You are on page 1of 23

“PENGARUH SCHOOL BULLYING TERHADAP RASA PERCAYA DIRI

SISWA KELAS XII KI 1 SMK NEGERI 2 CILEGON”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sekolah merupakan bangunan atau lembaga untuk belajar dan
mengajar, serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sekolah adalah
sarana formal untuk menambah pengetahuan, membantu pembentukan
kepribadian anak yang positif, dan membangun relasi dengan teman-teman
sebaya. Hal ini sesuai dengan salah satu tugas perkembangan remaja, yaitu
membangun hubungan yang lebih matang dengan teman-teman sebaya baik
laki-laki atau perempuan.
Dalam relasi dengan teman-teman sebaya tersebut, seorang remaja
tidak hanya mempelajari hal-hal positif seperti persahabatan dan kerjasama,
tetapi juga hal-hal negatif. Perilaku-perilaku negatif pada remaja antara lain
perilaku menyontek, merokok, membolos, tawuran, mengkonsumsi narkoba,
hingga seks bebas, dan lain sebagainya.
Akhir-akhir ini kasus akibat kekerasan di sekolah makin sering
ditemui baik melalui informasi di media cetak maupun yang kita saksikan di
layar televisi. Selain tawuran antar pelajar sebenarnya ada bentuk-bentuk
perilaku agresif atau kekerasan yang mungkin sudah lama terjadi di sekolah-
sekolah, namun tidak mendapat perhatian, bahkan mungkin tidak dianggap
sesuatu hal yang serius. Misalnya kasus bullying yang terjadi di SMK
Negeri 2 Cilegon, khususnya di kelas XII KI 1, seperti intimidasi dari
teman-teman, pengucilan diri dari temannya, melakukan bullying agar
teman pelaku merasa terhibur, sehingga korban jadi malas pergi ke sekolah
karena sudah merasa terkucilkan, sehingga bisa menjadi depresi tahap
ringan dan dapat mempengaruhi belajar di kelas serta kepercayaan diri
siswa dalam bersosialisasi di lingkungan sekolah.

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 1


Korban tindakan-tindakan bullying di kelas XII KI 1 SMK Negeri 2
Cilegon biasanya teman sebaya ataupun orang yang lebih dewasa. Orang
yang lebih dewasa ini ternyata bukan hanya kakak kelas murid saja, tapi
juga dilakukan oleh guru yang notabene sebagai seorang pendidik yang
diharapkan memberikan nilai-nilai edukatif yang lebih bermakna bagi anak
didik sebagai generasi penerus bangsa.
Bentuk-bentuk bullying akan cenderung berubah seiring
bertambahnya usia, sehingga bentuk bullying ketika masa sekolah dasar
berbeda dengan bentuk bullying di SMK. Bullying pada siswa sekolah dasar
lebih kepada penghinaan, olok-olokan, saling mendorong. Hal ini berubah
ketika SMK, bentuk-bentuk perilaku bullying akan lebih pada gosip dan
kekerasan fisik.
Bullying dapat memberikan dampak yang negatif untuk jangka waktu
yang pendek dan panjang. Pengaruh jangka pendek yang ditimbulkan akibat
perilaku bullying adalah korban menjadi depresi karena mengalami
penindasan, menurunnya minat untuk mengerjakan tugas-tugas sekolah
yang diberikan oleh guru, dan menurunnya minat untuk mengikuti kegiatan
sekolah serta menurunnya kepercayaan diri siswa. Sedangkan akibat yang
ditimbulkan bagi korban dalam jangka panjang dari penindasan ini seperti
mengalami kesulitan dalam menjalin hubungan baik terhadap lawan jenis,
selalu memiliki kecemasan akan mendapatkan perlakuan yang tidak
menyenangkan dari teman-teman sebayanya.
Melihat luasnya permasalahan mengenai penyimpangan perilaku
seperti diuraikan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Pengaruh SchoolBullying Terhadap Rasa Percaya Diri Siswa Kelas
XII KI 1 SMK Negeri 2 Cilegon.”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka diidentifikasi
beberapa masalah yang terjadi di SMK Negeri 2 Cilegon:
1. Banyak ditemukan kasus schoolbullyingdi SMK Negeri 2 Cilegon,
khususnya di kelas XII KI 1, yaitu pengucilan dan pengejekankepada
salah satu dan beberapa siswa yang berulang-ulang.

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 2


2. Korbanschoolbullyingdi SMK Negeri 2 Cilegon khususnya di kelas XII
KI 1 tidak hanya teman di sekolah saja, namun orang yang lebih dewasa
juga yaitu guru.
3. Schoolbullying berpengaruh buruk bagi korbannya, baik pengaruh
jangka pendek maupun jangka panjang.
4. Ketidaktahuan guru akan perilaku schoolbullying yang terjadi dikelas
karena dianggap sebagai masalah kecil dan tidak ditangani secara serius
oleh guru di SMK Negeri 2 Cilegon.
5. Rasa percaya diri siswa menurun dikarenakan menjadi korban
schoolbullying di kelas XII KI 1.
1.3 Batasan Masalah
Melihat luasnya permasalahan yang terkait, maka penelitian ini difokuskan
pada masalah menurunnya rasa percaya diri siswa akibat perilaku
schoolbullyingdi SMK Negeri 2 Cilegon.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian yang telah dikemukakan, maka dapat
dirumuskan permasalahan, yaitu:
1. Bagaimana schoolbullyingyang terjadi di SMK Negeri 2 Cilegon
khususnya di kelas XII KI 1?
2. Bagaimana perilaku yang ditunjukkan pelaku, korban dan penonton
schoolbullying di SMK Negeri 2 Cilegon khususnya di kelas XII KI 1?
3. Bagaimana schoolbullyingmenjadikan rasa percaya diri siswa menurun?
4. Sejauh mana rasa percaya diri siswa menurun akibat dari
schoolbullyingyang terjadi pada korban (siswa SMK Negeri 2
Cilegon)?
1.5 Hipotesis
Hipotesis yang peneliti simpulkan adalah schoolbullying pada siswa SMK
Negeri 2 Cilegondapat menurunkan rasa percaya diri.
1.6 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, makalah ini bertujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana schoolbullyingyang terjadi di SMK Negeri 2
Cilegon khususnya di kelas XII KI 1.

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 3


2. Mengetahui bentuk-bentuk schoolbullying yang terjadi di SMK Negeri
2 Cilegon khususnya di kelas XII KI 1.
3. Mengetahui perilaku yang ditunjukkan pelaku, korban dan penonton
schoolbullying di SMK Negeri 2 Cilegon khususnya di kelas XII KI 1.
4. Mengetahui bagimanaschoolbullyingmenjadikan rasa percaya diri siswa
menurun.
5. Mengetahui sejauh mana rasa percaya diri siswa menurun akibat dari
schoolbullyingyang terjadi pada korban (siswa SMK Negeri 2 Cilegon).
1.7 Manfaat Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini bermanfaat:
1. Secara Teoritis
Secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah untuk memperkaya
dan menambah pengetahuan mengenai bullying yang berkaitan erat
dengan ilmu psikologi khususnya psikologi pendidikan, social dan
perkembangan.
2. Secara Praktis
a) Bagi Sekolah
- Memberi masukan kepada sekolah dalam menciptakan
hubungan sosial yang dinamis serta harmonis di sekolah.
- Memberi gambaran mengenai perilaku schoolbullying yang
terjadi pada siswa sekolah dasar sehingga pihak sekolah dapat
memberikan penananganan yang tepat.
b) Bagi Guru
- Dapat dipakai sebagai acuan guna menyusun cara-cara
penanganan serta pendekatan dalam kasus schoolbullying agar
penanganan dan pendekatan dapat dilakukan secara terintegrasi
sesuai kenyataan di sekolah tersebut.

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 4


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Bullying


Istilah bullying berasal dari kata “bull” (Bahasa Inggris) yang berarti
banteng. Banteng merupakan hewan yang suka menyerang secara agresif
terhadap siapapun yang berada di dekatnya. Sama halnya dengan bullying,
suatu tindakan yang digambarkan seperti banteng yang cenderung bersifat
destruktif. Bullying merupakan sebuah kondisi dimana telah terjadi
penyalahgunaan kekuatan atau kekuasaan yang dilakukan oleh perseorangan
ataupun kelompok. Penyalahgunaan kekuatan/kekuasaan dilakukan pihak
yang kuat tidak hanya secara fisik saja tetapi juga secara mental (Sejiwa,
2008).
Selain dari kata bull, bullying berasal dari kata bully yang berarti
menggertak atau mengganggu. Banyak definisi tentang bullying ini,
terutama yang terjadi dalam konteks lain (tempat kerja, masyrakat.
komunitas virtual). Berikut ini akan dikemukakan pendapat para ahli
mengenai pengertian bullying.
1. Rigby (2005; dalam Anesty, 2009) merumuskan bahwa “bullying”
merupakan sebuah hasrat untuk menyakiti. Hasrat ini diperlihatkan
dalam aksi, menyebabkan seseorang menderita. Aksi ini dilakukan
secara langsung oleh seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuar,
tidak bertanggung jawab, biasanya berulang dan dilakukan dengan
perasaan senang (Retno Astuti, 2008: 3).
2. Olweus (1993): “Bullyingcan consist of any action that is used to hurt
another child repeatedly and without cause”. Bullying merupakan
perilaku yang ditujukan untuk melukai siswa lain secara terus-menerus
dan tanpa sebab.Olweus (Krahe, 2005) juga mendefenisikan bullying
adalah perilaku negatif seseorang atau lebih kepada korban bullying
yang dilakukan secara berulang-ulang dan terjadi dari waktu ke waktu.
Selain itu bullying juga melibatkan kekuatan dan kekuasaan yang tidak

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 5


seimbang, sehingga korbannya berada dalam keadaan tidak mampu
mempertahankan diri secara efektif untuk melawan tindakan negatif
yang diterima korban (Krahe, 2005).
3. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi pengertian
bullying sebagai "kekerasan fisik dan psikologis berjangka panjang
yang dilakukan seseorang atau kelompok terhadap seseorang yang tidak
mampu mempertahankan diri dalam situasi di mana ada hasrat untuk
melukai atau menakuti orang atau membuat orang tertekan, trauma atau
depresi dan tidak berdaya.
4. Liness (Sri Wahyuni & M.G. Adiyanti, 2010) mendefinisikan perilaku
bullying sebagai intimidasi yang dilakukan oleh individu atau kelompok
baik secara fisik, psikologis, sosial, verbal atau emosional, yang
dilakukan secara terus menerus.

Ada banyak definisi mengenai bullying, namun Riauskina, Djuwita


dan Soesetio (Jurnal Psikologi Sosial 12 (01), 2005 : 1-13) juga
mendefinisikan schoolbullying sebagai perilaku agresif yang dilakukan
berulang-ulang oleh seseorang/sekelompok siswa yang memiliki kekuasaan,
terhadap siswa/siswi lain yang lebih rendah, dengan tujuan menyakiti orang
tersebut.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, peneliti dapat menarik


kesimpulan bahwa bullyingmerupakan suatu perilaku negatif yang
dilakukan secara berulang-ulang pada seseorang atau sekelompok orang
dengan sengaja yang menimbulkan kerugian maupun melemahkan fisik
ataupun mental.

2.2 Bentuk-bentuk SchoolBullying


Bentuk-bentuk schoolbullying sangatlah banyak dan beragam
ditemukan dimulai dari lingkungan pergaulan hingga lingkungan sekolah.
Bentuk-bentuk bullying menurut Yayasan Sejiwa (2008) menyatakan bahwa
terdapat 3 macam bentuk bullying:
1. Bullying verbal

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 6


Bullying verbal adalah bentuk bullying yang dilakukan secara verbal,
seperti mengejek, menghina, mengolok-olok, menakuti lewat telpon,
ancaman kekerasan, pemerasan, mencela, gossip, menyebarkan rumor,
penghinaan ras, mengancam lewat alat komunikasi elektronik, pesan-
pesan tanpa pengirim, dan lain-lain.
2. Bullying fisik
Bullying fisik adalah adalah bentuk bullying yang menyakiti fisik
seseorang, seperti menonjok, menampar, memukul, mendorong atau
melakukan sesuatu yang menyebabkan terjatuh, mencekik, menendang,
meninju, mengigit, mencubit, mencakar, meludahi, mencekram dan
memutar lengan atau kaki, merusak pakaian atau property pribadi,
gerakan-gerakan mengancam, membuat perkelahian, menodongkan
senjata, mencuri, dan lain-lain.
3. Bullying psikologis
Bullying psikologis adalah bentuk bullying psikis seperti mengucilkan,
mengisolir, menjauhkan, mendiamkan, memfitnah, memandang dengan
hina, dan lain-lain.
Sedangkan menurut Kim (dalam Adilla, 2009) bentuk bullying dapat
dilakukan secara verbal, psikologis, dan fisik. Lines (2008) juga
menyatakan bahwa perilaku bullying adalah intimidasi secara fisik,
psikologis, sosial, verbal, maupun emosional yang dilakukan secara
berkelanjutan oleh seseorang atau kelompok. Bullying dapat berupa perilaku
menghina atau mengubah nama panggilan yang membuat marah, tersakiti,
dan mengganggu.
Sullivan & Clearly (dalam Novalia & Dayakisni, 2013) juga
menyebutkan beberapa bentuk dari bullying, antara lain:
1. Kekerasan secara fisik adalah bentuk bullying yang paling jelas dan
terjadi ketika seseorang secara fisik dirugikan melalui tindakan seperti
menggigit, memukul, menendang, meninju, meludah, atau bentuk lain
dari serangan fisik.
2. Kekerasan nonfisik, meliputi aspek sebagai berikut:

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 7


a. Verbal, ini termasuk mengintimidasi melakukan ancaman,
melakukan panggilan telepon dengan nada kasar, pemerasan uang
atau materi, menggunakan bullying bernada seksual dan
menyebarkan desas-desus palsu atau jahat.
b. Nonverbal, dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
1) Bullying nonverbal secara langsung, termasuk dalam membuat
suatu tindakan bullying akan tetapi pada kenyataannya itu
dapat digunakan untuk mempertahankan kontrol atas seseorang
untuk melakukan intimidasi dan mengingatkan mereka bahwa
mereka mungkin akan dipilih kapan saja.
2) Bullying nonverbal secara tidak langsung, melakukan tindakan
secara tidak sengaja dan sering mengabaikan secara sistematis,
mengisolasi dan membuat siswa lain agar tidak menyukai
seseorang.
2.3 Komponen-Komponen SchoolBullying
Novan Ardy W (2012:60), menuliskan komponen atau pihak-pihak yang
terlibat dalam schoolbullying, yaitu:
1. Bully, atau siswa yang dijadikan pemimpin dan memiliki inisiatif serta
aktif dalam perilaku schoolbullying.
2. Asisten bully, yaitu pelaku yang terlibat aktif dalam perilaku
schoolbullying namun cenderung bergantung dan mengikuti perintah
dari bully.
3. Rinforcer, yaitu mereka yang ada saat terjadi schoolbullying, ikut
menyaksikan, menertawakan korban, memprovokasi bully, mengajak
siswa lain untuk melihat kejadian dan lain sebagainya.
4. Defender, yaitu orang-orang yang berusaha untuk membela serta
membantu koran pada akhirnya ia senang menjadi korban dari bully itu
sendiri.
5. Outsider, yaitu orang-orang yang tahu bahwa schoolbullying akan
terjadi, tetapi tidak melakukan apapun, bahkan seolah ia menjadi sama
sekali tidak peduli.

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 8


Sedangkan Barbara Coloroso, (2006: 29-31)
mengidentifikasikomponen-komponen schoolbullying menjadi tiga, yaitu
penindas,tertindas dan penonton. Tisna Rudi (2010: 8), membagi
komponenschoolbullying menjadi tiga, yaitu pelaku (bully), korban dan
orangyang ada di dekat atau dilokasi terjadinya schoolbullying
(bystander/saksi/penonton).

2.4 Pengertian Kepercayaan Diri


Menurut Lauster (2012) kepercayaan diri adalah suatu sikap atau
keyakinan atas kemampuan diri sendiri, sehingga dalam tindakan-
tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal
yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam
berinteraksi dengan orang lain, memiliki dorongan prestasi serta dapat
mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Kepercayaan diri berawal
dari tekad pada diri sendiri, untuk melakukan segala yang kita inginkan dan
kita butuhkan dalam hidup.
Dengan adanya pendapat mengenai pengertian rasa percaya diri yang
telah dikemukakan oleh Lauster, dapat peneliti simpulkan bahwa rasa
percaya diri adalah rasa yakin dan mampu yang ada didalam diri sendiri
untuk bebas melakukan suatu keinginan dan tanggung jawab atas perbuatan
dirinya.
Menurunnya rasa percaya diri seseorang terjadi disebabkan oleh
banyak hal, seperti tindakan bullying. Di lingkungan sekolah tidak sedikit
juga siswa yang mendapatkan tindakan buruk ini, atau yang biasa disebut
denganschoolbullying.
2.5 Hubungan antara School Bullying dengan Rasa Percaya Diri
Menurut Rustandi (2010), school bullying dengan rasa percaya diri
saling berhubungan satu sama lain, karena rasa percaya diri adalah dampak
psikis yang ditimbulkan akibat tindakan school bullyingitu sendiri, dan
school bullying adalah salah satu tindakan yang dapat mempengaruhi
tingkat emosi dan rasa percaya diri.

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 9


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap dengan alokasi waktu
mulai : .
2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 2 Cilegon yang terletak di Jl.
Ir. Sutami Km. 03, Desa Lebakdenok, Kec. Citangkil, Kota Cilegon,
khususnya di kelas XII KI 1.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi yang dijadikan subjek penelitian dalam observasi tentang
perilaku bullyingadalah siswa-siswi di kelas XII KI 1 yang berjumlah 35
siswa. Sedangkan siswa yang dijadikan sampel penelitian dengan metode
wawancara, peneliti membutuhkan 2/3 dari total jumlah korban school
bullying yaitu 3 siswa.
3.3 Metode Penelitian
Teknikpengumpulan data yang digunakan peneliti untuk memperoleh data
antara lain:
1. Observasi
Observasi yang peneliti lakukan ialah observasi non partisipatif yang
artinya kegiatan observasi dimana peneliti mengamati perilaku subjek
dari jauh dan tanpa adanyainteraksi dengan subjek. Peneliti akan
mengamati subjek penelitian didalam serta diluar kelas. Peneliti
mengamati perilaku yang dianggap sebagai perilaku schoolbullying,
seperti apa saja perilaku schoolbullying yang ditunjukkan, serta siapa
korban, pelaku dan penontonnya.

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 10


2. Wawancara
Dengan wawancara, peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih
mendalam tentang sampel di mana hal ini tidak bisa ditemukan melalui
observasi.
3.4 Rencana Kegiatan
Rencana kegiatan adalah program yang akan digunakan untuk melakukan
penelitian dan pembahasan hasil penelitian. Adapun rencana tindakannya
adalah :
1. Melakukan observasi.
2. Menganalisa hasil observasi.
3. Membuat instrumen wawancara.
4. Melakukan wawancara.
5. Menganalisa hasil wawancara.

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 11


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Tindakan-tindakan School Bullying di Kelas XII KI 1


Kegiatan penelitian yang peneliti lakukan di kelas XII KI 1 selama
kurun waktu 3 minggu, peneliti mengumpulkan data sebanyak mungkin
tentang bentuk-bentuk perlakuan schoolbullying terhadap korban bullying di
kelas XII KI 1. Setelah menghimpun data, peneliti menemukan bentuk-
bentuk bullying yang terjadi yang dalam frekuensi tertentu, peneliti
mengelompokkannya dengan acuan bentuk-bentuk bullying menurut
Yayasan Sejiwa yaitu:
1. Bullying verbal
2. Bullying nonverbal/fisik
3. Bullying psikologis

Berikut ini akan dijabarkan tindakan-tindakan persatu bentuk bullying


yang peneliti temukan di kelas XII KI 1:

1. Bullying Verbal
Dari sekian banyak bentuk bullying verbal yang dilakukan di
kelas XII KI 1 seperti mengancam, memaki, berbohong, memberi
julukan, mengejek tentang fisik atau orangtuanya, berkata kasar dan
menertawai, peneliti menemukan lebih seringnya bullying verbal yang
dilakukan pelaku dengan mengolok-olok fisik teman sekelasnya. “A”
biasa mengejek temannya yang memiliki kulit hitam dengan kata-kata
olokan yang mengaitkannya dengan suatu hal yang jelek dan rendah,
“hahaha liburannya ke pantai terus tah “N” sampe mukanya kelimis
gitu uireng maning hahaha”, juga yang diucapkan oleh “B” kepada “I”
“woy jangan deket-deket dia, ntar keisep sama mulutnya hahaha”.
Perkataan kasar lebih sering dilontarkan oleh siswa laki-laki
seperti nama-nama binatang dan istilah lain dari kata “bodoh”. Mereka
yang mengucapkannya beranggapan bahwa siswa laki-laki memang

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 12


wajar dan sudah lumrah bila mengucapkan kata kasar, bila tidak pernah
mengucapkan kata kasar, mereka malah mengejeknya sebagai pribadi
seperti anak perempuan dan tidak berani atau cemen. Dan mereka yang
menerima perkataan kasar itu menganggapnya sudah biasa, tidak
merasa timbulnya dendam dan menganggapnya hanya “angin lewat”
yang “masuk telinga kanan keluar telinga kiri.”
Beberapa siswa di kelas XII KI 1 mendapatkan “title” atau
julukan dari teman-temannya di kelas. Bukan julukan yang bermakna
positif, namun julukan-julukan tersebut bermakna negatif. Julukan itu
didapat karena kelakuan buruknya ataupun karena memiliki kekurangan
pada fisiknya. Siswa “AW” diberi julukan “mondi” kepanjangan dari
monyong dikit, “F” dijuluki “om” karena kepribadian dan perilakunya
yang siswa kelas XII KI 1 anggap lebih dewasa dari yang lain. Tak
hanya “AW” dan “F” yang memiliki julukan, “AR”, “R”, “S” dan “M”
juga mendapatkannya. “AR” sering dijuluki “black” karena warna kulit
tubuhnya yang gelap. “R” mendapat panggilan “penyok”, “S” dipanggil
temannya “bayi” karena fisik dirinya yang mirip anak kecil. Lantas,
sebagian dari mereka yang mendapat julukan dari teman-temannya itu
menjadi minder daripada teman-temannya yang lain dan sebagian yang
lain itu merasa dirinya biasa saja dan relatif menerima julukan itu
dengan tanpa dendam. Mereka yang sebagai penonton dalam bullying
tersebut bukannya menghentikan atau menasihati pelaku bullying malah
ikut tertawa seakan-akan mendukung aksi itu dan membuat mereka
menjadi terhibur.
Bukan hanya teman-teman sekelasnya yang diberi julukan atau
panggilan, namun beberapa pelaku bullying di kelas XII KI 1 juga
memberikan julukan atau panggilan kepada beberapa guru yang ada di
SMK Negeri 2 Cilegon. Mirisnya, sebagian besar dari julukan itu
bermakna negatif dan itu semua hanya sebagai bahan hiburan dan
candaan para siswa. Julukan-julukan itu akan terlontarkan dari mulut-
mulut siswa kelas XII KI 1 bila mereka sudah mendapati titik jenuh saat
pembelajaran atau disaat mereka sudah merasa kesal terhadap guru

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 13


yang bersangkutan. Di samping itu, guru-guru tersebut juga tidak
mengetahui bahwa dirinya telah mendapati julukannya.
2. Bullying Nonverbal/Fisik
Bullying nonverbal/fisik dibagi menjadi dua yaitu bullying fisik
langsung dan bullying tidak langsung. Bullying tidak langsung ini
dilakukan dengan cara menyuruh orang lain untuk mengganggu hingga
menyakiti si korban, namun selama peneliti melakukan penelitian di
kelas XII KI 1, peneliti tidak mendapatkan tindakan bullying tidak
langsung ini, karena memang siswa kelas XII KI 1 tidak memiliki
“penguasa” atau salah satu siswa yang memiliki kekuatan atau
kewenangan besar untuk menjadikan teman-temannya sebagai anak
buahnya.
Di kelas XII KI 1, peneliti menemukan tindakan bullying fisik
langsung namun kadang-kadang dan tidak terjadi setiap harinya.
Bullying fisik langsung sering membuat korbannya merasa terganggu
dan kesakitan secara fisik. Bullying yang peneliti temukan yaitu “B”
dan “M” memperlakukan teman-temannya seperti kambing, mengikat
leher temannya dengan simpul tali dan menariknya hingga ke lapangan,
lalu diikat di batang pohon mangga. Tentu hal ini membuat korban
bullying-nya menjadi cemas, ketakutan hingga wajah menjadi merah
dan nampak ingin menangis. Tindakan ini juga membuat korban
bullying tersebut menjadi minder, malu karena ditertawakan oleh
teman-temannya (penonton bullying).
3. Bullying Psikologis
Frekuensi bullying psikologis di kelas XII KI 1 lebih jarang
terjadi dibandingkan dengan bullying fisik ataupun verbal, karena
memang rasa kekerabatan dan kekeluargaan di kelas XII KI 1 sangatlah
erat. Jadi, serangan bullying terhadap psikis korban sangatlah jarang
terjadi. Selama penelitian, peneliti hanya menemukan satu kejadian
bullying psikologis, si “AW” berkata “woy awas lu “N” ntar pulang
lewat mana lu gua hadang” lalu “N” menjawab “ya lewat pintu lah

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 14


hahaha”.Bullyingtersebut dibuat semata-mata hanya sebuah candaan
dan tidak ada yang merasa dirugikan akibat bullying tersebut.
4.2 Komponen SchoolBullyingdi Kelas XII KI 1
Menurut Barbara Coloroso, komponen schoolbullying yaitu
korban/tertindas, pelaku/penindas dan penonton. Peneliti mengamati
berbagai tingkah laku yang dilakukan subjek yaitu siswa korban, pelaku dan
penonton melalui observasi setiap hari pada semua siswa di kelas XII KI 1.
Data dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Komponen SchoolBullying di Kelas XII KI 1

Data disajikan dalam bentuk grafik batang, akan seperti di bawah ini:

Jumlah Komponen School Bullying di Kelas XII


KI 1
20 18
18
16
Jumlah Orang

14
12 11
10 9
8
6
4
2
0
Pelaku Korban Penonton
Komponen School Bullying

Grafik 4.1 Jumlah Komponen School Bullying di Kelas XII KI 1

Dari grafik jumlah komponen schoolbullying yang telah


dipaparkan di atas yang berdasarkan hasil observasi peneliti terhadap 35
siswa di kelas XII KI 1, peneliti dapat simpulkan bahwa jumlah komponen
schoolbullying terendah diduduki oleh pelaku schoolbullying sejumlah 9
orang terhadap 11 orang korbannya.
Sedikitnya jumlah pelaku bullying sejalan dengan karakteristik
pelaku bullying yang memang jarang dimiliki oleh siswa-siswa lain.
Sebagian besar pelaku bullying ini memiliki kemampuan fisik yang lebih
kuat dari temannya, salah satunya ialah siswa “ARS”. Pergaulan mereka

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 15


pun bisa dikatakan memiliki warna yang negatif dilihat dari perilaku dan
kebiasaannya di luar sekolah, seperti merokok, suka bertindak dengan
kasar dan suka menyuruh seperti bos.
Korban yang menjadi sasaran para pelaku bullying di kelas XII KI
1 ini memang rata-rata tidak memiliki kekuatan lebih untuk membalas
tindakan para pelaku bullying, seperti “R” yang hanya diam setelah
mendapat perlakuan bullying, yang akhirnya mendapat perlakuan bullying
berulang-ulang. Karakteristik korban yang lain yaitu pandai, yang sering
menjadi sasaran para pelaku bullying untuk menyontek.
Karakteristik penonton schoolbullyingyang memiliki jumlah
komponen terbanyak yaitu 18 orang terbagi menjadi tiga, yaitu penonton
yang menonton dari kejauhan dan diam saja, penonton yang
ikutmenyemangati pelaku schoolbullying, dan penonton yang berusaha
menengahi atau membantu korban. Dalam observasinya, peneliti melihat
bahwa sebagian besar penonton bullying cenderung ikut menyemangati
pelaku bullying dan ikut menertawakan korban karena memang banyak
bentuk schoolbullying yang dilakukan pelaku bertujuan untuk menghibur
siswa yang lain.
4.3 Deskripsi DampakSchoolBullying terhadap Rasa Percaya Diri Korban
1. Wawancara Korban 1 (AR)

Peneliti : “Apakah anda pernah menerima tindakan bullying dari


temanmu? siapa dia?”
AR : “Sering, dari semua teman-teman di kelas.”
Peneliti : “Bullying apakah yang ia lakukan kepada anda?”
AR : “Mereka ngehina orangtua saya, menghina kekurangan
fisik saya.”
Peneliti : “Bagaimana reaksi kamu ketika dia berlaku demikian?”
AR : “Ya ada rasa sakit sih di hati. Tapi ya gausah dibawa ke
hati.”
Peneliti : “Mengapa kamu bereaksi demikian?”
AR : “Yaa wong di bully ya semua yg digituin mah sakit hati
lah. Siapa coba yang gak sakit hati kalo digituin.”

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 16


Peneliti : “Bagaimana tentang rasa percaya diri anda setelah
mendapat perlakuan tersebut darinya?”
AR : “Ya sebenernya mah makin minder sih digituin, bikin
malu di depan temen-temen. Tapi dibawa santai aja oke.”
2. Wawancara Korban 2 (R)

Peneliti : “Apakah anda pernah menerima tindakan bullying dari


temanmu? siapa dia?”
R : “Pernah, “BP”, “AS, “ARS”, “NH”, “BP”, “AMY” , “SW”
masih banyak sih yang lain.”
Peneliti : “Bullying apakah yang ia lakukan kepada anda?”
R : “Penghinaan, udah sih cukup itu aja, cuma ya bentuk
penghinaannya itu banyak banget macem-macem.”
Peneliti : “Bagaimana reaksi kamu ketika dia berlaku demikian?”
R : “Reaksi saya sih biasa aja. Saya menganggap bahwa yang
menghina saya itu mencintai saya dengan caranya sendiri.”
Peneliti : “Mengapa kamu bereaksi demikian?”
R : “Ya karena menurut saya ya gak penting gitu ngelakuin
bullying. Kejahatan harus ya dibalas dengan kebaikan. Jadi
saya gausah ngebalesin mereka.”
Peneliti : “Bagaimana tentang rasa percaya diri anda setelah
mendapat perlakuan tersebut darinya?”
R : “Semakin percaya diri lah karena banyak yang mencintai
saya.”
3. Wawancara Korban 3 (IS) (Jum’at, 27 Januari 2017)

Peneliti : “Apakah anda pernah menerima tindakan bullying dari


temanmu? Siapa dia?”
IS : “Ya, pernah. Dari “ARS”, “AW”, “BP”, “SI”, “ADP”,
“NH”, “AMY” dan lain-lain.”
Peneliti : “Bullying apakah yang ia lakukan kepada anda?”
IS : “Verbal sih, lewat omongan doang.”
Peneliti : “Bagaimana reaksi kamu ketika dia berlaku demikian?”

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 17


IS : “Ya sedih sih temen-temen bilang kaya gitu, sedikit sakit
hati.”
Peneliti : “Mengapa kamu bereaksi demikian?”
IS : “Karena ya mereka menyinggung perasaan saya.”
Peneliti : “Bagaimana tentang rasa percaya diri anda setelah
mendapat perlakuan tersebut darinya?”
IS : “Menurun lah, malu juga sama temen-temen digituin.”
Dari keempat wawancara tersebut, peneliti dapat simpulkan bahwa
bentuk bullying yang banyak dilakukan oleh pelaku bullying kepada
korbannya yaitu bullying verbal, banyak dari mereka yang diperolok-olok,
dicaci-maki, diejek karena kekurangan fisiknya, dibohongi dan juga
menerima perkataan-perkataan kasar dari pelaku, biasanya dengan sebutan
nama-nama binatang dan juga nama-nama makhluk tak kasat mata.
Mengenai pertanyaan tentang perasaan dan juga rasa percaya diri mereka
setelah menerima tindakan bullying, mereka semua memiliki perasaan yang
sama, yaitu ketakutan, malu, cemas, minder atau rasa percaya diri mereka
menurun.

Seseorang akan berperilaku baik bila lingkungan memberikan perilaku


yang baik juga, namun sebaliknya bila seseorang memperoleh perilaku jelek
dari lingkungannya maka akan menimbulkan kepribadian yang tidak baik
juga. Hal ini menjelaskan bahwa perilaku seseorang ataupun lingkungan
dapat menjadi alasan dalam pembentukan kepribadian seseorang. Dalam
keterkaitannya dengan tindakan schoolbullying, bully akan menimbulkan
rasa takut, cemas, rasa harga diri berkurang, murung, cenderung
menyalahkan diri sendiri dan juga depresi. Semua itu akan mempengaruhi
perilaku para korban bullying.

Bila tindakan bullying ini dilakukan secara berulang-ulang pada


korban, akan mengikis sedikit demi sedikit rasa percaya diri dan juga harga
diri korban. Korban bullying yang jelas menampakkan dirinya telah
mendapatkan dampak dari bullying yaitu siswa “R”, “R” memang berulang-
ulang mendapatkan tindakan bullying, akibatnya dia menjadi pribadi yang
diam, murung dan tidak bisa mengembangkan sifat sosialnya kepada teman-

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 18


temannya di kelas. Hal ini akan menjadi dampak yang serius di kemudian
hari, bila tindakan bullying terus mengikis rasa percaya diri dan harga
dirinya, hal tersebut akan mempengaruhi prestasi belajarnya berhubung dia
tidak bisa bersosialisasi dengan teman-temannya dan mungkin ia akan
mundur lebih jauh lagi dalam kehidupan yang terasingkan bila mulai terjun
di dunia masyarakat ataupun dunia kerja.

Namun pada umumnya, sesesorang yang menjadi korban bullying


dapat memiliki 1 dari 2 konsep diri, yaitu korban dengan konsep diri negatif
dan korban dengan konsep diri positif. Korban dengan konsep diri negatif
akan merasa dirinya tidak berharga dan tidak diterima oleh lingkungan
sehingga cenderung tidak berani mengambil resiko.

Gambar 4.1 Ilustrasi Konsep Diri Negatif dan Positif

Sementara itu, individu dengan konsep diri positif seperti yang


ditunjukkan siswa “R", akan menyukai dan menerima keadaan dirinya
sehingga akan mengembangkan rasa percaya diri, harga diri, serta dapat
melakukan interaksi sosial secara tepat. Siswa “R” memiliki pemikiran
bahwa orang-orang yang melakukan bullykepadanya, ia anggap mereka
adalah orang-orang yang mencintai dan menyayanginya.

Perilaku bullyingyang menimpa korban dengan konsep diri negatif ini


bila tidak ditangani dengan baik di masa muda justru dapat menyebabkan
gangguan perilaku yang lebih serius di masa dewasa, seperti pelecehan
seksual, kenakalan remaja, keterlibatan dalam geng kriminal, kekerasan

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 19


terhadap pacar/teman kencan, pelecehan atau bullying di tempat kerja,
kekerasan dalam rumah tangga, kekerasan terhadap anak dan kekerasan
terhadap orangtua sendiri. Semua dampak ini mengakar dari harga diri dan
rasa percaya diri yang buruk di masa mudanya.

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 20


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Bullying merupakan suatu perilaku negatif yang dilakukan secara
berulang-ulang pada seseorang atau sekelompok orang dengan sengaja yang
menimbulkan kerugian maupun melemahkan fisik ataupun mental.Bentuk
bullying terbagi menjadi tiga yaitu bullying verbal, bullying nonverbal/fisik
dan bullying psikologis. Sedangkan komponen schoolbullying yaitu pelaku,
korban dan juga penonton.
Mengacu pada hipotesis, penelitian ini didapat kesimpulan
bahwaschoolbullying pada siswa SMK Negeri 2 Cilegon khususnya kelas
XII KI 1 dapat menurunkan rasa percaya diri pada korban.Tindakan
schoolbullying pada korbannya akan menimbulkan kepercayaan diri yang
buruk dan juga harga diri yang akan terkikis bila bullying dilakukan
berulang-ulang. Dari harga diri dan kepercayaan diri yang buruk inilah yang
akan berdampak negatif bagi korban, misalnya menjadi pribadi yang
murung, pendiam, rendah diri, tidak terdorong untuk bersosialisasi dengan
teman sebayanya, sulit berkonsentrasi pada pembelajaran dan juga depresi.
Dan dampak dikemudian hari dapat menyebabkan gangguan perilaku yang
lebih serius di masa dewasa, seperti pelecehan seksual, kenakalan remaja,
keterlibatan dalam geng kriminal dan kekerasan terhadap orang lain. Semua
dampak ini mengakar dari harga diri dan kepercayaan diri yang buruk di
masa mudanya di sekolah.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah disusun, peneliti mencobamemberikan
saran untuk mencegah terjadinya schoolbullying, yaitu:
a. Sekolah
a) Pihak sekolah terutama guru kelas ada baiknya meningkatkan
pemahaman mengenai bullying sehingga dapat mengetahui,
mencegah dan menangani bullying secara dini.

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 21


b) Ada baiknya jika guru bertindak lebih responsif ketika ada siswa
yang di-bully serta memberikan bimbingan dan pengarahan kepada
korban, pelaku, dan pengamat.
c) Pihak sekolah secara berkala ada baiknya memberikan bekal
pengetahuan mengenai bullying baik dengan orang tua maupun
siswa sehingga dapat mencegah terjadinya bullying secara bersama.
d) Pihak sekolah sebaiknya memaksimalkan pengawasan oleh pihak
guru Bimbingan Konseling agar kasus-kasus kekerasan di sekolah
dapat diminimalisir dan diatasi dengan tepat.
b. Orang tua
Para orang tua hendaknya menjadi panutan yang bersifat positif bagi
anak serta menciptakan hubungan yang hangat antar anggota keluarga.

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 22


DAFTAR PUSTAKA

Coloroso, Barbara. 2006. Penindas, Tertindas dan Penonton. Jakarta: PT Serambi


Ilmu Semesta.

Darmalina, Bibit. 2014.Perilaku SchoolBullying di SDN Grindang Yogyakarta.


Yogyakarta:Universitas Negeri Yogyakarta.

http://www.psychologymania.com/2012/06/definisi-bullying.html. Diakses pada


tanggal 25 Januari 2017.

https://www.academia.edu/26490864/DAMPAK_BULLY_TERHADAP_PSIKO
LOGI. Diakses pada tanggal 28 Januari 2017.

http://majalah1000guru.net/2015/06/konsep-diri-asertif-bullying/. Diakses pada


tanggal 20 Januari 2017.

http://ewintribengkulu.blogspot.com/2012/11/bentuk-bentuk-bullying.html.
Diakses pada tanggal 20 Januari 2017.

http://muhamadmarwans.blogspot.co.id/2011/08/perilaku-school-bullying-
masalah.html. Diakses pada tanggal 20 Januari 2017.

Kusuma, Monicka. 2014. Perilaku SchoolBullying di SDN Delegan 2 Yogyakarta.


Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Novan Ardy Wiyani. 2012. Save Our Children From School Bullying.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Rigby, Ken. 2003. Bullying Among Young Children: A Guide for Teachers and
Careers. Australia: Australian Government Attorney-General‟s Department.

Sejiwa. 2008. Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan Sekitar


Anak. Jakarta: PT. Grasindo.

Laporan Karya Ilmiah Sederhana 23

You might also like