You are on page 1of 14

TUGASAN

________________________________________________________________________

HBEF3503
Pendidikan Inklusif
SEMESTER MEI 2018

NO. MATRIKULASI : 880114-02-5344001

NO. KAD PENGENALAN : 880114-02-5344

NO. TELEFON : 010-3740775

E-MEL : r.teeney@gmail.com

PUSAT PEMBELAJARAN : OUM Sungai Petani,Kedah.


1.0 Pengenalan Pendidikan Inklusif

Pendidikan adalah hak asasi semua manusia dan dari segi falsafahnya. Semua insan di dunia
ini mempunyai hak untuk belajar dan mengetahui sesuatu. Apabila berbicara tentang peluang
pendidikan terhadap pelajar berkeperluan khas, mereka juga mempunyai minat, hasrat dan
cita-cita yang setanding dengan individu normal. Mereka juga perlu diberikan peluang yang
sama dengan individu normal yang lain supaya mereka tidak tersisih daripada arus
pembelajaran nasional kerana ada dalam kalangan mereka mempunyai kecerdasan kognitif
yang setanding dengan individu yang sempurna malah mereka mampu melebihi pencapaian
pelajar yang normal ( Lokman, 2009).

Apabila memperkatakan tentang pendidikan khas, ianya juga sinonim dengan istilah
pendidikan inklusif iaitu pendidikan bagi kanak-kanak yang berkeperluan khas. Perkataan
inklusif ini diambil daripada perkataan inggeris “Inclusive” yang memberikan maksud
“merangumi”. Menurut Naim, 1997 dalam buku Psikologi Pendidikan maksud inklusif secara
umumnya adalah mengintegrasikan murid-murid berkeperluan khas ke dalam bilik darjah
biasa, supaya mereka berpeluang menikmati segala kemudahan belajar dalam keadaan
normal seperti murid-murid lain tanpa mengira status.

Pendekatan pendidikan inklusif adalah antara beberapa pilihan yang ada untuk KBK di
Malaysia. Dalam konteks definisi pendidikan khas di Malaysia, pendekatan ini masih terbatas
dilaksanakan mengikut acuan Malaysia serta terdapat di sekolah-sekolah tertentu sahaja.
Sebagaimana digambarkan dalam Jadual 1, terdapat pelbagai kategori KBK dalam setting
inklusif. Namun begitu terdapat 4 kategori KBK yang boleh didapati di merata sekolah dalam
aliran perdana. Mereka ialah dalam kategori masalah :

1. fizikal (cacat anggota)

2. emosi dan tingkah laku (autisma dan ADHD)

3. pembelajaran khusus Disleksia (dyslexia)

4. penguasaan kemahiran 3M
Pada umumnya perkembangan fizikal, mereka adalah setara dengan perkembangan rakan
sebaya yang normal. Dengan demikian, ramai guru dan ibu bapa tidak menyedari masalah
sebenar kanak-kanak ini. Akibatnya mereka dianggap malas atau degil atau bermasalah,
malah ada yang dianggap biadab apabila mereka tidak dapat memenuhi kehendak norma bilik
darjah/pembelajaran atau tatasusila masyarakat setempat/sekolah (Supiah Saad, 2010)
2.0 Kompetensi guru dalam pendidikan inklusif.

Kompetensi guru terkait dengan kewenangan melaksanakan tugasnya, dalam hal ini dalam
menggunakan bidang studi sebagai bahan pembelajaran yang berperan sebagai alat
pendidikan, dan kompetensi pedagogis yang berkaitan dengan fungsi guru dalam
memperhatikan perilaku peserta didik belajar .Dari pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa kompetensi guru adalah hasil dari penggabungan dari kemampuan-kemampuan yang
banyak jenisnya, dapat berupa seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang
harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam menjalankan tugas
keprofesionalannya. Menurut Suparlan menambahkan bahwa standar kompetensi guru
dipilah ke dalam tiga komponen yang saling berkaitan, yaitu pengelolaan pembelajaran,
pengembangan profesi, dan penguasaan akademik. Menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru, adapun macam-macam kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga
guru antara lain: kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial yang diperoleh
melalui pendidikan profesi. Keempat kompetensi tersebut terintegrasi dalam kerja guru.
1) Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi
dijabarkan menjadi indikator esensial sebagai berikut;

 Memahami peserta didik secara mendalam memiliki indikator esensial: memahami


peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif;
memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian; dan
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
 Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran memiliki indikator esensial: memahami landasan
kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi
pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai,
dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang
dipilih.
 Melaksanakan pembelajaran memiliki indikator esensial: menata latar (setting)
pembelajaran; dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
2) Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian
yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan
berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

 Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial: bertindak sesuai
dengan norma hukum; bertindak sesuai dengan norma sosial; bangga sebagai guru;
dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
 Kepribadian yang dewasa memiliki indikator esensial: menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
 Kepribadian yang arif memiliki indikator esensial: menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.

3) Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki subkompetensi dengan indikator
esensial sebagai berikut:

 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik memiliki
indikator esensial: berkomunikasi secara efektif dengan peserta didik.
 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan.
 Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orang tua/wali peserta didik
dan masyarakat sekitar.
4) Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan
mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan
metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki indikator esensial sebagai
berikut:

 Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi memiliki indikator
esensial: memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami
struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi atau koheren dengan materi
ajar; memahami hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; dan menerapkan
konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari.
 Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki indikator esensial menguasai
langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam pengetahuan/materi
bidang studi.

Keempat kompetensi tersebut di atas bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru. Oleh
karena itu, secara utuh sosok kompetensi guru meliputi pengenalan peserta didik secara
mendalam; penguasaan bidang studi baik disiplin ilmu (disciplinary content) maupun bahan
ajar dalam kurikulum sekolah penyelenggaraan pembelajaran yang mendidik yang meliputi
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi proses dan hasil belajar, serta tindak
lanjut untuk perbaikan dan pengayaan; dan pengembangan kepribadian dan profesionalitas
secara berkelanjutan. Guru yang memiliki kompetensi akan dapat melaksanakan tugasnya
secara professional.
3.0 Wawancara

3.1 Wawancara bersama pentadbir.

Nama orang sumber : Guru Besar


Tempat Temubual : SJK(T)Somasundram,Sungai Petani,Kedah.
Masa : 10.00 pagi

Saya : Selamat pagi cikgu.Terima kasih kerana sudi meluangkan sedikit masa untuk
sesi temu bual ini.Saya Theenes menuntut di OUM Sungai Petani.mengambil
major Bahasa Melayu,ingin bertanyakan serba sedikit soalan mengenai
pendidikan inklusif di sekolah ini.Saya memilih tajuk ini untuk memenuhi
keperluan kerja kursus subjek EDU saya. Boleh tak cikgu menceritakan serba
sedikit mengenai latar belakang cikgu?

Guru besar :Selamat pagi cikgu.Saya bekerja di sekolah ini selama 5 tahun. Sebagai
seorang dalam pentadbir sekolah saya bangga dengan pengorbanan guru-guru
di sekolah. Dalam pendidikan inklusif, peranan guru amat penting. Hal
ini disebabkan guru yang berinteraksi dengan murid perlu cekal dalam
berkomunikasi. Ini lebih sukar berbanding interaksi dengan murid
normal.

Saya :Terima kasih atas pengenalan diri cikgu.Baiklah kita teruskan dengan
sesi wawancara kita .Soalan pertama saya berapakah jumlah murid di
sekolah ini yang dikelaskan sebagai murid pendidikan inklusif?

Guru besar :Lebih kurang 15 murid dikelaskan sebagai murid pendidikan inklusif.

Saya :Boleh cikgu terangkan murid yang manakah diperlukan pendidikan


inklusif?
Guru besar :Program Pendidikan Inklusif atau PPI disediakan untuk murid yang
mengalami ketidakupayaan dalam pembelajaran. Murid-murid ini
boleh dilihat dari segi perlakuan dan tingkah lakunya.

Saya :Bagaimanakah aktiviti p&p di sekolah menyumbang kepada kejayaan


dan kualiti pembelajaran murid kelainan upaya ini?

Guru besar : Dalam merancang sesuatu program, keterlibatan daripada pihak


pengurusan adalah sangat penting. Perancangan di sini melibatkan
proses dan jangka masa tertentu yang perlu diambil kira. Saya
sedar bahawa kejayaan sesuatu sistem pendidikan bergantung
penuh pada perancangan yang betul, pentadbiran yang cekap,
pembiayaan yang mencukupi dan penilaian yang berkesan.Saya
dalam pentadbir member kerjasama dan menyediakan bahan bantu
belajar kepada murid.

Saya :Terima kasih cikgu kerana sudi ditemuramah dan meluangkan masa
untuk menjawab beberapa soalan yang telah dikemukakan.Jasa baik
cikgu banyak membantunya.Semoga kita berjumpa lagi cikgu.

Guru besar :Terima kasih.


3.2 Wawancara bersama guru.

Nama orang sumber : Guru X


Tempat Temubual : SJK(T)Somasundram,Sungai Petani,Kedah.
Masa : 2.00 tengah hari

Saya : Selamat pagi cikgu.Terima kasih kerana sudi meluangkan sedikit masa untuk
sesi temu bual ini.Saya Theenes menuntut di OUM Sungai Petani.mengambil
major Bahasa Melayu,ingin bertanyakan serba sedikit soalan mengenai
pendidikan inklusif di sekolah ini.Saya memilih tajuk ini untuk memenuhi
keperluan kerja kursus subjek EDU saya. Boleh tak cikgu menceritakan serba
sedikit mengenai latar belakang cikgu?

Guru X :Selamat pagi cikgu.Saya bekerja di sekolah ini selama 10 tahun. Sebagai
seorang pendidikan inklusif, peranan guru dalam bidang ini amat
penting.Pada mulanya memang sukar untuk bersama dan saya tidak
dapat menyesuaikan diri dengan murid tersebut .Tapi lama kelamnya
saya suka sangat mengajar untuk murid pendidikan inklusif
berbanding dengan murid normal.

Saya :Terima kasih atas pengenalan diri cikgu.Baiklah kita teruskan dengan
sesi wawancara kita .Soalan pertama saya berapakah jumlah murid di
sekolah ini yang dikelaskan sebagai murid pendidikan inklusif?

Guru X :15 murid telah dikelaskan sebagai murid pendidikan inklusif di


sekolah ini.

Saya :Boleh cikgu terangkan kompetensi guru dalam pendidikan inklusif?


Guru X :Saya boleh mengatakan kompetensi guru dalam pendidikan inklusif
adalah proses pengajaran dan pembelajaran (PdP) yang memberi hak
kepada murid kelainan upaya. Program Pendidikan Inklusif (PPI) di
sekolah arus perdana adalah untuk memberikan keselesaan belajar
kepada murid walaupun terdapat beberapa perkara yang perlu diberi
perhatian. Saya ingin menjelaskan lagi dengan mengatakan
kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi
yang dimilikinya. Sebagai seorang guru kita perlu memahami peserta didik
dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, memahami
peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip kepribadian,dan
mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

Saya : Oh, begitunya. Saya kemukakan soalan yang kedua bagaimanakah aktiviti
p&p di sekolah menyumbang kepada kejayaan dan kualiti pembelajaran
murid kelainan upaya?

Guru X : Dalam pendidikan inklusif, perancangan penjadualan dan


penggunaan bahan perlu dikenal pasti secara terperinci dan teliti. Hal
ini disebabkan pendidikan inklusif melibatkan murid yang agak
terkebelakang akibat daripada kelemahan fizikal dan mental
berbanding dengan murid normal.
Pengajaran secara berkumpulan adalah salah satu program
pemulihan khas melalui Jabatan Pendidikan. Hal ini melibatkan
penjadualan tahap satu di sekolah kebangsaan yang melibatkan
aktiviti rutin kelas, interaksi dengan guru, permainan berunsur
pendidikan, latihan dan penilaian. Oleh itu, pengajaran dan
pembelajaran ini dapat dicapai.
Saya :Terima kasih cikgu kerana sudi ditemuramah dan meluangkan masa
untuk menjawab beberapa soalan yang telah dikemukakan.Jasa baik
cikgu banyak membantunya.Semoga kita berjumpa lagi cikgu.

Guru X :Terima kasih.


4.0 Kesan aktiviti p&p pendidikan inklusif di sekolah.

Guru-guru yang ditugaskan untuk mendidik dan memantau perkembangan murid istimewa di
sekolah itu juga tidak jemu mempelbagaikan pendekatan bagi memastikan murid terlibat
dapat memahami pembelajaran dengan lebih berkesan. Bahkan, keberkesanan itu dapat
dibuktikan melihat kepada perkembangan murid apabila kebanyakan mereka berjaya
dipulihkan, khususnya membabitkan MBK disleksia, yang mampu membawa diri mereka
bergaul bersama pelajar arus perdana di peringkat sekolah menengah, tanpa sebarang
masalah.Tiada diskriminasi guru yang terlibat dalam sesi pembelajaran melibatkan MBK,
memainkan peranan penting memastikan murid berkenaan tidak merasa wujud perbezaan
dengan rakan-rakan sebaya di kelas arus perdana.
Rujukan

Council of Europe. (2003). Access to social rights for people with disabilities in
Europe. Dicapai dari https://books.google.com.my/ books?id=TqfC1-
GrDRgC&pg=PA7&lpg=PA7&dq=council+europe+2003+
second+meeting+malaga

Thementerian Pendidikan Malaysia. (1995). Perancangan strategik pendidikan


khas 2020. Thuala Lumpur, Malaysia: Jabatan Pendidikan Thhas.

Manisah Mohd Ali, & Noorfaziha Hassan. (2014). Perspektif guru terhadap
penglibatan akademik dalam kalangan murid dengan ketidakupayaan
penglihatan. Journal Pendidikan Malaysia , 39(2), 109-114.

You might also like