You are on page 1of 9

SALURAN PEMASARAN KAYU PERTUKANGAN JENIS

BAMBANG LANANG (Michelia champaca) YANG MENGUNTUNGKAN


PETANI DI SUMATERA SELATAN
(Favorable Marketing Channel of Bambang Lanang/Michelia champaca for
Farmers in South Sumatra)

Sri Lestari, Bondan Winarno, & Bambang Tejo Premono


Balai Penelitian Kehutanan Palembang; Jl. Kol. H. Burlian Km 6,5 Puntikayu Palembang, Indonesia;
e-mail:
Diterima 7 Januari 2015 direvisi 13 Maret 2015 disetujui 18 Mei 2015

ABSTRACT
This research aims to study marketing actors, pattern of marketing channels and marketing efficiency of bambang lanang wood in
Lahat and Empat Lawang Regencies, South Sumatra Province. Data collection was conducted through interview with respondents.The
respondents were the actors in the marketing activities of bambang lanang wood. The respondents were purposively selected. The data was
analyzed qualitatively and quantitatively. The results of research showed that the actors involved in marketing of bambang lanang wood
are farmers, chainsaw men, traders, timber depot, sill/furniture industries and end consumers. In the study areas, five marketing channels
of bambang lanang wood are found. Among the five patterns of the marketing channel, the quite high farmer's share (40.91%) occured at
marketing channel pattern 1 (farmers – chainsaw men – traders – timber depot – sill/furniture industries and end consumers), pattern 2
(farmers – chainsaw men – timber depot – sill/furniture industries and end consumers) and pattern 3 (farmers – traders – timber depot –
sill/furniture industries and end consumer). The most efficient marketing channel is pattern 2. The farmers need to be given information on
efficient marketing channel which is favourable for them.
Keywords: Bambang lanang wood, marketing channel, farmer.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pelaku pasar, pola saluran pemasaran dan tingkat efisiensi
pemasaran kayu bambang lanang di Kabupaten Lahat dan Kabupaten Empat Lawang, Provinsi Sumatera Selatan.
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara dengan responden. Sebagai responden adalah aktor dalam
rantai pemasaran kayu bambang lanang. Responden dipilih secara purposive. Data dianalisis secara kualitatif dan
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaku pasar dalam rantai kegiatan pemasaran kayu pertukangan
jenis bambang lanang adalah petani (produsen), penggesek kayu, pengumpul kayu, pemilik depot kayu, industri
kusen/furniture dan konsumen pengguna. Di lokasi penelitian ini ditemukan lima pola saluran pemasaran kayu
bambang lanang. Di antara kelima pola saluran pemasaran tersebut, farmer's share yang cukup tinggi (40,91%) terjadi
pada saluran pemasaran pola 1 (petani – penggesek kayu – pedagang pengumpul – depot kayu – industri
kusen/furniture dan konsumen akhir), pola 2 (petani – penggesek kayu – depot kayu – industri kusen/furniture dan
konsumen akhir) dan pola 3 (petani – pedagang pengumpul – depot kayu – industri kusen/furniture dan konsumen
akhir). Saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran pola 2. Petani perlu diberikan informasi
tentang pola saluran pemasaran efisien yang menguntungkan baginya.
Kata kunci: Kayu bambang lanang, saluran pemasaran, petani.

I. PENDAHULUAN mereka menanam dengan pola agroforestri,


dicampur dengan tanaman lain atau sebagai batas
Kayu pertukangan jenis bambang lanang (Mi- kebun. Jenis tanaman yang dikembangkan dengan
chelia champaca) sudah dikenal luas oleh masyarakat pola agroforestri bersamaan dengan bambang
di Provinsi Sumatera Selatan, khususnya lanang adalah tanaman perkebunan seperti kopi,
Kabupaten Lahat dan Kabupaten Empat Lawang. coklat dan karet atau tanaman buah seperti durian.
Beberapa petani menanam kayu bambang lanang Kayu bambang lanang dikenal masyarakat sebagai
dengan pola monokultur dan sebagian besar dari jenis kayu pertukangan dengan kualitas cukup baik,

89
Saluran Pemasaran Kayu Pertukangan Jenis Bambang Lanang (Michelia champaca) yang…. (Sri Lestari et al.)
dimanfaatkan sebagai bahan untuk membangun Akan tetapi, bagi petani yang memiliki cukup
rumah, bahan baku pembuatan pintu, kusen, modal dan tidak terdesak oleh kebutuhan hidup
jendela dan furniture seperti lemari pakaian, lemari maka dalam menjual kayunya memiliki pilihan
hias, kursi dan meja. Oleh karena itu permintaan kepada siapa mereka akan menjual, apakah kepada
kayu jenis bambang lanang semakin meningkat dan pemilik depot kayu, kepada pengrajin furniture, atau
sebagai konsekuensinya har-ganya pun semakin kepada lembaga pemasaran lainnya. Petani yang
tinggi. bersangkutan juga memiliki pilihan kapan waktu
Pemasaran yang mudah merupakan salah satu yang tepat untuk menjual kayunya agar
insentif bagi masyarakat pengembang kayu bam- memperoleh harga yang lebih menguntungkan
bang lanang di Provinsi Sumatera Selatan, titik ke- petani itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk
mudahan tersebut dimungkinkan karena pada mempelajari saluran pemasaran kayu bambang
umumnya pembeli (pedagang pengumpul, lanang yang terjadi di masyarakat sebagai upaya
penggesek, pemilik IPKH atau pemilik depot kayu) untuk mengetahui saluran pemasaran yang paling
akan datang sendiri ke desa-desa untuk membeli ka- menguntungkan bagi petani produsen kayu
yu. Akan tetapi, besarnya nilai keuntungan yang ti- bambang lanang.
dak menentu di tingkat petani merupakan salah satu
disinsentif bagi pengembangan kayu bambang la-
nang. Ditambah lagi adanya invasi dari perkebunan II. METODE PENELITIAN
kelapa sawit yang menurut pemahaman banyak pi-
hak lebih menguntungkan dari sisi ekonomi, meng- A. Lokasi dan Waktu
akibatkan beberapa petani kayu beralih pada kelapa
Penelitian dilaksanakan di dua kabupaten di
sawit.
Provinsi Sumatera Selatan yaitu Kabupaten Lahat
Dalam sistem pemasaran kayu bambang lanang,
dan Kabupaten Empat Lawang. Di kedua
terdapat beberapa lembaga pemasaran kayu yang
kabupaten tersebut, kayu pertukangan jenis
terlibat, mulai dari produsen (petani kayu) sampai
bambang lanang banyak dikembangkan,
kepada konsumen akhir, sehingga perlu diketahui
dimanfaatkan dan diperjual -belikan. Waktu
tingkat efisiensi pemasaran yang terjadi di lapangan.
penelitian adalah bulan Mei sampai dengan Juli
Berbagai penelitian telah dilakukan untuk menge-
2012.
tahui efisiensi pemasaran dari beberapa jenis pro-
duk (Andayani, 2005; Mukson et al., 2005; Dewi,
B. Pengumpulan Data
2006; Hutabarat, 2006; Effendi, 2007; Hanum,
2007; Setiorini, 2008; Rosmawati, 2011; dan Effen- Data yang digunakan adalah data primer dan se-
di, 2011). Penelitian tersebut masing-masing mela- kunder. Data primer dikumpulkan dengan cara ob-
kukan analisis terhadap saluran pemasaran yang servasi langsung dan wawancara terhadap respon-
ada, sehingga akhirnya diketahui saluran pemasaran den, yang terdiri dari: petani penanam kayu bam-
yang paling efisien dan dinilai paling menguntung- bang lanang, pengumpul kayu, penggesek kayu, pe-
kan. Pada umumnya, hasilnya mengungkapkan bah- milik depot kayu, pemilik industri penggergajian,
wa semakin pendek dan sederhana, saluran pema- dan pemilik industri furniture. Data primer yang di-
saran akan semakin efisien. Lebih lanjut Agea et al. kumpulkan antara lain: pelaku pemasaran (petani
(2005) dan Islam et al.(2014) mengungkapkan bah- kayu, penggesek kayu, pedagang pengumpul kayu,
wa untuk membantu petani sebagai produsen kayu pemilik depot kayu dan pemilik industri kusen atau
perlu dibentuk koperasi atau asosiasi lokal yang in- furniture), harga jual, harga beli, pola saluran pema-
dependen agar dapat secara signifikan mengurangi saran, biaya pemasaran dan keuntungan.
keberadaan pedagang perantara yang biasanya lebih Petani bambang lanang yang menjadi
mengendalikan harga. responden dipilih secara sengaja (purposive
Pada umumnya, dalam sistem pemasaran kayu sampling). Pelaku pemasaran yang menjadi
yang terjadi di masyarakat, petani selaku produsen responden selanjutnya dipilih dengan metode
akan menjual kayunya dalam bentuk pohon berdiri. snowball sampling. Responden penggesek kayu dan
Hal ini disebabkan oleh keterbatasan modal yang pedagang pengumpul dipilih berdasarkan
dimiliki oleh petani karena untuk melakukan pema- informasi dari petani yang telah menjual kayunya.
nenan kayu membutuhkan biaya yang cukup besar. Selain itu responden pedagang pengumpul juga

90
JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 2 Juni 2015, Hal. 89-97
dipilih berdasarkan informasi dari penggesek, Keterangan:
responden depot kayu dipilih berdasarkan informa- Mi = margin pada titik rantai pemasaran ke-i
Pi = harga penjualan pada titik rantai pemasaran ke-i
si dari penggesek dan pedagang pengumpul, dan Pi-1 = harga penjualan pada titik rantai pemasaran ke-i-1
responden industri berdasarkan informasi dari de- mi = total margin rantai pemasaran
pot kayu. Pada akhirnya jumlah responden dapat
mewakili masing-masing aktor yang terlibat dalam Untuk mengetahui besarnya persentase harga di
saluran pemasaran kayu, yaitu petani 13 responden, tingkat produsen terhadap harga di tingkat konsu-
penggesek kayu 6 responden, pedagang pengumpul men dilakukan dengan menghitung farmer's share
4 responden, depot kayu 12 responden dan industri yang dirumuskan dengan formula:
5 responden. Data sekunder diperoleh dari instansi Pp
FS  x100%
pembina produksi dan pemasaran kayu bambang Pc
Keterangan:
lanang dan studi literatur. Fs = Farmer's share (kontribusi petani)
Pp = harga di tingkat produsen
C. Pengolahan dan Analisis Data Pc = harga yang dibayarkan oleh konsumen akhir

Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan Semakin tinggi nilai persentase farmer's share
kuantitatif. Analisis kualitatif digunakan untuk yang diterima petani maka kegiatan pemasaran
menggambarkan fungsi-fungsi pemasaran serta yang dila-kukan semakin efisien (Rosmawati,
pola saluran pemasaran yang terjadi di lapangan. 2011). Farmer's share digunakan untuk melihat
Saluran pemasaran ditelusuri dari tingkat produsen seberapa besar bagi-an yang diterima oleh petani
(petani kayu) sampai ke konsumen, sedangkan ketika melakukan ke-giatan pemasaran komoditi
analisis kuantitatif ditujukan untuk mengkaji kayu. Oleh karena itu farmer's share mempunyai
efisiensi pemasaran kayu pertukangan jenis hubungan yang negatif de - ngan mar g in
bambang lanang yang terjadi di masyarakat, yaitu pemasaran, di mana semakin tinggi margin
dengan menghitung margin pemasaran dan farmer's pemasaran maka bagian yang diperoleh pe-tani
share. akan semakin rendah (Setiorini, 2008).
Margin pemasaran terdiri dari dua komponen Untuk menghitung efisiensi pemasaran ,
yaitu biaya pemasaran dan keuntungan pemasaran. formula yang digunakan adalah:
Margin pemasaran kayu bambang lanang adalah Tb
Ep  x100%
biaya pemasaran kayu bambang lanang ditambah Tnp
keuntungan pemasarannya. Margin pemasaran da- Keterangan:
Ep = Efisiensi pemasaran
pat dirumuskan dengan menghitung selisih antara Tb = Total biaya pemasaran
harga di tingkat konsumen dengan harga di tingkat Tnp = Total nilai produk
produsen (Mukson et al., 2005). Andayani (2005) Kaidah keputusan:
mengungkapkan bahwa besarnya mar g in 0-33% = Efisien
pemasaran tersebut dapat dirumuskan: 34-67% = Kurang efisien
68-100% = Tidak efisien.
Mp = Pr-Pf
Keterangan:
Mp= margin pemasaran III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pr = harga di tingkat pengecer
Pf = harga di tingkat produsen
A. Sistem Pemasaran Kayu Bambang Lanang
Menurut Hendarto dan Wibowo (2005), margin
1. Lembaga saluran pemasaran
rantai pemasaran adalah jumlah margin pada setiap
Kegiatan pemasaran kayu bambang lanang
rantai pemasaran, dirumuskan:
mencakup segala aktivitas yang berhubungan
n dengan pemindahan hak milik dan fisik kayu
mi   M i bambang lanang dari produsen ke konsumen.
i 1
Kegiatan pemasaran ini melibatkan berbagai
n pihak, baik perorangan maupun kelompok di mana
mi   ( Pi  Pi 1 ) pihak-pihak tersebut berlaku sebagai produsen,
i 1
pedagang dan konsumen. Proses pemindahan hak

91
Saluran Pemasaran Kayu Pertukangan Jenis Bambang Lanang (Michelia champaca) yang…. (Sri Lestari et al.)
milik dan fisik kayu bambang lanang dari produsen pengangkutan. Kedua, penggesek kayu yang mene-
ke konsumen dapat terjadi secara sederhana. Akan rima order untuk menggesek (menggergaji) kayu
tetapi tidak jarang proses pemindahan tersebut dari pedagang pengumpul. Penggesek jenis ini
terjadi secara kompleks, artinya sebelum sampai ke mendapatkan uang jasa penggesekan dari
tangan konsumen, banyak aktor atau lembaga yang pedagang pengumpul atau pemilik depot kayu
terlibat di dalamnya yang bertindak sebagai untuk menebang dan mengolah kayu bulat menjadi
perantara dari produsen ke konsumen. Menurut kayu balok atau papan.
Hutabarat (2006), Premono dan Lestari (2012), c. Pedagang pengumpul
semakin panjang rantai pemasaran maka semakin Pedagang pengumpul kayu membeli balok dan
besar biaya yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga papan kayu dari penggesek kayu di desa. Pengum-
pemasaran untuk melaksanakan fungsi pemasaran pul kayu memiliki modal yang lebih besar sehingga
sehingga pada akhirnya akan semakin besar pula mereka mampu membeli dan menampung semen-
margin pemasarannya. Lembaga (aktor) pemasaran tara kayu dari penggesek. Pengumpul kayu akan
yang terlibat dalam proses pemasaran kayu memilih harga yang cocok atau harga yang lebih
bambang lanang meliputi: tinggi dalam menjual kayu, karena permintaan kayu
a. Petani cukup banyak sementara ketersediaannya terbatas.
Produsen kayu bambang lanang adalah petani Mereka memiliki kerjasama dengan beberapa
yang membudidayakan kayu bambang lanang di la- pemilik depot kayu atau depot kusen/furniture dan
han milik. Pada umumnya petani menjual kayu da- bertindak sebagai pemasok tetap kepada para
lam bentuk pohon berdiri pada kisaran umur 12-15 pemilik depot kayu/kusen/furniture tersebut.
tahun kepada penggesek kayu yang terdapat di desa Pengumpul kayu pada saat-saat tertentu juga
mereka. Selain itu ada juga yang langsung menjual membeli kayu secara langsung kepada petani di
kepada pengumpul kayu, terutama bila pengumpul rumah atau di kebunnya. Hal ini dilakukan apabila
kayu ini datang langsung ke kebun-kebun milik pengumpul ini sudah kehabisan stok kayu dan tidak
petani. Dalam sistem pemasaran kayu bambang la- ada penggesek yang memasok kayu.
nang, petani selaku produsen hanya bertindak se- d. Depot kayu
bagai price taker. Mereka tidak memiliki posisi tawar Pemilik depot kayu melakukan pembelian be-
dalam penentuan harga, terlebih lagi apabila petani rupa balok dan papan kayu bambang lanang
menjual kayunya dalam kondisi terdesak oleh kebu- kepada pengumpul kayu. Pemilik depot memiliki
tuhan hidup, misalnya untuk kebutuhan anak seko- ikatan kerjasama dengan para pengumpul kayu.
lah, keluarga sakit atau menikahkan anggota keluar- Setiap kali para pemilik depot kehabisan stok kayu,
ga. Selain itu, besarnya biaya pemanenan, perijinan, para pengumpul langsung memasok kayu sesuai
penggergajian serta pengangkutan kayu yang harus dengan yang dibutuhkan. Akan tetapi, pada saat-
dikeluarkan, mengakibatkan petani tidak mempu- saat tertentu, para pemilik depot kayu juga
nyai banyak pilihan kepada siapa mereka akan men- melakukan pembelian langsung kepada para
jual kayunya. Petani cenderung menjual kayunya ke- penggesek kayu di tingkat desa terutama apabila
pada penggesek atau pedagang pengumpul kayu permintaan kayu di depot meningkat dan melebihi
yang datang ke kebun dan cenderung menyetujui stok yang tersedia.
harga yang ditawarkan.
e. Industri kusen/furniture
b. Penggesek kayu Para pemilik industri kusen atau furniture lebih
Penggesek kayu membeli kayu secara langsung menyukai membeli kebutuhan bahan baku kayu
kepada petani di rumah atau di kebun petani. Di bambang lanang berupa balok dan papan dari
lapangan, penggesek terbagi menjadi dua. Pertama, depot kayu dibandingkan membeli langsung ke
penggesek kayu yang bertindak sebagai pembeli dan penggesek atau pengumpul. Apabila membeli ke
pengumpul kayu. Penggesek kayu jenis ini membeli depot kayu, pengusaha kusen/furniture bisa
kayu di lahan milik petani dalam bentuk pohon ber- memilih bahan baku dengan spesifikasi yang sesuai
diri dan kemudian dipotong-potong menjadi kayu dengan kebutuhan, sedangkan jika membeli kayu
bulat lalu digergaji menjadi balok kayu atau bilah bambang lanang langsung kepada penggesek kayu
papan. Pengangkutan kayu bulat dari lokasi pene- tingkat desa atau pedagang pengumpul, pemilik
bangan ke tepi jalan diupahkan ke pemilik jasa industri ini harus membeli secara borongan.

92
JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 2 Juni 2015, Hal. 89-97
Petani (Farmers)

Penggesek kayu Pedagang pengumpul


(Chainsaw-men) (Traders)

Depot kayu (Timber


depot)
Industri kusen/furniture dan konsumen akhir Konsumen di luar kabupaten
(Sills industry/furniture industry and end consumer) (Consumer outside the regency)
Keterangan (Remarks):
Pola 1 (Pattern 1) Pola 2 (Pattern 2) Pola 3 (Pattern 3)
Pola 4 (Pattern 4) Pola 5 (Pattern 5)
Gambar 1. Saluran pemasaran kayu bambang lanang.
Figure 1. The marketingchannel of bambang lanangwood.

2. Saluran pemasaran B. Efisiensi Pemasaran Kayu Bambang


Saluran pemasaran kayu bambang lanang di Ka- Lanang
bupaten Lahat dan Kabupaten Empat Lawang me-
1. Margin pemasaran
miliki lima pola saluran (Gambar 1), yaitu:
a. Pola 1: Petani – penggesek kayu – pedagang Margin pemasaran terdiri dari biaya pemasaran
pengumpul – depot kayu – industri kusen/ dan keuntungan dari lembaga pemasaran. Tabel 1
furniture – konsumen akhir menunjukkan besarnya margin pemasaran dari
b. Pola 2 : Petani – penggesek kayu – depot kayu – tingkat penggesek kayu sampai konsumen akhir
industri kusen/furniture – konsumen akhir (masyarakat pengguna dan industri kusen/
c. Pola 3 : Petani – pedagang pengumpul – depot furniture). Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa margin
kayu – industri kusen/furniture – konsumen akhir pemasaran terting gi diperoleh pedagang
d. Pola 4 : Petani – penggesek kayu – pedagang pengumpul pada pola saluran 5 (petani – pedagang
pengumpul – luar kabupaten pengumpul – luar kabupaten) meskipun biaya
e. Pola 5 : Petani – pedagang pengumpul – luar pemasaran (Rp 1.575.000) jauh lebih besar
kabupaten. dibandingkan nilai keuntungan (Rp 225.000). Biaya
Petani sebagai produsen kayu menjual pohon pemasaran yang relatif besar disebabkan oleh
berdiri atau tegakan kepada penggesek kayu atau tingginya biaya transportasi, mulai dari lokasi
pengumpul kayu tingkat desa. Penggesek kemudian tebangan sampai kepada kon-sumen di luar
menjual kayu dalam bentuk balok dan papan kepa- kabupaten.
da pedagang pengumpul atau langsung kepada pe- Petani sebagai pengikut harga dengan posisi ta-
milik depot kayu. Pedagang pengumpul selanjutnya war yang rendah hanya menerima harga jual Rp
menjual balok dan papan kepada pemilik depot ka- 900.000 per m3. Harga tersebut diterima oleh
yu atau menjual langsung ke luar kabupaten. Pada petani setelah menunggu selama 12-15 tahun sejak
akhirnya depot kayu menjual balok dan papan ke- mena-nam bibit pohon bambang lanang sampai
pada pengusaha kusen/industri furniture dan konsu- ditebang.
men akhir. 2. Keuntungan pemasaran
Pada saat petani menjual pohon langsung kepa-
Keuntungan pemasaran diperoleh dari
da pedagang pengumpul, pedagang pengumpul
besarnya margin pemasaran dikurangi biaya
mengupahkan kepada pihak lain (penggesek kayu)
pemasaran yang dikeluarkan oleh masing-masing
dalam penebangan dan pengolahannya menjadi
lembaga pemasaran. Menurut Rosmawati (2011),
bilah-bilah papan. Semua biaya ditanggung oleh pe-
keuntungan lembaga pemasaran merupakan balas
dagang pengumpul sehingga harga yang diterima
jasa yang diterima oleh masing-masing lembaga
oleh petani merupakan harga bersih.

93
Saluran Pemasaran Kayu Pertukangan Jenis Bambang Lanang (Michelia champaca) yang…. (Sri Lestari et al.)
Tabel 1. Margin pemasaran kayu bambang lanang pada masing-masing saluran pemasaran
Table 1. Marketing margin of bambang lanang wood in each marketing channel
Harga jual (Selling Harga beli (Purchase Margin pemasaran
No Saluran pemasaran (Marketing channel)
price) (Rp/m3) price) (Rp/m3) (Marketing margin) (Rp)
1. Petani (Farmers) 900.000 - -
Penggesek kayu (Chainsaw-men) 1.600.000 900.000 700.000
Pedagang pengumpul (Traders) 1.900.000 1.600.000 300.000
Depot kayu (Timber depot) 2.200.000 1.900.000 300.000
2. Petani (Farmers) 900.000 - -
Penggesek kayu (Chainsaw-men) 1.700.000 900.000 800.000
Depot kayu (Timber depot) 2.200.000 1.700.000 500.000
3. Petani (Farmers) 900.000 - -
Pedagang pengumpul (Traders) 1.900.000 900.000 1.000.000
Depot kayu (Timber depot) 2.200.000 1.900.000 300.000
4. Petani (Farmers) 900.000 - -
Penggesek kayu (Chainsaw-men) 1.600.000 900.000 700.000
Pedagang pengumpul (Traders) 2.600.000 1.600.000 1.000.000
5. Petani (Farmers) 900.000 - -
Pedagang pengumpul (Traders) 2.600.000 900.000 1.700.000

Tabel 2. Keuntungan yang diterima oleh masing-masing lembaga pemasaran


Table 2. Profits received by each marketing agency
No Saluran pemasaran (Marketing channel) Keuntungan (benefits) (Rp/m3)
1. Penggesek kayu (Chainsaw-men) 225.000
Pedagang pengumpul (Traders) 150.000
Depot kayu (Timber depot) 150.000
2. Penggesek kayu (Chainsaw-men) 225.000
Depot kayu (Timber depot) 350.000
3. Pedagang pengumpul (Traders) 175.000
Depot kayu (Timber depot) 150.000
4. Penggesek kayu (Chainsaw-men) 225.000
Pedagang pengumpul (Traders) 250.000
5. Pedagang pengumpul (Traders) 225.000

pemasaran yang turut serta memasarkan suatu pul pada pola pemasaran 4 dan 5 karena mereka
produk (kayu bambang lanang) mulai dari tingkat melakukan kegiatan-kegiatan yang sama seperti
petani sampai ke konsumen. penggesek kayu. Keuntungan besar yang diterima
Besarnya keuntungan lembaga pemasaran kayu oleh pemilik depot pada pola pemasaran 2 karena
bambang lanang dapat dilihat pada Tabel 2. Dari depot dapat langsung membeli pada penggesek
Tabel 2 diketahui bahwa nilai keuntungan tertinggi ka-yu dengan harga yang relatif rendah.
didapatkan oleh pemilik depot kayu pada saluran
3. Efisiensi sistem pemasaran
pemasaran pola 2 (petani – penggesek kayu – depot
kayu – industri kusen/furniture – konsumen akhir), Efisiensi pemasaran kayu bambang lanang di
kemudian disusul oleh pedagang pengumpul pada Kabupaten Lahat dan Empat Lawang disajikan
saluran pemasaran pola 4 (petani – penggesek kayu pada Tabel 3. Berdasarkan kriteria efisiensi
– pedagang pengumpul – luar kabupaten). Ke- pemasaran, saluran pemasaran pola 2 merupakan
untungan penggesek kayu yang relatif besar pada saluran pemasaran yang paling efisien, dengan
pola pemasaran 1, 2, dan 3 dikarenakan penggesek nilai efisiensi terkecil yaitu 32,95%, sedangkan
melakukan kegiatan-kegiatan penebangan, pemo- saluran pemasaran pola 1, 3, 4 dan 5 termasuk ke
tongan batang menjadi kayu bulat, dan menggergaji dalam kategori kurang efisien. Saluran pemasaran
kayu bulat menjadi balok dan papan. Keuntungan pola 2 mampu mentransfer kayu bambang lanang
yang relatif besar juga diperoleh pedagang pengum- dari produsen ke konsumen akhir dengan biaya

94
JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 2 Juni 2015, Hal. 89-97
Tabel 3. Efisiensi pemasaran kayu bambang lanang pada masing-masing saluran pemasaran
Table 3. Marketing eficiency of bambang lanang wood at each marketing channel
Total biaya Efisiensi
Total nilai
pemasaran pemasaran
produk (Total
No Saluran pemasaran (Marketing channel) (Total cost of (Marketing
value of product)
marketing) eficiency)
(Rp/m3)
(Rp/m3) (%)
1. Petani (Farmers) 900.000 - -
Penggesek kayu (Chainsaw-men) 1.600.000 475.000 29,69
Pedagang pengumpul (Traders) 1.900.000 150.000 7,89
Depot kayu (Timber depot) 2.200.000 150.000 6,82
Efisiensi saluran pemasaran (Eficiency of marketing channel) 35,23
2. Petani (Farmers) 900.000 - -
Penggesek kayu (Chainsaw-men) 1.700.000 575.000 33,82
Depot kayu (Timber depot) 2.200.000 150.000 6,82
Efisiensi saluran pemasaran (Eficiency of marketing channel) 32,95
3. Petani (Farmers) 900.000 - -
Pedagang pengumpul (Traders) 1.900.000 825.000 43,42
Depot kayu (Timber depot) 2.200.000 150.000 6,82
Efisiensi saluran pemasaran (Eficiency of marketing channel) 44,32
4. Petani (Farmers) 900.000 - -
Penggesek kayu (Chainsaw-men) 1.600.000 475.000 29,69
Pedagang pengumpul (Traders) 2.600.000 750.000 28,85
Efisiensi saluran pemasaran (Eficiency of marketing channel) 47,12
5. Petani (Farmers) 900.000 - -
Pedagang pengumpul (Traders) 2.600.000 1.475.000 56,73
Efisiensi saluran pemasaran (Eficiency of marketing channel) 56,73

Tabel 4. Farmer's share kayu bambang lanang pada masing-masing saluran pemasaran
Table 4. Farmer's share of bambang lanang wood at each marketing channel
Saluran pemasaran (Marketing channel) Farmer’s share (%)
1 40,91
2 40,91
3 40,91
4 34,62
5 34,62

minimal dan distribusi pendapatan yang adil dari yang sama sebesar 40,91%. Farmer's share dari ketiga
harga yang dibayar konsumen terhadap semua pola saluran pemasaran tersebut lebih tinggi diban-
lembaga tataniaga yang ada. dingkan dua saluran pemasaran yang lain (saluran
pola 4 dan 5) yang hanya sebesar 34,62%. Dengan
4. Farmer's share demikian dapat disimpulkan bahwa saluran pema-
Semakin tinggi farmer's share yang diterima oleh saran pola 1, 2 dan 3 lebih efisien dibandingkan sa-
petani kayu bambang lanang semakin efisien kegiat- luran pemasaran pola 4 dan 5.
an pemasaran yang dilakukan. Besarnya persentase Tingginya nilai farmer's share pada saluran pola
farmer's share dapat digunakan sebagai acuan untuk 1, 2 dan 3 dikarenakan saluran pemasaran yang
menentukan efisien atau tidaknya suatu kegiatan pe- bersifat lokal, yang menyebabkan harga di tingkat
masaran (tingkat efisiensi pemasaran). Tabel 4 me- konsumen akhir tidak terlalu tinggi karena biaya
nyajikan farmer's share masing-masing saluran pema- pemasaran yang relatif lebih rendah. Untuk saluran
saran kayu bambang lanang di dua kabupaten lokasi pola 4 dan 5, karena dijual di luar kabupaten maka
penelitian. Dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa saluran harga di tingkat konsumen relatif lebih tinggi,
pemasaran pola 1, 2 dan 3 memberikan farmer's share disebabkan oleh tingginya biaya pemasaran.

95
Saluran Pemasaran Kayu Pertukangan Jenis Bambang Lanang (Michelia champaca) yang…. (Sri Lestari et al.)
IV. KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

A. Kesimpulan Agea, J.G., Ssebuliba, E., & Obaa, B. (2005). Mar-


keting of agroforestry production Nama
Pelaku pasar yang terlibat dalam pemasaran kayu
Sub-County, Mukono District, Uganda.
pertukangan jenis bambang lanang di Provinsi Su-
African Crop Science Society, 7, 537-540.
matera Selatan terdiri dari: petani (produsen), peng-
gesek kayu, pengumpul kayu, pemilik depot kayu, Dandayani, W. (2005). Pola distribusi dan tingkat
industri kusen/industri furniture dan masyarakat efisiensi tataniaga biji mete (Anacardium
pengguna. Pemasaran kayu pertukangan jenis bam- occidentale L) rakyat di Kabupaten Wonogiri.
bang lanang di kabupaten contoh memiliki 5 pola Jurnal Hutan Rakyat,7(2), 11-42.
saluran pemasaran:
- Pola 1: petani – penggesek kayu – pedagang Dewi, U. (2006). Analisis kelayakan usahatani dan efi-
pengumpul – de pot kayu – industri siensi p emasaran salak p ondoh: k asus di
kusen/furniture – konsumen akhir. Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara,
- Pola 2: petani – penggesek kayu – depot kayu – Provinsi Jawa Tengah. (Skripsi). Program Studi
industri kusen/furniture – konsumen akhir. Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian,
- Pola 3: petani – pedagang pengumpul – depot Institut Perta-nian Bogor, Bogor.
kayu – industri kusen/furniture – konsumen
akhir. Effendi, R. (2007). Kajian tata niaga kayu rakyat di
- Pola 4: Petani – penggesek kayu – pedagang Jawa bagian barat. Prosiding Pengembangan Hu-
pengumpul – luar kabupaten. tan Rakyat Mendukung Kelestarian Produksi
- Pola 5: Petani – pedagang pengumpul – luar Kayu Rakyat, Bogor 3 Desember 2007 (pp.
kabupaten. 109-127). Bogor: Pusat Penelitian Sosial
Di antara kelima pola saluran pemasaran terse- Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan.
but, farmer's share yang cukup tinggi (40,91%) diteri- Effendi, R. (2011). Kajian tata niaga kayu rakyat di
ma petani produsen kayu pada pola 1 (petani –
Pulau Jawa bagian barat. Jurnal Penelitian Hu-
penggesek kayu – pedagang pengumpul – depot
tan Tanaman, 8(4), 251-258.
kayu – industri kusen/furniture – konsumen akhir),
pola 2 (petani – penggesek kayu – depot kayu – Hanum, F. (2007). Analisis sistem pemasaran produk
industri kusen/furniture – konsumen akhir) dan pola lebah madu PT Madu Pramuka Cibubur Jakarta
3 (petani – pedagang pengumpul – depot kayu – Timur. (Skripsi ). Program Studi Sosial
industri kusen/furniture – konsumen akhir). Saluran Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan,
pemasaran yang paling efisien adalah pola 2 (petani Institut Pertanian Bogor, Bogor.
– penggesek kayu– depot kayu – industri kusen/
furniture – konsumen akhir) dengan nilai efisiensi se- Hendarto, K.A . & Wibowo, L.R. (2005).
besar 32,95%. Bagaimana menghitung tataniga (rantai
pemasaran) pada hasil hutan bukan kayu.
B. Saran Jurnal Hutan Rakyat, 7(2), 1-9.
Pola saluran pemasaran kayu bambang lanang Hutabarat, S. (2006). Analisis efisiensi pemasaran
berpengaruh terhadap pendapatan petani , karet perkebunan karet rakyat di Kabupaten
sehingga pemerintah daerah perlu menginformasi- Rokan Hilir. Jurnal Ekonomi Pembangunan,
kan pola saluran pemasaran yang menguntungkan 14(1), 67-80.
petani. Pemerintah daerah dan dinas kehutanan
setempat perlu selalu memperbaharui informasi Islam, K.K., Fujiwara, T., Tani, M., & Sato, N.
tentang harga kayu dan pola saluran pemasaran (2014). Marketing of agroforestry products
yang menguntungkan bagi peningkatan pendapatan in Bangladesh: a value chain analysis.
petani. American Journal of Agriculture and Forestry,
2(4), 135-145.

96
JURNAL Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 12 No. 2 Juni 2015, Hal. 89-97
Mukson, Santosa, S.I., Setiyawan, H., & Suryanto, B. Rosmawati, H. (2011). Analisis efisiensi pemasaran
(2005). Analisis efisiensi pemasaran telur pisang produksi p etani di Kecamatan
ayam ras di Kabupaten Kendal Jawa Tengah. Lengkit Kabupaten Ogan Komering Ulu.
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Vete- AgronobiS, 3(5), 1-9.
riner (pp. 755-762). Semarang: Fakultas Peter-
Setiorini, F. (2008). Analisis efisiensi pemasaran ikan
nakan Universitas Diponegoro.
mas di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Tangga-
Premono, B.T. & Lestari, S. (2012). Analisis pema- mus, Provinsi Lampung. (Skripsi). Program
saran kayu bawang di Provinsi Bengkulu. Pro- Stu-di Manajemen Bisnis dan Ekonomi
siding Seminar Hasil Penelitian Balai Penelitian Ke- Perikanan – Kelautan, Fakultas Perikanan
hutanan Palembang: Peluang dan Tantangan Pe- dan Ilmu Ke-lautan, Institut Pertanian
ngembangan Usaha Kayu Rakyat”, Palembang 23 Bogor, Bogor.
Oktober 2012 (pp. 47-59). Bogor: Pusat Pe-
nelitian dan Pengembangan Peningkatan
Pro-duktivitas Hutan.

97
Saluran Pemasaran Kayu Pertukangan Jenis Bambang Lanang (Michelia champaca) yang…. (Sri Lestari et al.)

You might also like