Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian masuk ke dalam peta geologi regional lembar
Purwokerto-Purbalingga. Lokasi penelitian berada didaerah Tlahab lor dan
sekitarnya, Kecamatan Karangreja, Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah. Pada
peta daerah penelitian ditandai dengan kotak berwarna hitam. Posisi geografis
daerah ini UTM WGS 84 X: 312830–315844 E dan Y: 9197440–9200412
N.Daerah penelitian memiliki luas ± 9 km2 (3 X 3 km) meliputi : Desa Cumbut,
Desa Panariban, Desa Tlahab lor kulon
Daerah penelitian dapat dicapai dengan alat transportasi darat ( Sepeda
Motor ). Waktu yang ditepuh dari kampus Purbalingga hingga daerah Kecamatan
Karangreja adalah ±40 menit dengan jarak tempuh ± 17.4 km
4. Batasan Masalah
Bahasan utama penelitian ini adalah menyangkut tentang pemetaan
geologi umum daerah penelitian. Dengan demikian penelitian ini diberi judul
“Pemetaan Geologi Daerah Tlahab lor Dan Sekitarnya Kecamatan Karangreja
Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah”.
1. Fisiografi Regional
Lokasi Penelitian
Stratigrafi daerah ini tersusun oleh batuan yang berumur dari tersier
hingga kuarter atau susunan formasi dari tua ke muda , yang terdiri dari Formasi
pemali, Formasi Rambatan, Formasi Halang, Formasi Kumbang, Formasi Tapak,
Formasi Kalibiuk, Formasi Kaligagah, Formasi Ligung, Formasi Mengger,
Formasi Gintung, Formasi Linggopodo, Batuan Gunungapi Slamet tak-terurai.
(Gambar 2.2).
Lokasi Pengamatan
Gambar 2.2 Kolom Stratigrafi Regional daerah penelitian(diambil dari Peta Geologi Lembar
Majenang, Jawa oleh Kastowo dan N. Suwarna,1996)
Formasi Rambatan
Nama Formasi Rambatan ini pertama kali ditemukan oleh Sumarso 1974,
op.cit. Kartanegara et al., 1978, Van Bemmelen menyebutnya Rambatan Belt,
sedangkan Ter Haar 1934, menamakan satuan ini sebagai Rambatan Serie. Lokasi
tipe satuan ini berada di Kali Rambatan dekat Cikeusal.
Formasi Rambatan bagian bawah tersusun atas batupasir gampingan dan
konglomerat berselang-seling dengan lapisan tipis napal dan serpih. Sedangkan
bagian atas tersusun atas batupasir gampingan berwarna abu-abu muda sampai
biru keabu-abuan. (menurut Kastowo dan Suwarna, 1996).
Mengenai umur dari formasi ini masih terdapat perbedaan antara para
peneliti terdahulu. Kandungan Foraminifera besar menunjukan umur Miosen
Tengah, sedangkan foraminifera plankton menunjukkan umur Miosen Akhir-
Pliosen Awal. Tebal dari Formasi Rambatan ini berbeda disetiap tempat dari 400-
900 m.
Formasi Halang
Formasi Kumbang
Lokasi tipe dari formasi ini terletak pada hulu Sungai Babakan di dekat
Gunung Kumbang. Formasi ini merupakan hasil endapan yang khas dari produk
gunungapi Pliosen (menurut Marks, 1957). Tetapi menurut Van Bemmelen (1949)
menyebuttnya Miosen Akhir, sedangkan menurut Kastowo dan Suwarna (1996)
menyatakan bahwa umur dari formasi ini Miosen Tengah-Pliosen Awal.
Formasi Kumbang tersusun atas breksi gunungapi yang bersifat andesitis,
massif dan berlapis buruk dengan fragmen yang umumnya menyudut. Terdapat
juga aliran lava dan retas andesit, tufa, tufa pasiran dan batupasir tufaan yang
berlapis, konglomerat dan sisipan tipis magnetit. Sebagian breksi mengalami
propilitisasi.
Ketebalan maksimum dari formasi ini adalah 750 -2000 m dan menipis
kearah timur. Menurut Darman (1991) bahwa formasi ini di endapkan di bagian
atas dari kipas bawah laut (upper fan) dengan mekanisme turbiditik.
Formasi Tapak
Lokasi tipe dari formasi ini terletak di Gunung Tapak, 12 km NNE dari
Bantarkawung. Formasi Tapak tersusun oleh batulempung gampingan secara
dominan, kadang-kadang napal tidak berlapis, atau batugamping dengan sisipan
Formasi Kalibiuk
Formasi Kaliglagah
Lokasi tipe satuan ini berada di Gunung Mengger, 10 km arah NNW dari
Bumiayu, singkapan terbaik terdapat di Desa Cisaat. Formasi Mengger tersusun
atas tufa abu-abu muda dan batupasir tufaan dengan sisipan konglomerat dan
lapisan tipis magnetit. Pada formasi ini juga ditemukan fosil mamalia yang
termasuk kategori Upper Vertebrate Zone yang menunjukan umur Pliestosen
Awal. Ketebalan dari formasi ini diperkirakan mencapai 150m (menurut Marks,
1957).
Formasi Gintung
Formasi Linggopodo
Gambar 2.3 Pola struktur geologi Pulau Jawa (Van Bemmelen, 1949 dalam
Pulunggonodan Martodjojo, 1994)
2.1.Dasar Teori
Dasar Teori adalah dasar pemikiran dan hipotesis dalam menganalisis
laporan Praktik Kerja Lapangan.
Gambar 2.4 Tipe pola pengaliran dasar (Howard, 1967 dalam Van Zuidam, R.A. 1985)
Tabel 2.1 Tipe pola pengaliran modifikasi (Howard, 1967 dalam Van Zuidam, R.A. 1985)
Pola
Pengaliran Karakteristik
Dasar
Perlapisan batuan sedimen relatif datar atau paket batuan
kristalin yang tidak seragam dan memiliki ketahanan terhadap
Dendritik pelapukan. Secara regional, daerah aliran memiliki kemiringan
landai, jenis pola pengaliran membentuk percabangan menyebar
seperti pohon rindang.
Pada umumnya menunjukkan daerah yang berlereng sedang
Paralel sampai agak curam dan dapat ditemukan pula pada daerah
2. Morfometri
Morfometri merupakan penilaian kuantitatif dari bentuk lahan
sebagai aspek pendukung dari morfografi dan morfogenetik sehinga
klasifikasi kualitatif akan semakin tegas dengan angka-angka yang jelas.
Variasi nilai kemiringan lereng yang diperoleh kemudian dikelompokkan
berdasarkan klasifikasi kemiringan lereng menurut Van Zuidam (1985).
Teknik perhitungan kemiringan lerengnya dapat dilakukan dengan
menggunakan teknik grid cell berukuran 2x2 cm pada peta topografi skala
Dimana,
n = jumlah kontur yang memotong diagonal jaring
Ci = interval kontur (meter)
D = diagonal grid, Skala 1 : 25.000
Tabel 2.2 Hubungan kelas lereng dengan sifat - sifat proses dan kondisi lahan disertai simbol
warna yang disarankan (Van Zuidam, 1985)
Simbol
Kelas
Proses, Karakteristik dan Kondisi lahan warna yang
Lereng
disarankan
00 - 20 Datar atau hampi datar, tidak ada erosi yang besar,
(0 - 2 %) dapat diolah dengan mudah dalam kondisi kering. Hijau tua
Tabel 2.1 Pembagian kemiringan lereng berdasarkan klasifikasi USSSM dan USLE
Kemiringa Klasifikasi Klasifikasi
Kemiringa
n Keterangan USSSM* USLE*
n lereng (°)
lereng (%) (%) (%)
Datar –
<1 0–2 0–2 1-2
hampir datar
Sangat
1–3 3–7 2–6 2-7
landai
3–6 8 – 13 Landai 6 – 13 7 - 12
6–9 14 – 20 Agak curam 13 – 25 12 - 18
9 – 25 21 – 55 Curam 25 – 55 18 - 24
Sangat
25 – 26 56 – 140 > 55 > 24
curam
> 65 > 140 Terjal
*USSSM = United Stated Soil System Management
USLE = Universal Soil Loss Equation
Tabel 2.4 Warna yang disarankan didasarkan pada morfogenesanya (Van Zuidam, 1985)
1. Kekar
Kekar didefinisikan sebagai suatu rekahan pada kerak bumi
yang belum atau sedikit sekali mengalami pergeseran sepanjang bidangnya,
akibat tekanan yang lebih lanjut. Kekar memecahkan batuan dengan
rekahan yang relative halus dengan panjang yang bervariasi mulai dari
beberapa sentimeter sampai ratusan meter. Secara genetik, kekar dapat
dibedakan menjadi dua jenis (Hobs, 1976, dalam Haryanto, 2003) yaitu :
a. Kekar gerus (shear joint), adalah rekahan yang bidang-bidangnya
terbentuk karena adanya kecenderungan untuk sal ing bergeser (shearing)
searah bidang rekahan.
b. Kekar tarik (Extensional joint), adalah rekahan yang bidang-bidangnya
terbentuk kadanya kecenderungan untuk saling menarik (meregang) atau
bergeser tegak lurus terhadap bidang rekahannya. Kekar tarikan dapat
dibedakan sebagai :
- Tension Fracture, yaitu kekar tarik yang bidang rekahnya
searah dengan tegasan. Kekar jenis inilah yang biasanya
2. Sesar
Gambar 2.9 Hubungan antara pola tegasan dengan jenis sesar yang terbentuk(Anderson, 1951
dalam Sitter, 1956)
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap persiapan yang dilakukan adalah dengan pembuatan proposal
dan melengkapi persyaratan-persyaratan yang diperlukan. Tahapan ini mulai
dikerjakan pada bulan …
MULAI
TAHAP PERSIAPAN
TAHAP PENGAMBILAN
DATA LAPANGAN
TAHAP ANALISIS
SEMINAR
BAB IV
RENCANA KEGIATAN
1. Jadwal Kegiatan Penelitian