You are on page 1of 15

Ratana sutta

Yānīdha bhūtāni samāgatāni,


Bhummāni vā yāni antalikkhe,
Sabbeva bhūtā sumanā bhavantu,
Athopi sakkacca sunantu bhāsitam.

Tasmā hi bhūtā nisāmetha sabbe,


Mettam karotha mānusiyā pajāya,
Divā ca ratto ca haranti ye balim,
Tasmā hi ne rakkhatha appamattā.

Yam kiñci vittam idha vā huram vā,


Saggesu vā ya ratanam panītam,
Na no samam atthi Tathāgatena,
Idampi Buddhe ratanam panitam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Khayam virāgam amatam panītam,


Yadajjhagā sakyamunī samāhito,
Na tena dhammena samatthi kiñci,
Idampi Dhamme ratanam panitam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Yam Buddha settho parivannayī sucim,


Samādhimānantarikaññamāhu,
Samādhinā tena samo na vijjati,
Idampi Dhamme ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Ye puggalā attha satam pasatthā,


Cattāri etāni yugāni honti,
Te dakkhineyyā sugatassa sāvakā,
Etesu dinnāni mahapphalāni,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Ye suppayuttā manasā dalhena,


Nikkāmino *Gotama-sāsanamhi,
Te pattipattā amatam vigayha,
Laddhā mudhā nibbuti bhuñjamānā,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Yathindakhīlo pathavim sito siyā,


Catubbhi vāthehi asampakampiyo,
Tathūpamam sappurisam vadāmi,
Yo ariya-saccāni avecca passati,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!
Ye ariya-saccāni vibhāvayanti,
Gambhīra-paññena sudesitāni,
Kiñcāpi te honti bhusappamattā,
Na te bhavam atthamam ādiyanti,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Sahāva ‘ssa dassana-sampadāya,


Tayassu dhammā jahitā bhavanti,
Sakkāya-ditthi vicikicchitañca,
Sīlabbatam vāpi yadatthi kiñci.
Catūh’ apāyehi ca vippamutto,
Chaccābhithānāni abhabbo kātum,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Kiñca pi so kammam karoti pāpakam,


Kāyena vācā uda cetasā vā,
Abhabbo so tassa paticchādāya,
Ababbatā dittha-padassa vuttā,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Vanappagumbe yathā phussitagge,


Gimhāna-māse pathamasmim gimhe,
Tathūpamam dhamma-varam adesayī,
Nibbāna-gāmim paramam hitāya,
Idampi Buddhe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Varo varaññū varado varāharo,


Anuttaro dhamma-vara adesayī,
Idampi Buddhe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Khīnam purānam navam natthi sambhavam,


Viratta-cittā āyatike bhavasmim,
Te khīna-bījā avirulhicchandā,
Nibbanti dhīrā yathāyam padīpo,
Idampi Sanghe ratanam panītam,
Etena saccena suvatthi hotu!

Yānīdha bhūtāni samāgatāni,


Bhummāni vā yāni va antalikkhe,
Tathāgatam deva-manussa-pūjitam,
Buddham namassāma suvatthi hotu!

Yānīdha bhūtāni samāgatāni,


Bhummāni vā yāni va antalikkhe,
Tathāgatam deva-manussa-pūjitam,
Dhammam namassāma suvatthi hotu!

Yānīdha bhūtāni samāgatāni,


Bhummāni vā yāni va antalikkhe,
Tathāgatam deva-manussa-pūjitam,
Sangham namassāma suvatthi hotu!

1. Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, semoga
semua makhluk itu bahagia. Demikian juga, semoga mereka mendengarkan dengan penuh perhatian apa
yang dikatakan.

2. Karena itu, wahai para makhluk, perhatikanlah baik-baik. Pancarkanlah kasih sayang kepada umat
manusia yang siang malam memberikan persembahan kepadamu. Karena itu, lindungilah mereka
dengan setulus hati.

3. Harta apapun yang ada di sini atau di dunia lain, atau permata tak ternilai apa pun yang ada di alam-
alam surga, tidak ada satu pun yang sebanding dengan Sang Tathagata. Permata tak ternilai ini ada di
dalam Buddha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

4. Manusia bijak dari suku Sakya, yang tenang pikirannya, telah mewujudkan penghentian yang bebas
dari nafsu, yang bebas dari kematian, dan luar biasa. Tidak ada sesuatu pun yang sebanding dengan
keadaan itu. Permata tak ternilai ini ada di dalam Dhamma. Dengan kebenaran ini, semoga ada
kedamaian !

5. Buddha yang agung memuji meditasi murni yang segera memberikan hasil. Tidak ada sesuatu pun
yang sebanding dengan meditasi itu. Permata berharga ini ada di dalam Dhamma. Dengan kebenaran ini,
semoga ada kedamaian!

6. Delapan individu yang dipuji oleh orang-orang baik2 terdiri dari empat pasang.3 Mereka adalah siswa-
siswa Sang Buddha, yang pantas menerima persembahan. Apapun yang dipersembahkan kepada mereka
akan memberikan buah yang melimpah. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran
ini, semoga ada kedamaian!

7. Mereka yang terbebas dari nafsu semuanya mantap di dalam ajaran Gotama yang berpikiran teguh.
Mereka telah mencapai apa yang harus dicapai karena telah menyelam ke dalam Nibbana yang bebas
dari kematian. Mereka menikmati Kedamaian yang dicapai, yang tak ternilai. Permata tak ternilai ini ada
di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

8. Bagaikan gerbang kota yang berfondasi kokoh tidak tergoyahkan oleh angin dari empat penjuru,
demikianlah kunyatakan bahwa orang yang sepenuhnya memahami Kebenaran Mulia adalah orang yang
baik. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

9. Mereka yang dengan jernih memahami Kebenaran Mulia yang telah diajarkan dengan baik oleh Yang
Maha Bijaksana, betapapun tidak berhati-hatinya mereka itu, mereka tidak akan terlahir untuk
kedelapan kalinya. Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada
kedamaian!
10. Tiga kondisi telah ditinggalkan oleh dia pada saat mencapai pandangan terang,4 yaitu: (i) pandangan
salah tentang diri, (ii) keraguan, dan (iii) pandangan salah bahwa ritual dan upacara dapat
menyelamatkan. Dia juga telah sepenuhnya terbebas dari empat keadaan menderita5 dan tidak dapat
lagi melakukan enam kejahatan.6 Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini,
semoga ada kedamaian !

11. Kejahatan apa pun yang dilakukan, baik lewat tubuh, ucapan atau pikiran, tak dapat
disembunyikannya. Karena telah dikatakan bahwa tindakan semacam itu tidak mungkin dilakukan oleh
orang yang telah melihat Sang Jalan.7 Permata tak ternilai ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran
ini, semoga ada kedamaian!

12. Bagaikan pohon-pohon yang pucuknya berbunga pada bulan-bulan pertama musim panas, begitu
juga ajaran tertinggi yang menuju ke Nibbana ini diajarkan untuk tujuan tertinggi. Permata tak ternilai ini
ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

13. Yang Luar Biasa, Yang Maha Mengetahui, Sang Pemberi yang luar biasa, dan Sang Pembawa
Kesempurnaan telah membabarkan ajaran yang luar biasa. Permata tak ternilai ini ada di dalam Buddha.
Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

14. Dengan musnahnya (kamma) lampau, tidak ada (kamma) baru yang dihasilkan, maka pikiran pun tak
melekat pada kelahiran di masa depan -- mereka telah menghancurkan benih-benih tumimbal lahir.
Nafsu-nafsu tidak lagi muncul dan para bijaksana itu pergi, sama seperti lampu ini.8 Permata tak ternilai
ini ada di dalam Sangha. Dengan kebenaran ini, semoga ada kedamaian!

15. Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, marilah kita
menghormat Buddha. Sang Tathagata dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada kedamaian!

16. Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, marilah kita
menghormat Dhamma. Sang Tathagata dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada kedamaian!

17. Makhluk apa pun yang berkumpul di sini, baik yang dari dunia maupun dari luar angkasa, marilah kita
menghormat Sangha. Sang Tathagata, dipuja oleh para dewa dan manusia! Semoga ada kedamaian!

Karaniya Metta Sutta


1.Karaṇīyamatthakusalena , yantasantaṃ padaṃ abhisamecca;
Sakko ujū ca sūjū ca, suvaco cassa mudu anatimānī.
2.Santussako ca subharo ca, appakicco ca sallahukavutti;
Santindriyo ca nipako ca, appagabbho kulesvananugiddho.
3.Na ca khuddamācare kiñci, yena viññū pare upavadeyyuṃ;
Sukhinova khemino hontu, sabbe sattā bhavantu sukhitattā.
4.Ye keci pāṇabhūtatthi, tasā vā thāvarā vanavasesā;
Dīghā vā yeva mahantā, majjhimā rassakā aṇukathūlā.
5.Diṭṭhā vā yeva adiṭṭhā, ye ca dūre vasanti avidūre;
Bhūtā vā sambhavesī vā, sabbasattā bhavantu sukhitattā.
6.Na paro paraṃ nikubbetha, nātimaññetha katthaci naṃ kañci;
Byārosanā paṭighasaññā, nāññamaññassa dukkhamiccheyya.
7.Mātā yathā niyaṃ puttamāyusā ekaputtamanurakkhe;
Evampi sabbabhūtesu, mānasaṃ bhāvaye aparimāṇaṃ.
8.Mettañca sabbalokasmi, mānasaṃ bhāvaye aparimāṇaṃ;
Uddhaṃ adho ca tiriyañca, asambādhaṃ averamasapattaṃ.
9.Tiṭṭhaṃ caraṃ nisinno vā, sayāno yāvatāssa vigatamiddho;
Etaṃ satiṃ adhiṭṭheyya, brahmametaṃ vihāramidhamāhu.
10.Diṭṭhiñca anupaggamma, sīlavā dassanena sampanno;
Kāmesu vineyya gedhaṃ, na hi jātuggabbhaseyya puna retīti.

Karaniya Metta Sutta (Terjemahan Bahasa Indonesia)


Inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan,

Untuk mencapai ketenangan, ia harus mampu jujur, sungguh jujur,


Rendah hati, lemah lembut, tiada sombong.

Merasa puas, mudah dilayani, Tiada sibuk, sederhana hidupnya,


Tenang inderanya, berhati-hati, Tahu malu, tidak melekat pada keluarga.

Tak berbuat kesalahan walaupun kecil,


Yang dapat dicela oleh Para Bijaksana.

Hendaklah ia berpikir: Semoga semua makhluk berbahagia dan tentram.


Semoga semua makhluk berbahagia.

Makhluk hidup apa pun juga, Yang lemah dan kuat tanpa kecuali.
Yang panjang atau besar. Yang sedang, pendek, kecil atau gemuk.

Yang tampak atau tak tampak, yang jauh ataupun dekat.


Yang terlahir atau yang akan lahir, Semoga semua makhluk berbahagia.

Jangan menipu orang lain, atau menghina siapa saja.


Jangan karena marah dan benci, mengharapkan orang lain celaka.

Bagaikan seorang ibu mempertaruhkan jiwanya,


Melindungi anaknya yang tunggal, demikianlah terhadap semua makhluk,

Dipancarkannya pikiran kasih sayangnya tanpa batas.

Kasih sayangnya ke segenap alam semesta,


Dipancarkannya pikirannya itu tanpa batas,

Ke atas, ke bawah, dan ke sekeliling,


Tanpa rintangan, tanpa benci dan permusuhan.

Selagi berdiri, berjalan atau duduk, atau berbaring, selagi tiada lelap,
Ia tekun mengembangkan kesadaran. Ini yang dikatakan berdiam dalam Brahma.

Tidak berpegang pada pandangan salah (tentang aku yang kekal)


Dengan Sila dan Penglihatan yang sempurna
Hingga bersih dari nafsu indera,
Ia tak akan lahir dalam rahim manapun juga

Dhajagga Paritta
Aranne rukhamule va
Sunnagare va bhikkhavo
Anusaretha sambuddham
Bhayam tumhaka no siya

No ce Buddham sareyyatha
Lokajettham narasabham
Atha dhammam sareyyatha
Niyanikam sudesitam

No ce Dhammam sareyyatha
Niyyanikam sudesitam
Atha sangham sareyyatha
Punnakhetam anuttaram

Evam Buddham sarantanam


Dhammam sanghanca bhikhavo
Bhayam va chambhitattam va
Lomahamso na hessati ti

Sewaktu di dalam hutan atau dibawah pohon


Atau di tempat sunyi, O para siswa
Ingatlah kepada Sang Buddha
Segala ketakutan tak akan ada

Jika tak ingat kepada Sang Buddha, Guru Jagad


Pembimbing dewa dan manusia, ingatlah pada Dhamma
Yang menuntun kita ke pembebasan
Yang telah diajarkan dengan jelas

Jika tak ingat kepada Dhamma


Yang menuntun kita ke pembebasan
Yang telah diajarkan dengan jelas, ingatlah kepada Sangha
Lapangan pembuat jasa yang tiada bandingannya

Jika engkau ingat pada Buddha, Dhamma, dan Sangha


O para siswa, ketakutan atau kekhawatiran
Mengkirik atau buku badan berdiri
Tak akan ada lagi

Angulimala sutta
Yatohaṁ bhagini ariyāya jātiyā jāto,
Nābhijānāmi sancicca pāṇaṁ jīvitā voropetā,
Tena saccena sotthi te hotu sotthi gabbhassa.

‘Saudari, sejak aku dilahirkan sebagai seorang ariya


Aku tidak ingat dengan sengaja pernah membunuh suatu makhluk hidup
apa pun.Dengan kebenaran ini, semoga anda dan bayi dalam kandunganmu selamat.’

Khandha Paritta
Virūpakkhehi me mettaṁ
Mettaṁ Erāpathehi me
Chabyā-puttehi me mettaṁ
Mettaṁ Kaṇhā-Gotamakehi ca

Cinta kasihku kepada suku ular-ular Virūpakkha


Cinta kasihku kepada suku ular-ular Erāpatha
Cinta kasihku kepada suku ular-ular Chabyā-putta
Cinta kasihku kepada suku ular-ular Kaṇhā-Gotamaka.

Apādakehi me mettaṁ
Mettaṁ di-pādakehi me
Catuppadehi me mettaṁ
Mettaṁ bahuppadehi me

Cinta kasihku kepada makhluk-makhluk tanpa kaki


Cinta kasihku kepada makhluk-makhluk berkaki dua
Cinta kasihku kepada makhluk-makhluk berkaki empat
Cinta kasihku kepada makhluk berkaki banyak.

Mā maṁ apādako hiṁsi


Mā maṁ hiṁsi di-pādako
Mā maṁ catuppado hiṁsi
Mā maṁ hiṁsi bahuppado

Semoga kami tidak mendapat susah dari makhluk-makhluk tanpa kaki;


Juga tidak dari makhluk-makhluk berkaki dua
Semoga makhluk-makhluk berkaki empat tidak menyusahkan kami
Semoga makhluk-makhluk berkaki banyak tidak menyusahkan kami.

Sabbe sattā sabbe pāṇā


Sabbe bhūtā ca kevalā
Sabbe bhadrāni passantu
Mā kinci pāpamāgamā

Semoga semua makhluk hidup


Semua yang dilahirkan dan yang belum lahir
Semoga semua tanpa terkecuali mendapat kebahagiaan
Semoga mereka bebas dari penderitaan.

Appamāṇo Buddho,
Appamāṇo Dhammo,
Appamāṇo Saṅgho,

Tak terhingga adalah kebijaksanaan Sang Buddha


Tak terhingga adalah kebijaksanaan Dhamma
Tak terhingga adalah kebijaksanaan Saṅgha.

Pamāṇa-vantāni siriṁ-sapāni,
Ahi vicchikā sata-padī uṇṇānābhī sarabū mūsikā,

Terbebaslah makhluk-makhluk melata


Seperti ular-ular, ketungging-ketungging, lipan, laba-laba dan tikus.

Katā me rakkhā,
Katā me parittā,
Paṭikkamantu bhūtāni.

Telah kami panjatkan doa perlindungan


Telah kami panjatkan paritta-paritta yang suci
Silakan makhluk-makhluk pergi dengan damai.

Sohaṁ namo Bhagavato,


Namo sattannaṁ Sammā-Sambuddhānaṁ.

Terpujilah Sang Bhagavā


Terpujilah Tujuh Sammā-Sambuddha

MORA PARITTA
Udetayam cakkhuma ekaraja
Harissavanno pathavippabhaso
Tam tam namassami
Harissavannam pathavippabhasam
Tayajja gutta viharemu divasam

Terlihat munculnya Beliau “Raja yang mengetahui”


Pancaran sinarnya keemasan, penyinar bumi
Aku menghormat kepada penyinar cahaya emas bagi bumi
Berilah perlindungan sepanjang hari yang kulewati

Ye brahmana vedagu sabbadhamme


Te me namo, te ca mam palayantu
Namatthu buddhanam
Namatthu bodhiya
Namo vimuttanam namo vimuttiya
Imam so parittam katva
Moro carati esana

Kepada para Brahmana selaku pelaksana kebenaran


Kepada mereka itulah kusampaikan pujiku dan kumohon perlindungan
Terpujilah para Bijaksana, terpujilah penerang agung
Terpujilah mereka yang telah bebas,
Terpujilah kebebasan, buruk merak,
Setelah memberikan perlindungannya
Berkelana untuk mencari makan.

(Dibaca setiap petang hari saat matahari terbenam)


Apetayam cakkahuma ekaraja
Harissavanno pathavippabhaso
Tam tam namassami
Harissavannam pathavippabhasam
Tayajja gutta viharemu rattim

Beliau “Raja Yang Maha Mengetahui” mengundurkan diri


Pancaran sinarnya keemasan, penyinar bumi
Aku menghormat kepada penyinar cahaya emas bagi bumi
Berilah perlindungan sepanjang malam yang kulewati.

Ye brahmana vedagu sabbadhamme


Te me namo te ca mam palayantu
Namatthu buddhanam
Nammathu bodhiya
Namo vimuttanam namo vimuttiya
Imam so parittam katva
Moro vasamakappayi ti

Kepada para Brahmana selaku pelaksana kebenaran,


Kepada mereka aku memuji dan memohon perlindungan.
Terpujilah para bijaksana, terpujilah penerang agung
Terpujilah mereka yang telah bebas,
terpujilah kebebasan, burung merak,
setelah memberikan perlindungannya,
Ia masuk keperaduannya.

Atanatiya Paritta (Pali)

01) Vipassissa ca namatthu; cakkhu mantassa sirimato, Sikhissapi ca namatthu; sabbabhuta nukampino.
02) Vessabhussa ca namatthu; nhatakassa tapassino, Namatthu Kakusandhassa; Marasena pamaddino.
03) Konagamanassa namatthu;brahmanassa vusimato,Kassapassaca namatthu; Vippamuttassa sabbadhi.
04) Angirasassa namatthu; sakyaputtassa sirimato, Yo imam dhammam desesi; sabbadukkhapanudanam.
05) Ye ca pi nibbuta loke; yathabhutam Vipassisum.Te jana apisunatha; Mahanta vitasarada.
06) Hitam devamanussanam; yam namassanti Gotamam, Vijjacaranasampannam; mahantam vita
saradam.
07) Yato uggacchati suriyo; adicco mandali maha,Yassa cuggacchamanassa; samvaripi nirujjhati
Yassa suggate suriye; divasoti pavuccati.
08) Rahadopi tattha gambhiro; samuddo saritodako, Evam tam tattha jananti; samuddo saritodako.
09) Ito sa purima disa; iti nam acikkhati jano, Yam disam abhipaleti; Maharaja yasassi so.
10) Gandhabbanam adhipati; dhataratthoti namasso, Ramati naccagitehi; gandhabbehi purakkhato.
11) Puttapi tassa bahavo; ekanamati me sutam, Asiti dasa eko ca; Indanama mahabbala.
12) Te capi buddham disvana; buddham adiccabadhunam,Duratova namassanti; mahantam vitasaradam.
13) Namo te purisa janna; namote purisuttama, Kusalena samekkhasi; amanussapi tam vandanti
Sutam netam; abhinhaso tasma evam vademase.
14) Jinam vandatha Gotamam; jinam vandama Gotamam, Vijjacaranasampannam; buddham vandama
Gotamam.
15) Yena peta pavuccanti; pisuna pitthimamsika, Panatipatino ludda; cora nekatika jana.
16) Ito sa dakkhina disa,Iti nam acikkhati jano, Yam disam abhipaleti,Maharaja yasassi so.
17) Kumbhandanam adhipati; Virulho iti namaso. Ramati niccagitehi; kumbhandehi purakkhato.
18) Puttapi tassa bahavo; ekanamati me sutam, Asiti dasa eko ca; Indanama mahabbala.
19) Te ca pi Buddham disvana; Buddham adiccabandhunam, Duratova namassanti; mahantam
vitasaradam.
20) Namo te purisajanna; namo te purisuttama, Kusalena samekkhasi; amanussapi tam vandanti
Sutam netam abhinhaso; tasama evam vademase.
21) Jinam vandatha Gotamam; jinam vandama Gotamam, Vijjacaranasampannam; Buddham vandama
Gotamam.
22) Yattha coggacchati suriyo; adicco mandali Maha, Yassa coggacchamanassa; divasopi nirujjhati.
Yassa coggatesuriye; samvariti pavuccati.
23) Rahadopi tatha gambhiro; samuddo saritodako, Evam tam tattha jananti; samuddo saritodako.
24) Ito sa pacchima disa; iti nam acikkhati jano, Yam disam abhipaleti; Maharaja yasassi so.
25) Nagananca adhipati; Virupakkho ti namaso, Ramati naccagitehi; Nageheva purakkhato.
26) Puttapi tassa bahavo; ekanamati me sutam, Asiti dasa eko ca; indanama mahabbala.
27) Te capi buddham disvana; Buddham adiccabandhunam, Duratova namassanti; mahantam
vitasaradam.
28) Namo te purisajanna; namo te purisuttama, Kusalena samekkhasi; amanussapi tam vandanti
Sutam netam abhinhaso; tasma evam vademase.
29) Jinam vandatha Gotamam; jinam vandama Gotamam, Vijjacaranasampannam; Buddham vandama
Gotamam.
30) Yena uttarakuruvho; Mahaneru sudassano, Manussa tattha jayanti; amama apariggaha.
31) Nate bijam pavapanti; napi niyanti nangala, Akatthapakimam salim; paribhunjanti manusa
32) Akanam athusam suddham; sugandham tandulapphalam, Tundikire pacitvana; tato bhunjanti
bhojanam
33) Gavim ekakhuram katva; anuyanti disodisam, Pasum ekakhuram katva; anuyanti disodisam
34) Itthim va vahanam katva; anuyanti diso disam, Purisam vahanam katva; anuyanti diso disam.
35) Kumarim vahanam katva; anuyanti diso disam, Kumaram vahanam katva; anuyanti diso disam.
36) Te yane abhiruhitva, Sabba disa anupariyayanti, Pacara tassa rajino
37) Hatthiyanam assayanam; dibbam yanam upatthitam, Pasada sivika ceva; Maharajassa yasassino.
38) Tassa ca nagara ahu, Antalikkhe sumapita, Atanata kusinata parakusinata, Natasuriya parakusitanata
39) Uttarena kasivanto, Janoghamaparena ca, Navanavutiyo ambaraambaravatiyo, Alaka manda nama
rajadhani. Kuverassa kho pana Marisa maharajassa visananama rajadhani, Tasma Kuvero Maharaja;
Vessavanoti pavuccati.
40) Paccesanto pakasenti, Tatola tattala tatotala,Ojasi tejasi tatojasi,Suro raja arittho nemi.
41) Rahadopi tattha dharani nama, Yato megha pavassanti, Vassa yato patayanti, Sabhapi tattha Salavanti
nama.
42) Yattha yakkha payirupasanti; tattha niccaphala rukkha. Nana dijagana yuta; mayurakoncabhiruda
Kokiladihi vagguhi
43) Jivanjivakasaddettha; atho otthavacittaka, Kukkutaka kuliraka; vane pokkharasataka.
44) Sukasalikasaddettha; dandamanavakani ca, Sobhati sabbakalam sa; kuveranalini sada.
45) Ito sa uttara disa; iti nam acikkhati jano, Yam disam abhipaleti; Maharaja yasassi so.
46) Yakkhananca adhipati; Kuvero iti namaso, Ramati naccagitehi; yakkheheva purakkhato.
47) Puttapi tassa bahavo; ekanamati me sutam, Asiti dasa eko ca; indanama mahabbala.
48) Te capi Buddham disvana; Buddham adiccabandhunam, Duratova namassanti; mahantam
vitasaradam.
49) Namo te purisajanna; namo te purisuttama, Kusalena samekkhasi; amanussapi tam vandanti
Sutam netam abhinhaso; tasma evam vademase.
50) Jinam vandatha Gotamam; jinam vandama Gotamam, Vijjacaranasampannam; Buddham vandama
Gotamam.

[*Arti dari Atanatiya Paritta :


”Sembah hormat kepada Buddha Vipassi yang telah memiliki mata (dari kebijaksanaan) dan keagungan.
Sembah hormat kepada Buddha Sikhi yang berbelas kasih terhadap semua makhluk”.

”Sembah hormat kepada Buddha Vessabhu yang bebas dari semua noda dan telah memiliki daya petapa.
Sembah hormat kepada Buddha Kakusanda sang penakluk (5 rangkap) pasukan besar Mara”.

”Sembah hormat kepada Buddha Konagamana yang telah melepaskan semua noda dan telah
menjalankan kehidupan suci. Sembah hormat kepada Buddha Kassapa yang telah sepenuhnya terbebas
dari semua noda”.

”Sembah hormat kepada Angirasa (Buddha Gotama), putra dari suku Sakya. Yang bercahaya gemilang
dan telah membabarkan dhamma guna melenyapkan semua penderitaan”.

”Mereka Yang Mulia ketika hidup di dunia, telah memadamkan (api keinginan) dan menyelami melalui
pengetahuan langsung (samadhi), segala sesuatu sebagaimana adanya, Mereka Yang Mulia tidak pernah
memfitnah siapa pun ; Mereka Yang Mulia sangat perkasa dan bebas dari rasa takut”.

”Buddha Gotama mengasihi para dewa dan manusia, terberkahi dengan pengetahuan dan kebaikan,
perkasa dan tiada rasa takut, semua makhluk memberi sembah hormat kepada-Nya (penghormatan
bagi-Nya)”.

”Oh keturunan dari Adicca (suku Matahari), ketika sang Surya (matahari) yang gemilang, yang bulat
sempurna, terbit, maka malam hari berakhir, dan itu disebut sebagai siang. Arah dari mana sang Surya
(matahari) terbit (adalah arah timur). Disana terdapatlah samudera yang dalam dan luas”.

”Permukaan air yang membentang luas ini mereka mengenalnya sebagai samudera. Dimana disitu
adalah timur (ke arah timur dari gunung Mahaneru) mereka menyebutnya (seperempat wilayah) sebagai
penjuru timur”.

”Penjaga dari penjuru timur adalah Maharaja dewa bernama Dhatarattha, yang memiliki serombongan
besar pengikut. Ialah raja penguasa dari para Gandhabba. Disertai oleh para gandhabba ia menikmati
musik dan tarian mereka”.
”(Dhatarattha) Memiliki banyak putra, semuanya satu nama, demikianlah yang kudengar. Delapan puluh
dan sepuluh dan satu jumlah mereka, kesemuanya bernama Inda, semuanya perkasa. Mereka juga
berlindung kepada Buddha, sanak matahari, perkasa bebas dari rasa takut, dengan memberikan
penghormatan kepada-Nya dari jauh : ’Penghormatan kepada-Mu, yang teristimewa di antara manusia;
Kemulian bagi-Mu, Yang Terluhur di antara manusia’”.

”Dengan kemahatahuan-Mu, yang bagaikan seribu mata mengamati (umat manusia dengan mata
pengetahuan), bahkan para makhluk halus memberikan penghormatan kepada-Mu. Demikianlah yang
telah kami dengar. Karena itu, kami meminta para Yakkha untuk memberikan penghormatan kepada
Buddha Gotama, Sang Penakluk. Mereka pun juga berkata : ’Kami menghormati Buddha Gotama, Sang
Penakluk; Kami menghormati Buddha Gotama yang terberkahi dengan pengetahuan dan kebaikan’”.

”Arah dari tempat para Peta (mayat), para pemfitnah, para pembunuh, para perampok ganas, dan para
penipu dibuang, adalah arah selatan (ke kanan dari gunung Mahaneru) mereka menyebutnya
(seperempat wilayah) sebagai penjuru selatan”.

”Penjaga dari penjuru selatan adalah Maharaja dewa bernama Virulha, yang memiliki serombongan
besar pengikut. Ialah raja penguasa dari para Kumbhanda. Disertai oleh para Kumbhanda ia menikmati
musik dan tarian mereka”.

”(Virulha) ) Memiliki banyak putra, semuanya satu nama, demikianlah yang kudengar. Delapan puluh dan
sepuluh dan satu jumlah mereka, kesemuanya bernama Inda, semuanya perkasa. Mereka juga
berlindung kepada Buddha, sanak matahari, perkasa bebas dari rasa takut, dengan memberikan
penghormatan kepada-Nya dari jauh : ’Penghormatan kepada-Mu, yang teristimewa di antara manusia;
Kemulian bagi-Mu, Yang Terluhur di antara manusia’”.

”Dengan kemahatahuan-Mu, yang bagaikan seribu mata mengamati (umat manusia dengan mata
pengetahuan), bahkan para makhluk halus memberikan penghormatan kepada-Mu. Demikianlah yang
telah kami dengar. Karena itu, kami meminta para Yakkha untuk memberikan penghormatan kepada
Buddha Gotama, Sang Penakluk. Mereka pun juga berkata : ’Kami menghormati Buddha Gotama, Sang
Penakluk; Kami menghormati Buddha Gotama yang terberkahi dengan pengetahuan dan kebaikan’”.

”Oh keturunan dari Adicca (suku Matahari), ketika sang Surya (matahari) yang gemilang, yang bulat
sempurna, terbenam, maka siang hari berakhir, dan itu disebut sebagai malam. Arah ke mana sang Surya
(matahari) terbenam (adalah arah barat). Disana terdapatlah samudera yang dalam dan luas”.

”Permukaan air yang membentang luas ini mereka mengenalnya sebagai samudera. Dimana disitu
adalah barat (ke arah barat dari gunung Mahaneru) mereka menyebutnya (seperempat wilayah) sebagai
penjuru barat”.

”Penjaga dari penjuru barat adalah Maharaja dewa bernama Virupakkha, yang memiliki serombongan
besar pengikut. Ialah raja penguasa dari para Naga. Disertai oleh para naga ia menikmati musik dan
tarian mereka”.

”(Virupakkha) Memiliki banyak putra, semuanya satu nama, demikianlah yang kudengar. Delapan puluh
dan sepuluh dan satu jumlah mereka, kesemuanya bernama Inda, semuanya perkasa. Mereka juga
berlindung kepada Buddha, sanak matahari, perkasa bebas dari rasa takut, dengan memberikan
penghormatan kepada-Nya dari jauh : ’Penghormatan kepada-Mu, yang teristimewa di antara manusia;
Kemulian bagi-Mu, Yang Terluhur di antara manusia’”.
”Dengan kemahatahuan-Mu, yang bagaikan seribu mata mengamati (umat manusia dengan mata
pengetahuan), bahkan para makhluk halus memberikan penghormatan kepada-Mu. Demikianlah yang
telah kami dengar. Karena itu, kami meminta para Yakkha untuk memberikan penghormatan kepada
Buddha Gotama, Sang Penakluk. Mereka pun juga berkata : ’Kami menghormati Buddha Gotama, Sang
Penakluk; Kami menghormati Buddha Gotama yang terberkahi dengan pengetahuan dan kebaikan’”.

”Di mana terletak Uttarakuru (benua utara) yang menyenangkan, tempat menjulang gunung Mahaneru
yang indah, disana lahirlah banyak manusia yang tidak mementingkan diri sendiri dan tidak melekat”.

”Tidak perlu menabur benih maupun membajak. Jagung tumbuh dengan sendirinya bagi manusia untuk
dinikmati”.

”Padinya, bebas dari serbuk merah dan sekam, bersih, manis harum, matang dalam buluh-buluh
keemasan; demikian hal ini merekalah yang turut berperan”.

”Mereka memasang pelana pada sapi-sapi (seperti pelana pada punggung kuda) dan menungganginya
dari satu tempat ke tempat lainnya”.

”Mereka dapat menguasai tubuh para pria, wanita, pemuda dan gadis sebagai kendaraan mereka dan
menjelajah dari satu tempat ke tempat lainnya”.

”Duduk di atas kendaraannya (gajah dan kuda) mereka (para Yakkha dari Raja Vessavana) berpergian
menjelajah ke berbagai arah”.

”Raja yang memiliki serombongan besar pengikut, memiliki gajah-gajah dan kuda-kuda di atasnya ia
mengendarai. Ia juga memiliki kereta-kereta tempur, istana-istana dan tandu-tandu kerajaan surgawi. Ia
memiliki kota-kota yang dibangun kokoh di dalam wilayah-wilayah surga”.

”Kota-kota yang bernama Atanata (Atanatiya), Kusinata, Parakusinata, Natapuriya, Parakusitanata. Ke


arah utara terdapat kota Kapilavata, ke arah selatan ada Janogha, dan kota-kota yang bernama
Navanavati, Ambara-ambaravati dan kerajaan Alaka manda”.

”Maharaja Kuvera (nama lain dari Vessavana) memiliki kerajaan yang bernama Visna, karenanya,
Maharaja Kuvera juga disebut Vessavana. Terdapat para Yakkha (pengikut raja) yang senantiasa
melakukan penyelidikan-penyelidikan sehingga membuat mereka dikenal. Mereka adalah Tatola, Tattala,
Tatotala, Ojasi, Tejasi, Tatojasi, Suro, Raja (Sura-Raja) Arittho, Nemi (Arittha-Nemi)”.

”Disana (dalam kerajaan Visana) terletak danau Dharani yang darinya awan-awan hujan (menarik air)
untuk seterusnya dicurahkan. Dan terdapat pula aula agung yang bernama Bhagalavati dimana para
yakkha berkumpul. Terdapat pepohonan (yang mengitari aula) yang menghasilkan buah terus menerus,
(di atas pepohonan ini) terdapat banyak beragam jenis burung. Terdengar di sana kicauan merak dan
bangau serta lantunan merdu tekukur”.

”Disana (di dekat danau) kicauan burung yang mendendangkan ’hiduplah engkau! hiduplah engkau!’
terdengar. Burung Otthavacittaka (O’ menggembirakan hatimu!), unggas-unggas hutan, kepiting, dan
burung-burung Pokkharasataka yang berkelana di hutan-hutan”.
”Disana kicauan burung Nuri dan Myna serta Dandamanavaka terdengar, dan danau teratai milik Kuvera
senantiasa berada di puncak keindahannya pada setiap musim”.

”Arah itu utara (kearah utara dari gunung Mahaneru) mereka menyebutnya (seperempat wilayah)
sebagai penjuru utara”.

”Penjaga dari penjuru utara adalah Maharaja dewa bernama Kuvera, yang memiliki serombongan besar
pengikut. Ialah raja penguasa dari para Yakkha. Disertai oleh para yakkha ia menikmati musik dan tarian
mereka”.

”(Kuvera) Memiliki banyak putra, semuanya satu nama, demikianlah yang kudengar. Delapan puluh dan
sepuluh dan satu jumlah mereka, kesemuanya bernama Inda, semuanya perkasa. Mereka juga
berlindung kepada Buddha, sanak matahari, perkasa bebas dari rasa takut, dengan memberikan
penghormatan kepada-Nya dari jauh : ’Penghormatan kepada-Mu, yang teristimewa di antara manusia;
Kemulian bagi-Mu, Yang Terluhur di antara manusia’”.

”Dengan kemahatahuan-Mu, yang bagaikan seribu mata mengamati (umat manusia dengan mata
pengetahuan), bahkan para makhluk halus memberikan penghormatan kepada-Mu. Demikianlah yang
telah kami dengar. Karena itu, kami meminta para Yakkha untuk memberikan penghormatan kepada
Buddha Gotama, Sang Penakluk. Mereka pun juga berkata : ’Kami menghormati Buddha Gotama, Sang
Penakluk; Kami menghormati Buddha Gotama yang terberkahi dengan pengetahuan dan kebaikan’”.]

Kemudian Vessavanna berkata, “Yang Mulia, itulah atanatiya paritta yang dapat digunakan sebagai
perlindungan bagi para siswa bhikkhu, siswi bhikkhuni, siswa awam Bhagava, agar mereka semua bebas
dari gangguan para yakkha, dan untuk hidup penuh ketenangan dan kedamaian dalam empat posisi
tubuh bagi semua orang. Yang Mulia, jika ada yakkha, atau gandhabba, atau kumbhanda, atau naga yang
berniat mengganggu para siswa bhikkhu atau bhikkhuni atau umat awam yang telah memelajari paritta
ini dengan baik, yakkha itu tidak akan mendapat penghormatan di dalam wilayah kekuasaanku”.
(*kekuasaan 4 maharaja dewa dalam mengizinkan dan tidak mengizinkan adanya penghormatan itu).
“Yang Mulia, yakkha itu juga tidak diperbolehkan memiliki istana sendiri juga tidak diperbolehkan untuk
menjadi penghuni tetap di Kota Alakamanda”. ”Yang Mulia, yakkha itu tidak akan dapat menghadiri
pertemuan-pertemuan para yakkha, lebih lanjut yakkha itu tidak akan diterima atau diberikan dalam
pernikahan yakkha, yakkha itu akan dicela, dan para makhluk halus lainnya akan menaruh mangkuk
kosong di atas kepalanya dan membelahnya (kepala) menjadi 7 bagian”. Setelah mengatakan kepada
Bhagava, sanksi-sanksi yang akan diterima oleh para yakkha yang tidak patuh, dan seterusnya,
Vessavanna melanjutkan kata-katanya dengan mengatakan bahwa terdapat orang-orang (pencuri) yang
tidak mematuhi kekuasaan raja (raja magadha) yang di sebut memberontak terhadap kekuasaan raja,
demikian pula terdapat yakkha-yakkha yang tidak mematuhi kekuasaan empat raja dewa yang
memberontak terhadap kekuasaan empat raja dewa;

”O Bhagava, jika ada makhuk halus, Yakkha..; Gandhabba..; Kumbhanda..; Naga pria atau wanita,
pemuda atau gadis, menteri, dan naga siapa pun, atau pengikut, yang dengan niat jahat berjalan, berdiri,
duduk, berbaring dengan seorang bhikkhu, bhikkhuni, umat awam, yang telah mempelajari paritta ini
dengan baik, maka (korban) yang diganggu tersebut harus berseru lantang melaporkan kepada para
Yakkha, para Yakkha Perkasa, para Panglima Yakkha, para Panglima Besar Yakkha, dengan mengatakan :
’Oh Yakkha ini menangkapku, merasukiku, menyerangku, melukaiku, sangat mencelakaiku, dan tidak
akan membiarkan (melepaskan) aku pergi!’. Siapakah para Yakkha itu, para Yakkha Perkasa, para
Panglima Yakkha, para Panglima Besar Yakkha (yang kepada mereka seruan permohonan itu seharusnya
ditujukan) : Inda, Soma, Varuna, Bharadvaja, Pajapati, Candana, Kamasettha, Kinnughandu, Nigahandu,
Panada, Opamanna, Devasuta, Matali, Cittasena, Gandhabba, Nala, Raja, Janesabha, Satagira, Hemavata,
Punnaka, Karatiya, Gula, Sivaka, Mucalinda, Vessamitta, Yugandhara, Gopala, Suppagedha, Hiri, Netti,
Mandiya, Pancalacanda, Alavaka, Pajjunna, Sumana, Sumukha, Dadimukkha, Serisakka. Kepada para
yakkha yang mengganggu empat kelompok siswa Buddha (bhikkhu, bhikkhuni, siswa awam laki-laki dan
siswa awam perempuan), para jenderal dewa akan dipanggil untuk melaporkan dan menjelaskan secara
terperinci”.

“Yang Mulia, itulah atanatiya paritta yang dapat digunakan sebagai perlindungan bagi para siswa
bhikkhu, siswi bhikkhuni, siswa awam Bhagava, agar mereka semua bebas dari gangguan para yakkha,
dan untuk hidup penuh ketenangan dan kedamaian dalam empat posisi tubuh bagi semua orang.

Setelah itu Vessavanna mengucapkan selamat berpisah kepada Bhagava dengan berkata, “Yang Mulia,
kami masih memiliki banyak urusan; kami harus pergi sekarang.” Bhagava berkata, “Empat Raja Dewa,
kalian mengetahui waktunya untuk pergi. (Kalian boleh pergi jika kalian suka.)”

Kemudian empat raja dewa itu bangkit dari duduknya, bersujud kepada Bhagava dan menghilang. Para
yakkha yang datang bersama empat raja dewa itu berpisah dengan Bhagava dalam berbagai cara seperti
saat kedatangan mereka. Beberapa yakkha bersujud kepada Bhagava dan menghilang; beberapa lainnya
saling mengucapkan kata-kata perpisahan dengan Bhagava dan menghilang; beberapa lainnya lagi
merangkapkan tangan ke arah Bhagava dan menghilang; beberapa lainnya lagi langsung menghilang
tanpa mengatakan apa-apa.

Bhagava Menceritakan Kunjungan Empat Raja Dewa Keesokan paginya, Bhagava menceritakan kepada
para bhikkhu tentang kunjungan empat raja dewa dan membacakan atanatiya Paritta, kemudian Beliau
berkata : “Para bhikkhu, pelajarilah atanatiya paritta; pelajarilah berulang-ulang, hafalkanlah. Para
bhikkhu, atanatiya paritta ini sangat bermanfaat bagi semua. Sebagai perlindungan bagi para siswa
bhikkhu, siswi bhikkhuni, siswa awam laki-laki dan siswa awam perempuan; juga agar mereka terbebas
dari gangguan para yakkha, serta untuk hidup penuh ketenangan dan kedamaian dalam empat posisi
tubuh.”

Demikianlah yang dikatakan Bhagava kepada para bhikkhu. Para bhikkhu merasa senang dan gembira
dengan apa yang telah dikatakan Bhagava.

You might also like