You are on page 1of 41

Lampiran 1.

Data Hasil Penelitian

Gambar 1. Hasil identifikasi biji melinjo (Gnetum gnemon L.)

51
Lampiran 1. (Lanjutan)

Tabel I. Deskripsi tata nama ekstrak biji melinjo (Gnetum gnemon L.)
No. Deskripsi Nama Nama
Extractum Semen (Gnetum gnemon
1 Nama Ekstrak
L.) (Ekstrak Kental Biji Melinjo)

2 Nama Latin Tumbuhan Gnetum gnemon L.

Bagian Tumbuhan yang


3 Biji
digunakan

4 Nama Indonesia Tumbuhan Melinjo (Indonesia)

Tabel II. Hasil penentuan rendemen ekstrak biji melinjo (Gnetum gnemon L.)
Sampel kering (g) Ekstrak yang diperoleh (g) Rendemen %
500 37,35 7,47

Tabel III. Hasil Karakterisasi organoleptis ekstrak biji melinjo (Gnetum gnemon
L.)
No Pemeriksaan Pengamatan
1.. Warna Cokelat Pekat
2. Rasa Pahit
3. Bau Khas
4. Bentuk Kental

52
Lampiran 1. (Lanjutan)

Tabel IV. Hasil penetapan susut pengeringan ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum
gnemon L.)
No Berat botol Berat botol Berat botol Susut
timbang timbang + timbang + pengeringan
(g) ekstrak awal ekstrak akhir (%)
(g) (g)
1 12,8019 14,7962 14,6071 9,48
2 12,8035 14,8011 14,6192 9,10
3 12,8026 14,7982 14,6578 7,66
Rata-rata ± SD 8,74 ± 0,96

Tabel V. Hasil penetapan kadar abu total ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum
gnemon L.)
No Berat krus Berat krus + Berat krus + Kadar abu total
kosong (g) ekstrak (g) hasil abu (g) (%)
1 30,6556 33,1556 30,7621 4,26
2 30,6172 33,1172 30,7134 3,84
3 30,5449 33,0449 30,6529 4,32
Rata-rata ± SD 4,14 ± 0,26

Tabel VI. Hasil uji karakteristik kadar air ekstrak biji melinjo (Gnetum gnemon
L.)
No Berat ekstrak (g) % Kadar Air

1 1 9,81

2 1 9,56

3 1 7,77

Rata-rata ± SD 9,04 ± 1,11

53
Lampiran 1. (Lanjutan)

Tabel VII. Hasil penetapan kadar abu tidak larut asam ekstrak etanol biji melinjo
(Gnetum gnemon L.)
No Berat krus Berat krus + Berat krus + hasil Kadar abu tidak
kosong (g) ekstrak (g) pemijaran (g) larut asam (%)

1 36,5519 38,5613 36,5941 2,10


2 36,6152 38,6157 36,6803 3,25
3 36,4005 38,4017 36,4496 2,45
Rata-rata ± SD 2,60 ± 0,58

Tabel VIII. Hasil kadar senyawa larut air ekstrak biji melinjo (Gnetum gnemon L.)
No Berat cawan Berat cawan + Berat cawan + Kadar senyawa
kosong (g) ekstrak (g) hasil akhir (g) larut air (%)
1 37,1447 56,0851 37,4628 8,39
2 37,1227 56, 4236 37,4537 8,57
3 37,1465 56,4686 37,3686 5,74
Rata-rata ± SD 7,57 ± 1,58

Tabel IX. Hasil kadar senyawa larut etanol ekstrak biji melinjo (Gnetum gnemon
L.)
No Berat cawan Berat cawan + Berat cawan + Kadar senyawa
kosong (g) ekstrak (g) hasil akhir (g) larut etanol (%)
1 87,4872 103,8422 87,6852 6,05
2 87,5754 104,5256 87,7834 6,13
3 87,4788 104,7148 87,7768 8,64
Rata-rata ± SD 6,94 ± 1,47

54
Lampiran 1. (Lanjutan)

Tabel X. Hasil uji fitokimia dari ekstrak biji melinjo


Pengujian Pereaksi Hasil Pengamatan

+ (Terbentuk endapan
Alkaloid Asam Hidroklorida+ Dragendorff
merah)
Asam Hidroklorida + FeCl3 + + (Terbentuk warna
Glikosida
Amonia merah muda mawar)
Ekstrak dilarutkan dalam 2 mL air
Saponin + (Terbentuk busa)
kemudian dikocok
- (Tidak terbentuk warna
Fitosterol Kloroform + Asam Sulfat Pekat
kuning keemasan)
+ (Terbentuk warna
Fenol Ekstrak + FeCl3
hitam kebiruan)
+ (Terbentuk endapan
Tanin 1 % Gelatin
putih)
Ekstrak + Larutan timbal asetat + ( Terbentuk warna
Flavonoid
kuning)
Asam Nitrat + (Terbentuk warna
Protein
kuning)

Keterangan :
(+) = Memberikan hasil reaksi (-) = Tidak memberikan reaksi

55
Lampiran 1. (Lanjutan)

Tabel XI. Data hasil pengukuran konsentrasi senyawa flavonoid dari ekstrak
etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.) dengan spektrofotometer UV-
Vis pada panjang gelombang 371,05 nm.
Konsentrasi Kadar total
Berat Absorban Absorban
pembanding flavonoid
sampel (mg) sampel pembanding
(µg/mL) (%)

20 400 0,135 0,842 0,32 %

56
Lampiran 1. (Lanjutan)

Gambar 2. Data panjang gelombang senyawa flavonoid dari ekstrak etanol biji
melinjo (Gnetum gnemon L.)

Gambar 3. Data panjang gelombang senyawa flavonoid dari pembanding


(kuersetin)

57
Lampiran 1. (Lanjutan)

Gambar 4. Data hasil pengukuran absorban senyawa flavonoid dari ektrak etanol
biji melinjo (Gnetum gnemon L.)

Gambar 5. Data hasil pengukuran absorban senyawa flavonoid dari pembanding


(kuersetin)

58
Lampiran 1. (Lanjutan)

Gambar 6. Kromatografi lapis tipis ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon
L.) dengan fraksi heksan.
Keterangan :
Fase diam = Plat silika gel F254
Fase gerak = etil asetat-kloroform (9:11)
Penampak noda: sinar UV 366 nm
1 : Sampel ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.)
2 : Noda ekstrak
3 : Tinggi pelarut

Tabel XII. Hasil pengukuran noda pola kromatogram lapis tipis ekstrak etanol biji
melinjo (Gnetum gnemon L.) dengan fraksi heksan.

Noda Jarak noda (cm) Jarak pelarut (cm) Nilai Rf


1 2 7 0,28

59
Lampiran 1. (Lanjutan)

2
1

Gambar 7. Kromatografi lapis tipis ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon
L.) dengan fraksi etil asetat.
Keterangan :
Fase diam = Plat silika gel F254
Fase gerak = kloroform-metanol-air (64:50:10)
Penampak noda: sinar UV 366 nm
1 : Sampel ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.)
2 : Noda ekstrak
3 : Tinggi pelarut

Tabel XIII. Hasil pengukuran noda pola kromatogram lapis tipis ekstrak etanol
biji melinjo (Gnetum gnemon L.) dengan pelarut etil asetat.

Noda Jarak noda (cm) Jarak pelarut (cm) Nilai Rf


1 1,5 7 0,21

60
Lampiran 1. (Lanjutan)

3
2

Gambar 8. Kromatografi lapis tipis ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon
L.) dengan fraksi etanol.
Keterangan :
Fase diam = Plat silika gel F254
Fase gerak = etil asetat-metanol-air (100:13,5:10)
Penampak noda: sinar UV 366 nm
1 : Sampel ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.)
2 : Noda ekstrak
3 : Tinggi pelarut

Tabel XIV. Hasil pengukuran noda pola kromatogram lapis tipis ekstrak etanol
biji melinjo (Gnetum gnemon L.) dengan pelarut etanol.

Noda Jarak noda (cm) Jarak pelarut (cm) Nilai Rf


1 2,5 7 0,35

61
Lampiran 1. (Lanjutan)

Tabel XV. Data berat badan tikus putih jantan sebelum dan sesudah aklimatisasi
Hewan Berat badan tikus Berat badan Selisih Selisih
sebelum tikus sesudah berat badan berat badan
aklimatisasi (g) aklimatisasi (g) tikus (g) tikus (%)
1 203 215 12 5,91
2 205 214 9 4,41
3 205 210 5 2,44
4 206 217 11 5,34
5 207 221 14 6,76
6 204 210 6 2,94
7 213 219 6 2,82
8 201 210 9 4,47
9 205 210 5 2,44
10 206 216 10 4,85
11 206 218 12 5,82
12 205 211 6 2,93
13 204 210 6 2,94
14 200 210 10 5
15 208 215 7 3,37
16 204 214 10 4,90
17 206 219 13 6,31
18 207 221 14 6,76
19 209 220 11 5,26
20 202 212 10 4,95
21 208 221 13 6,25
22 208 219 11 5,28
23 206 220 14 6,76
24 208 221 13 6,25
25 215 228 13 6,04

62
Lampiran 1. (Lanjutan)

Tabel XVI. Volume radang pada tikus putih jantan


No. Kontrol Pembanding Dosis 150 Dosis 300 Dosis 600
hewan negatif (cm³) (cm³) mg/kg BB mg/kg BB mg/kg BB
(cm³) (cm³) (cm³)
1 0,5 0,3 0,2 0,3 0,3
2 0,5 0,3 0,2 0,3 0,4
3 0,4 0,3 0,2 0,3 0,3
Rata-rata 0,5 ± 0,3 ± 0 0,2 ± 0 0,3 ± 0 0,3 ±
± SD 0,057735 0,057735

0.6

0.5
volume radang

0.4

0.3

0.2

0.1

0
kontrol pembanding Dosis I Dosis II Dosis III
negatif
kelompok perlakuan

Gambar 9. Grafik hubungan kelompok dosis ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum
gnemon L.) terhadap volume radang pada tikus putih jantan.

63
Lampiran 1. (Lanjutan)

Tabel XVII. Persen radang pada tikus putih jantan


No Kontrol Pembanding Dosis 150 Dosis 300 Dosis 600
negatif mg/kg BB mg/kg BB mg/kg BB
1 100% 60% 50% 60% 75%
2 100% 75% 40% 60% 80%
3 80% 75% 50% 75% 75%
Rata-rata 93,33% ± 70% ± 46,67% ± 65% ± 76,67% ±
± SD 11,54701 8,660254 5,773503 8,660254 2,886751

120

100

80
persen radang

60

40

20

0
kontrol pembanding Dosis I Dosis II Dosis III
negatif
kelompok perlakuan

Gambar 10. Grafik hubungan kelompok dosis ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum
gnemon L.) terhadap persen radang pada tikus putih jantan.

64
Lampiran 1. (Lanjutan)

Tabel XVIII. Persen inhibisi radang pada tikus putih jantan


Kontrol Pembanding Dosis 150 Dosis 300 Dosis 600
negative mg/kg BB mg/kg BB mg/kg BB
0% 24,99% 49,99% 30,35% 17,85%

60

50
inhibisi radang

40

30

20

10

0
kontrol pembanding Dosis I Dosis II Dosis III
negatif
kelompok perlakuan

Gambar 11. Grafik hubungan kelompok dosis ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum
gnemon L.) terhadap persen inhibisi radang pada tikus putih jantan.

65
Lampiran 1. (Lanjutan)

Tabel XIX. Jumlah sel leukosit pada tikus putih jantan jam ke-1
No Kontrol negatif Pembanding Dosis 150 Dosis 300 Dosis 600
(103 /μL) (103 /μL) mg/kg BB mg/kg BB mg/kg BB
(103 /μL) (103 /μL) (103 /μL)

1 10,2 7,7 8,5 5,2 7,7


2 9,2 4,6 8,8 6,0 7,6
3 6,5 12,3 7,8 7,5 8,1
Rata- 8,63 ± 8,2 ± 3,874274 8,36 ± 6,23 ± 7,8 ±
rata ± 1,913984 0,51316 1,167619 0,264575
SD

Tabel XX. Jumlah sel leukosit pada tikus putih jantan jam ke-6
No Kontrol negatif Pembanding Dosis 150 Dosis 300 Dosis 600
(103 /μL) (103 /μL) mg/kg BB mg/kg BB mg/kg BB
(103 /μL) (103 /μL) (103 /μL)
1 3,5 4,7 6,8 7,0 4,3
2 13,2 3,9 14,8 5,4 5,4
3 6,9 5,1 7,0 7,7 7,6
Rata- 7,86 ± 4,56 ± 0,61101 9,53 ± 6,7 ± 5,76 ±
rata ± 4,921721 4,562163 1,178983 1,680278
SD

66
Lampiran 1. (Lanjutan)

12

10
jumlah sel leukosit

6 kelompok
sel leukosit jam ke-1
4
sel leukosit jam ke-6
2

0
1 2 3 4 5 6
kelompok perlakuan

Gambar 12. Grafik hubungan kelompok dosis ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum
gnemon L.) terhadap jumlah sel leukosit pada tikus putih jantan.

Tabel XXI. Persen penurunan sel leukosit pada tikus putih jantan jam ke-1
Kontrol (-) Pembanding Dosis 150 mg Dosis 300 mg Dosis 600 mg
0% 4,98% 3,13% 27,81% 9,62%

Tabel XXII. Persen penurunan sel leukosit pada tikus putih jantan jam ke-6
Kontrol (-) Pembanding Dosis 150 mg Dosis 300 mg Dosis 600 mg
0% 41,98% -21,25% 14,76% 26,72%

67
Lampiran 2. Contoh Perhitungan Hasil Penelitian

1. Perhitungan selisih berat badan tikus

Berat badan setelah aklimatisasi – Berat badan sebelum aklimatisasi


% selisih BB = x 100 %
Berat badan sebelum aklimatisasi

Berat awal = 203 g

Berat akhir = 215 g

215-203
% selisih BB tikus = x 100 %
203

12
= x 100 %
203

= 5,91 %

2. Penentuan Rendamen:

Ekstrak kental
% Rendamen = x 100 %
Sampel basah

37,35 g
= x 100 %
500 g

= 7,47 %

3. Perhitungan susut pengeringan ekstrak biji melinjo

Berat botol timbang kosong (W0) = 12,8019 g

Berat botol timbang + ekstrak (W1 ) = 14,7962 g

Berat botol timbang + ekstrak sesudah dipanaskan (W2) = 14,6071 g

Lampiran 2. (Lanjutan)
68
(W1 - W0) - (W2 - W0)
Susut Pengeringan = x 100 %
W1-W0

(14,7962 – 12,8019) - (14,6071 – 12,8019)


= x 100 %
14,7962 – 12,8019

= 9,48 %

4. Perhitungan penetapan kadar abu total ekstrak biji melinjo

Berat krus kosong (W0) = 30,6556 g

Berat krus ekstrak (W1 ) = 33,1556 g

Berat krus + hasil pemijaran (W2) = 30,7621 g

W2 - W0
Kadar abu total = x 100 %
W1-W0

30,7621 – 30,6556
= x 100 %
33,1556 – 30,6556

= 4,26 %

5. Perhitungan kadar senyawa yang larut dalam air ekstrak biji melinjo

Berat cawan kosong (W0 ) = 37,1447 g

Berat cawan + ekstrak (W1) = 56,0851 g

Berat cawan + senyawa larut air (W2) = 37,4628 g

W2 - W0 100
Kadar senyawa larut air = x x 100%
W1 - W0 20

37,4628 – 37,1447 100


= 56,0851 – 37,1447 X X 100 %
20

0,3181 100
= 18,9404 X X 100 % = 8,397 %
20

Lampiran 2. (Lanjutan)

6. Perhitungan kadar senyawa yang larut dalam etanol ekstrak biji melinjo

69
Berat cawan kosong (W0) = 87,4872 g

Berat cawan + ekstrak (W1) = 103,8422 g

Berat cawan + senyawa larut etanol (W2) = 87,6852 g

W2 - W0 100
Kadar senyawa larut etanol = x x 100%
W1 - W0 20

87,6852 – 87,4872 100


= X X 100%
103,8422 – 87,4872 20

0,198 100
= X X 100%
16,355 20

= 6,053 %

7. Perhitungan kadar air

% Kadar air (1) = 9,81 %

% Kadar air (2) = 9,56 %

% Kadar air (3) = 7,77 %

% Kadar air = % Kadar air (1) + % kadar air (2) + % kadar air (3)
3

= 9,81% + 9,56% + 7,77%


3

= 9,04

8. Perhitungan volume radang


𝑉𝑡−𝑉𝑜
%= 𝑥 100 %
𝑉𝑜

Keterangan: Vo = volume awal

Vt = volume setelah injeksi karagen

Volume radang = Vt-Vo

Lampiran 2. (Lanjutan)

= 0,9-0,5

70
= 0,4 cm3

9. Perhitungan persen inhibisi radang

𝑎−𝑏
% hambatan radang = 𝑥100 %
𝑎

Keterangan : a = volume radang rata-rata kontrol negatif

b = volume rata-rata kelompok perlakuan

𝑎−𝑏
% hambatan radang = 𝑥100 %
𝑎

93,33 %−70 %
= 𝑥100 %
93,33 %

= 24,99 %

10. Perhitungan persen sel leukosit


𝑣𝑜−𝑣𝑡
% sel leukosit = 𝑥 100 %
𝑣𝑜

Keterangan : Vo = jumlah sel leukosit pada kontrol negatif

Vt = jumlah sel leukosit pada kontrol perlakuan


𝑣𝑜−𝑣𝑡
% sel leukosit = 𝑥 100 %
𝑣𝑜

8,63−8,2
= 𝑥 100 %
8,63

= 4,98 %

11. Perhitungan kadar flavonoid total ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon

L.)

Absorban Sampel (As) = 0,135


Absorban Pembanding (Ap) = 0,842
Kosentrasi Pembanding (Cp) = 400 µg/mL
Berat sampel (Bs) = 20 mg

Lampiran 2. (Lanjutan)

71
As
𝑋 𝐶𝑝
Ap
% Kadar flavonoid = x 100 %
Bs

0,135
𝑋 400 µ𝑔/𝑚𝐿
0,842
% Kadar flavonoid = x 100 %
20 mg

= 0,32%

12. Contoh perhitungan nilai Rf sampel yang diperoleh:

a. Larutan uji pelarut hexan


2
Rf sampel = 7

= 0,28 cm

b. Larutan uji pelarut etil asetat


1,5
Rf sampel = 7

= 0,21 cm

c. Larutan uji pelarut etil asetat


2,5
Rf sampel = 7

= 0,35cm

Lampiran 3. Analisa data

72
Tabel XXIII. Hasil deskriftif persen radang dari pengaruh ekstrak etanol biji
melinjo (Gnetum gnemon L.) pada tikus putih jantan.
Descriptives
persen radang
Kelompok N Mean Std. Std. 95% Confidence Minimum Maximum
Deviation Error Interval for Mean
Lower Upper
Bound Bound
kontrol (-) 3 93,33 11,547 6,667 64,65 122,02 80 100
Pembanding 3 70,00 8,660 5,000 48,49 91,51 60 75
dosis 150 mg 3 46,67 5,774 3,333 32,32 61,01 40 50
dosis 300 mg 3 65,00 8,660 5,000 43,49 86,51 60 75
dosis 600 mg 3 76,67 2,887 1,667 69,50 83,84 75 80
Total 15 70,33 17,162 4,431 60,83 79,84 40 100

Tabel XXIV. Hasil uji normalitas persen radang dari ekstrak etanol biji melinjo
(Gnetum gnemon L.) pada tikus putih jantan.
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistik df Sig.
persen radang 0,933 15 0,303

Lampiran 3. (Lanjutan)

73
Tabel XXV. Hasil uji homogenitas varian persen radang dari ekstrak etanol biji
melinjo (Gnetum gnemon L.) pada tikus putih jantan.
Test of Homogeneity of Variances
persen radang
Levene df1 df2 Sig.
Statistik
2,667 4 10 0,095

Tabel XXVI. Uji anova satu arah terhadap persen radang dari pengaruh ekstrak
etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.) pada tikus putih jantan.
ANOVA
persen radang
Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
Between 3473,333 4 868,333 13,359 0,001
Groups
Within Groups 650,000 10 65,000
Total 4123,333 14

Lampiran 3. (Lanjutan)
74
Tabel XXVII. Uji lanjut duncan terhadap persen radang dari pengaruh ekstrak
etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.) pada tikus putih jantan.
persen radang
Duncana
Kelompok N Subset for alpha = 0,05
1 2 3
dosis 150 mg 3 46,67
dosis 300 mg 3 65,00
Pembanding 3 70,00
dosis 600 mg 3 76,67
kontrol (-) 3 93,33
Sig. 1,000 0,121 1,000

Lampiran 3. (Lanjutan)

75
Tabel XXVIII. Hasil deskriptif jumlah sel leukosit jam ke-1 dari pengaruh ekstrak
etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.) pada tikus putih jantan.
Descriptives
sel leukosit jam ke-1
Kelompok N Mean Std. Std. 95% Confidence Mini Maxi
Deviation Error Interval for Mean mum mum
Lower Upper
Bound Bound
kontrol (-) 3 8,633 1,9140 1,1050 3,879 13,388 6,5 10,2
Pembanding 3 8,200 3,8743 2,2368 -1,424 17,824 4,6 12,3
dosis 150 mg 3 8,367 0,5132 0,2963 7,092 9,641 7,8 8,8
dosis 300 mg 3 6,233 1,1676 0,6741 3,333 9,134 5,2 7,5
dosis 600 mg 3 7,800 0,2646 0,1528 7,143 8,457 7,6 8,1
Total 15 7,847 1,9198 0,4957 6,784 8,910 4,6 12,3

Lampiran 3. (Lanjutan)

76
Tabel XXIX. Hasil uji normalitas jumlah sel leukosit jam ke-1 dari pengaruh
ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.) pada tikus putih
jantan.
Tests of Normality
Shapiro-Wilk
Statistik Df Sig.
sel leukosit jam 0,959 15 0,667
ke-1

Tabel XXX. Hasil uji homogenitas varien jumlah sel leukosit jam ke-1 dari
pengaruh ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.) pada
tikus putih jantan.
Test of Homogeneity of Variances
sel leukosit jam ke-1
Levene df1 df2 Sig.
Statistik
3,266 4 10 0,059

Lampiran 3. (Lanjutan)

77
Tabel XXXI. Uji anova satu arah terhadap sel leukosit jam ke-1 dari pengaruh
ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.) pada tikus putih
jantan.
ANOVA
sel leukosit jam ke-1
Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
Between 10,857 4 2,714 0,666 0,630
Groups
Within Groups 40,740 10 4,074
Total 51,597 14

Lampiran 3. (Lanjutan)

78
Tabel XXXII. Hasil deskriptif jumlah sel leukosit jam ke-6 dari pengaruh ekstrak
etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.) pada tikus putih jantan.
Descriptives
sel_leukosit
Kelompok N Mean Std. Std. 95% Confidence Mini Maxi
Deviation Error Interval for Mean mum mum
Lower Upper
Bound Bound
kontrol (-) 3 0,8345 0,28828 0,16644 0,1184 1,5506 0,54 1,12
Pembanding 3 0,6569 0,05972 0,03448 0,5086 0,8053 0,59 0,71
dosis 150 mg 3 0,9493 0,19147 0,11055 0,4736 1,4249 0,83 1,17
dosis 300 mg 3 0,8213 0,07975 0,04604 0,6232 1,0194 0,73 0,89
dosis 600 mg 3 0,7489 0,12450 0,07188 0,4396 1,0582 0,63 0,88
Total 15 0,8022 0,17553 0,04532 0,7050 0,8994 0,54 1,17

Tabel XXXIII. Hasil uji normalitas jumlah sel leukosit jam ke-6 dari pengaruh
ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.) pada tikus putih
jantan.
Tests of Normality
Shapiro-Wilk

Statistik df Sig.

sel_leukosit 0,929 15 0,265

Lampiran 3. (Lanjutan)

79
Tabel XXXIV. Hasil uji homogenitas varien jumlah sel leukosit jam ke-6 dari
pengaruh ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.) pada
tikus putih jantan.
Test of Homogeneity of Variances
sel_leukosit
Levene df1 df2 Sig.
Statistik
1,612 4 10 0,246

Tabel XXXV. Uji anova satu arah terhadap sel leukosit jam ke-6 dari pengaruh
ekstrak etanol biji melinjo (Gnetum gnemon L.) pada tikus putih
jantan.
ANOVA
sel_leukosit
Sum of Df Mean F Sig.
Squares Square
Between 0,141 4 0,035 1,214 0,364
Groups
Within Groups 0,290 10 0,029
Total 0,431 14

Lampiran 4. Skema kerja

80
Biji melinjo (Gnetum gnemon L.)

yang segar sebanyak 9 kg

Pembuatan simplisia
 Pengumpulan biji melinjo
 Sortasi biji melinjo
 Pencucian
 Perajangan
 Pengeringan

Simplisia kering

Dilakukan Maserasi

Gambar 13. Skema Persiapan Sampel Tumbuhan

81
Lampiran 4. (Lanjutan)

Simplisia biji melinjo


(Gnetum gnemon L.) 500 g

Dimaserasi dengan etanol 70 %


sampai terendam, selama 6 jam
pertama sambil diaduk sesekali,
kemudian diamkan selama 18 jam.

Ampas
Maserat I

Maserat 2 Ampas

Maserat 3 Ampas

Ketiga maserat dicampurkan

Diuapkan dengan rotary evaporator

Ekstrak kental 37,35 g

Karakterisasi Uji Farmakologi

Gambar 14. Skema Ekstraksi Biji Melinjo (Gnetum gnemon L.)

82
Lampiran 4. (Lanjutan)

Ekstrak Kental Biji Melinjo

Karakterisasi Karakterisasi Uji Kandungan


Spesifik Non Spesifik Kimia

 Identitas  Susut  Uji


Kromatogram
 Organoleptis pengeringan
 Kadar abu total  Uji Flavonoid
 Kadar abu tidak
 Kadar air Total
larut asam
 Skrining
 Kadar senyawa ekstrak
fitokimia
larut air
 Kadar senyawa
larut etanol

Gambar 15. Skema Karakterisasi Ekstrak Biji Melinjo (Gnetum gnemon L.)

83
Lampiran 4. (Lanjutan)

Hewan 25 ekor di bagi 5 kelompok @5ekor

Diaklimatisasi selama 7 hari

Tikus dipuasakan 18 jam

Kelompok Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok


kontrol negatif dosis ekstrak dosis ekstrak ekstrak dosis pembanding
150 mgkg /BB 300 mg∕kg BB 600 mgkg ∕BB ketoprofen dosis
100 mg∕kg BB

1 jam kemudian diinjeksikan


karagen 1% secara subplantar

Mengukur edema yang terbentuk


pada waktu 0,1,2,3,4,5,dan 6 jam

Data dianalisis menggunakan Anova


satu arah

Gambar 16. Skema mekanisme uji farmakologi volume edema

84
Lampiran 4. (Lanjutan)

Hewan 25 ekor di bagi 5 kelompok @5ekor

Diaklimatisasi selama 7 hari

Tikus dipuasakan 18 jam

Kelompok Kelompok I Kelompok II Kelompok III Kelompok


kontrol negatif dosis ekstrak dosis ekstrak ekstrak dosis pembanding
150 mg/kg BB 300 mg∕kg BB 600 mg∕kg BB ketoprofen dosis 100
mg∕kg BB

1 jam kemudian diinjeksikan karagen


1% secara subplantar

Darah diambil pada daerah edema


pada jam ke-1 dan jam ke-6

Darah ditampung dengan tube K2EDTA

Hitung jumlah leukosit menggunakan alat Hematologi analyzer

Data dianalisis menggunakan Anova satu arah

Gambar 17. Skema mekanisme uji farmakologi leukosit

85
Lampiran 4. Gambar Penelitian

Gambar 18. Foto simplisia biji melinjo (Gnetum gnemon L.)

Gambar 19. Foto biji melinjo (Gnetum gnemon L.)

86
Lampiran 4. (Lanjutan)

Gambar 20. Rotary evaporator (IKA®)

Gambar 21. Ekstrak kental biji melinjo

87
Lampiran 4. (Lanjutan)

Gambar 22. Alat plestimometer

Gambar 23. Alat hematologi analyzer

88
Lampiran 4. (Lanjutan)

Gambar 24. Pemberian injeksi ekstrak pada tikus putih jantan

Gambar 25. Pemberian karagen secara subplantar

89
Lampiran 4. (Lanjutan)

Gambar 26. Pengukuran volume radang pada tikus putih jantan

Gambar 27. Pengambilan darah pada jantung tikus putih jantan.

90
Lampiran 4. (Lanjutan)

Gambar 28. Kaki tikus dalam keadaan normal

Gambar 29. Kaki tikus dalam keadaan radang

91

You might also like