You are on page 1of 4

SCRIPT WATUBLAPI :

Desa atau Kampung Tradisional Watublapi adalah sebuah kawasan di Desa Kajowair,
Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT), yang menawarkan
masyarakat tradisional eksotis. Para perempuan menenun dengan teknik tenunan ikat pola
langka, menggunakan peralatan tradisional dan pewarna alami dari tumbuhan untuk
menghasilkan kain indah ini.
Jarak Kampung Watublapi dari kota Maumere ±15 km / dengan waktu tempuh 1 jam
perjalanan.
Laki-laki di Desa Watublapi bekerja menanam tanaman dan memelihara ternak di ladang,
sedangkan perempuan menenun kain tenun ikat. Budaya tradisional yang dipamerkan dalam
kehidupan sehari-hari menghadirkan keindahan dan keramahan di antara rumah-rumah
tradisional yang elegan, tarian dan kerajinan yang indah.
Tarian tradisional diselenggarakan untuk acara-acara khusus di mana kain perempuan, syal
menawan, kalung manik-manik yang berwarna-warni, bergetar di kaki dan bernyanyi di sebuah
lanskap pegunungan yang kaya akan pohon palem, cengkeh, mete, kakao dan kopi.
Musik dan tari merupakan ritual untuk menjunjung tinggi nilai persahabatan, loyalitas dan rasa
hormat terhadap budaya leluhur. Perempuan maju dan memercik ke semua orang sambil
menginjak, menyanyi dan menari dengan sukacita dan keramahan di antara rumah-rumah
tradisional.
Kain tenun berwarna-warni di rumah-rumah pekarangan berasal proses pencelupan
menggunakan pohon nila untuk warna biru, akar kunyit untuk kuning dan noni hingga coklat
dan pepaya menjadi hijau. Benang dibuat dari kapas yang dipanen dari kebun.
Selendang kecil yang terbuat dari benang modern menghabiskan waktu selama tiga sampai
empat minggu, sementara menggunakan benang tradisional diproses secara manual dan rumit
menghabiskan lebih dari tiga bulan. Ikat dan tari merupakan kesatuan budaya yang khas
sebagai masyarakat adat di Watublapi.
Kerajinan tenun memiliki fungsi untuk memenuhi kebutuhan pakaian sehari-hari, juga bagian
dari budaya masyarakat adat di Sikka seperti Belis atau mas kawin dan upacara keagamaan.
Mereka membuat Utang atau sarung tangan untuk wanita, Lipa atau sarung tangan untuk pria,
Lensu atau ikat kepala dan syal.
Gaya masing-masing kain didominasi oleh simbol bintang, pelikan, orang yang menunggang
kuda, ayam, ular, rusa, burung, bunga dan lain-lain. Motif juga memiliki makna simbolis untuk
upacara kultivasi, ritual pencegahan nasib buruk, pemakaman, upacara pernikahan,
penghormatan terhadap orang tua, kebahagiaan dan harmoni.
Warga dalam kehidupan tradisional di rumah arsitektur tradisional yang indah, bekerja dari pagi
sampai sore dengan ikatan keluarga yang bahagia dan kuat. Tidak ada yang harus mengajarkan
apa yang harus mereka lakukan dalam kehidupan sederhana.
Aktivitas
1. Penjemputan oleh adat
2. Atraksi tarian dan musik
3. Demonstrasi Tenun
4. Snack

TANJUNG / PANTAI KAJUWULU

Pantai Kajuwulu terdapat di pantai Utara Kabupaten Sikka tepatnya di Kecamatan Magepanda
sekitar 20 Km dari Kota Maumere / dengan waktu tempuh 1 jam.

Hamparan pasir putih, serta laut yang jernih dan bersih menjadikan objek wisata ini sangat
eksotis. Ada satu tempat yang menarik untuk dikunjungi ketika sedang melancong ke
Maumere yaitu salah satunya adalah Bukit Salib Tanjung Kajaluwu. Mengapa wajib
dikunjungi? Nah dari atas Bukit Tanjung ini terdapat sebuah patung salib berukuran besar
atau disebut sebagai Taman Eden, tempat di mana para kaum Nasrani melakukan kegiatan
rohani. Patung salib tersebut berwarna putih dan terletak di atas bukit dengan latar belakang
indah yaitu pemandangan pantai dan laut biru. Sedangkan Tanjung sendiri adalah sebua h
nama daerah wisata di Kabupaten Sikka Maumere yang terletak sekitar kurang lebih 15km
dari Kota Maumere atau sekitar 2 jam perjalanan darat. Akses dari Maumere ke Bukit
Tanjung yaitu dengan menelusuri garis pantai utara Maumere ke arah barat. Jalanan asp al
yang cukup bagus dan pemandangan bukit-bukit mengering pada musim kemarau akan
menemani Anda sepanjang perjalanan. Pantai Tanjung juga dikelilingi oleh bukit dengan
tipikal berbatuan yang makin menambah keindahan di sisi-sisi pantainya.
Sesampainya di Bukit Tanjung Kajaluwu, pengunjung dapat memarkirkan kendaraannya di
pinggiran jalan dikarenakan belum adanya fasilitas tempat parkir di kawasan ini. Jangan lupa
untuk membawa bekal minuman mineral karena pengunjung yang hendak melihat
pemandangan cantik dari atas bukit harus menaiki bukit tersebut dengan meniti 300 buah
anak tangga. Cobalah sesekali melihat ke belakang ketika sedang menaiki tangga tersebut,
sungguh kombinasi pemandangan laut dan langit yang biru terhampar kontras dengan
padang rumput yang mulai tandus dan gersang bahkan terbakar karena terik matahari di
musim kemarau. Sesampainya di puncak Bukit Tanjung, segala letih terbayarkan sudah
dengan indahnya pemandangan.
Bukit Tanjung Kajaluwu juga terkenal akan keindahan panorama sunset-nya, karena itu bukit
ini akan lebih ramai dikunjungi menjelang sore harinya. Padang rumput di kawasan Bukit
Tanjung juga baru akan terlihat hijau segar ketika sudah memasuki musim penghujan, maka
dari itu datanglah ke Tanjung Kajuwulu saat musim hujan karena perbukitan akan berwarna
hijau dan lebih cantik untuk difoto.
HUTAN MANGROVE MAGEPANDA

Jarak 30 km dari kota Maumere / waktu tempuh 1 jam. Hutan mangrove yang terletak di Desa
Reroroja, Kecamatan Magepanda, Kabupaten Sikka, ini menyimpan sejuta keindahan. Hutan
seluas 70 hektare ini terletak di pantai utara Kota Maumere, diapit bukit-bukit hijau yang
menjulang indah.

Uniknya, di sebelah barat hutan mangrove terdapat bukit hijau yang indah. Bila dicermati
menyerupai sebuah bukit pada serial kartun anak-anak yang sering ditayangkan di televisi, yakni
Teletubis. Dengan keunikan itulah bukit tersebut oleh banyak pengunjung disebut Bukit
Teletubis.

Selain keunikannya, hutan mangrove juga dilengkapi dengan jembatan bambu sepanjang 450
meter. Objek wisata hutan mangrove ini dilengkapi pula dengan dua buah lopo di tengah hutan
dan dua lainnya di tepi pantai.

Termasuk, satu menara pemantau. Alhasil, para pelancong dapat menikmati keindahan
mangrove dan alam sekitar dari ketinggian sekitar 50 meter.

Saat Anda berwisata menyusuri jembatan bambu di hutan mangrove Magepanda di pagi atau
sore hari, kesejukan dan kesegaran oksigen yang dihasilkan oleh jutaan mangrove begitu terasa.
Selepas menikmati sejuknya hutan mangrove, di ujung jembatan, pengunjung akan terkejut dan
takjub melihat keindahan pantai dengan hamparan pasir putih dihiasi hijaunya mangrove.

Terdapat beberapa bangku yang terbuat dari bambu, berjejer di bawah pohon mangrove.
Disiapkan bagi pengunjung untuk sekadar beristirahat sembari menikmati birunya laut dan
tarian camar yang sesekali melintas. Bukit yang menghijau, sawah yang menguning. Serta,
birunya laut akan menemani pengunjung sepanjang perjalanan hingga tiba di objek wisata
hutan mangrove Magepanda, Teluk Maumere.

Rupanya penanam hutan mangrove tersebut seorang kakek tua keturunan Tionghoa, Victor
Emanuel Rayon. Saat ini dia yang mengelola hutan mangrove Magepanda.
Dia mengisahkan motivasi menanam mangrove atau bakau sejak tahun 1993 itu setelah
bencana tsunami yang memorakporandakan Kabupaten Sikka, pada 1992.

Keuletan dan kesungguhan Baba Kong menanam dan merawat mangrove berembus sampai ke
telinga Menteri Lingkungan Hidup. Pada 2008 dan 2009, Baba Kong mendapat piagam
penghargaan sebagai Perintis Lingkungan. Ketika itu, Presiden ke-6 RI Susilo Bambang
Yudhoyono menganugerahi Baba Kong Kalpataru sebagai Perintis Lingkungan.

You might also like