You are on page 1of 3

Termoregulasi adalah suatu mekanisme makhluk hidup untuk mempertahankan suhu

internal agar berada di dalam kisaran yang dapat ditolelir. Menurut Gumala (2015), suhu
berpengaruh kepada tingkat metabolisme. Suhu yang tinggi akan menyebabkan aktivitas
molekul-molekul semakin tinggi karena energi kinetiknya makin besar dan kemungkinan
terjadinya tumbukan antara molekul satu dengan molekul lain semakin besar pula. Akan
tetapi, kenaikan aktivitas dengan metabolisme hanya akan bertambah seiring dengan
kanaikan suhu hingga batas tertentu saja. Hal ini disebabkan metabolisme didalam tubuh
diatur oleh enzim (salah satunya) yang memiliki suhu optimum dalam bekerja. Jika suhu
lingkungan atau tubuh meningkat atau menurun drastis, enzim-enzim tersebut dapat
terdenaturasi dan kehilangna fungsinya
Dalam produksi panas tubuh memperoleh panas sebagai akibat dari aktivitas
metabolisme jaringan tubuh dan dari lingkungan luar bila lingkungan luar itu lebih tinggi
temperaturnya (lebih panas) ketimbang temperatur tubuh. Bentuk penyesuaian fisiologinya
adalah bahwa panas yang dihasilkan oleh tubuh akan meningkat dengan menurunnya
temperatur luar. Sebaliknya, temperatur sekitar (ambient temperature) yang tinggi akan
menurunkan jumlah panas yang panas yang dihasilkan oleh tubuh. Hal itu dapat dikaitkan
melambatnya aktivitas metabolisme, menurunnya luaran kerja, dan menurunnya tonus otot.
Secara umum, mekanisme yang berlangsung untuk menghasilkan panas meliputi peningkatan
aktivitas metabolisme jaringan, peningkatan aktivitas otot, dan produksi panas
(thermogenesis) (Indrowati.2012).
Termoregulasi berpusat pada hypothalamus anterior terdapat tiga komponen pengatur
atau penyusun sistem pengaturan panas, yaitu termoreseptor, hypothalamus, dan saraf eferen.
Hipotalamus adalah bagian yang sangat peka, yang merupakan pusat integrasi utama untuk
memelihara keseimbangan energi dan suhu tubuh. Hipotalamus terus-menerus mendapat
informasi mengenai suhu kulit dan suhu inti melalui reseptor khusus yang peka terhadap suhu
yang disebut termoreseptor (reseptor hangat, dingin dan nyeri di perifer). Reseptor suhu
sangat aktif selama perubahan temperatur. Sensasi suhu primer diadaptasi dengan sangat
cepat. Suhu inti dipantau oleh termoreseptor sentral yang terletak di hipotalamus serta di
susunan syaraf pusat dan organ abdomen, di hipotalamus diketahui terdapat 2 pusat
pengaturan suhu, yaitu di regio posterior dan anteror. Regio posterior diaktifkan oleh suhu
dingin dan kemudian memicu refleks yang memperantarai produksi panas dan konservasi
panas. Sedang, regio anterior yang diaktifkan oleh rasa hangat, memicu refleks yang
memperantarai pengurangan panas (Seeley, 2007).
Katak merupakan hewan poikiloterm dimana suhu tubuhnya selalu berubah sesuai
dengan suhu lingkungannya karena sistem pengatur panas tubuh(termoregulasi) paka katak
belum berkembang sempurna. Adaptasi katak terhadap suhu sangat panas dengan
meningkatkan laju pendinginan dengan penguapan melalui kulitnya karena memiliki kulit
yang senantiasa lembab dan organ-organ respiratori menekan suhu tubuh beberapa derajat
di bawah suhu lingkungan. Sedangkan cara adaptasi katak terhadap suhu sangat dingin
dengan cara memanfaatkan input radiasi sumber panas yang ada di sekitarnya sehingga suhu
tubuh di atas suhu lingkungan dengan cara menambah zat terlarut kedalam cairan tubuhnya
untuk meningkatkan konsentrasi osmotic. Dengan demikian, titik beku cairan tubuhnya dapat
diturunkan hingga suhu dibawah 0oC. Zat zat terlarut yang ditambahkan biasanya berupa gula
dan gliserol (Isnaeni.2006 : 218). Oleh karena itu, ketika suhu lingkungan turun, suhu tubuh
katak juga ikut turun menyesuaikan dengan lingkungannya. Demikian halnya pada suhu
lingkungan yang panas.
Berasarkan hail praktikum yang telah kami lakukan didapatkan bahwa pada saat suhu
lingkungan 29C, suhu tubuh katak adalah 34,9C. Pada saat suhu lingkungan dinaikkan
sampai 40C, suhu tubuh katak adalah 35,3C. Sedangkan pada saat subuh lingkungan
diturunkan mencapai 15C, suku ktubuh katak adalah 34,9C. Hasil ini tidak berbeda jauh
dengan hasil kelompok lain. Suhu tubuh katak seharusnya memiliki selisih sedikit terhadap
suhu lingkungan, namun pada hasil praktikum kami suhu relatif terjadi perubahan hanya
sedikit saja yang kemungkinan disebabkan oleh alat termometer yang digunakan sudah
mengalami kerusakan ataupun karena suhu yang dibaca kurang teliti oleh praktikan.
Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi kecepatan transfer panas ke dalam atau
ke luar tubuh hewan yaitu (Sumber, 2012);
1. Luas permukaan. Hewan kecil memiliki suatu aliran panas lebih tinggi per unit berat
tubuhnya. Katak adalah hewan yang berukuran kecil sehingga aliran panas dari dalam tubuh
ke lingkungan atau sebaliknya berlangsung cepat.
2. Perbedaan suhu. Semakin dekat hewan memelihara suhu tubuhnya dengan suhu
lingkungannya semakin sedikit panas akan mengalir ke dalam atau ke luar tubuhnya. Katak
sebagai hewan poikiloterm dapat memelihara suhu tubuhnya dekat dengan lingkungannya.
3. Konduktansi panas spesifik permukaan tubuh. Permukaan jaringan hewan poikitoterm,
seperti katak, memiliki konduktansi panas yang tinggi daripada hewan homeoterm sehingga
katak memiliki suhu tubuh yang mendekati suhu lingkungan.
Gumala,Lita. 2015. Makalah Anatomi Fisiologi Hewan. Udayana University. Bali.
Indrowati, Meti.2012. Modul Praktikum Fisiologi Hewan. Pendidikan Biologi FKIP UNS
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta : Penerbit Kanisius
Seeley, R.R., et al. 2007. Anatomy and Physiology. McGraw-Hill Book Co. New York.

You might also like