Laporan Bising

LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAB BISING
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
KampusTeknikGowa Jl. PorosMalino km 14 Telp. (0411) 587636 Gowa 92171
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap aktifitas manusia disadari atau tidak, dapat menjadi sumber bising.
Seiring perkembangan zaman, manusia pun membutuhkan industri untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, kebanyakan aktifitas dalam suatu
industri terutama proses produksi, dapat menimbulkan kebisingan yang dapat
mengganggu pekerja maupun masyarakat sekitarnya. Begitupun dengan aktivitas
manusia lainnya, seperti di jalan raya, pusat perbelanjaan, dan lain sebagainya.
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat
mengganggu pendengaran dan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang
terpapar (Workplace Health and Savety (WHS), 1993).
Menurut Morlok (1995), peningkatan kecepatan lalu lintas dan
peningkatan arus kendaraan sangat mempengaruhi tingkat kebisingan. Sumber
dari suatu kendaraan yang menimbulkan kebisingan pada umumnya berasal dari
getaran mesin, saluran pemasukan udara ke mesin, saluran pembuangan gas hasil
6 pembakaran (exhaust), transmisi, gesekan roda dengan permukaan jalan, rem,
faktor aerodinamis dan muatan.
Hasil penelitian dari Departmen of Transport, UK London (1988)
menunjukkan bahwa tingkat kebisingan dipengaruhi oleh volume lalu lintas.
Semakin tinggi volume lalu lintas maka semakin tinggi pula tingkat kebisingan.
(Malkhamah,1992).
KELOMPOK II
ASSE RAJMA NUR / D121 16 013 1
Kota Makassar saat ini mengalami problematika transportasi seperti pada
umumnya di kota-kota besar di Indonesia. Kemacetan selalu terjadi pada setiap
jam sibuk, volume kendaraan terus meningkat tanpa terkendali, terutama pada
kendaraan roda dua. Sementara banyak jalan raya telah mencapai tingkat jenuh
yang tinggi dimana jumlah kendaraan yang melalui jalan tersebut nyaris melebihi
kapasitas jalan sehingga berpotensi kemacetan. Peningkatan drastis jumlah
kendaraan bermotor ini telah mengakibatkan kemacetan dan polusi suara sebagai
dua masalah utama yang umumnya dimiliki kota-kota besar di Indonesia termasuk
di kota Makassar.
Adapun lokasi pengukuran kebisingan yakni Jl. AP. Pettarani di kota
Makassar, karena lokasi ini merupakan jalan raya yang setiap saat selalu ramai
dengan lalu lalang kendaraan, baik roda dua maupun roda empat. Selain itu
kawasan ini merupakan kawasan pertokoan yang padat sehingga menambah
intensitas kebisingan di jalan tersebut. Maka dari itu perlu diadakan analisis
tingkat kebisingan pada Jl. AP Pettarani di kota Makassar.
B. Tujuan
1. Mengetahui tingkat kebisingan pada Jl. AP Pettarani di kota Makassar dengan
menggunakan TNM 103.
2. Membandingkan tingkat kebisingan dengan menggunakan baku mutu
kebisingan pada Jl. AP Pettarani di kota Makassar.
KELOMPOK II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kebisingan
Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat
mengganggu pendengaran dan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang
terpapar (Workplace Health and Savety (WHS), 1993). Dari segi kualitas, bunyi
dapat dibedakan menjadi dua yaitu frekuensi yang dinyatakan dalam jumlah
getaran per detik (hertz) yaitu jumlah getaran dalam satu detik yang sampai ke
telinga dan intensitas atau arus energi (Suma’mur, 1995).
Menurut Wilson (1989), bunyi atau suara didefinisikan sebagai serangkaian
gelombang yang merambat dari suatu sumber getar akibat perubahan kerapatan
dan tekanan udara. Kebisingan merupakan terjadinya bunyi yang tidak
dikehendaki termasuk bunyi yang tidak beraturan dan bunyi yang dikeluarkan
oleh transportasi dan industri, sehingga dalam jangka waktu yang panjang akan
dapat mengganggu dan membahayakan konsentrasi kerja.
B. Sumber Kebisingan
Menurut Suma’mur (1995) sumber bising utama dapat diklasifikasikan dalam
2 kelomkelompok, yaitu :
 Bising interior, berasal dari manusia, alat rumah tangga, atau mesin-mesin
gedung, misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin, komputer,
pembuka kaleng, pengkilap lantai, dan pengkondisi udara.
KELOMPOK II
 Bising eksterior, berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel, transportasi.
Dari kedua sumber bising tersebut di atas, tingkat bising yang sangat
tinggi diproduksi dalam beberapa bangunan industri oleh proses pabrik
atau produksi. Tingkat bunyi sumber-sumber bising tertentu, yang diukur
dengan meter tingkat bunyi.
C. Zona Kebisingan
Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 718/MENKES/PER/XI/1987
menyebutkan pembagian tingkat kebisingan menurut empat :
 Zona A (Kebisingan antara 35 dB sampai 45 dB)
Zona yang diperuntukkan bagi penelitian, rumah sakit, tempat
perawatan kesehatan atau sosial dan sejenisnya.
 Zona B (Kebisingan antara 45 dB sampai 55 dB)
Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi
dan sejenisnya.
 Zona C (Kebisingan antara 50 dB sampai 60 dB)
Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan,
pasar dan sejenisnya.
 Zona D (Kebisingan antara 60 dB sampai 70 dB).
Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun kereta api,
terminal bus dan sejenisnya.
KELOMPOK II
Tabel 1. Zona Kebisingan Berbahaya menurut IATA (International Air
Transportation Association)
Zona Intensitas (dB) Keterangan
Zona A Intensitas >150 dB daerah berbahaya dan harus dihindari
Zona B intensitas 135-150 Individu yang terpapar perlu memakai
dB pelindung telinga (earmuff dan
earplug)
Zona C Intensitas 115-135 dB perlu memakai earmuff
Zona D Intensitas 100-115 dB perlu memakai earplug
D. Standar Baku Mutu Kebisingan
Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999
tanggal 16 April 1999 ditetapkan Nilai Ambang Batas (NAB), menyebutkan Nilai
Ambang Batas (NAB) faktor fisika di tempat kerja 85 dB(A) (Tabel 1).
Tabel 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan
No. Waktu Pemajanan Sehari Intensitas Kebisingan (dBA)
1. 8 Jam 85
2. 4 Jam 88
3. 2 Jam 91
4. 1 Jam 94
5. 30 Menit 97
KELOMPOK II
No. Waktu Pemajanan Sehari Intensitas Kebisingan (dBA)
6. 15 Menit 100
7. 7,5 Menit 103
8. 3,5 Menit 106
9. 1,88 Menit 109
Baku tingkat kebisingan yang diperuntukkan kawasan atau lingkungan
kegiatan sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan No. KEP-
48/MENLH/11/1996 terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Baku Tingkat Kebisingan
Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan Tingkat Keisingan (dBA)
A. Peruntukan Kawasan
1. Perumahan dan Pemukiman 55
2. Perdagangan dan Jasa 70
3. Perkantoran dan Perdagangan 65
4. Ruang Terbuka Hijau 50
5. Industri 70
6. Pemerintah dan Fasilitas Umum 60
7. Rekreasi 70
8. Khusus
- Stasiun Kereta Api 70
- Pelabuhan Laut 60
KELOMPOK II
Peruntukan Kawasan/Lingkungan Kegiatan Tingkat Keisingan (dBA)
B. Lingkungan Kegiatan
1. Rumah sakit atau sejenisnya 55
2. Sekolah atau sejenisnya 55
3. Tempat ibadah atau sejenisnya 55
E. Alat Ukur Kebisingan
 Traffic Noise Models (TNM)
Software kebisingan Traffic Noise Models (TNM) adalah proses
memasukkan hasil pengukuran seperti koordinat eksisting lengan simpang,
volume kendaraan, kecepatan kendaraan, kebisingan maksimum, dan
ketinggian pohon maupun bangunan yang ada di sekitar. Hasil pengukuran
dianalisa menggunakan software TNM akan dibandingkan dengan Baku
Mutu Kebisingan sesuai dengan Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup Nomor 48, 25 Nopember 1996, tentang Baku Mutu Tngkat
Kebisingan (Muralia Hustim dkk, 2018).
Gambar 1. Tenmars TNM 103
KELOMPOK II
F. Rumus Perhitungan Kebisingan
Perhitungan kebisingan dapat dianalisis dengan cara membuat distribusi
frekuensi/tabel frekuensi dan menganilisis tingkat kebisingan dalam angka
penunjuk seperti di bawah ini:
a. Distribusi Frekuensi/Tabel Frekuensi
Distribusi frekuensi atau tabel frekuensi adalah pengelompokan data
kedalam beberapa kelas dan kemudian dihitung banyaknya pengamatan yang
masuk kedalam tiap kelas. Dalam membuat distribusi frekuensi dihitung
banyaknya interval kelas, nilai nterval, tanda kelas/nilai tengah dan frekuensi
(Muralia Hustim dkk, 2018).
1. Jangkauan atau range adalah selisih nilai terbesar dengan nilai terkecil
Data max – Data min …..…………………………………………(1)
Dimana :
Data Max = data nilai terbesar
Data Min = data nilai terkecil
2. Banyaknya kelas
k = 1 + 3.3 log (n) ……………………………………………..(2)
3. Interval adalah data yangdiperoleh dengan cara pengukuran, dimana
jarak antara dua titk skala sudah diketahui. Interval dapat dianalisis
dengan menggunakan persamaan :

(max − min) 𝑟 ……………………………………………..(3)
I= =
𝑘 𝑘
KELOMPOK II
Dimana :
I = Interval
Max = Nilai maximum data
Min = Nilai minimum data
k = Banyaknya interval kelas
4. Tanda kelas adalah titik tengah interval kelas. Tanda kelas diperoleh
dengan cara membagi dua jumlah dari batas bawah dan batas atas
suatu interval kelas, seperti pada pesamaan :

(𝐵𝐵+𝐵𝐴)
Titik tengah = ....…………………………………………...(4)
2
Dimana :
BB = Batas bawah suatu interval kelas
BA = Batas atas suatu interval kelas
b. Tingkat Kebisingan dalam Angka Penunjuk
Pengukuran dengan sistem angka penunjuk yang paling banyak digunakan
adalah angka penunjuk ekuivalen (equivalent index (Leq)). Angka penunjuk
equivalen adalah tingkat kebisingan yang berrubah-ubah (fluktuatif) yang
diukur selama waktu tertentu, yang besarnya setara dengan tingkat kebisingan
tunak (steady) yang diukur pada selang waktu yang sama (Nurul, 2015).
Sistem angka penunjuk yang banyak dipakai adalah angka penunjuk
persentase. Sistem pengukuran ini menghasilkan angka tunggal yang
menunjukkan persentase tertentu dari tingkat kebisingan yang muncul selama
waktu tersebut. Persentase yang mewakili tingkat kebisingan minoritas adalah
kebisingan yang muncul 10% dari keseluruhan data (Leq90).
KELOMPOK II
Pengukuran dengan sistem angka penunuk dapat dengan mudah dilakukan
menggunakan SLM yang dilengkapi dengan sistem angka penunjuk. Namun
demikian, saat ini masih dijumpai pula SLM yang sangat sederhana yang tidak
memiliki sistem angka penunjuk, sehingga data yang dihasilkan terpaksa harus
dicatat satu persatu untuk selanjutnya dilakukan perhitungan angka penunjuk
persentasenya secara manual. Sebagai contoh akan dilakukan pengukuran
pada suatu lokasi selama satu jam. Direncanakan kebisingan yang muncul
akan dicatat setiap detik secara manual. Maka selama masa pengukuran
tersebut akan diperoleh 3600 angka tingkat kebisingan. Selanjutnya jumlah
angka muncul diurutkan menurut kecil besarnya nilai. Dengan menggunakan
metode statistika biasa, dapat dihitung tingkat kebisingan yang muncul
sebanyak 1%, 10%, 50%, 90%, dan 99% (Muralia Hustim dkk, 2018).
 Untuk Leq90 :
Tingkat kebisingan mayoritas yang muncul adalah 10% dari data
pengukuran (Leq90) dengan persamaan :
Nilai A = 10% x N ……………………………………………..(5)
Nilai A digunakan untuk mengetahui jumlah data frekuensi yang dicari
dimana:
10% = Hasil pengurangan dari 100%
N = Jumlah data keseluruhan
Nilai Leq90 awal = I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100 ………………..(6)
KELOMPOK II
Dimana :
I = Interval data
X = Jumlah data yang tidak diketahui
B0 = Jumlah % sebelum 90
B1 = % setelah 90
Leq90 = I0 + X ……………………………………………..(7)
Dimana :
I0 = Interval akhir
 Untuk Leq50
Tingkat kebisingan yang muncul adalah 50% dari data pengukuran
(Leq50) dengan persamaan :
Nilai A = 50% x N ……………………………………………..(8)
dimana:
50% = Hasil 50% pengurangan dari 100%
Nilai Leq50 awal = I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100 ……………….(9)
Dimana :
I = Interval data
B1 = % setelah 50
KELOMPOK II
Leq50 = I0 + X ……………………………………………(10)
Dimana :
I0 = Interval akhir
 Untuk Leq1 :
Nilai A = 99% x N ……………………………………………(11)
dimana :
1% = hasil 99% pengurangan dari 100%
Nilai Leq1 awal = I (B0……….……………………………………..(12)

) + (B1) X = 0,99 x I x 100
Dimana :
I = Interval data
X = jumlah data yang tidak diketahui
B0 =Jumlah % sebelum 1
B1 = % setelah 1
Leq1 = I0 + X ……………………………………………(13)
Dimana :
I0 = Interval akhir
 Untuk Leq10
Nilai A = 90% x N ……………………………………………(14)
KELOMPOK II
Dimana:
10% = Hasil 90% pengurangan dari 100%
Nilai Leq10 awal = I (B0) + (B1) X = 0,9 x I x 100 ……………(2.15)
Dimana :
I = Interval data
B1 = % setelah 10
Leq10 = I0 + X ……………………………………………(16)
Dimana :
I0 = Interval akhir
 Untuk Leq99 :
Nilai A = 1% x N ……………………………………………(17)
dimana:
1% = Hasil pengurangan dari 100%
Nilai Leq99 awal = I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100 ……………...(18)
KELOMPOK II
Dimana :
I = Interval data
B1 = % setelah 99
Leq99 = I0 + X ……………………………………………(2.19)
Dimana :
I0 = Interval akhir
 Rumus Leaq
Leaq = Leq50 + 0,43 (Leq1 – Leq50) ...............................................(20)
Keterangan :
Leq = Tingkat kebisingan equivalen
Leq50 = Angka penunjuk kebisingan 50%
Leq1 = Angka penunjuk kebisingan 1%
 Rumus Leq day

1 2
1
Leq day = 10 x log (10) x 𝑗𝑎𝑚𝑝𝑒𝑟ℎ𝑎𝑟𝑖 x 10(𝑙𝑎𝑒𝑞10) + 10(𝑙𝑎𝑒𝑞10) …(21)
G. Dampak Kebisingan
Bising dapat menyebabkan berbagai gangguan seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian. Ada yang
menggolongkan gangguannya berupa gangguan Auditory, misalnya gangguan
terhadap pendengaran dan gangguan non Auditory seperti gangguan komunikasi,
ancaman bahaya keselamatan, menurunya performan kerja, stres dan kelelahan.
KELOMPOK II
Adapun dampak kebisingan terhadap kesehatan pekerja dijelaskan sebagai berikut
(Sahnun, 2016) :
 Gangguan Fisiologis
Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi
bila terputus-putus atau yang datangnya tiba-tiba. Gangguan dapat berupa
peningkatan tekanan darah (± 10 mmHg), peningkatan nadi, konstriksi
pembuluh darah perifer terutama pada tangan dan kaki, serta dapat
menyebabkan pucat dan gangguan sensoris.
Bising dengan intensitas tinggi dapat menyebabkan pusing/sakit
kepala. Hal ini disebabkan bising dapat merangsang situasi reseptor
vestibular dalam telinga dalam yang akan menimbulkan evek
pusing/vertigo. Perasaan mual, susah tidur dan sesak nafas disebabkan
oleh rangsangan bising terhadap sistem saraf, keseimbangan organ,
kelenjar endokrin, tekanan darah, sistem pencernaan dan keseimbangan
elektrolit.
 Gangguan Psikologis
Gangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang
konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam
waktu lama dapat menyebabkan penyakit psikosomatik berupa gastritis,
jantung, stres, kelelahan dan lain-lain.
 Gangguan Komunikasi
Gangguan komunikasi biasanya disebabkan masking effect (bunyi
yang menutupi pendengaran yang kurang jelas) atau gangguan kejelasan
KELOMPOK II
suara. Komunikasi pembicaraan harus dilakukan dengan cara berteriak.
Gangguan ini menyebabkan terganggunya pekerjaan, sampai pada
kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau
tanda bahaya. Gangguan komunikasi ini secara tidak langsung
membahayakan keselamatan seseorang.
 Gangguan Keseimbangan
Bising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan di
ruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan
fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual
 Efek pada pendengaran
Pengaruh utama dari bising pada kesehatan adalah kerusakan pada
indera pendengaran, yang menyebabkan tuli progresif dan efek ini telah
diketahui dan diterima secara umum dari zaman dulu. Mula-mula efek
bising pada pendengaran adalah sementara dan pemuliahan terjadi secara
cepat sesudah pekerjaan di area bising dihentikan. Akan tetapi apabila
bekerja terus-menerus di area bising maka akan terjadi tuli menetap dan
tidak dapat normal kembali, biasanya dimulai pada frekuensi 4000 Hz dan
kemudian makin meluas kefrekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai
frekuensi yang biasanya digunakan untuk percakapan.
H. Pengendalian Kebisingan
Menurut Dedi Purnomo (2010), Secara garis besar pengendalian bising di
jalan raya dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu :
KELOMPOK II
 Pengendalian terhadap sumber suara
Salah satu cara yang tepat untuk mengatasi bising adalah dengan
mengendalikan sumber bising itu sendiri. Seperti yang telah dipaparkan
diatas
bahwa baku tingkat kebisingan harus dipenuhi. Peraturan tersebut
membatasi kebisingan yang boleh dihasilkan oleh kendaraan bermotor.
Hal ini dapat dilakukan dengan membatasi modifikasi kendaraan bermotor
yang dapat berpotensi menimbulkan kebisingan seperti mengganti knalpot
atau klakson kendaraan bermotor yang dapat mengganggu pendengaran.
 Pengendalian terhadap jalur bising
Pengendalian bising ini juga dapat dilakukan dengan memblokir
jalur bising sehingga bising tidak sampai pada pendengar. Pemblokiran
jalur bising ini bisa dilakukan dengan menggunakan barrier seperti
dengan membuat penghalang hidup/ pepohonan, sebab di tengah kota saat
ini tidak memungkinkan untuk membuat tembok penghalang ataupun
gundukan tanah. Kondisi akustik dalam gedung-gedung yang terletak
bersebelahan dengan jalan haruslah dapat mengurangi bising tersebut.
Oleh karena itu gedung-gedung yang berada tepat di tepi jalan harus
dibuat tertutup untuk mengurangi bising dari lingkungan. Perkembangan
teknologi saat ini juga menghasilkan banyak penemuan-penemuan di
bidang akustik. Pemilihan dan pemakaian bahan atau material dari
bangunan juga sangat mempengaruhi bising yang sampai ke dalam
ruangan. Dalam perkembangannya saat ini sudah banyak material-material
KELOMPOK II
yang cukup baik untuk menyerap atau bahkan memantulkan total bunyi
yang lewat. Sehingga diharapkan pemakaian bahan-bahan penyerap bunyi
tersebut dapat menghambat dan mengurangi bising yang masuk ke dalam
gedung.
 Pengendalian terhadap penerima bising
Salah satu hal yang paling penting adalah mengendalikan penerima
bising itu sendiri. Hal ini dapat dilakukan dengan cara perencanaan yang
baik terhadap tata guna lahan. Misalkan dengan menempatkan tempat-
tempat yang tidak boleh terdapat bising seperti sekolah, tempat ibadah dan
rumah sakit di tempat yang tingkat kebisingannya tidak tinggi namun
akses jalan harus tetap diperhatikan.
a. Analisa Regresi Linear
Regresi artinya peramalan penaksiran atau pendugaan pertama kali
diperkenalkan pada tahun 1877 oleh Sir Francis Galtoon (1822-1911).
Analisis regresi digunakan untuk menentukan bentuk dari hubungan antar
variabel. Analisis regresi linear merupakan salah satu metode regresi yang
dapat dipakai sebagai alat inferensi statistik untuk menentukan pengaruh
sebuah variabel bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen).
Adapun uji Regresi linear pada intinya memiliki beberapa tujuan,
yaitu :
a. Menghitung nilai estimasi rata-rata dan nilai variabel terikat
berdasarkan pada nilai variabel bebas
b. Menguji hipotesis karakteristik dependensi
KELOMPOK II
c. Meramalkan nilai rata-rata variabel bebas dengan didasarkan pada nilai
variabel bebas diluar jangkaun sampel.
I. Kebisingan Kota Makassar
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor di Indonesia mencatat dimana
pertumbuhan kendaraan bermotor pada tahun 2012 sebanyak 12%. Di Indonesia,
kota makassar menduduki kota terbesar keempat di Kawasan Timur yang
memiliki luas areal 175,79 km dengan jumlah penduduk 1.112.688, dan Makassar
merupakan salah satu kota tujuan wisatawan untuk berlibur dan juga kota
pendidikan yang mengakibatkan semakin banyaknya pelajar ataupun mahasiswa
yang datang ke kota ini untuk belajar, dengan adanya hal tersebut menjadikan
Makassar mengalami pertumbuhan penduduk secara pesat disamping
pertumbuhan penduduk asli kota Makassar yang juga jumlahnya semakin banyak.
Hal ini mengakibatkan pertumbuhan pemilikan kendaraan dan pertumbuhan
aktifitas transportasi akan semakin pesat (Muralia Hustim, 2012).
J. Kebisingan di Jl. AP. Pettarani
Jumlah kendaraan di Jl. AP. Pettarani Makassar pada tahun 2012 mencapai
55.693 unit kendaraan dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan besar sekitar
89.216 unit kendaraan. Tingginya pertumbuhan jumlah kendaraan khususnya di
Kota Makassar yang semakin meningkat tiap tahunnya dan terjadinya ketidak
seimbangan dengan pembangunan infrastruktur jalan menyebabkan tejadinya
kebisingan pada jalan raya (Muralia Hustim, 2012).
KELOMPOK II
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu
1. Lokasi : Jl. AP. Pettarani, Kota Makassar, Sulawesi Selatan
Gambar 2. Lokasi pengambilan data
Sumber : google maps
= lokasi pengambilan data
2. Waktu : Jumat, 6 februari 2018. Pukul 07.00-18.00 WITA
KELOMPOK II
B. Alat dan Bahan
1. Sound Level Meter TNM-103
Sound Level Meter TNM-103 berfungsi
untuk mengukur intensitas kebisingan tiap
detik.
2. Windscreen
Windscreen berfungsi untuk meredam suara
angin pada saat pengukuran.
3. Tripod
Tripod berfungsi sebagai tempat dudukan
alat Sound Level Meter 2250 L.
4. Kamera
Kamera berfungsi untuk merekam aktivitas
kendaraan di lokasi pengukuran.
KELOMPOK II
5. Stopwatch
Stopwatch berfungsi untuk menghitung
lamanya waktu pengambilan data pada
Sound Level Meter TM-103.
6. Speed Gun
Speed Gun berfungsi untuk mengukur
kecepatan kendaraan yang melewati lokasi
pengukuran.
7. payung
melindungi alat sound level meter dan speed
gun dari panas matahari
8. kursi
sebagai tempat meletakkan laptop pada saat
pengukuran berlangsung
KELOMPOK II
9. Rompi safety
Dikenakan oleh praktikan pada saat
pengukuran berlangsung agar praktikan
mudah dikenali.
10. Kabel USB
Digunakan untuk menyambungkan alat
Sound Level Meter TNM 103 dengan laptop
yang memiliki aplikasi Sound Level Meter
Rev-01
11. Laptop
Laptop yang memiliki aplikasi Sound Level
Meter Rev-01 untuk membaca dan
menampilkan hasil pengukuran tingkat
kebisingan dari alat sound level meter
KELOMPOK II
C. Flowchart Pengambilan Data
Memastikan pada layar atas alat sound level meter

terdapat tulisan SOUND LEVEL METER.
Memulai pengukuran dengan menekan tombol

start/pause pada alat sound level meter bersamaan
dengan menyalakan stopwatch.
Menunggu waktu pengukuran hingga waktu 10

menit.
Memilih icon menu utama dan memilih Explore

kemudian mencari hasil pengukuran lalu memilih
menu View untuk melihat data.
Mencatat hasil pengukuran.
SELESAI
KELOMPOK II
1. Flowchart Pengambilan Data Mengunakan Sound Level Meter TNM-103
MULAI
Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan

1. Sound Level Meter TNM-103
2. Windscreen
3. Laptop dengan aplikasi SLM Rev-01
4. Kabel USB
5. Tripod
6. Stopwatch
Memasang windscreen pada alat sound level meter

TM-103
Memasang alat sound level meter TM-103 pada

tripod dan arahkan alat ke lokasi pengukuran
Memasang kabel USB pada alat sound level meter

TM-103 dan menghubungkannya ke laptop
Menyalakan alat sound level meter TM-103 dengan

cara menekan tombol power on-off.
KELOMPOK II
Menghubungkan sound level meter dengan aplikasi

SLM Rev-01 pada laptop dengan cara memilih menu
connenct pada aplikasi.
Memulai pengukuran dengan menekan tombol Rec

pada alat Sound Level Meter TNM-103 bersamaan
dengan menyalakan stopwatch
Menunggu waktu pengukuran hingga waktu 10

menit
Menekan tombol Rec pada alat Sound Level Meter

TNM-103 untuk memberhentikan pengukuran
setelah waktu 10 menit
Melihat data hasil pengukuran dengan memilih menu

Connect kemudian memilih menu Download
Memilih menu Save to File untuk menyimpan data

dalam bentuk .WKS kemudian mengubah nama file
SELESAI
KELOMPOK II
D. Flowchart Pengolahan Data

MULAI
Memasukkan data-data hasil pengukuran ke Microsoft

Excel, kemudian mengurutkan data dari data terkecil
sampai data terbesar.
Membuat distribusi data dengan rumus:

Jangkauan / range :
Data max – data min
Banyaknya kelas:
𝑘 = 1 + 3.3 log(𝑛)
Interval:
(max − min) 𝑟
𝐼= =
𝑘 𝑘
Titik tengah interval kelas:

(BB + BA)
titik tengah =
2
Membuat tabel distribusi data dan histogramnya
KELOMPOK II
Menghitung nilai :
 𝐿𝑒𝑞1
Nilai A = 99% x N
Nilai Leq1 awal = I(B0)+(B1)X = 0.1 x I x 100
Leq1 = I0 + X
 𝐿𝑒𝑞10
Nilai A = 90% x N
Leq10 = I0 + X
 𝐿𝑒𝑞50
Nilai A = 50% x N
Leq50 = I0 + X
 𝐿𝑒𝑞90
Nilai A = 10% x N
Leq90 = I0 + X
 𝐿𝑒𝑞99
Nilai A = 1% x N
 Leaq
Leaq = Leaq50+0.43 (Leaq1-Leaq50)
 Leq day
1
1 )
Leq day = 10 x log (10) x 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖 x 10 10(𝑙𝑎𝑒𝑞 10 +
2
10(𝑙𝑎𝑒𝑞10)
Menganalisis hasil pengolahan data terhadap Nilai Baku

tingkat Kebisingan
SELESAI
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
KELOMPOK II
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Pengukuran
1. Volume Kendaraan
a) Pengukuran Pukul 07:32 – 07:42 WITA
Berikut ini adalah data jumlah kendaraan motor, kendaraan
ringan, dan kendaraan berat yang melewati Jalan Andi Pangeran
Pettarani pada pukul 07:32 – 07:42 WITA
Tabel 4. Jumlah Volume Kendaraan Pukul 07:32 – 07:42 WITA
Rentang Jumlah Kendaraan
No. Waktu Kendaraan Kendaraan

Motor
(WITA) Ringan Berat
1 07:32 - 07:34 114 72 2
2 07:34 - 07:36 109 69 2
3 07:36 - 07:38 107 68 4
4 07:38 - 07:40 105 67 8
5 07:40 - 07:42 102 65 2
Total Kendaraan 537 341 18
Sumber : Hasil Praktikum, 2018
Dari hasil tabel di atas, diperoleh data bahwa total jumlah
kendaraan motor sebanyak 537 unit, kendaraan ringan sebanyak 341
KELOMPOK II
unit, dan kendaraan berat 18 unit yang melintas lewat Jalan A. P.
b) Pengukuran Pukul 08:35 – 08:45 WITA

Motor
(WITA) Ringan Berat
1 08:35 - 08:37 135 79 7
2 08:37 - 08:39 129 75 6
3 08:39 - 08:41 126 73 6
4 08:41 - 08:43 124 72 6
5 08:43 - 08:45 120 69 6
KELOMPOK II
c) Pengukuran Pukul 09:00 – 09:10 WITA

Motor
(WITA) Ringan Berat
1 09:00 - 09:02 126 72 4
2 09:02 - 09:04 121 69 7
3 09:04 - 09:06 118 67 9
4 09:06 - 09:08 115 66 14
5 09:08 - 09:10 111 63 8
KELOMPOK II
d) Pengukuran Pukul 10:29 – 10:39 WITA

Motor
(WITA) Ringan Berat
1 10:29 - 10:31 119 70 7
2 10:31 - 10:33 113 67 10
3 10:33 - 10:35 111 66 5
4 10:35 - 10:37 108 64 11
5 10:37 - 10:39 105 62 12
KELOMPOK II
e) Pengukuran Pukul 11:00 – 11:10 WITA

Motor
(WITA) Ringan Berat
1 11:00 - 11:02 106 84 7
2 11:02 - 11:04 101 80 8
3 11:04 - 11:06 98 78 9
4 11:06 - 11:08 96 76 7
5 11:08 - 11:10 93 74 10
KELOMPOK II
f) Pengukuran Pukul 12:48 – 12:58 WITA

Motor
(WITA) Ringan Berat
1 12:48 - 12:50 95 66 9
2 12:50 - 12:52 90 63 3
3 12:52 - 12:54 87 61 5
4 12:54 - 12:56 85 59 4
5 12:56 - 12:58 81 56 7
KELOMPOK II
g) Pengukuran Pukul 13:02 – 13:12 WITA

Motor
(WITA) Ringan Berat
1 13:02 - 13:04 123 74 10
2 13:04 - 13:06 116 70 5
3 13:06 - 13:08 113 69 4
4 13:08 - 13:10 111 67 6
5 13:10 - 13:12 107 65 5
KELOMPOK II
h) Pengukuran Pukul 14:32 – 14:42 WITA

Motor
(WITA) Ringan Berat
1 14:32 - 14:34 124 92 5
2 14:34 - 14:36 118 88 9
3 14:36 - 14:38 115 86 4
4 14:38 - 14:40 113 84 5
5 14:40 - 14:42 109 81 5
kendaraan motor sebanyak 579 unit, kendaraan ringan sebanyak
430 unit, dan kendaraan berat 28 unit yang melintas lewat Jalan A.
P. Pettarani pada pukul 14:32 – 14:42 WITA
KELOMPOK II
i) Pengukuran Pukul 15:00 – 15:10 WITA

Motor
(WITA) Ringan Berat
1 15:00 - 15:02 110 94 8
2 15:02 - 15:04 104 89 6
3 15:04 - 15:06 101 87 10
4 15:06 - 15:08 99 85 7
5 15:08 - 15:10 96 82 8
j) Pengukuran Pukul 16:39 – 16:49 WITA
KELOMPOK II
Tabel 13. Volume Kendaraan Pukul 16:39 – 16:49 WITA

Motor
(WITA) Ringan Berat
1 16:39 - 16:41 151 110 9
2 16:41 - 16:43 141 103 15
3 16:43 - 16:45 138 101 7
4 16:45 - 16:47 135 98 9
5 16:47 - 16:49 131 96 2
k) Pengukuran Pukul 17:00 – 17:10 WITA
KELOMPOK II

Motor
(WITA) Ringan Berat
1 17:00 - 17:02 167 100 3
2 17:02 - 17:04 159 95 6
3 17:04 - 17:06 156 93 3
4 17:06 - 17:08 153 91 5
5 17:08 - 17:10 149 89 4
l) Pengukuran Pukul 18:34 – 18:44 WITA
KELOMPOK II

Motor
(WITA) Ringan Berat
1 18:34 - 18:36 136 85 4
2 18:36 - 18:38 129 81 6
3 18:38 - 18:40 126 79 5
4 18:40 - 18:42 124 77 7
5 18:42 - 18:44 120 75 5
B. Analisa Data
1. Distribusi Data
a) Distribusi Data Pengukuran Pukul 07:32 – 07:42 WITA
Nilai Max = 89,5
Nilai Min = 67,3
Jangkauan = Nilai Max – Nilai Min
= 89,5 – 67,3 = 22,2
KELOMPOK II
Kelas (K) = 1 + 3,3 Log n
= 1 + 3,3 Log 600 = 10,17
Interval = Jangkauan / Kelas
= 22,2 / 10,17 = 2,18
b) Distribusi Data Pengukuran Pukul 08:35 – 08:45 WITA
Nilai Max = 92,2
Nilai Min = 67,4
= 92,2 – 67,4 = 24,8
= 1 + 3,3 Log 600 = 10,17
= 24,8 / 10,17 = 2,44
c) Distribusi Data Pengukuran Pukul 09:00 – 09:10 WITA
Nilai Max = 92,9
Nilai Min = 67,3
= 92,9 – 67,3 = 25,6
= 1 + 3,3 Log 600 = 10,17
= 25,6 / 10,17 = 2,52
KELOMPOK II
d) Distribusi Data Pengukuran Pukul 10:29 – 10:39 WITA
Nilai Max = 101,9
Nilai Min = 68,1
= 101,9 – 68,1 = 33,8
= 1 + 3,3 Log 600 = 10,17
= 33,8 / 10,17 = 3,32
e) Distribusi Data Pengukuran Pukul 11:00 – 11:10 WITA
Nilai Max = 91,2
Nilai Min = 68,7
= 91,2 – 68,7 = 22,5
= 1 + 3,3 Log 600 = 10,17
= 22,5 / 10,17 = 2,21
f) Distribusi Data Pengukuran Pukul 12:48 – 12:58 WITA
Nilai Max = 88,4
Nilai Min = 64
= 88,4 – 64 = 24,4
KELOMPOK II
= 1 + 3,3 Log 600 = 10,17
= 24,4 / 10,17 = 2,40
g) Distribusi Data Pengukuran Pukul 13:02 – 13:12 WITA
Nilai Max = 92,5
Nilai Min = 67,2
= 92,5 – 67,2 = 25,3
= 1 + 3,3 Log 600 = 10,17
= 25,3 / 10,17 = 2,49
h) Distribusi Data Pengukuran Pukul 14:32 – 14:42 WITA
Nilai Max = 93,8
Nilai Min = 68,8
= 93,8 – 68,8 = 25
= 1 + 3,3 Log 600 = 10,17
= 25 / 10,17 = 2,46
KELOMPOK II
i) Distribusi Data Pengukuran Pukul 15:00 – 15:10 WITA
Nilai Max = 100,8
Nilai Min = 68,9
= 100,8 – 68,9 = 31,9
= 1 + 3,3 Log 600 = 10,17
= 31,9 / 10,17 = 3,14
j) Distribusi Data Pengukuran Pukul 16:39 – 16:49 WITA
Nilai Max = 99,3
Nilai Min = 67
= 99,3 – 67 = 32,3
= 1 + 3,3 Log 600 = 10,17
= 32,3 / 10,17 = 3,18
k) Distribusi Data Pengukuran Pukul 17:00 – 17:10 WITA
Nilai Max = 98,1
Nilai Min = 69,1
= 98,1 – 69,1 = 29
KELOMPOK II
= 1 + 3,3 Log 600 = 10,17
= 29 / 10,17 = 2,85
l) Distribusi Data Pengukuran Pukul 09:00 – 09:10 WITA
Nilai Max = 93,5
Nilai Min = 66,8
= 93,5 – 66,8 = 26,7
= 1 + 3,3 Log 600 = 10,17
= 26,7 / 10,17 = 2,63
KELOMPOK II
2. Tabel Distribusi
Tabel 16. Distribusi Tingkat Kebisingan Pukul 07:32 – 07:42 WITA
INTERVAL
NO KELAS MEDIAN FREKUENSI PRESENTASE
1 67,3 - 69,48 68,39 12 2,00 %
2 69,49 - 71,68 70,59 55 9,17 %
3 71,69 - 73,87 72,78 139 23,17 %
4 73,88 - 76,06 74,97 174 29,00 %
5 76,07 - 78,26 77,17 130 21,67 %
6 78,27 - 80,45 79,36 56 9,33 %
7 80,46 - 82,64 81,55 18 3,00 %
8 82,65 - 84,84 83,75 10 1,67 %
9 84,85 - 87,03 85,94 3 0,50 %
10 87,04 - 89,22 88,13 2 0,33 %
11 89,23 - 91,42 90,33 1 0,17 %
JUMLAH 600 100
Berdasarkan Tabel 15 diperoleh data bahwa pada interval 73,88 – 76,06
memiliki frekuensi tingkat bising tertinggi sebesar 29%. Sedangkan pada interval
89,23 – 91,42 memiliki frekuensi tingkat bising terendah sebesar 0,17 %.
Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3.
KELOMPOK II
INTERVAL
1 67,4 - 69,84 68,62 16 2,67 %
2 69,85 - 72,29 71,07 85 14,17 %
3 72,30 - 74,74 73,52 188 31,33 %
4 74,75 - 77,19 75,97 164 27,33 %
5 77,20 - 79,64 78,42 98 16,33 %
6 79,65 - 82,08 80,86 20 3,33 %
7 82,09 - 84,53 83,31 17 2,83 %
8 84,54 - 86,98 85,76 5 0,83 %
9 86,99 - 89,43 88,21 5 0,83 %
10 89,44 - 91,88 90,66 1 0,17 %
11 91,89 - 94,33 93,11 1 0,17 %
JUMLAH 600 100
memiliki frekuensi tingkat bising tertinggi sebesar 27,33%. Sedangkan pada
interval 89,44 – 91,88 dan interval 91,89 – 94,33 memiliki frekuensi tingkat
bising terendah sebesar 0,17 %. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 4
KELOMPOK II
INTERVAL
1 67,3 - 69,82 68,56 11 1,83 %
2 69,83 - 72,35 71,09 48 8,00 %
3 72,36 - 74,87 73,61 124 20,67 %
4 74,88 - 77,40 76,14 175 29,17 %
5 77,41 - 79,93 78,67 149 24,83 %
6 79,94 - 82,46 81,20 54 9,00 %
7 82,47 - 84,98 83,73 27 4,50 %
8 84,99 - 87,51 86,25 8 1,33 %
9 87,52 - 90,04 88,78 2 0,33 %
10 90,05 - 92,57 91,31 1 0,17 %
11 92,58 - 95,10 93,84 1 0,17 %
JUMLAH 600 100
interval 90,05 – 92,57 dan interval 92,58 – 95,10 memiliki frekuensi tingkat
bising terendah sebesar 0,17 %. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5
KELOMPOK II
INTERVAL
1 68,1 - 71,42 69,76 37 6,17 %
2 71,43 - 74,76 73,10 165 27,50 %
3 74,77 - 78,09 76,43 230 38,33 %
4 78,10 - 81,43 79,76 122 20,33 %
5 81,44 - 84,76 83,10 30 5,00 %
6 84,77 - 88,10 86,43 12 2,00 %
7 88,11 - 91,43 89,77 2 0,33 %
8 91,44 - 94,76 93,10 0 0,00 %
9 94,77 - 98,10 96,44 0 0,00 %
10 98,11 - 101,43 99,77 1 0,17 %
11 101,44 - 104,77 103,10 1 0,17 %
JUMLAH 600 100
sumber : Hasil Praktikum, 2018
interval 91,44 – 94,76 dan 94,77 – 98,10 memiliki frekuensi tingkat bising
terendah sebesar 0 %. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6
KELOMPOK II
INTERVAL
1 68,1 - 71,42 69,76 37 6,17 %
2 71,43 - 74,76 73,10 165 27,50 %
3 74,77 - 78,09 76,43 230 38,33 %
4 78,10 - 81,43 79,76 122 20,33 %
5 81,44 - 84,76 83,10 30 5,00 %
6 84,77 - 88,10 86,43 12 2,00 %
7 88,11 - 91,43 89,77 2 0,33 %
8 91,44 - 94,76 93,10 0 0,00 %
9 94,77 - 98,10 96,44 0 0,00 %
10 98,11 - 101,43 99,77 1 0,17 %
11 101,44 - 104,77 103,10 1 0,17 %
JUMLAH 600 100
sumber : Hasil Praktikum, 2018
terendah sebesar 0 %. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 6
KELOMPOK II
INTERVAL
1 68,7 - 70,91 69,81 21 3,50 %
2 70,92 - 73,14 72,03 69 11,50 %
3 73,15 - 75,36 74,25 128 21,33 %
4 75,37 - 77,58 76,47 167 27,83 %
5 77,59 - 79,80 78,70 119 19,83 %
6 79,81 - 82,03 80,92 52 8,67 %
7 82,04 - 84,25 83,14 23 3,83 %
8 84,26 - 86,47 85,37 12 2,00 %
9 86,48 - 88,70 87,59 5 0,83 %
10 88,71 - 90,92 89,81 3 0,50 %
11 90,93 - 93,14 92,03 1 0,17 %
JUMLAH 600 100
interval 90,93 – 93,14 memiliki frekuensi tingkat bising terendah sebesar 0,17 %.
KELOMPOK II
INTERVAL
1 64 - 66,40 65,20 33 5,50 %
2 66,41 - 68,81 67,61 58 9,67 %
3 68,82 - 71,22 70,02 113 18,83 %
4 71,23 - 73,63 72,43 153 25,50 %
5 73,64 - 76,04 74,84 102 17,00 %
6 76,05 - 78,45 77,25 87 14,50 %
7 78,46 - 80,86 79,66 33 5,50 %
8 80,87 - 83,27 82,07 12 2,00 %
9 83,28 - 85,68 84,48 6 1,00 %
10 85,69 - 88,09 86,89 2 0,33 %
11 88,10 - 90,50 89,30 1 0,17 %
JUMLAH 600 100
KELOMPOK II
INTERVAL
1 67,2 - 69,69 68,44 21 3,50 %
2 69,70 - 72,19 70,94 88 14,67 %
3 72,20 - 74,68 73,44 155 25,83 %
4 74,69 - 77,18 75,94 151 25,17 %
5 77,19 - 79,68 78,44 114 19,00 %
6 79,69 - 82,18 80,94 41 6,83 %
7 82,19 - 84,68 83,43 14 2,33 %
8 84,69 - 87,18 85,93 6 1,00 %
9 87,19 - 89,67 88,43 4 0,67 %
10 89,68 - 92,17 90,93 5 0,83 %
11 92,18 - 94,67 93,43 1 0,17 %
JUMLAH 600 100
KELOMPOK II
INTERVAL
1 68,8 - 71,26 70,03 29 4,83 %
2 71,27 - 73,73 72,50 97 16,17 %
3 73,74 - 76,20 74,97 168 28,00 %
4 76,21 - 78,66 77,44 161 26,83 %
5 78,67 - 81,13 79,90 86 14,33 %
6 81,14 - 83,60 82,37 37 6,17 %
7 83,61 - 86,07 84,84 10 1,67 %
8 86,08 - 88,54 87,31 8 1,33 %
9 88,55 - 91,01 89,78 2 0,33 %
10 91,02 - 93,48 92,25 1 0,17 %
11 93,49 - 95,95 94,72 1 0,17 %
JUMLAH 600 100
91,02 – 93,48 dan 93,49 – 95,95 memiliki frekuensi tingkat bising terendah
sebesar 0,17 %. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 10.
KELOMPOK II
INTERVAL
1 68,9 - 72,04 70,47 30 5,00 %
2 72,05 - 75,18 73,62 107 17,83 %
3 75,19 - 78,33 76,76 236 39,33 %
4 78,34 - 81,48 79,91 137 22,83 %
5 81,49 - 84,63 83,06 55 9,17 %
6 84,64 - 87,77 86,21 16 2,67 %
7 87,78 - 90,92 89,35 10 1,67 %
8 90,93 - 94,07 92,50 5 0,83 %
9 94,08 - 97,22 95,65 2 0,33 %
10 97,23 - 100,36 98,79 1 0,17 %
11 100,37 - 103,51 101,94 1 0,17 %
JUMLAH 600 100
terendah sebesar 0,17 %. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 11.
KELOMPOK II
INTERVAL
1 67 - 70,18 68,59 11 1,83 %
2 70,19 - 73,36 71,77 95 15,83 %
3 73,37 - 76,55 74,96 235 39,17 %
4 76,56 - 79,74 78,15 161 26,83 %
5 79,75 - 82,92 81,33 59 9,83 %
6 82,93 - 86,11 84,52 17 2,83 %
7 86,12 - 89,30 87,71 11 1,83 %
8 89,31 - 92,48 90,89 4 0,67 %
9 92,49 - 95,67 94,08 2 0,33 %
10 95,68 - 98,86 97,27 4 0,67 %
11 98,87 - 102,04 100,45 1 0,17 %
JUMLAH 600 100
interval 98,87 – 102,04 memiliki frekuensi tingkat bising terendah sebesar 0,17
%. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 12.
KELOMPOK II
INTERVAL
1 69,1 - 71,95 70,53 43 7,17 %
2 71,96 - 74,81 73,39 172 28,67 %
3 74,82 - 77,68 76,25 228 38,00 %
4 77,69 - 80,54 79,11 107 17,83 %
5 80,55 - 83,40 81,97 30 5,00 %
6 83,41 - 86,26 84,84 12 2,00 %
7 86,27 - 89,12 87,70 4 0,67 %
8 89,13 - 91,99 90,56 1 0,17 %
9 92,00 - 94,85 93,42 2 0,33 %
10 94,86 - 97,71 96,29 0 0,00 %
11 97,72 - 100,57 99,15 1 0,17 %
JUMLAH 600 100
94,86 – 97,71 memiliki frekuensi tingkat bising terendah sebesar 0 %.
KELOMPOK II
INTERVAL
1 66,8 - 69,43 68,11 8 1,33 %
2 69,44 - 72,06 70,75 69 11,50 %
3 72,07 - 74,70 73,38 175 29,17 %
4 74,71 - 77,33 76,02 205 34,17 %
5 77,34 - 79,97 78,66 89 14,83 %
6 79,98 - 82,61 81,29 29 4,83 %
7 82,62 - 85,24 83,93 12 2,00 %
8 85,25 - 87,88 86,56 7 1,17 %
9 87,89 - 90,51 89,20 4 0,67 %
10 90,52 - 93,15 91,84 0 0,00 %
11 93,16 - 95,79 94,47 2 0,33 %
JUMLAH 600 100
interval 90,52 – 93,15 memiliki frekuensi tingkat bising terendah sebesar 0 %.
KELOMPOK II
3. Histogram
a) Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 07:32
– 07:42 WITA
Gambar 3. Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 07:32 –
07:42 WITA
35.00
29.00
30.00
Jumlah Kemunculan (%)
25.00 23.17
21.67
20.00
15.00
9.17 9.33
10.00
5.00 2.00 3.00 1.67 0.50 0.33 0.17
0.00
67,30 69,49 71,69 73,88 76,07 78,27 80,46 82,65 84,85 87,04 89,23
- - - - - - - - - - -
69,48 71,68 73,87 76,06 78,26 80,45 82,64 84,84 87,03 89,22 91,42
Tingkat Kebisingan (dB)
KELOMPOK II
b) Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 08:35
– 08:45 WITA
08:45 WITA
35.00 31.33
27.33
30.00
25.00
20.00 16.33
14.17
15.00
10.00
5.00 2.67 3.33 2.83
0.83 0.83 0.17 0.17
0.00
67,40 69,85 72,30 74,75 77,20 79,65 82,09 84,54 86,99 89,44 91,89
- - - - - - - - - - -
69,84 72,29 74,74 77,19 79,64 82,08 84,53 86,98 89,43 91,88 94,33
KELOMPOK II
c) Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 08:35
– 08:45 WITA
08:45 WITA
35.00
29.17
30.00
24.83
25.00
20.67
20.00
15.00
8.00 9.00
10.00
4.50
5.00 1.83 1.33 0.33 0.17 0.17
0.00
67,30 69,83 72,36 74,88 77,41 79,94 82,47 84,99 87,52 90,05 92,58
- - - - - - - - - - -
69,82 72,35 74,87 77,40 79,93 82,46 84,98 87,51 90,04 92,57 95,10
KELOMPOK II
d) Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 10:29
– 10:39 WITA
10:39 WITA
45.00
38.33
40.00
35.00
30.00 27.50
25.00 20.33
20.00
15.00
10.00 6.17 5.00
5.00 2.00
0.33 0.00 0.00 0.17 0.17
0.00
68,10 71,43 74,77 78,10 81,44 84,77 88,11 91,44 94,77 98,11 101,44
- - - - - - - - - - -
71,42 74,76 78,09 81,43 84,76 88,10 91,43 94,76 98,10 101,43 104,77
KELOMPOK II
a) Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 10:29
– 10:39 WITA
10:39 WITA
30.00 27.83
25.00
21.33
19.83
20.00
15.00
11.50
10.00 8.67
3.50 3.83
5.00 2.00
0.83 0.50 0.17
0.00
68,70 70,92 73,15 75,37 77,59 79,81 82,04 84,26 86,48 88,71 90,93
- - - - - - - - - - -
70,91 73,14 75,36 77,58 79,80 82,03 84,25 86,47 88,70 90,92 93,14
KELOMPOK II
e) Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 12:48
– 12:58 WITA
Gambar 8.Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 12:48 –
12:58 WITA
30.00
25.50
25.00
18.83
20.00 17.00
14.50
15.00
9.67
10.00
5.50 5.50
5.00 2.00 1.00 0.33 0.17
0.00
67,40 69,85 72,30 74,75 77,20 79,65 82,09 84,54 86,99 89,44 91,89
- - - - - - - - - - -
69,84 72,29 74,74 77,19 79,64 82,08 84,53 86,98 89,43 91,88 94,33
KELOMPOK II
f) Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 13:02
– 13:12 WITA
13:12 WITA
30.00
25.83 25.17
25.00
19.00
20.00
14.67
15.00
10.00 6.83
5.00 3.50
2.33
1.00 0.67 0.83 0.17
0.00
67,20 69,70 72,20 74,69 77,19 79,69 82,19 84,69 87,19 89,68 92,18
- - - - - - - - - - -
69,69 72,19 74,68 77,18 79,68 82,18 84,68 87,18 89,67 92,17 94,67
KELOMPOK II
g) Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 14:32
– 13:42 WITA
13:42 WITA
30.00 28.00
26.83
25.00
20.00
16.17
14.33
15.00
10.00
6.17
4.83
5.00
1.67 1.33 0.33 0.17 0.17
0.00
68,80 71,27 73,74 76,21 78,67 81,14 83,61 86,08 88,55 91,02 93,49
- - - - - - - - - - -
71,26 73,73 76,20 78,66 81,13 83,60 86,07 88,54 91,01 93,48 95,95
KELOMPOK II
h) Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 15:00
– 15:10 WITA
15:10 WITA
45.00
39.33
40.00
35.00
30.00
25.00 22.83
20.00 17.83
15.00
9.17
10.00
5.00
5.00 2.67 1.67 0.83 0.33 0.17 0.17
0.00
68,90 72,05 75,19 78,34 81,49 84,64 87,78 90,93 94,08 97,23 100,37
- - - - - - - - - - -
72,04 75,18 78,33 81,48 84,63 87,77 90,92 94,07 97,22 100,36 103,51
KELOMPOK II
i) Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 16:39
– 16:49 WITA
16:49 WITA
45.00
39.17
40.00
35.00
30.00 26.83
25.00
20.00 15.83
15.00
9.83
10.00
5.00 1.83 2.83 1.83 0.67 0.33 0.67 0.17
0.00
67,00 70,19 73,37 76,56 79,75 82,93 86,12 89,31 92,49 95,68 98,87
- - - - - - - - - - -
70,18 73,36 76,55 79,74 82,92 86,11 89,30 92,48 95,67 98,86 102,04
KELOMPOK II
j) Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 17:00
– 17:10 WITA
17:10 WITA
40.00 38.00
35.00
28.67
30.00
25.00
20.00 17.83
15.00
10.00 7.17
5.00
5.00 2.00 0.67 0.17 0.33 0.00 0.17
0.00
69,10 71,96 74,82 77,69 80,55 83,41 86,27 89,13 92,00 94,86 97,72
- - - - - - - - - - -
71,95 74,81 77,68 80,54 83,40 86,26 89,12 91,99 94,85 97,71 100,57
KELOMPOK II
k) Histogram Distribusi Tingkat Kebisingan Pengukuran Pukul 18:34
– 18:44 WITA
18:44 WITA
40.00
34.17
35.00
29.17
30.00
25.00
20.00
14.83
15.00 11.50
10.00
4.83
5.00 1.33 2.00 1.17 0.67 0.00 0.33
0.00
66,80 69,44 72,07 74,71 77,34 79,98 82,62 85,25 87,89 90,52 93,16
- - - - - - - - - - -
69,43 72,06 74,70 77,33 79,97 82,61 85,24 87,88 90,51 93,15 95,79
KELOMPOK II
C. Hasil Perhitungan Leq
1. Hasil Perhitungan Leq 1
Nilai A = 99% x N
= 0,99 x 600
= 594
a) Hasil Perhitungan Leq 1 Pukul 07:32 – 07:42 WITA
Nilai Leq1 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,18 (97,33) + (1,67) X = 0,99 x 2,18 x 100
X = 2,18
Leq1 = I0 + X
= 82,64 + 2,18
= 84,83 dB
b) Hasil Perhitungan Leq 1 Pukul 08:35 – 08:45 WITA
Nilai Leq1 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,44 (98,83) + (0,83) X = 0,99 x 2,44 x 100
X = 0,5
Leq1 = I0 + X
= 86,98 + 0,5
= 87,5 dB
c) Hasil Perhitungan Leq 1 Pukul 09:00 – 09:10 WITA
Nilai Leq1 Awal
KELOMPOK II
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,52 (98,00) + (1,33) X = 0,99 x 2,52 x 100
X = 1,9
Leq1 = I0 + X
= 84,98 + 1,9
= 86,9 dB
d) Hasil Perhitungan Leq 1 Pukul 10:29 – 10:39 WITA
Nilai Leq1 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
3,32 (97,33) + (2,00) X = 0,99 x 3,32 x 100
X = 2,8
Leq1 = I0 + X
= 84,76 + 2,8
= 87,5 dB
e) Hasil Perhitungan Leq 1 Pukul 11:00 – 11:10 WITA
Nilai Leq1 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,21 (98,50) + (0,83) X = 0,99 x 2,21 x 100
X = 1,3
Leq1 = I0 + X
= 86,47+ 1,3
= 87,8 dB
f) Hasil Perhitungan Leq 1 Pukul 012:48 – 12:58 WITA
KELOMPOK II
Nilai Leq1 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,40 (98,50) + (1,00) X = 0,99 x 2,40 x 100
X = 1,2
Leq1 = I0 + X
= 85,68 + 1,2
= 84,5 dB
g) Hasil Perhitungan Leq 1 Pukul 13:02 – 13:12 WITA
Nilai Leq1 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,49 (98,33) + (0,67) X = 0,99 x 2,49 x 100
X = 2,5
Leq1 = I0 + X
= 87,18 + 2,5
= 89,7 dB
h) Hasil Perhitungan Leq 1 Pukul 14:32 – 14:42 WITA
Nilai Leq1 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,46 (98,00) + (1,33) X = 0,99 x 2,46 x 100
X = 1,8
Leq1 = I0 + X
= 86,07 + 1,8
= 87,9 dB
KELOMPOK II
i) Hasil Perhitungan Leq 1 Pukul 15:00 – 15:10 WITA
Nilai Leq1 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
3,14 (98,50) + (0,83) X = 0,99 x 3,14 x 100
X = 1,9
Leq1 = I0 + X
= 90,92 + 1,9
= 92,8 dB
j) Hasil Perhitungan Leq 1 Pukul 16:39 – 16:49 WITA
Nilai Leq1 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
3,18 (98,83) + (0,33) X = 0,99 x 3,18 x 100
X = 1,6
Leq1 = I0 + X
= 92,48 + 1,6
= 94,1 dB
k) Hasil Perhitungan Leq 1 Pukul 17:00 – 17:10 WITA
Nilai Leq1 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,85 (98,67) + (0,67) X = 0,99 x 2,85 x 100
X = 1,4
Leq1 = I0 + X
= 86,26 + 1,4
KELOMPOK II
= 87,7 dB
l) Hasil Perhitungan Leq 1 Pukul 18:34 – 18:44 WITA
Nilai Leq1 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,63 (97,83) + (1,17) X = 0,99 x 2,63 x 100
X = 2,6
Leq1 = I0 + X
= 85,24 + 2,6
= 87,9 dB
Nilai A = 90% x N
= 0,9 x 600
= 540
Nilai Leq10 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,9 x I x 100
2,18 (85,00) + (9,33) X = 0,9 x 2,18 x 100
X = 1,17
Leq10 = I0 + X
= 78,26 + 1,17
= 79,43 dB
KELOMPOK II
Nilai Leq10 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,44 (75,50) + (16,333) X = 0,99 x 2,44 x 100
X = 2,2
Leq1 = I0 + X
= 77,19+ 2,2
= 79,4 dB
Nilai Leq10 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,52 (84,50) + (9,00) X = 0,99 x 2,52 x 100
X = 1,5
Leq1 = I0 + X
= 79,93 + 1,5
= 81,5 dB
Nilai Leq10 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
3,32 (72,00) + (20,33) X = 0,99 x 3,32 x 100
X = 2,9
Leq1 = I0 + X
= 78,09 + 2,9
= 81,0 dB
KELOMPOK II
Nilai Leq10 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,44 (84,00) + (8,67) X = 0,99 x 2,44 x 100
X = 1,5
Leq1 = I0 + X
= 79,80 + 1,5
= 81,3 dB
Nilai Leq10 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,44 (76,50) + (14,50) X = 0,99 x 2,44 x 100
X = 2,2
Leq1 = I0 + X
= 76,04+ 2,2
= 78,3 dB
Nilai Leq10 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,44 (88,17) + (6,83) X = 0,99 x 2,44 x 100
X = 0,7
Leq1 = I0 + X
= 79,68 + 0,7
KELOMPOK II
= 80,3 dB
Nilai Leq10 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,44 (75,83) + (14,33) X = 0,99 x 2,44 x 100
X = 2,4
Leq1 = I0 + X
= 78,66 + 2,4
= 81,1 dB
Nilai Leq10 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,44 (85,00) + (9,17) X = 0,99 x 2,44 x 100
X = 1,7
Leq1 = I0 + X
= 81,48 + 1,7
= 83,2 dB
Nilai Leq10 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,44 (83,67) + (9,83) X = 0,99 x 2,44 x 100
X = 2,0
Leq1 = I0 + X
KELOMPOK II
= 79,74 + 2,0
= 81,8 dB
Nilai Leq10 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,44 (73,83) + (17,83) X = 0,99 x 2,44 x 100
X = 2,6
Leq1 = I0 + X
= 77,68 + 2,6
= 80,3 dB
Nilai Leq10 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,99 x I x 100
2,44 (76,17) + (14,83) X = 0,99 x 2,44 x 100
X = 2,4
Leq1 = I0 + X
= 74,70 + 2,4
= 77,1 dB
Nilai A = 50% x N
= 0,5 x 600
= 300
KELOMPOK II
Nilai Leq50 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100
2,18 (34,33) + (29,00) X = 0,5 x 2,18 x 100
X = 1,18
Leq10 = I0 + X
= 73,87 + 1,18
= 75,05 dB
Nilai Leq50 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100
2,44 (48,17) + (27,33) X = 0,5 x 2,44 x 100
X = 0,2
Leq1 = I0 + X
= 74,74 + 0,2
= 74,9 dB
Nilai Leq50 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100
2,52 (30,50) + (29,17) X = 0,5 x 2,52 x 100
X = 1,7
Leq1 = I0 + X
= 74,87 + 1,7
= 76,6 dB
KELOMPOK II
Nilai Leq50 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100
3,32 (33,67) + (38,33) X = 0,5 x 3,32 x 100
X = 1,4
Leq1 = I0 + X
= 74,76 + 1,4
= 76,2 dB
Nilai Leq50 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100
2,21 (36,33) + (27,83) X = 0,5 x 2,21 x 100
X = 1,1
Leq1 = I0 + X
= 75,36 + 1,1
= 76,4 dB
Nilai Leq50 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100
2,40 (34,00) + (25,50) X = 0,5 x 2,40 x 100
X = 1,5
Leq1 = I0 + X
= 71,22 + 1,5
KELOMPOK II
= 72,7 dB
Nilai Leq50 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100
2,49 (44,00) + (25,17) X = 0,5 x 2,49 x 100
X = 0,6
Leq1 = I0 + X
= 74,68 + 0,6
= 75,3 dB
Nilai Leq50 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100
2,46 (49,00) + (26,83) X = 0,5 x 2,46 x 100
X = 0,1
Leq1 = I0 + X
= 76,20 + 0,1
= 76,3 dB
Nilai Leq50 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100
3,14 (22,83) + (39,33) X = 0,5 x 3,14 x 100
X = 2,2
Leq1 = I0 + X
KELOMPOK II
= 75,18 + 2,2
= 77,4 dB
Nilai Leq50 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100
3,18 (17,67) + (39,17) X = 0,5 x 3,18 x 100
X = 2,6
Leq1 = I0 + X
= 73,36 + 2,6
= 76,0 dB
Nilai Leq50 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100
2,85 (35,83) + (38,00) X = 0,5 x 2,85 x 100
X = 1,1
Leq1 = I0 + X
= 74,81 + 1,1
= 75,9 dB
Nilai Leq50 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,5 x I x 100
2,63 (42,00) + (34,17) X = 0,5 x 2,63 x 100
X = 0,6
KELOMPOK II
Leq1 = I0 + X
= 74,70 + 0,6
= 75,3 dB
Nilai A = 10% x N
= 0,1 x 600
= 60
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100
2,18 (2,00) + (9,17) X = 0,1 x 2,18 x 100
X = 1,91
Leq10 = I0 + X
= 69,48 + 1,91
= 71,39 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100
2,44 (2,67) + (14,17) X = 0,1 x 2,44 x 100
X = 1,3
Leq1 = I0 + X
= 69,84 + 1,3
= 71,1 dB
KELOMPOK II
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100
2,52 (1,83) + (8,00) X = 0,1 x 2,52 x 100
X = 2,6
Leq1 = I0 + X
= 69,82 + 2,6
= 72,4 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100
3,32 (6,17) + (27,50) X = 0,1 x 3,32 x 100
X = 0,5
Leq1 = I0 + X
= 71,42 + 0,5
= 71,9 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100
2,21 (3,50) + (11,50) X = 0,1 x 2,21 x 100
X = 1,3
Leq1 = I0 + X
= 70,91 + 1,3
KELOMPOK II
= 72,2 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100
2,40 (5,50) + (9,67) X = 0,1 x 2,40x 100
X = 1,1
Leq1 = I0 + X
= 66,40 + 1,1
= 67,5 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100
2,49 (3,50) + (14,67) X = 0,1 x 2,49 x 100
X = 1,1
Leq1 = I0 + X
= 69,69+ 1,1
= 70,8 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100
2,46 (4,83) + (16,17) X = 0,1 x 2,46 x 100
X = 0,8
Leq1 = I0 + X
KELOMPOK II
= 71,26 + 0,8
= 72,0 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100
3,14 (5,00) + (17,83) X = 0,1 x 3,14 x 100
X = 0,9
Leq1 = I0 + X
= 72,04 + 0,9
= 72,9 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100
3,18 (1,83) + (15,83) X = 0,1 x 3,18x 100
X = 1,6
Leq1 = I0 + X
= 70,18 + 1,6
= 71,8 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100
2,85 (7,17) + (28,67) X = 0,1 x 2,85 x 100
X = 0,3
KELOMPOK II
Leq1 = I0 + X
= 71,95 + 0,3
= 72,2 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,1 x I x 100
2,63 (1,33) + (11,50) X = 0,1 x 2,63 x 100
X = 2,0
Leq1 = I0 + X
= 69,43 + 2,0
= 71,4 dB
Nilai A = 1% x N
= 0,01 x 600
=6
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,01 x I x 100
2,18 (0) + (2,00) X = 0,01 x 2,18 x 100
X = 1,09
Leq10 = I0 + X
= 67,3 + 1,09
= 68,39 dB
KELOMPOK II
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,01 x I x 100
2,44 (0) + (2,67) X = 0,01 x 2,44 x 100
X = 0,9
Leq1 = I0 + X
= 67,4 + 0,9
= 68,3 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,01 x I x 100
2,52 (0) + (1,83) X = 0,01 x 2,52 x 100
X = 1,4
Leq1 = I0 + X
= 67,3 + 1,4
= 68,7 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,01 x I x 100
3,32 (0) + (6,17) X = 0,01 x 3,32 x 100
X = 0,5
Leq1 = I0 + X
= 68,1 + 0,5
KELOMPOK II
= 68,6 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,01 x I x 100
2,21 (0) + (3,50) X = 0,01 x 2,21 x 100
X = 0,6
Leq1 = I0 + X
= 68,7 + 0,6
= 69,3 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,01 x I x 100
2,40 (0) + (5,50) X = 0,01 x 2,40x 100
X = 0,4
Leq1 = I0 + X
= 64 + 0,4
= 64,4 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,01 x I x 100
2,49 (0) + (3,50) X = 0,01 x 2,49 x 100
X = 0,7
Leq1 = I0 + X
KELOMPOK II
= 67,2 + 0,7
= 67,9 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,01 x I x 100
2,46 (0) + (4,83) X = 0,01 x 2,46 x 100
X = 0,5
Leq1 = I0 + X
= 68,8 + 0,5
= 69,3 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,01 x I x 100
3,14 (0) + (5,00) X = 0,01 x 3,14 x 100
X = 0,6
Leq1 = I0 + X
= 68,9 + 0,6
= 69,5 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,01 x I x 100
3,18 (0) + (1,83) X = 0,01 x 3,18x 100
X = 1,7
KELOMPOK II
Leq1 = I0 + X
= 67 + 1,7
= 68,7 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,01 x I x 100
2,85 (0) + (7,17) X = 0,01 x 2,85 x 100
X = 0,4
Leq1 = I0 + X
= 69,1 + 0,4
= 69,5 dB
Nilai Leq99 Awal
I (B0) + (B1) X = 0,01 x I x 100
2,63 (0) + (1,33) X = 0,01 x 2,63 x 100
X = 2,0
Leq1 = I0 + X
= 66,8 + 2,0
= 68,8 dB
KELOMPOK II
D. Hasil Perhitungan Leq 1, Leq 10, Leq 50, Leq 90, dan Leq 99.
Tabel 28. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Leq 1, Leq 10, Leq 50, Leq 90, dan Leq
99.
Rentang
No. Leq 1 Leq 10 Leq 50 Leq 90 Leq 99
Waktu
JAM 07:32-
1 84,827 79,426 75,050 71,389 68,392
07:42
JAM 08:35-
2 87,470 79,351 74,901 71,102 68,315
08:45
JAM 09:00-
3 86,872 81,467 76,556 72,388 68,673
09:10
JAM 10:29-
4 87,531 81,035 76,175 71,888 68,639
10:39
JAM 11:00-
5 87,800 81,336 76,445 72,164 69,332
11:10
JAM 12:48-
6 84,468 78,273 72,725 67,517 64,436
12:58
JAM 13:02-
7 89,664 80,349 75,278 70,791 67,911
13:12
JAM 14:32-
8 87,915 81,095 76,288 72,044 69,309
14:42
9 JAM 15:00- 92,804 83,191 77,352 72,917 69,527
KELOMPOK II
15:10
JAM 16:39-
10 94,072 81,783 75,986 71,815 68,733
16:49
JAM 17:00-
11 87,689 80,262 75,878 72,234 69,498
17:10
JAM 18:34-
12 82,595 77,147 75,313 71,405 68,769
18:44
E. Perhitungan Leaq Day
1. Perhitungan Leaq Day

1
Leq Day = 10 x log(10) x 𝑗𝑎𝑚/ℎ𝑎𝑟𝑖 x 10(leaq1/10) + 10(leaq2/10) + 10(leaq3/10)
+ 10(leaq4/10) + 10(leaq5/10) + 10(leaq6/10) + 10(leaq7/10) + 10(leaq8/10)
+ 10(leaq9/10) + 10(leaq10/10) + 10(leaq11/10) + 10(leaq12/10)

1
= 10 x log(10) x 12
x 10(leaq79,254/10) + 10(80,306/10)
+ 10(80,992/10) + 10(81,058/10) + 10(81,328/10) + 10(77,774/10)
+ 10(81,464/10) + 10(81,288/10) + 10(83,996/10) + 10(83,763/10)
+ 10(80,956/10) + 10(78,444/10)
= 91,245
KELOMPOK II
2. Hasil Perhitungan Leaq dan Leaq Day
Tabel 29. Tabel Rekapitulasi Hasil Perhitungan Leaq dan Leaq Day
Rentang Leq Leq Leq Leq Leaq

No. Leq 1 Leaq
Waktu 10 50 90 99 Day
JAM
1 07:32- 84,827 79,426 75,050 71,389 68,392 79,254
07:42
JAM
2 08:35- 87,470 79,351 74,901 71,102 68,315 80,306
08:45
JAM
3 09:00- 86,872 81,467 76,556 72,388 68,673 80,992
09:10
JAM 91,245
4 10:29- 87,531 81,035 76,175 71,888 68,639 81,058
10:39
JAM
5 11:00- 87,800 81,336 76,445 72,164 69,332 81,328
11:10
JAM
6 12:48- 84,468 78,273 72,725 67,517 64,436 77,774
12:58
KELOMPOK II
JAM
7 13:02- 89,664 80,349 75,278 70,791 67,911 81,464
13:12
JAM
8 14:32- 87,915 81,095 76,288 72,044 69,309 81,288
14:42
JAM
9 15:00- 92,804 83,191 77,352 72,917 69,527 83,996
15:10
JAM
10 16:39- 94,072 81,783 75,986 71,815 68,733 83,763
16:49
JAM
11 17:00- 87,689 80,262 75,878 72,234 69,498 80,956
17:10
JAM
12 18:34- 82,595 77,147 75,313 71,405 68,769 78,444
18:44
KELOMPOK II
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tingkat pengukuran kebisingan di kawasan jalan AP. Pettarani Kota
Makassar melewati standar yang telah ditetapkan, karena lokasi ini setiap
saat ramai dan merupakan kawasan komersial berkembang.
2. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh Leq day sebesar 91,245 jika
dibandingkan dengan baku mutu tingkat kebisingan yang diperuntukkan di
kawasan perdagangan dan jasa seperti pada jalan AP. Pettarani dengan
standar baku mutu sebesar 70 dB, maka jalan AP. Pettarani melebihi baku
mutu kebisingan.
B. Saran
1. Saran Untuk Laboratorium
 Mengganti tas alat laboratorium
 Menentukan titik pengukuran yang tidak menyiksa praktikan
2. Saran Untuk Asisten
 Menggunakan baju asisten saat melakukan praktikum
 Mempertahankan metode asistensi
KELOMPOK II
DAFTAR PUSTAKA
Babba, Jennie. 2007. Hubungan Antara Intensitas Kebisingan Di Lingkungan Kerja
Dengan Peningkatan Tekanan Darah. Universitas Diponegoro: Semarang
Hidayati, Nurul. 2007. Pengaruh Arus Lalu Lintas Terhadap Kebisingan. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Keputusan Mentri Negara Lingkungan Hidup. Baku tingkat Kebisingan
Kusumadewi, S., Purnomo, H. 2010. Aplikasi Logika Fuzzy untuk Pendukung
Keputusan Edisi 2. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Muralia Hustim, 2012. A Study On Road Traffic Noise and ITS Mitigation In
Developing Countries (Case Study Of Makassar City Indonesia), Disertas.
Departement of architecture graduate school of human-environment
studies, Kyushu University, Fukuoka.
Suma’mur P.K,1995. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan Kerja,
Jakarta: PT Toko Gunung Agung.
Wilson, C.E. 1989. Noise Control : Measurement, Analysis and Control of Sound
and vibration, Chambridge: Harper and Row Publisher
Workplace Health and Savety (WHS). 1993. Code of Practce For Noise
Management At Work, Australia
.
Yadat, Tri. 2014. Studi Power Level Kebisingan Kendaraan Ringan Di Kota Makassar.
Universitas Hasanuddin : Makassar
KELOMPOK II
KELOMPOK II

Laporan Bising

Uploaded by

Document Information

Original Description:

Copyright

Available Formats

Share this document

Share or Embed Document

Sharing Options

Did you find this document useful?

Is this content inappropriate?

Copyright:

Available Formats

Laporan Bising

Uploaded by

Copyright:

Available Formats

LABORATORIUM KUALITAS UDARA DAB BISING

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Seiring perkembangan zaman, manusia pun membutuhkan industri untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, kebanyakan aktifitas dalam suatu

industri terutama proses produksi, dapat menimbulkan kebisingan yang dapat

mengganggu pekerja maupun masyarakat sekitarnya. Begitupun dengan aktivitas

mengganggu pendengaran dan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang

terpapar (Workplace Health and Savety (WHS), 1993).

Menurut Morlok (1995), peningkatan kecepatan lalu lintas dan

peningkatan arus kendaraan sangat mempengaruhi tingkat kebisingan. Sumber

6 pembakaran (exhaust), transmisi, gesekan roda dengan permukaan jalan, rem,

faktor aerodinamis dan muatan.

Hasil penelitian dari Departmen of Transport, UK London (1988)

menunjukkan bahwa tingkat kebisingan dipengaruhi oleh volume lalu lintas.

Kota Makassar saat ini mengalami problematika transportasi seperti pada

umumnya di kota-kota besar di Indonesia. Kemacetan selalu terjadi pada setiap

kapasitas jalan sehingga berpotensi kemacetan. Peningkatan drastis jumlah

Adapun lokasi pengukuran kebisingan yakni Jl. AP. Pettarani di kota

kawasan ini merupakan kawasan pertokoan yang padat sehingga menambah

tingkat kebisingan pada Jl. AP Pettarani di kota Makassar.

1. Mengetahui tingkat kebisingan pada Jl. AP Pettarani di kota Makassar dengan

menggunakan TNM 103.

2. Membandingkan tingkat kebisingan dengan menggunakan baku mutu

kebisingan pada Jl. AP Pettarani di kota Makassar.

mengganggu pendengaran dan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang

telinga dan intensitas atau arus energi (Suma’mur, 1995).

Menurut Wilson (1989), bunyi atau suara didefinisikan sebagai serangkaian

dan tekanan udara. Kebisingan merupakan terjadinya bunyi yang tidak

dapat mengganggu dan membahayakan konsentrasi kerja.

Menurut Suma’mur (1995) sumber bising utama dapat diklasifikasikan dalam

gedung, misalnya radio, televisi, bantingan pintu, kipas angin, komputer,

pembuka kaleng, pengkilap lantai, dan pengkondisi udara.

 Bising eksterior, berasal dari kendaraan, mesin-mesin diesel, transportasi.

tinggi diproduksi dalam beberapa bangunan industri oleh proses pabrik

atau produksi. Tingkat bunyi sumber-sumber bising tertentu, yang diukur

dengan meter tingkat bunyi.

Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 718/MENKES/PER/XI/1987

menyebutkan pembagian tingkat kebisingan menurut empat :

 Zona A (Kebisingan antara 35 dB sampai 45 dB)

Zona yang diperuntukkan bagi penelitian, rumah sakit, tempat

perawatan kesehatan atau sosial dan sejenisnya.

 Zona B (Kebisingan antara 45 dB sampai 55 dB)

Zona yang diperuntukkan bagi perumahan, tempat pendidikan, rekreasi

 Zona C (Kebisingan antara 50 dB sampai 60 dB)

Zona yang diperuntukkan bagi perkantoran, pertokoan, perdagangan,

pasar dan sejenisnya.

 Zona D (Kebisingan antara 60 dB sampai 70 dB).

Zona yang diperuntukkan bagi industri, pabrik, stasiun kereta api,

terminal bus dan sejenisnya.

Tabel 1. Zona Kebisingan Berbahaya menurut IATA (International Air

Zona Intensitas (dB) Keterangan

Zona A Intensitas >150 dB daerah berbahaya dan harus dihindari

Zona B intensitas 135-150 Individu yang terpapar perlu memakai

dB pelindung telinga (earmuff dan

Zona C Intensitas 115-135 dB perlu memakai earmuff

Zona D Intensitas 100-115 dB perlu memakai earplug

D. Standar Baku Mutu Kebisingan

Berdasarkan keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor : KEP-51/MEN/1999

Tabel 2. Nilai Ambang Batas Kebisingan

No. Waktu Pemajanan Sehari Intensitas Kebisingan (dBA)

No. Waktu Pemajanan Sehari Intensitas Kebisingan (dBA)

7. 7,5 Menit 103

8. 3,5 Menit 106