Professional Documents
Culture Documents
Analisis Hubungan Motivasi Perawat Pelaksana Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rsud Pariaman
Analisis Hubungan Motivasi Perawat Pelaksana Dengan Pelaksanaan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Di Ruang Rawat Inap Rsud Pariaman
ABSTRACT
The nurse in charge has a little awareness of importance of nursing and caring’s documentation.
This can be seen from the documentation which is still not fully comprehensive from
examination, diagnose, planning, implementation, and nursing evaluation. Nurse’s motivation
will have influence on this documentation execution.The purpose of this research is to see the
relationship between motivation of nurse in charge and documentation implementation of caring
and nursing in the ward of RSUD Pariaman.This research is using cross sectional analytic
observational design. The sample of this research is the nurse in charge at the ward of RSUD
Pariaman that involves9wards and 86 nurses as respondent, using proportional random
sampling.The data is gathered by documentation study that written by the respondent that contain
diagnose, planning, measurement, evaluation, and nursing note.The result of chi-square bivariat
statistic test shows that there is a relationship between motivation and documentation (p=0.004).
This result recommend the chairman of RSUD Pariaman to improve nurse’s motivation by giving
them opportunity to improve their degree to diploma and scholar, and take a consideration of
giving a reward or additional incentive for documentation implementation.
110
=
1 + 110 (0.0025)
110
HASIL DAN PEMBAHASAN c. Tingkat Pendidikan
Gambaran tingkat pendidikan
1. Gambaran Karakteristik Responden perawat pelaksana diruang rawat inap
a. Umur RSUD Pariaman menunjukan bahwa,
Gambaran umur responden tingkat pendidikan DIII/DIV lebih banyak
dalam penelitian ini berada pada 80.2%, dibandingkan dengan yang
rentang 21-55 tahun, dimana berpendidikan Sarjana 10.5% dan SPK
responden pada kelompok umur < 30 9.3%.
tahun lebih banyak (59.3%) Berarti rata-rata perawat
dibandingkan responden pada pelaksana mempunyai latar belakang
kelompok umur ≥ 30 tahun sebanyak tingkat pendidikan DIII/DIV, yang
(40.7%). merupakan perawat vokasional yang lebih
Umur akan mempengaruhi berfokus pada keterampilan prosedur
kondisi fisik seseorang, semangat, tindakan keperawatan. Simanjuntak,
beban dan tanggung jawab baik dalam (1985) menyatakan bahwa semakin tinggi
pekerjaan maupun dalam kehidupan pendidikan seseorang akan semakin
sehari-hari. Pada perawat yang tinggi produktivitas kerjanya. Hal ini
berumur kurang dari 30 tahun, didukung oleh (Green, 1980) yang
meskipun memiliki kondisi fisik yang menyatakan bahwa pendidikan
cukup baik, untuk menjalankan merupakan faktor penentu terhadap
kegiatan fisik namun pada umumnya perilaku kerja seseorang.
mereka memiliki rasa tanggung jawab
yang relatif kurang dibandingkan d. Lama Kerja
dengan yang berusia ≥ 30 tahun Gambaran perawat pelaksana yang
(Martoyo, 1998). bekerja diruang rawat inap RSUD
Pariaman berdasarkan lama kerja,
b. Jenis Kelamin menunjukan bahwa dari 86 perawat
Gambaran jenis kelamin pelaksana, 50% dengan lama kerja < 5
perawat pelaksana yang bekerja tahun, dan sisanya dengan lama kerja 5-
diruang rawat inap RSUD Pariaman 10 tahun serta >10 tahun.
menunjukan bahwa lebih banyak Banyaknya perawat dengan lama
perawat pelaksana yang berjenis kerja < 5 tahun, terlihat dari adanya
kelamin perempuan yaitu 95.3% dari kebijakan dari manajemen RSUD
pada berjenis kelamin laki-laki 4.7%. Pariaman yang menerima tenaga perawat
Dalam melakukan sistem kontrak yang berlaku selama satu
pendokumentasian tidak dibedakan tahun, dimana perawat yang memiliki
antara perawat laki-laki dengan kinerja baik kontraknya akan dilanjutkan
perempuan, artinya perawat laki-laki dengan kontrak baru, sementara yang
mempunyai kewajiban yang sama memiliki kinerja tidak baik kontraknya
dengan perawat perempuan, namun tidak dilanjutkan, kebijakan ini
hal ini berbeda dengan yang menjadikan perawat pelaksana kurang
dikemukakan oleh (Ilyas, 2002) pengalaman. Menurut Anderson (1994)
menjelaskan jenis kelamin akan makin lama pengalaman kerja seseorang
memberikan dorongan yang berbeda maka semakin terampil petugas tersebut,
dalam melakukan pekerjaan. mudah memahami tugas dan tanggung
jawabnya, sehingga memberi peluang
untuk berprestasi.
e. Status Kepegawaian kerja perawat pelaksana masih kurang,
Gambaran perawat pelaksana yang dilihat pada aspek motiv, harapan,
diruang rawat inap RSUD Pariaman dan insentif.
berdasarkan status kepegawaian adalah
PNS 54.7%, dan non PNS 45.3%. Lebih 3. Gambaran pelaksanaan
dari separoh perawat pelaksana status pendokumentasian asuhan
kepegawaiannya adalah PNS, namun keperawatan diruang rawat inap
hampir berimbang dengan perawat RSUD Pariaman.
pelaksana yang berstatus kepegawaian Hasil penelitian ini
non PNS. menggambarkan bahwa lebih dari
Robbins, 2003 menyatakan separuh pelaksanaan pendokumentasian
keamanan dan perlindungan tentang masa asuhan keperawatan yang dilakukan oleh
depan ditempat kerja akan menjadi perawat pelaksana diruang rawat inap
dorongan kuat bagi staf dalam bekerja. RSUD Pariaman adalah buruk yaitu
Kondisi ini sesuai dengan perawat yang 60.5%. Banyak aspek yang menjadi
bekerja diruang rawat inap RSUD penyebab buruknya pendokumentasian
Pariaman yang beranggapan bahwa status yang dilakukan oleh perawat pelaksana
kepegawaian PNS dan Non PNS diruang rawat inap RSUD Pariaman.
mempunyai kewajiban yang sama dalam Hasil studi dokumentasi yang
melaksanakan dokumentasi asuhan peneliti lakukan diruang rawat inap
keperawatan. RSUD Pariaman terhadap
pendokumetasian yang lakukan oleh
2. Gambaran Motivasi Perawat perawat pelaksana didapatkan hasil
Pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD sebagai berikut, untuk aspek pengkajian
Pariaman data tidak dikaji sejak pasien masuk
Hasil penelitian yang dilakukan sampai pulang (71.0%), masalah tidak
terhadap 86 perawat pelaksana dirumuskan berdasarkan kesenjangan
menunjukan bahwa motivasi perawat antara status kesehatan dengan pola
pelaksana buruk sebesar 44.2%, yang fungsi hidup (97.7%), dari aspek
diukur berdasarkan faktor satisfiers dan diagnosa keperawatan, perumusan
dissatisfiers. Buruknya motivasi perawat diagnosa keperawatan aktual dan resiko
pelaksana dapat dilihat dari 61.6% tidak sesuai dengan pengkajian (23.3%
perawat pelaksana mengatakan tidak dan 61.6%), dari aspek perencanaan
pernah menerima insentif tambahan untuk rumusan tujuan tidak sesuai dengan
pelaksanaan pendokumentasian, 38.3% standar (65.1%), rencana tindakan tidak
perawat mengatakan tidak pernah insentif mengacu pada tujuan yang jelas (55.8%),
untuk pengisian pendokumentasian rencana tindakan tidak menggambarkan
diberikan dengan adil, 40.6% perawat keterlibatan pasien dan keluarga (82.5%),
mengatakan kadang-kadang gaji yang dari aspek tindakan, tidak ada revisi
diterima tidak sesuai dengan pekerjaan tindakan berdasarkan hasil evaluasi yang
dan dokumentasi yang dilakukan, 45.3% dilakukan (93%), dari aspek evaluasi,
perawat mengatakan jarang mendapatkan evaluasi tidak mengacu pada tujuan
kesempatan untuk meningkatkan (72.1%), dan aspek catatan asuhan
kemampuan dalam pendokumentasian. keperawatan, pencatatan tidak
Hasil penelitian ini sejalan dengan mencantumkan paraf, nama jelas, tanggal
penelitian yang dilakukan oleh Apriyanti dan jam dilakukan tindakan (66.2%).
(2008), yang menunjukan bahwa motivasi
Melihat banyaknya aspek yang pengembangan potensi diri, 43.0%
tidak di dokumentasikan oleh perawat perawat menjawab kadang-kadang atasan
pelaksana, hal ini menunjukan bahwa memberikan kesempatan untuk mengikuti
pendokumentasian asuhan keperawatan pelatihan, dan 45.3% perawat menjawab
yang di tulis oleh perawat pelaksana di kadang-kadang manajemen R.S
ruang rawat inap RSUD Pariaman belum memberikan kesempatan untuk
memenuhi ketentuan yang berlaku atau meningkatkan kemampuan
tidak sesuai dengan standar yang pendokumentasian.
diharapkan, menurut standar asuhan Hal ini menunjukan bahwa
keperawatan Depkes RI (2001) dan Kron kurangnya kesempatan perawat untuk
(1987), yang menyatakan bahwa mengikuti pelatihan berpengaruh
dokumentasi asuhan keperawatan yang terhadap buruknya motivasi perawat
bernilai baik adalah ≥ 80%. Hasil dalam melakukan pendokumentasian.
penelitian ini sejalan dengan penelitian Pernyataan ini didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Safrudin (2003), yang dilakukan oleh Saefulloh (2009)
dimana 43.5% dokumentasi asuhan yang menyatakan bahwa pelatihan asuhan
keperawatan yang dilakukan perawat keperawatan secara bermakna
pelaksana buruk. meningkatkan motivasi kerja perawat
pelaksana diruang rawat inap RSUD
4. Analisis Hubungan motivasi perawat Indramayu.
pelaksana dengan pelaksanaan Menurut Herzberg faktor
dokumentasi asuhan keperawatan dissatisfiers individu dalam bekerja dapat
diruang rawat inap RSUD Pariaman dilihat dari gaji atau upah serta kualitas
Hasil penelitian ini menunjukan supervisi. Supervisi merupakan suatu
bahwa perawat pelaksana yang proses terhadap sumber-sumber yang
mempunyai motivasi buruk menghasilkan diperlukan untuk penyelesaian suatu
pendokumentasian buruk (78.9%) tugas (Swanburg, 1990). Hasil penelitian
dibandingkan dengan motivasi baik. Hal ini menunjukan bahwa 52.3% perawat
ini bermakna secara statistik dengan p pelaksana mengatakan kepala ruangan
value 0.004, artinya ada hubungan kadang-kadang memberikan arahan
bermakna antara motivasi dengan dalam pengisian dokumentasi asuhan
pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan, dan 50% perawat
keperawatan. mengatakan atasan kadang-kadang
Faktor satisfiers diantaranya memberikan umpan balik dalam
adalah prestasi dan pengembangan pelaksanaan pendokumentasian asuhan
potensi individu. Kebutuhan prestasi akan keperawatan. Kurangnya arahan dari
mendorong seseorang untuk kepala ruangan juga menjadi penyebab
mengembangkan kreatifitas dengan buruknya motivasi perawat dalam
mengarahkan semua kemampuannya pendokumentasian yang dilakukan.
untuk mencapai prestasi kerja yang Robbins (2003) supervisi yang
optimal. Seseorang akan berprestasi dilakukan oleh atasan akan sangat
tinggi jika memungkinkan untuk diberi membantu staf, karena dalam kegiatan
kesempatan (Simamora,2004). supervisi, seorang supervisor akan
Berdasarkan hasil penelitian memberikan dukungan terhadap sumber-
didapatkan bahwa motivasi perawat sumber yang dibutuhkan oleh staf dalam
pelaksana jika ditinjau pada aspek menyelesaikan pekerjaannya.
satisfiers yang dilihat dari aspek Mc.Farland, Leonard and Marris (1984
dalam Arwani, 2003) yang mengatakan Azwar, Azrul. (1996). Pengantar
supervisi dalam konteks keperawatan Administrasi Kesehatan. Jakarta: PT
sebagai suatu proses kegiatan pemberian Bina Rupa Aksara.
dukungan sumber-sumber (resources)
yang dibutuhkan perawat untuk Dalami, Rochimah, Beresia,S., Nurhalimah,
mengevaluasi tugas terhadap pencapaian Sumartini, Nurmilah, Rusmiati,
tujuan yang telah ditetapkan. Suliswati. (2011). Dokumentasi
Keperawatan dengan Kurikulum
KESIMPULAN DAN SARAN Berbasis Kompetensi. Jakarta: CV.
Trans Info Media.
Hasil penelitian tentang analisis
hubungan motivasi perawat pelaksana Depkes, RI. (2001). Instrumen Evaluasi
dengan pelaksanaan pendokumentasian Penerapan Standar Asuhan
asuhan keperawatan di ruang rawat inap Keperawatan di Rumah Sakit. Jakarta:
RSUD Pariaman pada tanggal antara Departemen Kesehatan.
kemampuan komunikasi efektif kepala
ruangan dengan tingkat motivasi kerja Dinarti, Aryani,R., Nurhaeni,H., Chairani,R.
perawat pelaksana di RS Jiwa HB Sa’anin (2009). Dokumentasi Keperawatan.
Padang pada tanggal 01 Juni sampai dengan Jakarta: CV Trans Info Media.
16 Juni 2012, dapat disimpulkan: Pertama,
Karakteristik perawat pelaksana diruang
rawat inap RSUD Pariaman sebagian besar Gillies, Dee Ann. (1989). Manajemen
berusia < 30 tahun, jenis kelamin Keperawatan Suatu Pendekatan
perempuan, pendidikan DIII/DIV, lama Sistem. Jakarta: EGC.
kerja < 5 tahun, dan status kepegawaian
PNS. Kedua, Lebih dari separuh motivasi Green, L.W. (1980). Health Promotion
perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Planning an Educational and
Pariman baik. Ketiga, Lebih dari separuh Enviromental Approach. Mayfield
perawat pelaksana diruang rawat inap RSUD Publising Co.
Pariaman melaksanakan pendokumentasian
asuhan keperawatan buruk. Keempat, Hamzah, H. (2008). Teori Motivasi dan
Terdapat hubungan yang bermakna antara Pengukurannya: Analisis di bidang
motivasi perawat pelaksana dengan pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
pelaksanaan pendokumentasian asuhan
keperawatan diruang rawat inap RSUD Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Metode
Pariaman dengan nilai p value = 0.004. Penelitian Keperawatan dan Teknik
Analisa Data. Jakarta: Salemba
DAFTAR PUSTAKA Medika.
Achir, Yani. (2007). Asuhan Keperawatan Hastono,S.P. (2007). Basic data analysis for
Bermutu di Rumah Sakit Pusat Data health research training. Jakarta :
dan Informasi PERSI (persi.co.id) FKM Univeristas Indonesia.