You are on page 1of 15

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Audit Syariah

Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independen

dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari

suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan

tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah

ditetapkan

Secara umum Audit Syari’ah adalah untuk melihat dan mengawasi, mengontrol dan

melaporkan transaksi, sesuai aturan dan hukum Islam yang bermanfaat, benar, tepat

waktu dan laporan yang adil untuk pengambilan keputusan. Bukan tugas yang mudah

untuk melakukan audit syariah di dalam kondisi kapitalistik dan sistem keuangan

konvensional yang kompetitif. Masalah ini lebih diperparah oleh penurunan nilai-nilai

moral, sosial dan ekonomi Islam di negara-negara Muslim termasuk Malaysia dan

Indonesia, di bawah tekanan progresif penjajahan dan dominasi budaya dunia barat

selama beberapa abad lalu. Hal ini menyebabkan diabaikannya nilai sosial-ekonomi

Islam oleh beberapa kalangan dari Lembaga Keuangan Syari‟ah.

Auditing syariah lebih luas cakupannya dari auditing konvensional, dimana

auditing syariah selain mengacu pada standar audit nasional dan internasional juga

3
4

mengacu pada prinsip-prinsip syariah. Dalam audit syariah bisa menerapkan aturan

audit nasional dan internasional selama tidak bertentangan dengan prinsip syariah.

Berdasarkan AAOIFI-GSIFI menjelaskan bahwa audit syariah adalah laporan

internal syariah yang bersifat independen atau bagian dari audit internal yang

melakukan pengujian dan pengevaluasian melalui pendekatan aturan syariah, fatwa

fatwa, instruksi dan lain sebagainya yang diterbitkan fatwa IFI dan lembaga supervisi

syariah. Rahman (2008) menjelaskan auditing dalam Islam adalah: a. Proses

menghitung, memeriksa dan memonitor (proses sistematis) b. Tindakan seseorang

(pekerjaan duniawi atau amal ibadah) c. Lengkap dan sesuai syariah d. Untuk mendapat

reward dari Allah di akhirat

Dapat disimpulkan pengertian audit syariah adalah salah satu unsur melalui

pendekatan administratif dengan menggunakan sudut pandang keterwakilan. Oleh

karena itu, auditor merupakan wakil dari para pemegang saham yang menginginkan

pekerjaan (investasi) mereka sesuai dengan hukum-hukum syariat Islam.1

B. Dasar hukum Audit Syariah

Banyak sekali pesan tentang audit dan kontrol dalam ajaran Islam. Berikut ini

adalah beberapa nash Al-qur’an yang dapat dijadikan para bankir dan praktisi keuangan

1
Ilman Muhammad Asodiq, “Implementasi Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah” (Makalah
yang disajikan pada salah satu tugas mata kuliah Auditing Syariah di Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung Djati, Bandung, April 2017). 6-7.
5

1. Al-Qur’an

a) Q.s Al-A’raaf (7) ayat 85:

dan (kami telah mengutus) kepada penduduk Mad-yan saudara mereka,


Syu'aib. ia berkata: "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada Tuhan
bagimu selain-Nya. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari
Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu
kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah
kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. yang
demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman".

Ayat diatas menunjukkan jika berkaitan dalam proses auditing agar tidak

berbuat curang (tidak melebihkan atau mengurangkan) dalam melaporkan kuangan

suatu perusahaan. karena ayat ini sebagai bukti bahwa hanya Allah Swt. Wajib

disembah dan beriman padanya, jika kita ingkar maka kita telah membuat kerusakan

di bumi karena telah membuat hal tercela atau dilarang di bumi Allah Swt.

b) Q.s Al-An’aam (6) ayat 152:

152. "dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang
lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan sempurnakanlah takaran dan
timbangan dengan adil. Kami tidak memikulkan beban kepada sesorang melainkan
sekedar kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah kamu Berlaku
adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan penuhilah janji Allah. yang demikian itu
diperintahkan Allah kepadamu agar kamu ingat."

Ayat di atas berkaitan dengan surat Al-A’raaf ayat 85 tentang agar tidak berbuat

curang dan dapat berlaku adil karena itu merupakan perintah Allah. Jika dikaitkan

dengan kegiatan Auditing Syariah, surah ini dijadikan salah satu landasan hukumnya

karena di dalam surat ini Allah Swt. memerintahakan kita agar tidak berlaku curang

dan menerepkan sikap adil dalam mengauditing sekalipun yang kita periksa merupakan
6

laporan keuangan perusahaan yang mempunyai kekerabatan dengan kita; kita tidak

boleh memanipulasi data, itulah janji Allah kepada hambanya kita harus penuhi,

sekalipun itu berat, karena Allah Swt. tidak akan memberikan beban kepada seseorang

melainkan sekedar kesanggupannya.

c) Q.s Al-Hujuraat (49) ayat 6 :

6. "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik


membawa suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan
suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan
kamu menyesal atas perbuatanmu itu."

Ayat ini menunjukan pentingnya pemeriksaan secara teliti atas sebuah

informasi karena bisa menjadi penyebab terjadinya musibah atau bencana. Jika ayat ini

dikaitkan dengan kegiatan Auditing, dalam proses auditing tentunya kita harus

mengumpulkan bukti terlebih dahulu. Maka, sebagai auditor tentunya dalam

memeriksa bukti harus di periksa dengan teliti, karena hanya hasil opini dari tim

auditorlah bukti dari wajar atau tidaknya laporan keuangan suatu perusahaan. Jika tim

auditor melakukan keteledoran maka akan terjadi kesalahan fatal yang berujung

penyesalan.

d) Q.s An-Nisa (4) Ayat 82:

82. "Maka Apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? kalau kiranya Al-
Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak
di dalamnya."

Ayat ini dapat dikaitkan sebagai landasan hukum Auditing Syariah yaitu kita

kembali kepada hukum dasar Islam. Jika kita tidak menjadikan Al-Qur’an sebagai
7

pedoman bahkan cenderung mengabaikan karena berpikir bahwa Al-Qur’an bukan dari

sisi Allah Swt. lantas hanya mengikuti hawa nafsu dalam melakukan sesuatu bahkan

berfatwa tentunya hanya akan menimbulkan pertentangan dan perpecahan. Maka dari

itu, hanya Al-Qur’an lah solusi dari permasalahan umat dan Al-Qur’an lah media

perkataan Allah Swt. yaitu sebaik-baik perkataan.

2. Hadist

a) Hadis riwayat Abu Dawud, dari Abu Hurairah, Rasul Saw bersabda: Artinya :
Aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama yang satu tidak
khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu berkhianat kepada pihak yang
lain, maka keluarlah aku darinya.
b) Hadis Nabi Riwayat Tirmidzi dari „Amr Bin Auf : Artinya : Perdamaian dapat
dilakukan diantara kaum muslimin kecuali perdamaian yang mengharamkan
yang halal atau menghalalkan yang haram ; dan kaum muslimin terikat dengan
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram.
c) Hadis Nabi Dikeluarkan ibnu majah dari ibadah ibnu shamit dalam
sunannya/Kitab Al-Ahkam : Nomor Hadis 1332 dan diriwayatkan oleh Ahmad
dari Ibnu Abas, dan Malik dari Yahya) Artinya: Rasulullah s.a.w. menetapkan:
Tidak boleh membahayakan/merugikan orang lain dan tidak boleh (pula)
membalas bahaya (kerugian yang ditimbulkan oleh orang lain) dengan bahaya
(perbuatan yang merugikannya).

3. Undang-Undang

Acounting and Auditing Standards for Islamic Financial Institution (AAOIFI).

Dimana AAOIFI telah menyusun :

1) Tujuan dan konsep akuntansi keuangan untuk lembaga keuangan.

2) Standar Akuntansi untuk lembaga keuangan, khususnya bank.


8

3) Tujuan dan standar auditing untuk lembaga keuangan.

4) Kode etik untuk akuntan dan auditor lembaga keuangan.

Prinsip umum audit AAOIFI adalah :2

1) Auditor lembaga keuangan Islam harus mematuhi “Kode etik professi

akuntan” yang dikeluarkan oleh AAOIFI dan The International Federation

of Accountans yang tidak bertentangan dengan aturan dan prinsip Islam.

2) Auditor harus melakukan auditnya menurut standar yang dikeluarkan oleh

Auditing Standard for Islamic Financial Institutions (ASIFIs).

3) Auditor harus merencanakan dan melaksanakan audit dengan kemampuan

professional, hati-hati dan menyadari segala keadaaan yang mungkin ada

yang menyebabkan laporan keuangan salah saji.

C. Tujuan Audit Syariah3

1. Untuk memastikan kesesuaian seluruh operasional bank dengan prinsip dan

aturan syariah yang digunakan sebagai pedoman bagi manajemen dalam

mengoperasikan bank syariah

2. Untuk menilai tingkat penyelesaian (progress of completness) dari suatu

tindakan

3. Untuk memperbaiki (koreksi) kesalahan

4. Memberikan reward (ganjaran baik) atas keberhasilan pekerjaan

2
Ilman Muhammad Asodiq, “Implementasi Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah”. 7-10.
3
Ibid., 10-11.
9

5. Memberikan punishment (ganjaran buruk) untuk kegagalan pekerjaan

D. Macam-Macam Audit Syariah

Adanya kebutuhan untuk memastikan kepatuhan yang tepat untuk prinsip-prinsip

audit yang syari'ah dalam operasi dan kegiatan, peran masing-masing pelaku utama

dalam audit dari lembaga keuangan Syari’ah sangat penting. Pelaku audit lembaga

keuangan syar’iah adalah :

1. Auditor Internal

Pemeriksaan yang dilakukan auditor internal lebih rinci dibandingkan dengan

pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor eksternal. Internal auditor tidak memberikan

opini terhadap kewajaran laporan keuangan karena auditor internal merupakan orang

dalam perusahaan yang tidak independen. Laporan internal auditor mencangkup

pemeriksaan mengenai kecurangan dan penyimpangan, kelemahan pengendalian

internal , dan rekomendasi perbaikan. Audit internal dibagi menjadi :

a) Komite Audit dan Tata Lembaga Keuangan Islam. Komite ini bertanggung

jawab untuk fungsi-fungsi berikut, sistem pengendalian internal, dan

penggunaan rekening investasi terbatas, kepatuhan syari'ah, rekening

sementara dan tahunan dan praktek akuntansi dan audit.

b) Dewan Pengawas Syariah bertanggung jawab untuk mengeluarkan fatwa,

merumuskan kebijakan sesuai dengan syari'at, dan memberikan dukungan

syari'ah dengan produk dan jasa dari Lembaga Keuangan Islam. Peran dasar
10

mereka adalah sebagai persetujuan atau stamping otoritas. Fungsi utama dewan

Syariah adalah sebagai penasihat dan pemberi sran kepada Direksi Bursa

sebagai penyelenggara Pasar Komoditas Syariah mengenai hal-hal yang

berkaitan dengan aspek syariah dalam penyelenggaraan Pasar Komoditas

Syariah

c) Auditor internal bertanggung jawab untuk melakukan audit internal dan untuk

memastikan Lembaga Keuangan Islam mematuhi syari'at dan semua transaksi

dan kontrak yang dilaksanakan dalam kerangka syari'at. Beberapa Lembaga

Keuangan Islam juga memiliki petugas syari'at mereka sebagai unit bekerja

sama dengan auditor internal atau mereka adalah bagian dari auditor internal.

2. Auditor Eksternal

Auditor eksternal bertanggung jawab untuk memberikan pendapat mereka apakah

transaksi dan kontrak yang dalam syari'at kebijakan, peraturan dan pedoman. Dimana

auditor internal dan eksternal juga bertanggung jawab untuk menguji kepatuhan

syari'ah lembaga keuangan syari'ah Selain itu, masih ada perdebatan berlangsung pada

siapa harus melakukan audit syari'ah. Studi Kasim menemukan bahwa beberapa

responden lebih suka praktek syari'at audit yang akan dilakukan oleh orang-orang yang

memenuhi syarat dalam syari'at saja. Lainnya ingin audit syari'ah menjadi tanggung
11

jawab auditor internal atau departemen syari'ah lembaga keuangan syari‟ah masing-

masing atau anggota komite syari'at.4

E. Manfaat Audit Syariah

1. Audit diperlukan untuk meningkatkan kepercayaan pengguna laporan

keuangan terhadap laporan keuangan apakah telah disusun sesuai peraturan

yang berlaku atau tidak.

2. Untuk menetapkan standar dan memberikan pedoman Lembaga Keuangan

syari’ah mengenai tujuan dan prinsip umum pelaksanaan audit atas laporan

keuangan yang disajikan oleh lembaga keuangan Islam yang beroperasi sesuai

dengan prinsip dan aturan syari’ah.

3. Agar auditor mampu menyatakan suatu pendapat apakah laporan keuangan

yang disusun oleh lembaga keuangan syari‟ah, dari semua aspek yang bersifat

material, benar dan wajar sesuai dengan aturan dan prinsip syari’ah, standar

akuntansi AAOIFI, serta standar dan praktek akuntansi nasional yang berlaku

pada negara itu.5

F. Kerangka Audit Syariah

AAOIFI (Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial

Institutions) sebagaimana telah disebutkan sebelumnya mengeluarkan dan

mengsahkan standar audit yang berlaku pada lembaga keuangan syariah termasuk bank

4
Ibid., 11-13.
5
Idem,“Implementasi Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah”. 13.
12

yang kemudian banyak diacu di berbagai negara. Standar Auditing AAOIFI untuk audit

pada lembaga keuangan syariah sendiri mencakup lima standar, yaitu tujuan dan

prinsip (objective and principles of auditing), laporan auditor (auditor’s report),

ketentuan keterlibatan audit (terms of audit engagement), lembaga pengawas syariah

(shari’a supervisory board), tinjauan syariah (shari’a review). Adapun penjelasan

singkat dari kelima standar tersebut adalah sebagai berikut :

Pertama terkait tujuan dan prinsip. Tujuan dari sebuah audit laporan keuangan

yaitu untuk memungkinkan auditor menyampaikan opini atas laporan keuangan tertentu

dalam semua hal yang material dan sesuai dengan aturan dan prinsip Islam, AAOIFI,

standar akuntansi nasional yang relevan, serta praktek di negeri yang mengoperasikan

lembaga keuangan. Adapun prinsip etika profesi meliputi, kebenaran, integritas, dapat

dipercaya, keadilan dan kewajaran, kejujuran, independen,objekivitas, kemampuan

professional, bekerja hati-hati,menjaga kerahasiaan, perilaku professional dan menguasai

standar teknis.

Kedua terkait laporan auditor. Elemen dasar dari laporan auditor (judul, alamat,

paragraf pembukaan atau pengenalan, cakupan paragraf (gambaran dari audit), acuan

ASIFI dan standar nasional yang relevan atau praktek, Uraian pekerjaan yang dilakukan

auditor, Paragraf opini berisi sebuah ungkapan opini tentang laporan keuangan, Tanggal

Laporan, Alamat Auditor dan Tanda Tangan Auditor). Terkait ruang lingkup

paragraf,laporan auditor harus menggambarkan cakupan audit dengan menyatakan bahwa

audit telah dilaksanakan sesuai ASIFI dan standar nasional yang relevan atau praktek telah
13

sesuai dan tidak melanggar aturan dan prinsip Syariah. Ruang lingkup mengacu pada

kemampuan auditor untuk melaksanakan prosedur audit yang dianggap penting dalam hal

itu. Hal ini meyakinkan para pembaca bahwa audit telah berjalan sesuai ketetapan standar

maupun praktek. Disamping itu juga telah sesuai dengan standar auditing nasional atau

praktek mengikuti negara tempat auditor berada, hal ini terlihat dalam alamat

auditor.Laporan itu termasuk sebuah pernyataan bahwa audit telah direncanakan dan

dilaksanakan untuk memperoleh jaminan layak mengenai apakah laporan keuangan bebas

dari pernyataan salah yang material.

Laporan auditor harus menggambarkan, antara lain:

a. Pengujian, pada sebuah uji dasar, bukti yang mendukung sejumlah laporan

keuangan dan pengungkapan.

b. Menilai/menaksir prinsip akuntansi yang digunakan dalam persiapan laporan

keuangan.

c. Menilai perkiraan signifikan yang dibuat oleh manajemen dalam persiapan

laporan keuangan.

d. Mengevaluasi presentasi laporan keuangan secara keseluruhan.

Ketiga terkait ketentuan keterlibatan audit. Auditor dan klien harus menyetujui

ketentuan perjanjian. Istilah setuju perlu disampaikan dalam surat penugasan audit

sesuai kontrak. Isi dasar surat perjanjian adalah dokumen surat penunjukan dan

menegaskan tanggung jawab auditor untuk klien dan bentuk setiap laporan yang akan

diberikan oleh auditor.


14

Keempat berkaitan dengan shari’a supervisory board yang intinya berisi

penunjukan, komposisi dan laporan DPS.

Kelima berkaitan dengan tujuan Syariah (shari’a review). Shari'ah review

merupakan sebuah pengujian yang luas dari kepatuhan Syariah sebuah LKS, dalam

seluruh kegiatannya. Pengujian ini meliputi penunjukan, persetujuan, kebijakan,

produk, transaksi, memorandum (surat peringatan), dan anggaran dasar dari

perserikatan, laporan keuangan, laporan (khususnya audit internal dan pengawasan

bank central), sirkulasi, dll. Tujuan dari sebuah shari'a review adalah untuk memastikan

bahwa seluruh aktivitas yang diselenggarakan dalam LKS tidak bertentangan dengan

Syariah. DPS bertanggung jawab untuk membuat dan mengungkapkan sebuah opini dari

suatu Lembaga Keuangan Syariah terhadap kepatuhannya pada Syariah.

Secara ringkas, audit Syariah terdiri dari tiga tahap, yaitu perencanaan,

pengujian dan pelaporan. Dengan kerangka ini dan penjelasan di atas, maka nampak

sejumlah perbedaan audit syariah dan audit konvensional, yaitu:

No Audit Syariah Audit Konvensional

1. Obyeknya LKS atau Lembaga Obyeknya Lembaga Keuangan


Keuangan Bank maupun Non Bank Bank maupun Non Bank yang tidak
yang beroperasi dengan prinsip beroperasi berdasarkan Prinsip
Syariah Syariah
15

2. Mengharuskan adanya peran DPS Tidak ada peran Dewan Pengawas


Syariah (DPS)

3. Audit Dilakukan oleh Auditor Audit dilakukan oleh Auditor


bersertifikasi SAS (Sertifikasi Umum tanpa Ketentuan
Akuntansi Syariah) bersertifikasi SAS

4. Standar Audit AAOIFI Standar Auditing IAI

5. Opini Berisi tentang Shari'a Opini berisi tentang kewajaran atau


Compliance atau tidaknya LKS tidaknya atas penyajian laporan
keuangan perusahaan

Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa kerangka audit syariah antara lain

memenuhi unsur sebagai berikut:

a. audit syariah dilakukan dengan tujuan untuk menguji kepatuhan perbankan

syariah pada prinsip dan aturan syariah dalam produk dan kegiatan usahanya

sehingga auditor syariah dapat memberikan opini yang jelas apakah bank

syariah yang telah diaudit tersebut shari'ah compliance atau tidak.

b. audit syariah diselenggarakan dengan acuan standar audit yang telah

ditetapkan oleh AAOIFI.

c. audit syariah dilakukan oleh auditor bersertifikasi SAS (Sertifikasi

Akuntansi Syariah)
16

d. hasil dari audit syariah berpengaruh kuat terhadap keberlangsungan usaha

perbankan Syariah dan kepercayaan seluruh pihak atas keberadaan LKS.6

G. Sebab-Sebab LKS (Lembaga Keuangan Syariah) Perlu di Audit

Syariah

Hal-hal yang menyebabkan mengapa perusahaan atau Lembaga Keuangan


Syariah dalam menjalankan bisnisnya perlu diaudit :

1. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi keuangan.


Dalam pencatatannya dapat terjadi kesalahan baik yang tidak sengaja
atau yang tidak disengaja. Bila disengaja, ini merupakan indikasi adanya
kecurangan dari perusahaan.
2. Perusahaan dalam membuat laporan keuangan sesuai dengan
kepentingannya agar terlihat asetnya banyak dan labanya besar sehingga
dapat menarik investor memberikan dananya agar dikelola perusahaan.
3. Adanya perusahaan yang membesarkan biaya sehingga laba terlihat
kecil, hal ini untuk mengurangi pajak dan zakat.
4. Adanya ketidak percayaan publik terhadap perusahaan sehingga
diperlukan auditor sebagai pihak ketiga diluar lingkungan perusahaan
yang independen yang dapat menilai kewajaran perusahaan7

6
Minarni, “Konsep Pengawasan, Kerangka Audit Syariah, dan Tata Kelola Lembaga Keuangan,
Syariah”, Volume VII, No. 1, (Juli 2013) : 34-37.
7
Ilman Muhammad Asodiq, “Implementasi Audit Syariah di Lembaga Keuangan Syariah”. 18.
17

You might also like