You are on page 1of 6

Inovasi Teknik Sipil dan Infrastruktur Kita - Kompas.

com
http://nasional.kompas.com/amp/read/2010/03/10/04062483/Inovasi.Teknik.Sipil.dan.Infrastrukt
ur.Kita

NINOK LEKSONO

Zaman memang telah berubah. Pada masa lalu, studi keinsinyuran yang jadi primadona adalah
teknik elektro, teknik mesin, dan teknik sipil. Kini, teknik informatika adalah primadona teknik.
Pada masa lalu, yang disebut infrastruktur adalah jalan raya, jembatan, atau pelabuhan. Kini,
infrastruktur yang dekat dengan asosiasi adalah infrastruktur digital, pelbagai perangkat keras
dan lunak yang menopang beroperasinya internet dan aplikasi teknologi informasi-komunikasi
(TIK atau ICT).

Namun, sesungguhnya masih ada dinamika yang tinggi dalam bidang ilmu teknik (lama)
tersebut. Para insinyur listrik tentu terus memikirkan jaringan distribusi yang lebih efisien,
sementara para insinyur mesin sedang menjawab tantangan untuk menemukan mesin baru yang
lebih ramah lingkungan.

Tantangan dalam teknik sipil besar kemungkinan adalah mendapatkan teknik konstruksi baru
yang lebih kuat, lebih awet, lebih murah, dan—seiring dengan itu—lebih cepat. Menonton
program televisi yang menayangkan megastructure memberi kita gambaran betapa para insinyur
teknik sipil dihadapkan pada tantangan untuk membangun bangunan besar dengan kerumitan
tinggi, apakah itu Taipei 101 ataupun Burj Dubai.

Namun, prioritas kita mungkin belum sampai pada megastructure. Sebaliknya, tantangan kita
justru masih terkunci pada perluasan pembangunan jalan, pelabuhan, dan prasarana publik
lainnya.

Pada era yang masih diwarnai krisis, juga di tengah upaya untuk meningkatkan pertumbuhan,
perluasan infrastruktur termasuk salah satu tujuan program stimulus. Ini pula yang dilakukan
Pemerintah China, yang pada masa krisis justru secara agresif mengeluarkan puluhan miliar
dollar AS untuk membangun jalan bebas hambatan, jalan kereta api, dan bendungan untuk
pembangkit listrik. Hal ini melahirkan komentar, China kini telah membangun jalan tol hingga
ke pegunungan.

ACPS

Salah satu problem pembangunan yang masih belum teratasi di Indonesia adalah keterbatasan
infrastruktur, antara lain membuat investor potensial berpikir ulang saat akan berinvestasi di sini.
Pemerintah memang sudah menyadari hal ini dan melancarkan program seperti Infrastructure
Summit. Namun, di tengah hiruk-pikuk politik, belum terdengar lagi terobosan pembangunan
infrastruktur.
Di tengah upaya meningkatkan kapasitas infrastruktur ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
26 Januari, meresmikan Jalan Tol Kanci-Pejagan sepanjang 35 km. Yang menarik dari jalan tol
ini adalah diterapkannya karya inovasi teknik sipil yang dinamai adhi concrete pavement system
(ACPS ).

Peresmian pada 26 Januari itu memang masih menyisakan satu-dua pertanyaan, seperti mengapa
kita memfokuskan diri pada jalan tol, bukan pada jalan kereta atau jalan raya biasa yang lebih
berpihak pada rakyat lebih banyak.

Namun, di luar wacana yang lebih bersifat ideologis tersebut, pertimbangan pragmatis memang
lebih terasa. Yang lebih penting, infrastruktur yang dibutuhkan tersebut tersedia dan kalau bisa
dibuat dengan lebih cepat, hasil lebih baik, biaya lebih ringan, dan ongkos pemeliharaan lebih
murah.

Untuk menjawab tuntutan di atas, peranan riset dan inovasi menjadi penting. Bagi perusahaan
konstruksi yang sudah eksis selama 50 tahun, seperti Adhi Karya yang memperkenalkan ACPS,
munculnya teknologi seperti ACPS juga sebagai jawaban.

Dari sisi inovasi, ACPS merupakan jargon baru setelah pada masa lalu kita mendengar adanya
teknik konstruksi cakar ayam dan teknik arjuna sasrabahu. Dari sisi teknik pengerasan jalan,
orang melihat ACPS sebagai pengayaan. Apabila sebelum tahun 2009 hanya dikenal dua teknik
perkerasan jalan, yakni ”perkerasan lentur” (flexible pavement) dan ”Perkerasan kaku”
(concrete/rigid pavement), setelah 2009 ada perkerasan lentur dan perkerasan kaku yang bisa
dibagi dua. Yang pertama adalah perkerasan kaku dengan pracetak-pratekan yang tidak lain
adalah ACPS dan, yang kedua, perkerasan kaku dengan cor di tempat.

Penganjur teknik ACPS mengaku bahwa teknik ini menghasilkan waktu konstruksi lebih cepat,
hasil lebih bermutu dan lebih awet, menggunakan tenaga lebih sedikit, serta total biaya
konstruksi dan pemeliharaan lebih kompetitif.

Namun, Wakil Menteri Pekerjaan Umum Hermanto Dardak yang membuka seminar ilmiah
mengenai ACPS di Jakarta, Selasa (9/3), mengingatkan bahwa, ketika dibuat dalam skala
industri, ada tantangan konsistensi kualitas. Hermanto juga menyebutkan bahwa perlu dicermati
kelemahan yang ada pada beton. Selain menuntut presisi pada sambungan pelat beton,
penggunaan beton juga menuntut kerataan. Kalau bisa dijamin dalam satu kilometer jalan beton
bagian yang menggelembung naik atau turun tidak lebih dari empat meter, jalan tersebut baru
bisa disebut rata.

Sebagai karya inovasi yang baru diterapkan, ACPS memang masih harus menghadapi ujian
waktu. Namun, kehadirannya memberi warna dalam karya inovasi nasional (meski komponen
dasar inovasi ini berasal dari AS). Deputi Menteri BUMN Muhayat yang juga memberi
sambutan dalam seminar, selain mengajak masyarakat untuk menghargai karya temuan nasional,
juga menggarisbawahi peranan riset dan pengembangan guna menghasilkan produk yang
kompetitif.

Peluang di Indonesia
Seperti telah disinggung di depan, peluang pembangunan infrastruktur di Indonesia sekarang ini
masih sangat besar. Mengingat geografi Tanah Air yang sangat luas, dengan kondisi yang amat
beragam, Indonesia dipastikan membutuhkan berbagai karya inovasi iptek, termasuk dalam
bidang teknik sipil.

Dulu konstruksi cakar ayam dipromosikan untuk menjawab tantangan pembangunan


jalan/landasan di daerah berawa. Teknik arjuna sasrabahu dibutuhkan untuk membangun jalan
layang di atas jalan yang sibuk. Kini ACPS dimajukan untuk menjawab tantangan soal
pembangunan jalan tol yang efisien.

Satu hal yang lebih ingin digarisbawahi di sini adalah pentingnya budaya litbang dan inovasi
karena dua faktor itulah yang akan menentukan daya saing suatu bisnis. Tanpa itu, seumur-umur
kita hanya akan menjadi konsumen teknologi dan tak pernah menumbuhkan karya Iptek yang
berdasar pada kondisi dan kearifan lokal.

Pemanfaatan Material Reused pada Hunian

Dengan kreativitas, material reused bisa diaplikasikan pada hunian. Material bekas yang unik
justru bisa membuat hunian memiliki nilai seni yang tinggi. Bahan material memang menjadi hal
paling penting dalam membangun sebuah hunian. Termasuk saat kita memilih material apa yang
akan kita gunakan. Tak hanya dari segi estetis yang dipertimbangkan, kekuatan serta ketahanan
material patut untuk diperhatikan demi mencapai suatu hunian yang cantik dan menarik.
Material reused (daur ulang) bisa dikatakan sebagai material bekas bangunan lain atau material
dari benda/barang dengan kegunaan lain yang bisa digunakan kembali sebagai material
bangunan.
Kendati demikian, beberapa dari material bekas yang masih bisa dipakai sebagai bahan
bangunan relatif besar. Misalnya material kayu, kayu dari atap, kusen pintu dan jendela dengan
kacanya, genting bongkaran, material bongkaran yaitu bata dan tembok yang dirobohkan dari
rumah lama, kayu dari bekas peti kemas, kontainer baja bekas pengangkutan barang, besi
bongkaran struktur atau konstruksi bangunan lain, misalnya bekas pabrik, paving block bekas.
Untuk mengaplikasikan material reused ke dalam sebuah bangunan baru memang bukan perkara
mudah. Penghuni dituntut untuk lebih teliti. Dalam arti, dari segi kekuatan material reused masih
terjamin. Hal tersebut dibenarkan Probo. Menurutnya, si penghuni harus mengetahui apakah
material tersebut kuat atau tidak, rapuh atau tidak. Sekiranya tidak bisa digunakan karena
kualitas bahan sudah menurun drastis, maka tidak disarankan menggunakan material tersebut.
Beberapa jenis bahan bangunan reused yang kadang memiliki kualitas tinggi, yaitu kusen kayu
jati, paving block, dan sebagainya. Beberapa hal lain yang perlu untuk diperhatikan adalah fungsi
dari material tersebut. Misalnya, dalam mempergunakan material reused, tentunya si pengguna
perlu memperhatikan fungsi dari material yang akan dia gunakan. Maksudnya, apakah bisa
difungsikan sebagai material dengan fungsi struktural atau hanya bahan material pengisi
bangunan. Hal lain yang tidak kalah penting untuk diperhatikan, ialah perincian bagian desain
yang dapat mempergunakan material ini.
Sejak fenomena pemanasan global mencuat, isu-isu yang berkaitan dengan lingkungan banyak
digaungkan di berbagai bidang termasuk properti. Di bidang ini, pemilihan material atau bahan
bangunan adalah salah satu langkah yang dilakukan dalam upaya menciptakan green property
atau properti yang ramah lingkungan. Masyarakat Indonesia saat ini semakin sadar akan
pentingnya memilih bahan atau material yang mengakomodasi isu-isu lingkungan misalnya yang
menyangkut go green, low energy, dan antitoksin.
Secara sederhana, dijelaskan bahwa pemilihan material yang ramah dapat dijabarkan menjadi
dua hal yakni dari sisi teknologi dan penggunaan. Dari sisi teknologi, misalnya, pemilihan bahan
sebaiknya menghindari adanya toksin atau racun dan diproduksi tidak bertentangan dengan alam.
Sebagai contoh, minimalkan penggunaan material kayu, batu alam ataupun bahan bangunan
yang mengandung racun seperti asbeston.
Sedangkan dari sisi penggunaan, pemilihan material yang ramah lingkungan misalnya
menggunakan lampu hemat energi seperti lampu LED yang rendah konsumsi listrik, semen
instan yang praktis dan efisien, atau pun memilih keran yang memakai tap yang hanya
mengeluarkan air dalam volume tertentu.

Penggunaan material bahan bangunan yang tepat berperan besar dalam menghasilkan bangunan
berkualitas yang ramah lingkungan. Beberapa jenis bahan bangunan ada yang memiliki tingkat
kualitas yang memengaruhi harga. Penetapan anggaran biaya sebaiknya sesuai dengan anggaran
biaya yang tersedia dan dilakukan sejak awal perencanaan sebelum konstruksi untuk mengatur
pengeluaran sehingga baik building interior maupun eksteriornya tetap berkualitas.

Semen, keramik, batu bata, aluminium, kaca, dan baja sebagai bahan baku utama dalam
pembuatan sebuah bangunan berperan penting dalam mewujudkan konsep bangunan ramah
lingkungan.
Untuk kerangka bangunan utama dan atap, kini material kayu sudah mulai digantikan material
baja ringan. Isu penebangan liar (illegal logging) akibat pembabatan kayu hutan yang tak
terkendali menempatkan bangunan berbahan kayu mulai berkurang sebagai wujud kepedulian
dan keprihatinan terhadap penebangan kayu dan kelestarian bumi. Peran kayu pun perlahan
mulai digantikan oleh baja ringan dan aluminium.
Baja ringan dapat dipilih berdasarkan beberapa tingkatan kualitas tergantung dari bahan
bakunya. Rangka atap dan bangunan dari baja memiliki keunggulan lebih kuat, antikarat,
antikeropos, antirayap, lentur, mudah dipasang, dan lebih ringan sehingga tidak membebani
konstruksi dan fondasi, serta dapat dipasang dengan perhitungan desain arsitektur dan kalkulasi
teknik sipil.
Kusen jendela dan pintu juga sudah mulai menggunakan bahan aluminium sebagai generasi
bahan bangunan masa datang. Aluminium memiliki keunggulan dapat didaur ulang (digunakan
ulang), bebas racun dan zat pemicu kanker, bebas perawatan dan praktis (sesuai gaya hidup
modern), dengan desain insulasi khusus mengurangi transmisi panas dan bising (hemat energi,
hemat biaya), lebih kuat, tahan lama, antikarat, tidak perlu diganti sama sekali hanya karet
pengganjal saja, tersedia beragam warna, bentuk, dan ukuran dengan tekstur variasi (klasik,
kayu).
Bahan dinding dipilih yang mampu menyerap panas matahari dengan baik. Batu bata alami atau
fabrikasi batu bata ringan (campuran pasir, kapur, semen, dan bahan lain) memiliki karakteristik
tahan api, kuat terhadap tekanan tinggi, daya serap air rendah, kedap suara, dan menyerap panas
matahari secara signifikan.
Penggunaan keramik pada dinding menggeser wallpaper merupakan salah satu bentuk inovatif
desain. Dinding keramik memberikan kemudahan dalam perawatan, pembersihan dinding (tidak
perlu dicat ulang, cukup dilap), motif beragam dengan warna pilihan eksklusif dan elegan, serta
menyuguhkan suasana ruang yang bervariasi.

Efek rumah kaca adalah suatu fenomena peningkatan suhu permukaan bumi yang disebabkan
karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lain di atmosfer. Kenaikan
konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh pembakaran batu bara, bahan bakar minyak (BBM), dan
bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk
mengabsorbsinya.

Bangunan hijau atau green building adalah bangunan yang memperhatikan aspek lingkungan
atau bangunan yang bernuansa alam. Sehingga bangunan tersebut tidak mengeluarkan emisi
yang terlalu tinggi dalam mengeluarkan emisi efek rumah kaca. Design rencana bangunan hijau
contohnya adalah meliputi sirkulasi udara, mengelola sumber energi, tata kelola lahan hijau,
bahan yang digunakan dan lain sebagainya. Sehingga bangunan yang direncanakan berdasarkan
konsep ramah lingkungan tersebut tidak memberikan efek negatif terhadap lingkungan. Jika
konsep ini terus dikembangkan maka tidak menutup kemungkinan akan muncul ide – ide baru
yang timbul akibat dari penerapan yang ada dan kemudian berdampak pada terjaganya
kelestarian alam.

Menggunakan material bangunan yang berkelanjutan kini menjadi pertimbangan tersendiri bagi
para arsitek maupun pemilik bangunan. Pertimbangan dan pemilihan material bangunan ini
menunjukkan bahwa sudah ada kesadaran dari para arsitek dan pemilik bangunan itu sendiri
untuk menerapkan konsep hijau yang ramah lingkungan. Ada beberapa jenis eco material yang
dapat digunakan, yaitu Natural Material atau material yang berasal dari alam dan dapat
diperbarui, Local Material atau material yang diperoleh di sekitar lokasi proyek dan
menguntungkan masyarakat setempat, Recyled Material atau material hasil daur ulang dan
pengolahan material bekas dan yang terakhir adalah Prefabricated Material atau material dari
elemen bangunan hasil pabrikasi yang memudahkan konstruksi.

Di antara empat material tersebut, Bambu dapat masuk kesemua jenis material. Karena Bambu
sendiri bersifat Alami, Mudah diperoleh di sekitar lokasi, dapat di daur ulang dan sekarang juga
sudah ada yang tersedia dalam bentuk yang siap pakai. Sebenarnya bambu sendiri sudah lama
digunakan sebagai salah satu bahan material bangunan, tetapi saat ini semakin lama Bambu
semakin di eksplorasi dan di teliti lagi agar dapat memaksimalkan kekuatannya. Bambu dapat
dipanen dalam 3 tahun, lebih cepat 7 tahun dibandingkan dengan kayu yang membutuhkan
waktu 10 tahun lebih untuk dipanen. Kekuatas dan kelenturan dari bambu sendiri juga
menjadikan material yang satu ini kokoh dan tahan terhadap serangan gempa.

Beragam jenis bambu banyak tumbuh subur di Indonesia, sehingga mudah untuk
memperolehnya. Hal tersebut juga dapat menghemat biaya dan energi dalam transportasi bambu.
Di tambah lagi harga Bambu yang lebih murah dari Kayu menjadikan bambu memiliki nilai plus.
Kelemahan dari bambu yang rentan untuk di makan rayap juga dapat diatasi dengan proses
pengawetan agar bambu dapat bertahan lebih lama. Teknik sambungan bambu pun sekarang
sudah semakin maju sehingga desain bangunan yang menggunakan material utama dengan
bambu menjadi kian inovatif.

Bambu dapat dimanfaatkan dalam bagunan sebagai elemen eksterior dan interior serta dapat
digunakan juga sebagai struktur bagungan itu sendiri. Bahkan hampir seluruh bagian dalam
bangunan dapat menggunakan bambu sebagai bahan utamanya. Contohnya adalah desain Green
School dan Green Village di Badung, Bali. Mulai dari Rangka Atap, Kolom, Lantai, Dinding,
bahkan Furniturenya pun juga menggunakan bambu. Penggunakan bambu juga semakin
dimudahkan karena adanya jasa pengawetan bambu dan produk bambu yang sudah siap pakai
seperti partisi, anyaman bambu, elemen interior, anyaman bambu, dll. Di tambah lagi pilihan
warna dan finishing bangunan yang menggunakan material bambu akan membuat suasana
ruangan lebih alami, terang dan hangat.

You might also like