MATERI
1. Makna iman
2. Rukun-rukun Iman:
a. Allah SWT,
b. Malaikat,
c. Kitab Suci,
d. Nabi-Rasul,
e. Hari kiamat,
f. Qadha dan qadhar
3. Makna Islam
4. Rukun-rukun Islam:
a. Syahadat,
b. Shalat,
c. Zakat,
d. Puasa,
e. Naik Haji
5. Makna Ihsan
MARAJI’
Said Hawa’Al-Islam jilid 1 dan 2
Abdul Karim Zaidan, Dr, Ushulud Dakwah,.
Abul A’la Almaududi, Prinsip-prinsip Islam,.
Qaradhawi, Yusuf, DR. Karakteritik Islam, Gusti Ilahi.
Abdullah Al-Muslih, Dr, Prof dan Shalah Assyawi, Prinsip-prinsip Islam Untuk Kehidupan
MA’RIFATULLAH (MENGENAL ALLAH SWT)
Kode: 1.A3.3 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami urgensi manusia mengenal Allah SWT dengan baik dan benar, sehingga dapat memberikan
minimal 3 alasan, mengapa manusia perlu mengenal Allah SWT.
2. Memahami eksistensi Allah SWT dan dalil-dalilnya lengkap dengan contoh-contohnya, sehingga dapat
menjelaskan minimal 3 dari dalil-dalil yang ada.
3. Memahami cara yang tepat dalam mengenal Allah SWT, dengan menggunakan dua pendekatan ayat qauliyah
dan kauniyah, sehingga dapat menjelaskannya kepada yang lain.
4. Menunjukkan keyakinan akan eksistensi Allah SWT, sehingga ia mau menjadikan seluruh aktifitasnya ikhlas
karena Allah SWT.
5. Membentuk sistem nilai akan manfaat mengenal Allah SWT sehingga ia menerima dan tunduk penuh kepada-
Nya dan tidak bertahkim kepada selain hukum Allah SWT.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah: Perlunya manusia mengenal Allah SWT, karena
Allah SWT adalah Tuhan yang menciptakan, memberikan rezeki, memelihara mereka dst. Karena jika
manusia tidak mengenal Allah SWT, pastilah mereka menyembah Allah SWT dengan salah, yang dengan
sendirinya ibadah yang mereka lakukan sia-sia.
Adapun dali-dalil eksistensi Allah SWT adalah: naqli, akal, fitrah, panca indera dan sejarah. Kesemua dalil itu
terdapat dalam ayat-ayat Allah SWT, baik qauliyah maupun kauniyah, yang menjadi landasan metode
mengenal Allah SWT dengan dua jalan; jalan Islam dan bukan Islam. Disamping itu dalam materi ini
dipaparkan manfaat-manfaat yang dapat diperoleh dari mengenal Allah SWT Sehingga seseorang dapat
mengikhlaskan semua amalnya hanya kepada Allah SWT dan hanya ingin tunduk kepada Allah SWT dan
hukum-hukumnya saja.
POKOK-POKOK MATERI
I. Pentingnya mengenal Allah SWT (47: 19, 3: 18, 22: 73, 39: 67):
1. Karena Allah SWT adalah Tuhan semesta alam (13: 16, 6: 19, 27: 59, 24: 35-37, 2: 255).

2. Kerena wujud (eksistensi) Allah SWT didukung oleh dalil-dalil yang kuat:
a. Dalil naqli (tekstual) (6: 19).
b. Dalil Akal (3;190).
c. Dalii fitrah (7: 172) dan (75: 14-15).
d. Dalil panca indera (29: 53).
e. Dalil Sejarah.
3. Manfaat-manfaat dari mengenal Allah SWT
a. Hurriyah atau kebebasan (kemerdekaan) (6: 82)
b. Tuma’ninah atau ketenangan (13: 28)
c. Barakat atau berkah yang banyak (7: 96)
d. Hayat Thayyibah atau kehidupan yang bagus (16: 97)
e. Jannah atau syurga (10: 25-26)
f. Mardhatillah atau keridhaan Allah SWT (98: 8)

II. Allah SWT dapat dikenal melalui dua jenis ayat-ayat Allah SWT. Yaitu ayat-ayat Qauliyah (95: 1-5) dan
Kauniyah (41: 53, 3: 190). Sedang cara mengenal-Nya terdapat 2 metode:
1. Metode Islam: Ayat-ayat Allah SWT-Qauliyah dan Kauniyah-didekati dengan akal dan naql (10: 100-101, 65:
10, 67: 10) yang melahirkan pada diri seseorang pembenaran eksistensi Allah SWT (3: 191, 50: 37), yang pada
akhirnya ia menjadi beriman.
2. Metode tidak islami: Ayat-ayat Allah SWT-Qauliyah dan Kauniyah-didekati dengan perasangka dan hawa
nafsu (2: 55, 10: 36, 6: 115), yang melahirkan pada diri seseorang keragu-raguan terhadap eksistensi Allah
SWT (22: 55, 24: 50), yang pada akhirnya ia dapat menjadi kafir.

MARAJI’
Said Hawa, Al-Islam, jilid... ‘
Dr. Yusuf al Qardhawi, Wujudullah (eksistensi allah)
Abdul Karim Zaidan, Dr.Ushulud Dakwah,
Abul A’la Almaududi, Prinsip-prinsip Islam,
Abdullah Al-Muslih, Dr, Prof dan Shalah Assyawi, Dr Prinsip-prinsip Islam Untuk Kehidupan, Terbitan LP2SI
ALHARAMAIN 1998
TAUHIDULLAH
Kode: 1.A3.4 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami 3 macam tauhid, yaitu tauhid rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah Allah SWT.
2. Menunjukkan kepercayaan diri akan kebenaran tauhid rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah agar terhindar dari
perbuatan-perbuatan kemusyrikan, diantaranya:
(a) berhubungan dengan jin dan meminta tolong kepada orang yang berhubungan dengan jin;
(b) meramal dengan telapak tangan atau datang hadir dalam majelis-majelis dukun dan peramal.
3. Menunjukkan keyakinan akan kebenaran tauhid rububiyah, sehingga bersyukur atas segala nikmat Allah SWT,
dan tidak menjadi kufur nikmat.
4. Menunjukkan keyakinan akan tauhid mulkiyah, agar seluruh aktifitasnya sejalan dengan hukum-hukum Allah
SWT.
5. Menunjukkan keyakinan akan tauhid uluhiyah agar setiap amal, ditujukan kepada Allah SWT, dan agar hidup
tidak sia-sia.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah:
Pertama: 3 fungsi tauhid rububiyah Allah SWT dan alasan dijadikannya sebagai landasan bersyukur;
Kedua: Tauhid uluhiyah dan yang meliputinya, serta alasan dijadikannya sebagai landasan operasional;
Dan yang ketiga: Tauhid uluhiyah dan alasan dijadikannya sebagai landasan tujuan setiap amal.
Dengan demikian, sesorang akan terhindar dari berbagai bentuk kemusyrikan, yang dapat membuat amal
mejadi sia-sia di sisi Allah SWT dan mendapatkan ganjaran Neraka di hari kemudian.
POKOK-POKOK MATERI
Pembagian tauhid dalam surat Annas (rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah).
1. Pengertian tauhid rububiyah: Rububiyah berasal dari kata rabba-yarubbu artinya sesuai dengan fungsinya pada
point ketiga. Sedang difinisinya adalah mengesakan Allah SWT dalam penciptaan, pemeliharaan, pemilikan
dst.

Tauhid Rububiyah Allah SWT (1: 2, 7: 54), terbagi atas 3, menurut fungsinya:
a. Khaliqan (pencipta) (25: 2, 2: 21-22).
b. Raziqan (pemberi rezeki) (51: 57-58).
c. Malikan (pemilik) (2: 284, 1: 4, 114: 2, 62: 2). Tauhid rububiyah sebagai landasan bersyukur, sebab Allah
SWT yang menciptakan, menjamin rezeki dan memiliki kita.
2. Tauhid mulkiyah adalah, berasal dari kata (malika-yamliku), artinya memiliki, berkuasa penuh atas yang
dimiliki. Sedang definisnya adalah: mengesakan Allah SWT sebagai satu-satunya pemimpin, satu-satunya
pembuat hukum dan pemerintah.

Tauhid mulkiyah Allah SWT (3: 2 dan 189) meliputi:


a. Waliyyan (pemimpin) (7: 196).
b. Hakiman (pembuat hukum) (12: 140).
c. Amiran (pemerintah) (3: 54).

Tauhid mulkiyah menjadi landasan operasional. Karena ketika Allah SWT menciptakan manusia Allah SWT
telah menentukan ‘blue print’ bagi mereka, yaitu Qur’an dan sunnah sebagai pegangan hidup di dunia.
3 Tauhid uluhiyah adalah berasal dari kata (Aliha-ya’lahu), artinya ; menyembah. Sedang definisinya adalah
mengesakan Allah SWT dalam penyembahan.
1. Tujuan (6: 162) dari kedua tauhid sebelumnya adalah tauhid uluhiyah, atau menjadikan Allah SWT sebagai
Ilahan Ma’budan (Tuhan Yang Disembah) (114: 3, 109: 1-6).
2. Tauhid uluhiyah sebagai landasan tujuan setiap amal kita, karena Allah SWTlah yang kita sembah.
3. Contoh-contoh kemusyrikan yang timbul karena pengingkaran atau ketidak fahaman terhadap tauhid
rububiyah, mulkiyah dan uluhiyah.
MARAJI’
Qardhawi, Yusuf, DR Hakikat Tauhid,. Terjemahan Musyaffa, Rabbani Press
TAUHIDUL ASMA’ WAS SIFAT
Kode: 1.A3.5 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami kaidah-kaidah ahlussunnah tentang tauhid asma’ wassifat.
2. Menjelaskan minimal 4 kaidah dan contoh-contohnya.
3. Menunjukkan penghayatan dan keyakinan bahwa Allah SWT memiliki nama-nama baik dan sifat-sifat, yang
tidak diserupakan dengan makhluk, disucikan dari segala kekurangan dan tidak dinafikan-walaupun hanya
satu-dari nama dan sifat-sifat itu, tidak disimpangkan pengertiannya dan tidak boleh ditentukan sosoknya.
4. Membentuk sistem nilai dan mampu menghayati akan kemaha besaran Allah SWT melalui asma’ wassifatnya,
sehingga tidak menggunakan mantera kecuali menggunakan asma’ wassifat atau yang telah dicontohkan
Rasulullah saw.
5. Menunjukkan kesadaran akan kebenaran makna asma’ wassifat, agar setiap kali berdoa ia bertawassul dengan
menggunakan asma’ wa sifat Allah SWT. Dan menggunakan al-asma’ul husna dalam memberi nama dengan
cara yang benar.
6. Meneladani akhlaq Rabbaniah dalam kehidupannya.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah: Kaidah-kaidah ahlussunnah waljamaah tentang
tauhid asma’ wassifat, beserta contoh aplikasi dari kaidah-kaidah tersebut. Dan cara menggunakan
asma’wassifat dalam tawassul/doa, serta menggunakan asma’ Allah SWT dalam memberi nama seseorang.
POKOK-POKOK MATERI
Kaidah-kaidah ahlussunnah waljamaah dalam tauhid asma’ wassifat:
a. Nama-nama Allah SWT dan sifat-sifat-Nya bersifat tauqifiyyah. Contoh menggunakan asma’ wassifat dalam
doa dan tawassul.
b. Bahwa apa yang telah Allah SWT sifatkan tentang dirinya adalah benar (haq).
c. Menetapkan sifat-sifat Allah SWT apa adanya tidak membuat padanan.
d. Sesungguhnya Allah SWT suci dari segala kekurangan.
e. Setiap nama atau sifat Allah SWT yang tidak terdapat dalam Qur’an dan Sunnah tidak boleh dinisbatkan
kepada Allah SWT. Tapi juga tidak boleh dihilangkan, melainkan dilihat maksudnya. Jika nama dan sifat itu
hak/benar sesuai dengan keagungan Allah SWT, nama dan sifat itu dipertahankan maksudnya, bukan
lafazhnya. Contoh mewujudkan bagian-bagian yang dapat di ambil oleh hamba dari sifat-sifat Allah SWT.
f. Tidak membatasi jumlah nama-nama Allah SWT, kecuali jumlah yang mungkin ditetapkan adalah 99, tapi itu
bukan jumlah keseluruhannya, tetapi bagian yang bisa di ambil oleh hamba dari sifat-sifat Allah SWT. Contoh
menggunakan nama Allah SWT dalam memberi nama seseorang
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan contoh-contoh konkrit yang ada di masyarakat, sehingga pemahaman tersebut akan lebih bermanfaat
dan mampu memberikan keberkahan langsung.
MARAJI’
Hasan Al Banna Risalah Pergerakan, bab risalah aqidah dan risalah ta’lim, Intermedia 1998
Said Hawwa, Mensucikan Jiwa, Jakarta: Rabbani Pres cetakan kedua 1999. hal. 413-441
Syaikh Abdullah Qadiri, al Iman huwal asas
Pengantar studi aqidah Islam, terjemah: Anis Matta, Al-Manar
Al qawaid Al Mutsla fil Asma’ wa sifat
MA’NA SYAHADATAIN (ARTI DUA KALIMAT SYAHADAT)
Kode: 1.A3.6 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami urgensi arti dua kalimat syahadat.
2. Menerangkan kepada orang lain, minimal 4 urgensi ma’na syahadat
3. Menunjukkan kepercayaan diri akan keyakinan terhadap Islam.
4. Mengamalkan konsekwensi kandungan arti syahida (pernyataan, sumpah dan perjanjian).
5. Membentuk sistem nilai dan mampu menghayati kebenaran Allah SWT sebagai Ilah dan Muhammad sebagai
Rasul, yang menyatukan antara pernyataan, sumpah dan perjanjian dalam aktifitas keseharian sehingga setiap
aktifitas, pendapat, produktifitas dls, adalah islami.
6. Membentuk sistem nilai dan mampu menghayati kebenaran Allah SWT sebagai Ilah dan Muhammad sebagai
Rasul yang dibuktikan dengan istiqamah atas pernyataan, sumpah dan janji yang ia ucapkan dengan syahadat,
sehingga ia berani, tenang dan optimis dalam menghadapi masa depan.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah:
Butir-butir urgensi memahami arti dua kalimat syahadat, baik bagi seorang muslim maupun seorang non
muslim yang berniat, atau simpati dengan Islam. Dengan harapan setelah terpahami arti dua kalimat syahadat
bagi seorang muslim dapat beristiqamah dalam keIslamannya. Sedang bagi non muslim sangat akan
bermanfaat jika ia memilih Islam dengan tidak menyesal akan pilihannya di kemudian hari.
Adapun arti kata syahida adalah; menyatakan, bersumpah dan berjanji. Dengan harapan orang-orang yang
telah bersyahadat dapat istiqamah, sehingga ia menjadi berani, tenang dan senantiasa optimisme dalam
menghadapi kenyataan hidup dan penantian akhirat. Yang dengan sendirinya akan memperoleh kebahagiaan
dunia akhirat.
POKOK-POKOK MATERI
1. Urgensi Syahadatain (4: 41, 2: 143, 70: 33):
a. Pintu gerbang masuk ke dalam Islam.
b. Intisari ajaran Islam; Ikhlas dan Ittiba’ (21: 25).
c. Dasar-dasar Perubahan total: Pribadi dan Masyarakat (6: 128, 13: 11).
d. Hakikat dakwah para rasul (21: 25, 7: 59, 3: 81)
e. Keutamaan yang besar.
2. Kandungan kata ‘syahida’ (bersaksi):
a. Pernyataan (3: 18 dan 81).
b. Sumpah (63: 2, 24: 6 dan 8).
c. Perjanjian (3: 81, 5: 7, 2: 26, 7: 172)
3. Bersatunya pernyataan, sumpah dan perjanjian pada syahadat, sebagai syarat ‘IMAN’. Karena Iman harus:
a. dinyatakan dengan lisan (alqaul).
b. diyakini dengan hati (attashdiq).
c. diamalkan dengan anggota tubuh (al’amal).
4. Konsekwensi dari keimanan adalah ‘Istiqamah’ (41: 30). Dan bagi orang beriman yang istiqamah akan
mendapatkan dalam dirinya:
a. Keberanian (5: 52).
b. Ketenangan (13: 28).
c. Optimisme (24: 55).
5. Dengan Istiqamah seseorang akan bahagia di dunia dan akhirat.

MARAJI’
Abdullah Al-Muslih & Shalah Assyawi, Prinsip-prinsip Islam Untuk Kehidupan, Jakarta: LP2SI Al Haramain,
1998.
Said Hawwa, Al-Islam: Jilid 1
SYARAT-SYARAT DITERIMANYA SYAHADAT
Kode: 1.A3.7 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami bahwa syahadat yang diucapkan akan diterima oleh Allah SWT bila syarat-syaratnya terpenuhi,
2. Menyebutkan semua syarat satu per satu, yaitu; pengetahuan, penerimaan, keyakinan, keikhlasan, kejujuran,
kecintaan dan kepatuhan (2P 5K).
3. Memahami bahwa ada 7 sikap yang dapat menjadikan syahadat ditolak oleh Allah SWT..
4. Menunjukkan penerimaan akan kebenaran 7 sikap yang dapat membuat syahadat diterima atau ditolak,
sehingga sedapat mungkin dapat dihindari perbuatan-perbuatan yang diakibatkan oleh karena penolakan atau
ketidak tahuan.
5. Menunjukkan jati diri akan kerelaan diatur oleh Allah SWT, Rasulullah dan Islam dengan membuktikan
dengan amal islami, misalnya dengan menutup aurat bagi wanita, atau disiplin menjalankan shalat lima waktu.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah:
Syahadat sebagai rukun pertama Dinul Islam, juga memiliki syarat syah yang menjadi landasan diterima atau
ditolaknya syahadat. Syahadat diterima oleh Allah SWT jika terpenuhi 2P dan 5K, yaitu; pengetahuan,
penerimaan, keyakinan, keikhlasan, kejujuran, kecintaan dan kepatuhan.
Demikian pula sebaliknya jika tidak terpenuhi atau ada salah satu sikap berikut ini, syahadat menjadi terolak.
Sikap-sikap itu adalah: Kebodohan, ragu-ragu, syirik, dusta, benci, ingkar dan menolak (tidak) beramal.
Contoh: meminta berkah dengan mengusap-usap kekuburan; meminta tolong kepada orang yang telah
meninggal dls Jika syarat-syarat diterimanya syahadat telah terpenuhi, seyogyanya terdapat pada diri seorang
muslim kerelaan untuk diatur oleh Allah SWT, Rasulullah dan Islam dalam kehidupannya sehari-hari.
POKOK-POKOK MATERI

1. Syarat-syarat dikabulkannya syahadatain:


a. Al-Ilmu almunafi liljahl (pengetahuan yang membatalkan kebodohan).
b. Alqabulu almunafi lirrai (penerimaan yang membatalkan penolakan).
c. Alyaqinu almunafi lissyakk (keyakinan yang membatalkan keragu-raguan).
d. Al-Ikhlasu almunafi lissyirk (keikhlasan yang membatalkan kemusyrikan).
e. Asshidqu almunafi lilkadzib (kejujuran yang membatalkan kebohongan).
f. Almahabbatu almunafiyatu lilbughdhi wal karahah (cinta yang membatalkan kemarahan dan kebencian).
g. Al-Inqiyadu almunafi lilimtina’i wat tarki wa ‘adamil ‘amal (kepatuhan yang membatalkan pengingkaran,
meninggalkan dan tidak beramal).
2. Setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat syahadat diatas akan timbul dalam dirinya sikap rela untuk
diatur oleh:
a. Allah SWT.
b. Rasulullah.
c. Islam. dalam kehidupan mereka sehari-hari, dan dalam setiap keadaan.
MARAJI’
Abdullah Al-Muslih & Shalah Assyawi, Prinsip-prinsip Islam Untuk Kehidupan, Jakarta: LP2SI Al Haramain,
1998.
Said Hawa’, Al-Islam: Jilid 1
BEBERAPA HAL YANG MEMBATALKAN SYAHADATAIN
Kode: 1.A3.8 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami bahwa syahadatain, setelah diucapkan dengan sadar, dapat pula menjadi batal, karena beberapa
perbuatan yang disadari atau tidak, sehingga mau memperbaharui kembali syahadatnya.
2. Menunjukkan citra diri gambaran seorang muslim yang tidak membatalkan syahadatnya, dengan perbuatan
syirik besar maupun kecil, dengan kemampuan menyebutkan 5 contoh perbuatan yag dapat membatalkan
syahadat.
3. Membentuk sistem nilai akan akibat dan bahaya yang menghadang bagi seseorang yang syahadatnya batal,
sehingga ia mampu menghindari perbuatan-perbuatan yang dapat membatalkan syahadat.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah:
Terdapat banyak sikap/perbuatan-sadar atau tidak-dalam melakukannya dapat membatalkan syahadatain. Hal
tersebut sangat perlu diketahui oleh peserta, agar dapat terhindar, atau kalau seandainya pernah melakukan
atau bersikap seperti itu-sadar atau tidak-sehingga syahadatnya batal, perlu ia mengetahui bagaimana
solusinya.
Disamping itu, materi ini juga membekali peserta pengetahuan tentang bahaya kemusyrikan, sehingga dapat
menjadi peringatan melekat agar tidak terjerumus kepada kemusyrikan. Juga dipaparkan contoh-contoh
kemusyrikan yang harus mampu dihindari oleh peserta.
POKOK-POKOK MATERI
1. Hal-hal yang membatalkan syahadat:
a. Bekerja untuk selain Allah SWT tanpa seizinnya.
b. Memberikan kepada selain Allah SWT hak perintah dan melarang.
c. Memberikan ketaatan kepada selain Allah SWT tanpa seizinnya.
d. Berhukum pada hukum yang tidak bersumber dari Allah SWT.
e. Benci dan lari meninggalkan keyakinan pada keesaan Allah SWT.
f. Tidak mengenal Allah SWT dengan cara yang benar.
g. Menyembah kepada selain Allah SWT.
h. Syirik-syirik kecil.
2. Contoh-contoh kemusyrikan yang harus dihindari:
a. Berjampi (meruqyah) yang tidak sesuai dengan Qur’an dan Sunnah.
b. Berhubungan dengan jin.
c. Meminta tolong kepada yang berhubungan dengan jin.
d. Meramal nasib, misalnya dengan melihat telapak tangan.
e. Menghadiri majelis dukun dan atau paranormal.
f. Meminta berkah kepada kuburan, misalnya dengan cara mengusap-usap.
g. Meminta tolong kepada orang yang telah meninggal.
h. Bersumpah dengan selain Allah SWT.
i. Tathayyur, tasyaum atau merasa sial karena, melihat atau mendengar sesuatu.
3. Bahaya-bahaya kemusyrikan:
a. Zhulmun azhim (kezhaliman yang besar) (31: 13).
b. Adamul gufran (tidak mendapatkan ampunan) (4: 48 dan 116).
c. Itsmun ‘azhim (dosa besar) (4: 48).
d. Dhalalun ba’id (kesesatan yang jauh) (4: 60 dan 116).
e. Hirmanul jannah (larangan masuk syurga) (5: 72).
f. Dukhulunnar (masuk ke dalam neraka) (5: 72).
g. Ihbathul ‘amal (penghapusan ‘amal/pahala) (39: 65, 6: 88).

MARAJI’
Abdullah Al-Muslih, Dr, Prof dan Shalah Assyawi, Dr Prinsip-prinsip Islam Untuk Kehidupan, Terbitan LP2SI
ALHARAMAIN 1998.
Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdullah Sehat Jiwa Raga (seni berjampi), Almanar, 1998
Said Hawa’, Al-Islam, jilid 1
ARTI “LA ILAHA ILLALLAH”
Kode: 1.A3.9 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami arti “la Ilaha illallah” dengan benar, jelas dan menyeluruh.
2. Menguraikan arti dan fungsi kosa kata “la Ilaha illallah” satu persatu
3. Menunjukkan kepercayaan diri akan kemerdekaan dari segala ketergantungan kepada makhluk, dan hanya
tergantung kepada Allah SWT, dengan tidak menjadikan syetan dan thagut sebagai kawan, dan tidak
mengikuti langkah-langkahnya
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah:
Memahami “la Ilaha illallah” dengan benar, jelas dan menyeluruh, sehingga sesorang akan terhindar dari
ketergantungan dengan selain Allah SWT, ia menjadi merdeka, mandiri dan percaya diri. Selanjutnya, alasan
berikunya kalimat “La Ilaha illallah” perlu dipahami dengan benar kerena memiliki pengertian yang banyak,
khususnya kata “ilah”..
POKOK-POKOK MATERI
1. Uraian makna dan fungsi kata dari “la Ilaha illallah”.
a. La: tidak (tiada) Nafi/peniadaan.
b. Ilah: Tuhan yang disembah Manfa/yang dinafikan.
c. Illa: kecuali Adatul istitsna/pengecualian.
d. Allah SWT Mustatsna/yang dikecualikan.

2. Tiada Ilah selain Allah SWT, memiliki beberapa arti, khususnya kata “ilah”, yaitu:
a. Malik (4: 131-132, 2: 284): Tiada Pemilik/Raja selain Allah SWT, Tiada kerajaanselain untuk Allah SWT.
b. Hakim (12: 40, 6: 114, 33: 36, 28: 68, 45: 18, 42: 20, 6: 137): Tiada Pembuat hukum selain Allah SWT.
c. Amir (7: 54): Tiada Pemerintah selain Allah SWT.
d. Waliy (2: 257): Tiada Pemimpin selain Allah SWT.
e. Mahbub (2: 165): Tiada Yang Dicintai selain Allah SWT.
f. Marhub (2: 40, 9: 18): Tiada Yang Ditakuti selain Allah SWT.
g. Margub (94: 8, 18: 110): Tiada Yang Diharapkan selain Allah SWT.
h. Mustajar bihi (16: 98, 72: 6): Tiada Yang melindungi selain Allah SWT.
i. Wakil (3: 159, 9: 52): Tiada Yang wakii selain Allah SWT.
j. Haul dan quwwat: Tiada daya dan kekuatan selain Allah SWT.
k. Mu’zham: Tiada Yang diagungkan selain Allah SWT.
l. Musta’an bihi (1: 5): Tiada yang dimohonkan pertolongannya selain Allah SWT.
MARAJI’
Muhammad Quthb, la Ilaha illallah sebagai Aqidah, Syari’ah dan Sistem kehidupan
SIKSA KUBUR
Kode: 1.A3.10 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengimani kenikmatan dan siksa kubur
2. Menunjukkan kepercayaan dari gambaran kenikmatan kubur yang diinginkan dengan menyebutkan 5 buah
alasan mengapa dia ingin mendapatkan kenikmatan kubur.
3. Membentuk sistem nilai dan berimajinasi akan keindahan kenikmatan kubur dengan selalu menceritakan sifat-
sifat kenikmatan kubur kepada orang lain, khususnya kawan dan kerabatnya.
4. Mennujukkan kepercayaan diri gambaran siksa kubur dengan perasaannya, dengan menyebutkan 5 buah
bentuk siksa kubur.
5. Membentuk sistem nilai dan menghayati kepedihan siksa kubur, sampai meneteskan air mata (karena Allah
SWT) agar dijauhkan dari siksa kubur
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan dalam materi ini adalah:
Dengan mendapatkan materi siksa kubur ini, maka seseorang akan mengimani kenikmatan kubur dan siksa
kubur sehingga terbentuknya salimul aqidah pada diri seseorang. (1: 12)
Memberikan keyakinan akan dibangkitkannya manusia kembali di kuburan setelah kematian, memberi
keyakinan akan adanya pertanyaan malaikat, siksaan mereka bagi orang kafir dan munafik yang tidak mampu
menjawab dengan benar.
Materi ini juga menitik beratkan pada keyakianan adanya kenikmatan kubur bagi orang-orang yang beriman,
bahkan sampai menjadi satu taman diantara taman-taman syurga. Sebaliknya keyakinan pada adanya siksa
kubur yang sangat pedih, bahkan sampai menjadi lubang diantara lubang-lubang neraka. Cucuran air mata
menunjukkan adanya penyesalan atas segala kesalahan dan ketakutan akan siksa kubur dapat menambah
kesungguhan dalam ‘amal dan menambah produktifitas selama masih berada di dunia..
POKOK-POKOK MATERI
1. Proses terjadinya kematian.
2. Keadaan pertama yang dihadapi oleh simayyit setelah dikuburkan.
3. Gambaran tentang kenikmatan kubur dan golongan manusia yang berhak mendapatkannya.
4. Gambaran tentang siksa kubur, dan golongan manusia yang pantas menempatinya.
5. Hikmah dari beriman kepada adanya kenikmatan dan siksa kubur.
MARAJI’
Ibnul Qayyim Aljauziyah, Roh, Pustaka Alkautsar, Cetakan I, 1999.
Abdullah Al-Muslih, Dr, Prof dan DR. Shalah Assyawi, Prinsip-prinsip Islam Untuk Kehidupan, Terbitan LP2SI
ALHARAMAIN 1998.

IHSAN
Kode: 1.A3.11 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami komitmen moral, operasional dan kualitas operasional dalam Islam.
2. Termotivasi untuk berniat dan beramal secara ihsan berdasarkan keyakinan adanya kesertaan dan pengawasan
Allah SWT.
3. Menyadari nilai kasih sayang, pahala dan pertolongan Allah SWT yang di tuju oleh setiap muslim dalam
berjihad.
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini diharapkan memberikan kesadaran yang utuh kepada seseorang untuk mampu berbuat dan beramal
dengan baik. Seseorang akan beramal dengan baik jika dilandasi keyakinan akan pengawasan dari Allah SWT.
Dengan kesadaran yang utuh akan pengawasan tersebut, maka seseorang akan mampu beramal dengan tulus
dan niat ikhlas hanya karena Allah SWT semata. Dengan niat yang ikhlas, maka seluruh pekerjaan akan
menjadi baik. Ingat, bahwa seluruh amal tergantung dari niatnya.
POKOK-POKOK MATERI

1. Pengawasan Allah SWT.


2. Kebaikan Allah SWT.
3. Niat yang ihsan-niat yang ikhlas-pekerjaan yang tertib-penyelesaian yang baik.
4. Amal yang ihsan.
5. Kecintaan dari Allah SWT.
6. Pahala dari Allah SWT.
7. Pertolongan dari Allah SWT.
HIZBUSY SYAITHAN: MENJADIKAN SYETAN SBG MUSUH
Kode: 1A3.12 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui definisi syaetan dan pembagiannya dengan rinci
2. menyebutkan perbedaan antara manusia, jin, syetan dan Iblis
3. Menjadikan syaethan sebagai musuh.
4. Mengetahui langkah-langkah syetan menjerumuskan manusia dengan berbagai cara dan sarana, agar dapat
memperingatkan diri dan lingkungannya akan bahaya syetan.
5. Memahami bahaya langkah-langkah syetan, sehingga menyatakan permusuhan dengan syetan dan tidak
mengikuti langkah-langkahnya.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah:
Dengan mengetahui syaithan sebagai musuh maka dia tidak akan mengikuti langkah-langkah syaithan dan
akan terbentuk karakter shalimul aqidah dalam diri seseorang. (1: 14-15)
Definisi syetan, baik secara bahasa maupun istilah, agar diketahui perbedaan antara jin, manusia, syetan dan
Iblis. Setelah itu mengetahui langkah-langkah yang dilakukan oleh syetan dalam menjerumuskan manusia
berserta cara dan sarana yang digunakan untuk itu. Demikian pula mengetahui bahaya-bahaya yang
mengancam ketika seseorang mengikuti ajakan syetan sehingga timbul dalam dirinya sikap dan pernyataan
bahwa syetan itu adalah musuh, yang dengan sendirinya ia tidak menjadikan syetan sebagai teman dan tidak
mengikuti langkah-langkahnya.
POKOK-POKOK MATERI

1. Ayat al-Qur’an yang melarag orang-orang beriman mengikuti langkah langkah syetan (2: 168-169)
2. Mufradatul ayat dan asbab nuzul.
3. Definisi jin, manusia, syetan dan Iblis, asal penciptaan mereka dan pembagian syetan.
4. Langkah-langkah, cara-cara dan saran-sarana yang digunakan syetan mempengaruhi manusia.
5. Ancaman bagi orang-orang yang mengikuti syetan.
6. Keuntungan bagi orang-orang yang menjadikan syetan sebagai musuh.
MARAJI’
Tafsir Q.S. 35: 6 Ainur Rafiq, Jin I
KEBUTUHAN MANUSIA TERHADAP RASUL
Kode: 1A3.13 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1 Memahami bahwa fitrah manusia memerlukan keyakinan tentang eksistensi Sang Pencipta, beribadah kepada-
Nya dan memiliki kehidupan yang teratur.
2 Memahami bahwa petunjuk Rasul adalah satu-satunya jalan untuk mencapai hal itu
TITIK TEKAN MATERI
Setiap manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan fitrah, dimana manusia bersih, suci dan mempunyai
kecenderungan yang baik dan kearah positif yaitu kearah Islam. Fitrah manusia diantaranya adalah
memngakui kewujudan Allah SWTsebagai pencipta, keinginan untuk beribadah dan menghendaki kehidupan
yang teratur. Fitrah demikian perlu diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari melalui petunjuk Al Qur’an
(Firman-firman dan panduan dari Allah SWT) dan panduan Sunnah (Sabda Nabi dan perbuatannya).
Semua panduan ini memerlukan petunjuk dari Rasul khususnya dalam mengenal pencipta dan sebagai
panduan kehidupan manusia. Dengan cara mengikuti panduan Rasul kita akan mendapati ibadah yang shahih.
POKOK-POKOK MATERI

1. Fitrah Manusia (75: 14, 27: 14):


a. Membutuhkan keberadaan Sang Pencipta: 23: 83-90.
b. Mengabdi pada Sang Pencipta: 2: 21.
c. Hidup yang memiliki Aturan: 28: 50
2. Petunjuk Rasul (36: 1-2; 42: 53; 3: 31):
a. Mengenali Pencipta yang Sebenarnya: 31: 10
b. Memberikan Aturan/Pedoman Kehidupan: 3: 19, 85; 33: 21.
c. Cara beribadah yang benar: 21: 25
MARAJI’
TA’RIFUR RASUL
Kode: 1.A3.14 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami definisi Rasul dan dapat menjelaskan fungsinya secara umum.
2. Mangenal tanda-tanda kerasulan dan dapat menyebutkan contoh-contohnya secara tepat dan mengimaninya.
TITIK TEKAN MATERI
Rasul adalah seorang laki-laki yang terpilih dan yang diutus oleh Allah SWT dengan risalah kepada manusia.
Definisi Rasul ini menggambarkan kepada kita bagaimana manusia sebagai Rasul yang terbaik diantara
manusia lainnya. Sehingga apa yang dibawa, dibincangkan dan dilakukan adalah sesuatu yang terpilih dan
mulia dibandingkan dengan manusia lainnya. Rasul sebagai pembawa risalah yang Allah SWT berikan
kepadanya dan juga Rasul sebagai contoh dan teladan bagi aplikasi Islam di dalam kehidupan seharian. Untuk
lebih jelasnya bagaimana mengenal Rasul yang menjalankan peranan pembawa risalah dan sebagai model,
maka kita perlu mengenal apakah ciri-ciri dari Rasul tersebut. Ciri-ciri Rasul adalah pembawa sifat-sifat yang
asas, mempunyai mukzizat, sebagai pembawa berita gembira, Ada berita kenabian dan memiliki ciri kenabian,
dan juga nampak hasil perbuatannya.
POKOK-POKOK MATERI

1. Fungsi Rasul
a. Definisi Rasul: Laki-laki yang dipilih dan diutus Allah SWT dengan risalah Islam kepada manusia.
b. Pembawa Risalah: 5: 67, 33: 39.
c. Tauladan dalam melaksanakan risalah: 33: 21, 56, 60: 4
2. Tanda-tanda Kerasulan
a. Sifat Mendasar: 68:
b. Mu’jizat: 54: 1, 15: 9
c. Berita Kedatangannya: 61: 6
d. Berita Kenabian: 25: 30.
e. Hasil-hasil Perbuatannya: 6: 122
MARAJI’
Sa’id Hawwa, Ar-Rasul
MAKANATUR RASUL
Kode: 1A3.15 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami kedudukan Rasulullah saw sebagai hamba Allah SWT dan sebagai pembawa risalah terakhir.
2. Termotivasi untuk membaca dan mengkaji sunnah atau hadits-hadits Nabi serta mempelajari perjalanan
hidup dan da’wah Rasulullah saw.
3. Menyadari bahwa memahami fiqhus sirah dan fiqhud da’wah adalah kewajiban setiap muslim.
TITIK TEKAN MATERI
Muhammad Rasulullah SAW adalah sebagai hamba diantara hamba-hamba Allah SWT yang lainnya. Sebagai
hamba maka Rasul mempunyai ciri yang juga sama dengan manusia lainnya seperti beliau sebagai manusia,
mempunyai nasab dan jasad
Sebagai hamba ini menunjukkan bahwa Nabi adalah manusia biasa yang Allah SWT berikan kemuliaan
berupa wahyu dari Allah SWT. Untuk mengetahui Nabi sebagai hamba dapat kita ketahui secara pasti dari
perjalanan sirah Nabi, khususnya di dalam fiqih sirah. Selain itu Nabi Muhammad SAW juga sebagai Rasul
diantara para Rasul.Sebagai Rasul Nabi bersifat menyampaikan risalah, menjalankan amanah dari Allah SWT
dan sebagai pemimpin umat. Perjalanan Nabi sebagai Rasul dalam menyampaikan dakwah dan misi dapat
dilihat dari dakwah-dakwah Nabi seperti di dalam fiqih dakwah.
Selain itu Nabi Muhammad SAW juga membawa sunnah yang dijadikan sebagai fiqul ahkam. Kedudukan
Rasul dapat digambarkan dalam sirah Nabi, sunnahnya dan dakwahnya sehingga dari kedudukan ini banyak
yang kita ambil sebagai fiqh sirah, fiqh ahkam dan fiqh dakwah.
POKOK-POKOK MATERI

1. Kedudukan Muhammad saw sebagai hamba diantara hamba-hamba Allah SWT:


a. Keadaannya sebagai manusia: (25: 7, 13: 38): nasabnya dan jasadiahnya.
b. Perjalanan kehidupan kenabiannya-fiqhus sirah: 12: 112
2. Kedudukan Muhammad saw sebagai rasul diantara para rasul Allah SWT:
a. Penyampai risalah: 72: 28.
b. Penunai amanah: 5: 3, 33: 39, 5: 67.
c. Pemimpin Umat: 4: 41, 17: 71.
d. Perjalanan da’wah kenabiannya-fiqhud da’wah: 9: 40 e. Kebiasaan/adab-adab rasulul-Lah-fiqh hukum: 4: 65.
MARAJI’
Sa’id Hawwa, Ar-Rasul
SHIFATUR RASUL
Kode: 1A3.16 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami sifat-sifat dasar yang mesti dimiliki setiap rasul dan dapat menunjukkan contoh masing-masing
sifat tersebut pada pribadi Muhammad saw.
2. Memahami keagungan pekerti Muhammad saw sebagai pribadi Qur’ani dan hasil terbiyah robbaniyah.
3. Menyadari bahwa Rasulullah adalah uswatun hasanah bagi dirinya.
TITIK TEKAN MATERI
Mengenal Rasul perlu mengenal sifat-sifatnya. Bagian tingkah laku, personaliti dan penampilan diwarnai oleh
sifat seseorang. Begitupun Nabi Muhammad SAW dapat digambarkan melalui sifat-sifatnya.
Mengetahui sifat-sifat ini diharapkan kita menyadari siapa sebenarnya Rasul dan kemudian kita dapat
mengikutinya. Sifat Nabi seperti manusia biasa yang sempurna dapat diikuti oleh kita, karena tingkah laku dan
perbuatannya seperti yang dilaksanakan manusia, maka kita pun mesti dapat mengikutinya.
Kemudian kita semakin percaya kepada apa-apa yang dibicarakan atau yang disampaikan Rasul adalah yang
benar karena sifat beliau yang ‘ismah (terpelihara dari kesalahan), selain itu beliau dalah orang yang cerdas
berarti apa yang dibawanya adalah hasil dari pemikiran dan analisa yang mendalam, tepat dan baik. Sifat
amanah adalah juga sifat asas yang setiap manusia mesti menyenangi berkawan dengan mereka yang amanah,
kita sebagai muslim perlu mengikuti sifat ini dengan sempurna begitupun dengan sifat lainnya seperti tabligh
dan iltizam.
Sifat-sifat ini menggambarkan akhlaq mulia yang diwarnai oleh akhlaq Al Qur’an dan sangatlah sesuai
dijadikan contoh yang baik bagi kita.
POKOK-POKOK MATERI

1. Sifat-sifat rasul:
a. Manusia sempurna: 25: 8
b. Terpelihara dari kesalahan: 5: 67, 80: 1, 66: 1.
c. Benar: 39: 33, 53: 3-4
d. Cerdas: 48: 27
e. Amanah: 4: 58, 69: 44-46
f. Menyampaikan: 5: 67, 81: 24, 80: 1-2
g. Komitment yang sempurna: 17: 73, 68: 6.
2. Akhlaq yang agung: 68: 4
a. Akhlaq Qur’ani
b. Suri Tauladan: 33: 21.
MARAJI’
Sa’id Hawwa, Ar-Rasul
WAZHIFATUR RASUL
Kode: 1A3.17 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami tugas Rasulul-Lah sebagai pembawa risalah da’wah dan penegak dienul-Lah.
2. Dapat menyebutkan bentuk-bentuk keteladanan Rasul dalam melaksanakan missinya.
3. Termotivasi untuk meneruskan jejak risalah dalam menegakkan dienul-lah.
TITIK TEKAN MATERI
Tugas Rasul dapat dibagi dua yaitu menyampaikan risalah dan menegakkan dinullah. Kedua tugas ini adalah
intisari dari perintah Allah SWTdan amalan dakwah Nabi Muhammad SAW. Risalatudakwah yang dibawa
Nabi adalah memperkenalkan masyarakat jahiliyah kepada penciptanya, perkara ini tidaklah begitu sukar
karena setiap manusia mempunyai fitrah untuk menerima khaliq. Setelah itu menjadikan mereka sebagai
muslim. Sebagai muslim perlu untuk mengetahui bagaimana cara beribadah dan mengikuti Islam. Tugas Rasul
diantaranya adalah menjelaskan Islam sebagai panduan hidup. Usaha menyampaikan risalah secara berkesan
dengan melaksanakan tarbiyah Islamiyah yaitu dengan menekankan kepada arahan dan nasihat.
Tugas kedua adalah menegakkan dinullah. Tugas ini tidak semua muslim memahaminya atau tidak
mengetahui bagaimana untuk merealisasikannya. Rasul sebagai pembawa risalah adalah suatu pengetahuan
umum bagi kita tetapi tidak demikian dengan peranan untuk menegakkan agama Allah SWT. Beberapa
aktifitas untuk menegakkan dien Allah SWT ini adalah menegakkan khilafah, membangun rijal, minhajud
dakwah dan merealisasikan risalah.
POKOK-POKOK MATERI

1. Tugas rasul sebagai pengemban risalah da’wah: 5: 67, 33: 39


a. Memperkenalkan Al Khaliq: 7: 175
b. Menjelaskan Cara Beribadah (hadits)
c. Menjelaskan pedoman hidup (h)
d. Membina dengan arahan dan nasihat.
2. Tugas Rasul sebagai penegak dienul-Lah: 42: 13-15
a. Menegakkan khilafah: 24: 55
b. Membina Kader: 3: 104
c. Membuat konsepsi da’wah: 3: 159
d. Melaksanakan pedoman hidup: 2: 208, 6: 162.
MARAJI’
Sa’id Hawwa, Ar-Rasul
KHASAIS RISALAH MUHAMMAD SAW
Kode: 1A3.18 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami keistimewaan risalah Rasulullah saw & perbedaannya dengan risalah rasul-rasul sebelumnya.
2. Mampu menunjukkan dan menjelaskan inti dari risalah Muhammad saw
3. Menyadari perannya sebagai penerus risalah jihad sehingga termotivasi untuk berda’wah di jalan Allah SWT.
TITIK TEKAN MATERI
Nabi Muhammad SAW mempunyai ciri-ciri khusus dibandingkan para rasul lainnya. Diantara ciri-ciri tersebut
adalah sebagai Nabi penutup, penghapus risalah sebelumnya, membenarkan Nabi sebelumnya,
menyempurnakan risalah, diperuntukkan manusia seluruh alam, dan sebagai rahmat bagi lam semesta. Ciri-
ciri ini dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW dan tidak dimiliki oleh para Rsul sebelumnya. Nabi Muhammad
sebagai penutup berarti tidak ada lagi Nabi setelah Nabi Muhammad SAW, Iapun menghapus risalah
sebelumnya yang berarti risalah sebelumnya tidak lagi digunakan setelah datangnya Nabi Muhammad SAW,
beliaupun membenarkan nabi sebelumnya dan adanya Nabi Muhammad tidak untuk kaumnya saja tetapi
untuk seluruh manusia dan bagi semesta alam.
Rasulullah tampil sebagai pembawa risalah Islam yang mencakup huda dan dienul haq. Selain itu lahirnya
Rasulullah SAW ditengah kita adalah sebagai saksi, pembawa berita gembira dan peringatan, penyeru ke jalan
Allah SWT dan sebagai pelita yang menerangi.
POKOK-POKOK MATERI
1. Kedudukan Muhammad saw:
a. Penutup para Nabi: 33: 40
b. Penghapus risalah sebelumnya: (h)
c. Membenarkan para Nabi sebelumnya: 61: 8
d. Penyempurna risalah sebelumnya

e. Ditujukan untuk seluruh manusia: 34: 28.


f. Ditujukan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam: 21: 107
2. Risalah Muhammad adalah risalah Islam yaitu sebagai:
a. Petunjuk
b. Dien yang benar
3. Kewajiban menda’wahkan ke-Islaman:
a. Menjadi saksi: 33: 45
d. Menyeru ke jalan Allah SWT: 33: 46
b. Memberi berita gembira: 33: 45
e. Cahaya yang menerangi: 33: 46
c. Memberi peringatan: 33: 45
MARAJI’
Sa’id Hawwa, Ar-Rasul
WAJIBATUL MUSLIM NAHWAR RASUL
Kode: 1A3.18 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami persaksian “Muhammad adalah Rasulullah “ dan termotivasi untuk merealisasikannya.
2. Mampu menjelaskan kewajiban pribadi mu’min terhadap Rasulul-Lah sebagai konsekuensi persaksiannya.
3. Menyadari perannya sebagai kader da’wah pelanjut risalah Rasulul-Lah saw.
TITIK TEKAN MATERI
Muslim yang menyebut bahwa Muhammad adalah Rasulullah di dalam syahadatnya, maka berarti individu
tersebut akan membenarkan apa yang dikabarkannya, mentaati semua perintahnya, menjauhi apa yang
dilarangnya, dan tidak dikatakan beribadah kecuali dengan mengikuti syariatnya. Penerimaan ketaatan dan
ibadah kepadaNya melalui petunjuk Rasul adalah hasil dari persaksian atas Nabi yang kemudian dari sini
muncul kewajiban-kewajiban yang perlu dijalankan.
Kewajiban muslim kepada Rasul adalah mengimaninya, mencintai, mengagungkan, membelanya, mencintai
para pencintanya, menghidupkan sunnahnya, memperbanyak shalawat, mengikuti dan mewarisi risalahnya.
Dengan kewajiban ini setiap muslim akan senantiasa menjaga dirinya berada didalam saf Islam. Kewajiban ini
sebagai janji dan komitmen dari persaksian kita kepada Nabi bahwa Muhammad SAW adalah Rasulullah.
POKOK-POKOK MATERI

1. Kewajiban terhadap Risalah Rasulul-Lah saw:


a. Membenarkan apa yang dikabarkannya: h, 39: 33
b. Menta’ati semua perintahnya: 24: 51
c. Menjauhi apa yang dilarangnya: 59: 7
d. Tidak dikatakan ibadah kecuali dengan mengikuti syaria’tnya: h, 4: 80
2. Kewajiban terhadap Rasulul-Lah saw:
a. Mengimaninya: h, 61:1.
b. Mencintainya: h,
c. Mengagungkan: 48: 7
d. Membelanya: 9: 40, 61: 14.
e. Menghidupkan sunnahnya: h, 3: 130
f. Memperbanyak shalawat: 33: 56.
g. Mengikutinya: 3: 31
h. Mewarisi risalahnya: 48: 28
MARAJI’
Sa’id Hawwa, Ar-Rasul
NATAIJU RISALAH MUHAMMAD SAW
Kode: 1A3.19 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami hasil yang akan didapat dari mengikuti Rasul
2. Termotivasi untuk mengikuti jejak kehidupan Rasulul-Lah saw
TITIK TEKAN MATERI
Dalam kehidupan seharai-hari, maka apabila seseorang berbuat baik, maka sewajarnya ia dipuji oleh manusia
apalagi Allah SWT. Apabila ia menjadi cerdas dan berperestasi, maka wajar akan dipuji oleh manusia apalagi
Allah SWT.
Maka jika kita mengikuti Rasul SAW dengan baik, maka kita akan memperoleh berupa: Dicintai, dirahmati,
diberikan petunjuk oleh Allah SWT. Juga kita akan mendapatkan kemuliaan, pujian dan kemenangan. Itulah
hasil yang akan didapat dari mengikuti Rasul dapat berupa Kebaikan di dunia. Kebaikan-kebaikan ini sangat
bermanfaat sebagai kredibilitas sosial kita dalam dakwah. (al misdaaqiyyah al ijtimaiyyah). Sedangkan hasil
yang akan didapat dari mengikuti Rasul SAW berupa kebaikan di akhirat, yaitu berupa: Syafa’at,
Bercahayanya wajah, Bersama dengan rasulullah, Bersama dengan para orang baik lainnya, kemenangan
akherat adalah kemengan hakiki, sehingga dengan kebaikan akherat ini kita akan lebih termotivasi. Bahwa apa
yang kita usahakan bukanlah kebahagiaan yang semu, dia adalaah nyata di hadapan Allah SWT.
POKOK-POKOK MATERI
1. Kebaikan di dunia:
a. Dicintai Allah SWT: 3: 31
b. Dirahmati Allah SWT: 57: 28, 3: 132
c. Petunjuk dari Allah SWT: 42: 53
d. Kemuliaan: 63: 8, 48: 29 e. Kemenangan: 5: 56

2. Kebaikan di akhirat:
a. Syafa’at: hadits
b. Bercahayanya wajah: hadits
c. Bersama dengan rasulul-Lah: 4: 69
d. Bersama dengan para orang baik lainnya: 4: 69 e. Kemenangan: 58: 22
MARAJI’
Sa’id Hawwa, Ar-Rasul
BIDANG STUDI: FIQH
KEDUDUKAN NIAT DALAM BERAMAL
Kode: 1.A4.1 | Sarana: Taujih
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui hukum dan urgensi niat di awal setiap perbuatan baik
2. Menjaga orientasi amal kepada Allah SWT
3. Berniat setiap melakukan perbuatan
TITIK TEKAN MATERI
Pentingnya niat dalam setiap amal (muwashafat 2: 10).
Materi ini berisi seputar niat yang menjadi penentu bagi diterima atau tidaknya suatu amal. Sementara
syaithan akan selalu memberi bisikan agar manusia memiliki niat yang salah dalam beramal. Penyimpangan
niat, bisa berbentuk riya (berbuat karena orang lain) atau syirik (berbuat untuk selain Allah SWT), yang akan
menjadikan amal seperti debu, tidak bernilai.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan hadits Nabawi tentang niat dan keikhlasan.
2. Urgensi niat
3. Gangguan syetan agar amal seorang hamba tidak diterima oleh Allah SWT
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan penjelasan bahwa niat sangat menentukan kualitas amal. Amal yang sedikit bila diniatkan dengan
benar, akan bernilai besar, tapi sebaliknya amal yang banyak bila disertai niat yang salah, tidak bernilai apa-
apa. Uraikan dalil-dalil al-Qur‘an dan hadits kemudian simpulkan fadhilah niat yang terdapat dalam dalil
tersebut. Selanjutnya, sampaikan bagaimana syetan menggoda agar manusia memiliki niat yang keliru, ketika
ia melakukan kebaikan.
MARAJI’
Arba’in Nawawi
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin
Said Hawwa Mensucikan Jiwa Satu hari bersama syaithan,
Yusuf al Qardhawi, An-Niat
Yusuf al Qardhawi, Al Muntaqa minat taghribi wat tarhib
HUKUM THAHARAH
Kode: 1.A4.2 | Sarana: Taujih atau Daurah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui hukum thaharah
2. Mengetahui urgensi thaharah melalui dalil Al-Qur‘an dan sunnah Rasulullah
3. Mengetahui ma’na sunatullah fitrah
4. Senantiasa menjaga kondisi thaharah, jika memungkinkan
5. Memahami thaharah sesuai dengan sunnah nabi SAW.
6. Meninggalkan bid’ah-bidah dalam thaharah yang tidak diajarkan nabi SAW.
TITIK TEKAN MATERI
Untuk memenuhi ibadah atau kebaikan lain diperlukan kesucian. Dengan Ihsan dalam Thaharah dan
Senantiasa Menjaga Thaharah maka akan diperoleh shahihul ibadah (2: 2 dan 2: (27).
Thaharah atau bersuci merupakan salah satu bagian penting dalam Islam. Hanya ajaran Islam yang memiliki
syari’at lengkap tentang hukum bersuci. Thaharah mencakup wudhu, mandi, dan bersuci dari hadats besar dan
kecil. Hukum thaharah sebagai syarat sahnya ibadah shalat, harus diketahui setiap muslim. Taujih masalah
thaharah bisa juga dikaitkan dengan sejumlah materi tentang thaharah dalam bidang Shahihul Ibadah yang
metodenya bisa dilakukan melalui daurah.
Thaharah merupakan ciri terpenting dalam Islam yang berarti bersih atau sucinya seseorang secara lahir
dengan sucinya badan, pakaian dan tempat shalat dari najis dan secara batin dengan membersihkan hatinya
dari syirik, dengki dan iri hati. Kesucian merupakan syarat sahnya shalat dengan memahami thaharah, maka
shalatnya menjadi sah dan diterima Allah SWT. Dengan memahami haid, nifas dan istihadhah, maka seorang
muslimah dapat membedakan kapan diwajibkannya mandi dan atau kapan meninggalkan perbuatan-perbuatan
yang dilarang Islam.Wudhu sebagai salah satu amal yang memiliki nilai pahala besar. Karena berwudhu, bila
dilakukan secara sempurna baik aspek hukum maupun ruhiyahnya, dapat memelihara organ-organ tubuh dari
kemaksiatan, dan dapat dioptimalkan untuk melakukan ketaatan pada Allah SWT. Menjaga kondisi suci,
seharusnya tidak hanya ketika seseorang akan melakukan shalat.
POKOK-POKOK MATERI
1. Urgensi thaharah, melalui dalil naqli dan aqli
2. Thaharah sebagai salah satu keistimewaan syari’at Islam
3. Macam-macam hadas dan najis dan cara membersihkannya
4. Sunnanul Fitthrah Thaharah, pengertian, hakekat dan fungsi thaharah.
5. Hubungan thaharah dengan kebersihan, kesehatan dan keindahan lingkungan.
6. Wudhu’, mandi dan tayammum (syarat-syarat, rukun-rukun, cara-cara dan yang membatalkannya).
7. Haid, nifas, istihadhah, pengertian, waktu dan lamanya, hal-hal yang terlarang dan yang dibolehkan.
8. Kesempurnaan thaharah, dari sisi hukum fiqih dan ruhiyah
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pendahuluan tentang urgensi menjaga thaharah dan menjaganya. Dengan merujuk pada hadits
Rasulullah, akan tergambar betapa besar fadhilah (keutamaan) berwudhu bila dilakukan secara sempurna.
Berikan juga kisah menarik tentang sejumlah sahabat dan tabi’in yang memiliki kebiasaan menjaga thaharah.
Namun penting disampaikan bahwa dalam mengerjakan wudhu, harus memperhatikan aspek hukumnya,
beserta aspek ruhnya, sehingga dapat dilakukan dengan sempurna.
MARAJI’
1. Imam Ghazali, Ihya Ulumidin
2. Ibnu Rusyd., Bidayatul Mujtahid
3. Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin,
4. Kamil Muhammad Uwaidah,. Al-jami’ al fiqh an-nisa’
5. Munawar Khalil Biografi empat Madzhab,
6. Sayyid Sabiq Fiqhus Sunnah
7. Wahbah Zuhaili, Al fiqh Al Islam wa Adillatuhu.
8. Abd. Karim Zaidan, DR. Mufashshal Liahkamul Mar’ah
THAHARAH DENGAN SIWAK
Kode: 1.A4.3 | Sarana: Taujih dan penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui hukum siwak atau membersihkan mulut
2. Mengetahui fadhilah penggunaan siwak.
3. Teknik penggunaan siwak (bahan, alat dan cara penggunaan siwak).
4. Menggunakan siwak atau membersihkan mulut, terutama menjelang shalat
TITIK TEKAN MATERI
Dengan materi ini maka seseorang akan menggunkan siwak dengan baik sehingga terbentuklah pribadi yang
memiliki shahihul ibadah (muwashafat 2: 26).
Materi ini menjelaskan perhatian Islam terhadap masalah kebersihan. Siwak adalah sarana untuk
membersihkan mulut yang biasa digunakan para sahabat. Menggunakan siwak pada saat sekarang, adalah
salah satu bentuk sunnah Rasulullah saw. Bila tidak ada siwak,
POKOK-POKOK MATERI
1. Hukum siwak
2. Fadhilah siwak
3. Bahan-bahan yang dapat digunakan
4. Peralatan diperlukan untuk bersiwak
5. Tata-cara penggunaan siwak yang baik dan benar.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Sewaktu menyampaikan bahasan ini, maka siapkan contoh siwak dan bagaimana cara membuat peralatan
siwak (jika dapat dibuat sendiri). Kemudian tunjukkan bagai cara menggunakannya siwak tersebut. Untuk
memperluas wawasan membaca kitab Riyadushshalihin bab fadlu al siwak wa khishai al fithrah
MARAJI’
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin,
Said Hawwa, Mensucikan Jiwa
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah,
Qardhawi, Yusuf, DR Fiqhu shaum,
HUKUM SHALAT
Kode: 1.A4.4 | Sarana: Halaqah, Taujih, Daurah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui hukum shalat (muwashafat 5: 9)
2. Mengetahui urgensi shalat sebagai kebutuhan hidup yang memberi ketentraman jiwa
3. Memahami cara shalat yang benar dan dalil-dalilnya
4. Mengamalkannya dengan khusyu’ sehingga shalat menjadi pencegah dari perbuatan keji dan mungkar.
TITIK TEKAN MATERI
Shalat menjadi pembeda antara mu’min dan kafir. Meninggalkan shalat wajib hukumnya berdosa. Para fuqaha
berbeda pendapat menyikapi orang yang meninggalkannya karena malas. Selain sebagai kewajiban, shalat
juga menjadi kebutuhan hidup. Ia sebagai terminal tempat perhentian setiap hamba Allah SWT yang dapat
melepas semua penat dan beban yang dihadapi. “Was ta’inu bi shabri wa shalah, innaha lakabiratun illa ‘alal
khasyi’in.”
Juga Hadits Rasulullah: “Ya Bilal arihna bi shalah.” Shalat adalah ibadah yang diwajibkan Allah SWT pada
ummat Islam disampaikan langsung pada nabi SAW tanpa perantara dan merupakan tiang Ad-dien, merupakan
wasiat terakhir yang diamanatkan Nabi SAW pada ummatnya, sehingga shalat itu diharuskan mengerjakannya
dalam kondisi apapun, baik di waktu mukim, diperjalanan, diwaktu damai maupun peperangan. Shalat
merupakan amalan yang pertama kali di hisab oleh Allah SWT, oleh karena itu sangat menentang orang yang
menyia-nyiakan shalat serta melalaikannya.
POKOK-POKOK MATERI
a. Arti, kewajiban, dan hikmah shalat
b. Rukun dan syarat shalat serta yang membatalkan shalat.
c. Hukum shalat dari Al-Qur‘an dan sunnah, dan pendapat para fuqaha tentang orang yang meninggalkan shalat.
d. Shalat sebagai kebutuhan hidup yang menenangkan jiwa Keutamaan shalat dan hikmah shalat berjama’ah.
e. Sikap para sahabat terhadap shalat
f. Pembagian shalat di tinjau dari berbagai aspek.
g. Shalat jama’ah dan kaitannya
h. Shalat-shalat sunnah dan cara mengerjakannya
i. Persiapan-persiapan ruh, jasad dan makani sebelum menunaikan shalat.
MARAJI’
Abdul Karim Zaidan, DR.. Al-Mufashshal fi Ahkamil Mar’ah Al Fiqhul Islami wa Adillatuhu
Al-Kandahlawi, Hayatus Shahabah
Ibnu Rusyd,. Bidayatul Mujtahid
Kamil Muhammad, Uwaidah Al-jami’ al fiqh an-nisa’ Kifayatul Akhyar
Yusuf Qardhawi, al Ibadah fil Islam
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah: Buku..
Wahbah Zuhaili, Al fiqh Al Islam wa Adillatuhu
IHSAN DALAM SHALAT
Kode: 1.A4.5 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui dalil-dalil al-Qur‘an dan hadits tentang shalat
2. Melakukan shalat dengan ihsan-benar, dari aspek hukum maupun aspek ruhiyah
3. Mengetahui fadhilah (keutamaan) dan hikmah shalat
4. Menghindarkan diri dari berbagai kekejian dan kemungkaran
TITIK TEKAN MATERI
Dengan selalu ihsan dalam shalat maka akan dimiliki pribadi yang memiliki shahihul ibadah (mu 2: 5)
Inti Materi ini berisi uraian bahwa shalat seharusnya dilakukan sesuai tuntutannya, baik tuntutan hukum fiqih
(secara lahir) dan tuntutan ruhiyah (secara bathin). Inti kesempurnaan secara bathin, ada pada kekhusyu’an
(kehadiran hati) dalam melakukan shalat. Shalat yang dilakukan dengan sempurna akan memberi banyak
hikmah, antara lain menghindarkan pelakunya dari kekejian dan kemungkaran.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur’an dan sunnah tentang shalat
2. Kesempurnaan shalat dari sudut hukum fiqh
3. Kesempurnaan shalat dari sudut ruhiyah (bathiniyah)
4. Mengkaji hadits Al Masyi fil Shalat dari:
a. Fathul bari, Shahih Bukhari
b. Syarah Nawawi, Shahih Muslim
c. Subulussalam, Bulughul Maram
5. Kisah para sahabat dan tabi’in tentang shalat
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pendahuluan tentang urgensi shalat dalam kehidupan. Pada dasarnya, di samping kewajiban, shalat
merupakan kebutuhan setiap orang dalam menghadapi berbagai problema kehidupan. Hanya shalat yang
dilakukan secara benar, dari aspek fiqih maupun ruhiyahnya saja yang dapat memberi buah bagi pelakunya.
Kemukakan bagaimana kualitas shalat para sahabat dan tabi’in. Dengan kualitas seperti itulah mereka mampu
menanggung beban perjuangan dakwah Islam.
MARAJI’
Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin,
Imam Ghazali Ihya Ulumidin
Sayyid Sabiq Fiqhus Sunnah,
Yusuf Qardhawi, al Ibadah fil Islam
Zainab binti Muhammad Muharib, Kaifa takhsya’inna fish shalah
Said Hawwa Mensucikan Jiwa,
QIYAMUL LAIL
Kode: 1.A2.6 | Sarana: Halaqah/Mabit
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui dalil-dalil qiyamul lail dengan benar
2. Mengetahui tata-cara melaksanakan qiyamul lail
3. Mengetahui fadhilah qiyamul lail
4. Melaksanakan qiyamul lail secara rutin minimal sekali sepekan
TITIK TEKAN MATERI
Dengan materi ini maka akan terbentuk kebiasaan dan kesadaran melakukan qiyamul lain minimal sekali
sepekan, sehingga seseorang memiliki karakter shahihul ‘ibadah (mu 2: 6)
Materi ini menggambarkan tentang fadhilah (keutamaan) qiyamul lail yang sangat istimewa. Di antara
fadhilahnya adalah, melatih keikhlasan dalam beribadah, dan melatih diri mengalahkan hawa nafsu.
Di samping itu, suasana malam yang sangat tepat untuk beraudiensi dengan Allah SWT. Urgensi Qiyamul lail
juga dapat dilihat ketika dakwah masih dalam tahap awal di Makkah, di mana Rasulullah dan para sahabat
diperintahkan untuk melakukan qiyamul lail. Artinya, qiyamullail dapat menjadi suplai energi dan benteng
ruhiyah yang sangat kuat dalam menghadapi berbagai ujian dan problematika perjuangan.
Membiasakan qiyamul lail juga bisa bermanfaat untuk mengoptimalkan waktu malam, melakukan berbagai
amal kebaikan. Misalnya, belajar, menulis, tafakkur, tilawah, dsb.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan hadits Nabawi tentang qiyamul lail
2. Fadhilah dan urgensi Qiyamul lail
3. Kisah sahabat dan tabi’in dalam melakukan qiyamul lail (membaca kitab Riyadushshalihin bab Fadlu Qiyamul
lail)
4. Kiat-kiat agar dapat melakukan qiyamul lail
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan gambaran tentang urgensi dan fadhilah qiyamullail, merujuk pada dalil Al-Qur‘an dan hadits.
Sampaikan apa tujuan kita membahas materi ini. Uraikan bagaimana pentingnya Qiyamul lail dalam membina
kondisi ruhiyah seseorang, sehingga dia dapat menghadapi berbagai problematika dalam hidup. Baru setelah
itu dijelaskan, bagaimana kiat-kiat yang bisa ditempuh agar seseorang mampu bangun malam. Berikan
kesempatan bagi audiens tentang problem yang pernah dialami, yang menjadi hambatan ketika akan bangun
malam.
MARAJI’
Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin,
Imam Ghazali, Ihya Ulumudin
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah,
ADZAN
Kode: 1.A4.7 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui latar belakang disyariatkannya adzan
2. Mengetahui fadhilah adzan
3. Memiliki sifat untuk tidak sungkan adzan apabila waktu shalat tiba
4. Menjadi muadzin dengan benar ketika waktu shalat tiba
TITIK TEKAN MATERI
Shalat adalah ciri utama seorang muslim. Untuk memberi tanda waktu shalat maka dikumandangkan adzan.
Maka dengan terbangunnya sifat untuk tidak sungkan adzan akan terbentuknya karakter shahihul ibadah. (2:
1)
Materi ini memberi uraian tentang bagaimana keutamaan (fadhilah) adzan sebagai panggilan yang mulia bagi
para hamba Allah SWT untuk menuju ke masjid. Seorang yang menyadari keutamaan itu akan berupaya keras
mengumandangkan adzan, kendati untuk itu ia harus mengatasi kendala yang sangat berat. Selain memiliki
nilai pahala yang istimewa, seorang muadzin akan mendapat perlakuan istimewa di hari akhir. Di sisi lain,
seorang muadzin secara otomatis akan melakukan shalat di awal waktu, plus mendapatkan pahala shalat
berjamaah.
POKOK-POKOK MATERI
1. Latar belakang disyari’atkannya Adzan
2. Dalil-dalil dari hadits Nabawi tentang adzan.
3. Al-azkar, Imam Nawawi
4. Fadhilah adzan, di dunia maupun di akhirat.
5. Tinjauan fiqih tentang adzan (membaca kitab Raiyadushshalihin bab fadlul Azan)
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik adzan yang akan di bahas memiliki nilai yang sangat penting. Sementara
kondisi masyarakat kita, karena belum memahami keutamaan adzan, cenderung kurang responsif terhadapnya.
Contoh, masih banyak di antara kita yang sungkan atau enggan melakukan adzan. Di sisi lain, ada pula
masyarakat yang mengumandangkan adzan dengan cara yang tidak benar. Misalnya, menganggap adzan yang
paling baik adalah yang memiliki nada paling bagus. Sampaikan juga bahwa kedudukan muadzin adalah
mulia. Karena adzan dapat mengusir syaithan, dan menjadi salah satu amal yang mendapat balasan berlipat
ganda. Apalagi, seorang muadzin pasti melakukan shalat di awal waktu secara berjamaah.
MARAJI’
Imam An-Nawawi, Riyadhus shalihin: Fadhilatul adzan.
Imam Nawawi, Al Azkar
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah
ZAKAT
Kode: 1.A4.8 | Sarana: Halaqah, Taujih dan Penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Membayar zakat dengan baik (muwashafat 4: 5)
2. Mengetahui fadhilah dan urgensi zakat
3. Mengetahui hukum zakat (tinjauan fiqh)
4. Mengetahui adab dalam berzakat
5. Mengetahui jenis-jenis zakat
TITIK TEKAN MATERI
Dengan pemberian materi ini maka seseorang akan membayar zakat dengan baik sesuai dengan nishabnya,
sehingga terbentuknya shahihul ibadah pada diri seseorang. (2: 7)
Materi ini menguraikan tentang kewajiban muslim membayar zakat. Juga bagaimana adab yang harus
dipelihara dalam menunaikan zakat. Selain itu, ada banyak fadhilah dan hikmah yang ada di dalam
menunaikan zakat. Misalnya, membina kepedulian sosial, membersihkan harta dari bagian yang harus
dizakatkan (kewajiban muzakki dan sekaligus hak dari mustahiq), membersihkan jiwa dari keterikatan dengan
dunia (cinta dunia), serta menyadarkan bahwa sesungguhnya harta itu milik Allah SWT.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan hadits Nabawi tentang zakat
2. Fiqih zakat
3. Adab dalam berzakat
4. Fadhilah dan Urgensi zakat
5. Jenis-jenis zakat
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pendahuluan tentang kondisi kesenjangan di masyarakat karena ketiadaan rasa peduli dari si kaya
terhadap si miskin. Di sinilah Islam memberi solusi dengan menetapkan kewajiban zakat. Sampaikan bahwa
seorang muzakki posisinya tidak lebih mulia dari mustahiq, karena dalam Islam, harta yang dimiliki muzakki
memang termasuk hak yang harus diberikan untuk si mustahiq. Setelah itu jelaskan sekilas tentang fiqhu
zakat. Uraikan juga adab yang harus dipenuhi dalam zakat. Dan terakhir, ceritakan bagaimana kesenjangan
sosial dan problematika ekonomi, akan berkurang bila zakat dilakukan oleh setiap muslim.
MARAJI’
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin
Imam Ghazali, Ihya Ulumudin
Said Hawwa, Mensucikan Jiwa
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah,
Qardhawi, Yusuf, DR, Fiqhu Zakat
Yusuf Qardhawi, al Ibadah fil Islam

HUKUM PUASA FARDHU


Kode: 1.A4.9 | Sarana: Halaqah, taujih dan penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui hukum puasa (muwashafat 5 : 10)
2. Mengetahui fadhilah puasa untuk kehidupan dunia dan akherat
3. Mengetahui hikmah Puasa menurut kesehatan-kedokteran
4. Melaksanakan puasa fardhu (Ramadhan) dengan baik
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini menguraikan tentang wajibnya puasa di bulan Ramadhan. Puasa Ramadhan merupakan terminal
pembersihan jiwa selama rentang satu tahun. Puasa, tidak hanya meninggalkan makan dan minum, tapi
dengan menghindari semua organ tubuh dari kemaksiatan. Sekaligus mengoptimalkan fungsi anggota tubuh
itu dalam kerangka taat kepada Allah SWT. Puasa dapat membina keikhlasan dalam beribadah, menumbuhkan
rasa empati terhadap kaum papa, dan membina diri agar mampu mengendalikan hawa nafsu. Puasa merupakan
salah satu sarana tarbiyah untuk tazkiyah nafs (penyucian jiwa) yang sangat efektif. Karenanya puasa sudah
disyari’atkan dalam agama sebelum diutusnya Rasulullah saw.
Urgensi puasa lebih terasa lagi, ketika menghadapi berbagai problematika zaman yang selalu mengganggu
syahwat perut dan kemaluan. Allah SWT menetapkan puasa karena banyak hikmah di dalamnya. Antara lain,
tumbuhnya rasa kedekatan jiwa dengan Allah SWT sehingga menciptakan suasana tenang dan tentram dalam
menghadapi berbagai problema
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan Sunnah tentang puasa
2. Urgensi dan fadhilah puasa
3. Hikmah puasa fardhu
4. Pendapat para fuqaha tentang orang yang meninggalkan puasa
5. Kesempurnaan puasa secara ruhiyah
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan prolog bahwa puasa merupakan salah satu syariat yang ditetapkan sebelum Rasulullah. Ini disebabkan
karena nilai dan fadhilah puasa yang demikian besar. Setelah itu sampaikan tentang dalil Al-Qur‘an dan
sunnah puasa. Jelaskan juga sekilas masalah fiqih shaum, dikaitkan dengan permasalahan yang ada pada
masyarakat. Yang paling penting disampaikan, bahwa puasa tidak sekedar menahan lapar dan haus saja, tetapi
juga dengan menahan segala anggota tubuh dari melakukan kemaksiatan.
MARAJI’
Al fiqh Al Islam wa Adillatuhu
Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin Kifayatul Adyar
Qardhawi, Yusuf, Fiqhu shaum
Yusuf Qardhawi, al Ibadah fil Islam
Said Hawwa Mensucikan Jiwa
Sayyid Sabiq, Fiqhu Sunnah
SHAUM SUNNAH
Kode: 1.A4.10 | Sarana: Taujih dan penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui waktu-waktu disunnahkannya dalam puasa atau jenis-jenis puasa sunnah
2. Mengetahui fadhilah puasa sunnah
3. Mengetahui fadilah puasa sunnah di hadapan Allah SWT
4. Mengetahui fadilah puasa untuk kesehatan jiwa dan kesehatan fisik
5. Melaksanakan puasa sunnah minimal satu hari satu bulan
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini menghantarkan seseorang untuk dapat melaksanakan dengan istiqamah shaum yang difardhukan
dan menjalankan shaum yang disunnahkan minimal satu kali dan sebulan, dengan ibadah ini maka akan
terbentuk sifat shahihul ibadah pada diri seseorang (muwashafat 2: 9). Materi ini menguraikan tentang
keutamaan puasa sunnah sebagai motivasi melakukan puasa sunnah, minimal satu kali satu bulan. Puasa
sunnah menjadi sarana yang efektif untuk tetap memelihara kualitas kondisi ruhaniyah yang sudah terbina
selama satu bulan di bulan Ramadhan.
POKOK-POKOK MATERI
1. Jenis-jenis puasa sunnah
2. Dalil-dalil hadits Nabawi tentang puasa sunnah
3. Manfaat puasa terhadap kesehatan fisik dan kesehatan jiwa
4. Mengetahui fadilah puasa untuk kesehatan jiwa dan kesehatan fisik
5. Jenis-jenis puasa sunnah
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan prolog bahwa suasana ruhiyah yang telah dibina selama bulan Ramadhan harus dipertahankan selama
sebelas bulan selanjutnya. Karena puasa sebagai sarana tarbiyah ruhiyah yang efektif, maka sedapat mungkin
puasa juga dilakukan pada waktu selain bulan Ramadhan. Jelaskan ada banyak alternatif puasa sunnah yang
diberikan Rasulullah saw. Ceritakan pula sikap Rasulullah, para sahabat dan para tabi’in yang sangat
memelihara kebiasaan puasa sunnah.
Setelah itu berilah penugasan untuk melakukan puasa sunnah, minimal satu bulan sekali. Hasilnya bisa
dievaluasi lewat form aktivitas bulanan. Penugasan untuk membaca kitab Riyadushshalihin bab Istihbabu
shaumu salasati ayyami min kulli syahr.
MARAJI’
Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin, S
aid Hawwa Mensucikan Jiwa,
Sayyid Sabiq Fiqhus Sunnah,
Qardhawi, Yusuf, DR. Fiqhu shaum, Al Ibadah fil Islam
I'TIKAF
Kode: 1.A4.11 | Sarana: Taujih dan penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui waktu diturunkannya Al-Qur'an
2. Mengetahui makna lailatul qadar
3. Mengetahui tata cara i'tikaf
4. Melakukan i'tikaf pada bulan ramadhan, jika mungkin
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini menghantarkan seseorang untuk dapat melaksanakan i'tikaf jika mungkin, dengan i'tikaf ini maka
akan terbentuk sifat shahihul ibadah pada diri seseorang (muwashafat 2: 25). Bulan ramadhan adalah bulan
diturunkannya Al-Qur'an. Pada malam ramadhan terdapat malam seribu bulan. Pad malam tersebut Allah SWT
menurunkan banyak keberjahan dari langit. Rasul SAW menyunahkan untuk beri'tikaf pada 10 malam terakhir
pada bulan Ramadhan. Untuk melakukan i'tikaf, maka perlu mengetahui rukun dan syarat, serta tempat-tempat
untuk dapat melakukan i'tikaf. Untuk memberi semangat spiritual, maka kita perlu mengetahui tanda-tanda
malam seribu bulan tersebut. I'tikaf adalah bentuk ritual yang sangat ruhiyah.
POKOK-POKOK MATERI
1. Ramadhan sebagai bulan Qur'an (syahrul Qur'an)
2. Malam seribu bulan (lailatul qadr)
3. I'tikaf Rasul SAW dan orang-orang shaleh
4. Kaifiyah, Syarat dan hokum i'tikaf
5. I'tikaf dan pembentukan kekuatan spiritual
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Pelaksanaan i'tikaf di beberapa tempat sudah menjadi tradisi sejak dahulu, sehingga kebiasaan tersebut tinggal
mengisi dan melanggengkan. Tidak jarang dibeberapa tempat pelaksanaan pencarian seribu bulan atau i'tikaf
mengalami penyimpangan, yaitu digunakan untuk berjalan-jalan melihat tanda-tanda dari langit, atau hanya
dibuatkan acara maleman (dengan makanan yang khas) tetapi tidak melakukan i'tikafnya sendiri di masjid.
Perlu dilakukan i'tikaf jamai’
MARAJI’
Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin,
Said Hawwa Mensucikan Jiwa,
Sayyid Sabiq Fiqhus Sunnah,
Qardhawi, Yusuf, DR. Fiqhu shaum, Al Ibadah fil Islam
IBADAH HAJI
Kode: 1.A4.12 | Sarana: Taujih, halaqah, ta’lim
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui hukum haji
2. Mengetahui rukun dan wajib haji
3. Mengetahui anjuran dan larangan sewaktu pelaksanaan haji
4. Mengetahui fadhilah haji sebagai sarana tarbiyah
5. Memancangkan niat melaksanakan haji bila mampu
TITIK TEKAN MATERI
Pemberian materi ini untuk mendorong seseorang berniat melaksanakan ibadah haji sehingga terbentuknya
shahihul ibadah pada diri seseorang (muwashafat 2: 10).
Materi ini berisi uraian tentang hukum wajibnya haji, satu kali seumur hidup, bila mampu. Banyak keutamaan
dan hikmah yang terkandung dalam haji. Seperti memacu terbangunnya suasana ruhaniyah yang tinggi,
memperoleh pahala berlipat karena beribadah di tempat istimewa, dapat berdo’a di tempat-tempat mustajab,
haji sebagai momen universalitas persaudaraan Islam, dapat merasakan jejak peninggalan sejarah perjuangan
da’wah Rasulullah dan para sahabat dan sebagainya.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan hadits Nabawi tentang haji
2. Urgensi dan fadhilah haji sebagai sarana tarbiyah
3. Rukun dan wajib haji
4. Anjuran dan larangan sewaktu pelaksanaan haji
5. Membaca kitab Riyadushshalihin bab Wujubul haji wa fadilah
6. Kisah-kisah unik dalam haji, termasuk bagaimana haji yang dilakukan para salafu shalih
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pendahuluan bahwa haji, di samping merupakan kewajiban, juga menjadi salah satu sarana tarbiyah
yang efektif. Banyak amal-amal yang dibalas secara berlipat ganda selama haji, bahkan Rasulullah
menggambarkan haji yang mabrur sebagai penghapus dosa yang dapat mengantarkan seseorang masuk surga.
Uraikanlah fadhilah dan urgensi haji lainnya untuk mendorong niat melakukan haji bila mampu. Adakan pula
diskusi singkat tentang pengalaman unik orang-orang yang sudah berhaji. Terakhir, tanamkan niat kuat untuk
dapat melakukan haji, bila mampu.
MARAJI’
Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin,
Said Hawwa Mensucikan Jiwa,
Sayyid Sabiq Fiqhus Sunnah,
Yusuf Qardhawi, Al-ibadah fil Islam
AURAT DAN PAKAIAN
Kode: 1.A4.13 | Sarana: Halaqah, taujih dan penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami aturan menutup aurat dalam Islam.
2. Mengamalkan dan memberi contoh pada anggota keluarganya (dengan dalil-dalilnya).
3. Memahami syarat-syarat berpakaian menurut aturan Islam.
4. Mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan bermasyarakat.
TITIK TEKAN MATERI
Islam mewajibkan para Muslimah menutup auratnya, dan tidak ada perbedaan antara menutupinya pada waktu
shalat ataupun pada saat berhadapan dengan orang lain. Islam itu indah dan bersih, sehingga muslimah harus
pandai menjaga penampilan dirinya dihadapan wanita lain, tanpa berlebihan sepanjang masih dalam garis
syar’i.
POKOK-POKOK MATERI
1. Aurat, pengertian, batas-batas dan hukumnya.
a. Berdasarkan jenis kelamin
b. Berdasarkan usia (anak, dewasa, usia lanjut)
c. Berdasarkan kondisi (sakit, sedang pemeriksaan medis)
2. Pakaian, model dan warna, syarat-syarat pakaian secara syar’i.
3. Akibat tidak mengindahkan aturan Islam dalam berpakaian dan menutup aurat.
MARAJI’
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah
Abdul Karim Zaidan., DR Al-Mufashshal fi Ahkamil Mar’ah
Kamil Muhammad Uwaidah, Al-jami’ al fiqh an-nisa’.
Qaradhawi, Yusuf, DR. Halal wal haram.
BERDO’A PADA WAKTU-WAKTU UTAMA
Kode: 1.A4.14 | Sarana: halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui fadhilah do’a
2. Mengetahui waktu-waktu utama untuk berdo’a
3. Berdo’a pada waktu-waktu utama
4. Mengetahui doa –doa istijabah (tempat, kondisi dan hal-hal lain)
TITIK TEKAN MATERI
Dengan berdoa pada waktu-waktu utama, maka akan membentuk shahihul ibadah pada diri seseorang (2: 15)
Materi ini berisi uraian tentang fadhilah dan kedudukan do’a bagi seorang muslim. Ada sejumlah waktu utama
untuk berdo’a yang patut diketahui. Perhatian terhadap waktu-waktu tersebut, dapat memelihara kedekatan
dan ketawakkalan kepada Allah SWT. Di samping itu, akan tumbuh sikap memelihara waktu agar tidak
terbuang secara percuma. Doa istijabah menurut waktu, tempat dan keadaan.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan hadits tentang kedudukan do’a.
2. Sikap positif yang tumbuh dari berdo’a
3. Macam-macam doa:
a. Doa sesudah shalat
b. Doa ketika konisi kritis
4. Doa yang istijabah
a. Dilihat dari tempat: Tiga Masjid Suci, antara ka’bah dan hajar aswat dll)
b. Dilihat dari waktu: (sesudah shalat, antara dua khatbah dll)
c. Dilihat dari kondisi (orang tua pada anak, ditindas, puasa dll)
5. Hadits tentang waktu-waktu utama dalam berdo’a
6. Membaca risalah Al Ma’tsurat bab Fadlud du’a bizhahril qaib dan bab Fi Masaail minad da’wat
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pendahuluan tentang kedudukan do’a yang menjadi inti dalam beribadah. Juga, masalah keterkaitan
hubungan antara seorang hamba dengan Allah SWT, dalam segala hal, yang melalui do’a akan menumbuhkan
rasa tawakkal. Kebutuhan dan problematika hidup ini banyak, dan untuk itu, Rasulullah telah meninggalkan
banyak petunjuk tentang waktu-waktu utama berdo’a.
Uraikan pula bahwa dengan memperhatikan waktu-waktu utama berdo’a, akan memberi banyak faidah dalam
membangun kepribadian yang selalu memperhatikan waktu. Setelah itu cobalah beri tugas, selama satu bulan,
yang dievaluasi setiap pekan, agar peserta didik melakukan do’a di waktu-waktu utama itu.
Penugasan: Membaca kitab Riyadlus Shalihin bab Fadlud du’a
MARAJI’
Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin,
Said Hawwa Mensucikan Jiwa
Imam an Nawawi, Al Adzkar

TAUBAT DAN ISTIGHFAR


Kode: 1.A2.15 | Sarana: Taujih dan penugasan membaca
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui perintah istighfar dan taubat dalam Al-Qur‘an dan hadits
2. Mengetahui fadhilah Istighfar dan taubat
3. Menutup hari-harinya dengan taubat dan istighfar
4. Menghafal hadits-hadits taubat dan istighfar
TITIK TEKAN MATERI
Dengan menutup hari-harinya dengan bertaubat dan beristighfar maka akan didapat pribadi yang memiliki
shahihul ibadah (2: 16).
Materi ini menekankan aspek pentingnya melakukan istighfar dan taubat sesering mungkin. Minimal pada
setiap pergantian hari. Sebabnya, banyak sekali dosa yang dilakukan dalam satu hari, baik yang disengaja dan
diketahui, maupun yang tidak sengaja dan tidak diketahui. Orang yang menyadari kesalahan dan dosa, lebih
terlindung dari kemaksiatan. Menutup hari dengan taubat akan menumbuhkan sikap memelihara diri dari dosa
atau berusaha mengulangi kemaksiatan yang pernah dilakukan pada masa yang akan datang.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan hadits tentang perintah taubat dan istighfar
2. Fadhilah istighfar
3. Membaca kitab Riyadushshalihin Bab istighfar dan bab taubat
4. Sikap para salafushalih dalam melakukan istighfar
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan prolog bahwa setiap manusia pasti melakukan dosa. Tapi sebaik-baiknya orang yang melakukan dosa
adalah bertaubat. Apalagi, banyak dosa yang dilakukan dalam kondisi pelaku tidak menyadari itu sebagai
dosa. Dari kenyataan inilah, setiap orang wajib beristighfar sesering mungkin. Kemukakan sejumlah perintah
istighfar dalam Al-Qur‘an dan sunnah. Ambil pula intisari fadhilah yang bisa diambil dari hadits tersebut.
Minimal, istighfar dapat dilakukan menjelang tidur, sambil melakukan muhasabah (evaluasi) terhadap amal
dalam hari yang sudah dilalui.
Sampaikan pula, bahwa orang yang terbiasa melakukan hal ini akan lebih menghargai kesempatan hidup yang
tak seorang pun tahu, sampai kapan ruhnya dicabut.
MARAJI’
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin,
Said Hawwa, Mensucikan Jiwa,
Riyadushshalihin: Istighfar dan Taubat
DZIKIR
Kode: 1.A2.16 | Sarana: Taujih dan penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui dalil Al Qur‘an dan Sunnah tentang dzikir
2. Mengetahui fadhilah dzikrullah
3. Mengetahui dzikir ma’tsur di waktu pagi dan petang secara rutin, serta di setiap keadaan
4. Melakukan dzikir secara rutin di waktu pagi dan sore
5. Melakukan dzikir kepada Allah SWT dalam setiap keadaan
TITIK TEKAN MATERI
Pemberian materi ini agar seseorang dapat merutinkan dzikir pada pagi dan sore hari dan melakukan dzikir
kepada Allah SWT dalam setiap keadaan, sehingga terbentuknya pribadi yang memiliki shahihul ibadah
(muwashafat 2: 19-21)
Materi ini berisi tentang urgensi dzikir, diambil dari dalil Al-Qur‘an dan Sunnah. Rasulullah menggambarkan
orang yang berdzikir dengan orang yang tidak berdzikir, adalah antara orang yang hidup dengan yang mati.
Ada sejumlah wirid ma’tsur yang dicontohkan Rasulullah agar dibaca setiap pagi dan petang. Memelihara
rutinitas wirid harian tersebut, Insya Allah akan memelihara amal pelakunya sepanjang hari dari kemaksiatan
dan marabahaya.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan hadits Nabawi tentang urgensi dzikrullah
2. Fadhilah dzikir
3. Bentuk-bentuk bacaan dzikir yang diajarkan Rasulullah di waktu pagi dan petang
4. Bentuk-bentuk bacaan dzikir yang dapat dilakukan di setiap kesempatan
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Membaca kitab Riyadusshalihin babul zikri wal hassu ‘alaihi dan bab Zikrullahu ta’ala Qa iman wa qa’idan.
Menyuruh menghafalkan bacaan dzikir yang ma’stur, dapat merujuk doa-doa ma’sturat sughra. Setelah peserta
menghafalkannya, maka memberikan tugas untuk membaca dzikir pada pagi dan sore hari secara rutin.
Tugas ini harus dimutabaah dan selalu dimotivasi dengan mengingatkan fadhilah-fadhilahnya, sehingga
seorang melakukan dengan penuh kegembiraan dan mengharap keridhaan Allah SWT dan menjauhi sefat riya’
karena mutabbah.
MARAJI’
Hasan Al-Banna, Al-Ma’tsurat
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin,
Imam Nawawi, Al Adzkar Said Hawwa, Mensucikan Jiwa,
BIDANG STUDI:
SIRAH, AKHLAQ DAN KEPRIBADIAN MUSLIM
KEUTAMAAN BANGUN PAGI
Kode: 1.A5.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Membiasakan diri bangun pagi
2. Memahami bahwa bangun pagi adalah sunnah Rasul dengan menyebutkan satu dalil yang menyeru bangun
pagi, atau contoh perbuatan dari Rasulullah SAW.
3. Memahami bahwa bangun pagi mempunyai dampak positif pada sisi ruhiyah, kesehatan dan ekonomi.
4. Menjadikan sistem nilai akan bangun pagi, sehingga senantiasa memprogram dirinya untuk bangun pagi
dengan mengetahui manfaat dan dampak positifnya.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah: Dengan materi keutamaan bangun pagi ini maka
seseorang akan selalu rutin bangun pagi, sehingga dalam diri seseorang terbentuk karakter haritsun ‘ala
waqtihi. (muwashafat 9: 1).
Pentingnya bangun pagi bagi seorang muslim karena bangun pagi berdampak positif bagi rohani, kesehatan
dan ekonomi. Dampak rohani adalah seorang muslim dapat bermunajat dan berdzikir kepada Allah SWT di
pagi hari, sedang dampak kesehatan dapat dirasakan dari dari udara yang bersih dan olahraga. Adapun dampak
ekonomi, seorang muslim di pagi hari dapat merancang rencana-rencana bisnisnya dan satuan-satuan
pekerjaannya, apa saja yang ingin diraih pada hari itu dan malamnya ia dapat melakukan evaluasi dari
kegiatan hari ini.
Agar tidak menjadi sekedar arahan tapi dapat dipraktekan maka diperlukan contoh-contoh hidup yang sukses
dalam kehidupan mereka karena disiplin bangun pagi. Disamping itu diperlukan arahan-arahan tehnik
pelaksanaan bagaimana caranya bisa disiplin bangun pagi misal tidak bergadang, niat sebelum tidur, berpesan
kapada keluarga dan atau menyediakan jam bekker atau semacamnya
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil keutamaan bangun pagi dari Al Qur-an dan Al Hadits.
2. Dampak-dampak positif bangun pagi (ruhani, kesehatan dan ekonomi)
3. Publik figur orang-orang sukses karena bangun pagi.
4. Kiat-kiat bangun pagi
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Proses pemberian Madah
MARAJI’
Qardlawi, Yusuf, DR., Karakteristik Waktu
Muhammad Ghazali., Perbaharuilah Hidupmu; Membangun Kegiatan Positif,
Hasan al Banna, wajibatul al akh ash shadiq
AKHLAQ KEPADA KAUM MUSLIM
Kode: 1.A5.2 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Menyayangi yang kecil dan mengharmati yangbesar
2. Menyimpan rahasia.
3. Menutupi dosa orang lain
4. Mengetahui hak dan adab kaum muslimin.
5. Mengetahui tiga perilaku Muslim dengan menyebutkan dalil-dalilnya dalam Qur'an dan Sunnah
TITIK TEKAN MATERI
Dengan pemberian materi tentang Akhlaq Muslim ini maka seseorang akan terbentuk pribadi yang memiliki
sifat matinul khuluq. (3: 11-12, 16, 17).
Materi ini menekankan akhlaq terhadap sesama muslim, yaitu memenuhi hak dan adab kaum muslimin.
Menunaikan hak dan adab sesama muslimin merupakan ibadah kepada Allah SWT dan sebagai suatu cara
mendekatkan diri kepada-Nya, karena hak dan adab tersebut telah diwajibkan Allah SWT kepada kaum
muslimin untuk dilaksanakan.
Hak dan adab kaum muslimin antara lain adalah: mengucapkan salam, mendoakannya waktu bersin,
menengoknya bila sakit, menyaksikan jenazahnya bila meninggal, menghargai sumpahnya, memberi nasehat
dalam hal haq, mencintainya seperti mencintai diri sendiri, menolongnya bila dibutuhkan, tidak menimpakan
keburukan atau sesuatu yang tidak disenangi, merendahkan diri dan tidak sombong kepada sesama muslim,
tidak memutuskan hubungan lebih dari tiga hari, tidak menggunjing-menghina-mengejek-memanggil dengan
sebutan yang buruk, tidak mencaci dan mencerca tanpa hak di waktu hidup maupun sesudah meninggalnya,
tidak iri hati-dengki-berprasangka buruk-membenci-mencari-cari kesalahan, tidak menipu dan mengecoh,
tidak boleh berlaku khianat-mendustakan-menangguhkan pembayaran hutang, menghormati yang tua dan
menyayangi yang muda, berlaku adil seperti terhadap diri sendiri, memaafkan salahnya dan menutupi aibnya,
dan memohonkan perlindungan serta mendoakannya. Menghormati yang tua dan menyayangi yang muda
merupakan akhlaq muslimin.
Bahkan Rasulullah bersabda: Bukan golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua dan menyayangi
yang muda dari kami. Sesama muslim hendaknya saling menjaga rahasia, yaitu rahasia yang berkenaan
dengan pribadi muslim maupun rahasia yang berkenaan dengan perjuangan Islam. Menjaga rahasia
merupakan janji, dan janji harus ditepati (QS 17: 34).
Sesama muslim hendaknya saling menutupi aib/dosa. Allah SWT tidak menghendaki berita perbuatan keji
tersebar diantara orang-orang beriman, bahkan Allah SWT mengancam azab pedih bagi yang menyebarkannya
(QS 24: 19). Allah SWT mengibaratkan mereka yang menggunjingkan satu dengan lainnya seperti makan
bangkai saudaranya sendiri (QS 49: 12). Rasulullah telah bersabda: Tidaklah seorang hamba menutupi aib
hamba lainnya, kecuali Allah SWT menutupi keburukan dia pada hari kiamat.
Hendaknya tiap muslim menerapkan akhlaq terhadap sesama muslim tersebut dalam berinteraksi keseharian
maupun dalam beraktivitas. Penerapan akhlaq yang baik akan membawa kepada sikap dan perilaku saling
memahami dan saling memaklumi yang dapat makin memperkokoh tali ukhuwah dan memperkokoh
pelaksanaan amal jama’i dalam mengemban amanah da’wah.
POKOK-POKOK MATERI
1. Hak dan adab kaum muslimin: mengucapkan salam, mendoakannya waktu bersin, menengoknya bila sakit,
menyaksikan jenazahnya bila meninggal, menghargai sumpahnya dll.
2. Tiga akhlaq muslim: Menyimpan rahasia, menutupi aib orang lain, menyayangi yang muda dan menghormati
yang tua.
3. Dalil Qur'an dan Sunnah tiga akhlaq muslim (dalil perintah mengerjakan dan ancaman bagi yang
meninggalkannya)
4. Kiat-kiat menerapkan ketiga perilaku tersebut dalam berinteraksi dengan sesama muslim, baik dalam
berinteraksi keseharian maupun dalam beraktivitas.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik yang dibahas adalah tentang akhlaq kepada sesama muslim dan sampaikan
tujuan pembelajaran materi ini. Pancing peserta mengemukakan pendapatnya tentang akhlaq kepada sesama
muslim. Luruskan dan lengkapi tanggapan peserta tentang akhlaq kepada sesama muslim, tekankan pada tiga
perilaku berikut, yaitu menyimpan rahasia, menutupi dosa/aib orang lain, dan menyayangi yang kecil/muda
dan menghormati yang besar/tua disertai dalil-dalil dalam Al-Qur'an dan Sunnahpendukungnya.
Kemukakan kisah yang berkaitan dengan ketiga perilaku tersebut. Untuk menyimpan rahasia, kemukakan
kisah Abu Bakr ra yang menyimpan rahasia Rasulullah ketika Umar ra menawarkan Hafsah untuk
diperistrinya, dan kisah Fatimah yang menyimpan rahasia bisikan Rasulullah yang membuatnya menangis
kemudian tertawa. Pancing peserta mengemukakan kiat-kiat menerapkan ketiga perilaku tersebut dalam upaya
memperkokoh ukhuwah dan meraih ridha Allah SWT. Lengkapi tanggapan peserta tentang kiat-kiat tersebut
sesuai target yang ditetapkan.
MARAJI’
Abu Bakr Jabir Al-Jazairi (1996). Pedoman Hidup Muslim (diterjemahkan oleh Hasnudin dan Didin Hafidhudin).
Litera Antar Nusa, Bogor-Jakarta.
MEMENUHI JANJI
Kode: 1.A5.3 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memenuhi janji apabila sudah berjanji
2. Membiasakan diri untuk tidak dusta apabila berjanji dan berkata
3. Mengetahui makna janji dan macam-macam janji.
4. Memahami janji kepada Allah SWT dan janji kepada sesama manusia
5. Memahami makna ‘Insya Allah’ dan mampu menempatkan posisi ‘Insya Allah’ secara benar dalam berjanji
TITIK TEKAN MATERI
Dengan pemberian materi tentang Memenuhi Janji ini maka seseorang akan terbentuk pribadi yang memiliki
matinul khuluq. (3: 3 dan 3: 13).
Materi ini memberi gambaran bahwa janji merupakan fenomena yang selalu terjadi dalam kehidupan manusia,
baik janji manusia dengan al-Khaliq maupun janji dengan sesama manusia. Contoh janji seorang muslim
kepada Allah SWT yaitu janji menyembah dan memohon pertolongan hanya pada-Nya (QS 1: 5), dan janji
mempersembahkan shalat-ibadah-hidup-mati hanyalah bagi-Nya (QS 6: 162). Janji tersebut hendaknya
dipenuhi dan dilaksanakan dengan ikhlas dan istiqamah. Bahkan salah satu ciri orang yang berilmu
pengetahuan adalah berjanji untuk memenuhi janji dengan Allah SWT dan tidak merusak perjanjian (QS 13:
19-20).
Dalam kaitannya dengan janji kepada sesama manusia, maka hendaklah diperhatikan bahwa janji harus untuk
hal/perkara yang haq. Bila terlanjur janji untuk perkara yang bathil, hendaknya istighfar dan membatalkan
janji tersebut. Memenuhi janji juga termasuk membiasakan untuk selalu memulangkan barang orang lain yang
kita pinjam.
Dalam kaitannya dengan janji, maka Allah SWT memerintahkan agar memenuhi janji (QS 7: 34, 5: 1, 16: 91).
Rasulullah bersabda bahwa tidak memenuhi janji adalah salah satu ciri kemunafikan. Oleh karena itu tiap
muslim hendaknya berhati-hati dalam berjanji. Kewajiban memenuhi janji tidak memandang kepada siapa
janji diberikan; kepada sesama muslim, yang bukan muslim, anak kecil, khadam/khadimah, orang yang
dihormati, dan fihak lain.
‘Insya Allah’, yang artinya jika Allah SWT mengizinkan, hendaknya disampaikan pada saat berjanji.
Hendaknya ‘Insya Allah’ tidak disalahgunakan berkilah bila diperkirakan tidak akan dapat memenuhi janji,
lebih baik jangan berjanji.
Janji hendaknya yang realistis dan diperhitungkan dapat dipenuhi. Jangan menjanjikan sesuatu yang diketahui
tidak akan mampu dipenuhi dengan berlindung di balik ‘Insya Allah’. Ingatlah sabda Rasulullah Saw. bahwa
kita dapat tergelincir menjadi golongan munafiq bila menyalahi janji atau tidak memenuhi janji sudah menjadi
sifat yang melekat.
POKOK-POKOK MATERI
1. Janji dalam hubungan manusia dengan al-Khaliq dan dalam hubungan dengan sesama manusia
2. Dalil-dalil Qur'an dan Sunnah untuk perintah memenuhi janji dan penggolongan orang yang tidak memenuhi
janji
3. Kiat-kiat dalam berjanji dan memenuhinya dalam hubungan antar sesama manusia
4. Posisi memenuhi janji dalam Islam
5. Ingkar janji
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik yang dibahas adalah tentang memenuhi janji dan sampaikan tujuan
pembelajaran materi ini. Pancing peserta mengemukakan pendapatnya tentang macam-macam janji, baik janji
kepada Allah SWT maupun janji kepada sesama manusia. Luruskan dan lengkapi tanggapan peserta tentang
janji dan kewajiban memenuhinya disertai dalil-dalil dalam Al-Qur'an dan Sunnahpendukungnya.
Uraikan dan tegaskan bahwa ada hubungan erat antara memenuhi janji kepada Allah SWT dengan memenuhi
janji kepada sesama, yaitu bahwa orang yang mengabaikan memenuhi janji kepada Allah SWT akan
cenderung berperilaku sama dalam kaitannya dengan memenuhi janji kepada sesama. Kemukakan kisah
sahabat-tabi’in-salafus-shaleh yang berkaitan dengan memenuhi janji.
Pancing peserta mengemukakan kiat-kiat dalam berjanji dan memenuhinya dalam upaya meraih ridha Allah
SWT. Lengkapi tanggapan peserta tentang kiat-kiat tersebut sesuai target yang ditetapkan.
MARAJI’
An-Nawawi, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf (1986).
Riadhus Shalihin: Buku I, Bandung: PT Al-Ma’arif.
Said Hawwa, Mensucikan Jiwa
MENUNDUKKAN PANDANGAN
Kode: 1.A5.4 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui perihal menundukkan pandangan, yaitu dengan memberikan definisi menundukkan pandangan
2. Memahami pentingnya menundukkan pandangan, yaitu dengan menguraikan berbagai hal yang berkaitan
dengan menundukkan pandangan
3. Menjaga diri dari segala bentuk kemaksiatan melalui pandangan
4. Menggunakan pandangan seoptimal mungkin untuk menjaga ketaatan kepada Allah SWT untuk meraih ridha-
Nya
TITIK TEKAN MATERI
Dengan pemberian materi tentang menundukan pandangan ini maka seseorang akan terbentuk pribadi yang
memiliki matinul khuluq. (3: 15).
Materi ini menekankan pentingnya menundukkan/menjaga pandangan, yaitu dengan menjauhi segala bentuk
kemaksiatan melalui pandangan, dan menggunakan pandangan seoptimal mungkin untuk taat kepada
ketentuan Allah SWT. Bentuk kemaksiatan melalui pandangan antara lain adalah melihat lawan jenis yang
bukan muhrim melebihi keperluan, melihat atau membaca gambar atau tulisan porno, dan mengintip hal-hal
yang diharamkan, dll.
Pandangan mata syahwat merupakan salah satu bentuk perzinaan (zina mata) yang dapat menjadi pintu untuk
masuk pada zina yang sebenarnya. Oleh karena itu hendaknya senantiasa memohon pertolongan Allah SWT
dan senantiasa berusaha menghindarinya. Menggunakan mata untuk taat pada ketentuan Allah SWT antara
lain melalui aktivitas membaca dan mentadabburi ayat-ayat Allah SWT, baik ayat-ayat dalam Al-Qur’an
maupun yang berupa ayat-ayat kealaman, serta menggunakan pandangan sebagai sarana untuk meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT. Allah SWT menghendaki menundukkan pandangan baik pada
muslim maupun muslimah (QS 24: 30-31).
Menundukkan/menahan pandangan hendaknya menjadi akhlaq muslim dan muslimah karena Allah SWT
mengingatkan melalui firman-Nya bahwa neraka dijadikan untuk dipenuhi oleh manusia yang dikaruniai mata
akan tetapi tidak digunakan untuk melihat tanda-tanda kebesaran Allah SWT (QS 7: 179)., (QS 18: 100-101)
Menundukkan pandangan bukan berarti memejamkan mata atau memalingkan muka yang mengakibatkan
orang lain tersinggung, akan tetapi adalah menggunakan mata untuk menjaga ketaatan kepada Allah SWT.
Allah SWT mengingatkan pula bahwa sesungguhnya penglihatan termasuk yang akan dimitai
pertanggungjawaban (QS 17: 36).
Oleh karena itu hendaknya bersegera menggunakan pandangan/mata untuk membaca ayat-ayat Allah SWT,
baik ayat-ayat Al-Qur’an maupun ayat-ayat kealaman, jangan menunggu mata rabun atau bahkan rusak.
POKOK-POKOK MATERI
1. Hakikat menundukkan pandangan
2. Dalil-dalil Qur'an dan Sunnah tentang pentingnya menundukkan/menjaga pandangan, siapa yang Allah SWT
kehendaki untuk menundukkan/menjaga pandangan, dan peringatan agar menundukkan/menjaga pandangan
3. Kemaksiatan melalui pandangan dan kiat-kiat menjauhinya
4. Kiat-kiat menggunakan pandangan untuk taat kepada Allah SWT
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik yang dibahas adalah tentang menundukkan pandangan dan sampaikan tujuan
pembelajaran materi ini. Pancing peserta mengemukakan pendapatnya tentang menundukkan pandangan.
Luruskan dan lengkapi tanggapan peserta tentang menundukkan pandangan disertai dalil-dalil dalam Al-
Qur'an dan Sunnahpendukungnya yang berupa perintah, peringatan ataupun ancaman.
Kemukakan kisah Nabi Yusuf dengan Zulaikha beserta para wanita tamunya dan kisah sahabat Ali yang
dipaling-kan wajahnya oleh Rasulullah ketika memandang seorang wanita dan kisah-kisah lainnya. Pancing
peserta mengemukakan kiat-kiat menggunakan pandangan untuk meningkatkan ketaatan kepada Allah SWT
dalam upaya meraih ridha-Nya. Lengkapi tanggapan peserta tentang kiat-kiat tersebut sesuai target yang
ditetapkan
MARAJI’
Al-Ghazaly (1976). Ihya ‘Ulumuddin (diterjemahkan oleh Teuku Jakub, buku 3). CV Faizan, Semarang.
Ibnul Qayyim, Raudhatul muhibbin wa nuzhatul musytaqin
‘Aidh al qarini, Ihfazhillaha yahfazhka
TIDAK BERTEMAN DENGAN ORANG BURUK DAN SIFAT IMMA’AH
(IKUT-IKUTAN)
Kode: 1.A5.5 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mampu untuk tidak menjadikan orang buruk sebagai teman/sahabat.
2. Mampu tidak imma’ah yang tidak berlandaskan (memiliki idola negatif dan ditiru)
3. Mengetahui dan memahami tentang lingkungan/bi’ah dengan menyebutkan dan menguraikan tentang orang
yang baik dan yang buruk serta tidak imma’ah/tidak ikut-ikutan. Dapat menghindari/menjauhi teman yang
buruk dan perilaku imma’ah dengan memahami dampak buruknya
4. Mampu memilih aktivitas apa yang akan diikuti, yaitu aktivitas yang baik dan sesuai dengan aturan Allah
SWT dan Rasul-Nya, dan tidak sekedar ikut-ikutan. Selalu mencari bi’ah yang baik dengan menjadikan orang
yang baik sebagai teman/sahabat, yang akan membawa kepada taat pada Allah SWT sehingga mendapatkan
dampak kebahagiaan di dunia dan di akhirat
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini memberikan gambaran pentingnya seorang muslim/muslimah mencari bi’ah/lingkungan yang baik,
yaitu dengan menjadikan orang yang baik sebagai teman dan sebaliknya tidak menjadikan orang yang buruk
sebagai teman/sahabat. Di samping itu hendaknya seorangmuslim/muslimah tidak berperilaku imma’ah atau
sekedar ikut-ikutan. (muwashafat 3: 2, 10).
Allah SWT memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman mencari jalan atau wasilah yang dapat
membawa mendekatkan diri kepada-Nya (QS 5: 35). Jalan tersebut salah satunya adalah tidak menjadikan
orang buruk sebagai teman/sahabat. Alah SWT melarang kita menjadikan orang yang zalim sebagai
teman/sahabat (QS 6: 68, 11: 113), terlebih lagi orang kafir yang nyata-nyata memusuhi Islam. Allah SWT
menyuruh kita meninggalkan orang-orang menger-jakan perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat (QS 25:
72).
Allah SWT juga melarang kita bersahabat/berteman dengan orang-orang yang memusuhi karena agama dan
yang mengusir kita dari negeri kita serta yang membantu orang lain untuk mengusir kita (QS 60: 9). Allah
SWT mengingatkan akibat berteman dengan orang buruk yaitu kemadharatan semata. Hal tersebut karena
mereka menyukai apa yang menyusahkan kita, mereka sesungguhnya membenci kita, mereka bersedih bila
kita memperoleh kebaikan, dan sebaliknya mereka bergembira bila kita ditimpa bencana (QS 3: 118-120).
Orang yang bersahabat dengan orang yang buruk, yaitu yang mengajak tidak mengambil jalan Rasul dan
menyesatkan dari Al-Qur’an, sangat menyesal di akhirat (QS 25: 26-29). Kita hendaknya menjadikan orang
baik sebagai teman/sahabat. Dan sebaik-baik teman adalah orang-orang dianugerahi nikmat oleh Allah SWT,
yaitu para nabi, para shiddiqin yang amat teguh kepercayaannya akan kebenaran Rasul, orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang yang shaleh (QS 4: 69). Bila kita mencari bi’ah yang baik, yaitu antara lain dengan
menjadikan orang-orang baik sebagai teman, maka Insya Allah akan mendapatkan keberuntungan (QS 5: 35).
Imma’ah, yaitu ikut-ikutan, harus dijauhi oleh tiap muslim/muslimah dalam beraktivitas dan dalam
menetapkan sesuatu. Seorang muslim/muslimah harus sadar dan memahami seluruh aktivitasnya karena Allah
SWT melarang mengikuti sesuatu yang kita tidak mempunyai pengetahuan tentangnya, dan ketahuilah bahwa
sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya (QS
17: 36).
POKOK-POKOK MATERI
1. Kewajiban mencari bi’ah/lingkungan yang baik
2. Berteman dengan orang yang buruk dan akibat negatifnya
3. Berteman dengan orang yang baik dan akibat positifnya
4. Hakikat imma’ah dan keburukannya
5. Kiat-kiat menghindari berteman dengan orang yang buruk
6. Kiat-kiat menghindari/meninggalkan imma’ah
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik yang dibahas adalah tidak menjadikan orang yangburuk sebagai teman/sahabat
dan tidak imma’ah dan sampaikan tujuan pembelajaran materi ini. Pancing peserta mengemukakan
pengetahuannya tentang orang yang baik dan orang yang buruk, serta keuntungan dan kerugiannya
menjadikan mereka sebagai teman/sahabat. Luruskan dan lengkapi tanggapan peserta tentang hal tersebut
disertai dalil-dalil dalam Qur'an dan Sunnah pendukungnya.
Pancing peserta mengemukakan pendapatnya tentang imma’ah dan keburukannya. Luruskan dan lengkapi
tanggapan peserta tentang hal tersebut disertai dalil-dalil dalam Al-Qur'an dan Sunnahpendukungnya.
Kemukakan kisah sahabat-tabi’in-salafus-shaleh yang berkaitan dengan pencarian bi’ah yang baik melalui
teman yang baik, dan yang berkaitan dengan imma’ah. Sampaikan kisah perjalan tobat pembunuh yang telah
membunuh 99 orang, yaitu ia disuruh pergi ke suatu tempat, yang menggambarkan bahwa untuk bertobat ia
memerlukan bi’ah/ling-kungan/tempat yang baik yang mendukung niatnya untuk tobat.
Sampaikan pula kisah sahabat yang ingin selalu dekat dengan Rasulullah untuk mendapatkan bi’ah yang baik
yang menjadi sebab turunnya QS 4: 69. Pancing peserta mengemukakan kiat-kiat untuk menjadikan orang
yang baik sebagai teman, dan sebaliknya tidak menjadikan orang yang buruk sebagai teman/sahabat dan kiat
menjauhi/menghindari imma’ah untuk meraih keridlaan Allah SWT. Lengkapi tanggapan peserta tentang kiat-
kiat tersebut sesuai target yang ditetapkan. Perlu diberikan semacam konklusi/kesimpulan di akhir materi
MARAJI’
Al-Ghazaly (1976). Ihya ‘Ulumudin (diterjemahkan oleh Teuku Jakub). CV Faizan, Semarang. An-Nawawi,
Abu Zakaria Yahya bin Syarf (1986). Riadhus Shalihin.
Terjemahkan oleh Salim Bahreisy. PT Al-Ma’arif, Bandung. Mamarrat,...
Yusuf Qardhawi, Khutbah jum’at tentang Demokrasi (imamah dalam berpolitik tidak sama dengan demokrasi)
BAHAYA LIDAH
Kode: 1.A5.6 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui bahaya lidah yang dapat menjerumuskan ke dalam neraka dengan menyebutkan lima macam
bahaya lidah
2. Memahami bahaya lidah yang dapat menjerumuskan ke dalam neraka dengan menguraikan tiap macam
bahaya lidah
3. Menjaga atau memelihara lidah dari berbagai bentuk kemaksiatan karena takut akan ancaman Allah SWT
dengan cara meninggalkan bentuk-bentuk bahaya lidah
4. Menggunakan lidahnya sesuai dengan petunjuk Allah SWT dan Rasul-Nya sehingga senantiasa benar lisannya
dan memperoleh kebahagiaan dengan cara mengoptimalkan seluruh aktivitas lisannya di jalan Allah SWT
TITIK TEKAN MATERI
Dengan materi bahaya lidah ini, maka peserta akan dapat menghindari sifat buruk yang dapat berupa dusta,
ghibah, mencaci-maki, mengadu domba, mematikan omongan orang lain, sehingga dengan materi ini akan
terbentuk karakter matinul khuluq pada diri seseorang. (Muwashafat 3: 3-7).
Materi ini memberi gambaran bahwa lidah memiliki urgensi tinggi, karena lidah dapat membawa seseorang
masuk ke dalam surga Allah SWT bila digunakan untuk taat kepada-Nya, sebaliknya lidah dapat
menjerumuskan seseorang ke dalam neraka jika tidak digunakan untuk taat kepada Allah SWT. Rasulullah
bersabda: Sesungguhnya kebanyakan dosa anak Adam berada pada lidahnya. Lidah dapat menjadikan halal
yang awalnya haram –seperti pada aqad nikah– menjadikan haram yang awalnya halal, dan –seperti pada
kasus perceraian– menjadikan seseorang kafir (QS 5: 72) atau kembali kepada Islam, menyebabkan
permusuhan bahkan peperangan, tetapi juga dapat menjadikan damai. Lidah yang digunakan dengan cara yang
tidak semestinya dalam berbicara, dapat membangkitkan keinginan orang yang ada penyakit dalam hatinya
(QS 33: 32).
Hendaknya muslim dan muslimah mengetahui penyakit-penyakit lidah yang dapat mengakibatkannya
dimurkai Allah SWT sehingga dapat menjauhi dan menghindarinya. Penyakit-penyakit itu adalah: berbicara
yang tidak berguna, berlebihan dalam berbicara, berbicara yang batil, berbantahan dan berdebat, bertengkar,
berfasih-fasih dalam berbicara untuk menarik perhatian, berkata keji-jorok-dan mencaci, melaknati, bernyanyi
dan bersyair yang membawa kepada kemaksiatan, bersenda gurau yang berlebih-lebihan, mengejek dan
mencemooh, menyebarkan rahasia, berjanji palsu, berdusta dalam perkataan dan sumpah, ghibah, menghasut
(namimah), munafiq, dan memberikan sanjungan yang menjerumuskan.
Dusta merupakan perbuatan amat buruk dan aib yang keji. Rasulullah telah bersabda: Sesungguhnya dusta
membawa kepada kedurhakaan, sedangkan kedurhakaan menyeret-nyeret ke neraka, dan sesungguhnya
seseorang berdusta sehingga ditulis di sisi Allah SWT sebagai pendusta. Ghibah atau menggunjing, yaitu
membicarakan keburukan orang lain tanpa ada maksud untuk memperbaiki, merupakan perilaku tercela
sehingga Allah SWT ibaratkan sebagai memakan bangkai saudara sendiri (QS 49: 12).
Rasulullah menyebut fasiq orang mencaci maki orang beriman dalam sabdanya: Mencaci-maki orang mukmin
adalah kefasikan, sedangkan membunuhnya adalah kekafiran. Rasulullah bersabda: Tidak akan masuk sorga
orang yang suka mengadu domba. Demikian buruknya perilaku hasut, sehingga Allah SWT mengancam
melempar ke neraka humazah bagi pelakunya (QS 104: 1-9). Orang yang terlibat dalam berbantahan dan
berdebat akan selalu berusaha mematikan omongan orang lain yang menjadi lawan bicaranya.
Rasulullah mengingatkan bahwa perdebatan hanyalah akan membawa kepada kesesatan setelah datangnya
petunjuk. Tiap orang hendaknya mengevaluasi diri tiap saat agar apa yang lepas dari lidahnya, yaitu
ucapannya, terkendali.
Harus diingat bahwa ucapan yang keluar melalui lidah akan dicatat untuk dimintai pertanggung-jawaban di
yaumil akhir (QS 50: 18). Camkan firman Allah SWT berikut: “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan
bisikan-bisikan mereka kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau
berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia” (QS 4: 114).
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah tentang bahaya lidah
2. Bentuk-bentuk bahaya lidah dan ancamannya
3. Kiat-kiat menjauhi dan memelihara diri dari bahaya lidah
4. Kiat-kiat menggunakan lidah untuk meraih keridhaan Allah SWT
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik yang dibahas adalah tentang bahaya lidah dan disampaikan tujuan
pembelajaran materi ini. Berikan gambaran bahwa lidah dapat menghalalkan yang awalnya haram,
mengharamkan yang awalnya halal, menjadikan seseorang murtad atau kembali kepada Islam, menyebabkan
permusuhan bahkan peperangan, tetapi juga dapat menjadikan damai.
Pancing peserta mengemukakan macam-macam bahaya lidah yang diketahui beserta dalil-dalil dalam Qur'an
dan Ssunnah. Luruskan dan lengkapi tanggapan peserta tentang macam-macam bahaya lisan beserta dalil-dalil
Al-Qur'an dan Sunnahpendukungnya. Kemukakan kisah sahabat-tabi’in-salafus-shaleh yang berkaitan dengan
menjaga lidah. Pancing peserta mengemukakan kiat-kiat untuk menjauhi dan memelihara diri dari bahaya
lidah dan kiat-kiat untuk menggunakan lidah untuk meraih keridlaan Allah SWT. Lengkapi tanggapan peserta
tentang kedua kiat tersebut sesuai target yang ditetapkan.
MARAJI’
Sa’id Hawwa (1999). Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun-Nafs Terpadu (diterjemahkan oleh A.R. Shaleh
Tamhid). Rabbani Press, Jakarta.
MENJAUHI AKHLAQ TERCELA
Kode: 1.A5.7 | Sarana: Halaqah, mabit
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memiliki sikap tidak takabbur/sombong, tidak menghina, tidak meremehkan, dan tidak mencibir dengan
isyarat apapun.
2. Mengetahui hakikat kesombongan dan keburukannya dengan memberikan definisi kesombongan dan
menyebutkan keburukannya
3. Menjelaskan hal-hal yang menyebabkan kesombongan, yaitu setidaknya ada lima hal
4. Mengetahui dan menguraikan perilaku tercela akibat kesombongan, setidaknya ada tiga hal
5. Menjaga dan memelihara diri dari kesombongan karena takut akan ancaman Allah SWT dengan cara
meninggalkan hal-hal yang menyebabkan kesombongan dan meninggalkan perilaku yang menunjukkan
kesombongan
TITIK TEKAN MATERI
Dengan materi menjauhi akhlaq tercela ini, maka seseorang akan memiliki sikap tidak takabbur/sombong,
tidak menghina, tidak meremehkan, dan tidak mencibir dengan isyarat apapun. Sehingga dengan materi ini
akan terbentuk karakter matinul khuluq pada diri seseorang. (Muwashafat 3: 8-9).
Dengan demikian kita akan berusaha mencapai keridhaan Allah SWT dengan menumbuhkan, meningkatkan,
dan menjaga ketawadhu’an dalam menjalankan segala aktivitas dalam pergaulan. Materi ini menekankan
bahwa sombong merupakan salah satu akhlaq tercela dan merupakan sifat iblis la’natullah. Iblis menganggap
dirinya lebih mulia dari Nabi Adam karena iblis diciptakan dari api sedang nabi Adam diciptakan dari tanah.
Rasulullah mendefinisikan sombong/kibir adalah menolak yang haq dan meremehkan orang lain. Rasulullah
mengingatkan bahwa orang yang dalam hatinya ada kesombongan tidak akan pernah mencium bau syuga;
bahkan dalam QS 7: 146
Allah SWT berfirman bahwa orang yang sombong tidak akan pernah mendapatkan hidayah. Kesombongan
pada umumnya muncul akibat merasa dirinya lebih baik, lebih mampu, atau lebih mulia dari orang lain karena
ilmunya, hartanya, kelebihan penampakan dzahirnya (kecantikan atau keperkasaan), nasabnya, dan amal
ibadahnya. Dikisahkan dalam Al-Qur’an bahwa kesombongan Fir’aun muncul karena kekuasaannya (QS 28:
38-39), dan kesombongan Qarun muncul karena harta kekayaannya yang ia klaim akibat ilmu yang
dimilikinya (QS 28: 78).
Hal sebaliknya juga dikisahkan dalam Al-Qur’an, yaitu ketawadhu’an Nabi Sulaiman yang memohon ilham
pada Allah SWT agar selalu mensyukuri ni’mat (QS 27: 19) dan memohon ampunan serta anugrah pada-Nya
(QS 38: 35). Kesombongan pada gilirannya akan melahirkan perilaku tercela lainnya, yaitu menghina dan
meremehkan orang lain, serta mencibir dengan isyarat apapun. Perilaku tersebut hendaknya dijauhi, karena
Allah SWT melarang meng-olok-olok orang atau kaum lain, karena boleh jadi yang diolok-olok lebih baik
dari yang mengolok-olok (QS 49: 11), bahkan Allah SWT memberikan ancaman berat bagi orang yang suka
mengejek dan mencaci-maki (QS 104: 1).
Rasulullah mengingatkan kita melalui sabdanya: Cukup bagi seorang muslim menjadi jahat kalau ia
menghinakan saudaranya sesama muslim. Hendaknya tiap orang mengevaluasi apakah terdapat gejala-gejala
kesombongan dalam dirinya. Bila ditemukan gejala tersebut hendaklah memohon ampun dan segera
mengikuti dengan kebaikan. Sebaliknya bila tidak ditemukan, hendaklah memuji kebesaran Allah SWT,
memohon ampun serta pertolongan agar dijauhkan dari kesombongan. Hendaknya ditumbuhkan kesadaran
dan semangat pada tiap diri untuk menjauhi dan meninggalkan kesom-bongan menuju ketawadhu’an.
Tawadhu’ (rendah hati) merupakan karakteristik hamba Allah SWT (QS 25: 63). Untuk mencapai
ketawadhu’an perlu dipaksa, dilatih, dibiasakan agar menjadi perilaku yang secara refleks muncul dalam tiap
aktivitas.
POKOK-POKOK MATERI
1. Ta’rif Akhlaq
2. Aqsamul Akhlaq
3. Hakikat kesombongan dan keburukannya
4. Hal-hal yang menyebabkan kesombongan
5. Perilaku tercela yang muncul akibat kesombongan
6. Karakteristik ketawadhu’an sebagai lawan kesombongan
7. Kiat-kiat mengobati kesombongan menuju ketawadhu’an
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik yang dibahas adalah menghindari akhlaq yang tercela dan sampaikan tujuan
pembelajaran materi ini. Pancing peserta mengemukakan pengetahuannya tentang hakekat kesombongan dan
bahayanya. Luruskan dan lengkapi tanggapan peserta tentang hakekat kesombongan dan bahayanya disertai
dalil-dalil dalam Qur'an dan Sunnah pendukungnya.
Uraikan hal-hal yang mengakibatkan kesombongan dan perilaku/akhlaq tercela lainnya yang didasari atas
kesom-bongan beserta dalil-dalil pendukung dari Qur'an dan Sunnah. Kemukakan kisah sahabat-tabi’in-
salafus-shaleh yang berkaitan dengan kesombongan dan perilaku tercela lainnya. Pancing peserta
mengemukakan kiat-kiat untuk menjauhi dan memelihara diri dari kesombongan dan kiat-kiat untuk mencapai
ketawadhu’an untuk meraih keridlaan Allah SWT. Lengkapi tanggapan peserta tentang kiat-kiat tersebut
sesuai target yang ditetapkan. Perlu diberikan semacam konklusi/kesimpulan di akhir
MARAJI’
An-Nawawy, (1987). Riadhus Shalihin (diterjemahkan oleh Salim Bahreisj, buku II). Pt. Alma’arif, Bandung.
Hawwa (1999). Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun-Nafs Terpadu (diterjemahkan oleh A.R. Shaleh Tamhid).
Rabbani Press, Jakarta Ibnu
Qayyim Al-Jauziyah (1998). Pendakian Menuju Allah SWT (diterjemahkan oleh Kathur Suhardi). Pustaka Al-
Kautsar, Jakarta.Sa’i
MENJAGA KEHALALAN HARTA
Kode: 1.A5.8 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Membedakan antara hartay ang haram dan hartayang halal
2. Memahami dan menjauhi sumber penghasilan yang haram, riba, judi dengan segala macamnya, dan tindak
penipuan, yaitu dengan memberikan batasan/definisi dan menguraikannya
3. Memahami ancaman dan akibat buruk bila melakukan keempat tindakan tersebut, yaitu dengan menyebutkan
dalilnya dalam Al-Qur’an dan Sunnah serta menguraikannya
4. Mencari dan mengelola/menggunakan hartanya dengan cara yang mulia untuk mendapatkan ridha Allah SWT
TITIK TEKAN MATERI
Dengan materi Menjaga Kehalalan Harta yaitu dengan bersikap menjauhi Sumber Penghasilan Haram,
Menjauhi Riba, Menjauhi Judi Dengan Segala Macamnya, dan Menjauhi Tindak Penipuan, maka akan
terbentuk pribadi yang mampu mendapatkan maisyah (qadirun ‘alal kasab yang halal dan baik. (muwashafat
4: 1-4)
Materi ini memberi gambaran bahwa bagian rizki yang berwujud harta bagi tiap hamba telah ditetapkan oleh
Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah bahwa rizki tiap hamba telah ditetapkan sejak ditiupkannya ruh ke
dalam janin dalam kandungan. Tugas seorang hamba adalah berusaha maksimal guna menyongsong
sampainya bagian rizki tersebut baginya. Hal tersebut berarti bahwa seorang muslim harus memiliki etos kerja
yang tinggi dalam mencari rizki dengan tetap memperhatikan ketentuan Allah SWT berkaitan dengan
kehalalan harta. Rasulullah dalam salah satu sabdanya mengingatkan bahwa perihal harta, akan ditanyakan
kelak tentang dari mana dan bagaimana harta diperoleh dan ke mana serta bagaimana harta
dibelanjakan/dikeluarkan. Seorang muslim harus menempatkan kecintaannya pada harta pada tempat yang
semestinya.
Allah SWT mengingatkan bahwa cinta harta hanyalah salah satu bentuk cinta dunia (3: 14). Sikap terhadap
kecintaan dunia adalah menggunakan atau memanfaatkan apa yang dicintainya itu sebagai sarana untuk
beribadah. Oleh karena itu ketentuan Allah SWT harus diperhatikan dalam kaitannya dengan harta, terutama
dengan menjaga halalnya harta. Setidaknya ada empat hal yang harus diperhatikan seorang muslim dalam
menjaga halalnya harta, yaitu Seorang muslim harus menjauhi dari sumber penghasilan yang haram, karena
Rasulullah bersabda: Semua jasad (tubuh) yang tumbuh dari penghasilan yang haram, maka nerakalah yang
lebih cocok untuknya. Sumber penghasilan yang haram contohnya adalah usaha yang bertentangan dengan
aturan syara’, seperti pabrik khamr dan peternakan babi, usaha yang mengandung unsur riba, judi, dan
penipuan.
Allah SWT telah mengharamkan riba (QS 2: 275) dan melarang orang yang beriman memakan riba (QS 3:
130). Rasulullah bersadba: Allah SWT akan melaknat pemakan riba, penulisnya, dan kedua saksinya. Perihal
judi, Allah SWT berfirman bahwa pada judi terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia, akan
tetapi dosanya lebih besar dari manfaatnya (QS 2: 219) dan memerintahkan orang-orang yang beriman agar
menjauhi judi (QS 5: 90).
Rasulullah melarang kaum muslim melakukan tindak penipuan, bahkan beliau bersabda:... barangsiapa yang
menipu kami, bukanlah dari golongan kami. Oleh karena itu kaum muslim dilarang menjual sesuatu yang di
dalamnya ada unsur penipuan, yaitu menjual sesuatu barang tanpa dilihat dahulu atau diperiksa dahulu bila
barang itu ada di hadapannya, misalnya menjual ikan dalam air, bulu pada punggung domba, buah yang belum
matang, atau menjual sesuatu tanpa menerangkan sifat, jenis, maupun kadarnya bila benda itu tidak berada di
depan yang membeli.
Berkaitan dengan perolehan dan pengelolaan/pembelajaan harta, tiap muslim harus memperhatikan hal-hal
berikut:
(i) meluruskan niat dalam mendapatkan, meninggalkan, menginfakkan, dan menahan,
(ii) mengetahui tujuan harta mengapa ia diciptakan dan tidak memberikan perhatian melebihi batas yang
selayaknya,
(iii) menjaga jalur pendapatan dengan menghindari yang jelas-jelas haram, atau yang didominasi oleh yang haram,
atau yang makruh,
(iv) kuantitas yang diperoleh tidak terlalu banyak dan tidak kurang, tetapi sesuai dengan kadar yang wajib, dan
ukurannya adalah kebutuhan dasar, yaitu sandang-pakaian-tempat tinggal, dan kebutuhan bagi terlaksananya
dengan baik aktivitasnya di jalan Allah SWT, dan
(v) menjaga jalur pengeluaran dan ekonomis dalam pembelanjaan, tidak mubazir tetapi juga tidak kikir,
meletakkan apa yang diperolehnya secara halal pada tempat yang berhak dan tidak meletakkannya di tempat
yang tidak berhak, karena menyalurkanya secara tidak benar adalah dosa sebagaimana mendapatkannya secara
tidak benar juga dosa.
POKOK-POKOK MATERI
1. Harta yang halal dan harta yang haram beserta contoh-contohnya berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah
2. Larangan, ancaman, dan akibat memakan harta haram, melakukan judi, riba, dan tindak penipuan berdasarkan
Al-Qur’an dan Sunnah
3. Kiat-kiat menjauhi dan memelihara diri dari sumber penghasilan yang haram, riba, judi dengan segala
macamnya, dan tindak penipuan
4. Kiat-kiat mencari harta yang halal sesuai dengan ketentuan Allah SWT
MARAJI’
Abu Bakr Jabir Al-Jazairi (1996). Pedoman Hidup Muslim (Terjemahan: Hasanudin dan Didin Hafidhuddin).
Litera Antar Nusa, Bogor-Jakarta.
An-Nawawy, Yahya bin Syarf (1987). Riadhus Shalihin (Terjemahan: Salim Bahreisj, buku II). Pt. Alma’arif,
Bandung.
Sa’id Hawwa (1999). Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun-Nafs Terpadu (Terjemahan A.R. Shaleh Tamhid).
Rabbani Press, Jakarta
Yusuf Qardhawi (1982). Halal dan Haram dalam Islam (diterjemahkan oleh Mu’ammal Hamidy). PT Bina Ilmu,
Surabaya.
MEMBAYAR ZAKAT DAN MENABUNG
Kode: 1.A5.9 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui dan memahami tentang zakat dan kewajiban membayarnya dengan memberikan definisi dan
menguraikan ketentuannya dalam membayar zakat serta hikmah perintah membayar zakat.
2. Memahami keutamaan menabung dengan menguraikan kemanfaatan menabung dan menguraikan keburukan
tindakan boros/berlebih-lebihan dalam memanfaatkan/membelanjakan harta
3. Menjauhi tindakan boros/berlebih-lebihan
4. Mencari harta yang halal dan cukup sehingga mampu menjadi muzakki dan mengelola harta secara cermat dan
hemat sehingga mampu menabung sebagai upaya mencapai ridha Allah SWT
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini memberi gambaran bahwa membayar zakat dan menabung merupakan dua dari banyak cara
menggu-nakan/membelanjakan harta secara hak pada jalan Allah SWT.
Zakat merupakan kewajiban yang harus ditunaikan oleh tiap muslim yang memiliki kemampuan
menunaikannya (QS 2: 267, 73: 20). Rasulullah bersabda: Islam itu didirikan atas perkara, yaitu bersaksi
tidak ada Tuhan selain Allah SWT dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah SWT, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, haji, dan puasa di bulan Ramadhan.
Hikmah diwajibkannya zakat diantaranya adalah:
(i) mensucikan jiwa manusia dari kejinya kikir, rakus, dan tamak,
(ii) membantu fakir miskin dan meringankan beban mereka yang kesusahan,
(iii) membiayai kepentingan masyarakat yang bertalian dengan kehidupan ummat dan kebahagiaan mereka, dan
(iv) membatasi bertumpuknya kekayaan pada orang-orang tertentu saja.
Orang yang menolak membayar zakat maka kufurlah ia, sedang yang kikir membayar zakat padahal ia tahu itu
merupakan kewajiban, maka berdosalah ia. Terhadap mereka, zakat dapat dipungut secara paksa. Bahkan
kalau mereka membangkang, diperbolehkan diperangi agar mereka tunduk kepada perintah Allah SWT.
Rasulullah bersabda: Aku diperintahkan untuk memerangi manusia, sehingga mereka meyakini bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah SWT dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Allah SWT, mendirikan shalat, dan
menunaikan zakat. Agar seorang muslim dapat menunaikan kewajibannya membayar zakat secara benar,
hendaknya ia secara aktif mempelajari atau menanyakan kepada ahlinya perihal apa saja benda atau aktivitas
yang wajib dizakati, syarat nisab jumlah dan nisab waktunya, serta kepada siapa zakat dapat disalurkan.
POKOK-POKOK MATERI
1. Kewajiban membayar zakat, hikmah diwajibkannya, dan ancaman bagi yang tidak menunaikan atau kikir
membayar zakat beserta dalil-dalil dalam Al-Qur'an dan Sunnahpendukungnya
2. Benda/harta atau aktivitas yang wajib dizakati, ketentuan perihal nisab jumlah dan nisab waktu, dan fihak-
fihak yang berhak menerima zakat
3. Perilaku boros dan keutamaan menghindarinya
4. Kemanfaatan menabung yang dimungkinkan melalui pembelanjaan/penggunaan harta secara cermat dan
hemat, sebagai lawan dari perilaku boros.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik yang dibahas adalah kewajiban membayar zakat dan keutamaan menabung
walaupun sedikit dan sampaikan tujuan pembelajaran materi ini. Pancing peserta mengemukakan pendapat
dan pengetahuannya tentang zakat, hikmah diwajibkannya, ancaman bagi yang tidak menunaikan atau kikir
membayarnya, benda/harta atau aktivitas yang wajib dizakati, ketentuan perihal nisab jumlah dan nisab waktu,
dan fihak-fihak yang berhak menerima zakat.
Luruskan dan lengkapi tanggapan peserta tentang hal-hal tersebut beserta dalil-dalil Al-Qur'an dan
Sunnahpendukungnya. Kemukakan kisah sahabat dll seperti kisah khalifah Abu Bakr ra. memerangi kaum
muslim yang enggan membayar zakat sepeninggal Rasulullah saw. Luruskan dan lengkapi tanggapan peserta
tentang hal-hal tersebut beserta dalil-dalil Al-Qur'an dan Sunnahpendukungnya. Pancing peserta
mengemukakan pendapat dan pengetahuannya tentang perilaku boros, perilaku hemat, dan keutamaan
menabung.
Pancing peserta mengemukakan kiat-kiat mengelola harta dengan cermat dan hemat untuk menjauhi perilaku
boros agar dapat menunaikan kewajiban berzakat dan dapat memetik kemanfaatan menabung walaupun
sedikit dalam rangka meraih ridha Allah SWT. Lengkapi tanggapan peserta tentang kiat-kiat tersebut sesuai
target yang ditetapkan
MARAJI’
Abu Bakr Jabir Al-Jazairi (1996). Pedoman Hidup Muslim (Terjemahan). Litera Antar Nusa, Bogor-Jakarta.
An-Nawawy, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf (1987). Riadhus Shalihin: Buku II (Terjemahkan). PT Alma’arif,
Bandung.
Husein Syahatah (1998). Ekonomi Rumah Tangga Muslim (terjemahan). Gema Insani Press, Jakarta.
Sa’id Hawwa (1999). Mensucikan Jiwa: Konsep Tazkiyatun-Nafs Terpadu (Terjemahan). Rabbani Press, Jakarta.
Yusuf Qardhawi (1982). Halal dan Haram dalam Islam (Terjemahan). PT Bina Ilmu, m Surabaya.
Hasan al Banna, wajibatul akh ash shadiq
TIDAK MENUNDA DALAM MELAKSANAKAN HAK ORANG LAIN
Kode: 1.A5.10 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui hak orang lain yang berkaitan dengan diri kita, yaitu dengan menyebutkan setidaknya empat
macam
2. Memahami hak orang lain yang berkaitan dengan diri kita, yaitu dengan menguraikan tiap macam hak orang
lain tersebut serta madharat atau ancaman bila menunda memenuhi hak tersebut atau bahkan bila tidak
memenuhinya
3. Memenuhi hak orang lain dengan segera untuk menghindari kemurkaan Allah SWT dan memperoleh ridha-
Nya.
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini memberi gambaran bahwa dalam hubungan mu’amalah ada hak-hak orang lain yang berkaitan
dengan diri kita. Hak-hak orang lain tersebut setidaknya ada empat macam, yaitu amanah atau titipan, hutang
atau pinjaman dalam bentuk apapun, wasiat atau waris, dan upah dalam hubungan kerja.
Hak orang lain hendaknya ditunaikan dengan sebaik-baiknya, karena Rasulullah telah bersabda: Siapa yang
mengambil hak orang lain walau sejengkal tanah, akan dikalungkan hingga tujuh petala bumi. Rasulullah
juga telah bersabda: Sungguh pasti semua hak akan dikembalikan pada yang berhak pada hari qiyamat,
hingga kambing yang tidak bertanduk diberi hak (kesempatan) membalas kepada kambing yang bertanduk.
Berkaitan dengan amanah, Allah SWT memerintahkan agar mengembalikan amanah kepada yang berhak (QS
4: 58), dan ber segera dalam menunaikan amanat tersebut (QS 2: 283). Demikian pula bila seorang muslim
mendapat titipan, hendaknya segera disampaikan kepada yang berhak menerimanya. Hutang hendaknya
dihindari, karena Rasulullah selalu meminta perlindungan dari berhutang, sebagaimaan munajat beliau: Ya
Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari terlanda hutang dan dalam kekuasaan orang lain.
Dalam salah satu sabdanya, Rasulullah menyamakan hutang dengan kekufuran, sedang dalam sabdanya yang
lain beliau mengingatkan bahwa bila orang berhutang maka apabila berbicara berdusta dan apabila berjanji
mengingkari. Bila seoarng muslim terpaksa harus berhutang karena sangat perlu, maka hendaknya bersegera
membayar/mengembalikan hutang tersebut, karena Rasulullah telah bersabda: Seandainya saya mempunyai
emas sebesar bukit Uhud, saya tidak akan merasa senang kalau emas itu masih ada pada saya selama tiga
hari, selain dari apa yang dipersiapkan untuk membayar hutang.
Rasulullah memasukkan sebagai penganiayaan perilaku orang berhutang yang berbelit-belit membayar
hutangnya. Wasiat adalah pesan yang disampaikan seseorang pada saat ia hidup untuk ditunaikan sesudah
meninggalnya. Wasiat, baik yang berkaitan dengan harta maupun tidak, hendaknya segera ditunaikan, selama
wasiat tersebut tidak bertentangan dengan aturan syara’ dan tidak mengandung kemaksiatan, karena
Rasulullah telah bersabda: Tidaklah hak seseorang muslim yang mempunyai wasiat dengan sesuatu perkara
dapat diinapkan selama dua malam kecuali wasiat itu akan ditulis di sisi Allah SWT.
Dalam hubungan kerja, Islam memandang pekerja sebagai mitra bagi tuannya, sebagaimana sabda Rasulullah
kepada Abu Dzar: Karyawan itu adalah saudaramu. Allah SWT mentakdirkan mereka di bawah tanganmu.
Beri makanlah mereka dengan apa yang kamu makan, berilah mereka pakaian dengan apa yang kamu pakai.
Jangan bebani mereka dengan tugas yang memberatkan. Bila menugasi mereka, bantulah dengan fasilitas.
Adalah menjadi keharusan bagi seorang majikan menyegerakan membayar upah pekerjanya, karena
Rasulullah menyuruh kita membayar upah pekerja sebelum keringat mereka kering.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil dalam Al-Qur'an dan Sunnah tentang tidak menunda dalam melaksanakan hak orang lain
2. Dampak dan ancaman menunda melaksanakan hak orang lain
3. Macam hak orang lain dan keutamaan bersegera memenuhinya
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik yang dibahas adalah tidak menunda melaksanakan hak orang lain dan
sampaikan tujuan pembelajaran materi ini. Pancing peserta mengemukakan pendapat dan pengetahuannya
tentang hak orang lain dan macamnya. Luruskan dan lengkapi tanggapan peserta tentang hal-hal tersebut dan
keutamaan bersegera memenuhinya beserta dalil-dalil Al-Qur'an dan Sunnahpendukungnya sesuai target yang
ditetapkan. Perkaya wawasan peserta dengan mengemukakan kisah sahabat-tabi’in-salafus-shaleh yang
berkaitan dengan tidak menunda melaksanakan hak orang lain, diantaranya adalah kisah Rasulullah yang
mengembalikan titipan milik orang lain sebelum hijrah ke Madinah
MARAJI’
Abu Bakr Jabir Al-Jazairi (1996). Pedoman Hidup Muslim (diterjemahkan oleh Hasanudin dan Didin
Hafidhuddin). Litera Antar Nusa, Bogor-Jakarta.
An-Nawawy, Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf (1987). Riadhus Shalihin (diterjemahkan oleh Salim Bahreisj,
buku II). PT Alma’arif, Bandung.
Yusuf Qardhawi (1982). Halal dan Haram dalam Islam (diterjemahkan oleh Mu’ammal Hamidy). PT Bina Ilmu,
Surabaya.
Hasan al Banna, wajibatul akh ash shadiq
MENJAUHI SEGALA YANG HARAM
Kode: 1.A5.11 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami perbedaan istilah haram, makruh, mubah, sunnah dan halal, sehingga mampu menyebutkan 5
contoh perbuatan dari masing-masing istilah.
2. Menunjukkan kesadaran akan bahaya ancaman 7 dosa besar, sehingga ia dapat mencegah dirinya dan
keluarganya dari perbuatan-perbuatan tersebut.
3. Menunjukkan kesadaran akan kebahagiaan yang diproleh dari meninggalkan dosa-dosa, baik besar maupun
kecil, sehingga ia dapat mencegah dirinya dan keluarganya dari perbuatan dosa.
4. Mengetahui bahwa Allah SWT maha pengampun, sehingga ia mau bertaubat jika terlanjur melaksanakan dosa
dan berjanji untuk tidak mengulanginya lagi.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah: Peserta mengetahui dengan baik istilah; haram,
makruh, mubah, sunnah dan halal berikut contoh dari masing-masing istilah, serta akibat atau efek yag
ditimbulkan dari melaksanakan perbuatan masing-masing istilah.
Bahwa perbuatan haram adalah dosa, dan dosa terbagi atas kecil dan besar. Sedang dosa besar ada tujuh
macam, kesemua itu harus tersampaikan dalam meteri ini. Selanjutnya, sebagaimana manhaj Islam dalam
dakwahnya senantiasa memberikan ancaman dan kabar gembira. Ancama bagi yang melakukan perbuatan
dosa, berita gembira yang meninggalkannya. Manusia tidak bisa terlepas sama sekali dari dosa, karena itu,
harus pula diketahui bagaiman bertaubat, beristighfar dan kaffarat dari satu dosa
POKOK-POKOK MATERI
1. Pengertian dan contoh istilah; haram, makruh, mubah, sunnah dan halal.
2. 7 dosa besar dan ancaman bagi palakunya.
3. Meremehkan dosa-dosa kecil sama dengan dosa besar
4. Cara bertaubat dari 7 dosa-dosa besar.
5. Dosa-dosa kecil, ancaman bagi pelakunya dan cara beristighfar.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
MARAJI’
Mushthafa Al Bayanuni
MENJAUHI TEMPAT-TEMPAT HARAM DAN MAKSIYAT
Kode: 1.A5.12 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Menahan anggota tubuh dari segala yang haram (muwashafat 2 : 24)
2. Memahami perbedaan tempat-tempat haram dan maksiyat dengan tempat-tempat yang baik, sehingga mampu
menyebutkan 5 contoh tempat haram dan maksiyat.
3. Menunjukkan kesadaran akan bahaya tempat-tempat haram dan maksiat yang dapat menjerumuskan
pengunjungnya ke perbuatan haram, sehingga ia dapat mencegah dirinya dan keluarganya dari mengunjungi
tempat-tempat tersebut
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah: Peserta mengetahui definisi tempat-tempat haram
dan maksiat. Kepentingan mengetahui definisi itu adalah karena tempat-tempat haram dan maksiat memiliki
nama yang bermacam, kemudian kesulitan bagi sesorang menyatakan secara bulat bahwa tempat “A” adalah
tempat maksiat atau haram, karena bercampurnya aktifitas pada tempat itu. Dengan mengetahui definisi
tempat haram dan maksiat seseorang hanya melakukan analisa dan mencocokkan dengan definisi tersebut
sudah dapat menyimpulkan bahwa tempat “A” adalah tempat/bukan tempat maksiat.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil larangan mengunjungi tempat haram dan maksiat..
2. Definisi dan contoh-contoh tempat haram dan maksiat.
3. Hukuman Allah SWT jika manusia berbuat haram dan maksiat
4. Hukuman manusia jika tertangkap berbuat haram dan maksiat.
5. Dampak sosial seseorang yang berbuat haram dan maksiat
6. Bahaya mengunjungi tempat haram dan maksiat.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Untuk menggugah emosi agar menjauhi tempat maksiat, maka berikan gambaran hukuman manusia dan
hukuman Allah SWT jika berbuat maksiat. Bawalah kliping korang orang yang tertangkap karena mencuri dan
sejenisnya. Tunjukkan gambar orang yang terkena penyakit seksual dan korban AIDS (sejenisnya) akibat
berbuat maksiat.
MARAJI’
Mushthafa Al Bayanuni
MEMPERBAIKI PENAMPILAN
Kode: 1.A5.13. | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami urgensi memperbaiki penampilan, sehingga mampu menyebutkan 3 kepentingan seorang muslim
memperbaiki penampilannya.
2. Menunjukkan kesadaran akan indahnya penampilan yang dapat menarik simpati lingkungannya untuk turut
beramal Islami, sehingga ia dapat selalu menjaga penampilan dirinya, keluarganya, rumahnya (karena Allah
SWT) dengan mempertimbangkan muruah lingkungan di mana ia berada
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus disampaikan dalam materi ini adalah: Peserta mengetahui manfaat-manfat memperbaiki
penampilan, bahwa penampilan dapat membuat orang lain senang atau tidak senang. Jika karena penampilan
orang lain menjadi senang dan tertarik beramal Islami, pastilah yang berpenampilan itu mendapatkan pahala,
asalkan hal itu dilaksanakan karena Allah SWT. Penampilan bukan hanya terkait dengan pakaian, tapi juga
teknik dan cara berbicara, melayani orang lain dan menjaga kebersihan rumah dan lingkungan
POKOK-POKOK MATERI
3. Dalil-dalil perintah atau seruan berpenampilan baik.
4. Urgensi memperbaiki penampilan.
5. Ruang lingkup memperbaiki penampilan.
6. Manfaat-manfaat duniawi dan ukhrawi dari memperbaiki penampilan.
7. Kerugian-kerugian dari tiak memperbaiki penampilan.
MARAJI’
MENJAUHI DOSA BESAR
Kode: 1.A5.14. | Sarana: Taujih
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui apa saja yang termasuk kategori dosa besar dan bagaimana hukumnya dengan menyebutkan
contoh-contohnya.
2. Menjauhi dosa-dosa besar dan segera bertaubat jika pernah melakukannya.
3. Membenci dosa-dosa besar dan mencegah orang lain untuk melakukan dosa-dosa besar.
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini menguraikan setidaknya tentang 5 dosa besar yang disebutkan oleh Rasulullah saw. Yakni syirik,
sihir, durhaka pada orang tua, sumpah palsu, dan berpaling (lari) dari medan perang. Ada sejumlah dosa lain
yang juga termasuk dalam kategori dosa besar. Allah SWT memberi hukuman yang berat bagi pelaku dosa
besar.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan hadits Nabawi tentang 5 dosa besar.
2. Bahaya Syirik
3. Bahaya sihir
4. Bahaya durhaka pada orang tua
5. Bahaya berpaling dari medan perang
6. Bahaya sumpah palsu
MARAJI’
Arba’in Nawawi Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin Mushthafa Al Bayanuni30 Pembinasa Manusia,
Mantik
MEMENUHI NADZAR
Kode: 1.A5.15 | Sarana: Taujih, mabit
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui hukum nadzar
2. Membiasakan diri untuk berfikir matang jika ingin membuat nadzar
3. Memenuhi nadzar bila telah bernadzar
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini pada dasarnya mengajak agar kita selalu menepati janji dan tidak sembarang mengucapkan janji.
Nadzar adalah janji yang diungkapkan oleh seseorang bila ia mengalami sesuatu. Janji seperti ini wajib
dilakukan. Namun, bila nadzar itu akan memberi dampak negatif terhadap diri sendiri, sebaiknya tidak
dilakukan.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil hadits Nabawi tentang menepati janji, dan nadzar.
2. Sikap kita terhadap nadzar yang beluim terpenuhi
3. Kewajiban menunaikan nadzar selama bersifat positif, meskipun berat
4. Tidak sembarang memberi janji
5. Perbedaan nadzar dengan janji dan sumpah
MARAJI’
Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin Imam An-Nawawi, Kitab Riiadhus shalihin Said Hawwa, Mensucikan Jiwa
BIDANG STUDI:
METODE BERFIKIR DAN RISET
KETERAMPILAN BERFIKIR
Kode: 1.B6.1 | Sarana: Halaqah, daurah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui potensi otak manusia
2. Mengetahui ruang lingkup berfikir logis kritis
3. Mengetahui ruang lingkup berfikir kreatif
4. Mengetahui 10 keterampilan dasar akademik
5. Menyampaikan ide dan gagasan dengan baik
TITIK TEKAN MATERI
Pokok-pokok Pikiran dan titik tekan materi yang harus disampaikan adalah: Dalam penelitian terakhir,
ternyata otak manusia diperkirakan memiliki lebih dari 100 miliar sel otak. Setiap satu sel otak mampu
membuat jaringan sebanyak 280-15.000 serabut syaraf (synapsis, denrit, neurit). Daya kecepatan hantaran
antar sel otak mampu dengan kecepataan seper 150 detik. Maha luar biasa Pencipta-Nya. Kemampuan otak
untuk kecerdasan banyak terdapat pada cortek otak besar, dan ini belahan sebelah kiri dan kanan memiliki
sifat yang berbeda. Otak kanan cenderung mampu berfikir divergen (menyebar, kreatif). Sedangkan otak kiri
cenderung berfikir linier, memfokus dan analitis. Materi ini menjelaskan tentang struktur berfikir kritis dan
kreatif. Dua cara berfikir yang berbeda, dimana berfikir kritis menggunakan belahan otak kiri dan berfikir
kreatif menggunakan belahan otak kanan manusia. Hasil pemahaman tersebut digunakan untuk mendorong
keterampilan pribadi dalam menganalisa bacaan dan menulis, dan dapat mengemukakan ide/pemdapatnya
dengan baik
POKOK-POKOK MATERI
1. Manusia sebagai makhluk terbaik (mulia)
2. Potensi Otak Manusia
3. Berfikir logis, kritis dan kreatif (logical thinking)
4. Berfikir kreatif
5. Keterampilan dasar akademik : membaca, mendengar, mengamati, mengingat, logika matematis, imajinasi
kreatif, penghayatan, berbicara, argumentasi, menulis, mengkonsep.
MARAJI’
Colin Rose (1997) Accelerated Learning for 21 century. New York:
Delacorte Press Jean Marie (1998), Mengoptimalkan daya fikir, Jakarta: Pustaka Delapratasa
Karl Al Bvecht (1995), Daya fikir: metode peningkatan potensi berfikir, semarang: Dahara Prize
MAKNA DATA DAN INFORMASI
Kode: 1.B6.2 | Sarana: Halaqah, daurah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memberi petunjuk kepada orang tersesat (muwashafat 10: 4)
2. Menghabiskan waktu untuk belajar, dengan peka lingkungan dan kejadian (muwashafat 9: 2)
3. Peka dengan segala kejadian dan phenomena dalam lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
4. memahami data dan informasi yang salah menyebabkan keputusan dan pemecahan menjadi salah
5. Mampu mengumpulkan data dan informasi untuk pemecahan masalah
6. Mampu mengumpulkan data dan informasi untuk pengambilan keputusan
7. Mampu mengumpulkan data dan informasi untuk mengambil tindakan
8. mampu mengolah data menjadi sebuah informasi yang bermanfaat
TITIK TEKAN MATERI
Pokok-pokok Pikiran dan titik tekan materi yang harus disampaikan adalah: Manusia adalah makhluk sosial,
untuk itu kita harus dapat memberi petunjuk kepada orang tersesat, membantu memecahkan masalah yang
dihadapi orang lain. Harus berkembang dalam diri kita seifat peka dengan lingkungan dan phenomena alam.
Banyak cerita dalam Al-Qur'an tentang perlunya kita peka dengan alam. Berapa banyak ayat menyuruh kita
melakukan perjalanan di alam ini, kemudian diakhir dengan statemen tidak kah negkau perhatian, bagaimana
kamu berfikir dsb. Tapi tidak setiap data harus kita telan bulat-bulat, ingat QS. 63: 1, jika ada berita datang
kita harus menganalisa data. Untuk memecahkan masalah, maka diperlukan diagnosa masalah dengan baik.
Diagnosa adalah sebuah proses mencari data dan informasi yang tetap sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Kumpulan data atau informasi tersebut kemudian kita olah yang dapat menghasilkan informasi baru.
Informasi inilah yang akan kita guakan memecahkan masalah atau mengambil keputusan. Disini kita harus
melatih diri dengan ketrampilan mengolah data, membiasakan diri untuk mengambil asumsi-asumsi yang
akurat, berfikir dengan mengembangkan hipotesa agar data menjadi bermakna, dan mengolah data menjadi
mudah difahami orang.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dan kami ceritakan kepadamu agar menjadi Ibrah (QS. 12: 111)
a. Burung Hud-Hud yang peka dengan phenomena
b. Putra Nabi Adam belajaar dari burung.
c. Nabi Ibrahim belajar dari phenomena alam (bintang, bulan, matahari dll), dan pengunaan logika-logika
Ibrahim tentang patung yang disembah kaumnya.
d. Strategi hijrah Rasul SAW dari Makah ke Madinah
2. Manusia sebagai makhluk sosial, sehingga harus berperan sifat sosialnya.
3. Membantu orang lain.
a. Mengidentifikasi masalah
b. Mengumpulkan data sehubungan dengan masalah yang dihadapi.
c. Mengolah data yang sudah terkumpul
d. Mengelompokkan data, mengeneralisasi data, mengaitkan data dengan fakta.
e. Menyusun hasil olahan data menjadi sebuah informasi.
f. Membuat keputusan untuk penyelesaian masalah
MARAJI’
Colin Rose (1997) Accelerated Learning for 21 century. New York: Delacorte Press Jean Marie (1998),
Mengoptimalkan daya fikir, Jakarta: Pustaka Delapratasa Karl Al Bvecht (1995), Daya fikir: metode
peningkatan potensi berfikir, semarang: Dahara Prize Sistem Informasi Manajemen
BIDANG STUDI:
BELAJAR MANDIRI
KETRAMPILAN HIDUP DAN KETRAMPILAN BELAJAR
Kode: 1.B7.1 | Sarana: Halaqah, Pelatihan, Seminar
TUJUAN INTRUKSIONAL
Mampu membaca dengan baik dan cepat. Mampu membaca di luar spesialisasinya 4 jam dalam seminggu
Membantu (memecahkan masalah) kepada orang yang sedang membutuhkannya
TITIK TEKAN MATERI
Hendaknya setiap orang berbuat, bekerja dan berkarya sesuai dengan skill/ketrampilan yang dimilikinya
masing-masing (QS. 17: 84: ya’malu ‘ala saakilatihii). Untuk kita dapat mencapai mu’min yang berkualitas,
maka kita harus banyak belajar. Belajar akan menghantarkan kita sukses dunia dan akherat. Kita harus
memiliki ketrampilan untuk hidup di dunia dan di akherat.
Dalam Qs 28: 77, “ Maka carilah kebahagian Dunia dan Akherat”. Untuk mendapatkan kebahagian tersebut,
maka manusia harus bekerja dan belajar. Untuk itu kita memerlukan dua jenis ketrampilan minimal, yaitu
Ketrampilan hidup dan Ketrampilan Belajar. Membaca (input to brain) dan menulis (output from brain)
merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki setiap muslim. Al-Qur'an diturunkan dengan sinyal: ‘iqra-
membaca dan qalam-alat tulis (QS. 96: 1-5). Dua aktivitas itulah yang menjadi kunci bagi masuknya ilmu
pengetahuan. Apalagi dalam Al-Qur`an dan hadits juga banyak diserukan agar setiap muslim mampu
membaca dan menulis..
POKOK-POKOK MATERI
A. Ketrampilan dasar dalam Hidup
1. Percaya diri
2. Motivasi
3. Berusaha dengan diri sediri (self solving)
4. Tanggung Jawab
5. Inisiatif, keinginan untuk melakukan sesuatu.
6. Ketekunan, ulet dan gigih.
7. Perhatian, serius
8. Teamwork
9. Penggunaan akal sehat, tidak membohongi diri.
10. Memecahkan Masaah
B. Ketrampilan Dasar dalam Belajar
1. Mendengar
2. Membaca
3. Mengamati, observasi
4. Mengingat
5. Berfikir
6. Imajinasi
7. Matematika, logika
8. Menulis
9. Berbicara, public speaking
10. Membuat konsep
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Saangat dianjurkan untuk dilakukan latihan-latihan sehubungan dengan ketrampilan dasar dalam hidup dan
belajar ini. Karena ketrampilan tersebut sangat penting dalam meningkatkan kualitas SDM seorang dai dan
ummat Islam. Carilah lembaga formal yang menyelenggrakan pelatihan etrsebut.
MARAJI’
Colin Rose (1997) Accelerated Learning for 21 century. New York: Delacorte Press
Jean Marie (1998), Mengoptimalkan daya fikir, Jakarta: Pustaka Delapratasa
Karl Al Bvecht (1995), Daya fikir: metode peningkatan potensi berfikir, semarang: Dahara Prize
BELAJAR DI LUAR SPESIALISASI
Kode: 1.B7.2 | Sarana: Seminar, Taujih, Penugasan
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui urgensi dalam kehidupan
2. Mengetahui urgensi memiliki wawasan yang luas untuk da’wah Islam
3. Membaca buku yang dipilih, di luar spesialisasinya 4 jam per pekan.
4. Tumbuh rasa ingin tahu (inquiri) kepada sesuatu yang bermanfaat, terutama dapat membantu untuk pekerjaan
dakwah.
TITIK TEKAN MATERI
Perkembangan zaman menuntut seorang muslim tak berhenti menggali ilmu pengetahuan. Salah satu sarana
efektif untuk mendalami ilmu pengetahuan adalah dengan membaca. Seorang muslim, tidak hanya dituntut
menguasai spesialisasi dalam bidang tertentu, tapi ia harus memiliki serangkaian ilmu pengetahuan lain di luar
itu dalam batas tertentu. Tanpa membaca dan terus mengembangkan wawasan, seorang muslim akan tertinggal
oleh kemajuan zaman dan pada gilirannya tidak dapat bersaing dalam kompetisi hidup bersama kelompok
lainnya.
POKOK-POKOK MATERI
a. Urgensi ilmu pengetahuan dari dalil Al-Qur‘an maupun kebutuhan zaman
b. Kebutuhan wawasan untuk dakwah
c. Memilih bacaan tertentu
d. Penugasan
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Untuk merangsang mempelajari diluar spesialaisasinya, maka dalam satu kelompok jika mempunyai bidang
disiplin ilmu yang berbeda dibuat jadwal rutin tentang bedang keilmuannya. Dengan memberikan informasi
yang menarik dan bermanfaat langsung bagi kehidupan, maka seseorang akan tergugah dan tertarik untuk
mempelajari.
MARAJI’
Sa’id Hawwa, Agar Kita Tidak Dilindas Zaman
MEMPERLUAS WAWASAN DENGAN SARANA-SARANA BARU.
Kode: 1.B7.3 | Sarana: Pelatihan atau Rihlah Ilmiyah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memotivasi diri untuk menambah wawasan dengan belajar mandiri.
2. Selalu mengikuti perkembangan sosial politik melalui koran-koran
3. Selalu menghadiri seminar-seminar kita.
4. Mengerti bagaimana dapat memperoleh informasi lewat internet atau sejenisnya.
5. Menghadiri pameran-pameran teknologi dan mengikuti perkembangannya
6. Menghadiri pameran buku dan selalu rutin datang ke perpustakaan atau toko buku.
7. Mengenal sarana-sarana teknologi.
TITIK TEKAN MATERI
Di zaman globalisasi, kemajuan tekhnologi menjadi kebutuhan setiap orang untuk mengenalnya. Penguasaan
komputer, misalnya, sebagai salah satu sarana tekhnologi modern, saat ini dapat dikatakan menjadi
ketrampilan yang harus dimiliki setiap orang. Selain komputer, ada pula tekhnologi internet yang juga menjadi
sarana informasi modern saat ini. Masih banyak sarana lain yang harus diketahui oleh setiap muslim. Selain
komputer dan internet, masih ada ketrampilan mendasar yang seharusnya dimiliki, seperti masalah kelistrikan,
menjahit, dan sebagainya. Transfer ilmu keterampilan yang sederhana, bisa dilakukan dalam lingkungan
terbatas, antar individu dalam halaqah
POKOK-POKOK MATERI
a. Tantangan masa depan
b. Motivasi diri
c. Jurnal-jurnal ilmiah
d. Daftar Pameran buku, pameran teknologi dll
e. Alamat-alamat internet yang dapat di akses
f. dll
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
. Dalam belajar mandiri, maka ajarkan teknik besar tentang: Mulailah belajar dengan apa yang harus diketahui
(how to know), kemudian mulailah belajar pada apa yang harus dikerjakan (how to do). Sesungguhnya
pekerjaan lebih banyak dibandingkan dengan waktu kita miliki.
MARAJI’
Sa’id Hawwa, Agar Kita Tidak Dilindas Zaman
BIDANG STUDI:
RUMAH TANGGA ISLAM
BIRRUL WALIDAIN
Kode: 1.B8.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Mengetahui peran orang tua dalam kehidupan anak, dengan menyebutkan kebajikan dan kasih sayang mereka
dari saat anak dilahirkan hingga dewasa (saat mengikuti materi ini) dan menyebutkan beberapa ayat Al-Qur’an
serta Sunnah yang mewajibkan anak berbakti kepada kedua orang tua
2. Memahami peran orang tua dan kasih sayang mereka, dengan menguraikan kedua hal tersebut dikaitkan
dengan dalil dalam Al-Qur'an dan Sunnah
3. Mengetahui dan memahami perilaku durhaka anak terhadap kedua orang tua, yaitu dengan menyebutkan dan
menjelaskan macam perilaku durhaka tersebut serta menyebutkan dan menguraikan ancaman dalam Al-Qur'an
dan Sunnahterhadap anak yang berperilaku durhaka
4. Menjauhkan diri dari perilaku durhaka karena takut ancaman Allah SWT dan Rasul-Nya
5. Meningkatkan bakti kepada kedua orang tua, yaitu dengan mengingatkan dan menjaga mereka dari murka
Allah SWT serta mengajak dan mendukung mereka dalam kebaikan pada jalan Allah SWT
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini menggambarkan betapa besar peran dan jasa kedua orang tua sehingga Allah SWT mewajibkan
anak berbakti kepada keduanya, terutama kepada ibunya (QS 31: 14, 46: 15), bahkan Rasulullah mengajarkan
bobot berbuat kepada ibu hingga tiga kali lipat dibanding kepada ayah.
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an (17: 23) mengaitkan/mele-takkan kewajiban berbuat baik kepada kedua
orang tua setelah tidak mempersekutukan Allah SWT. Kewajiban berbuat baik kepada kedua orang tua bukan
semata sebagai balas budi, akan tetapi lebih kepada melaksanakan perintah Allah SWT. Allah SWT memurkai
anak yang durhaka, dan perilaku durhaka merupakan salah satu dosa besar. Oleh karena itu hendaknya tiap
anak berusaha menghindari dan menjaga diri dari perilaku durhaka kepada kedua orang tua.
Dalam QS 17: 23, Allah SWT melarang anak mengatakan ‘ah’ kepada orang tuanya, apalagi perlaku durhaka
yang lebih dari itu, yaitu menyakiti secara fisik (memukul, melukai, mengusir, membunuh, dll.) maupun
secara non-fisik (membentak, menipu, membuat tertekan, menyempitkan rizki mereka, dll.). Allah SWT
memerintahkan anak untuk berbakti kepada kedua orang tuanya. Misalnya dengan bersikap tawadhu’ dengan
kasih sayang pada keduanya, serta mendoakan mereka (QS 17: 24). Berusahalah menjadi anak yang soleh/-
solehah sehingga dapat berbakti kepada kedua orang tua melalui dua hal.
Pertama adalah mengingatkan, menjaga dan menjauhkan orang tua dari hal-hal atau aktivitas yang diharamkan
oleh Allah SWT dan Rasulnya.
Kedua yaitu dengan mengajak dan mendukung hal-hal atau aktivitas mereka dalam kebaikan di jalan Allah
SWT. Di dalam QS 31: 15 Allah SWT mengajarkan kepada kita suatu sikap yang mulia apabila kedua orang
tua memaksa anaknya untuk menyekutukan Allah SWT; hal ini hendaknya dicamkan dan dijadikan pelajaran.
POKOK-POKOK MATERI
1. Bentuk/macam perilaku perberbuatan baik dan perilaku durhaka kepada kedua orang tua
2. Dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah tentang kewajiban berbakti kepada kedua orang tua
3. Dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan as-Sunnah tentang ancaman bagi anak yang durhaka kepada kedua orang tua
4. Kiat-kiat mengingatkan, menjaga, dan menjauhkan orang tua dari hal/aktivitas yang mengakibatkan murka
Allah SWT
5. Kiat-kiat mengajak dan mendukung hal/aktivitas orang tua dalam kebaikan pada jalan Allah SWT
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik yang dibahas adalah tentang berbakti kepada kedua orang tua (birrul walidain)
dan disampaikan tujuan pembelajaran materi ini. Pancing peserta mengemukakan pendapatnya tentang
bentuk-bentuk bakti anak kepada kedua orang tua. Luruskan dan lengkapi tanggapan peserta tentang bentuk-
bentuk bakti anak kepada kedua orang tua disertai dalil-dalil dalam Qur'an dan Sunnah pendukungnya.
Kemukakan dan uraikan dalil-dalil dalam Qur'an dan Sunnah kewajiban anak berbakti kepada kedua orang tua
dan ancaman bagi anak yang mendurhakai kedua orang tua. Kemukakan kisah sahabat-tabi’in-salafus-shaleh
yang berkaitan dengan perilaku berbakti kepada orang tua, ceritakan kisah Alqamah yang menunjukkan bahwa
ridha Allah SWT tergantung ridha orang tua. Pancing peserta mengemukakan kiat-kiat untuk mengingatkan,
menjaga, dan menjauhkan orang tua dari hal/aktivitas yang mengakibatkan murka Allah SWT dan kiat-kiat
mengajak dan mendukung hal/aktivitas orang tua dalam kebaikan pada jalan Allah SWT. Lengkapi tanggapan
peserta tentang kiat-kiat tersebut sesuai target yang ditetapkan. Perlu diberikan semacam konklusi/kesimpulan
di akhir.
Rasmul bayan: birrulwalidain.ppt
MARAJI’
Abu Bakr Jabir Al-Jazairi (1996). Pedoman Hidup Muslim (diterjemahkan oleh Hasanudin dan Didin
Hafidhuddin). Litera Antar Nusa, Bogor-Jakarta.
Muhammad Thalib (1995). 40 Tanggung Jawab Anak terhadap orang Tua. Irsyad Baitus Salam, Bandung.
Isa ‘Asyur, Birrul Walidain
GHIRAH PADA KELUARGA
Kode: 1.B8. 2 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengetahui hakekat ghirah pada keluarga
2. Memahami ghirah pada keluarga, yaitu dengan menguraikan kedua macam ghirah tersebut
3. Menumbuhkan, meningkatkan, dan menjaga ghirah pada agama dan keluarga dalam aktivitas kesehariannya
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini memberi gambaran bahwa ghirah atau cemburu merupakan sifat yang mulia dan agung asalkan
ditempatkan secara benar. Rasulullah bersabda bahwa Allah SWT itu cemburu, demikian pula orang mukmin.
Kecemburuan Allah SWT adalah jika hamba-Nya melakukan apa yang diharamkan-Nya. Adalah kecemburuan
Allah SWT yang menjadikan-Nya memberi batas dinding yang tertutup di yaumil akhir antara hamba-Nya
yang membaca Al-Qur’an dengan orang-orang yang tidak beriman (QS 17: 45) Cemburu pada keluarga adalah
hasrat menjaga keluarga dari murka Allah SWT (QS 66: 6), baik karena melanggar larangan ataupun karena
meninggalkan yang diwajibkan. Contoh ghirah pada keluarga antara lain menjaga keluarga dari fitnah, baik
fitnah ruhi/dien maupun fitnah fisik, mendorong anggota keluarga untuk menahan pandangan, dan mendorong
anggota keluarga yang wanita untuk menutup aurat. Hendaknya tiap diri menumbuhkan ghirah pada keluarga
sebagai sifat mulia dan agung dalam upaya mencapai ridha Allah SWT.
POKOK-POKOK MATERI
1. Hakekat ghirah pada keluarga
2. Dalil-dalil dalam Qur'an dan Sunnah tentang ghirah pada keluarga
3. Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan ghirah pada keluarga
4. Kiat-kiat menjaga dan meningkatkan ghirah pada keluarga dan penerapannya dalam aktivitas keseharian
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik yang dibahas adalah tentang ghirah (cemburu) pada agama dan keluarga dan
disampaikan tujuan pembelajaran materi ini. Pancing peserta mengemukakan pendapatnya tentang bentuk-
bentuk ghirah pada agama dan keluarga.
Luruskan dan lengkapi tanggapan peserta tentang bentuk-bentuk ghirah pada agama dan keluarga disertai
dalil-dalil dalam Qur'an dan Sunnah pendukungnya. Kemukakan kisah sahabat-tabi’in-salafus-shaleh yang
berkaitan dengan ghirah pada agama dan keluarga. Pancing peserta mengemukakan faktor-faktor yang dapat
enumbuhkan ghirah pada agama dan keluarga, serta kiat-kiat untuk menjaga dan meningkatkan ghirah pada
agama dan keluarga dan penerapannya dalam aktivitas keseharian. Lengkapi tanggapan peserta tentang faktor-
faktor dan kiat-kiat tersebut sesuai target yang ditetapkan.
MARAJI’
Abdullah Nashih ‘Ulwan (1990). Pengantin Islam. Adab Meminang dan Walimah Menurut Al-Qur’an dan Al-
Sunnah (diterjemahkan oleh Aunur Rafiiq Shaleh). Al-Islahy Press, Jakarta
Fathi Yakan, Arti Komitmenku dengan Islam
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (1998). Pendakian Menuju Allah SWT (diterjemahkan oleh Kathur Suhardi). Pustaka
Al-Kautsar, Jakarta.
KEWAJIBAN ANAK TERHADAP ORANG TUA
Kode: 1.B8.3 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami tentang kewajiban anak terhadap orang tua.
2. Menunaikan hak-hak orang tua dengan kemampuan membedakan perintah orang tua yang harus ditaati dan
tidak ditaati.
3. Selalu mendoakan orang tua.
TITIK TEKAN MATERI
Pentingnya penekanan melaksanakan kewajiban sebagai seorang anak kepada kedua orang tuanya selagi
mereka hidup atau sudah meninggal. Pentingnya ditanamkan pemahaman besarnya jasa orang tua terhadap
anak. Pentingnya melibatkan orang tua dalam setiap pengambilah keputusan, khususnya hubungan orang tua
dan anak.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil tentang kewajiban anak terhadap orang tua.
2. Keutamaan menunaikan hak orang tua.
3. Akibat-akibat tidak ditunaikannya hak kedua orang tua.
4. cara (adat) melaksanakan/menunaikan hak kedua orang tua.
5. Kisah-kisah teladan tentang hubungan anak dan orang tua.
MARAJI’
Abdullah Nashih Ulwan, Tarbiyatul awlad fil Islam Berbakti kepada orang tua, Penerbit GIP
MEMILIH PASANGAN
Kode: 1.B8.4 | Sarana: Materi halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Memahami tentang memilih pasangan yang sesuai dengan tuntunan Islam
2. Memilih/menentukan pilihan pasangan yang sesuai tuntunan Islam.
3. Melaksanakan tata cara memilih pasangan dalam Islam.
TITIK TEKAN MATERI
Pentingnya memberi pemahaman tentang tata cara memilih pasangan dalam Islam. Pemilihan pasangan untuk
hidup sangat penting, karena suami/istri hasil perkawinan tersebut akan digunakan membentuk rumah tangga.
Rumah tangga Islam mempunyai tujuan untuk membentuk rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah.
Maka apabila kita salah memilih pasangan yang sebagai bahan baku rumah tangga, maka kegagalan
pembentukan rumah tangga akan mungkin terjadi. Untuk itu perlu mendapatkan pemahaman tentang karakter
calon suami atau istri yang baik, bagaimana cara memilih serta bagaimana adab meminang dalam Islam.
Pentingnya memberi pemahaman tentang adab meminang dalam Islam dan pelibatan orang tua dan dekat yang
dipercaya dalam syura.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil tentang sunnahnya menikah.
2. Urgensi memilih pasangan yang tepat.
3. Keutamaan mendapatkan pasangan yang tepat dan tuntunan Islam.
4. Akibat tidak berhati-hati dalam memilih pasangan.
5. Karakter calon suami/istri yang baik.
6. Tata cara memilih pasangan.
7. Adab meminang dalam Islam.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Proses pemberian Madah Jika dalam kelompok tersebut sudah ada yang menikah, maka mereka dapat
mengemukakan pengalamannya tentang: Bagaimana sulitnya kita membentuk rumah tangga yang baik jika
istri atau suami tidak memiliki kriteria yang baik. Kesulitan apa yang akan dijumpai. Juga dapat diceritakan
jika mereka beristri dari pilihan yang baik, bagaimana dampaknya untuk proses pembentukan keluarga yang
Islami. Juga perlu digali pengalaman tentang proses meminang.
MARAJI’
Abdul Karim Zaidan, DR. Al Mufashshal Abdullah Nashih Ulwan, DR. Tata Cara Meminang dalam Islam,.
BIDANG STUDI:
MANAJEMEN
MENGELOLA WAKTU
Kode: 1.B9.1 | Sarana: Halaqah, daurah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1 Membagi waktu untuk mebiasakan diri untuk bangun sebelum fajar (bangun pagi)
2 Membagi waktu untuk komitmen dengan olah raga 2 jam dalam satu minggu
3 Membagi waktu untuk merutinkan membaca diluar spesialisasinya 4 jam dalam seminggu
4 Membagi waktu untuk mengisi waktu senggangnya untuk belajar
5 Membagi waktu untuk membiasakan diri dengan wirid-wirid harian
6 Membagi waktu untuk membantu orang lain, amal jamai atau dalam kegembiraan.
TITIK TEKAN MATERI
Waktu adalah pedang, jika kita lalai maka kita akan tertebasnya. Demi masa sesungguhnya manusia itu akan
merugi, kecuali hamba Allah SWT yang mengerti bagaimana harus menggunakan waktu, yaitu untuk kegiatan
amal shaleh dan positif (QS. 103: 1-3). Waktu ada tiga, lalu, sekarang dan akan datang (QS. 59: 18). Kita
harus mampu mengelola waktu, sehingga kita dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan yang telah kita yakini
baik. Kita harus memiliki makna kegiatan (kompas) dan teknik mengatur waktu (jam) agar manajemen waktu
kegiatan kita berjalan dengan baik. (Stephen Covey) Apa yang menjadi keinginan kita harus menempati urutan
teratas dalam skala prioritas, jangan sampai kita dikalahkan oleh kegiatan yang kurang begtu besar
manfaatnya.
POKOK-POKOK MATERI
1. Pandangan waktu menurut masyarakat umum.
a. Time is money
b. Al waqtu al kasyaif
2. Pandangan waktu dalam Islam
3. Penggunaan waktu dalam sejarah-sejarah orang shaleh
4. Tugas yang tersedia lebih banyak dari waktu yang tersedia (Wasiat Al Banna)
5. Pelung adalah emas, kesibukan adalah berkah, tidak dapat mengatur waktu adalah bencana.
6. Teknologi mengatur waktu
a. Memadukan teknologi kompas dan teknologi jam
b. Tulislah jadwal anda
c. Al hayatul munadzam
MARAJI’
Qardawi, Yusuf, Mengelola Waktu
Covey, Stephen R, Think first think. Manajemen waktu,
Makalah tanzhimul waqti
KOMUNIKASI EFEKTIF
Kode: 1.B9.2 | Sarana: Halaqah, daurah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Mengemukakan pendapatnya dengan baik
2. Menjadi pendengar yang baik dalam komunikasi
3. Bersikap tidak mematikan omongan orang lain
4. Berkomunikasi dengan baik dalam kelompok, khususnya dalam ikut berpartisipasi dalam kegembiraan atau
kerja-kerja sosial.
TITIK TEKAN MATERI
Komunikasi adalah alat untuk menghubungkan antara seseorang dengan orang lainnya, baik itu individu
maupun kelompok. Ketrampilan komunikasi dan kemampuan kita mengelola komunikasi menjadi sangat
penting ketika kita harus bergabung dalam tim.
Untuk itu diperlukan bebrapa pemahaman yang baik tentang: Pokok-pokok komunikasi. Dalam Qur'an banyak
menggunakan istilah komunikasi seperti: Qaulan baligha (komunikasi yang jelas), qaulan tsaqila (komunikasi
yang serius), qaulan sadida (berkata dengan tegas dan pada tempat dll). Agar komunkasi kita sukses dan
efektif, maka kita perlu mengetahui seperti: Teknik mengemukakan pendapat/mengkomunikasikan, Teknik
mendengarkan, Komunikasi empati, Komunikasi efektif, Komunikasi dalam kelompok dan bagaimana kita
mengunakan media dalam komunakasi
POKOK-POKOK MATERI
1. Pokok-pokok komunikasi
2. Ucapan yang baik dalam Qur'an (qaulan baligha, qaulan taqila, qaulan sadida dll) dan peranannya dalam
komunikasi
3. Teknik mengemukakan pendapat
4. Teknik mendengarkan
5. Komunikasi empati
6. Komunikasi efektif
7. Komunikasi dalam kelompok
8. Mengunakan media dalam komunikasi
MARAJI’
Stoner, James, et. El. 1996, Manajemen: Komunikasi dan negoisasi, Jakarta: PT Prenhallindo.
Komunikasi Profesional
Komunikasi efektif
BIDANG STUDI:
BAHASA ARAB
MENULIS AL-QUR'AN JUZ 30
Kode: 1.B10.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Menulis dengan benar ayat-ayat Al-Qur'an Juz 30
2. Menulis Rasmul bayan dengan baik.
3. memahami ma’na dari kosa kata yang dirulis dengan baik
TITIK TEKAN MATERI
Peserta disiapkan untuk mampu menulis dengan tulisan arab. Hal ini disiapkan, yaitu agar nantinya mereka
dapat menulis dan berbicara secara lancar dengan bahasa arab. Hal yang paling ditekankan adalah perlunya
banyak latihan dan latihan untuk untuk membuat tangan terbiasa menulis. Peserta terbiasa menulis naskah-
naskah berbahasa arab dengan memperhatikan benar-salahnya tulisan.
POKOK-POKOK MATERI
1. Al-Qur'an juz 30
2. Rasmul bayan (yang telah diberikan)
3. Sumber lain
TEKONOLOGI PEMBELAJARAN
1. Meminta kepada peserta menulis Al Qur-an juz 30.Satu halaman, satu pekan
2. Periksa tulisan hasilnya pada setiap pekan. Berikan penilain (pujilah)
3. Tujuan pembelajaran ini juga dapat disinkronkan dengan ayat apa yang harus dihafalkan. Jadi menulis,
menghafal dan memahami ma’na (kosa kata) dalam satu program yang terintegrasi. Manfaat program ini
sangat penting jika ingin mengisi ceramah sejenisnya.
4. Program ini dapat berjalan terus, sehingga mereka menulis arab dengan baik.
5. Hindari sesuatu yang monoton atau pekerjaan yang tidak konsisten sebelum mencapai hasil
MARAJI’
Al-Qur'an
Hadits arba’in annawawiyah
Hadits Riyadhusshalihin
MEMBACA NASKAH BAHASA ARAB
Kode: 1.B10.2 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
4. Mengucapkan bahasa Arab dengan baik
5. Menggunakan bahasa Arab sebagai alat komunikasi
6. Mempunyai ghirah dan semangat untuk berbahasa Arab
7. Membentuk kebiasaan diri dalam membaca naskah-naskah berbahasa Arab hingga lancar.
TITIK TEKAN MATERI
Membiasakan peserta membaca naskah-naskah berbahasa Arab. Membaca naskah dilakukan melalui beberapa
tahap
1. Membaca naskah dengan suara keras, dengan memperhatikan baris fathah, kasrah, dhammah, sukun, tasdidi
dan mad. Tanpa memperhatikan maksud dan arti bacaan
2. Membaca naskah (seperti diatas) dengan berusahama memahami maksud bacaan
3. Membaca naskah tanpa suara (dalam hati) dengan berusaha memahami maksud bacaan
4. Membaca naskah tanpa suara dengan kemampuan menjelaskan bacaan kepada orang lain
POKOK-POKOK MATERI
Membaca teks Arab, seperti juz amma, hadits yang dihafal, materi tarbawi, doa-doa dsb
Berkomunikasi ringan bahasa Arab
Pada level ini yang menjadi penekanan adalah tahap I
Untuk memudahkan murabbi, maka naskah dipilihkan dari hadits-hadits pilihan yang dihafal dalam level ini
Hadits-hadits yang dihafal
Tekonologi Pngajaran
1. Murabbi memilih hadits yang akan dihafal pada pekan berikutnya. Ia menulis hadits tersebut di atas plastik
OHP atau karton manila atau di papan tulis dengan huruf besar. Kemudian membacakan naskah hadits tersebut
di depan peserta dengan suara keras dan pelan. Setelah itu murabbi meminta peserta satu-persatu membaca
hadits tersebut.
2. Biarkan peserta membaca sampai selesai, jika terdapat kesalahan jangan diperbaiki dulu. Pada saat membaca.
Setelah selesai minta kepada peserta yang bersangkutan memperbaiki kesalahan dengan dituntun oleh
murabbi.
3. Murabbi memperhatikan kesalahan umum dari peserta. Sebelum selesai pelajaran ini, murabbbi menjelaskan
kesalahan umum itu didepan peserta.
MARAJI’
Hadits arba’in annawawiyah
Hadits Riyadhusshalihin
BIDANG STUDI:
KESEHATAN DAN KEKUATAN FISIK
HIDUP BERSIH DAN SEHAT
Kode: 1.B11.1 | Sarana: Seminar, Halaqah dan atau Mukhayyam
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka peserta akan mampu:
1. Urgensi kesehatan dalam kehidupan manusia (tinjauan ilmiah dan Islam)
2. Hidup bersih dan sehat dalam prespektif shalfush shaleh dan pemikir Islam
3. Menjaga Kebersihan Badan dengan baik sesuai dengan ilmu dan tuntutan agama
4. Menjaga Kebersihan Pakaian dengan baik sesuai dengan ilmu dan tuntutan agama
5. Menjaga Tempat tinggal dan Lingkungan yang sehat sesuai dengan ilmu dan tuntutan agama
6. menghindari tempat-tempat kotor dan polusi.
7. Menghindarkan diri dari tempat-tempat yang berbahaya
TITIK TEKAN MATERI
Dalam hidup kita memerlukan badan yang sehat, agar kita dapat beraktivitas dengan baik. Untuk itu kita perlu
membiasakan hidup sehat pada badan, pakaian, tempat tinggal. Untuk sehat kita perlu membiasakan hidup
sehat seperti berolah raga dengan rutin dan tidak terlalu berlebihan dalam bergadang. (muwashafat 6: 1-3, 10-
11
Materi ini akan menjelaskan urgensi hidup sehat dalam Islam, yaitu khususnya melalui hidup dalam
lingkungan yang bersih. Hidup sehat dapat dicapai dengan selalu menjaga kebersihan badan, kebersihan
pakaian dan kebersihan tempat tinggal dan lingkungan (fisik, biologik, kimia). Melalui pemahaman yang baik
akan kebersihan, maka akan mampu merubah cara pandang dan pola hidup (life style) seseorang. Dalam
manhaj dan syariat Islam, serta pemikiran para salafush shaleh kaya akan tuntutan bagaimana seorang muslim
harus hidup sehat.
POKOK-POKOK MATERI
1. Urgensi kesehatan dalam kehidupan manusia (tinjauan ilmiah dan Islam)
2. Hidup bersih dan sehat dalam prespektif shalafush shaleh dan pemikir Islam
3. Menjaga Kebersihan Badan
4. Menjaga Kebersihan Pakaian
5. Menjaga Kebersihan Lingkungan
6. Polusi udara dan lingkungan
7. Menjaga tempat tinggal, membersihkan tempat tinggal, tempat-tempat berbahaya.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan contoh-contoh terlebih dahulu tentang penyakit-penyakit yang menyadarkan kita untuk perlu
memerhatikan aspek kebersihan guna memperoleh derajat kesehatan yang baik. Gambarkan betapa biaya
kuratif akan besar, jika seseorang tidak memperhatikan pola hidup bersih dalam kehidupannya. Ini berarti
bahwa pencegahan itu lebih baik dan lebih murah biayanya dibanding pengobatan.
MAKAN DAN MINUM
Kode: 1.B11.2 | Sarana: Seminar, Halaqah, Diskusi dalam halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Menahan anggota tubuh dari segala (makanan) yang haram (muwashafat 2: 24)
2. Mengetahui dalil adab-adab makan dan minum dalam Qur'an dan Sunnah
3. Mengetahui makan yang baik menurut Kedokteran dan penelitian masalah makan dan minum
4. Mengetahui hubungan antara pola makan dan minum dengan kesehatan.
5. Menjelaskan hubungan makan dan minum dengan berbagai pendekatan (ibadah, sosial, masyarakat dll).
TITIK TEKAN MATERI
Makan dan minum adalah aktifitas penting makhluk hidup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir 50%
penderita sakit disebabkan karena bersumber dari kebiasaan makan dan minum yang tidak sehat. Pola makan,
jenis makanan dan kondisi tubuh seseorang sangat menentukan untuk kesehatan seseorang.
Perlu pemahaman yang utuh, bahwa Islam mempunyai syareat termasuk bagaiman adab makan dan minum
yang baik. Secara global makan yang baik memenuhi criteria halal/tidak haram dan thayib. Halal dari sisi cara
memperolehnya harus baik, tidak bathil atau makanan haram. Makna Thayib dilihat dari sisi kandungan gizi
dan zat makanan, cara memakan dan kapan harus makan (food technology and life style in eat). Materi ini
akan menjelaskan tentang dalil-dalil makan dan minum dalam Al-Qur'an dan hadits. Dengan pemahaman
dalil-dalil tersebut, maka mampu menjabarkan keutamaannya menurut pandangan selain ibadah ritual, yaitu
menjelaskan keuntungan adab makan dan minum menurut pendekatan nilai-nilai ekonomi, sosial dan
kemasyarakatan.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil adab-adab makan dan minum dalam Qur'an dan Sunnah
2. Makan yang baik menurut Kedokteran
3. Pelitian dampak masalah makan dan minum terhadap kesehatan
4. Mengetahui hubungan antara pola makan dan minum dengan kesehatan.
5. Menjelaskan hubungan makan dan minum dengan berbagai pendekatan (ibadah, sosial, masyarakat dll).
6. Hal-hal apakah yang perlu diperbaiki dalam kebiasaan diri
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Proses pemberian Madah Tunjuklah salah seorang diantara peserta untuk memberikan kultum pada minggu
depan dengan topik: Membuat komitmen dengan adab makan dan minum sesuai sunnah. Suruhlah seseorang
yang ditunjuk untuk membuka maraji’ atau pokok-pokok materi tersebut di atas. Setelah diberikan taujih,
maka berikan kesempatan mereka untuk membuat diskusi sejenak untuk pengendapan pemahaman dan proses
perubahan mental. Setelah mereka diskusi, maka suruhlah mereka menulis apa yang akan diperbaiki dalam
hidupnya sehubungan dengan adab makan dan minumnya.
MARAJI’
Riyadlus Shalihin
Hidup Sehat
POLA HIDUP SEHAT DAN SEIMBANG
Kode: 1.B11.3 | Sarana: Seminar. Halaqah, mukhayam
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
a. Membiasakan diri untuk tidak berlebihan dalam bergadang
b. Komitmen dengan olah raga secara rutin
c. Membiasakan diri untuk bangun sebelum fajar
d. Meninggalkan dan menjauhkan diri dari kebiasaan merokok dan kebiasaan buruk lainnya.
e. Mnghentikan kebiasaan rokok, jika yang masih merokok.
f. Hubungan Olah raga dengan kesehatan dengan baik sesuai dengan ilmu dan tuntutan agama.
g. Hidup dengan seimbang dan tidak bergadang berlebihan
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini akan menjabarkan tentang urgensi pola hidup sehat dan seimbang. Pola hidup sehat dan seimbang
dapat dicapai dengan cara membiasakan diri dengan kebiasaan yang positif, yaitu: tidak berlebihan dalam
bergadang, untuk bangun sebelum fajar, olah raga secara rutin dan meninggalkan dan menjauhkan diri dari
kebiasaan merokok dan kebiasaan buruk lainnya. Secara global hidup sehat dapat dicapai dengan menjauhi
dan meninggalkan hal-hal yang merusak tubuh serta menguatkan dan memelihara kesehatan badan dengan
berolah raga. Untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik, maka kaitkan materi ini secara global dengan
kebiasaan makan dan minum yang halal dan toyib.
POKOK-POKOK MATERI
1. Hubungan Olah raga dengan kesehatan.
2. Itirahat dan bergadang
3. Manfaat bangun sebelum fajar.
4. Kiat, pola dan gaya hidup menuju kehidupan pribadi yang sehat
5. Siklus hidup yang seimbang antara bekerja dan istirahat
6. Fadilah bangun sebelum fajar
7. Membangun dan memelihara kesegaran dan kebugaran badan dengan berolah raga secara rutin
8. Kebiasaan buruk dan merusak badan: merokok, minum khamar, penggunaan zat aditif (NAZA)
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Proses pemberian Madah Sebelum memberikan materi, maka untuk merangsang proses transformasi
pemahaman ini, maka tanyakanlah kepada para peserta tentang: apakah mereka pernah merasakan sakit badan,
apakah mereka pernah tidak shalat subuh atau bangun kesiangan? Setelah mereka memberikan jawaban, maka
tanyakannlah kira-kira penyebab masalah-masalah tersebut. Setelah adanya proses penyadaran diri, maka baru
kemudian berikan materi tentang siklus hidup yang seimbang antara bekerja (berjaga) dan istirahat, fadilah
bangun sebelum fajar, membina kekuatan fisik dan meninggalkan kebiasaan buruk dan merusak badan.
TATA CARA MEMBACA DAN KESEHATAN MATA
Kode: 1.B11.4 | Sarana: kultum (diberikan dalam daurah membaca cepat)
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami tata cara membaca yang baik untuk kesehatan mata
2. Menyebutkan dampak cara membaca tidak baik untuk kesehatan mata
3. Merawat mata
TITIK TEKAN MATERI
Membaca adalah kebiasaan yang sangat baik. Tetapi jika kebiasaan baik tersebut tidak dikelola dengan baik,
maka akan menjadi buruk. Untuk itu perlu mendapatkan yang utuh bagaimana hubungan membaca dan tata
cara baca yang sehat dan baik dalam pandangan kesehatan.
Mata adalah organ tubuh yang sangat penting sebagai indera yang digunakan untuk melihat. Membaca adalah
sesuatu yang sangat dianjurkan untuk menambah wawasan. Apabila mata kita tidak dirawat dan kita tidak
mengikuti tata cara membaca yang baik, maka kita akan cepat lelah dan pekerjaan membaca menjadi
membosankan. Tata cara membaca hendaknya mengikuti kaidah kesehatan sehingga tidak merusak organ mata
kita dan kita harus mengetahui cara merawat mata.
POKOK-POKOK MATERI
1. Tata cara membaca yang baik dan sehat
2. Merawat mata
3. Mengenal penyakit mata: Buta warna, mata minus dll
4. Mengetes kesehatan mata
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Proses pemberian Madah Kalau diberikan pada kultum, maka tekankan bahwa membaca dan merawat organ
yang digunakan untuk membaca adalah hal yang sangat penting. Kalau dibuat daurah membaca, maka dapat
disisipkan pada acara tersebut.
MARAJI’
BIDANG STUDI:
KEPENDIDIKAN DAN KEGURUAN
GHIRAH AGAMA
Kode: 1B12.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Memiliki ghirah (rasa cemburu) pada agamanya.
2. Tumbuh motivasinya untuk membela agamanya
3. Tumbuh keinginan untuk menyebar luaskan ajaran Islam
4. Tumbuh keinginan untuk mencegah kemungkaran dan menyeru kepada ma;ruf
5. menyebar luaskan salam
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini memberi gambaran bahwa ghirah atau cemburu merupakan sifat yang mulia dan agung asalkan
ditempatkan secara benar. Rasulullah bersabda bahwa Allah SWT itu cemburu, demikian pula orang mukmin.
Kecemburuan Allah SWT adalah jika hamba-Nya melakukan apa yang diharamkan-Nya. Adalah kecemburuan
Allah SWT yang menjadikan-Nya memberi batas dinding yang tertutup di yaumil akhir antara hamba-Nya
yang membaca Al-Qur’an dengan orang-orang yang tidak beriman (QS 17: 45)
Cemburu pada agama ialah hasrat yang menggebu pada agama, hasrat membela dan menolong agama Allah
SWT (QS 47: 7, 61: 14) sehingga ia senantiasa siap menghadapi siapapun yang melecehkan agama, dan hasrat
bagi tegaknya aturan agama pada dirinya, pada seluruh aktivitasnya, pada keluarga, dan pada masyarakat
karena kesadaran bahwa dengan itulah ia dapat meraih ridha Allah SWT (QS 89: 27-30). Hendaknya tiap diri
menumbuhkan ghirah pada agama sebagai sifat mulia dan agung dalam upaya mencapai ridha Allah SWT.
POKOK-POKOK MATERI
1. Hakekat ghirah dan ghirah pada agama
2. Dalil-dalil dalam Qur'an dan Sunnah tentang ghirah pada agama
3. Faktor-faktor yang dapat menumbuhkan ghirah pada agama
4. Kiat-kiat menjaga dan meningkatkan ghirah pada agama dan penerapannya dalam aktivitas keseharian
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik yang dibahas adalah tentang ghirah (cemburu) pada agama dan keluarga dan
disampaikan tujuan pembelajaran materi ini. Pancing peserta mengemukakan pendapatnya tentang bentuk-
bentuk ghirah pada agama dan keluarga. Luruskan dan lengkapi tanggapan peserta tentang bentuk-bentuk
ghirah pada agama dan keluarga disertai dalil-dalil dalam Qur'an dan Sunnah pendukungnya. Kemukakan
kisah sahabat/tabi’in/salafus-shaleh yang berkaitan dengan ghirah pada agama dan keluarga. Pancing peserta
mengemukakan faktor-faktor yang dapat enumbuhkan ghirah pada agama dan keluarga, serta kiat-kiat untuk
menjaga dan meningkatkan ghirah pada agama dan keluarga dan penerapannya dalam aktivitas keseharian.
Lengkapi tanggapan peserta tentang faktor-faktor dan kiat-kiat tersebut sesuai target yang ditetapkan.
MARAJI’
Abdullah Nashih ‘Ulwan (1990). Pengantin Islam. Adab Meminang dan Walimah Menurut Al-Qur’an dan Al-
Sunnah (diterjemahkan oleh Aunur Rafiiq Shaleh). Al-Islahy Press, Jakarta
Fathi Yakan, Arti Komitmenku dengan Islam
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah (1998). Pendakian Menuju Allah SWT (diterjemahkan oleh Kathur Suhardi). Pustaka
Al-Kautsar, Jakarta.
AHAMMIYATUT TARBIYAH (URGENSI KADERISASI)
Kode: 1B12.2 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami urgensi tarbiyah dalam kehidupan seorang muslim, agar dapat menerangkan mengapa dia perlu
mengikuti pembinaan yang intensif.
2. Memahami bahwa tarbiyah adalah bahagian dari solusi menyelesaikan problematika umat dalam bidang SDM
dan strategi, sehingga ia dapat menyebutkan beberapa kegiatan dalam tarbiyah yang menjadi upaya solusi
problematika umat.
3. Membentuk sistem nilai akan kelebihan sistem tarbiyah dalam mempersiapkan kader untuk beramal jamai’,
sehingga ia selalu terdorong untuk beraktifitas dalam kerja-kerja jamai
TITIK TEKAN MATERI
Ahammiyatut tarbiyah adalah satu materi yang diberikan kepada pemula untuk menyadarkan akan pentingnya
pembinaan dalam memperbaiki diri, keluarga dan umat Islam, dalam rangka membangun kekuatan umat Islam
dalam menghadapi musuh-musuhnya.
POKOK-POKOK MATERI
A. Alasan perlunya tarbiyyah dari aspek internal ajaran Islam
1. Arrasul sebagai Murabbi dan da’iyah, membimbing umat manusia untuk keluar dari jahiliyah. Ciri-ciri
jahiliyah adalah:
a. Jahl (kebodohan)
b. Dzillah (kehinaan)
c. Faqr (kefaqiran)
d. Tanafur (perpecahan)
2. Inti dari jahiliyah adalah ‘Dhalalun mubin’ (Kesesatan yang nyata) (3: 164)
3. Jalan keluar dari kesesatan adalah ‘tarbiyah’ atau pembinaan yang didalamnya diajarkan (2: 151):
a. Tilawah (membaca atau dibacakan).
b. Tazkiyah (pembersihan diri).
c. Ta’limul kitab wal hikmah/sunnah (pengajaran Qur’an dan Hadits).
4. Dengan tarbiyah kita memperoleh nikmat yang dapat mengantar kita menuju ‘khairu ummah’ (3: 110) dengan
ciri-ciri:
a. ‘Ilmu (berpengetahuan)
b. ‘Izzah (terhormat)
c. Ghina (kekayaan)
d. Ukhuwwah (persaudaraan).
B. Alasan perlunya tarbiyyah dari aspek individu.
Urgensi tarbiyah terdiri atas dua: (1) Hakikat jiwa yang membutuhkan pembinaan (91: 8-10), (2) Waqi’ul
ummah (Kenyataan umat dewasa ini).
C. Hakikat jiwa menghadapi dua persoalan:
a. Internal: Fitrah jiwa (91: 8-9) yang pada dirinya terdapat kecenderungan kepada taqwa dan kecenderungan
kepada kesesatan.
(1) Kecenderungan kepada taqwa, hanya membutuhkan pembimbingan kepada Qur’an.
(2) Sedang kecenderungan kepada kesesatan mendapatkan godaan syaitan, kecintaan dunia dan nafsu syhawat.
Agar dapat terhindar dari hal itu semua maka memerlukan tarbiyah yang berfungsi mengarahkan,
membangun, menjaga dan memelihara jiwa untuk senatiasa berhubungan dengan Qur’an.
b. Eksternal: Adanya musuh bebuyutan (2: 168-169) yang tidak hanya membuat perencanaan yang matang,
(lihat: Materi GF) tapi juga merealisasikan (5: 82). Yang keduanya adalah bagian dari langkah-langkah
syaitan (35: 6). Untuk menangkal serangan musuh, diperlukan ‘amal jama’i. Tapi ‘amal jama’i dikalangan
kaum muslimin tak akan terjadi, kecuali jika didahului dengan tarbiyah.
Kenyataan umat: Umat dewasa ini terserang sebuah ‘virus’ mematikan, namanya virus buih (gutsai), yang
meringankan timbangan umat dan membuat umat tidak punya arus. Yang menjadi penyebab virus gutsai ini
adalah sukanya kaum muslim kepada dunia sekaligus membenci kematian. Virus gutsa’i menyebabkan kaum
muslimin menjadi santapan yang nikmat bagi para thagut (musuh-musuh Allah SWT). Untuk menterapi virus
tsb, kita membutukan terapi yang namanya tarbiyah. Yang insya’ Allah SWT akan menambah berat
timbangan, mendatangkan arus. Dan kita mampu menghancurkan thagut.
MARAJI’
Said Hawwa Al Madkhal, Yusuf Qardlawi, DR. Tsaqafatud Da’iyah, Wasailut Tarbiyah ‘Indal Ikhwan
BIDANG STUDI:
FIQH DA’WAH
BAHAYA PEMBATASAN KELAHIRAN
Kode: 1.C13.1 | Sarana: Taujih dan Diskusi
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat: Mengetahui strategi musuh Islam untuk membatasi populasi
kaum muslimin
TITIK TEKAN MATERI
Cara lain yang dilakukan musuh Islam untuk menyingkirkan eksistensi umat Islam, adalah dengan membatasi
jumlah kelahiran umat Islam. Sementara para pemimpin agama non Islam justru menyerukan gencar
penambahan populasi mereka. Pembatasan jumlah kelahiran, atau yang dikenal dengan program keluarga
Berencana, sepintas memang ditujukan untuk membina keluarga sejahtera. Namun Islam menolaknya secara
syari’at, hal ini juga bukan berarti umat Islam diperintahkan memperbanyak keturunan sebanyak-banyaknya
tanpa mempertimbangkan kualitas mereka. Islam menghendaki keturunan yang banyak dan berkualitas.
POKOK-POKOK MATERI
a. Memperbanyak keturunan dalam pandangan syari’at Islam
b. Strategi musuh Islam untuk menekan angka pertumbuhan umat Islam
c. Menghindari umat yang banyak tapi berkualitas buih
d. Diskusi tentang masalah pembatasan kelahiran
MARAJI’
Ghazwul Fikri Hasan al Banna & Al Maududi, Tahdidun Nasl,. Makalah-makalah Cairo 7 Beijing, Khadijah
Centre ?
MENYIKAPI ISU NEGATIF TENTANG AKTIFIS DA’WAH
Kode: 1.C13.2 | Sarana: Diskusi/Taujih
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
a. Membangun suatu keyakinan mengenai adanya berbagai macam isu sinis terhadap aktifis Islam
b. Membangun sikap mental yang teguh dalam berhadapan dengan isu-isu sinis dan destruktif
c. Menanamkan suatu keyakinan bahwa Yahudi, Nasrani, Musyrikin dan Munafiqin sebagai pelaku-pelaku
penyebaran isu tersebut di tingkat alami dan agen-agen mereka (muslim bermasalah) di tingkat lokal.
d. Meningkatkan wawasan mengenai model-model isu negatif tersebut baik yang ada dalam sejarah kaum
muslimin maupun model kontemporer
e. Melatih daya kritis dan daya berargumentasi dalam menghadapi suara-suara negatif tentang Islam dan
kelompok yang memperjuangkan Islam.
TITIK TEKAN MATERI
Kebencian musuh-musuh Islam dan kaum muslimin merupakan suatu aksioma dalam sejarah umat. Segala
daya dan upaya mereka kerahkan untuk menghancurkan kaum muslimin. Diantara bentuknya adalah-selain
makar pembunuhan-penyebaran isu-isu negatif dan sinis terhadap aktifis Islam. Serangan tersebut bukan
hanya menimpa kalangan aktifis Islam saja-dengan isu yang menyudutkan seperti teroris, fundamentalis-
melainkan juga kaum muslimin agar mereka menjaga jarak terhadap aktifis Islam. Di satu sisi ini merupakan
ujian untuk para aktifis, disisi lain ini adalah persoalan yang harus dituntaskan.
Oleh karena itu persiapan melahirkan generasi yang tangguh dan mampu berargumentasi dengan baik dalam
rangka mematahkan isu tersebut menjadi hal yang penting. Perjuangan menegakkan Islam selalu menghadapi
fitnah. Antara lain adalah informasi yang tidak didasari oleh kebenaran. Zaman Rasulullah dahulu, informasi
dusta ini dilontarkan oleh kelompok munafiqin untuk memecah belah barisan kaum muslimin. Sekarang,
cukup banyak informasi tanpa dasar yang ditiupkan oleh orang-orang yang tidak tahu, atau musuh Islam,
tentang berbagai fenomena umat Islam. Juga diperlukan pembukaan wawasan akan perlunya bermasyarakat
dengan baik.
POKOK-POKOK MATERI
1. Taujih tentang permusuhan antara haq dan bathil yang masing-masing diwakili oleh para aktifisnya (dari
zaman dahulu sampai sekarang).
2. Taujih tentang sabar dalam berkomitmen dengan iman dan Islam, khususnya ketika menghadapi ujian dan
tantangan dalam berusaha menegakkan risalah Islam.
3. Diskusi tentang beberapa masalah yang dianggap sebagai suara negatif terhadap Islam dan fenomena
kelompok yang memperjuangkan Islam
MARAJI’
Hasan al Hudhaibi, Kami Da’i Bukan Hakim
Yusuf al Qardhawi, 70 Tahun al ikhwan al muslimun
MARHALAH MAKKIYAH DAN KARAKTERISTIKNYA
Kode: 1.C13.3 | Sarana: Taujih dan Diskusi
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui sejarah global sirah perjuangan dan perkembangan Islam yang terbagi pada marhalah Makkiyah
dan Madaniyah.
2. Memahami karakteristik Marhalah Makkiyah
3. Mengetahui korelasi Marhalah Makkiyah dari sudut Fiqhu Da’wah
TITIK TEKAN MATERI
Sirah perjuangan Rasulullah merupakan sunnah (peninggalan) yang harus dijadikan rujukan bagi perjuangan
da’wah Islam. Pembagian fase perkembangan Islam dalam fase Makkiyah dan Madaniyah, merupakan salah
satu tonggak perkembangan Islam yang patut dicermati. Kedua fase ini, sudah banyak di bahas dalam kategori
perkembangan hukum syari’at, namun masih sedikit yang memahaminya dari sudut fiqhu da’wah. Kedua-
duanya, baik dari sudut perkembangan hukum syari’at, maupun fiqhu da’wah, penting diketahui oleh setiap
muslim.
Fase makkiyah:
a. Prioritas aqidah
b. Sirriyatud da’wah jika belum banyak pendukung
c. Dukungan Abu Thalib terhadap Nabi; figur/tokoh masyarakat/politik/militer.
d. Dukungan da’wah boleh dari non Muslim
e. Ke Thaif setelah da’wah di Mekkah
f. Prioritas objek da’wah Al azrab fal azrab dan kegigihan berda’wah
g. Tawaran da’wah Rasul kepada setiap pendatang di musim haji, da’wah harus kepada seluruh lapisan
h. Markaz da’wah Al Arqam; tempat yang aman.
i. Sabar dalam cobaan.

Fase madinah:
a. Membangun masjid sebagai pusat semua aktifitas
b. Peperangan terjadi pada fase madinah
c. Sebagai pelajaran: Da’wah dengan tegas setelah banyak pendukung
d. Peperangan bukan untuk membantu orang namun untuk menyelamatkan
e. Kekalahan pada perang Uhud antara lain karena tidak Taat, jadi tidak taat penyebab kegagalan.
f. Membuat perjanjian yang umum.
g. Persaudaraan diformalkan.
h. Pengembangan ekonomi.
POKOK-POKOK MATERI
1. Uraian global tentang pembagian fase Makkiyah dan Madaniyah
2. Fase Makkiyah dari sudut perkembangan hukum syari’at
3. Fase Makkiyah dari sudut perkembangan fiqhu da’wah
4. Karakteristik fase Makkiyah
MARAJI’
Musthafa Munir Ghadban, Manhaj Haraky Munawwar Khalil, Kelengkapan Tarikh Ramadhan Al-Buthy,
Sirah Nabawiyah,
BIDANG STUDI:
SIRAH DAN SEJARAH ISLAM
10 SAHABAT DIJAMIN MASUK SURGA
Kode: 1.C14.1 | Sarana: Taujih dan Penugasan
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami karakteristik 10 sahabat yang dijamin masuk surga (sifat-sifat utama)
2. Mengenal kepribadian 10 orang sahabat yang dijamin masuk surga
3. Termotivasi memiliki semangat juang sebagaimana para sahabat yang dijamin masuk surga dan berkorban
dalam amal Islam
TITIK TEKAN MATERI
Memaparkan sejauh kehidupan masing-masing para ahabat dari kehidupan awalnya hingga akhir kehidupan
mereka. Penjelasan mengenai perilaku utama, sifat-sifat mulia/terpuji yang melatarbelakangi mereka sebagai
penghuni surga. Memberikan motivasi (semangat mewujudkan sifat utama para sahabat tersebut dalam
kehidupannya saat ini.
POKOK-POKOK MATERI
1. Sejarah hidup 10 orang sahabat yang dijamin masuk surga
2. Sifat dari masing-masing kehidupan sahabat
3. Ibrah dari mereka pada kehidupan sekarang
4. 10 orang sahabat: Abu Bakar As Siddiq, Umar Bin Khattob, Utsman Bin Affan, Ali Bin Abi thalib, Abdur
Rahman Bin Auf, Zubair Bin Awwam, Amru Bin Ash, Sa’ad Bin Abi Waqash, Abdullah Bin Rawahah,
Thalhah Bin Ubaidillah.
MARAJI’
Al-Kandahlawi, Hayatu Shahabah
Khalid Muhammad Khalid, Kisah 60 sahabat Nabi, K
halid Muhammad Khalid, Sepuluh Sahabat dijamin Masuk Surga,
BIDANG STUDI:
DUNIA ISLAM KONTEMPORER
AHWALUL MUSLIMIN (KELEMAHAN MUSLIMIN DEWASA INI)
Kode: 1.C15.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami faktor-faktor kelemahan muslimin dewasa ini dan berusaha mengatasinya.
2. Memahami peranan tarbiyah dan harakah dalam mengatasi kelemahan tersebut.
3. Memahami bahwa jalan satu-satunya untuk memperbaiki kondisi umat adalah menjadikan dirinya
layak bergabung dengan Hizbul-Lah.
TITIK TEKAN MATERI
Keadaan muslimin sekarang ini memanglah hina dan berada di bawah kekuasaan musuh-musuh Islam.
Muslim sebagai ummat yang terbaik dan mulia ternyata tidak lagi nampak kemuliaannya di tengah-tengah
manusia lain, bahkan nampak semakin terpuruk sebagai hasil keadaan jahiliyah yang semakin meraja lela saat
ini. Secara umum kondisi kaum muslimin hari ini mempunyai kelemahan-kelemahan diantaranya aqidah,
tarbiyyah, tsaqafah, dakwah manajemen oraganisasi, akhlaq. Keadaan ini berlaku disebahagian besar negeri
Islam. Untuk memperbaiki ini semua, maka diperlukan dakwah harakiyah yang mengacu kepada nilai-nilai
asasi, yaitu: Rabbaniyyah, Minhajiyah, Marhaliyah (bertahap), Uawiyah (prioritas), Sesuai dengan realita,
Seimbang,
POKOK-POKOK MATERI
1. Kelemahan Muslimin Dewasa ini:
a. Aqidah
b. Tarbiyah
c. Tsaqafah
d. Da’wah
e. Organisasi
f. Akhlaq

2. Perbaikan melalui Da’wah Harakah yang Integral yang bersifat:


a. Rabbaniyyah
b. Minhajiyah
c. Marhaliyah (bertahap)
d. Aulawiyah (prioritas)
e. Sesuai dengan realita
f. Seimbang
MARAJI’
1. Perang Urat Syaraf
2. Abd. Marzuq Shabrur, Invasi pemikiran
3. Abdus Sattar, DR. Al Ghazwul Fikri,.
4. Anwar Jundi, Al Ghazwul Fikri,.
5. Muhammad Al Bahi, Al fikrul Gharbi Washilatuhu bil Alamil islami,
BIDANG STUDI:
PEMIKIRAN, GERAKAN DAN ORGANISASI PEMBARUAN ISLAM
PERJALANAN GERAKAN DAKWAH PEMUDA
Kode: 1.C16.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Memahami bahwa pemikiran dakwah untuk menegakkan kebenaran dikalangan pemuda
2. Memahami sejarah masa lampau di Indonesia tentang sejarah pergerakan mahasiswa.
3. Mengenal konsep perjuangan berbagai gerakan dakwah pemudaa
4. Tumbuh keinginan untuk meniru semangat dan memperjuangkan kebenaran.
5. Tidak menerima suara-suara miring (memojokkan) tentang dakwah kita
TITIK TEKAN MATERI
Problematika ummat dalam sepanjang sejarah bervariasi, sehingga manusia yang hidup pada zamannya selalu
saja ada yang tergugah untuk memperbaiki problem tersebut. Dan pemuda adalah sosok manusia yang banyak
berperan dalam berbagai kegiatan pemecahan problem ummat. Untuk pengantar materi dapat diceritakan
tentang sejarah sekilas dari pemuda gua kahfi dan dakwah nabi Ibrahim, dimana cerita itu memiliki kesamaan
tentang karakter pemuda yang mempunyai semangat untuk membela kebenaran.
Titik tekan materi ini, yaitu dengan mereka mendapatkan gambaran pemuda yang bangkit untuk menegakkan
kebenaran dan mengenal pemikirannya, maka hatinya akan terbuka bahwa ada orang yang dalam hidupnya
mau memikirkan pemecahan ummat dan menegakkan kebenaran. Jelaskan tentang kilas balik pemikiran dan
pergerakan untuk menegakkan kebenaran dikalangan pemuda di Indonesia. Secara global berikan materi
tentang:
1. Pergerakan pemuda Indonesia Pra-Kemerdekaan: KH Agus Salim, Dr. Hatta, Pokok-pokok pikiran perjalanan
pergerakan pemuda Indonesia Paca-Kemerdekaan: Angkatan 66, Peristiwa malari.
2. Perjalanan pergerakan pemuda Indonesia Paca-Kemerdekaan: Angkatan 66, Peristiwa malari.
3. Dakwah pemuda kontemporer: PII, HMI, KAMMI. Untuk mengenal pokok-pokok pemikiran pergerakan
dakwah, maka perlu dijelaskan masalah yang melatar belakangi timbulnya pergerakan pemikiran, tokoh atau
orang penting yang terlibat, pokok-pokok pemikiran yang diperjuangkan, manhajnya dan pengaruhnya kepada
masyarakat, mengevaluasi atau membandingkan pemikiran dakwanya secara objektif dengan manhaj Rasul
SAW dengan dakwah secara objektif dll. Akan menjadi menarik jika dapat menampilan pergerakan
perjuangan pemuda yang bervariasi dan membandingkan kelebihan dan kekurangannya. Dengan memahami
materi perjalanan gerakan dakwah pemuda, khususnya di Indoensia seseorang kan terdorong untuk mau
bergabung dalam barisan penegak kebernaran.
POKOK-POKOK MATERI
1. Sekilas pemuda al kaffi.
2. Sekilas dakwah pemuda Ibrahim
3. Pokok-pokok pikiran perjalanan pergerakan pemuda Indonesia Pra-Kemerdekaan: KH Agus Salim, Dr. Hatta
dll
4. Pergerakan pemuda Indonesia Paca-Kemerdekaan: Pokok-pokok pikiran perjalanan Angkatan 66, Peristiwa
malari dll.
5. Dakwah pemuda kontemporer: Pokok-pokok pemikiran pergerakan PII, HMI, Dakwah Kampus, KAMMI dll.
MARAJI’
Sejarah Indonesia Kompas, 1 Januari 2000 Tempo, Januari 2000
DAKWAH DI NEGERI-NEGERI MUSLIM
Kode: 1.C16.2 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini maka akan dapat:
1. Mengenal berbagai gerakan dakwah di dalam negeri pada sebelum pra kemerdekaan
2. Mengenal gerakan dakwah dan tokokh dakwah prakemerdekaan
3. Mengenal berbagai gerakan dakwah di negeri-negeri muslim
4. Menganal pola gerakan dan fikrah geraakan dakwah
5. Tidak menerima suara-suara miring (memojokkan) tentang dakwah kita
TITIK TEKAN MATERI
Problematika ummat dalam sepanjang sejarah bervariasi, sehingga manusia yang hidup pada zamannya selalu
saja ada yang tergugah untuk memperbaiki problem tersebut. Dalam memecahkan problem ummat, pemikiran
pergerakan dakwah ada yang menonjol secara individu dan ada yang menonjol dari nama lembaganya. Setelah
kita mengenal problem ummat, khususnya di Indonesia ternyata dalam sejarah ada seseorang atau sekelompok
orang yang bangkit untuk menyelesaikan problem tersebut. Untuk itu perlu kita mengenal sejarah pemikiran
pergerakan dakwah di dalam negeri maupun di luar negeri.
Materi yang perlu dijelaskan yaitu mengenal pemikiran pergerakan Islam di dalam negeri seperti
muhammadiyah, NU, Persis, dll dan luar negeri. Untuk mengenal pokok-pokok pemikiran pergerakan
dakwah, maka perlu dijelaskan masalah yang melatar belakangi timbulnya pergeraka pemikiran, tokoh atau
orang penting yang terlibat, pokok-pokok pemikiran yang diperjuangkan, manhajnya dan pengaruhnya kepada
masyarakat, mengevaluasi atau membandingkan pemikiran dakwanya secara objektif dengan manhaj Rasul
SAW dengan dakwah secara objektif dll.
POKOK-POKOK MATERI
1. Gerakan dakwah dalam negeri (pokok-pokok pemikiran dakwah)
a. Sejarah ringkas Islam masuk di Indonesia
b. Pahlawan Islam sebelum Prakemerdekaan: Diponegoro, Imam Bonjol, Jut Nyak Dien
c. Sekilas beridirinya SDI, SI, Muhammadiyah, NU, Masyumi dll
d. Dakwah Islama pasca kemerdekaan: Partai Islam, Gerakan dakwah non formal.
2. Gerakan dakwah negeri-negeri muslim
a. Gerakan dakwah di negeri: Bosnia, Aljasair, Patani, Kasmir dll.
b. Gerakan jamaah dakwah: Ikhwanul Muslimin Mesir, Jamiat Islami Pakistan, FIS dll
MARAJI’
BIDANG STUDI:
PERBANDINGAN AGAMA DAN ALIRAN KEAGAMAAN
GHAZWUL FIKRI
Kode: 1.C17.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Menyadari tipu muslihat yang sangat halus dari kelompok anti Islam terhadap umat Islam
2. Mengetahui berbagai bentuk proyek mereka dalam memperdaya dan merusak umat Islam
3. Memelihara diri agar tidak terjerumus terhadap perang urat syaraf yang dilancarkan kelompok anti Islam
TITIK TEKAN MATERI
Peperangan secara fisik yang dilakukan musuh-musuh Islam selalu gagal. Perang fisik justru menambah
kobaran semangat umat Islam untuk tidak tunduk terhadap kemauan mereka. Karena itu, musuh-musuh Islam
merubah cara peperangan fisik itu menjadi serangan yang sangat halus, namun hasilnya mematikan. Mereka
melancarkan serangannya, baik secara ekonomi, politik, budaya, untuk mempengaruhi umat Islam agar pada
akhirnya dapat tunduk pada mereka. Serangan-serangan tersebut dikemas dengan berbagai konsep-konsep
yang telah diimplementasikan dalam kehidupan nyata serta disosialisasikan dengan begitu profesional. Maka
kebusukan-kebusukan tersebut akhirnya seperti barang-barang indah bagi mereka yang melihatnya tanpa
kacamata Islam..
POKOK-POKOK MATERI
1. Difinisi Ghazwul Fikri
2. Metode-metode Ghazwul Fikri
3. Ghazwul Fikri dalam sejarah
4. Diskusi dan Pemecahan masalah

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Proses pemberian Madah Ketika mengisi topik ini, maka sedapat mungkin bawakan buku-buku yang telah
membahas topik ini. Tunjukan kliping Koran yang berhubungan dengan dampak negatif dan bukti-bukti nyata
di lapangan. Dengan memberikan data yang nyata, maka akan dapat menggugah emosi dan menimbulkan
kepercayaan. Lakukan diskusi untuk membahas realitas kehidupan dan masalah yang ada.
MARAJI’
Perang Urat Syaraf Abd. Marzuq Shabrur, Invasi pemikiran
Abdus Sattar, DR. Al Ghazwul Fikri,.
Anwar Jundi, Al Ghazwul Fikri,.
Muhammad Al Bahi, Al fikrul Gharbi Washilatuhu bil Alamil islami,
ZIONISME INTERNASIONAL
Kode: 1.C17.2 | Sarana: Taujih
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui adanya konspirasi global yang dilancarkan musuh-musuh Islam
2. Mengetahui strategi Zionisme terhadap Islam
3. Mengetahui Israel sebagai negara zionis
4. Mengetahui bagaimana Islam/umat Islam mengatasi kedua hal di muka
TITIK TEKAN MATERI
Pertarungan (shira’) antara haq dan bathil berlaku sepanjang masa. Al-Qur‘an telah menegaskan bahwa
kelompok Yahudi tidak akan rela sampai kaum muslimin mau mengikuti millah mereka (QS. al-Baqarah:
120). Salah satu kelompok yang gencar melakukan perang terhadap Islam adalah Zionisme yang organisasinya
tersebar ke seluruh dunia.
Proyek utama Zionisme adalah mendirikan negara Israel Raya di atas tanah jajahan Palestina. Strategi global
Zionisme dapat dilihat pada Protocol of Zions dan tetap saja pada akhirnya Al haq dapat mengalahkan yang
batil sekalipun bernama zionisme Israel sebagai negara zionis, selintas tentang sejarah hitam berdirinya,
konspirasi yang menyertainya, kejahatannya terhadap Palestina, negara-negara tetangga maupun dunia
international (PBB)
POKOK-POKOK MATERI
1. Taujih tentang pertarungan abadi antara haq dan bathil
2. Zionisme sebagai organisasi internasional yang memerangi Islam
3. Beberapa butir-butir protocol of Zionis
4. Kejahatan-kejahatan Israel dan terorisnya Israel terhadap bangsa Palestina, Masjid Al Aqsha serta
kemanusiaan umumnya.
5. Penyebaran zionisme di Indonesia serta bahayanya
6. Dalil serta cara mengcounter/membongkar hakikat zionisme
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Proses pemberian Madah Ketika mengisi topik ini, maka sedapat mungkin bawakan buku-buku yang telah
membahas topik ini. Tunjukan kliping Koran yang berhubungan dengan dampak negatif dan bukti-bukti nyata
di lapangan. Dengan memberikan data yang nyata, maka akan dapat menggugah emosi dan menimbulkan
kepercayaan
MARAJI’
Protokolat Zionisme Ensiklopedia gerakan & aliran WAMY
GERAKAN TERSELUBUNG YANG MEMUSUHI ISLAM
Kode: 1.C17.3 | Sarana: Taujih
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
a. Mengetahui bahaya terselubung yang mengancam kaum muslimin
b. Mengetahui peta komunisme dan sekularisme sebagai kelompok yang memusuhi Islam
TITIK TEKAN MATERI
Berbagai cara dilakukan musuh Islam untuk menundukkan umat Islam. Salah satunya dengan cara mendirikan
muassasah (yayasan, lembaga, institusi, LSM) yang intinya ingin merusak dan menyingkirkan eksistensi Islam
dan umatnya. Demikian juga mereka menciptakan gerakan komunisme dan sekularisme yang kadang tampil
secara tegas memusuhi Islam dan umat Islam. Secara lahir, mereka tidak mengidentifikasikan dirinya sebagai
kelompok yang berlawanan dengan Islam. Keberadaan lembaga-lembaga ini terus berkembang di setiap
periode, dan harus diketahui oleh kaum muslimin agar mereka terhindar dari tipu muslihatnya.
POKOK-POKOK MATERI
1. Komunisme sebagai gerakan yang anti Islam
2. Sekularisme sebagai gerakan yang anti Islam
3. Counter Islam terhadap mereka
4. Pandangan Pemikir Islam terhadap gerakan yang anti Islam
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Ketika mengisi topik ini, maka sedapat mungkin bawakan buku-buku yang telah membahas topik ini.
Tunjukan kliping Koran yang berhubungan dengan dampak negatif dan bukti-bukti nyata di lapangan. Dengan
memberikan data yang nyata, maka akan dapat menggugah emosi dan menimbulkan kepercayaan
MARAJI’
Ensiklopedia Gerakan dan Aliran, WAMY
LEMBAGA-LEMBAGA YANG MENENTANG ISLAM
Kode: 1.C17.4 | Sarana: Halaqah, seminar, Penugasan
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah menjalankan tugas ini peserta dapat:
1. Mengetahui jenis-jenis lembaga yang memusihi Islam, sehingga mampu menulis sebuah makalah kecil
tentang lembaga yang sangat keras permusuhannya terhadap Islam.
2. Menganalisa makar-makar lembaga-lembaga tersebut terhadap Islam dan hubungan antar lembaga, agar dapat
menghubungkan antar peristiwa yang merugikan pihak kaum muslimin (dapat terungkap melalui diskusi).
3. Memahami akan bahaya menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga yang memusuhi Islam, sehingga ia
mengintegrasikan diri dengan lembaga-lembaga Islam den tidak menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga
yang memusuhi Islam.
TITIK TEKAN MATERI
Titik tekan yang harus diketahui dalam materi ini adalah: Jenis-jenis lembaga yang memusuhi Islam dan
program-programnya, sebagai wawasan bagi peserta dan menjadi pertimbangan imunitas agar senantiasa
wasapada dan tidak menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga tersebut. Bukan hanya dirinya tapi juga ia
menyampaikan kepada yang lain, keluarga, handai tauland, teman kerja, teman sekolah, kuliah dsb.
POKOK-POKOK MATERI
1. Identitas lembaga: nama, tokoh (pendiri, lokal, regional, nasional, internasional), Program, cakupan (regional-
internasional), sejarahnya, sasaran-sasaran utama serta nama-nama lain yang dipakainya.
2. Jaringan kelembagaan, pola dan bentuk, lobby, pressure, antarnegara.
3. Program lembaga yang paling berbahaya bagi Islam.
4. Sikap yang tepat menghadapi problema yang ditimbulkan lembaga tersebut.
5. Penutup.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Ketika mengisi topik ini, maka sedapat mungkin bawakan buku-buku yang telah membahas topik ini.
Tunjukan kliping Koran yang berhubungan dengan dampak negatif dan bukti-bukti nyata di lapangan. Dengan
memberikan data yang nyata, maka akan dapat menggugah emosi dan menimbulkan kepercayaan
MARAJI’
Gerakan Da’wah, WAMY.
BIDANG STUDI:
TATA SOSIAL KEMASYARAKATAN
MENYEBARLUASKAN SALAM
Kode: 1.D18.1 | Sarana: Taujih
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui dalil-dalil dari hadits tentang perintah menyebarkan salam, serta kisah-kisah para sahabat yang
menyangkut dengan penyebaran salam.
2. Mengetahui hukum dan adab memberi salam dan menjawab salam (termasuk terhadap non muslim)
3. Mengetahui makna dan kandungan salam
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini menguraikan tentang anjuran menyebarluaskan salam. Salam yang salah satu maknanya adalah
mengucapkan “Assalamu’alaikum” merupakan do’a yang sangat baik diberikan kepada sesama muslim.
Salam juga menjadi salah satu simbol dan syiar Islam. Lebih jauh, salam tidak hanya berbentuk perkataan
“assalamu’alaikum”, tapi juga upaya untuk mewujudkan salam (kedamaian) kepada seluruh makhluk Allah
SWT. Salam untuk orang lapar adalah, bagaimana menjadikannya tidak lapar, dan sebagainya..
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil-dalil Al-Qur‘an dan hadits Nabawi tentang salam
2. Urgensi dan fadhilah Salam
3. Adab-adab salam
4. Kandungan dan makna salam
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Buatkan cek list tentang kegiatan untuk selalu menyebarkan salam, sehingga membuat disiplin mereka untuk
selalu mengucapkan salam.
MARAJI’
Hassan Ayyub, Assulukul Ijtima’i
Imam An-Nawawi, Kitab Riyadhus shalihin
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah
BERPARTISIPASI DALAM KERJA-KERJA JAMA’I
Kode: 1.D.18.2 | Sarana: Pelatihan, halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Peka dengan masalah sosial masyarakat
2. Mengetahui urgensi amal jama’i.
3. Memahami pokok-pokok amal jama’I
4. Membentuk kepanitiaan kegiatan sosial
5. Berpartisipasi dalam kerja-kerja jama’I, khususnya dalam kegiatan sosial masyarakat
TITIK TEKAN MATERI
Berikan masalah sosial masyarakat yang ada disekitar, agar tumbuh kepekaan sosial dan berfikir realistis
untuk mau menolong dan terlibat dalam pekerjaan sosial masyarakat. Perlu diberikan penyadaran, bahwa
manusia adalah makhluk sosial. Tak satupun pekerjaan yang dihasilkan dari satu orang.
Dalam rangka da’wah Islam, kerja kelompok atau amal jama’i lebih penting lagi. Selain sebagai sunnatullah
fil alam, sunnatul basyar, juga sebagai tuntutan kerja menghadapi berbagai makar musuh-musuh Islam.
Bentuk kerja jama’i bisa dibina melalui proyek-proyek kecil sampai pada penanganan proyek-proyek besar
yang membutuhkan keterlibatan masing-masing anggota. Bisa dalam bentuk kepanitiaan majlis ta’lim, rihlah,
pernikahan, badan usaha, dan sebagainya.
Amal jama’i harus dibuatkan ke dalam peta aktifitas (da’wah, ekonomi, politik, sosial, budaya, pertahanan
keamanan). Kerja amal jama’i ditempuh melalui berbagai jalur (swasta, pemerintahan, LSM-LSm kepartaian).
POKOK-POKOK MATERI
1. Masalah sosial masyarakat (terdekat di daerahnya yang realistis)
2. Urgensi Amal jama’I
3. Pokok-pokok amal jama’I
4. Membentuk kepanitiaan kerja sosial
5. Melaksanakan kerja sosial
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Proses pemberian Madah Evaluasi pencapaian materi dibuat latihan kerja (tadribul ‘amal), sehingga seseorang
akan menjadi terbiasa dengan pekejaan jama’I pada kegaiatan sosial masyarakat. Kegiatan yang mungkin
dibuat seperti: Kerja bakti membersihkan masjid dan mushala, membantu dalam penanggulangan bencana
alam, membuat kegiatan bakti sosial dan pengajaran kepada keluarga prasejahtera, membantu secara jamai
pada acara pernikahan dll
MARAJI’
Musthafa Masyhur, Amal Jama’i
Sa’id Hawwa, Urgensi Amal Jama’i
Fathi Yakin, Abjadiyat tashawwur amal Islami
SHALAT BERJAMAAH DI MASJID
Kode: 1.D18.3 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui fadhilah (keutamaan) shalat berjamaah
2. Bersemangat dan termotivasi untuk selalu shalat berjama’ah
3. Bersemangat dan termotivasi untuk selalu shalat berjama’ah di masjid
4. Melakukan shalat berjamaah di masjid, minimal shalat subuh dan ‘isya
TITIK TEKAN MATERI
Dengan bersemangat untuk shalat berjamaah baik di rumah dan di masjid maka akan mampu membentuk
pribadi yang memiliki shahihul ibadah (2: 3 dan 2: 4)
Materi ini menguraikan tentang berbagai keutamaan yang diperoleh dari shalat berjamaah. Antara lain, shalat
di awal waktu, shalat berjamaah memiliki nilai pahala yang berlipat ganda, menumbuhkan jiwa disiplin dalam
segala urusan yang benar, menjalin silaturahmi dengan masyarakat, dapat memberi pelajaran tentang
kepemimpinan dan sebagainya. Dalam sejumlah hadits, perintah melakukan shalat berjamaah sangat
ditekankan, meskipun dalam kondisi yang sangat sulit.
Bagi wanita, shalat berjamaah juga ditekankan. Sedangkan masalah tempat untuk shalat berjamaah,
disesuaikan dengan situasi dan kondisinya. Dr. Yusuf Qardhawi misalnya, menganjurkan bagi mahasiswi
untuk shalat berjamaah di masjid kampus, karena lebih utama, untuk syi’ar dan terjamin keamanannya.
POKOK-POKOK MATERI
1. Dalil Al-Qur‘an dan hadits tentang shalat berjamaah
2. Urgensi dan fadhilah shalat berjamaah
3. Hikmah shalat berjamaah
4. Shalat berjamaah yang benar dari sudut fiqh.
5. membaca kitab Riyadushshalihin bab:
a. Fadlu al masyi ilal maasajid
b. Fadlu Al lintizharush Shalat
c. fadlu Shalat Al jama’ah
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan prolog tentang keutamaan shalat berjamaah dalam al-Qur‘an dan hadits Rasulullah. Bagaimana
Rasulullah sangat menekankan shalat berjamaah di masjid, terutama subuh dan isya. Sampaikan pula nilai
pahala yang sangat besar, diberikan Allah SWT bagi orang yang melakukan shalat berjamaah.
Di samping itu, sampaikan kisah-kisah para sahabat yang berusaha keras melakukan shalat berjamaah. Hasan
Al-banna juga telah menggaris bawahi masalah ini dalam risalatu ta’lim. Baru dijelakan aspek fiqh dalam
shalat berjamaah. Misalnya, siapa yang lebih berhak menjadi imam, bagaimana bacaan makmum, bagaimana
cara masbuk, bagaimana posisi imam dan makmum, termasuk yang terkait dengan makmum wanita. Masalah
fiqih ini, disampaikan secara sekilas saja. Materi ini bisa dikembangkan dengan diskusi.
MARAJI’
Imam An-Nawawi Kitab Riyadhus shalihin, Imam Ghazali Ihya Ulumiddin,
Sayyid Sabiq Fiqhus Sunnah, Taqrib,
Qardhawi, Yusuf, Fatwa Kontemporer,
Qardhawi, Yusuf, Al ibadah fil Islam,
BIDANG STUDI:
PERUNDANG-UNDANGAN
MENJAGA KEPEMILIKAN UMUM DAN KEPEMILIKAN KHUSUS
Kode: 1.D19.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Mengetahui perihal kepemilikan umum dan kepemilikan khusus dengan memberikan batasan serta contoh-
contoh
2. Memahami manfaat kepemilikan umum dan kepemilikan khusus, yaitu dengan memberikan uraian
manfaatnya
3. Tidak merusak kepemilikan umum maupun kepemilikan khusus
4. Menjaga dan memelihara kepemilikan umum guna memperoleh manfaat sebesar-besarnya, baik bagi dirinya
maupun bagi orang lain/masyarakat, sebagai wujud rahmatan lil ‘alamin
5. Menjaga dan memelihara kepemilikan khusus guna memperoleh kemanfaatan sebesar-besarnya bagi dirinya
maupun pihak-pihak tertentu yang secara khusus turut memanfaatkan kepemilikan khusus tersebut dalam
rangka ibadah kepada Allah SWT
TITIK TEKAN MATERI
Materi ini menjelaskan bahwa kepemilikan umum dan kepemilikan khusus hendaknya dijaga dan dipelihara
agar berfungsi optimal untuk mendukung aktivitas kaum muslim maupun masyarakat luas pada jalan yang
haq.
Kepemilikan umum adalah segala fasilitas yang tidak menjadi hak milik pribadi dan kemanfaatannya
diperuntukkan bagi masyarakat luas; Contohnya: jalan, sungai, hutan, danau, sumber air, jembatan, terminal,
ruang terbuka hijau atau taman, sarana telepon umum, rumah sakit, sekolah, masjid, perpustakaan, dsb.
Kepemilikan khusus adalah segala fasilitas yang merupakan hak milik pribadi, baik milik kita maupun milik
orang lain, yang kemanfaatannya terutama bagi pemilik fasilitas tersebut, contohnya: rumah, sebidang tanah
garapan, kendaraan pribadi, perlengkapan rumah tangga, pohon atau tanaman yang tumbuh di halaman rumah,
buku-buku koleksi pribadi, dsb. Terhadap kepemilikan umum, kita dilarang mebuat kerusakan atau melakukan
tindakan yang menimbulkan ketidaknyamanan pengguna lainnya. Allah SWT melarang membuat kerusakan di
muka bumi dan tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan (QS 28: 77).
Rasulullah bersabda kepada Abu Hurairah: Awaslah kamu dari dua tempat kutukan orang-orang. Ditanya:
Apakah dua tempat yang dikutuk itu? Jawab Nabi saw.: Orang yang buang air di jalan atau di tempat
berteduh mereka. Salah satu hikmah Rasulullah melarang melakukan hal tersebut karena menimbulkan
ketidaknyamanan bagi masyarakat pengguna kedua fasilitas umum tersebut. Jabir ra. berkata: Rasulullah saw
telah melarang buang air kecil dalam air yang berhenti tidak mengalir. Salah satu hikmah larangan tersebut
adalah karena dapat mengganggu orang lain akibat bau yang ditimbulkan maupun kemungkinan sebagai
sarang penyebab penyakit.
Rasulullah juga telah bersabda: Meludah di masjid itu dosa, dan tebusannya adalah mengubur
(menanam/membersihkan) ludah itu. Pada kesempatan lain Anas ra. mengatakan bahwa Rasulullah bersabda:
Sesungguhnya masjid ini tidak layak untuk tempat kencing dan lain-lain kotoran., hanya semata-mata untuk
dzikrullah dan bacaan Al-Qur’an. Selain tidak merusak, kita berkewajiban menjaga dan memelihara agar
fasilitas tersebut dapat berfungsi dengan baik sehingga kemanfaatannya optimal bagi semua orang sebagai
wujud rahmatan lil ‘alamin. Aisyah ra. menyatakan: Rasulullah saw melihat ingus di tembok kiblat, maka
dikoreknya. Sebagaimana terhadap kepemilikan umum, terhadap kepemilikan khusus kita berkewajiban
menjaga dan memeliharanya agar fasilitas tersebut dapat berfungsi maksimal sehingga kemanfaatannya
optimal dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.
Disamping menjaga dan memelihara, dalam memanfaatkannya hendaknya menjauhkan diri dari tindakan
eksploitasi maupun pemubadziran. Eksploitasi akan menimbulkan kerusakan, sebaliknya pemubaziran terjadi
bila kepemilikan khusus tersebut tidak dimanfaatkan secara optimal, misalnya hanya disimpan atau dipajang
saja tanpa difungsikan.
POKOK-POKOK MATERI
1. Batasan kepemilikan umum dan kepemilikan khusus beserta contoh-contohnya
2. Manfaat kepemilikan umum dan kepemilikan khusus
3. Larangam merusak kepemilikan umum dan kepemilikan khusus dan kerugian yang dtimbulkan akibat tidak
berfungsinya kedua fasilitas tersebut
4. Kiat-kiat menjaga dan memelihara kepemilikan umum dan kepemilikan khusus, serta kiat-kiat
mengoptimalkan fungsinya dalam rangka mencapai ridha Allah SWT
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Berikan pengantar bahwa topik yang dibahas adalah tentang menjaga kepemilikan umum dan kepemilikan
khusus dan sampaikan tujuan pembelajaran materi ini. Pancing peserta mengemukakan kedua macam
kepemilikan tersebut beserta contoh-contohnya, dan pendapat serta pengetahuan mereka tentang keharusan
bersikap terhadap kedua macam kepemilikan umum tersebut.
Lengkapi dan luruskan tanggapan peserta tentang hal tersebut, dan kewajiban tidak merusak, menjaga,
memelihara, dan mengotimalkan fungsi kedua macam kepemilikan tersebut disertai dalil-dalil Al-Qur'an dan
Sunnah pendukungnya. Pancing peserta mengemukakan kerugian akibat tindakan pengrusakan kepemilikan
umum atau kepemilikan khusus tertentu, misalnya: kerugian bila telepon umum rusak; akibat tindakan
merusak buku perpustakaan atau meminjam tetapi tidak dimanfaatkan, atau terlambat mengembalikannya;
membendung dengan sengaja aliran sungai untuk kepentingan dirinya, dsb. Luruskan dan lengkapi tanggapan
peserta, dan kemukakan kisah dalam sejarah Islam, agar tumbuh motivasi peserta untuk tidak merusak
sekaligus menjaga dan memelihara.
MARAJI’
An-Nawawy (1987). Riadhus Shalihin (diterjemahkan oleh Salim Bahreisj, buku II). PT Alma’arif, Bandung.
BIDANG STUDI:
SISTEM POLITIK DAN HUBUNGAN IENTERNASIONAL
HAK-HAK MANUSIA
Kode: 1.D20.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta mampu:
1. Mengetahui hak-hak manusia menurut pandangan Islam dengan benar
2. Menggunakan hak-hak manusia dalam kehidupannya
3. Mengetahui kepemilikan khusus manusia menurut ilmu politik
4. Mengetahui kepemilikan umum menurut ilmu politik
TITIK TEKAN MATERI
Manusia hidup pada prinsipnya hanya menghambakan diri kepada Allah SWT semata. Boleh manusia
memberikan kethaatan kepada makhluk selagi ketatan itu dalam rangka ketaatan kepada Allah SWT. Allah
SWT telah memberikan hak-hak kemanusiaan sejak lahir, sehingga manusia dapat dengan bebes memenuhi
kebutuhan hidupnya untuk beraktualisasi diri sebagaimana manusia lainnya. Tanpa adanya pemahaman ha-hak
manusia dengan baik, maka kita akan tertindas dengan alasan sesuatu hal. Untuk itu perlu kita memehami hak-
hak manusia menurut Islam, UU formal dan dalam pandangan polotik. Apabila kita mengerti akan hak-hak
kita dengan baik, maka pengabdian kepada Allah SWT akan semakin baik pula dan tidak ada makhluk yang
menghalangi.
POKOK-POKOK MATERI
1. Hak –hak manusia dalam Islam
2. Hak azasi manusia menurut ilmu politik
3. UU HAM formal
4. Kepemilikan khusus dalam Islam
5. Kepemilikan khusus menurut Ilmu politik
6. Kepemilikan umum
BIDANG STUDI:
EKONOMI
DASAR-DASAR KEKUATAN PEREKONOMIAN
Kode: 1.D21.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. 1. Mengetahui dasar-dasar kekuatan perekonomian
2. 2. Memahami urgensi kekuatan ekonomi dalam Islam
3. 3. Mengetahui landasan-landasan Islam dalam pengembangan usaha
TITIK TEKAN MATERI
Mengembangkan kekuatan ekonomi ummat merupakan bagian dari jihad. Saat ini kaum muslimin belum
memiliki kemapanan dalam ekonomi, untuk itu seluruh kaum muslimin harus memiliki proyek-proyek
ekonomi. Penguasaan ekonomi yang dilakukan orang non muslim mengakibatkan krisis ekonomi. Hal ini
disebabkan mereka tidak menggunakan landasan Islam dalam berusaha/mengembangkan ekonomi. RIBA.
Hikmah diharamkannya riba antara lain adalah:
(i) memelihara harta kaum muslim agar tidak dimakan dengan cara yang batil,
(ii) mengarahkan kaum muslim mengembangkan hartanya dengan usaha yang bersih,
(iii) menutup kemungkinan timbulnya kesulitan dan kebencian diantara sesama muslim,
(iv) menjauhkan kaum muslim dari semua yang menyebabkan kehancuran, dan
(v) membuka pintu-pintu kebaikan kaum muslim untuk memperoleh bekal di akhirat.
MENABUNG. Membelanjakan harta secara cermat dan hemat sehingga dapat menabung walaupun sedikit,
merupakan lawan dari sikap boros. Allah SWT berfirman bahwa pemboros adalah saudara syaitan, dan
memerintahkan kita berpaling dari para pemboros untuk memperoleh ridha-Nya (QS 17: 27, 28). Allah SWT
membenci tindakan memboroskan harta, sebagaimana sabda Rasulullah: Sesungguhnya Allah SWT Ta’ala
suka bagimu tiga perkara dan membenci bagimu tiga perkara. Suka kalau kamu menyembah kepada-Nya dan
tidak menyekutukan Dia dengan sesuatu apapun. Dan supaya kamu berpegang teguh dengan Qur’an tali
ikatan Allah SWT dengan kamu semuanya. Dan jangan bercerai berai. Dan membenci daripadamu banyak
bicara dan banyak bertanya serta memboros harta.
Menabung bukanlah menimbun harta, karena menabung dimaksudkan untuk menahan harta menghadapi
kebutuhan sewaktu-waktu dan menanti saat-saat yang baik untuk mengeluarkannya. Rasulullah telah
bersabda: Allah SWT akan memberikan rahmat kepada seseorang yang berusaha dari yang baik,
membelanjakan uang secara sederhana, dan dapat menyisihkan kelebihan untuk menjaga saat dia miskin dan
membutuhkannya. Hendaknya tiap muslim menumbuhkan etos kerja yang tinggi dalam upaya memperoleh
harta yang halal agar dapat menunaikan kewajiban membayar zakat dengan sebaik-baiknya. Hendaknya pula
tipa muslim mengelola/mem-belajakan hartanya dengan cermat dan hemat, serta menjauhi tindakan boros,
sehingga dapat menabung walaupun sedikit.
POKOK-POKOK MATERI
Prinsip-prinsip yang harus digunakan dalam mangembangkan usaha:
1. Menjauhi sumber penghasilan yang haram.
2. Menjauhi riba.
3. Menjauhi judi dengan segala macamnya.
4. Menjauhi penipuan.
5. Membayar zakat.
6. Menabung meskipun sedikit.
7. Tidak menunda dalam melaksanakan hak orang lain.
8. Menjaga kepemilikan orang lain.
9. Menjaga kepemilikan khusus.
TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Proses pemberian Madah Alat untuk mengevaluasi pencapaian materi ini, yaitu dengan keterlibatannya
mereka dalam mengurus kegiatan zakat di masjid tempat tinggalnya. Dan mau berinfaq semampunya untuk
kegiatan dakwah.
MARAJI’
Yusuf Qardlawi, DR. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam
DASAR-DASAR EKONOMI
Kode: 1.D21.2 | Sarana: Daurah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini, maka kader akan:
1. Memahami dan meyakini bahwa risalah Islam mencakup dan meliputi seluruh kehidupan dan keberadaan
manusia, dimana ekonomi merupakan bagian dari kehidupan tersebut, serta meyakini bahwa Islam
mempunyai konsep tentang ekonomi;
2. Memahami bahwa Islam mempunyai konsep ekonomi yang berbeda dengan konsep ekonomi yang ada
(konvensional);
3. Memahami bahwa rizki itu datang dari Allah SWT dengan syarat diupayakan melalui kerja yang halal dan
thayib;
4. Mempunyai keinginan yang kuat untuk menjadi pembayar zakat yang besar;
5. Memahami bahwa bunga bank adalah riba dan mempunyai kemauan untuk menghindarinya.
TITIK TEKAN MATERI
Pokok-pokok pikiran dan titik tekan materi yang harus disampaikan adalah:
1. Pemahaman tentang risalah Islam yang komprehensif dan komplit, mencakup seluruh bidang kehidupan;
2. Ekonomi merupakan salah satu bagian dari kehidupan yang tidak bisa dipisahkan dari seluruh kompleksitas
keberadaan manusia, sehingga tidak melihat ekonomi secara terpisah dari risalah Islamiah (tidak
juz’iah/partial);
3. Perlunya pemahaman tentang pentingnya fungsi ekonomi yang menentukan dalam membangun rumah tangga
individu dan masyarakat yang kuat (qawi);
4. Pemahaman secara mendalam, baik secara i’tiqadi maupun fikrah, bahwa bunga bank adalah riba.
POKOK-POKOK MATERI
1. Risalah Islamiah yang syamil, mutakamil, komplit dan lengkap terhadap kehidupan;
2. Faktor dan aktifitas ekonomi yang utama adalah kerja, dan manusia adalah faktor produksi utama;
3. Peranan ekonomi dalam membangun rumah tangga dan masyarakat Islami;
4. Hukum, pengertian, dan jenis-jenis riba;
5. Konsep dan pengertian zakat sebagai tiang perekonomian individu dan masyarakat.
MARAJI’
HS. Zuardin Azzaino, SE Ekonomi Ilahiah, Pustaka Al-Hidayah, 1992;
Malik Bin Nabi Membangun Dunia Baru Islam, Mizan, 1994;
Mohammad Daud Ali, Sistem Ekonomi Islam Zakat dan Wakaf, UI Press, 1988
Yusuf Qardhawi, Hukum Zakat, Litera Antar Nusa, 1993;
Yusuf Qardhawi, Karakteristik Islam, Risalah Gusti, 1995;
Yusuf Qardhawi, DR. Peran Nilai dan Moral dalam Perekonomian Islam, Rabbani Press, 1997;
BIDANG STUDI:
SENI DAN BUDAYA
SENI ISLAMI
Kode: 1.D22.1 | Sarana: Daurah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini, maka peserta akan dapat:
1. Mengetahui batasan seni Islam
2. Mampu membedakan antara seni yang diharamkan dalam Islam dan seni yang diizinkan.
3. Membedakan produk seni saat ini (film, Sinetron dll) anatar yang Islami dan yang tidak Islami.
4. Menyalurkan hobinya pada seni yang islami
5. Mengenal nasyid sebagai alternatif penyaluran seni islami
TITIK TEKAN MATERI
Manusia dilahirkan ke dunia diilhamkan sifat fujur dan taqwa. Apabila kita tidak mampu mengenali kebaikan,
maka niscaya akan tersesat ke dalam keburukan dan kemaksiatan. Seni salah satu adalah produk budaya
manusia. Produk seni ada yang baik ada yang buruk, walaupun jenisnya sama. Contohnya film, dia adalah
sesuatu yang netral, tetapi muatan film (pesan) u\ yang disampaikanlah yang membuat film itu jadi baik atau
burukk untuk ditonton. Untuk itu perlu seseorang dapat membedah produk seni kontemporer, terutama dapat
menegenali seni yang merusak akhlaq, moral dan mendekatkan diri pada neraka dan menjauhkan diri dari
mengingat Allah SWT.
Apabila seseorang memiliki kecenderungan seni yang kuat, maka perlu memilih alternatif seni yang ditolerir
oleh akhlaq islami. Saat ini untuk seni jenis audio telah banyak jenis nasyid, sehingga seorang muslim
minimal menjadikan nasyid sebagai alternatuf seni yang dapat disebar luaskan. Sedangkan isi nasyid
(pean/massage) yang disampaikan dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan dan semangat Islam, dan tetap
menjaga akhlaq islami.
POKOK-POKOK MATERI
1. Batasan seni dalam Islam (yang boleh dan yang tidak boleh)
2. Perbedaan seni Islam dan Seni non Islam.
3. Membedah Produk seni kontemporer.
4. Menyalurkan bakat seni
5. Nasyid: Sebuah alternatif seni Islam untuk meningkatkan hamazah dan kebersihan hati
BIDANG STUDI:
IPTEK DAN LINGKUNGAN
AL QUR-AN DAN SUNNAH BERBICARA TENTANG LINGKUNGAN
Kode: 1.D23.1 | Sarana: Daurah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini, maka kader dapat:
1. Memahami ayat-ayat dan hadits tentang lingkungan
2. Memiliki gambaran pembangunan lingkungan sesuai dengan al Qur-an dan Sunnah
3. Membaca problematika lingkungan saat ini dan solusinya
4. Mengenal kerusakan alam yang disebabkan oleh ulah tangan manusia
TITIK TEKAN MATERI
Pokok-pokok pikiran dan titik tekan materi yang harus disampaikan adalah: Menyampaikan ayat-ayat tentang
lingkungan, Menyampaikan hadits-hadits tentang lingkungan, dan Diskusi tentang problematika lingkungan
saat ini: erosi, banjir, lahan kritis, sumber air bersih menipis, temperatur meningkat, polutan kimia, dll.
Pembahasan materi ini dapat mengacu berlandaskan ayat dan hadits diberikan contoh solusi problematika
lingkungan. Uraian Ringkas Materi: QS 16: 14, 66, QS 21: 107: tidaklah aku utus engkau kecuali sebagai
rahmatan lil ‘alamin dan QS 30: 41: Telah nyata kerusakan di daratan dan di lautan akibat tangan manusia…
Barangsiapa diantara orang Islam yang menanam tanaman maka hasil tanamannya yang dimakan akan
menjadi sedekahnya, dan hasil tanaman yang dicuri akan menjadi sedekah. Dan tidaklah seorang pun
mendermakan tanamannya, maka akan menjadi sedekahnya sampai hari kiamat (HR Muslim).
Ingat beberapa statemen dalam Islam berikut: Rasul melarang melarang menggunakan air wudhu secara
boros, dilarang kencing pada air yang tidak mengalir, kerusakan alam ini disebabkan ulah tangan manusia,
mubadzir adalah teman syaithan, Kalau besok mau kiamat dan anda mempunyai sebuah biji tanaman, maka
tanamlah. Dll. Wacana: tunjukkan keruskan alam berupa terendamnya jalan karena banjir, tanaah longsor
karena penggalian lira, melambungnya haarga minyak, kebakaran hutan menyebabkan naiknya penyakit ISPA
dll Penerapan ilmu: jangan boros air, matikan listrik dan air jika tidak digunakan, matikan listrik jika tidka
dipakai, matikana lampu yang tidak berguna pada malam hari. Tidak melakukan aktifitas yang menggunakan
bahan bakar (mobil, motor dll) yang tidak ada manfaatkan.
POKOK-POKOK MATERI
1. Jenis-jenis lingkungan yang fital dalam pandangan Islam (air, udara, tanah)
2. Al Qur-an dan lingkungan
3. As Sunnah dan Lingkungan
4. Hemat air dan penggunaan sumber daya lain dalam pandangan Islam: Sifat mubadzir adalah sifat syaithan.
5. Kerusakan alam factor manusia.
6. Diskusi pemecahan
MARAJI’
Al Qur-anul Karim Riyadhushshalihin Yusuf Qardhawi, As Sunnah sebagai sumber ipetk dan peradaban,
Pustaka Al Kautsar, 1998
ILMU ALLAH SWT
Kode: 1.D23.2 | Sarana: Daurah
TUJUAN INSTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini, maka kader dapat: Memahami bahwa Allah SWT adalah sumber ilmu dan
pengetahuan Menyadari bahwa Allah SWT memberikan ilmu melalui dua jalan resmi dan tidka resmi
Mengetahui fungsi ilmu Allah SWT yang tidak resmi sebagai wasailul hayah Mengetahui fungsi ilmu Allah
SWT yang resmi sebagai minhajul hayah
TITIK TEKAN MATERI
Allah SWT telah menciptakan dan menjadikan alam ini seluruhnya lengkap dengan system yang menyeluruh.
Antara satu sama lain ada perakitan dan manfaatnya sendiri. Allah SWT yang menjadi semua isi alam ini dari
yang sekecil-kecilnya hingga yang paling besar, yang nyata dan yang ghaib. Dari sifat pengetahuan Allah
SWT yang Maha Mengetahui inilah, sehingga Allah SWT menjadi sumber ilmu.
Dengan ilmu Allah SWT tersebut, kemudia Dia mengajar manusia terhadap apa-apa yang tidak diketahui
menjadi diketahuinya. Ada ilmu Allah SWT yang diturunkan secara resmi kepada Rasulnya, dan ini kemudian
menjadi pedoman hidup (minhajul hayah). Ada ilmu Allah SWT yang diturunkan secara tidak resmi, dan ini
kemudian menjadi sarana hidup (wasailul hayah). Kedua ilmu tadi semua sangat bermanfaat untuk
memperoleh kebahagian di dunia dan di akherat. Islam mendorong kaumnya untuk menguasai ilmu dunia dan
ilmu akherat. Hadits: barang siapa menginginkan dunia, maka ada ilmunya. Barang siapa menginginkan
akherat maka ada ilmunya. Barang siapa menginginkan kedua-duanya, maka diperlukan ilmu kedua-duanya
pula.
POKOK-POKOK MATERI

1. Sifat Allah SWT: Maha Pencipta, Maha Mengetahui dan Mengajarakan kepada manusia.
2. Ilmu Allah SWT yang Resmi: Rasul
3. Ilmu Allah SWT yang tidak resmi: Teknokrat.
4. Ayat-ayat Iptek dalam Al-Qur'an: sebuah wacana untuk lebih kritis.
5. Dorongan Islam untuk menggali ilmu pengetahuan dan teknologi.
MARAJI’
Al Qur-anul Karim Riyadhushshalihin
Yusuf Qardhawi, As Sunnah sebagai sumber ipetk dan peradaban, Pustaka Al Kautsar, 1998
BIDANG STUDI:
SOSIAL POLITIK KONTEMPORER
SALURAN POLITIK
Kode: 1.D24.1 | Sarana: Halaqah
TUJUAN INTRUKSIONAL
Setelah mendapatkan materi ini peserta dapat:
1. Mengetahui hak-hak sosialnya dalam dunia politik
2. Membandingkan beberapa saluran politik untuk melihat kelebihan, kesamaan dan kekuarangannya dengan
objektif
3. Mememilih saluran politik dengan benar yang sesuai dengan aspirasinya
4. Terlibat aktif untuk menyalurkana ide-idenya dalam memperbaiki masyarakat pada saluran politik yang
dipilihnya.
TITIK TEKAN MATERI
Seseorang hidup tidak terlepas dari kehidupan sosial dan bermasyarakat dengan orang lain. seseorang hidup
tidak akan terlepas dengan strategi atau siasat. Siasat atau siyasi dalam istilah yang melembaga disebut politik.
Dalam kehidupan seseorang pada akhirnya akan terikat dengan kegiatan sosial politik. Kegiatan sosial politik
ada yang bersifat mikro dan ada yang bersifat makro. Kegaitan sosial poltik yang bersifat makro pada
beberapa negara terdapat mekanisme yang berbeda-beda. Salah satu aktivitas sosial politik yang bersifat
makro adalah kegiatan kepartaian. Salah satu fikrah dakwah kita adalah bersifat siyasi, sehingga seseorang
muslim harus bersiyasi (bersiasat) untuk memperoleh keemenangan. Penerapan siasat dalam konteks
kontemporer, maka seorang muslim harus dapat memilih partai atau jamaah yang sesuai dengan ajaran Islam
dan sesuai dengan fikrahnya. Untuk itu kemampuan membandingkan antar partai Islam dengan objektif
sanagat penting, sehingga keeikut sertaanya bukan taqlid dan hanya mengekor.
POKOK-POKOK MATERI
1. Hak-hak sosial politik seseorang
2. Kegiatan-kegiatan sosial politik (Pemilu dll)
3. Wadah-wadah politik
4. Perbandingan partai-parati Islam
5. Menyalurkan aspirasi dan kegiatan politik
6. Isu-isu politik kontemporer

You might also like