You are on page 1of 14

Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta

RUANG TERBUKA HIJAU DALAM PEMBANGUNAN


BERKELANJUTAN DI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA
Untoro dan Raihan
Fakultas Hukum Universitas Islam Jakarta
Jalan Balai Rakyat Kelurahan Utan Kayu Utara, Matraman Jakarta Timur
untoro_uid@yahoo.co.id

Abstract
Green open spaces are elongated / lane and / or clumped areas, with more open use, where plants
grow, whether naturally grown or intentionally planted. The purpose of this research is first, to
know law enforcement against green open space fulfillment in DKI Jakarta. Secondly, to find out the
obstacles found by the Jakarta Parks and Cemetery Agency in the procurement of land for the
fulfillment of green open space park in DKI Jakarta. The method in this research is qualitative with
secondary data collection and literature study and primary data is taken with the instrument of
interview with the official or authorized staff in related institution. The results showed that green
open space of DKI Jakarta has not been fulfilled by 30% of the total area of Jakarta Capital City. The
green open spaces of the park under the Jakarta Parks and Cemetery Department resulted from the
refueling of SPBU, namely: Central Jakarta area there are 10 locations with an area of 13,022.00 M.
North Jakarta area there are 3 locations with an area of 4,275.00 M2. West Jakarta area there are 3
locations with an area of 3.18800 M2. South Jakarta area there are 7 locations with an area of
12,277.00 M2. East Jakarta area there are 3 locations with an area of 4,123.00 M2. The Thousand
Islands Region is no refunction. Obstacles encountered related to the procurement of land for green
open spaces of the park, namely: first, the existence of disagreement in the community related to the
procurement of land destined for the park. Second, the land in dispute. Third, in spatial planning
every zoning / allotment is coordinated to different SKPD.

Keywords: Green open space, sustainable development, DKI Jakarta

Abstrak
Ruang terbuka hijau adalah area memanjang/jalur dan/atau mengelompok, yang
penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang tumbuh secara
alamiah maupun yang sengaja ditanam. Tujuan penelitian ini adalah pertama, untuk
mengetahui penegakan hukum terhadap ketentuan pemenuhan ruang terbuka hijau di
DKI Jakarta. Kedua, untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemukan oleh Dinas
Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta dalam pengadaan tanah untuk pemenuhan
ruang terbuka hijau taman di DKI Jakarta. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif
dengan pengumpulan data sekunder dan studi kepustakaan serta data primer diambil
dengan instrumen wawancara dengan pejabat atau staf yang berwenang pada instansi
terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang terbuka hijau DKI Jakarta belum
terpenuhi sebesar 30% dari luas wilayah DKI Jakarta. Ruang terbuka hijau taman yang
pengelolaannya di bawah Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI Jakarta hasil refungsi
SPBU yaitu: Wilayah Jakarta Pusat terdapat 10 lokasi dengan luas 13.022,00 M. Wilayah
Jakarta Utara terdapat 3 lokasi dengan luas 4.275,00 M 2. Wilayah Jakarta Barat terdapat 3
lokasi dengan luas 3.18800 M2. Wilayah Jakarta Selatan terdapat 7 lokasi dengan luas
12.277,00 M2. Wilayah Jakarta Timur terdapat 3 lokasi dengan luas 4.123,00 M2. Wilayah
Kabupaten Kepulauan Seribu tidak ada refungsi. Hambatan yang ditemui berkaitan
dengan pengadaan tanah untuk ruang terbuka hijau taman, yaitu: pertama, adanya
ketidakesepakatan di kalangan masyarakat berkaitan dengan pengadaan tanah yang
diperuntukkan bagi taman. Kedua, tanah dalam sengketa. Ketiga, dalam perencanaan tata
ruang setiap zonasi/peruntukan dikoordinasikan kepada SKPD yang berbeda-beda.

Kata kunci: Ruang terbuka hijau, pembangunan berkelanjutan, DKI Jakarta.

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 36


Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Pendahuluan pemanfaatan ruang dan pengendalian
Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai pemanfaatan ruang di wilayah provinsi;
kawasan metropolitan terdiri dari dataran pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan
rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di keseimbangan perkembangan antar wilayah,
atas permukaan laut. Luas wilayah DKI Jakarta serta keserasian antarsektor; penetapan lokasi
7.659,02 Km2, terdiri atas daratan seluas 661, 52 dan fungsi ruang untuk investasi; penataan
Km2, termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu ruang kawasan strategis nasional dan kawasan
dan lautan seluas 6.997,50 Km2 strategis provinsi, kawasan khusus serta
Ruang terbuka hijau yang harus kawasan andalan kota; penataan ruang
dipenuhi adalah sebesar 30% dari luas daratan, wilayah kecamatan; dan koordinasi penataan
kenyataan yang ada baru mencapai 9,8% ruang ruang dengan provinsi/kota/kabupaten yang
terbuka hijau. Pasal 29 ayat (2) Undang- berbatasan.
Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Berdasarkan latar belakang tersebut di
Penataan Ruang mengamanatkan 30% ruang atas maka peneliti merumuskan permasalahan
terbuka hijau dari luas wilayah kota. dalam tulisan ini sebagai berikut:
Secara ekologis ruang terbuka hijau a. Bagaimanakah penegakan hukum
mampu menurunkan tingkat pencemaran terhadap ketentuan pemenuhan ruang
udara dan meningkatkan jumlah kandungan terbuka hijau di DKI Jakarta?
air tanah, mengingat pohon pohonan yang ada b. Hambatan-hambatan apa yang ditemukan
mampu menyimpan air. oleh Dinas Pertamanan dan Pemakaman
Untuk mewujudkan ruang terbuka DKI Jakarta dalam pengadaan tanah untuk
hijau maka diperlukan pengadaan tanah pemenuhan ruang terbuka hijau di DKI
Dimana dasar hukum yang digunakan adalah Jakarta?
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Pembahasan
Kepentingan Umum. Selanjutnya disebut Pembangunan Berkelanjutan
dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012. Konsep pembangunan berkelanjutan
Pengadaan tanah adalah kegiatan dinyatakan oleh Brundtland (1987) adalah
menyediakan tanah dengan cara memberi pembangunan yang mampu memenuhi
ganti kerugian yang layak dan adil kepada kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan
pihak yang berhak. Dalam pengadaan tanah kemampuan generasi mendatang dalam
untuk kepentingan umum, pelaksanaannya memenuhi kebutuhan mereka (Budihardjo,
berdasarkan pada azas Sujarto, 1999).
Di samping ketentuan dalam Undang- Holden, Daily dan Ehrlich dalam
undang Nomor 2 Tahun 2012, perlu tulisannya berjudul The meaning of sustainable
diperhatikan juga adalah Pasal 5 huruf e Perda (1992) menyatakan tentang persyaratan
Nomor 1 Tahun 2012 yang menyatakan tujuan minimum pembangunan berkelanjutan yaitu
penataan ruang daerah adalah terwujudnya dengan terpeliharanya total natural capital
keterpaduan pemanfaatan ruang darat, ruang stock pada tingkat yang sama atau kalau bisa
laut, dan ruang udara, termasuk ruang di lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan
bawah permukaan tanah dan di bawah sekarang. Lebih lanjut tentang capital stock
permukaan air dengan mempertimbangkan dijelaskan oleh Serageldin dan Steer (1994)
kondisi kota Jakarta sebagai kota delta (delta dengan mengkatagorikan empat jenis capital
city) dan daya dukung sumber daya alam serta stock, yaitu; pertama, natural capital stock
daya tamping lingkungan hidup secara berupa segala sesuatu yang disediakan alam.
berkelanjutan. Kedua, human-made capital stock berupa
Lebih lanjut dinyatakan RTRW DKI investasi dan teknologi. Ketiga, human capital
Jakarta 2030 akan menjadi pedoman untuk stock berupa sumber daya manusia dengan
penyusunan rencana pembangunan jangka segenap kemampuan, ketrampilan, dan
panjang daerah; penyusunan rencana perilakunya. Keempat, social capital stock
pembangunan jangka menengah daerah;
Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 37
Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
berupa organisasi sosial, kelembagaan atau b. Terwujudnya keterpaduan dalam
institusi (Budihardjo, Sujarto, 1999). penggunaan sumber daya alam dan
Teori perancangan kota, yaitu teori sumber daya buatan dengan
figure ground, teori linkage, teori place memperhatikan sumber daya manusia.
(Budihardjo, Sujarto, 1999). Teori figure ground c. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang
didapatkan melalui studi mengenai bangunan- dan pencegahan dampak negati terhadap
bangunan sebagai bentuk solid (figure) yang lingkungan akibat pemanfaatan ruang.
merupakan balok-balok dari masa bangunan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
dan open voids (ground) yang merupakan tentang Perlindungan dan Pengelolaan
ruang luar yang terbentuk diantara blok-blok Lingkungan Hidup.
tersebut. Pasal 4 menyatakan, instrument
Teori linkage berasal dari hubungan pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan
yang terbentuk garis dari elemen satu ke lingkungan hidup terdiri atas:
elemen lainnya. Bentuk dari elemen-elemen a. KLHS;
garis ini berupa jalan-jalan, pedestarian, ruang b. Tata Ruang;
terbuka yang berbentuk garis. c. Baku mutu lingkungan hidup;
Teori place merupakan kombinasi d. Kriteria baku kerusakan lingkungan
kedua teori sebelumnya, dimana pda teori hidup;
place lebih menekankan faktor-faktor kultural e. Amdal;
(budaya) dan historis (sejarah). f. UKL-UPL;
Teori konsentris dari Ernest W. g. Perizinan;
Burgess, dalam struktur ruang kota dikenal h. Instrumen ekonomi lingkungan hidup;
beberapa teori tentang struktur ruang kota. i. Peraturan perundang-undangan berbasis
Teori konsentris dari Ernest W Burgess seorang lingkungan hidup;
sosiolog beraliran human ecology, merupakan j. Anggaran berbasis lingkungan hidup;
hasil penelitian Kota Chicago pada tahun 1923. k. Analisis risiko lingkungan hidup;
Menurut pengamatan Burgess, Kota Chicago l. Audit lingkungan hidup; dan
ternyata telah berkembang sedemikian rupa m. Instrumen lain sesuai dengan kebutuhan
dan menunjukkan pola penggunaan lahan dan/atau perkembangan ilmu
yang konsentris yang mencerminkan pengetahuan.
penggunaan lahan yang berbeda-beda. Kawasan perkotaan adalah wilayah
Bugess berpendapat bahwa kota-kota yang mempunyai kegiatan utama bukan
mengalami perkembangan atau pemekaran pertanian dengan susunan fungsi kawasan
dimulai dari pusatnya, kemudian seiring sebagai tempat permukiman perkotaan,
pertambahan penduduk kota meluas ke daerah pemusatan dan distribusi pelayanan jasa
pinggiran atau menjauhi pusat. Zona-zona pemerintahan, pelayanan sosial dankegiatan
baru yang timbul berbentuk konsentris dengan ekonomi.
struktur bergelang atau melingkar. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Pengadaan Tanah.
tentang Penataan Ruang: Pasal 1 angka 2 Pengdaan tanah
Pasal 1 angka 5 menyatakan penataan adalah kegiatan menyediakan tanah dengan
ruang adalah suatu sistem proses perencanaan cara memberi ganti kerugian yang layak dan
tata ruang, pemanfaatan ruang dan adil kepada pihak yang berhak.
pengendalian pemanfaatan ruang.
Pasal 3 menyatakan penyelenggaraan Peraturan Presiden R.I. Nomor 71
penataan ruang bertujuan untuk mewujudkan Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk
produktif dan berkelanjutan berlandaskan Kepentingan Umum,
wawasan nusantara dan ketahanan dengan: Pasal 1 angka 4 menyatakan
a. Terwujudnya keharmonisan antara Objek pengadaan tanah adalah tanah,
lingkungan alam dan lingkungan buatan; ruang atas tanah,dan bawah tanah, bangunan,
Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 38
Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
tanaman, benda yang berkaitan dengan tanah, berdaya guna, dan berhasil guna sesuai kaidah
atau lainnya yang dapat dinilai. penataan ruang sehingga kualitas ruang
wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Perda DKI Jakarta Nomor 1 Tahun Jakarta terjaga keberlanjutannya untuk masa
2012 tentang RTRW 2030 kini dan masa datang
Pasal 1 angka 65 menyatakan Ruang Pembangunan berkelanjutan adalah
terbuka hijau yang selanjutnya disingkat RTH, sebuah konsep pembangunan yang
adalah area memanjang/jalur dan/atau menekankan pentingnya keberlanjutan hasil
mengelompok, yang penggunaannya lebih pembangunan bagi generasi sekarang dan
bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik generasi yang akan datang.
yang tumbuh secara alamiah maupun yang Konsep pembangunan berkelanjutan
sengaja ditanam. sebagaimana dinyatakan oleh Stren, While &
Whitney sebagai suatu interaksi antara tiga
Perkembangan Tata Ruang Kota Jakarta sistem yaitu sistem biologis dan sumber daya,
Jakarta pada awal perkembangannya sistem ekonoi, dan sistem sosial (Eko
setelah kemerdekaan Republik Indonesia Budihardjo dan Djoko Sujarto, 1999). Diakui
dimulai dari kepemimpinan gubernur DKI bahwa dengan menerapkan konsep ini akan
Jakarta pertama yaitu Suwirjo periode 1945- menyulitkan dalam pelaksanaannya. Namun
1951 hingga sekarang dengan gubernurnya Ir. demikian dengan menerapkan konsep ini
Joko Widodo periode 2012-2017 telah justeru akan lebih bermakna, karena dengan
mempunyai rencana tata ruang kota yang menerapkan tolok ukur sumber daya, maka
tertuang dalam Perda DKI Jakarta. sasaran keberlanjutan menjadi lebih jelas dan
Untuk periode tahun 1999-2010 terarah. Hal ini dikaitkan dengan upaya
diberlakukan Peraturan Daerah Nomor 6 pengendalian pemanfaatan sumberdaya alam
Tahun 1999 yang mengatur Rencana Tata yang terdiri dari sumberdaya alam yang dapat
Ruang DKI Jakarta tahyn 1999-2010. Pada diperbaharui dan sumberdaya alam yang tidak
tahun 2012 disyahkan Perda DKI Jakata Nomor dapat diperbaharui.
1 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Disamping sumberdaya alam, maka
Wilayah 2030. sumberdaya manusiapun menjadi sasaran
Dengan terbitnya Perda yang mengatur keberlanjutannya, misalnya dengan mengikuti
tentang rencana tata ruang wilayah, maka DKI pendidikan dan pelatihan di bidang penataan
Jakarta telah mempunyai dasar hukum untuk ruang kota.
melaksanakan pembanguan. Semua bentuk Mengembangkan konsep
pembangunan di DKI Jakarta, yang konkritnya pembangunan berkelanjutan di DKI Jakarta
memanfaatkan ruang harus sesuai dengan sangat perlu, mengingat bahwa secara umum
rencana tata ruang wilayah DKI Jakarta kota merupakan lambang peradaban
bagaimana ditentukan dalam RTRW DKI kehidupan manusia, sebagai pertumbuhan
Jakarta. ekonomi, sumber inovasi dan kreasi, pusat
Dalam konsideran menimbang huruf a kebudayaan dan wahana untuk peningkatan
telah mencerminkan pembangunan di DKI kulitas hidup.
Jakarta dalam hal ini pengelolaan ruang harus Lambang kota sebagaimana disebutkan
bijaksana, berdaya guna, dan berhasil guna di atas juga nampak di DKI Jakarta. Sebut saja
bahwa pembangunan di DKI Jakarta telah bahwa kota sebagai pertumbuhan ekonomi,
menganut pembangunan berkelanjutan. Hal maka perdaran uang di Jakarta mencapai 60%
ini dengan tegas dinyatakan bahwa di banding di daerah (Subianto, 2013).
kedudukan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Mengutip pendapat Neal Peirce
Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan seorang kolumnis, menyatakan bahwa kota-
Republik Indonesia, menyebabkan ruang kota raya (metropolitan) dan kota-kota besar
wilayah Provinsi Daerah Khusus Ibukota merupakan komponen kunci dalam
Jakarta berfungsi sebagai ruang ibukota perkembangan ekonomi global. Lebih lanjut
negara, maka pengelolaannya secara bijaksana, Neal Peirce dalam bukunya yang berjudul
Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 39
Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Citistates, dikatakan bahwa sebuah kota yang No Eco- Pendekatan
punya pusat kota, historis, dikelilingi oleh nomy Kurang Lebih
(Kesejahte Berkelanjutan Berkelanjutan
kota-kota besar, sedang dan kecil, punya raan)
identifikasi atau cirri-ciri serupa, berfungsi 1 Pendekat a. Kompetisi; a. Kerjasama
sebagai sebuah zona yang mengutamakan an b. Industri strategis;
aktivitas bisnis dan industri, dikarakteri- besar; b. Peningkatan
c. Retensi keahlian
sasikan oleh kondisi sosial, ekonomi dan
bisnis dan pekerja;
lingkungan yang saling bergantung. target; c. Infrastruktur
Selaras dengan pendapat Neal Peirce d. Ekspansi. dasar dan
adalah konsep kawasan perkotaan informasi.
sebagaimana dimaksud oleh Pasal 1 angka 26 2 Alat- a. Industri; a. Kerjasama
alat/wah b. Pajak; regional;
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 ana c. Penanaman b. Pembagian
tentang Penataan Ruang yang menyatakan modal; dasar pajak;
Kawasan perkotaan adalah wilayah yang d. Birokrasi c. Menciptakan
mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dan regulasi. lingkungan
yang indah;
dengan susunan fungsi kawasan sebagai
d. Telekomunik
tempat permukiman perkotaan, pemusatan asi.
dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, 3 Hubunga Kesenjangan Penanaman
pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi. n antara yang bertambah modal strategis
perkemba antara kaya dan pada tenaga
ngan miskin dilihat kerja dan
Prinsip Dasar Kota Berkelanjutan social dan sebagai kesempatan-
Dikenal Panca E untuk menciptakan ekonomi tanggung jawab kesempatan
kota yang berkelanjutan, yaitu Environment pemerintah, kerja dilihat
(Ecology), Economy (Employment), Equity, kesempatan sebagai
kerja terbatas. tanggung jawab
Engagement, Energy. Untuk pembangunan bersama
kota di Indonesia, dikenal dua E, yaitu Etika pemerintah,
Pembangunan dan Estetika Kota (Budihardjo, swasta dan
Sujarto, 1999). pemerintah.

Berikut penjelasan Panca E yang di No Equity Pendekatan


jelaskan dalam bentuk tabel. (Pemerataa Kurang Lebih
No Ekologi Pendekatan n) Berkelanjuta Berkelanjutan
(lingkun Kurang Lebih n
gan) berkelanjutan berkelanjutan 1 Disparitas Disparitas a. Kurangnya
1 Penggun Penggunaan Konversi yang makin disparitas;
aan sumber daya sumber daya, meningkat b. Adanya
sumber secara pencegahan dan antar kesempatan
daya berlebihan penanggulanga kelompok yang
n polusi. income dan seimbang;
2 Peratura a. Penggunaan a. Penggunaan ras. c. Tersedianya
n tanah lahan macam-
Penggun tertinggi; campuran; macam
aan b. Penggunaan b. Koordinasi kesempatan
Tanah lahan yang dengan 2 Pendekatan Jasa spesifik Jasa yang
tunggal sistem jasa sosial untuk klien- diintegrasika
(terpisah); transportasi; klien n bagi
c. Kurang c. Menciptaka individual. keluarga-
terpadu n taman; keluarga dan
dengan d. Menetapkan komunitas.
system batas 3 Perumahan a. Pembang a. Campuran
transportasi; perkemban murah unan dari
d. Pemekaran gan/pemek rumah alternatif
kota tanpa aran kota. keluarga perumahan
terkendali. dengan yang bagus,
tanah berimbang;
Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 40
Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
yang b. Campuran h.
besar; dari subsidi 10 Penilaian a. Input; a. Hasil
b. Terisolasi perumahan penampilan b. Aktivitas; penanaman
dan terintegrasi c. Standar modal;
perumah ke stok harga b. Partisipasi
an rakyat perumahan. profession rakyat.
yang al.
terkotak- 11 Indikator a. Tidak ada; a. Interdisiplin
kotak; dari atau atau lintas
c. Perumah keberlanjut b. Sektoral sektoral;
an an digunakan b. Digunakan
missal. oleh oleh rakyat.
teknokrat
Pendekatan
No Engagemen Kurang Lebih Pendekatan
t Berkelanjutan Berkelanjutan No Energi Kurang Lebih
(Peranserta) Berkelanjutan Berkelanjutan
1 Partisipasi Minimal Optimal 1 Sumber Pengurasan Penghematan
rakyat energy sumber energy sumber energy
2 Kepemimpi a. Isolasi; Kooperatif 2 Sistem Mengutamakan a. Mengutam
nan b. Fragmentasi jurisdiksi silang transportasi kendaraan akan
. pribadi yang transportas
3 Regional Kompetisi Kerjasama boros energy i umum,
strategis missal;
4 Jurisdiksi Kota yang Kota yang b. Hemat
lokal independen interdependen energi.
5 Peran Pemerintah Kepemerintahan 3 Bangunan Mengutamakan Mengutamaka
pemerintah berperan berperan pencahayaan n pencahayaan
sebagai: sebagai: dan dan
a. Penyedia a. Fasilitator, penghawaan penghawaan
jasa pemberdaya artificial. alami.
(provider); an (enabler); 4 Alternatif Terbatasnya Luasnya
b. Regulator; b. Negosiator; alternatif energi. alternatif
c. Komando c. Menyaring terbatas. energy
dan pusat masukan
control dari dari bawah.
atas.
Metode Penelitian
6 Status Sentralisasi Desentrasi Jenis Penelitian
kepemerint Lebih sedikit Lebih banyak Penelitian ini adalah kualitatif dengan
ahan menerapkan menerapkan pengumpulan data sekunder dan studi
otonomi otonmi daerah
daerah
kepustakaan serta data primer diambil dengan
7 Pusat- Pendanaan Pendanaan instrumen wawancara dengan pejabat, staf
daerah pusat ke pusat ke daerah yang berwenang di kantor Tata Kota DKI
daerah dengan dengan rasio Jakarta, Kantor Dinas P2B DKI Jakarta, Kantor
rasio yang yang tinggi Dinas Pertamanan dan Pemakaman DKI
rendah
8 Analisis a. Simptoma a. Sistematik; Jakarta.
problem tis; b. Proaktif; Penelitian ini dilakukan melalui dua
b. Relatif; c. Jangka tahap yang meliputi penelitian kepustakaan
c. Jangka panjang. atau library research dan penelitian lapangan
pendek.
9 Perencanaa a. Komprehe a. Strategi;
atau field research. Penelitian kepustakaan,
n nsif; b. Dibuat lebih dilakukan dengan usaha memahami peraturan
b. Teknokrat baik oleh perundang-undangan bidang tata ruang,
ik; partisipasi seperti: Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007
c. Sektoral; rakyat yang tentang Penataan Ruang, Undang-Undang
d. Mencermi besar;
nkan c. Sektor silang; Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
mandate d. Mencerminka Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
legal n prioritas Umum, PERDA DKI Jakarta Nomor 1 Tahun
pemerinta rakyat. 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 41
Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
20130, mempelajari buku-buku tentang 3. Wilayah Jakarta Barat terdapat 3 lokasi
penataan ruang. Penelitian lapangan yaitu dengan luas 3.18800 M2.
penelitian yang dilakukan dengan 4. Wilayah Jakarta Selatan terdapat 7 lokasi
mengumpulkan data dan wawancara dengan dengan luas 12.277,00 M2
pejabat atau staf yang berwenang. 5. Wilayah Jakarta Timur terdapat 3 lokasi
dengan luas 4.123,00 M2.
Bahan Hukum 6. Wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu
Bahan hukum yang digunakan dalam tidak ada refungsi.
penelitian ini adalah bahan hukum primer, Data tersebut di atas merupakan
bahan hukum sekunder, bahan hukum tersier. capaian Dinas Pertamanan dan Pemakaman
Bahan hukum primer, yaitu bahan DKI Jakarta dalam menegakkan ketentuan
hukum yang menjadi pengikat/landasan tentang pemenuhan ruang terbuka hijau.
hukum seperti: Peraturan Daerah. Bahan Mengingat bahwa ruang terbuka hijau yang
hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang harus terpenuhi di DKI Jakarta sebesar 30%
memberikan penjelasan mengenai bahan yang prosentasenya terbagi menjadi 2 bagian
hukum primer,seperti hasil-hasil penelitian yaitu ruang terbuka hijau publik sebesar 20%,
sebelumnya dan hasil karya dari kalangan ahli ruang terbuka hijau privat sebesar 10%.
hukum. Mekanisme refungsi diawali dengan
Bahan hukum tersier, yaitu bahan yang surat pemberitahuan kepada pemilik SPBU,
memberikan petunjuk maupun penjelasan jika tanahnya hak milik maka akan diberikan
terhadap bahan hukum primer dan bahan ganti rugi. Tetapi jika tanahnya milik
hukum sekunder, seperti Kamus Hukum. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, maka izin
operasional SPBU dicabut.
Hasil dan Pembahasan Dalam praktek refungsi tidak
Penegakan Hukum Ketentuan Ruang ditemukan masalah sehingga tidak melibatkan
Terbuka Hijau Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP),
Penegakan hukum ketentuan ruang pemilik SPBU dengan sadar membongkar
terbuka hijau di DKI Jakarta yaitu tertuang bangunan dan memindahkan ke tempat lain.
dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Perlu juga disampaikan jenis ruang
2030 sudah dimulai dengan menata ulang terbuka hijau berdasarkan rekapitulasi data
lahan yang telah berubah fungsi jumlah dan luas RTH Pertamanan Pemakaman
peruntukannya. Sebelum ditata ulang di DKI Jakarta tahun 2013. Ruang terbuka hijau
(refungsi) lahan yang seharusnya merupakan ini adalah ruang terbuka hijau yang dikelola
ruang terbuka hijau, berubah fungsi menjadi oleh Dinas Pertamanan Pemakaman di DKI
Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU). Jakarta, terdiri dari:
Diperoleh data dari Dinas Pertamanan 1. Taman Kota;
dan Pemakaman DKI Jakarta terkait dengan 2. Taman Lingkungan;
taman eks refungsi SPBU berjumlah 26 lokasi 3. Taman eks Refungsi SPBU;
dengan luas 36.885,00 M2 dengan rincian 4. Taman Bangunan Umum;
sebagai berikut: 5. Taman Rekreasi;
1. Wilayah Jakarta Pusat terdapat 10 lokasi 6. Taman Interaktif;
dengan luas 13.022,00 M2. 7. Taman Pemakaman Umum;
2. Wilayah Jakarta Utara terdapat 3 lokasi 8. Jalur Hijau Jalan;
dengan luas 4.275,00 M2. 9. Jalur Hijau Penyempurna;
10. Jalur Hijau tepian Air;
11. Jalur Pedestrian.

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 42


Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Rincian Taman Kota DKI Jakarta tersebut di atas berdasarkan per wilayah adalah sebagai berikut:
Tabel 1
No Wilayah Jumlah Luas (M2)
Lokasi
1 Jakarta Pusat 5 743.359,00
2 Jakarta Utara 1 70.000,00
3 Jakarta Barat 1 31.945,00
4 Jakarta Selatan 1 7.497,00
5 Jakarta Timur 0 0
6 Kabupaten. 0 0
Kepulauan
Seribu
JUMLAH 8 852.801,00
Sumber: rekapitulasi data jumlah dan luas RTH Pertamanan Pemakaman di DKI Jakarta tahun
2013.

Rincian Taman Lingkungan DKI Jakarta berdasarkan per wilayah adalah sebagai berikut:
Tabel 2
No Wilayah Jumlah Luas (M2)
Lokasi
1 Jakarta Pusat 431 3.708.075,18
2 Jakarta Utara 364 3.542.964,15
3 Jakarta Barat 328 3.481.031,09
4 Jakarta Selatan 595 3.940.646,65
5 Jakarta Timur 425 3.624.787,60
6 Kabupaten. 0 0
Kepulauan
Seribu
Jumlah 2.143 18.297.504,67
Sumber: rekapitulasi data jumlah dan luas RTH Pertamanan Pemakaman di DKI Jakarta tahun
2013.

Rincian Taman Bangunan Umum DKI Jakarta berdasarkan per wilayah adalah sebagai berikut:
Tabel. 3
No Wilayah Jumlah Luas (M )
2

Lokasi
1 Jakarta Pusat 3 10.941,00
2 Jakarta Utara 4 25.532,66
3 Jakarta Barat 1 808,00
4 Jakarta 4 3.783,47
Selatan
5 Jakarta Timur 5 45.002,67
6 Kabupaten. 0 0
Kepulauan
Seribu
Jumlah 17 86.067,80
Sumber: rekapitulasi data jumlah dan luas RTH Pertamanan Pemakaman di DKI Jakarta tahun
2013.

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 43


Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Rincian Taman Rekreasi DKI Jakarta berdasarkan per wilayah adalah sebagai berikut:
Tabel. 4
No Wilayah Jumlah Luas (M2)
Lokasi
1 Jakarta Pusat 0 0
2 Jakarta Utara 0 0
3 Jakarta Barat 1 69.967,00
4 Jakarta Selatan 6 224.315,00
5 Jakarta Timur 0 0
6 Kabupaten. 0 0
Kepulauan
Seribu
Jumlah 7 294.282,00
Sumber: rekapitulasi data jumlah dan luas RTH Pertamanan Pemakaman di DKI Jakarta tahun
2013.

Rincian Taman Interaktif DKI Jakarta berdasarkan per wilayah adalah sebagai berikut:
Tabel. 5
N0 Wilayah Jumlah Luas (M ) 2

Lokasi
1 Jakarta Pusat 18 6.299,65
2 Jakarta Utara 18 15.324,39
3 Jakarta Barat 15 10.295,00
4 Jakarta Selatan 20 81.112,84
5 Jakarta Timur 30 92.609,48
6 Kabupaten. 0 0
Kepulauan
Seribu
Jumlah 101 205.641,36
Sumber: rekapitulasi data jumlah dan luas RTH Pertamanan Pemakaman di DKI Jakarta tahun
2013.

Rincian Taman Pemakaman Umum DKI Jakarta berdasarkan per wilayah adalah sebagai berikut:
Tabel. 6
No Wilayah Jumlah Luas (M2)
Lokasi
1 Jakarta Pusat 4 379.477,00
2 Jakarta Utara 11 784.513,00
3 Jakarta Barat 12 1.483.741,00
4 Jakarta Selatan 18 1.500.908,00
5 Jakarta Timur 28 1.732.933,50
6 Kabupaten. 5 44.995,00
Kepulauan
Seribu
Jumlah 78 5.926.567,50
Sumber: rekapitulasi data jumlah dan luas RTH Pertamanan Pemakaman di DKI Jakarta tahun
2013.

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 44


Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Rincian Jalur Hijau Jalan DKI Jakarta berdasarkan per wilayah adalah sebagai berikut:
Tabel. 7
N0 Wilayah Jumlah Luas (M2)
Lokasi
1 Jakarta Pusat 42 279.660,14
2 Jakarta Utara 3 14.808,00
3 Jakarta Barat 4 14.596,94
4 Jakarta Selatan 12 310.427,17
5 Jakarta Timur 3 11.500,00
6 Kabupaten. 0 0
Kepulauan
Seribu
Jumlah 64 630.992,25
Sumber: rekapitulasi data jumlah dan luas RTH Pertamanan Pemakaman di DKI Jakarta tahun
2013.

Rincian Jalur Hijau Penyempurna DKI Jakarta berdasarkan per wilayah adalah sebagai berikut:
Tabel: 8
No Wilayah Jumlah Luas (M2)
Lokasi
1 Jakarta Pusat 14 178.307,72
2 Jakarta Utara 0 0
3 Jakarta Barat 3 8.753,79
4 Jakarta Selatan 15 105.544,89
5 Jakarta Timur 7 13.955,44
6 Kabupaten. 0 0
Kepulauan
Seribu
Jumlah 39 306.561,84
Sumber: rekapitulasi data jumlah dan luas RTH Pertamanan Pemakaman di DKI Jakarta tahun
2013.

Rincian Jalur Hijau Tepian DKI Jakarta berdasarkan per wilayah adalah sebagai berikut:
Tabel 9
No Wilayah Jumlah Luas (M2)
Lokasi
1 Jakarta Pusat 4 60.757,20
2 Jakarta Utara 3 74.505,92
3 Jakarta Barat 2 42.672,00
4 Jakarta Selatan 2 36.877,46
5 Jakarta Timur 2 403.272,90
6 Kabupaten. 0 0
Kepulauan
Seribu
Jumlah 13 618.085,48
Sumber: rekapitulasi data jumlah dan luas RTH Pertamanan Pemakaman di DKI Jakarta tahun
2013.

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 45


Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Rincian Jalur Pedestrian DKI Jakarta berdasarkan per wilayah adalah sebagai berikut:
Tabel. 10
No Wilayah Jumlah Luas
Lokasi (M2)
1 Jakarta Pusat 11 43.022,32
2 Jakarta Utara 0 0
3 Jakarta Barat 2 19.170,00
4 Jakarta Selatan 14 33.050,00
5 Jakarta Timur 0 0
6 Kabupaten 0 0
Kepulauan
Seribu
Jumlah 27 95.242,32
Sumber: rekapitulasi data jumlah dan luas RTH Pertamanan Pemakaman di DKI Jakarta tahun
2013.

Dari data (Tabel 1 s/d 10) di atas Tim dengan luas wilayah DKI Jakarta yang terbagi
peneliti menganalisa dengan cara ke dalam 6 wilayah adalah sebagai berikut:
membandingkan luas ruang terbuka hijau

Tabel 11
Kondisi Eksisting Ruang Terbuka Hijau Publik DKI Jakarta
N Kota Kondisi Luas Wilayah Prosentase Ruang Prosentase Ruang Analisa
o Adminis Eksisting (Km2)*** Terbuka Hijau Terbuka Hijau
tratif Ruang Menurut Pasal 29 Publik Menurut
Terbuka Hijau ayat (2) yaitu 30% Pasal 29 ayat (3)
DKI Jkt (M2) dari Luas wilayah yaitu 20% dari Luas
wilayah
1 Jakpus 5,349,142.01 48.08 14.424 Km2 9.616 Km2 Tidak Terpenuhi
(5.35 Km2)

2 Jakut 4,527,648.12 143.21 42.963 Km2 28.642 Km2 Tidak Terpenuhi


(4.53 Km2)

3 Jakbar 5,162,979.82 127.11 38.133 Km2 25.422 Km2 Tidak Terpenuhi


(5.16 Km2)

4 Jaksel 6,244,162.48 145.73 43.719 Km2 29.146 Km2 Tidak Terpenuhi


(6.24 Km2)

5 Jaktim 5,506,833.25 188.19 56.457 Km2 37.638 Km2 Tidak Terpenuhi


(5.50 Km2)

6 Kep. Luas daratan 2.099.25 Km2 199.4 Km2 Tidak Terpenuhi


Seribu 44.995,00 897.71 ha.
Luas perairan:
6.997,50 Km2

Keterangan: Diolah dari data sekunder rekapitulasi data jumlah dan luas RTH Pertamanan
Pemakaman di DKI Jakarta tahun 2013.
*** Sumber: http://idjakarta.com/pusat.html, http://idjakarta.com/utara.html,
http://idjakarta.com/barat.html, http://idjakarta.com/selatan.html,
http://idjakarta.com/timur.html,

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 46


Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Dengan data tersebut di atas ditengah fisik (jenis batuan, kandungan mineral,
pelaksanaan pembangunan di DKI Jakarta topografi) dengan kesesuaian dalam
memang tidak seharusnya kehilangan makna menampung kegiatan masyarakat yang
pembangunan berkelanjutan, yaitu (Raihan, cenderung spesifik (A. Hermanto Dardak.
2012): Pemanfaatan Lahan Berbasis Rencana Tata
1. Proses pembangunan berlangsung secara Ruang sebagai Upaya Perwujudan Ruang
berlanjut didukung oleh sumberdaya Hidup Yang Nyaman, Produktif, dan
alam, kualitas lingkungan dan manusia Berkelanjutan).
yang berkembang secara berkelanjutan. Hambatan pengadaan tanah untuk
2. Sumber daya alam (tanah, air, udara) ruang terbuka hijau privat dapat diatasi
memiliki ambang batas yang mana dengan penanaman pohon di pot-pot yang
penggunaannya akan menurunkan dapat dilakukan oleh masyarakat dihalaman
kuanlitas dan kualitas sehingga akan rumah masing-masing.
mengurangi dukungan pembangunan Beberapa hambatan dalam pengadaan
secara berlanjut serta menimbulkan tanah untuk ruang terbuka hijau publik
gangguan pada keserasian sumber daya adalah:
alam dan sumber daya manusia. 1. Jika salah satu ahli waris yang sah tidak
3. Kualitas lingkungan mempunyai setuju untuk dibebakan dikarenakan satu
hubungan langsung dengan kualitas dan lain hal maka proses pembebasan
hidup. lahan dibatalkan. Karena berbeda dengan
4. Pembangunan memungkinkan generasi pengadaan lahan untuk jalan/pekerjaan
sekarang meningkatkan kesejahteraanya umum yang apabila terjadi
tanpa mengurangi kemungkinan generasi ketidaksepakatan dalam proses
masa yang akan datang untuk pembebasan lahan tersebut, maka
meningkatkan kesejahteraannya. penyelesaiannya diserahkan kepada
Demikian juga jika dikaitkan dengan Pengadilan Negeri, sementara proses
Panca E untuk menciptakan kota yang pembangunan tetap berjalan.
berkelanjutan, seperti Environment (Ecology). 2. Jika tanah dalam sengketa, seperti tanah
Ruang terbuka hijau termasuk dalam tersebut mempunyai sertifikat ganda, ahli
environment (ecology) yang bermanfaat bagi waris yang sah tidak dapat dihadirkan,
penanggulangan polusi udara. sertifikat tanah di agunkan di Bank.
3. Dalam perencanaan tata ruang, setiap
Hambatan Dalam Pemenuhan Ruang zonasi/peruntukan dikoordinasikan
Terbuka Hijau kepada SKPD yang berbea-beda. Misalnya
Hambatan dalam pemenuhan ruang peruntukan hijau umum dan peruntukan
terbuka hijau adalah terkait dengan hijau makam dikoordinasikan kepada
penyediaan lahan. Penyediaan lahan disini SKPD Dinas Pertamanan dan Pemakaman.
maksudnya adalah pengadaan tanah untuk Peruntukan hijau pertanian
ruang terbuka hijau. Pengadaan tanah adalah dikoordinasikan kepada SKPD Dinas
setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah Kelautan dan Pertanian.
dengan cara memberi ganti rugi kepada yang Sumber lain menyebutkan beberapa
melepas atau menyerahkan tanah, bangunan, hambatan dalam pengadaan tanah. Pertama,
tanaman dan benda-benda yang berkaitan tanah dalam keadaan sengketa. Kedua, tanah
dengan tanah atau dengan pencabutan atas sudah masuk dalam surat izin peruntukan
tanah. penggunaan tanah milik pengembang. Ketiga,
Mengingat bahwa lahan merupakan harga lahan diatas nilai jual obyek pajak atau
sumber daya pembangunan yang memiliki 2 NJOP. Keempat, terbitnya Undang-Undang
karakteristik unik yaitu pertama, sediaan/luas Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan
relatif tetap karena perubahan luas akibat Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
proses alami (sedimentasi) dan proses artifisial Umum.
(reklamasi) sangat kecil. Kedua, memiliki sifat
Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 47
Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Walaupun Undang-Undang Nomor 2 masyarakat tentang pentingnya ruang terbuka
Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi hijau kota. Dan perlu menanamkan kesadaran
Pembangunan Untuk Kepentingan Umum masyarakat untuk melakukan penghijauan/
telah menjamin tersedianya tanah dan penanaman kota.
pendanaanya untuk kepentingan umum.
Namun demikian dalam pelaksanaannya Daftar Pustaka
masih terdapat kendala untuk menerapkan Budihardjo, E. & Sujarto, D. (1999). Kota
ketentuan tersebut. berkelanjutan. Bandung: Alumni.
Untuk hambatan pertama,
menyelesaikan tanah sengketa memerlukan Eni, A. & Tri, H. (2012, Desember). (on-line).
waktu yang relatif lama, disamping waktu Tersedia di
biaya juga relatif besar. Karena terkait dengan http://ssbelajar.blogspot.com/2012/12
proses beracara di Pengadilan Tata Usaha /struktur-ruang-kota.html.
Negara untuk menentukan siapa yang berhak
atas tanah tersebut. http://megapolitan.kompas.com/read/2013/0
Pengadaan tanah untuk ruang terbuka 9/02/0820322/Berharap.Wajah.Jakarta.
hijau publik mempunyai dasar hukum dalam Lebih.Hijau.
Pasal 10 huruf l yang dinyatakan tanah untuk
kepentingan umum sebagaimana dimaksud http://www.tempo.co/read/news/2013/11/0
Pasal 4 ayat (1) digunakan untuk 3/214526814/ruang-Terbuka-Hijau-10-
pembangunan fasilitas sosial, fasilitas umum Persen-dari-Luas-Jakarta.
dan ruang terbuka hijau publik.
Dari keterangan Kepala Dinas Indonesia. Undang-Undang Nomor 2 Tahun
Pertanaman dan Pemakaman DKI Jakarta telah 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi
melakukan upaya berupa permohonan 80 titik Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
ruang terbuka hijau kepada Pemda DKI
Jakarta. Indonesia. Undang-Undang Nomor 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang.
Penutup
Dari data yang ada menunjukkan ruang Indonesia. Undang-Undang Nomor 32 Tahun
terbuka hijau di wilayah DKI Jakarta belum 2009 tentang Perlindungan dan
terpenuhi 30% dari luas wilayah DKI Jakarta. Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Ada beberapa kasus yang berkaitan
dengan pengadaan tanah bagi ruang terbuka Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus
hijau taman menemui hambatan, yaitu: Ibukota Jakarta Nomor 15 Tahun 2010
a. Adanya ketidaksepakatan di kalangan tentang Persyaratan Pengajuan Pencairan
masyarakat berkaitan dengan dan Pembayaran Pengadaan Tanah Bagi
pengadaan tanah yang diperuntukkan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
bagi taman.
b. Tanah dalam sengketa. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
c. Dalam perencanaan tata ruang, setiap R.I. Nomor 5 Tahun 2012 tentang
zonasi/peruntukan dikoordinasikan Petunjuk Teknis Pelaksanaan
kepada SKPD yang berbea-beda. Pengadaan Tanah.
Untuk memenuhi ketentuan ruang Peraturan Menteri Keuangan R.I. Nomor
terbuka hijau, Dinas Pertamanan dan 13/PMK. 02/2013 tentang Biaya
Pemakaman DKI Jakarta dapat melakukan Operasional dan Biaya Pendukung
beberapa alternatif diantaranya menerapkan Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi
refungsi terhadap Stasiun Pengisian Bahan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Bakar Umum (SPBU) dikembalikan ke fungsi Yang Bersumber Dari Anggaran dan
semula menjadi ruang terbuka hijau publik. Pendapatan Belanja Negara.
Perlu juga diadakan Sosialisasi kepada
Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 48
Ruang Terbuka Hijau dalam Pembangunan Berkelanjutan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta
Peraturan Presiden R.I. Nomor 71 Tahun 2012
tentang Penyelenggaraan Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan Untuk
Kepentingan Umum.

Putra, Ricky. Wawancara di Dinas Pertamanan


Dan Pemakaman DKI Jakarta.

Raihan. (2012). Lingkungan dan hukum


lingkungan. Jakarta: Universitas Islam
Jakarta.

Sulaiman, A. (2006). Metode penulisan ilmu


hukum. Jakarta: Universitas Islam
Jakarta.

Untoro. (2012). Hukum tata ruang dan hukum


lingkungan. Jakarta: Universitas Islam
Jakarta.

Lex Jurnalica Volume 14 Nomor 1, April 2017 49

You might also like