You are on page 1of 34

PERUSAHAAN I

1.1 Gambaran Umum Perusahaan


1.1.1 Sejarah Perusahaan

PT. Indofood Sukses Makmur Tbk merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman
yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990
oleh Sudono Salim dengan nama PT, Panganjaya Intikusuma yang pada tanggal 5 Februari 1994
menjadi Indofoof Sukses Makmur. Perusahaan ini mengekspor bahan makanannya hingga
Australia, Asia dan Eropa.

Dalam beberapa dekade ini Indofood telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan total food
solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi
makanan,mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang
tersedia di rak para pedagang eceran.

1.1.2 Visi dan Misi Perusahaan Indofood

Indofood mempunyai sebuah visi untuk menjadi total solutions company

Dengan misi untuk terus meningkatkan karyawan kami,proses kami dan teknologi kami untuk
menghasilkan kualitas tinggi,inovatif dan terjangkau produk yang disukai pelanggan

Memastikan ketersediaan produk produk kami kepada pelanggan domestik dan internasional
serta memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas hidup masyarakat indonesia dengan
penekanan pada gizi dan terus meningkatkan stakeholders value.

Indofood’s distribusi group memiliki jaringan distribusi yang paling luas di indonesia,menembus
ke hampir setiap sudut nusantara. Selain produk produk Indofood sendiri,Indofood juga
mendistribusikan produk produk ke pihak ketiga, Jumlah poin saham telah diperluas secara

1
agresif sejak tahun 2005,memberikan penetrasi yang lebih luas dan lebih dalam efisien melalui
rantai pasokan

1.1.3 Profil Perusahaan

1.1.4 Struktur Organisasi

1.1.5 Aktivitas Produksi Perusahaan dan Produk Perusahaan

1.2 Landasan Teori


1.2.1 Definisi Fraud

Fraud merupakan suatu kondisi yang mungkin akan ditemukan oleh auditor dalam suatu
audit. Auditor mungkin akan menemui berbagai temuan dan bentuk yang terjadi dilapangan.
Bukan hanya itu mungkin auditor juga akan melihat berbagai cara yang dilakukan oleh pelaku
dalam melakukan fraud serta siapa saja pelaku yang memungkinkan untuk melakukan fraud.
Mengungkap terjadi atau tidaknya fraud merupakan salah satu tanggung jawab auditor dalam
suatu asersi meski bukan tanggung jawab secara mutlak.

Secara harfiah fraud didefinisikan sebagai kecurangan, namun pengertian ini telah
dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan yang luas. Black’s Law Dictionary
Fraud menguraikan pengertian fraud mencakup segala macam yang dapat dipikirkan manusia,
dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan
saran yang salah atau pemaksaan kebenaran, dan mencakup semua cara yang tidak terduga,
penuh siasat. Licik, tersembunyi, dan setiap cara yang tidak jujur yang menyebabkan orang lain
tertipu. Secara singkat dapat dikatakan bahwa fraud adalah perbuatan curang (cheating) yang
berkaitan dengan sejumlah uang atau properti.

Berdasarkan defenisi dari The Institute of Internal Auditor (“IIA”), yang dimaksud
dengan fraud adalah “An array of irregularities and illegal acts characterized by intentional
deception”: sekumpulan tindakan yang tidak diizinkan dan melanggar hukum yang ditandai
dengan adanya unsur kecurangan yang disengaja.

2
Webster’s New World Dictionary mendefenisikan fraud sebagai suatu pembohongan atau
penipuan (deception) yang dilakukan demi kepentingan pribadi, sementara International
Standards of Auditing seksi 240 – The Auditor’s Responsibility to Consider Fraud in an Audit of
Financial Statement paragraph 6 mendefenisikan fraud sebagai “…tindakan yang disengaja oleh
anggota manajemen perusahaan, pihak yang berperan dalam governance perusahaan, karyawan,
atau pihak ketiga yang melakukan pembohongan atau penipuan untuk memperoleh
keuntungan yang tidak adil atau illegal”. Motifnya sama, yaitu sama-sama memperkacaya diri
sendiri/golongan dan modus operandinya sama, yaitu dengan melakukan cara-cara yang illegal.

1.2.2 Teori Penyebab Terjadinya Fraud

Ada 3 hal yang mendorong terjadinya sebuah upaya fraud, yaitu pressure (dorongan),
opportunity (peluang), dan rationalization (rasionalisasi), sebagaimana tergambar berikut ini:

1. Pressure (Dorongan)

Pressure adalah dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan fraud, contohnya hutang
atau tagihan yang menumpuk, gaya hidup mewah, ketergantungan narkoba, dll. Pada umumnya
yang mendorong terjadinya fraud adalah kebutuhan atau masalah finansial. Tapi banyak juga
yang hanya terdorong oleh keserakahan.

2. Opportunity (Kesempatan)

Opportunity adalah peluang yang memungkinkan fraud terjadi. Biasanya disebabkan karena
internal control suatu organisasi yang lemah, kurangnya pengawasan, dan/atau penyalahgunaan
wewenang. Di antara 3 elemen fraud triangle, opportunity merupakan elemen yang paling
memungkinkan untuk diminimalisir melalui penerapan proses, prosedur, dan control dan upaya
deteksi dini terhadap fraud.

3. Rationalization (Pembenaran)

Rasionalisasi menjadi elemen penting dalam terjadinya fraud, dimana pelaku mencari
pembenaran atas tindakannya, misalnya: Bahwa tindakannya untuk membahagiakan keluarga

3
dan orang-orang yang dicintainya, perusahaan telah mendapatkan keuntungan yang sangat besar
dan tidak mengapa jika pelaku mengambil bagian sedikit dari keuntungan tersebut.

1.2.3 Bentuk – Bentuk Fraud

Oleh Association of certified fraud examiners (ACFE), internal fraud (tindakan


penyelewengan di dalam perusahaan atau institusi) di kelompokkan menjadi empat jenis yaitu:

1. Fraud terhadap aset (Asset misapproapriation)

Penyalahgunaan aset perusahaan (institusi), entah itu dicuri atau digunakan untuk keperluan
pribadi tanpa izin dari perusahaan seperti kita ketahui, aset perusahaan bisa berbentuk kas (uang
tunai) dan non-kas sehingga, asset misapproapriation di kelompokkan menjadi dua macam:

a. Cash missaproapriation – penyelewengan terhadap aset yang berupa kas (misalnya


penggelapan kas, mengambil cek dari pelanggan, menahan cek pembayaran untuk
vendor)
b. Non cash missapproapriation – penyelewengan terhadap asset non kas ( misalnya
menggunakan fasilitas perusahaan untuk kepentingan pribadi)
2. Fraud Terhadap Laporan Keuangan ( Fraudulent Statements)

ACFE membagi jenis fraud ini menjadi dua macam yaitu financiial dan non financial.
Kelompok fraud terhadap laporan keuangan misalnya:

a. Memalsukan bukti transaksi


b. Mengakui suatu transaksi lebih besar atau lebih kecil dari yang seharusnya.
c. Menerapkan metode akuntansi tertentu secara tidak konsisten untuk menaikkan atau
menurunkan laba.
d. Menerapkan metode pengakuan aset sedemikian rupa sehingga aset menjadi nampak
lebih besar dibandingkan yang seharusnya.
e. Menerapkan metode pengakuan liabilitass sedemikian rupa sehingga liabilitass menjadi
nampak lebih kecil dibandingkan seharusnya.
3. Korupsi (corruption)

ACFE membagi jenis tindakan korupsi menjadi dua kelompok, yaitu:

4
a. Konflik kepentingan (conflict of interext)

Seseorang atau kelompok orang di dalam perusahaan (biasanya manajemen level) memiliki
hubungan istimewa dengan pihak luar (entah itu orang atau badan usaha). Dikatakan memiliki
hubungan istimewa karena memiliki kepentingan tertentu (misal: punya saham, anggota
keluarga, sahabat dekat, dll). Ketika perusahaan bertransaksi dengan pihak luar ini, apabila
seorang manajer / eksekutif mengambil keputusan tertentu untuk melindungi kepentingannya itu
, sehingga mengakibatkan kerugian bagi perusahaan, maka ini termasuk tindakan fraud. Kita di
indonesia menyebut ini dengan idtilah kolusi dan nepotisme

b. Menyuap atau menerima suap, imbal balik (bribes and excoration)

Suap, apapun jenisnya dan kepada siapapun, adalah tindakan fraud. Menyupa dan menerima
suap,Merupakan tindakan fraud. Tindakan lain yang masuk ke dalam kelompok fraud ini adalah:
menerima komisi, membocorkan rahasia perusahaan (baik berupa data atau dokumen) apapun
bentuknya, kolusi dalam tender tertentu.

1.2.4 Upaya Pendeteksian dan Pencegahan Fraud


1. Pendeteksian Fraud

Fraud bisa dilakukan oleh siapa saja, meskipun pelaku fraud adalah orang yang baik dan
dapat dipercaya. Apabila pelaku fraud tidak segera ditindak, maka kerugian perusahaan semakin
besar dan memberi cerminan yang buruk bagi karyawan lain

Kemungkinan besar suatu kecurangan terjadi ketika lingkungan pekerjaan integritasnya


lemah, pengendaliannya tidak kuat, kehilangan akuntabilitas, atau mendapat tekanan yang besar,
maka tidak dapat dipungkiri seseorang akan melakukan ketidakjujuran. Tetapi, organisasi punya
pilihan, mereka dapat membentuk lingkungan pekerjaan dimana kemungkinan terjadinya fraud
sangat kecil, atau lingkungan pekerjaan yang brepeluang kemungkinan terjadinya fraud sangat
besar.

5
Terdapat empat cara dalam memerangi kecurangan, yaitu dengan pencegahan, pendeteksian
dini, investigasi, dan tindakan hukum. Kedua poin pertama merupakan tindakan yang lebih
efektif dan murah. Selain itu dalam memerangi kecurangan terdapat lima elemen penting, yaitu:

a. Top manajemen memberikan contoh perilaku yang tepat: manajemen harus menekankan
pada karyawan apabila ada ketidakjujuran, kejadian yang dipertanyakan, dan perilaku
tidak etis maka perbuatan tersebut tidak dapat ditoleransi.
b. Merekrut karyawan baru melalui proses penerimaan yang tepat: apabila akan merekrut
karyawan harus sesuai prosedur seperti melakukan penyelidikan mengenai latar belakang
calon pekerja, mengetahui bagaimana respon calon pekerja terhadap pertanyaan yang
diajukan saat wawancara dan sebagainya.

Pada dasarnya kecurangan dapat terlebih dahulu dideteksi keberadaanya, hal ini menuntut
pihak perusahaan ataupun pihak auditor lebih peka terhadap segala aktivitas yang ada dalam
perusahaan, dalam hal ini terdapat beberapa faktor ciri-ciri yang menunjukkan adanya suatu
kecurangan dalam suatu perusahaan. yaitu sebagai berikut :

1) Kelemahan dalam pengendalian internal

Salah satu tujuan utama dari pengendalian internal adalah penjagaan aset. Ketika
pengendalian internal lemah, hal ini berarti perusahaan memberikan peluang terjadinya fraud.

2) Gaya hidup boros dan berlebihan

Pelaku fraud jenis disini dalam memenuhi kebutuhannya tergolong boros,sehingga hal ini
memotivasinya untuk melakukan fraud. Biasanya para pelaku akan terus mencuri dan kemudian
menggunakan uangnya untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka yang mewah.

3) Perilaku-perilaku yang tidak seperti biasanya

Ketika orang-orang terlibat dalam kejahatan, mereka dilanda perasaan takut dan merasa
bersalah. Emosi yang keluar inilah yang akhirnya mengekspresikan perilaku-perilaku yang tidak
biasa dari diri pelakunya.

2. Pencegahan Fraud

6
Upaya untuk memberantas adannya segala bentuk kecurangan, perlu ditingkatkan adanya
suatu budaya kejujuran, keterbukaan dan saling membantu antara pihak internal perusahaan, dan
pihak Auditor yang ditunjuk untuk mengurusi laporan keuangan perusahaan, budaya kejujuran,
keterbukaan dan saling menbantu ini terbagi menjadi empat faktor, yakni :

a) Merekrutkaryawan yang jujur dan menyediakan pelatihan akan kesadaran fraud


b) Membentuk lingkungan kerja yang positif
c) Menyebarkan pemahaman yang baik dan kode etik yang dapat diterima
d) Mengimplementasikan Employee Assistance Programs (EAPs).

Sedangkan upaya yang dapat dilakukan untuk mengeliminasi peluang terjadinya fraud dan
menindak pelaku farud bisa dilakukan dengan:

1. Mempunyai internal control yang baik: (lingkungan pengendalian, sistem akuntansi,


aktivitas pengendalian, pengawasan, dan komunikasi dan informasi.
2. Meminimalkan kolusi diantara karyawan
3. Menginformasikan dengan jelas kepada supplier dan pihak terkait lainnya tentang
kebijakan perusahaan dalam melawan fraud
4. Mengawasi karyawan
5. Memberikan sangsi terhadap para pelaku fraud
6. Melakukan audit secara proaktif: mengidentifikasi risiko yang muncul, mengidentifikasi
gejala dari masing-masing risiko, membangun program audit untuk secara proaktif
melihat gejala/tanda dan kemunculannya, serta mengidentifikasi setiap tanda yang
teridentifikasi.

Tindakan kecurangan disini sering berhubungan dengan motivasi di belakang penipuan


yang dapat berupa tekanan, kesempatan, atau rasionalisasi atau unsur fraud, bisa dalam bentuk
pencurian, perahasiaan, atau konversi, dalam hal ini untuk mendeteksi fraud, para manajer atau
auditor harus belajar untuk mengenali gejala dan memahami gejala tersebut sampai mereka
mendapatkan suatu bukti yang menyatakan terjadi atau tidaknya penipuan tersebut. Penelitian
dalam psikologi menunjukkan bahwa orang-orang yang melakukan kecurangan, seringkali
terpengaruh dengan berbagai tindakan seperti berikut ini: Imsonia, Minuman keras,

7
penyalahgunaan obat-obat terlarang, sifat lekas marah dan kecurigaan tidak biasa, dan Pengaruh
rokok.

Suatu penyelidikan juga sangat membantu dalam pencegahan adanya suatu bentuk kecurangan,
dengan memperhatikan hal-hal penting dibawah ini :

 Siapa yang akan melakukan penyelidikan


 Bagaimana sesuatu hal dikomunikasikan ke pihak manajemen
 Siapa yang akan menentukan lingkup penyelidikan
 Siapa yang akan menentukan metoda penyelidikan
 Siapa yang akan mengikuti berdasar pada ujung penipuan dicurigai
 Siapa yang akan melakukan wawancara, tinjauan ulang dokumen, dan melaksanakan
langkah-langkah penyelidikan lain

1.3 Analisis dan Pembasahan


1.3.1 Implementasi Upaya Pendeteksian dan Pencegahan Fraud

Terdapat berbagai cara perusahaan untuk melakukan upaya pendeteksian dan pencegahan fraud,
ada yang menggunakan cctv agar dapat mempermudah dalam mendeteksi adanya fraud atau
menggunakan whistleblower atau whistleblowing system. Di dalam PT. Indofood upaya yang
dilakukan untuk mendeteksi dan mencegah adanya fraud dengan menggunakan whistleblower
atau whistleblowing system.

Adapun pengertian whistleblower menurut PP No.71 Tahun 2000 adalah orang yang memberi
suatu informasi kepada penegak hukum atau komisi mengenai terjadinya suatu tindak pidana
korupsi dan bukan pelapor. Adapun istilah pengungkap fakta (whistleblower) dalam UU Nomor
13 Tahun 2006 tentang Pelindungan Saksi dan Korban tidak memberikan pengertian tentang
“pengungkap fakta”, dan berkaitan dengan itu hanya memberikan pengertian tentang saksi.
Adapun yang disebut dengan saksi menurut UU No. 13 Tahun 2006 adalah orang yang dapat
memberikan keterangan guna kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan

8
pemeriksaan di siding pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri, dan / atau ia alami sendiri.

Perseroan memiliki kebijakan Whistleblowing System yang dikenal dengan nama Fraud
Detection Program (FDP) untuk mengawasi dan menangani pelaporan-pelaporan mengenai
kecurangan yang terjadi di lingkungan Perusahaan. Selain itu Dalam pelaksanaannya, FDP
dijalankan dan diawasi secara langsung oleh Unit Internal Audit Perseroan. Unit Internal Audit
memastikan bahwa FDP berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan dan bertanggung jawab
penuh kepada Presiden Direktur.

Berdasarkan sisi pelapor dan objek pemeriksaan maka FDP mencakup seluruh Pemangku
Kepentingan yang secara garis besar dibagi kedalam dua kategori yaitu Internal dan Eksternal.
Kategori internal terdiri dari Direksi, Manajemen, dan seluruh Karyawan Perseroan. Sementara
itu kategori eksternal meliputi supplier/vendor, kontraktor, konsumen dan seluruh pihak
eksternal yang terlibat dalam operasional Perseroan.

Fraud Detection Program (FDP) telah disosialisasikan kepada seluruh Pemangku Kepentingan
meliputi internal dan eksternal. Sosialisasi kepada pihak internal dilakukan melalui berbagai cara
seperti presentasi maupun dalam email, poster dan fasilitas lainnya. Sementara itu sosialisasi
kepada pihak eksternal, dilakukan melalui penandatanganan nota kesepahaman atas nilai-nilai
praktek bisnis yang dianut oleh Perusahaan dan bersifat mengikat.

Program FDP ini mewajibkan seluruh Pemangku Kepentingan untuk melakukan pelaporan atas
tindak kecurangan yang terjadi dan pelaporan tersebut dapat dilakukan melalui beberapa media
antara lain:

 Email

 Surat:

 Hotline:

Presiden Direktur & CEO bersama dengan Kepala Internal Audit menjamin kerahasiaan data
pelaporan, oleh karena itu data maupun informasi yang disampaikan, beserta dengan data pelapor
(whistleblower), hanya dapat diakses oleh Presiden Direktur & CEO dan Kepala Unit Internal

9
Audit. Internal Audit bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan FDP serta berkewajiban
untuk menjamin kerahasiaan data FDP serta whistleblower. Internal Audit pun bertanggung
jawab untuk melakukan investigasi dan pengumpulan bukti tindak kecurangan serta
mempertanggungjawabkan hasil investigasi tersebut secara langsung kepada Presiden Direktur &
CEO.

1.3.2 Analisis dan Pembahasan

Dalam suatu perusahaan baik perusahaan itu kecil maupun besar tidak akan luput dari Fraud atau
kecurangan. Fraud atau kecurangan bisa terjadi karena kurangnya pengendalian internal dan
keamanan yang ketat pada perusahaan sehingga membuat karyawan memiliki kesempatan dalam
melakukan fraud seperti itu.

Seperti halnya Perusahaan Indofood, Perusahaan pernah mengalami adanya kecurangan yang
dilakukan oleh karyawan. Perusahaan memiliki kebijakan Whistleblowing System untuk
mengawasi dan menangani pelaporan-pelaporan mengenai kecurangan yang terjadi di
lingkungan Perusahaan. Selain itu Dalam pelaksanaannya, FDP dijalankan dan diawasi secara
langsung oleh Unit Internal Audit Perusahaan. Internal Audit perusahaan memastikan bahwa
FDP berjalan dengan efektif sesuai dengan tujuan dan bertanggung jawab penuh kepada Presiden
Direktur.

Fraud Detection Program (FDP) telah disosialisasikan kepada seluruh stakeholder meliputi
internal dan eksternal. Sosialisasi kepada pihak internal dilakukan melalui berbagai cara seperti
presentasi maupun dalam email, poster dan fasilitas lainnya. Sementara itu sosialisasi kepada
pihak eksternal, dilakukan melalui penandatanganan nota kesepahaman atas nilai-nilai praktek
bisnis yang dianut oleh Perusahaan dan bersifat mengikat.

Program FDP ini mewajibkan seluruh stakeholder untuk melakukan pelaporan atas tindak
kecurangan yang terjadi. Perusahaan Sari Roti juga mempunyai media umtuk melakukan
pelaporan kecurangan, yaitu:

 Email:

 Surat:

10
 Hotline:

1.4 Kesimpulan dan Saran

1.4.1 Kesimpulan

Berdasarkan kunjungan yang saya lakukan di Perusahaan Indofood (PT. Indofood Sukses
Makmur Tbk) , Perusahaan telah mengimplementasikan upaya pendeteksian dan pencegahan
fraud. Disamping itu, saya mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang dunia bisnis. Meliputi
sejarah singkat Perusahaan, dan mengetahui situasi secara nyata apa-apa saja kegiatan yang
terjadi dalam dunia bisnis, pengelolaan kebijakan perusahaan dalam meminimalisir kecurangan
pada Perusahaan, pengelolaan sumber daya manusia, pengelolaan produksi, pengelolaan pasar
dan termasuk juga pengelolaan keuangan.

1.4.2 Saran

Berdasarkan data diatas, Perusahaan telah menerapkan upaya pendeteksian dan pencegahan.
Tetapi alangkah baiknya apabila Perusahaan meningkatkan lagi keamannya agar karyawan atau
manajemen tidak dengan mudah melakukan kecurangan. Dan juga memberikan sanksi tegas
11
kepada setiap insan di PT. Indofood Sukses Makmur Tbk apabila terbukti melakukan tindak
kecurangan yang merugikan Perusahaan.

1.5 Daftar Pustaka

12
Lampiran

13
Perusahaan II

2.1 Gambaran Umum Perusahaan

2.1.1 Sejarah Perusahaan Yakult

2.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

2.1.3 Struktur Organisasi

14
2.1.4 Bidang Usaha

2.2 Landasan teori

Pengertian Fraud

G.Jack Bologna, Robert J.Lindquist dan Joseph T.Wells mendifinisikan kecurangan FRAUD is
criminal deception intended to financially benefit the deceiver ( 1993,hal 3 ) yaitu kecurangan
adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu.
Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat.
Dan dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara
financial. Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu:

1. tindakan

2. Penyembunyian

3. konversi

Pendeteksian Fraud

Albrecht dalam bukunya yang berjudul Fraud Examination (2009: 6) mendefiniskan fraud adalah
suatu istilah yang umum, dan mencakup semua cara yang dapat dirancang oleh kecerdikan
manusia, yang terpaksa dilakukan oleh suatu individu, untuk mendapatkan keuntungan dari yang
lain dengan menggunakan keterangan palsu. Tidak ada yang pasti dan aturan yang berubah-ubah
yang dapat ditetapkan sebagai proposisi umum dalam mendefinisikan penipuan, karena termasuk
kejutan, penipuan, kelicikan, dan cara-cara yang tidak adil oleh yang ditipu lainnya. Satu-satunya
batas yang dapat mendefinisikannya adalah mereka yang membatasi ketidakjujuran manusia.

15
ACFE dalam Tuanakotta (2010: 195-204) membagi fraud (kecurangan) dalam 3 (tiga) jenis atau
tipologi berdasarkan perbuatan, yaitu:

1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud) Kecurangan Laporan


Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam
bentuk salah saji material laporan keuangan yang merugikan investor dan kreditor.
Kecurangan ini dapat bersifat finansial atau kecurangan non finansial.

2. Penyimpangan atas Aset (Asset Misappropriation) Asset misappropriation meliputi


penyalahgunaan/pencurian aset atau harta perusahaan atau pihak lain. Ini merupakan
bentuk fraud yang paling mudah dideteksi karena sifatnya yang tangible atau dapat
diukur/dihitung (defined value). Kecurangan dalam penyalahgunaan aset dapat berupa:

a. Lapping, merupakan perbuatan yang dilakukan oleh karyawan perusahaan


dengan menggunakan uang yang didapatkan dari hasil tagihan piutang. Uang
tersebut tidak disetorkan pada perusahaan terlebih dahulu namun digunakan untuk
kepentingan pribadi karyawan. Pada saat ada pembayaran piutang yang
berikutnya, uang akan disetorkan ke perusahaan dengan seakan-akan merupakan
hasil pembayaran piutang sebelumnya.

b. Kitting atau penggelapan dana, di mana adanya bentuk penggelembungan dana,


atau adanya dana mengambang. Dana mengambang adalah dana yang ditarik dari
suatu bank, kemudian disetorkan ke bank lainnya, ditarik lagi dan disetorkan lagi,
begitu dan begitu seterusnya. Bergerak dan terus menerus bergerak sehingga tidak
berhenti pada satu bank saja. Dana yang dimaksud dalam kecurangan ini adalah
dana perusahaan.

c. Skimming, atau penjarahan, di mana uang dijarah sebelum dicatat dalam


pembukuan perusahaan. Dengan kata lain, dana diambil sebelum adanya
pembukuan

Menurut G.Jack Bologna, Robert J.Lindquist dan Joseph T.Wells fraud bisa dilakukan oleh siapa
saja, meskipun pelaku fraud adalah orang yang baik dan dapat dipercaya. Apabila pelaku fraud

16
tidak segera ditindak, maka kerugian perusahaan semakin besar dan memberi cerminan yang
buruk bagi karyawan lain

Kemungkinan besar suatu kecurangan terjadi ketika lingkungan pekerjaan integritasnya lemah,
pengendaliannya tidak kuat, kehilangan akuntabilitas, atau mendapat tekanan yang besar, maka
tidak dapat dipungkiri seseorang akan melakukan ketidakjujuran. Tetapi, organisasi punya
pilihan, mereka dapat membentuk lingkungan pekerjaan dimana kemungkinan terjadinya fraud
sangat kecil, atau lingkungan pekerjaan yang brepeluang kemungkinan terjadinya fraud sangat
besar.

Terdapat empat cara dalam memerangi kecurangan, yaitu dengan pencegahan, pendeteksian dini,
investigasi, dan tindakan hukum. Kedua poin pertama merupakan tindakan yang lebih efektif dan
murah. Selain itu dalam memerangi kecurangan terdapat lima elemen penting, yaitu:

1. Top manajemen memberikan contoh perilaku yang tepat: manajemen harus menekankan
pada karyawan apabila ada ketidakjujuran, kejadian yang dipertanyakan, dan perilaku
tidak etis maka perbuatan tersebut tidak dapat ditoleransi.

2. Merekrut karyawan baru melalui proses penerimaan yang tepat: apabila akan merekrut
karyawan harus sesuai prosedur seperti melakukan penyelidikan mengenai latar belakang
calon pekerja, mengetahui bagaimana respon calon pekerja terhadap pertanyaan yang
diajukan saat wawancara dan sebagainya.

3. Mengkomunikasikan harapan-harapan mengenai: nilai-nilai dan etika; pelatihan


kepedulian terhadap fraud yang akan membantu karyawan untuk memahami masalah
yang mungkin muncul, bagaimana cara menghadapi, mengatasi, serta melaporkannya;
dan memberikan sangsi terhadap pelaku fraud. Untuk penerapannya, perusahaan bisa
membuat kode etik secara tertulis dan dikomunikasikan kepada seluruh karyawan.

4. Membudayakan kejujuran meliputi pengembangan lingkungan yang positif. Bisa


dilakukan dengan membayar gaji atau upah karyawan secara realistis, dan adanya
keterbukaan antar sesame karyawan.

17
5. Menerapkan kebijakan organisasi untuk menangani saat kasus fraud terjadi.
Penerapannya adalah membuat kebijakan mengenai sangsi/hukuman yang jelas kepada
setiap pelaku fraud di perusahaan.

Pada dasarnya kecurangan dapat terlebih dahulu dideteksi keberadaanya, hal ini menuntut pihak
perusahaan ataupun pihak auditor lebih peka terhadap segala aktivitas yang ada dalam
perusahaan, dalam hal ini terdapat beberapa faktor ciri-ciri yang menunjukkan adanya suatu
kecurangan dalam suatu perusahaan. yaitu sebagai berikut :

1. Penyimpangan akuntansi

Penyimpangan akuntansi yang biasa terjadi biasanya meliputi masalah asal dokumen,
kesalahan entry jurnal, dan ketidakakuratan buku besar. Contoh: Dokumen yang
terlewatkan, Stale Items, Duplikasi pembayaran, Tulisan tangan yang patut dipertanyakan
dalam dokumen, Entry jurnal tanpa dokumen pendukung, Penyesuaian yang tidak dapat
dijelaskan, Entry jurnal dibuat dekat dengan akhir periode akuntansi, Buku besar tidak
balance, dll.

2. Kelemahan dalam pengendalian internal

Salah satu tujuan utama dari pengendalian internal adalah penjagaan aset. Ketika
pengendalian internal lemah, hal ini berarti perusahaan memberikan peluang terjadinya
fraud.

Petunjuk dan aduan

Orang yang dalam posisi mendeteksi fraud biasanya dekat dengan sang pelaku. Mereka ini
secara individu biasanya memberikan petunjuk atau aduan bahwa fraud telah terjadi. Meski
aduan dan petunjuk biasanya jarang logis, tapi mereka dapat termotivasi oleh dendam, atau
frustasi, atau banyak alasan yang lain.

Pencegahan Fraud

18
Upaya untuk memberantas adannya segala bentuk kecurangan, perlu ditingkatkan adanya suatu
budaya kejujuran, keterbukaan dan saling membantu antara pihak internal perusahaan, dan pihak
Auditor yang ditunjuk untuk mengurusi laporan keuangan perusahaan, budaya kejujuran,
keterbukaan dan saling menbantu ini terbagi menjadi empat faktor, yakni :

1. Merekrut karyawan yang jujur dan menyediakan pelatihan akan kesadaran fraud

2. Membentuk lingkungan kerja yang positif

3. Menyebarkan pemahaman yang baik dan kode etik yang dapat diterima

4. Mengimplementasikan Employee Assistance Programs (EAPs).

Sedangkan upaya yang dapat dilakukan untuk mengeliminasi peluang terjadinya fraud dan
menindak pelaku fraud bisa dilakukan dengan:

1. Mempunyai internal control yang baik: (lingkungan pengendalian, sistem akuntansi,


aktivitas pengendalian, pengawasan, dan komunikasi dan informasi.

2. Meminimalkan kolusi diantara karyawan

3. Menginformasikan dengan jelas kepada supplier dan pihak terkait lainnya tentang
kebijakan perusahaan dalam melawan fraud

4. Mengawasi karyawan

5. Memberikan sangsi terhadap para pelaku fraud

6. Melakukan audit secara proaktif: mengidentifikasi risiko yang muncul, mengidentifikasi


gejala dari masing-masing risiko, membangun program audit untuk secara proaktif
melihat gejala/tanda dan kemunculannya, serta mengidentifikasi setiap tanda yang
teridentifikasi.

Tindakan kecurangan disini sering berhubungan dengan motivasi di belakang penipuan yang
dapat berupa tekanan, kesempatan, atau rasionalisasi atau unsur fraud, bisa dalam bentuk
pencurian, perahasiaan, atau konversi, dalam hal ini untuk mendeteksi fraud, para manajer atau
auditor harus belajar untuk mengenali gejala dan memahami gejala tersebut sampai mereka
19
mendapatkan suatu bukti yang menyatakan terjadi atau tidaknya penipuan tersebut. Penelitian
dalam psikologi menunjukkan bahwa orang-orang yang melakukan kecurangan, seringkali
terpengaruh dengan berbagai tindakan seperti berikut ini: Insomnia, Minuman keras,
penyalahgunaan obat-obat terlarang, sifat lekas marah dan kecurigaan tidak biasa, dan Pengaruh
rokok.

Suatu penyelidikan juga sangat membantu dalam pencegahan adanya suatu bentuk kecurangan,
dengan memperhatikan hal-hal penting dibawah ini :

1. Siapa yang akan melakukan penyelidikan

2. Bagaimana sesuatu hal dikomunikasikan ke pihak manajemen

3. Siapa yang akan menentukan lingkup penyelidikan

4. Siapa yang akan menentukan metoda penyelidikan

5. Siapa yang akan mengikuti berdasar pada ujung penipuan dicurigai

6. Siapa yang akan melakukan wawancara, tinjauan ulang dokumen, dan melaksanakan
langkah-langkah penyelidikan lain

Whistleblowing

Whistleblowing adalah pengungkapan tindakan pelanggaran atau pengungkapan perbuatan yang


melawan hukum, perbuatan tidak etis/tidak bermoral atau perbuatan lain yang dapat merugikan
organisasi maupun pemangku kepentingan, yang dilakukan oleh karyawan atau pimpinan
organisasi atau lembaga lain yang dapat mengambil tindakan atas pelanggaran tersebut.
Pengungkapan ini umumnya dilakukan secara rahasia. Pengungkapan harus dilakukan dengan
iktikad baik dan bukan merupakan suatu keluhan pribadi atas suatu kebijakan perusahaan
tertentu ataupun didasari kehendak buruk/fitnah. (KNKG, 2008)

Efektivitas whistleblowing serta tindak lanjut yang terjadi tentu menjadi beberapa hal yang
sangat penting dalam tindakan whistleblowing yang dilakukan baik di sektor swasta maupun
pemerintahan. Selain itu, perlindungan terhadap whistleblower juga patut menjadi pertimbangan.
Apabila dalam suatu negara terdapat aturan hukum yang kuat dan memadai serta mampu

20
melindungi para whistleblower atas tindakan yang dilakukannya, tentu good corporate
governance dapat terwujud dengan maksimal.

Di Indonesia, kesadaran terhadap pentingnya sistem pelaporan dan perlindungan terhadap


whistleblower mulai meningkat. Beberapa lembaga, seperti Komite Nasional Kebijakan
Governance (KKNG) terus mempromosikan praktik-praktik tata kelola yang baik (good
governance), termasuk di sektor swasta. Perusahaan-perusahaan besar dan memiliki manajemen
yang baik juga sudah mulai menerapkan sistem pelaporan untuk menerima laporan dari
karyawan atau whistleblower. (Semendawai et al, 2011: 10)

Albrecht (2009: 118) juga menyatakan bahwa sebuah whistleblowing system yang baik
merupakan salah satu dari alat terbaik yang berfungsi sebagai pencegahan tindakan fraud. Ketika
seorang pegawai mengerti bahwa pegawai-pegawai yang lainnya memiliki suatu cara yang
mudah dan tidak memaksa untuk mengawasi satu sama lain serta melaporkan dugaan adanya
pelaku fraud, maka pegawai-pegawai tersebut akan semakin tidak berpotensi untuk terlibat
dalam tindakan kecurangan tersebut.

Dalam tindakan pendeteksian fraud, selain dengan menerapkan proses audit yang cukup efektif
dalam mendeteksi fraud, whistleblowing juga merupakan salah satu cara yang cukup mudah
dalam mendeteksi adanya fraud. Adanya suatu laporan dari para whistleblower tentu saja bukan
suatu laporan kosong yang faktanya dapat direkayasa, namun untuk melakukan suatu pelaporan
dalam whistleblowing system, suatu laporan harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu sehingga
dapat diproses lebih lanjut. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa whistleblowing merupakan
salah satu cara pendeteksian fraud yang cukup mudah.

2.3 Analisis dan Pembahasan

2.3.1 Implementasi Pencegahan Fraud pada PT Yakult

2.3.2 Analisis dan Pembahasan

21
Berdasarkan pada landasan teori dan implementasi pada perusahaan yang tertera di atas,
perusahaan Yakult telah mengimplementasikan pengendalian internal pada karyawan dan
manajemennya.

Perusahaan telah menetapkan Whistleblowing system untuk mencegah tindak kecurangan yang
akan terjadi. Penerapan ini dimaksudkan oleh perusahaan agar masyarakat bisa iktu andil dalam
mencegah tindak kecurangan di PT Yakult. Sistem pengaduan pelanggaran tersebut telah di
tetapkan melalui peraturan Direksi Nomor: PER.63.1/HK.01/P III-2013 tanggal 27 Desember
2013, yang didalamnya dibentuk pula sebagai unit pengelola yakni, Tim Terpadu Penanganan
Pengaduan dengan Kepala Satuan Pengawas Interern sebagai ketua.

Selanjutnya, penyampaian laporan dapat melalui PO BOX, Fax dan Email, yang ditujukan
kepada Ketua Tim Terpadu Penanganan Pengaduan Pelindo III dan Sosialisasi Whistleblowing
System dilakukan oleh Yakult baik terhadap pihak internal maupun eksternal melalui berbagai
media.

Pengaduan yang disampaikan pelapor selanjutnya dicatat dalam buku pengaduan oleh TTPP,
selanjutnya diverifikasi kemudian dilaporkan ke Direktur Utama untuk selanjutnya mendapatkan
persetujuan melakukan investigasi. Setiap tindakan pemeriksaan dan permintaan keterangan
yang dilakukan oleh TTPP dituangkan dalam berita acara.

Perlindungan Terhadap Pelapor

Perusahaanpun membuat perlindungan kepada pelapor yang mebuat laporan pengaduan


terjadinya pelanggaran. Perusahaan menjamin kerahasiaan identitas dirinya oleh Direksi
Perusahaan maupun TTPP. Pelapor tidak dapat dijatuhi sanksi/ hukum atau diperiksa telah
melakukan pelanggaran disiplin pegawai asalkan pengaduan yang sedang atau telah
dilakukannya sepanjang pengaduannya memenuhi kriteria dan dapat dipertanggungjawabkan.

Kode Etik

Etika Dan Perilaku

Perusahaan membuat Kode Etik yang didalamnya berisi Etika dan perilaku telah mengalami
penyempurnaan pada akhir 2014, yang merupakan penyempurnaan dari pedoman etika dan

22
perilaku sebelumnya, sebagai penjabaran dari pelaksanaan prinsip-prinsip T, A, R, I, F
(transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, dan fairness) yakni:

1. Komitmen dan tata Nilai Perusahaan


2. Komitmen perusahaan dan etika bisnis
3. Perlindungan aset perusahaan, benturan kepentingan dan gratifikasi
4. Kerahasiaan dan keterbukaan informasi
5. Pelanggaran etika dan penanganannya
6. Penerapan dan penegakan

2.4 Kesimpulan dan Saran

23
2.5 Daftar Pustaka

24
Lampiran

25
PERUSAHAAN III STUDI UKM

3.1 Gambaran Umum UKM

3.2 Manajemen UKM

3.3 Produk dan pengembangan Produk

3.4 Pasar sasaran

3.5 Harga Jual

3.6 Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi
kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats)
dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor itulah yang membentuk akronim
SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats). Proses ini melibatkan penentuan
tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan
eksternal yang mendukung dan yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut. Analisis SWOT

26
dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi
keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar matrik SWOT, dimana aplikasinya
adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu mengambil keuntungan (advantage) dari peluang
(opportunities) yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah
keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities)yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan
(strengths) mampu menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagaimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi nyata atau
menciptakan sebuah ancaman baru.

Dapat disimpulkan bahwa SWOT adalah suatu teknik untuk menganalisa sebuah usaha /
Perusahaan / Bisnis yang kita bangun itu akan menjadi suatu Usaha / Perusaahan / Bisnis
menjadi bernyawa serta sukses dengan dasar-dasar yang ada pada Analisis SWOT antara lain :

a. Strengths (Kekuatan)
 Management memiliki komitmen yang kuat untuk mengimplementasikan sistem
manajemen bisnis kelas dunia.
 Visi dan Misi perusahaan didefinisikan dalam strategik organisasi yang jelas, terukur dan
terarah.
 Komunikasi manajemen dan karyawan berjalan dengan baik, karyawan di segala elemen
memiliki kesempatan yang sama dalam memberikan gagasan perbaikan terhadap proses
yang berjalan.
 Memiliki mesin produksi dengan teknologi mutakhir, dan manajemen berkomitment
untuk upgrade terhadap teknologi baru yang memberikan nilai tambah.
 Memiliki jumlah karyawan yang memadai dan kompeten dalam menangani kustomer
 Lokasi yang strategis
 Memilkiki varian menu makanan dan minuman yang bervariasi
 Memiliki area makan yang bervariasi (saung, lesehan dll.)
 Meiliki fasilitas yang mendukung kustomer dalam menunggu pesanannya (contoh: Area
bermain anak, Tempat pemancingan)

27
b. Weaknesses (Kelemahan)

Pada prinsipnya analisa kelemahan-kelemahan merupakan keterbalikan dari kekuatan-kekuatan.


Misalkan :
 Management hanya mengimplementasikan sistem manajemen bisnis yang konvensional,
komitmen yang lemah untuk mengimplementasikan sistem manajemen kelas dunia.
 Visi dan Misi perusahaan hanya dijadikan jargon, tanpa ada definisi dan arahan strategik
yang jelas.
 Komunikasi antara manajemen dan karyawan berjalan satu arah. Karyawan cenderung
pasif dalam memberikan gagasan untuk peningkatan performa perusahaan.
 Mesin produksi sudah ketinggalan jaman, dan manajemen tidak memiliki komitmen kuat
untuk upgrade ke teknologi yang lebih baru.
 Tidak memiliki website untuk memperkenalkan Krisna diluar kawasan kota Bali

Apabila kekuatan dan kelemahan ditinjau pada aspek internal, maka untuk anilsa kesempatan
dan ancaman akan kita tinjau dari aspek external.

c. Opportunities (Kesempatan-kesempatan)

Beberapa contoh analisis kesempatan ditinjau dari faktor external.


 Tidak memiliki terlalu banyak pesaing yang memproduksi produk yang sama.
 Produk yang ditawarkan dapat diterima dengan baik oleh pasar dan meraih pangsa pasar
yang cukup tinggi.
 Pangsa pasar sangat luas dan belum tersentuh oleh kompetitor.
 Persediaan bahan baku selalu ada dan bisa didapatkan dengan harga murah.
 Masyarakat menilai positif dalam menilai dampak lingkungan yang diakibatkan oleh
proses produksi.
 Pesaing dengan bentuk sejenis masih belum banyak bermunculan
 Masyarakat Bali sudah sangat mengenal Krisna
d. Threath (Ancaman)
Beberapa contoh analisis kesempatan ditinjau dari faktor external.

28
 Banyak pesaing yang memproduksi produk yang sama, dan memiliki potensi kualitas
produk yang lebih baik.
 Produk yang ditawarkan kurang diterima oleh pasar, sehingga sulit untuk membangun
pangsa pasar.
 Persediaan bahan baku terbatas dan harganya mahal.
 Proses produksi menghasilkan dampak yang tidak diterima dengan baik oleh masyarakat
sekitar.
 Banyak restaurant subtitusi yang bermunculan dengan konsep unik dan menarik perhatian
masyarakat
 Pemanfaatan informasi teknologi oleh restaurant-restaurant yang berada di kota
Semarang (website, instagram, facebook dll)

3.7 Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil SWOT analisis yang telah dilakukan, Krisna perlu memperhatikan kondisi
persaingan saat ini dimana persaingan tidak hanya muncul dari bentuk yang sejenis, melainkan
juga dari bentuk subtitusi untuk Krisna. Kondisi ini akan mendorong Krisna untuk menyajikan
dan menunjukkan kualitas terbaik dari Krisna.

Pemanfaatan teknologi informasi perlu diterapkan oleh Krisna, dimana saat ini sudah banyak
perusahaan baik sejenis maupun subtitusi yang memanfaatkan teknologi untuk mempromosikan
barang/jasa yang dijual. Penggunaan teknologi ini bertujuan untuk memperkenalka Krisnna pada
masyarakat diluar kota Bali. Sehingga, pangsa pasar yang didapatkan juga akan semakin besar
dan meluas hingga ke seluruh pelosok Indonesia. Dengan adanya pemanfaatan teknologi
informasi, Krisna tidak hanya terkenal di kota Bali melainkan di seluruh kota di Indonesia
bahkan di dunia.

Daftar Pustaka
1. https://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT

29
Lampiran: Dokumentasi

30
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
PERUSAHAAN 1
1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1
1.1.1 Visi dan Misi Perusahaan 3
1.1.2 Profil Perusahaan 4
1.1.3 Struktur Organisasi 5
1.1.4 Aktivitas Produksi Perusahaan dan Produk Perusahaan 6
1.2 Landasan Teori
1.3 Analisis dan pembahasan
1.3.1 Implementasi Upaya Pencegahan dan Pendeteksian Fraud
1.3.2 Analisis dan pembahasan
1.4 Kesimpulan dan Saran
1.4.1 Kesimpulan
1.4.2 Saran
1.5 Daftar Pustaka
Lampiran : Dokumentasi
PERUSAHAAN II
1.1 Gambaran Umum Perusahaan 1
1.1.1 Visi dan Misi Perusahaan 3
1.1.2 Profil Perusahaan 4
1.1.3 Struktur Organisasi 5
1.1.4 Aktivitas Produksi Perusahaan dan Produk Perusahaan 6
1.2 Landasan Teori
1.3 Analisis dan pembahasan
1.3.1 Implementasi Upaya Pencegahan dan Pendeteksian Fraud
1.3.2 Analisis dan pembahasan
1.4 Kesimpulan dan Saran
1.5 Daftar Pustaka
Lampiran : Dokumentasi
PERUSAHAAN III STUDI UKM
3.1 Gambaran Umum UKM
3.2 Manajemen UKM
3.3 Produk UKM
3.4 Pasar Sasaran
3.5 Harga Jual
3.6 Analisis SWOT
3.7 Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
Lampiran : Dokumentasi

31
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN
TAHUN AKADEMIK 2017-2018
Upaya Pencegahan dan Pendeteksian Fraud (PT. Indofood Sukses Makmur Tbk), Upaya
Pencegahan dan Pendeteksian Fraud (PT Yakult), Studi UKM (Krisna)

OLEH:

MUHAMMAD SAHRUL ID
10090115134

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG


FAKULTAS EKONOMI dan BISNIS
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2018

32
LAPORAN KULIAH KERJA LAPANGAN

TAHUN AKADEMIK 2017-2018

Upaya Pencegahan dan Pendeteksian Fraud (PT. Indofood Sukses Makmur Tbk), Upaya
Pencegahan dan Pendeteksian Fraud (PT Yakult), Studi UKM ( Krisna )

OLEH:

MUHAMMAD SAHRUL ID
10090115134

Mengetahui Menyetujui
Ketua Prodi Akuntansi Dosen pembimbing

(Dr. Nurleli, SE, M.Si, Ak,CA) (Epi Fitriah SE. M.Si Ak,CA)

33
34

You might also like