Professional Documents
Culture Documents
2018
2018
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas Evaluasi pendidikan dan pelatihan yang kiranya dapat
penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis berharap dengan penyusunan tugas ini
diharapkan dapat membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar dan dapat digunakan
sebagai pembelajaran.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Jika ada kesalahan baik dalam
penulisan maupun dalam pengejaan penulis sebagai penyusun mohon maaf. Kritik dan saran
dalam tugas ini sangat penyusun nantikan demi perbaikan dimasa mendatang.
Wuri Dwiyati
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal
ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai. Tes objektif
menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban
yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau
pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan
peserta didik yang mununtut proses mental yang tidak begitu tunggi seperti kemampuan
mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, pengertian, dan kemampuan
mengaplikasikan prinsip-prinsip. Salah satu jenis dari tes objektif adalah tes benar-salah
dan sebab akibat, pada makalah ini akan dibahas mengenai tes benar-salah dan
menjodohkan.
1.4 Manfaat
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dalam pembahasan ini, adapun
manfaatnya sebagai berikut :
1. Untuk para pendidik : untuk lebih menyadari dan berusaha mengembangkan berbagai
ragam penelitian sesuai dengan perkembangan paradigma penelitian ilmiah.
2. Untuk mahasiswa : untuk lebih berperan aktif dalam pengembangan berbagai penelitian
teknologi pendidikan berkaitan dengan evaluasi dalam pendidikan dan pelatihan.
3. Untuk masyarakat umum : memberikan sumbangan tentang tulisan yang berkaitan
dengan evaluasi dalam pendidikan dan pelatihan karena masih sulitnya mendapat
referensi tentang evaluasi dalam pendidikan dan pelatihan khususnya bidang falsafah
ilmiah dan landasan berfikir penelitian pendidikan serta kawasannya dalam
pemasyarakatan di bidang teknologi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar Dan Pembelajaran
2
Arikunto, Suharsimi. (2015). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi 2
Sedangkan dalam hamzah ali (2014:134), ada empat variasi yang dapat dibuat dari
macam soal benar salah yaitu3:
1. Jenis tes benar-salah biasa
Bentuk umum dari tes ini yakni siswa hanya tinggal memberikan tanda dengan
melingkari atau menyilang huruf B apabila pernyataan tersebut dinilai benar dan
melingkari atau menyilang huruf S apabila pernyataan itu dinilai salah.
2. Jenis tes benar-salah dengan alasan
Siswa tidak hanya diminta menilai kebenaran pernyataan tersebut, tetapi juga
memberikan alasannya apabila pernyataan itu dinilai salah.
3. Jenis tes benar-salah dengan pembetulan
Siswa tidak hanya diminta menilai kebenaran pernyataan tersebut, tetapi membetulkan
jika pernyataan itu dinilai salah.
4. Jenis tes benar-salah dengan alasan dan pembetulan
Dalam variasi ini siswa tidak hanya dituntut menilai kebenaran pernyataan tersebut,
akan tetapi juga diminta memberikan alasan dan membetulkan jika pernyataan itu
dinilai salah.
Dengan demikian berasarkan beberapa pendapat menurut para ahli mengenai tes benar
salah dapat disimpulkan bahwa Tes dengan bentuk soal benar salah lebih luas cakupan
materi yang diujikan dan tidak memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya
singkat saja. Kita mudah menyusunnya dan dapat digunakan berkali-kali, dapat dilihat
secara cepat dan objektif. Disamping itu, petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti.
Pada tes ragam ya tidak, terdiri atas pertanyaan langsung yang harus dijawab dengan ya
atau tidak.
3
Hamzah, ali. 2014. Evaluasi pembelajaran matematika
sebelah kiri yang berupa huruf B dan S yang harus dipilih peserta didik atas respon
pernyataan yang disebelah kanan. Kelompok kedua terdiri atas pertanyaan atau pernyataan
yang harus direspon oleh peserta didik. Jika pernyataan atau pertanyaan benar menurut
peserta didik, maka mereka akan melingkari atau mencoret huruf B pada huruf B – S. jika
pernyataan atau pertanyaan salah menurut peserta didik, maka mereka akan melingkari atau
mencoret huruf S pada huruf B – S. Peserta didik atau peserta tes dapat juga melingkari
atau member tanda hitam pada lembaran jawaban yang telah disediakan, yang terlepas dari
lembara soal.
Menurut Surapranata (2004 :93) Jika huruf B-S harus sama banyak dengan jumlah
pertanyaan atau pernyataan. Agar soal berfungsi dengan baik, maka hal yang dinyatakan
hendaknya homogeny dari segi isi. Cirri khusus dari bentuk soal benar salah adalah
terbatasnya mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana. Kalaupun hendak digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi,
paling tidak dapat digunakan untuk kemampuan menghubungkan antara dua hal yang
homogen4.
Soal – soal tipe benar salah berupa pernyataan – pernyataan (statement). Statement
tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai
masing – masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu benar
menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah. Tipe benar-salah
termasuk dalam tes objektif, karena tes ini telah menyediakan sejumlah jawaban sehingga
siswa tinggal memilih satu jawaban yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia.
Bentuk benar – salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan atau menjawab
soal) yakni :
1. Dengan pembetulan (with correction), yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih
jawaban yang salah.
2. Tanpa pembetulan (without Correction), yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B
atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.
4
Surapranata. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis : Implementasi Kurikulum 2004
Selain itu, tes ini juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test), tes
“ya/tidak” (yes-no test) dan merupakan tes model baru (new type test) dengan cara
menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang
telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan. Pada pernyataan tes
benar atau salah, peserta tes tersebut tinggal menyilang atau melingkari huruf B jika
pernyataan menurut pendapat benar dan huruf S jika salah. Dalam hal ini Testee diminta
menentukan pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan tersebut dengan cara seperti
yang telah ditentukan dalam petunjuk cara mengerjakan soal. Contoh: bentuk soal yang
hanya memberi tanda silang (X). B-S : Nikmat yang dberikan Allah wajib disyukuri
SEBAB puasa diakhiri tanggal 1 Syawal (Arifin, 2012:135-137)5.
5
Arifin. (2012). Zainal, Evaluasi Pembelajaran
6
Surapranata. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis : Implementasi Kurikulum 2004
7
http://wardahthoyyibatul.blogspot.com/2011/05/evaluasi-pembelajaran.html, diakses pada 02 April 2014.
Bentuk tes benar atau salah ini bermacam-macam variasinya jika dilihat dari segi pola
pengerjaannya yang terdiri dari:
1. Tes Benar-Salah bentuk pernyataan. Dalam bentuk ini soal terdiri dari pernyataan-
pernyataan dan siswa diminta memilih kemungkinan benar atau salah saja.
2. Tes Benar-Salah yang menuntut alasan. Dalam bentuk ini selain seperti bentuk pertama
juga menuntut supaya siswa memberi alasan apabila ia memilih kemungkinan salah
(menyalahkan pernyataan soal).
3. Tes Benar-Salah dengan membetulkan. Dalam bentuk tes ini selain seperti bentuk
pertama juga menuntut supaya siswa membetulkan pernyataan soal yang disalahkan
(jika siswa memilih kemungkinan salah terhadap pernyataan/ soal yang bersangkutan).
4. Tes Benar-Salah Berganda. Pada bentuk ini satu induk persoalan menghasilkan
beberapa anak persoalan. Beberapa anak persoalan itu dirumuskan dalam pernyataan/
soal yang mempunyai kemungkinan benar atau salah.
8
Ibid
9
Ibid halaman 100-103
10
Arikunto,Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet. 5. Halaman 162
2. Usakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab sama dengan soal yang harus
dijawab S. Dalam hal ini hendanya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-S-B-
S atau SS-BB-BB-SS.
3. Hindari item yang bisa diperdebatkan. Contoh : B-S kekayaan lebih pentng dari pada
kepandaian
4. Hindari kata-kata yang menunjukkan kecedenrungan memberi saran seperi yang
dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya semuanya, tidak terlalu, tidak
pernah, dan sebagainya.
5. Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran terhadap daya
ingat
6. Hindarkan pernyataan yang sangat umum
11
Op.Cit, http://literaturkti.blogspot.com/2014/04/kaidah-penulisan-soal.html.
sebagai preposisi yang memberikan stimuli pada para siswa untuk di cari jawaban yang
cocok dari kolom ke dua atau kolom respons. Pertanyaan menjodohkan ini pada umumnya
kegunaannya terbatas pada pengukuran pengetahuan yang mencakup terminologi, batasan
atau definisi, fakta, dan asosiasi konsep yang memiliki kaitan sederhana. Hal ini sesuai
dengan yang di nyatakan oleh Cross (1982) bahwa matching tes items are appropriate for
identifying the relantionship things; atau item tes menjodohkan adalah tepat untuk
mengidentifikasi hubungan antar sesuatu. Ciri-ciri bentuk soal menjodohkan:
1. Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban
2. Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia,
sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan jodoh dari
pertanyaannya.
Jadi, dalam bentuk tes ini, disediakan dua kelompok bahan dan testee harus mencari
pasangan-pasangannya yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan
yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut12.
Item tes menjodohkan, jika di susun secara cermat, mampu mengukur pengetahuan
batasan dan terminologi. Batasan definisi maupun asas pengetahuan adalah sangat penting
untuk di pahami oleh para siswa. Batasan dan asas itu tidak mudah di mengerti, jika mereka
tidak masuk dalam perbendaharaan kata para siswa. Kemampuan mengukur batasa atau
asas tersebut merupakan karakteristik penting, mampu membuat para guru dan evaluator
banyak mempertimbangkan penggunaannya dalam mengukur kemampuan pengetahuan
para peserta didik. Di samping itu, item tes menjodohkan dapat mencakup tingkat
pengetahuan yang sama dengan jawaban bebas maupun item tes melengkapi.
Item tes menjodohkan pada prinsipnya dapat mengevaluasi pengetahuan tentang fakta
yang memiliki makna spesifik. Agar dapat di gunakan sebagai materi premis atau kolom
respons, fakta harus sederhana dan jelas. Jika keduanya kriteria tersebut tidak di penuhi
maka tipe tes lain perlu di pertimbangkan penggunaannya.
12
http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/01/alat-evaluasi-tes.html, diakses pada 02 April 2014
Agar dapat item tes menjodohkan yang efektif, beberapa aturan dapat di pertimbangkan
utamanya ketika seorang guru hendak mengonstruksi item tes jenis menjodohkan, yaitu:
1. Perlu adanya petunjuk yang jelas tentang bagaimana menjawab tes menjodohkan.
Petunjuk tersebut perlu disusun dengan kalimat yang singkat dan jelas. Gurut pun perlu
menegaskan makna dan cara menjawab pada setiap kolom.
2. Pada setiap kolom sebaiknya di beri label untuk lebih menjelaskan petunjuk.
3. Item-item dalam tes menjodohkan sebaiknya homogen. Jika hanya sedikit materi
pembelajaran yang dapat di kelompokan secara homogen dan berkaitan satu dengan
lainnya, maka bentuk tes lain di rekomendasikan untuk di gunakan.
4. Sebaiknya antara premis dan respons tidak sama jumlahnya. Secara empiris antara
jumlah respon lebih banyak antara 1 dan 2 jawaban. Jika premis dan respon di buat
sama jumlahnya, ada kemungkinan para siswa menjawab dengan cara menerka.
5. Untuk setiap tes jumlah item menjodohkan sebaiknya antara 4-8 item. Jika terlalu
sedikit akan menimbulkan kurang informasi bagi para siswa, sebaliknya, jika lebih
besar dari 8, item kemungkinan terjadi tumpang tindih, membingungkan, dan
menghabiskan waktu.
6. Huruf besar atau angka ( arab) sebaiknya digunakan untuk memberikan label item-
iteem pada daftar jawaban.
7. Item-item dalam daftar respons sebaiknya di buat lebih pendek di bandingkan dengan
daftar stimulus atau premis.
8. Kolom dan daftar respons sebaiknya di tempatkan pada sisi sebelah kanan.
9. Semua item untuk satu set tes menjodohkan, sebaiknya di tempatkan pada satu
halaman. Penempatan kedua kolom pada halaman lain atau terpisah akan
mengakibatkan siswa membaca sambil membolak-balik halaman.
pada lajur sebelah kiri (bagian atau kolom A), biasanya merupakan pernyataan soal atau
pertanyaan sering juga disebut premis atau stimulus yang berupa kalimat atau phrasa.
Kelompok kedua biasa disebut respon yang ditulis pada lajur sebelah kanan (bagian atau
kolom B), biasanya merupakan pernyataan atau pertanyaan respon berupa kata, bilangan,
ambar, dan symbol. Peserta tes diminta untuk menjodohkan, atau memilih pasangan yang
tepat bagi pernyataan yang ditulis pada stimulus yang terdapat pada lajur sebelah kiri
dengan respon yang terdapat pada lajur sebelah kanan. Dalam kebanyakan bentuk
soalmenjodohkan ini, biasanya peserta didik diminta untuk mencari pasangan yang
berhubungan. Premis dapat juga diletakkan di sebelah atas (bagian A) sementara respon
dibawahnya (bagian B)13.
13
Surapranata. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis : Implementasi Kurikulum 2004 halaman 109
dan respon. Makin banyak hubungan antara premis dengan respon dapat dibuat, maka
makin baik soal yang disajikan14.
2.2.4 Jenis Soal Dalam Tes Menjodohkan
Menurut Surapranata (2004:117) Bentuk soal menjodohkan hanya ada satu macam,
yaitu bentuk soal dengan stimulus yang diletakkan di sebelaha kiri atau atas dan respon
yang diletakkan disebelah kanan atau bawah15.
14
Surapranata. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis : Implementasi Kurikulum 2004 halaman 112
15
Ibid Surapranata. (2004) halaman 117
16
Gronlund, N.E. (1976). Measurement an Evaluation in Teaching
Materi soal dibatasi oleh faktor ingatan/ pengetahuan yang sederhana dan kurang dapat
dipakai untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian dan kemampuan membuat
tafsiran.
17
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm.172
Selain itu, ada pendapat yang mengatakan mengenai kaidah penulisan soal bentuk
menjodohkan adalah 18:
a. Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk menjodohkan.
3. Gunakan materi-materi yang homogen untuk setiap kelompok, baik kelompok soal
(pokok soal) maupun pilihan jawabannya.
b. Konstruksi
1. Pertanyaan dan pilihan jawaban harus disusun dengan homogen, paralel/sejajar.
2. Soal disusun sebelah kiri dengan bernomor, pilihan jawaban disusun di sebelah
kanan dengan nomor urut dengan huruf.
3. Pertanyaan dan pilihan jawaban hendaknya disusun secara sistematis. Jika daftar
terdiri dari tanggal disusun secara kronologis, sedangkan pertanyaan dalam pilihan
jawaban dapat disusun menurut abjad.
4. Pertanyaan dan pilihan jawaban ditulis dalam halaman yang sama. Bila tidak
demikian dapat membingungkan siswa dan dapat menyita waktu lama yang
dipergunakan untuk membolak balik halaman saja.
5. Panjang soal ini dibatasi jumlah tidak lebih dari 10 – 15 butir soal. Daftar-daftar
yang panjang cenderung akan menjadi terlalu heterogen dan dengan demikian
memungkinkan adanya petunjuk-petunjuk bagi siswa yang pandai, lagi pula soal
bentuk ini bila soalnya terlalu panjang/banyak akan membuang waktu yang terlalu
banyak.
6. Jumlah pilihan jawaban disusun lebih banyak daripada soalnya. Hal ini
dimaksudkan agar siswa dapat memikirkan jawaban dengan tepat.
7. Pokok soal dan pilihan jawaban disusun dengan pertanyaan yang pendek.
8. Petunjuk mengerjakan soal harus jelas.
c. Bahasa / Budaya
18
Op.Cit, http://literaturkti.blogspot.com/2014/04/kaidah-penulisan-soal.html.
1. Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.
2. Gunakan bahasa Indonesia baku.
3. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
4. Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan-ganda.
Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan ganda terdiri dari stem
dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option yang paling
tepat, sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom
sebelah kiri menunukukkan kumpulan persoalan dan kolom sebelah kanan
menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak
dariapa jumlah persoalan.
5. Seperti halnya dengan tipe soal lainnya, beberapa aturan tersebut mungkin sebagai
tambahan sebagai aturan pada umumnya untuk penyusunan soal objektif.
tinggi
Penskoran Mudah, cepat, Mudah, cepat, obyektif
obyektif
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pada dasarnya Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang
digunakan untuk melakukan pengukuran dan tes objektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Tes benar-salah pada umumnya
berupa pernyataan (statement), ada yang benar dan ada yang salah. Tes benar salah
ditekankan mengandung atau tidaknya kebenaran dalam penyataan yang hendak dinilai
siswa. Pada bentuk soal hubungan antarhal, siswa dituntut untuk mengidentifikasi
hubungan sebab-akibat antara pernyataan pertama (yang merupakan akibat) dan
pernyataan kedua (yang merupakan sebab). Kedua pernyataan (pertama dan kedua)
dihubungkan dengan kata “sebab”. Kedua pernyataan itu dapat benar, salah, atau dapat
juga pernyataan yang satu benar, yang lain salah.
Selanjutnya, Bentuk soal menjodohkan yaitu bentuk soal yang memasangkan
kalimat satu dengan kalimat lain yang merupakan jawaban dari kalimat tersebut
(memiliki hubungan satu sama lain). Item tes menjodohkan sering juga di sebut
matching test item. Item tes menjodohkan ini juga termasuk dalam kelompok tes
objektif. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan, terdiri dari atas dua kolom yang
sejajar. Pada kolom pertama berisi pertanyaan yang di sebut daftar stimulus dan kolom
kedua berisi kata atau frasa yang di sebut juga daftar respon atau jawaban. Item tes
menjodohkan, jika di susun secara cermat, mampu mengukur pengetahuan batasan dan
terminologi. Batasan definisi maupun asas pengetahuan adalah sangat penting untuk di
pahami oleh para siswa. Batasan dan asas itu tidak mudah di mengerti, jika mereka
tidak masuk dalam perbendaharaan kata para siswa. Kemampuan mengukur batasa atau
asas tersebut merupakan karakteristik penting, mampu membuat para guru dan
evaluator banyak mempertimbangkan penggunaannya dalam mengukur kemampuan
pengetahuan para peserta didik. Di samping itu, item tes menjodohkan dapat mencakup
tingkat pengetahuan yang sama dengan jawaban bebas maupun item tes melengkapi.
Item tes menjodohkan pada prinsipnya dapat mengevaluasi pengetahuan tentang fakta
yang memiliki makna spesifik. Agar dapat di gunakan sebagai materi premis atau
kolom respons, fakta harus sederhana dan jelas. Jika keduanya kriteria tersebut tidak di
penuhi maka tipe tes lain perlu di pertimbangkan penggunaannya.
3.2 Saran
Berdasarkan kesimpuan yang telah diuraikan diatas, maka untuk pembahasan ini
dapat disarankan dengan adanya evaluasi pendidikan dan pelatihan ini, semoga
pendidikan bisa di laksanakan dengan sebaik-baiknya, dan evaluasi pendidikan dan
pelatihan ini tidak hanya dijadikan sebagai acuan konstektual saja, tetapi
terealisasikan dengan sebaik-baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto , Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet. 5. Jakarta:
PT. Bumi Aksara
Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Op.Cit, http://literaturkti.blogspot.com/2014/04/kaidah-penulisan-soal.html.
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm.167, Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet. 5 (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005)