Professional Documents
Culture Documents
Ringkasan Bab VI Fix
Ringkasan Bab VI Fix
1. Kesantunan
Kesantunan (politeness) atau kesopansantunan atau etiket adalah tata cara, adat,
atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat. Kesantunan dapat dilihat dari empat
segi dalam pergaulan sehari-hari, yaitu :
1. Pertama, kesantunan diperlihatkan dengan sikap yang mengandung nilai sopan
santun atau etiket dalam pergaulan sehari-hari.
2. Kedua, kesantunan sangat kontekstual, yakni berlaku dalam masyarakat, tempat,
atau situasi tertentu, tetapi belum tentu berlaku bagi masyarakat, tempat, atau
situasi lain.
3. Ketiga, kesantunan selalu bipolar, yaitu memiliki hubungan dua kutub, seperti
antara anak dan orangtua, antara orang yang masih muda dan orang yang lebih tua,
antara tuan rumah dan tamu, antara pria dan wanita, antara murid dan guru.
4. Keempat, kesantunan tercermin dalam cara berpakaian (berbusana), cara berbuat
(bertindak), dan cara bertutur (berbahasa).
2. Jenis Kesantunan
(Muslich, 2006) membedakan kesantunan itu atas tiga macam, yaitu :
1. Kesantunan berpakaian,
2. Kesantunan berbuat, dan
3. Kesantunan berbahasa.
Dalam kesantunan berpakaian (berbusana, berdandan), ada dua hal yang perlu
diperhatikan. Pertama, berpakaianlah dengan sopan di tempat umum. Kedua,
berpakaianlah dengan rapi dan sesuai dengan keadaan.
Kesantunan perbuatan adalah tata cara bertindak atau gerak-gerik ketika
menghadapi sesuatu atau dalam situasi tertentu. Misalnya, ketika menerima tamu dan
ketika bertamu ke rumah orang. Masing-masing situasi dan keadaan memerlukan tata
cara yang berbeda.
Kesantunan berbahasa tercermin dalam tata cara berkomunikasi lewat tanda
verbal atau tata cara berbahasa. Tata cara berbahasa harus sesuai dengan unsur-unsur
budaya yang ada dalam masyarakat tempat hidup dan dipergunakannya suatu bahasa
dalam berkomunikasi. Apabila tata cara berbahasa seseorang tidak sesuai dengan
norma-norma budaya, ia akan mendapatkan nilai negatif.
1
3. Kapan dan bagaimana giliran berbicara dan pembicaraan sela diterapkan?
4. Bagaimana mengatur kenyaringan suara ketika berbicara?
5. Bagaimana sikap dan gerak-gerik ketika berbicara?
6. Kapan harus diam dan mengakhiri pembicaraan?
2
(6) Maksim kesimpatian yang mengutamakan rasa simpati pada orang lain. Dengan
menerapkan prinsip kesopanan ini, orang tidak lagi menggunakan ungkapan-
ungkapan yang merendahkan orang lain sehingga komunikasi akan berjalan
dalam situasi yang kondusif.
Contoh : si A mengikuti prinsip kesopanan dengan memaksimalkan pujian
kepada temannya yang baru saja lulus magister dengan predikat
cumlaude dan tepat waktu, tetapi si B tidak mengikuti prinsip
kesopanan karena memaksimalkan rasa hormat atau rasa hebat pada
diri sendiri.
A: Selamat, Anda lulus dengan predikat maksimal.
B: Oh, saya memang pantas mendapatkan predikat cumlaude.
3
5. Pengaruh Aspek Nonverbal Terhadap Kesantunan Berbahasa
Dalam berkomunikasi, seseorang tidak cukup hanya memperhatikan pilihan
bahasa atau pilihan ragam bahasa (aspek verbal), tetapi juga sejumlah faktor lain di
luar bahasa seperti gerak atau sikap tubuh dan ekspresi muka (aspek nonverbal). Hal
ini perlu diperhatikan karena, menurut Muhammad (1989:134), arti suatu
komunikasi verbal dapat diperoleh melalui hubungan komunikasi verbal dan
nonverbal. Komunikasi verbal lebih mudah diinterpretasikan maksudnya dengan
melihat tanda-tanda nonverbal yang mengiringi komunikasi verbal tersebut.
Komunikasi nonverbal adalah cara yang utama untuk menyatakan perasaan dan sikap
seseorang kepada orang lain (Muhammad, 1989:138).
4
Gerak tangan, anggukan kepala, gelengan kepala, kedipan mata, dan ekspresi
wajah seperti murung dan senyum merupakan unsur kinesik (atau ada yang
menyebut gesture, gerak isyarat) yang juga perlu diperhatikan ketika
berkomunikasi. Apabila penggunaannya bersamaan dengan unsur verbal dalam
berkomunikasi, fungsinya sebagai pemerjelas unsur verbal. Misalnya, seorang anak
diajak ibunya ke dokter, ia menjawab "Tidak, saya tidak mau" (verbal) sambil
menggeleng-gelengkan kepala (kinesik). Akan tetapi, apabila penggunaannya
terpisah dari unsur 114 verbal, fungsinya sama dengan unsur verbal itu, yaitu
menyampaikan pesan kepada penerima tanda. Misalnya, ketika bermaksud
memanggil temannya, yang bersangkutan cukup menggunakan gerak tangan
berulang-ulang sebagai pengganti ucapan "Hai, ayo cepat ke sini!".
Proksemika, yaitu sikap penjagaan jarak antara penutur dan penerima tutur
(atau antara komunikator dan komunikan) sebelum atau ketika berkomunikasi
berlangsung. Penerapan unsur ini akan berdampak pada kesantunan atau
ketidaksantunan berkomunikasi. Ketika seorang mahasiswa bertemu dengan teman
lama, setelah beberapa lama berpisah, ia langsung berjabat erat dan berangkulan;
dilanjutkan dengan saling bercerita sambil menepuk-nepuk bahu. Tetapi, ketika ia
bertemu dengan mantan dosennya, walaupun sudah lama berpisah, ia langsung
menundukkan kepala sambil berjabat tangan dengan kedua tangannya.
5
KESIMPULAN
Kesantunan (politeness) atau kesopansantunan atau etiket adalah tata cara, adat,
atau kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat dan dapat dilihat dari empat segi dalam
pergaulan sehari-hari. Kesantunan dibagi menjadi tiga macam, yaitu kesantunan
berpakaian, kesantunan berbuat, dan kesantunan berbahasa.
Selain itu, tata cara berbahasa seseorang dipengaruhi oleh norma-norma budaya
suku bangsa atau kelompok masyarakat tertentu. Oleh sebab itu, perilaku berbahasa
yang mengikuti norma-norma budaya akan menghasilkan kesantunan berbahasa.
Kesantunan berbahasa harus memerhatikan penerapan prinsip kesopanan (politeness
principle) dalam berbahasa, penghindaran pemakaian kata tabu (taboo), penggunaan
ungkapan penghalus (eufemisme), serta penggunaan pilihan kata honorifik.
Dalam berkomunikasi, komunikasi verbal lebih mudah diinterpretasikan
maksudnya dengan melihat tanda-tanda nonverbal yang mengiringi komunikasi verbal
tersebut. Unsur-unsur nonverbal yang dimaksud adalah paralinguistik, kinesik, dan
proksemika.
6
Daftar Pustaka
[1] Suandi, Nengah, dkk, “KESANTUNAN BERBAHASA”,dalam KETERAMPIL
AN BERBAHASA INDONESIA Berorientasi Integrasi Nasional dan Harmoni
Sosial, Bali : Fakultas Bahasa Dan Seni Universitas Pendidikan Ganesha, 2013.