You are on page 1of 27

Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan

2018

Evaluasi Pendidikan dan Pelatihan


Mengenai :

Penyusunan Bentuk Tes Benar Salah Dan Bentuk Tes


Menjodohkan
D
I
S
U
S
U
N

Oleh Kelompok III :

 Wuri Dwiyati 8176121007

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 1


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan tugas Evaluasi pendidikan dan pelatihan yang kiranya dapat
penulis selesaikan tepat pada waktunya. Penulis berharap dengan penyusunan tugas ini
diharapkan dapat membantu dalam proses kegiatan belajar mengajar dan dapat digunakan
sebagai pembelajaran.
Semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Jika ada kesalahan baik dalam
penulisan maupun dalam pengejaan penulis sebagai penyusun mohon maaf. Kritik dan saran
dalam tugas ini sangat penyusun nantikan demi perbaikan dimasa mendatang.

Medan, Februari 2018


Penulis

Wuri Dwiyati

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page i


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 3
1.4 Manfaat ..................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 4


2.1 Tes Benar Salah ........................................................................................ 4
2.1.1 Pengertian Tes Benar Salah ......................................................... 4
2.1.2 Karakteristik Tes Benar Salah ...................................................... 5
2.1.3 Kemampuan Yang Diukur Dalam Tes Benar Salah .................... 7
2.1.4 Jenis Soal Tes Benar Salah .......................................................... 8
2.1.5 Penskoran Tes Benar Salah .......................................................... 9
2.1.6 Keunggulan Dan Kelemahan Tes Benar Salah ............................ 9
2.1.7 Contoh Tes Benar Salah ............................................................... 10
2.1.8 Kaidah Penulisan Soal Tes Benar Salah ...................................... 10
2.2 Tes Menjodohkan ..................................................................................... 12
2.2.1 Pengertian Tes Soal Menjodohkan ............................................... 12
2.2.2 Karakteristik Tes Soal Menjodohkan .......................................... 14
2.2.3 Kemampuan Yang Diukur Dalam Tes Menjodohkan .................. 15
2.2.4 Jenis Soal Dalam Tes Menjodohkan ............................................ 16
2.2.5 Penskoran Dalam Tes Menjodohkan ........................................... 16
2.2.6 Keunggulan Dan Kelemahan Dalam Tes Menjodohkan .............. 16

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page ii


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

2.2.7 Kaidah Penulisan Dalam Tes Menjodohkan ................................ 17


2.3 Perbedaan Tes Benar Salah dengan Tes Menjodohkan ............................ 19

BAB III PENUTUP ...................................................................................................... 21


3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 21
3.2 Saran ....................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 23

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page iii


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Teknik tes merupakan suatu kenyataan bahwa manusia dalam hidupnya berbeda antara
individu yang satu dengan individu yang lainnya. Tidak ada dua individu yang sama persis,
baik dari segi fisik maupun psikisnya.
Setiap kegiatan belajar harus diketahui sejauh mana proses belajar tersebut telah
memberikan nilai tambah bagi kemampuan siswa. Salah satu cara untuk melihat
peningkatan kemampuan tersebut adalah dengan melakukan tes. Tes sebagai alat penilaian
adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban
dari siswa dalam bentuk lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam
bentuk perbuatan (tes tindakan).
Ada beberapa prinsip dasar yang perlu dicermati di dalam menyusun tes hasil belajar
agar tes tersebut dapat mengukur tujuan instruksional khusus untuk mata pelajaran yang
telah diajarkan, atau mengukur kemampuan dan keterampilan peserta didik yang
diharapkan, setelah mereka menyelesaikan suatu unit pengajaran tertentu. Pertama, tes hasil
belajar harus dapat mengukur secara jelas hasil belajar yang telah ditetapkan sesuai dengan
tujuan instruksional. Kedua, butir-butir tes hasil belajar harus merupakan sampel yang
representative dari populasi bahan pelajaran yang telah diajarkan, sehingga dapat dianggap
dapat mewakili seluruh performanceyang telah diperoleh selama pesrta didik mengikuti
suatu unit pengajaran. Ketiga, bentuk soal yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar harus
dibuat bervariasi. Keempat, tes hasil belajar harus didasain sesuai dengan kegunaannya
untuk memperoleh hasil yang diinginkan. Kelima, tes hasil belajar harus memiliki
realibilitas yang dapat diandalkan. Keenam, tes hasil balajar disamping harus dapat
dijadikan alat pengukur keberhasilan belajar siswa, juga harus dapat dijadikan alat untuk
mencari informasi yang berguna untuk memperbaiki cara belajar siswa dan cara mengajar
guru itu sendiri.

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 1


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

Tes objektif adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal
ini dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes bentuk essai. Tes objektif
menuntut peserta didik untuk memilih jawaban yang benar diantara kemungkinan jawaban
yang telah disediakan, memberikan jawaban singkat, dan melengkapi pertanyaan atau
pernyataan yang belum sempurna. Tes objektif sangat cocok untuk menilai kemampuan
peserta didik yang mununtut proses mental yang tidak begitu tunggi seperti kemampuan
mengingat kembali, kemampuan mengenal kembali, pengertian, dan kemampuan
mengaplikasikan prinsip-prinsip. Salah satu jenis dari tes objektif adalah tes benar-salah
dan sebab akibat, pada makalah ini akan dibahas mengenai tes benar-salah dan
menjodohkan.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, adapun rumusan dalam
pembahasan ini adalah :
1. Karakteristik tes benar- salah ?
2. Kemampuan yang di ukur dalam tes benar – salah ?
3. Jenis soal dalam tes benar - salah ?
4. Cara penskoran dalam tes benar – salah ?
5. Keunggulan dan kelemahan dalam tes benar- salah ?
6. Kaidah penulisan dalam tes benar – salah ?
7. Karakteristik tes menjodohkan ?
8. Kemampuan yang di ukur dalam tes menjodohkan ?
9. Jenis soal dalam tes menjodohkan ?
10. Cara penskoran dalam tes menjodohkan ?
11. Keunggulan dan kelemahan dalam tes menjodohkan ?
12. Kaidah penulisan dalam tes menjodohkan?

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 2


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

1.3 Tujuan Pembahasan


Berdasarkan rumusan masalah diatas, adapun tujuan yang terdapat dalam pembahasan
ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik tes benar- salah ?
2. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan yang di ukur dalam tes benar – salah ?
3. Untuk mengetahui bagaimana jenis soal dalam tes benar - salah ?
4. Untuk mengetahui bagaimana cara penskoran dalam tes benar – salah ?
5. Untuk mengetahui bagaimana keunggulan dan kelemahan dalam tes benar- salah ?
6. Kaidah penulisan dalam tes benar – salah ?
7. Untuk mengetahui bagaimana karakteristik tes menjodohkan ?
8. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan yang di ukur dalam tes menjodohkan ?
9. Untuk mengetahui bagaimana jenis soal dalam tes menjodohkan ?
10. Untuk mengetahui bagaimana cara penskoran dalam tes menjodohkan ?
11. Untuk mengetahui bagaimana keunggulan dan kelemahan dalam tes menjodohkan ?
12. Untuk mengetahui bagaimana kaidah penulisan dalam tes menjodohkan?

1.4 Manfaat
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dalam pembahasan ini, adapun
manfaatnya sebagai berikut :
1. Untuk para pendidik : untuk lebih menyadari dan berusaha mengembangkan berbagai
ragam penelitian sesuai dengan perkembangan paradigma penelitian ilmiah.
2. Untuk mahasiswa : untuk lebih berperan aktif dalam pengembangan berbagai penelitian
teknologi pendidikan berkaitan dengan evaluasi dalam pendidikan dan pelatihan.
3. Untuk masyarakat umum : memberikan sumbangan tentang tulisan yang berkaitan
dengan evaluasi dalam pendidikan dan pelatihan karena masih sulitnya mendapat
referensi tentang evaluasi dalam pendidikan dan pelatihan khususnya bidang falsafah
ilmiah dan landasan berfikir penelitian pendidikan serta kawasannya dalam
pemasyarakatan di bidang teknologi pendidikan.

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 3


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tes Benar Salah


2.1.1 Pengertian Tes Benar Salah
Tes benar-salah pada umumnya berupa pernyataan (statement), ada yang benar dan ada
yang salah. Tes benar salah ditekankan mengandung atau tidaknya kebenaran dalam
penyataan yang hendak dinilai siswa. Siswa menjawab dengan menetapkan apakah
pernyataan yang disajikan itu salah atau benar dalam arti mengandung atau tidak
mengandung kebenaran. Pada ragam lain yakni betul-salah terdiri atas kalimat, hitungan
atau ungkapan yang harus dinilai betul atau salah tergantung pada tepat atau tidaknya
penulisan, tata bahasa atau perhitungannya.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (1999:210) Bentuk tes benar salah (B-S) adalah tes
yang butir-butir soalnya mengharuskan siswa mempertimbangkan suatu pernyataan sebagai
pernyataan yang benar atau salah. Peserta didik di minta untuk menentukan pilhannya
mengenai pertanyaan atau pernyataan dengan cara seperti yang diminta dalam petunjuk
mengerjakan soal. Salah satu fungsi tes ini adalah untuk mengukur kemampuan siswa
untuk membedakan antara mana yang fakta dan mana yang pendapat. supaya soal dapat
berfungsi dengan baik materi yang hendak ditanyakan hendaknya bersifat homogen1.
Dalam soal tes benar salah, siswa diminta melingkari tanda B jika pernyataan itu benar
menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika salah. Menurut Arikunto (2015:181)
bentuk benar-salah ada 2 macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal) yakni2:
1. Dengan pembetulan (with correction), yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih
jawaban yang salah.
2. Tanpa pembetulan (without correction), yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B
atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.

1
Dimyati dan Mudjiono. (1999). Belajar Dan Pembelajaran
2
Arikunto, Suharsimi. (2015). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi 2

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 4


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

Sedangkan dalam hamzah ali (2014:134), ada empat variasi yang dapat dibuat dari
macam soal benar salah yaitu3:
1. Jenis tes benar-salah biasa
Bentuk umum dari tes ini yakni siswa hanya tinggal memberikan tanda dengan
melingkari atau menyilang huruf B apabila pernyataan tersebut dinilai benar dan
melingkari atau menyilang huruf S apabila pernyataan itu dinilai salah.
2. Jenis tes benar-salah dengan alasan
Siswa tidak hanya diminta menilai kebenaran pernyataan tersebut, tetapi juga
memberikan alasannya apabila pernyataan itu dinilai salah.
3. Jenis tes benar-salah dengan pembetulan
Siswa tidak hanya diminta menilai kebenaran pernyataan tersebut, tetapi membetulkan
jika pernyataan itu dinilai salah.
4. Jenis tes benar-salah dengan alasan dan pembetulan
Dalam variasi ini siswa tidak hanya dituntut menilai kebenaran pernyataan tersebut,
akan tetapi juga diminta memberikan alasan dan membetulkan jika pernyataan itu
dinilai salah.

Dengan demikian berasarkan beberapa pendapat menurut para ahli mengenai tes benar
salah dapat disimpulkan bahwa Tes dengan bentuk soal benar salah lebih luas cakupan
materi yang diujikan dan tidak memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya
singkat saja. Kita mudah menyusunnya dan dapat digunakan berkali-kali, dapat dilihat
secara cepat dan objektif. Disamping itu, petunjuk cara mengerjakannya mudah dimengerti.
Pada tes ragam ya tidak, terdiri atas pertanyaan langsung yang harus dijawab dengan ya
atau tidak.

2.1.2 Karakteristik Tes Benar Salah


Dalam tes yang tradisional, bentuk soal jawaban singkat adalah bentuk soal yang sangat
sederhana yang terdiri atas dua kelompok pernyataan. Kelompok pertama ditulis pada lajur

3
Hamzah, ali. 2014. Evaluasi pembelajaran matematika

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 5


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

sebelah kiri yang berupa huruf B dan S yang harus dipilih peserta didik atas respon
pernyataan yang disebelah kanan. Kelompok kedua terdiri atas pertanyaan atau pernyataan
yang harus direspon oleh peserta didik. Jika pernyataan atau pertanyaan benar menurut
peserta didik, maka mereka akan melingkari atau mencoret huruf B pada huruf B – S. jika
pernyataan atau pertanyaan salah menurut peserta didik, maka mereka akan melingkari atau
mencoret huruf S pada huruf B – S. Peserta didik atau peserta tes dapat juga melingkari
atau member tanda hitam pada lembaran jawaban yang telah disediakan, yang terlepas dari
lembara soal.
Menurut Surapranata (2004 :93) Jika huruf B-S harus sama banyak dengan jumlah
pertanyaan atau pernyataan. Agar soal berfungsi dengan baik, maka hal yang dinyatakan
hendaknya homogeny dari segi isi. Cirri khusus dari bentuk soal benar salah adalah
terbatasnya mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang
sederhana. Kalaupun hendak digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi,
paling tidak dapat digunakan untuk kemampuan menghubungkan antara dua hal yang
homogen4.
Soal – soal tipe benar salah berupa pernyataan – pernyataan (statement). Statement
tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandai
masing – masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu benar
menurut pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah. Tipe benar-salah
termasuk dalam tes objektif, karena tes ini telah menyediakan sejumlah jawaban sehingga
siswa tinggal memilih satu jawaban yang benar dari sejumlah jawaban yang tersedia.
Bentuk benar – salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan atau menjawab
soal) yakni :
1. Dengan pembetulan (with correction), yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih
jawaban yang salah.
2. Tanpa pembetulan (without Correction), yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B
atau S tanpa memberikan jawaban yang betul.

4
Surapranata. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis : Implementasi Kurikulum 2004

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 6


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

2.1.3 Kemampuan Yang Diukur Dalam Tes Benar Salah


Bentuk soal benar salah sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik yang
sangat sederhana, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi kebenaran fakta yang disajikan
dalam soal. Apabila fakta yang disajikan dalam menurut peserta didik benar, peserta didik
akan menjawab benar. Sebaliknya, apabila fakta yang disajikan menurut peserta didik
salah, maka peserta didik akan menjawab salah. Untuk menjawab kemampuan kompotensi
dasar maupun indikator yang sederhana, pernyataan atau pertanyaan yang dibuat juga
sangat sederhana. Hal umum yang berlaku dalam bentuk soal benar – salah adalah peserta
didik mengenal pertanyaan atau pernyataan soal adalah salah, tetapi mereka masih tidak
mengetahui dengan pasti hal mana yang benar.
Tes obyektif bentuk true-false adalah salah satu bentuk tes obyektif dimana butir-butir
soal yang diajukan dalam tes hasil belajar itu berupa pernyataan, pernyataan ada yang benar
dan ada yang salah. Petunjuk penyusunan tes benar-salah adalah :
1. Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk
mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).
2. Usahakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab B sama dengan butir soal yang
harus dijawab S. Dalam hal ini hendaknya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya
B-S-B-S-B-S atau SS-BB-SS-BB-SS.
3. Hindari item yang masih bisa diperdebatkan.
Contoh:
B-S Kekayaan lebih penting dari pada kepandaian.
4. Hindarilah pertanyaan-pertanyaan yang persis dengan buku.
5. Hindarilah kata-kata yang menunjukan kecenderungan memberi saran seperti yang
dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya: semuanya, tidak selalu, tidak
pernah dan sebagainya.

Selain itu, tes ini juga dikenal dengan istilah tes jawaban pendek (short answer test), tes
“ya/tidak” (yes-no test) dan merupakan tes model baru (new type test) dengan cara
menuliskan jawabannya berupa kata-kata atau simbol-simbol tertentu pada tempat yang

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 7


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

telah disediakan untuk masing-masing butir item yang bersangkutan. Pada pernyataan tes
benar atau salah, peserta tes tersebut tinggal menyilang atau melingkari huruf B jika
pernyataan menurut pendapat benar dan huruf S jika salah. Dalam hal ini Testee diminta
menentukan pendapatnya mengenai pernyataan-pernyataan tersebut dengan cara seperti
yang telah ditentukan dalam petunjuk cara mengerjakan soal. Contoh: bentuk soal yang
hanya memberi tanda silang (X). B-S : Nikmat yang dberikan Allah wajib disyukuri
SEBAB puasa diakhiri tanggal 1 Syawal (Arifin, 2012:135-137)5.

2.1.4 Jenis Soal Tes Benar Salah


Berbagai macam bentuk soal benar salah terdiri atas benar-salah, benar-tidak beanr,
tepat tidak tepat, ya tidak, fakta atau pendapat, atau setuju tidak setuju. Untuk masing-
masing bentuk soal tersebut hanya ada dua kemungkinan jawaban, yaitu benar atau salah.
Karena bentuk jawaban benar-salah merupakan bentuk yang paling umum, maka soal ini
sering dinamakan sebagai bentuk soal salah betul.
Berdasarkan jawaban peserta didik dan berdasarkan penskorannya, soal bentuk benar
salah hanya diklasifikasikan menjadi satu macam, yaitu soal yang menuntut peserta didik
memilih salah satu jawaban, B untuk jawaban benar dan S untuk jawaban salah
(Surapranata, 2004:100)6.
Bentuk benar salah ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal),
yakni 7:
1. Dengan pembetulan (with correction) yaitu siswa diminta membetulkan bila ia memilih
jawaban yang salah.
2. Tanpa pembetulan (without correction) yaitu siswa hanya diminta melingkari huruf B
atau tanpa memberikan jawaban yang benar.

5
Arifin. (2012). Zainal, Evaluasi Pembelajaran
6
Surapranata. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis : Implementasi Kurikulum 2004
7
http://wardahthoyyibatul.blogspot.com/2011/05/evaluasi-pembelajaran.html, diakses pada 02 April 2014.

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 8


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

Bentuk tes benar atau salah ini bermacam-macam variasinya jika dilihat dari segi pola
pengerjaannya yang terdiri dari:
1. Tes Benar-Salah bentuk pernyataan. Dalam bentuk ini soal terdiri dari pernyataan-
pernyataan dan siswa diminta memilih kemungkinan benar atau salah saja.
2. Tes Benar-Salah yang menuntut alasan. Dalam bentuk ini selain seperti bentuk pertama
juga menuntut supaya siswa memberi alasan apabila ia memilih kemungkinan salah
(menyalahkan pernyataan soal).
3. Tes Benar-Salah dengan membetulkan. Dalam bentuk tes ini selain seperti bentuk
pertama juga menuntut supaya siswa membetulkan pernyataan soal yang disalahkan
(jika siswa memilih kemungkinan salah terhadap pernyataan/ soal yang bersangkutan).
4. Tes Benar-Salah Berganda. Pada bentuk ini satu induk persoalan menghasilkan
beberapa anak persoalan. Beberapa anak persoalan itu dirumuskan dalam pernyataan/
soal yang mempunyai kemungkinan benar atau salah.

2.1.5 Penskoran Tes Benar Salah


Penskoran soal benar salah sangat sederhana, yaitu skor 1 diberikan untuk jawaban
benar dan skor 0 untuk jawaban salah. Penskoran semacam ini dinamakan skor dinamakan
penskoran dikotomi (Surapranata, 2004:100)8.

2.1.6 Keunggulan Dan Kelemahan Tes Benar Salah


Menurut Surapranata (2004:100-103) Terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan
bentuk soal benar yang harus diperhatikan oleh guru ketika mereka mengembangkan soal9.
Kelebihan:
1. Dapat mewakili pokok bahasan atau materi pelajaran yang lebih luas.
2. Lebih mudah dan cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes
bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi serta pemberian skor dimana benar skornya 1
dan salah skornya 0.

8
Ibid
9
Ibid halaman 100-103

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 9


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

3. Dapat digunakan berkali-kali.


4. Dapat dilihat secara cepat dan objektif.
5. Petunjuk cara mengerjakan mudah dimengerti.
6. Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang memengaruhi.
7. Merupakan instrumen yang baik untuk mengukur fakta dan hasil belajar langsung
terutama berkaitan dengan ingatan.
Kelemahan:
1. Mendorong peserta tes untuk menebak atau menerka jawaban walaupun mereka tidak
mengetahui jawaban yang benar (banyak kesempatan untuk main untung-untungan)
2. Persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada tes esai karena soalnya banyak
dan harus teliti untuk menghindari kelemahan-kelemahan yang lain.
3. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan daya pengenalan kembali
saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang tinggi.
4. “kerjasama” antarsiswa pada waktu mengerjakan soal tes lebih terbuka.

2.1.7 Contoh Soal Tes Benar Salah


Berikut ini ada beberapa contoh soal terkait soal benar salah, sebagai berikut :
1. Mahasiswa memiliki andil ketika jatuhnya rezim Soeharto yang menandai berakhirnya
orde baru. (B/S)
2. Organisasi aksi mahasiswa yaitu PGI merupakan salah satu organisasi yang ikut
menuntut TRITURA(Tiga Tuntutan Rakyat). (B/S)

2.1.8 Kaidah Penulisan Soal Tes Benar Salah


Menurut Arikunto (2005:162) ada beberapa petunjuk penyusunan dalam membuat soal
benar salah, yaitu10 :
1. Tulislah huruf B-S pada permulaan masing-masing item dengan maksud untuk
mempermudah mengerjakan dan menilai (scoring).

10
Arikunto,Suharsimi. (2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet. 5. Halaman 162

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 10


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

2. Usakan agar jumlah butir soal yang harus dijawab sama dengan soal yang harus
dijawab S. Dalam hal ini hendanya pola jawaban tidak bersifat teratur misalnya B-S-B-
S atau SS-BB-BB-SS.
3. Hindari item yang bisa diperdebatkan. Contoh : B-S kekayaan lebih pentng dari pada
kepandaian
4. Hindari kata-kata yang menunjukkan kecedenrungan memberi saran seperi yang
dikehendaki oleh item yang bersangkutan, misalnya semuanya, tidak terlalu, tidak
pernah, dan sebagainya.
5. Setiap butir soal haruslah menguji pemahaman, tidak hanya pengukuran terhadap daya
ingat
6. Hindarkan pernyataan yang sangat umum

Sedangkan, Adapun kaidah penulisan soal benuk Benar-Salah adalah 11:


a. Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk benar-salah.
b. Konstruksi
1. Buatkanlah petunjuk cara mengerjakan soal benar-salah yang sejelas-jelasnya.
2. Hindarkan pernyataan yang mengandung ungkapan yang tidak pasti, seperti :
barangkali, kadang-kadang, pada umumnya, kebanyakan.
3. Hindarkan pernyataan yang mengandung negatif ganda.
4. Hindarkan pernyataan yang panjang dan kompleks.
5. Hindarkan pernyataan yang masih dapat dipersoalkan, soal harus mutlak benar dan
mutlak salah.
6. Jumlah soal yang benar hendaknya disamakan dengan jumlah soal yang salah. Hal
ini dimaksudkan untuk mengantisipasi jawaban siswa. Mengingat bahwa siswa yang
tidak mengetahui masalah yang ditanyakan cenderung memilih jawaban salah.
7. Penempatan soal yang benar dan yang salah harus diatur secara acak.

11
Op.Cit, http://literaturkti.blogspot.com/2014/04/kaidah-penulisan-soal.html.

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 11


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

8. Setiap soal hanya mengandung satu gagasan.


9. Setiap soal hendaknya berdiri sendiri, tidak bergantung pada soal yang lain.
10. Hindarkan dengan pernyataan yang langsung mengutip kalimat dari buku. Setiap
pernyataan hendaknya diolah dan disesuaikan dengan keperluan. Apabila tidak, hal
ini akan terlalu menekan nilai aspek menghafal. Artinya penekannya atau
perhatiannya terlalu ditekankan pada pengetahuan yang didapat dari hasil
menghafal.
11. Hindarkan hal yang kurang perlu dan bersifat teka-teki atau tebak-tebakan
12. Hindarkan pernyataan yang berarti ganda atau lebih.
13. Apabila soal menanyakan pendapat, maka perlu disertakan sumber yang
mengemukakan pendapat.
c. Bahasa / Budaya
1. Tulislah dengan kalimat atau pernyataan berita.
2. Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.
3. Gunakan bahasa Indonesia baku.
4. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.

2.2 Tes Menjodohkan


2.2.1 Pengertian Tes Soal Menjodohkan
Bentuk soal menjodohkan yaitu bentuk soal yang memasangkan kalimat satu dengan
kalimat lain yang merupakan jawaban dari kalimat tersebut (memiliki hubungan satu sama
lain). Item tes menjodohkan sering juga di sebut matching test item. Item tes menjodohkan
ini juga termasuk dalam kelompok tes objektif. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan,
terdiri dari atas dua kolom yang sejajar. Pada kolom pertama berisi pertanyaan yang di
sebut daftar stimulus dan kolom kedua berisi kata atau frasa yang di sebut juga daftar
respon atau jawaban.
Sebagian para ahli evaluasi pendidikan menyebut daftar stimulus dengan daftar premis.
Hal ini karena dalam kolom tersebut berisi definisi, frasa, atau kata tunggal, berfungsi

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 12


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

sebagai preposisi yang memberikan stimuli pada para siswa untuk di cari jawaban yang
cocok dari kolom ke dua atau kolom respons. Pertanyaan menjodohkan ini pada umumnya
kegunaannya terbatas pada pengukuran pengetahuan yang mencakup terminologi, batasan
atau definisi, fakta, dan asosiasi konsep yang memiliki kaitan sederhana. Hal ini sesuai
dengan yang di nyatakan oleh Cross (1982) bahwa matching tes items are appropriate for
identifying the relantionship things; atau item tes menjodohkan adalah tepat untuk
mengidentifikasi hubungan antar sesuatu. Ciri-ciri bentuk soal menjodohkan:
1. Tes terdiri dari satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban
2. Tugas testee adalah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban yang telah tersedia,
sehingga sesuai atau cocok atau merupakan pasangan, atau merupakan jodoh dari
pertanyaannya.

Jadi, dalam bentuk tes ini, disediakan dua kelompok bahan dan testee harus mencari
pasangan-pasangannya yang sesuai antara yang terdapat pada kelompok pertama dengan
yang terdapat pada kelompok kedua, sesuai petunjuk yang diberikan dalam tes tersebut12.
Item tes menjodohkan, jika di susun secara cermat, mampu mengukur pengetahuan
batasan dan terminologi. Batasan definisi maupun asas pengetahuan adalah sangat penting
untuk di pahami oleh para siswa. Batasan dan asas itu tidak mudah di mengerti, jika mereka
tidak masuk dalam perbendaharaan kata para siswa. Kemampuan mengukur batasa atau
asas tersebut merupakan karakteristik penting, mampu membuat para guru dan evaluator
banyak mempertimbangkan penggunaannya dalam mengukur kemampuan pengetahuan
para peserta didik. Di samping itu, item tes menjodohkan dapat mencakup tingkat
pengetahuan yang sama dengan jawaban bebas maupun item tes melengkapi.
Item tes menjodohkan pada prinsipnya dapat mengevaluasi pengetahuan tentang fakta
yang memiliki makna spesifik. Agar dapat di gunakan sebagai materi premis atau kolom
respons, fakta harus sederhana dan jelas. Jika keduanya kriteria tersebut tidak di penuhi
maka tipe tes lain perlu di pertimbangkan penggunaannya.

12
http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/01/alat-evaluasi-tes.html, diakses pada 02 April 2014

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 13


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

Agar dapat item tes menjodohkan yang efektif, beberapa aturan dapat di pertimbangkan
utamanya ketika seorang guru hendak mengonstruksi item tes jenis menjodohkan, yaitu:
1. Perlu adanya petunjuk yang jelas tentang bagaimana menjawab tes menjodohkan.
Petunjuk tersebut perlu disusun dengan kalimat yang singkat dan jelas. Gurut pun perlu
menegaskan makna dan cara menjawab pada setiap kolom.
2. Pada setiap kolom sebaiknya di beri label untuk lebih menjelaskan petunjuk.
3. Item-item dalam tes menjodohkan sebaiknya homogen. Jika hanya sedikit materi
pembelajaran yang dapat di kelompokan secara homogen dan berkaitan satu dengan
lainnya, maka bentuk tes lain di rekomendasikan untuk di gunakan.
4. Sebaiknya antara premis dan respons tidak sama jumlahnya. Secara empiris antara
jumlah respon lebih banyak antara 1 dan 2 jawaban. Jika premis dan respon di buat
sama jumlahnya, ada kemungkinan para siswa menjawab dengan cara menerka.
5. Untuk setiap tes jumlah item menjodohkan sebaiknya antara 4-8 item. Jika terlalu
sedikit akan menimbulkan kurang informasi bagi para siswa, sebaliknya, jika lebih
besar dari 8, item kemungkinan terjadi tumpang tindih, membingungkan, dan
menghabiskan waktu.
6. Huruf besar atau angka ( arab) sebaiknya digunakan untuk memberikan label item-
iteem pada daftar jawaban.
7. Item-item dalam daftar respons sebaiknya di buat lebih pendek di bandingkan dengan
daftar stimulus atau premis.
8. Kolom dan daftar respons sebaiknya di tempatkan pada sisi sebelah kanan.
9. Semua item untuk satu set tes menjodohkan, sebaiknya di tempatkan pada satu
halaman. Penempatan kedua kolom pada halaman lain atau terpisah akan
mengakibatkan siswa membaca sambil membolak-balik halaman.

2.2.2 Karakteristik Tes Soal Menjodohkan


Menurut Surapranata (2004:109) Dalam bentuk tes yang tradisional, soal menjodohkan
adalah bentuk soal yang terdiri dari dua kelompok pernyataan. Kelompok pertama, ditulis

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 14


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

pada lajur sebelah kiri (bagian atau kolom A), biasanya merupakan pernyataan soal atau
pertanyaan sering juga disebut premis atau stimulus yang berupa kalimat atau phrasa.
Kelompok kedua biasa disebut respon yang ditulis pada lajur sebelah kanan (bagian atau
kolom B), biasanya merupakan pernyataan atau pertanyaan respon berupa kata, bilangan,
ambar, dan symbol. Peserta tes diminta untuk menjodohkan, atau memilih pasangan yang
tepat bagi pernyataan yang ditulis pada stimulus yang terdapat pada lajur sebelah kiri
dengan respon yang terdapat pada lajur sebelah kanan. Dalam kebanyakan bentuk
soalmenjodohkan ini, biasanya peserta didik diminta untuk mencari pasangan yang
berhubungan. Premis dapat juga diletakkan di sebelah atas (bagian A) sementara respon
dibawahnya (bagian B)13.

2.2.3 Kemampuan Yang Diukur Dalam Tes Menjodohkan


Bentuk soal menjodohkan sangat baik untuk mengukur kemampuan peserta didik yang
sangat sederhana, yaitu kemampuan untuk mengidentifikasi informasi berdasarkan
hubungan yangsederhana, dan kemamouan mengidentifikasi kemampuan menghubungkan
antara dua hal. Makin banyak hubungan antar premis dengan respon dapat dibuat, maka
makin banyak soal yang disajikan.
Jumlah respon harus lebih banyak dibandingkan dengan jumlah stimulus atau premis.
Tes diatas terdiri atas 5 pernyataan (premis) dan 6 kemungkinan jawaban pada kolom
sebelah kanan (respon). Biasanya jumlah respon lebih banyak satu atau dua dari jumlah
premis. Agar soal berfungsi dengan baik, maka hal yang ditanyakan pada bagian premis
hendaknya homogeny dari segi isi. Bagian respon, selain homogeny juga merupakan hal
yang kemungkinan menjadi jawaban benar sangat besar. Hal ini akan memungkinkan
berkurangnya faktor menerka.
Menurut Surapranata (2004:11) Ciri khusus bentuk soal menjodohkan adalah terbatas
mengukur kemampuan mengidentifikasi informasi berdasarkan hubungan yang sederhana.
Kalaupun hendak digunakan untuk mengukur kemampuan yang lebih tinggi, paling tidak
dapat digunakan untuk kemampuan mengukur anatra dua hal yang homogeny antara premis

13
Surapranata. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis : Implementasi Kurikulum 2004 halaman 109

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 15


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

dan respon. Makin banyak hubungan antara premis dengan respon dapat dibuat, maka
makin baik soal yang disajikan14.
2.2.4 Jenis Soal Dalam Tes Menjodohkan
Menurut Surapranata (2004:117) Bentuk soal menjodohkan hanya ada satu macam,
yaitu bentuk soal dengan stimulus yang diletakkan di sebelaha kiri atau atas dan respon
yang diletakkan disebelah kanan atau bawah15.

2.2.5 Penskoran Dalam Tes Menjodohkan


Penskoran dalam soal pilihan ganda dapat dilakukan setelah soal tersebut digunakan.
Penskoran soal pilihan ganda, sebagaimana telah disebutkan terdahulu, sangat mudah
dilakukan. Skor 1 diberikan apabila jawaban benar dan skor 0 diberikan apabila jawaban
salah.

2.2.6 Keunggulan Dan Kelemahan Dalam Tes Menjodohkan


Menurut Gronlund, N.E. (1976) Beberapa hal berikut ini menunjukkan keunggulan dan
kelemahan bentuk soal menjodohkan,yaitu16 :
a. Kelebihan Bentuk Soal Menjodohkan
1. Membutuhkan waktu singkat untuk membaca soal
2. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksud dengan gaya
bahasa dan caranya sendiri
3. Adanya keuntungan teknis seperti mudah membuat soalnya sehingga tanpa
memakan waktu yang lama, guru dapat secara langsung melihat proses berpikir
siswa.
4. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi atau untung-untungan.
b. Kelemahan
1. Hanya mengukur tingkat berpikir ingatan
2. Penulis soal cenderung tidak cermat

14
Surapranata. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis : Implementasi Kurikulum 2004 halaman 112
15
Ibid Surapranata. (2004) halaman 117
16
Gronlund, N.E. (1976). Measurement an Evaluation in Teaching

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 16


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

3. Sulit menemukan pasangan yang homogen.

Materi soal dibatasi oleh faktor ingatan/ pengetahuan yang sederhana dan kurang dapat
dipakai untuk mengukur penguasaan yang bersifat pengertian dan kemampuan membuat
tafsiran.

2.2.7 Kaidah Penulisan Dalam Tes Menjodohkan


Menurut Arikunto (2005:172) Petunjuk-petunjuk yang perlu diperhatikan dalam
penyusunan tes bentuk matching adalah 17:
1. Seri pertanyaan-pertanyaan dalam matching test hendaknya tidak lebih dari sepuluh
soal(item).
2. Jumlah yang harus dipilih, harus lebih banyak dari jumlah soalnya.
3. Antara item-item yang tergabung dalam seri matching test harus merupakan pengertian-
pengertian yang benar-benar homogen.
4. Buatlah petunjuk tes dengan jelas, singkat, dan mudah dipahami
5. Sesuaikan dengan kompetensi dasar dan indikator
6. Kumpulan soal diletakkan disebelah kiri, sedangkan jawabannya diletakka disebalah
kanan
7. Susunlah item-item dan alternatif jawaban denga sistematika tertentu. Misalnya,
sebelum pokok persoalan didahului oleh stem atau bisa juga lansung pada pokok
persoalan
8. Seluruh kelompok soal dan jawaban hanya terdapat dalam satu halaman.
9. Gunakan kalimat yang singkat, tepat dan jelas
10. Jumlah alternatif jawaban hendaknya lebih banyak dari pada jumlah soal

17
Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm.172

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 17


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

Selain itu, ada pendapat yang mengatakan mengenai kaidah penulisan soal bentuk
menjodohkan adalah 18:
a. Materi
1. Soal harus sesuai dengan indikator.
2. Materi yang diukur sesuai dengan tuntutan bentuk menjodohkan.
3. Gunakan materi-materi yang homogen untuk setiap kelompok, baik kelompok soal
(pokok soal) maupun pilihan jawabannya.
b. Konstruksi
1. Pertanyaan dan pilihan jawaban harus disusun dengan homogen, paralel/sejajar.
2. Soal disusun sebelah kiri dengan bernomor, pilihan jawaban disusun di sebelah
kanan dengan nomor urut dengan huruf.
3. Pertanyaan dan pilihan jawaban hendaknya disusun secara sistematis. Jika daftar
terdiri dari tanggal disusun secara kronologis, sedangkan pertanyaan dalam pilihan
jawaban dapat disusun menurut abjad.
4. Pertanyaan dan pilihan jawaban ditulis dalam halaman yang sama. Bila tidak
demikian dapat membingungkan siswa dan dapat menyita waktu lama yang
dipergunakan untuk membolak balik halaman saja.
5. Panjang soal ini dibatasi jumlah tidak lebih dari 10 – 15 butir soal. Daftar-daftar
yang panjang cenderung akan menjadi terlalu heterogen dan dengan demikian
memungkinkan adanya petunjuk-petunjuk bagi siswa yang pandai, lagi pula soal
bentuk ini bila soalnya terlalu panjang/banyak akan membuang waktu yang terlalu
banyak.
6. Jumlah pilihan jawaban disusun lebih banyak daripada soalnya. Hal ini
dimaksudkan agar siswa dapat memikirkan jawaban dengan tepat.
7. Pokok soal dan pilihan jawaban disusun dengan pertanyaan yang pendek.
8. Petunjuk mengerjakan soal harus jelas.
c. Bahasa / Budaya

18
Op.Cit, http://literaturkti.blogspot.com/2014/04/kaidah-penulisan-soal.html.

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 18


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

1. Bahasa soal harus komunikatif dan disesuaikan dengan jenjang pendidikan siswa.
2. Gunakan bahasa Indonesia baku.
3. Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat/tabu.
4. Soal tes bentuk menjodohkan sebenarnya masih merupakan bentuk pilihan-ganda.
Perbedaannya dengan bentuk pilihan-ganda adalah pilihan ganda terdiri dari stem
dan option, kemudian peserta didik tinggal memilih salah satu option yang paling
tepat, sedangkan bentuk menjodohkan terdiri atas kumpulan soal dan kumpulan
jawaban yang keduanya dikumpulkan pada dua kolom yang berbeda, yaitu kolom
sebelah kiri menunukukkan kumpulan persoalan dan kolom sebelah kanan
menunjukkan kumpulan jawaban. Jumlah pilihan jawaban dibuat lebih banyak
dariapa jumlah persoalan.
5. Seperti halnya dengan tipe soal lainnya, beberapa aturan tersebut mungkin sebagai
tambahan sebagai aturan pada umumnya untuk penyusunan soal objektif.

2.3 Perbedaan Item Tes dari Berbagai Jenis Tes


Berikut ini adalah perbedaan item tes dari bentuk benar salah dan menjodohkan:
Karakteristik Benar-Salah Menjodohkan
Penulisan Soal Mudah Mudah
Jumlah pokok bahasan (materi) Luas
Aspek yang diukur Terbatas Terbatas
Persiapan peserta didik Penekanan Penekanan pada keluasan
pada keluasan materi
materi
Jawaban Peserta didik Memilih Menjodohkan jawaban
Benar atau
Salah
Faktor yang merusak skor Kemampuan Kemampuan menebak
menebak tinggi

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 19


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

tinggi
Penskoran Mudah, cepat, Mudah, cepat, obyektif
obyektif

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 20


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa pada dasarnya Tes merupakan salah satu bentuk instrumen yang
digunakan untuk melakukan pengukuran dan tes objektif adalah tes yang dalam
pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Tes benar-salah pada umumnya
berupa pernyataan (statement), ada yang benar dan ada yang salah. Tes benar salah
ditekankan mengandung atau tidaknya kebenaran dalam penyataan yang hendak dinilai
siswa. Pada bentuk soal hubungan antarhal, siswa dituntut untuk mengidentifikasi
hubungan sebab-akibat antara pernyataan pertama (yang merupakan akibat) dan
pernyataan kedua (yang merupakan sebab). Kedua pernyataan (pertama dan kedua)
dihubungkan dengan kata “sebab”. Kedua pernyataan itu dapat benar, salah, atau dapat
juga pernyataan yang satu benar, yang lain salah.
Selanjutnya, Bentuk soal menjodohkan yaitu bentuk soal yang memasangkan
kalimat satu dengan kalimat lain yang merupakan jawaban dari kalimat tersebut
(memiliki hubungan satu sama lain). Item tes menjodohkan sering juga di sebut
matching test item. Item tes menjodohkan ini juga termasuk dalam kelompok tes
objektif. Secara fisik, bentuk item tes menjodohkan, terdiri dari atas dua kolom yang
sejajar. Pada kolom pertama berisi pertanyaan yang di sebut daftar stimulus dan kolom
kedua berisi kata atau frasa yang di sebut juga daftar respon atau jawaban. Item tes
menjodohkan, jika di susun secara cermat, mampu mengukur pengetahuan batasan dan
terminologi. Batasan definisi maupun asas pengetahuan adalah sangat penting untuk di
pahami oleh para siswa. Batasan dan asas itu tidak mudah di mengerti, jika mereka
tidak masuk dalam perbendaharaan kata para siswa. Kemampuan mengukur batasa atau
asas tersebut merupakan karakteristik penting, mampu membuat para guru dan
evaluator banyak mempertimbangkan penggunaannya dalam mengukur kemampuan

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 21


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

pengetahuan para peserta didik. Di samping itu, item tes menjodohkan dapat mencakup
tingkat pengetahuan yang sama dengan jawaban bebas maupun item tes melengkapi.
Item tes menjodohkan pada prinsipnya dapat mengevaluasi pengetahuan tentang fakta
yang memiliki makna spesifik. Agar dapat di gunakan sebagai materi premis atau
kolom respons, fakta harus sederhana dan jelas. Jika keduanya kriteria tersebut tidak di
penuhi maka tipe tes lain perlu di pertimbangkan penggunaannya.

3.2 Saran
Berdasarkan kesimpuan yang telah diuraikan diatas, maka untuk pembahasan ini
dapat disarankan dengan adanya evaluasi pendidikan dan pelatihan ini, semoga
pendidikan bisa di laksanakan dengan sebaik-baiknya, dan evaluasi pendidikan dan
pelatihan ini tidak hanya dijadikan sebagai acuan konstektual saja, tetapi
terealisasikan dengan sebaik-baiknya.

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 22


Program Studi Teknologi Pendidikan Pascasarjana UniVersitas Negeri Medan
2018

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Arikunto , Suharsimi. 2005. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet. 5. Jakarta:
PT. Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 2015. Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Gronlund, N.E. 1976. Measurement an Evaluation in Teaching. New york : Macmillan


Publishing CO (Dalam Buku Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik, Dr. Suke
Silverius, 1991, Jakarta, PT. Grasindo)

Hamzah, ali. 2014. Evaluasi pembelajaran matematika. Jakarta: Rajawali.

http://rizalsuhardieksakta.blogspot.com/2012/01/alat-evaluasi-tes.html, diakses pada 02


April 2014

http://wardahthoyyibatul.blogspot.com/2011/05/evaluasi-pembelajaran.html, diakses pada


02 April 2014

Op.Cit, http://literaturkti.blogspot.com/2014/04/kaidah-penulisan-soal.html.

Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm.167, Prof. Dr. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar
Evaluasi Pendidikan, Ed. Revisi, Cet. 5 (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005)

Surapranata. (2004). Panduan Penulisan Tes Tertulis : Implementasi Kurikulum 2004.


Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Evaluasi pendidikan dan pelatihan Page 23

You might also like