You are on page 1of 9

KAJIAN KADAR KURKUMINOID, TOTAL FENOL DAN AKTIVITAS

ANTIOKSIDAN OLEORESIN TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb)


DENGAN VARIASI TEKNIK PENGERINGAN DAN WARNA KAIN PENUTUP

STUDY ON CURCUMINOID CONCENTRATION, TOTAL PHENOL AND


ANTIOXIDANT ACTIVITY OF CURCUMA OLEORESIN (Curcuma xanthorrhiza Roxb)
IN VARIATION OF DRYING TECHNIQUE AND COLOR OF FABRIC COVER

Ir. Kawiji, MP 1), Ir. Windi Atmaka, MP 1), Agung Adi Nugraha 2)
1)
Staf Pengajar Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian UNS Surakarta
2)
Alumni Program Studi Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian UNS Surakarta

ABSTRACT
The reseach with a title Study on Curcuminoid Concenration, Total Phenol and Antioxidant Activity of
Curcuma Oleoresin (Curcuma xanthorrhiza Roxb) in Variation of Drying Technique and Color of Fabric Cover
aimed to determine the effect of drying techniques and color of fabric cover with interaction both of them on
serum curcuminoid concentration, total phenol and curcuma oleoresin antioxidant activity. This research used
Completely Randomized Design (CRD) with two factors: variety of drying techniques (solar dryer and direct
sunlight) and the color of the fabric cover (without cover, black and white linen cloth). The results showed that
using of solar dryer and cloth covering affected on serum curcuminoid concentration, total phenol and curcuma
oleoresin antioxidant activity. Beside that, there was the interaction between drying techniques and color of
fabric color on concentration of total phenol but there was no interaction on antioxidant activity and
concentration curcuminoids of curcuma oleoresin. Whereas, solar dryer and white cloth combination were
effective drying techniques to minimize active compounds damage of curcuma oleoresin. This combination was
better than other combination.
Key words: antioxidant activity, curcuma oleoresin, curcuminoids, total phenol

ABSTRAK
Penelitian dengan judul Kajian Kadar Kurkuminoid, Total Fenol dan Aktivitas Antioksidan Oleoresin
Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb) Dengan Variasi Teknik Pengeringan dan Warna Kain Penutup ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh teknik pengeringan dan warna kain penutup serta interaksi keduanya
terhadap kadar kurkuminoid, total fenol dan aktivitas antioksidan oleoresin temulawak. Penelitian ini
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan dua faktor yaitu variasi teknik pengeringan (solar dryer
dan sinar matahari langsung) dan warna kain penutup (tanpa penutup, kain hitam & kain putih). Hasil penelitian
menunjukan bahwa penggunaan solar dryer dan kain penutup berpengaruh terhadap kadar kurkuminoid, total
fenol dan aktivitas antioksidan oleoresin temulawak. Selain itu, terjadi interaksi antara teknik pengeringan dan
warna kain penutup pada kadar total fenol tetapi tidak terjadi interaksi pada kadar kurkuminoid dan kadar
antioksidan oleoresin temulawak. Sedangkan kombinasi solar dryer kain penutup putih merupakan teknik
pengeringan yang efektif yang dapat meminimalkan kerusakan pada senyawa aktif temulawak (kurkuminoid,
total fenol dan antioksidan) jika dibandingkan dengan kombinasi lainnya.
Kata kunci : aktivitas antioksidan, kurkuminoid, oleoresin temulawak, total fenol

PENDAHULUAN dalam Sembiring (2006) ekspor rimpang


temulawak Indonesia tahun 2003 sebesar
Temulawak merupakan tanaman obat 5.452 juta US$ dengan jumlah 9.149 ton
yang tumbuh merumpun dengan tinggi rimpang temulawak. Sedangkan di Jawa
mencapai 1 sampai 2 meter. Tanaman ini Tengah kebutuhan industri terhadap rimpang
merupkan tanaman asli Indonesia yang temulawak menempati urutan pertama jika
penyebarannya dimulai dari kawasan Indo- dibandingkan dengan bahan baku obat
Malaysia. Saat ini tanaman temulawak selain lainnya yang mencapai sekitar 3,140
di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina, ton/tahun berat segar (Kemala dkk, 2003).
IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, Kandungan utama pada rimpang
Amerika Serikat dan beberapa negara eropa temulawak terdiri dari fraksi pati,
(Anonima, 2009). Menurut data dari BPS kurkuminoid dan minyak atsiri. Pati pada

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 2, Agustus 2010 102
rimpang temulawak merupakan komponen simplisia dilakukan dengan cara penjemuran
yang paling besar yaitu sekitar 48,18 – langsung dibawah sinar matahari . Cara ini
59,64% (Sidik et al, 1995). Kurkuminoid dianggap oleh masyarakat merupakan cara
merupakan zat warna kuning pada yang sederhana dan praktis karena tidak
temulawak yang terdiri dari senyawa membutuhkan biaya yang mahal dan dapat
kurkumin, desmetoksi kurkumin dan bis dilakukan oleh semua orang. Akan tetapi bila
desmetoksi kurkumin. Sedangkan menurut dilihat dari segi kualitas simplisia yang
Krisnamurthy (1976) minyak atsiri rimpang dihasilkan maka cara ini kurang efektif
temulawak merupakan cairan berwarna meminimalkan terjadinya kerusakan terhadap
kuning atau kuning jingga yang mempunyai senyawa yang terkandung dalam temulawak.
rasa tajam dan bau khas aromatik dengan Salah satu cara alternatif yang dapat
kadar berkisar 3-12%. Kurkuminoid dan digunakan untuk meminimalkan terjadinya
komponen yang menyusun minyak atsiri kerusakan senyawa yang terkandung dalam
seperti kamfor, turmeron, xanthorrhizol dan temulawak yaitu proses pengeringan solar
lain-lain merupakan senyawa fenol yang dryer. Solar dryer merupakan alat
bersifat sebagai antioksidan karena pengeringan buatan yang masih
kemampuannya meniadakan radikal-radikal menggunakan sinar matahari sebagai sumber
bebas dan menghambat terbentuknya panasnya. Prinsip pengeringan solar dryer
oksidasi lipida (Sidik et al, 1995). berasal dari dua arah yaitu radiasi matahari
Salah satu pemanfaatan rimpang dan aliran udara panas dari bawah yang
temulawak yaitu dengan mengekstrak kemudian dibuang keluar menggunakan
rimpang temulawak dengan menggunakan blower (Rachman, 2009). Selain solar dryer,
pelarut organik kemudian dilakukan proses cara yang dapat digunakan untuk
evaporasi sehingga menjadi suatu produk meminimalkan terjadinya kerusakan senyawa
yang disebut oleoresin. Oleoresin merupakan pada temulawak adalah dengan
campuran minyak dan resin atau gum yang menggunakan kain penutup. Kain penutup
dihasilkan melalui ekstraksi menggunakan dapat berfungsi sebagai pelindung
pelarut organik dari berbagai jenis rempah temulawak dari sinar UV dan dapat
baik yang berasal dari buah, biji, daun, kulit menghalangi sinar matahari langsung masuk
maupun rimpang (Abubakar dkk, 2006). ke mengenai temulawak. Menurut Hartiwi
Oleoresin biasanya berbentuk cairan kental, (2001), tujuan pengeringan dengan penutup
pasta atau semi padat, yang memiliki aroma kain hitam adalah untuk menghalangi sinar
dan rasa sesuai dengan bahan yang diekstrak. matahari agar tidak langsung mengenai
Pemanfaatan oleoresin biasanya digunakan temulawak sehingga kerusakan kurkuminoid
sebagai bahan baku flavor pada industri karena cahaya dapat diminimalkan. Warna
makanan, bahan baku obat dan kosmetik, dan kain berbeda juga dapat mempengaruhi
sebagai bahan pewarna makanan (Anonimb, kandungan senyawa aktif pada temulawak.
2009). Hal ini disebabkan karena panjang
Salah satu tahapan yang terpenting gelombang warna tersebut berbeda-beda.
dalam pembuatan oleorsin adalah proses Dengan mempertimbangkan hal-hal
pengeringan. Tujuan dilakukan proses tersebut, seperti potensi sumber daya alam
pengeringan untuk menstandarkan bahan Indonesia yang cukup besar untuk
yang dibuat menjadi oleoresin. Selain itu menghasilkan rimpang temulawak, perlunya
bahan yang dikeringkan terlebih dahulu juga proses pengeringan yang efektif terhadap
lebih awet, tidak mudah rusak dan tahan temulawak serta manfaat yang begitu banyak
disimpan dalam waktu lama. Proses dari penggunaan oleoresin maka penelitian
pengeringan yang efektif sangat dibutuhkan ini ditujukan untuk mengetahui kadar
dalam menghasilkan simplisia yang kurkuminoid, total fenol dan aktivitas
berkualitas baik. Dengan proses pengeringan antioksidan oleoresin temulawak (Curcuma
yang efektif dapat meminimalkan terjadinya xanthorriza Roxb) dengan variasi teknik
kerusakan pada bahan yang dikeringkan. pengeringan dan warna kain penutup.
Pada umumnya proses pengeringan pada

103 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 2, Agustus 2010
METODE PENELITIAN vacum untuk mempercepat proses
penyaringan pada ekstrak temulawak.
Bahan
6. Evaporasi
Bahan utama yang digunakan dalam penlitian Proses pembuatan oleoresin temulawak
ini adalah rimpang temulawak (Curcuma menggunakan alat rotary vacum
xanthorrhiza Roxb) yang berasal dari Batu, o
evaporator pada suhu 75 C dengan
Wonogiri dengan umur rata-rata 10 – 12 kecepatan yang konstan dan proses ini
bulan. Bahan untuk analisa adalah toluene, dihentikan setelah pelarut etanol
kurkuminoid standar, etanol 96%, etanol PA, teruapkan semua serta didapatkan
(Diphenyl picrylhydrazyl), aquadest, folin oleoresin yang berbentuk pasta.
Ciocalteu, Na2CO3 dan asam Galat. 7. Analisis senyawa aktif pada oleoresin
Tahapan Penelitian temulawak
Metode analisis senyawa aktif pada
1. Penyiapan bahan dan perajangan oleoresin temulawak dapat dilihat pada
Rimpang temulawak dicuci sampai bersih Tabel 1.
dan dilakukan proses perajangan dengan Tabel 1. Metode Analisis Senyawa Aktif
menggunakan slicer dengan ketebalan 3 Oleoresin Temulawak
mm (Raharjo dkk, 2005) yang kemudian No Macam uji Metode
ditimbang 800 g untuk masing-masing 1 Kurkuminoid spektrofotometer UV-
sampel. visible
2. Pengeringan 2 Total fenol folin Ciocalteu
Proses pengeringan rimpang temulawak 3 Antioksidan DPPH dilanjutkan uji
dilakukan dengan 2 cara yaitu pembanding asam askorbat
pengeringan sinar matahari langsung dan
solar dryer. Tiap pengeringan dilakukan Rancangan Percobaan
perlakuan berupa : tanpa ditutup kain, Dalam penelitian ini digunakan
ditutup kain putih dan ditutup kain hitam. Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor
Proses pengeringan tersebut dihentikan yaitu variasi teknik pengeringan (solar dryer
sampai kadar air rimpang temulawak dan sinar matahari langsung) dan warna kain
sebesar 12% (rimpang kering bisa penutup (tanpa penutup, kain hitam dan kain
dipatahkan) yang mengacu pada Anonima putih) dengan ulangan tiga kali tiap
(2009). Pengujian kadar air dilakukan sampelnya. Tabel rancangan percobaan Acak
dengan pengambilan sampel secara acak Lengkap dengan dua faktor yaitu variasi
dengan menggunakan metode teknik pengeringan dan warna kain penutup
thermovolumetri (Sudarmajdi dkk, 1997). dapat dilihat pada Tabel 2.
3. Penepungan dan Pengayak
Proses penepungan simplisia temulawak Tabel 2.Rancangan Percobaan Acak Lengkap
dilakukan dengan menggunakan mesin dengan Dua Faktor
Teknik
penepung yang kemudian diayak dengan
ayakan berukuran 80 mesh. Pengeringan SM SD
4. Ekstraksi Warna kain
Ekstrasi temulawak dilakukan dengan Penutup
cara maserasi dengan perbandingan K SMK SDK
P SMP SDP
bahan dan pelarut 1 : 5 (b/v) selama 1 x
H SMH SDH
24 jam pada suhu ruang (28 – 30oC) dan Keterangan : SM = sinar matahari langsung
dilakukan pengadukan sebanyak 20 kali SD = solar dryer
dengan arah pengadukan searah jarum K = tanpa kain penutup
P = ditutup kain putih
jam. Pelarut yang digunakan dalam H = ditutup kain hitam
proses ekstraksi rimpang temulawak
adalah etanol 96%. Data yang diperoleh kemudian
5. Penyaringan dianalisis dengan menggunakan two way
Proses penyaringan pada ekstrak ANOVA untuk mengetahui ada tidaknya
temulawak dilakukan dengan pompa
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 2, Agustus 2010 104
perbedaan masing-masing perlakuan dan memiliki kadar kurkuminoid yang saling
interaksi pada kedua perlakuan tersebut pada berbeda nyata. Sampel dengan perlakuan
pada tingkat α = 0,05, kemudian dilanjutkan sinar matahari langsung mempunyai kadar
dengan one way ANOVA untuk mengetahui kurkuminoid sebesar 2,515 %. Sedangkan
ada tidaknya perbedaan pada masing-masing sampel dengan solar dryer mempunyai kadar
sampel dengan kedua perlakuan tersebut kurkuminoid sebesar 2,828%. Dari hasil
pada tingkat α = 0,05. tersebut dapat dilihat bahwa kadar
kurkuminoid pada perlakuan sinar matahari
langsung lebih kecil dibandingkan dengan
HASIL DAN PEMBAHASAN perlakuan solar dryer. Hal ini disebabkan
proses pengeringan solar dryer lebih efektif
Kadar Air untuk meminimalkan terjadinya degradasi
Salah satu parameter utama untuk kurkuminoid jika dibandingkan dengan
menentukan kualitas simplisia temulawak pengeringan sinar matahari langsung karena
adalah dengan menentukan kadar airnya. prinsip pengeringan solar dryer yang berasal
Kadar air simplisia temulawak menurut dari dua arah yaitu radiasi matahari dan
Materia Medika Indonesia (1979) dalam aliran udara panas dari bawah yang
penelitiannya Sembiring, dkk (2006) adalah kemudian dibuang keluar menggunakan
maksimal 12%. Hasil analisis kadar air blower sehingga menyebabkan suhu
simplisia bubuk temulawak dapat dilihat pengeringan di dalam solar dryer lebih
pada Tabel 3. rendah (Rachman, 2009).

Tabel 3. Hasil Analisis Kadar Air Simplisia Tabel 4. Hasil Analisis Kadar Kurkuminoid
Bubuk Temulawak Oleoresin Temulawak
UL.1 UL. 2 UL. 3 Rata-rata Pengeringan Kadar (%)
Sampel
11,40% 11,41 % 11,46 % 11,43% Sinar Matahari Langsung 2,515a
Solar Dryer 2,828b
Dari hasil penelitian menunjukkan Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama
bahwa kadar air simplisia bubuk temulawak menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α 0,05
dengan 3 kali ulangan adalah 11,40%;
ƒ Pengaruh Warna Kain Penutup
11,41%; 11,46% dengan nilai rata-rata adalah
Hasil pengujian analisis kadar
11,43%. Dari hasil tersebut menunjukkan
kurkuminoid oleoresin temulawak dengan
bahwa kadar air simplisia bubuk temulawak
perlakuan penggunaan kain penutup yang
pada keseluruhan sampel yang diwakili dari
berbeda dapat dilihat pada Tabel 5.
pengambilan sebagian pada masing-masing
sampel berada di angka <12%. Sampel- Tabel 5. Hasil Analisis Kadar Kurkuminoid
sampel tersebut memenuhi karakteristik mutu Oleoresin Temulawak
simplisia temulawak yang dinyatakan oleh Warna kain penutup Kadar (%)
Materia Medika Indonesia (1979) dalam Tanpa penutup kain 2,369a
penelitiannya Sembiring, dkk (2006) yang Kain penutup hitam 2,666 b
mengatakan bahwa kadar air simplisia Kain penutup putih 2,980c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama
temulawak maksimal 12%. menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α 0,05
Kadar Kurkuminoid
Dari hasil analisis statistik
ƒ Pengaruh Teknik Pengeringan menunjukkan bahwa kadar kurkuminoid
Hasil pengujian analisis kadar pada perlakuan penggunaan kain penutup
kurkuminoid oleoresin temulawak dengan pada masing-masing teknik pengeringan
perlakuan teknik pengeringan yang berbeda berbeda nyata. Hal tersebut dibuktikan
dapat dilihat pada Tabel 4. dengan berbedanya huruf yang mengikuti
Dari hasil analisis statistik kadar kurkuminoid pada tiap-tiap perlakuan.
menunjukkan bahwa perlakuan pengeringan Kadar kurkuminoid pada sampel perlakuan
sinar matahari langsung dan solar dryer tanpa penutup kain, dengan kain putih dan
105 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 2, Agustus 2010
kain hitam berturut-turut yaitu 2,369%; Dari Tabel 6 terlihat bahwa kadar
2,980% dan 2,666%. Hal tersebut kurkuminoid pada sampel sinar matahari
menunjukkan bahwa dengan perlakuan langsung kain penutup hitam tidak berbeda
penggunaan penutup kain dapat melindungi nyata dengan sampel solar dryer tanpa kain
kandungan kurkuminoid pada temulawak penutup, sampel sinar matahari kain penutup
dari suhu dan sinar UV yang dihasilkan putih juga memiliki kadar kurkuminoid yang
selama proses pengeringan. Seperti sifat tidak berbeda nyata dengan solar dryer kain
kurkuminoid yang sensitif terhadap cahaya penutup hitam tetapi berbeda nyata dengan
(Tonnesen dan Karsen, 1985), maka dengan kadar kurkuminoid pada sampel sinar
penggunaan kain penutup dapat matahari tanpa kain penutup, solar dryer kain
meminimalkan terjadinya degradasi penutup putih dan sinar matahari kain
kurkuminoid akibat sinar UV yang dihasilkan penutup hitam atau solar dryer tanpa kain
selama proses pengeringan. penutup. Kadar kurkuminoid pada masing-
Jika dilihat dari perlakuan penutup kain masing sampel dari sinar matahari tanpa kain
putih dan hitam, perlakuan penutup kain penutup sampai solar dryer kain penutup
putih memiliki kadar kurkuminoid yang lebih putih berturut-turut adalah 2,2369%;
tinggi dari pada penutup kain hitam karena 2,5262%; 2,7826%; 2,5019%; 2,8053% dan
warna kain putih bersifat memantulkan 3,1769%. Sampel solar dryer dengan kain
semua spektrum cahaya (Yadie, 2009). penutup putih memiliki kadar tertinggi
Dengan sifatnya warna hitam yang menyerap dengan nilai sebesar 3,1769% sedangkan
semua spektrum cahaya menyebabkan warna kadar kurkuminoid terendah terdapat pada
hitam tidak efektif melindungi kandungan sampel sinar matahari tanpa kain penutup
kurkuminoid pada temulawak jika dengan nilai sebesar 2,2369%.
dibandingkan dengan warna putih yang
memantulkan semua spektrum cahaya. Total Fenol
ƒ Pengaruh Teknik Pengeringan
ƒ Pengaruh Interaksi Teknik Pengeringan Hasil analisis kadar total fenol
dan Warna Kain Penutup oleoresin temulawak dengan perlakuan
Dari hasil analisis statistik
teknik pengeringan yang berbeda dapat
menunjukkan bahwa nilai signifikasi teknik
dilihat pada Tabel 7.
pengeringan dan warna kain penutup diatas
α 0,05 yang berarti tidak ada interaksi antara Tabel 7. Hasil Analisis Kadar Total Fenol
teknik pengeringan dengan warna kain Oleoresin Temulawak
penutup. Untuk mengetahui ada tidaknya Pengeringan Kadar (%)
perbedaan pada masing-masing sampel
Sinar Matahari Langsung 9,291a
dengan perlakuan teknik pengeringan dan
warna kain penutup dapat dilanjutkan one Solar Dryer 15,160b
way ANOVA pada tingkat α yang sama yaitu Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α 0,05
0,05. Hasil analisis kadar kurkuminoid
oleoresin temulawak pada masing-masing
sampel dapat dilihat pada Tabel 6. Pengeringan dengan sinar matahari
langsung menunjukan kadar total fenol
Tabel 6. Hasil Analisis Kadar Kurkuminoid sebesar 9,291% dan berbeda nyata dengan
Oleoresin Temulawak teknik pengeringan dengan solar dryer
Sampel Kadar (%) sebesar 15,160 %. Pada pengeringan
Sinar matahari tanpa kain penutup 2,2369a matahari kadar total fenolnya lebih rendah
Sinar matahari kain penutup hitam 2,5262b jika dibandingkan dengan solar dryer karena
Sinar matahari kain penutup putih 2,7826c pengeringan sinar matahari ini suhunya
Solar dryer tanpa kain penutup 2,5019b
Solar dryer kain penutup hitam 2,8053c relatif tinggi yaitu berkisar antara 28 – 45oC
Solar dryer kain penutup putih 3,1769d (Zahro, 2008). Selain suhu yang relatif lebih
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama tinggi, penyebab rusaknya senyawa fenol
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α 0,05 disebabkan oleh sinar UV dan terjadinya
kontak oksigen secara langsung. Sesuai sifat
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 2, Agustus 2010 106
fenol sebagai senyawa antioksidan yang akan putih lebih sejuk dari pada warna hitam
teroksidasi dengan adanya cahaya, panas, dan (Yadie, 2009).
oksigen (Zapsalis,1985 dalam Ratna
Widiyanti, 2006). Rusaknya senyawa fenol ƒ Pengaruh Interaksi Teknik Pengeringan
yang bersifat antioksidan ditandai dengan dan Warna Kain Penutup
warna coklat pada simplisia karena adanya Dari hasil analisis statistik
kontak langsung dengan oksigen di udara menunjukkan terjadi interaksi antara teknik
(Lestari, 1978). pengeringan dengan warna kain penutup
yang ditunjukkan dari nilai sigfinikasinya
ƒ Pengaruh Warna Kain Penutup kurang dari α 0,05. Untuk mengetahui ada
Hasil analisis kadar total fenol tidaknya perbedaan pada masing-masing
oleoresin temulawak dengan perlakuan sampel dengan perlakuan teknik pengeringan
warna kain penutup yang berbada dapat dan warna kain penutup dapat dilanjutkan
dilihat pada Tabel 8. one way ANOVA pada tingkat α yang sama
yaitu 0,05. Hasil analisis kadar total fenol
Tabel 8. Hasil Analisis Kadar Total Fenol oleoresin temulawak pada masing-masing
Oleoresin Temulawak sampel dapat dilihat pada Tabel 9.
Warna kain penutup Kadar (%)
Tanpa penutup kain 9,840a Tabel 9. Hasil Analisis Kadar Total Fenol
Kain penutup hitam 12,312b
Oleoresin Temulawak
Kain penutup putih 14,523c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama
Sampel Kadar (%)
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α 0,05 Sinar matahari tanpa kain penutup 7,018a
Sinar matahari kain penutup hitam 9,690b
Sinar matahari kain penutup putih 11,164c
Seperti yang terlihat pada Tabel 8 Solar dryer tanpa kain penutup 12,663d
bahwa sampel dengan perlakuan sinar Solar dryer kain penutup hitam 14,935e
matahari tanpa penutup, dengan kain penutup Solar dryer kain penutup putih 17,883f
hitam dan kain penutup putih berbeda nyata Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α 0,05
yang ditunjukkan dengan huruf yang berbeda
pada perlakuan tersebut. Kadar total fenol Dari hasil pengamatan menunjukkan
pada perlakuan tanpa penutup kain memiliki bahwa kadar total fenol pada masing-masing
nilai yang lebih kecil jika dibandingkan sampel saling berbada nyata antara satu
dengan perlakuan kain penutup putih dan dengan lainnya yang ditunjukkan dengan
hitam. Hal ini disebabkan karena penggunaan berbedanya huruf yang mengikuti kadar total
kain dapat melindungi bahan dari suhu, sinar fenol pada tiap-tiap perlakuan tersebut.
UV dan oksigen yang menyebabkan oksidasi Sampel solar dryer dengan kain penutup
pada senyawa fenol. putih memiliki kadar total fenol tertinggi
Dari ketiga perlakuan tersebut, dengan nilai sebesar 17,883 % sedangkan
penggunaan kain penutup putih memiliki kadar total fenol terendah terdapat pada
kadar yang tinggi jika dibandingkan dengan sampel sinar matahari tanpa kain penutup
perlakuan yang lain yaitu sebesar 14,523%. dengan nilai sebesar 7,018%. Dengan kadar
Hal itu disebabkan penggunaan kain penutup total fenol yang tertinggi menunjukkan
putih dapat meminimalkan kerusakan bahwa perlakuan solar dryer kain penutup
senyawa fenol dari suhu, sinar UV dan putih efektif dalam meminimalkan terjadinya
oksigen sehingga lebih efektif dari perlakuan kerusakan senyawa fenol yang disebabkan
yang lain. Sifat warna juga mempengaruhi oleh cahaya, panas dan oksigen
tingkat keefektifan dalam meminimalkan (Zapsalis,1985 dalam Ratna Widiyanti, 2006)
kerusakan fenol. Warna putih merupakan jika dibandingkan dengan perlakuan yang
warna yang bersifat memantulkan semua lain.
spektrum cahaya sehingga energi radiasi
yang diterima pada warna putih menjadi
semakin kecil seiring dipantulkannya
spektrum cahaya yang menyebabkan warna

107 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 2, Agustus 2010
Aktivitas Antioksidan Dari pengujian tersebut diperoleh bahwa
ƒ Pengaruh Teknik Pengeringan sampel dengan perlakuan tanpa kain penutup
Hasil analisis aktivitas antioksidan mempunyai aktivitas antioksidan sebesar
oleoresin temulawak dengan teknik 27,727% yang lebih kecil dari pada kain
pengeringan yang berbeda dapat dilihat pada penutup hitam dan kain penutup putih. Hal
Tabel 10. ini dikarenakan temulawak yang dikeringkan
tanpa kain penutup mengalami tingkat
Tabel 10. Hasil Analisis Aktivitas antioksidan kerusakan antioksidan yang tinggi yang
Oleoresin Temulawak disebabkan dari interaksi antara oksigen dan
Pengeringan Aktivitas (%) sinar UV secara langsung. Kedua faktor ini
Sinar Matahari Langsung 21,619a dapat menyebabkan rusaknya antioksidan.
Solar Dryer 39,165b Penggunaan kain penutup dapat mengurangi
efek negatif dari interaksi tersebut selain itu
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α 0,05 dapat melindungi minyak atsiri juga senyawa
fenol dari penguapan yang terlalu cepat.
Dari hasil penelitian menunjukkan Jika dilihat dari perlakuan penutup kain
bahwa perlakuan pengeringan dengan sinar putih dan hitam, perlakuan penutup kain
matahari langsung dan solar dryer berbeda putih memiliki kadar antoksidan yang lebih
nyata. Hal ini ditandai dengan berbedanya tinggi dari pada penutup kain hitam karena
huruf pada aktivitas antioksidan tiap-tiap warna kain putih bersifat memantulkan
perlakuan. Aktivitas antioksidan dengan semua spectrum cahaya. Dengan sifat
perlakuan sinar matahari memiliki nilai yang tersebut maka kain putih lebih dapat
lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan meminimalkan kerusakan antioksidan selama
solar dryer karena pada proses pengeringan proses pengeringan.
dengan sinar matahari langsung
menghasilkan panas dan sinar UV yang ƒ Pengaruh Interaksi Teknik Pengeringan
langsung menuju ke bahan sehingga dan Warna Kain Penutup
intensitas bahan yang terkena panas dan sinar Dari hasil analisis statistik
UV lebih banyak. Sedangkan pada menunjukkan bahwa nilai signifikasi teknik
pengeringan solar dryer dapat menjaga pengeringan dan warna kain penutup diatas
antioksidan pada temulawak dari sinar UV α 0,05 yang berarti tidak ada interaksi antara
dan suhu yang ditimbulkan dari proses teknik pengeringan dengan warna kain
pengeringan. penutup. Untuk mengetahui ada tidaknya
perbedaan pada masing-masing sampel
ƒ Pengaruh Warna Kain Penutup dengan perlakuan teknik pengeringan dan
Hasil analisis aktivitas antioksidan warna kain penutup dapat dilanjutkan one
oleoresin temulawak dengan perlakuan way ANOVA pada tingkat α yang sama yaitu
warna kain penutup yang berbada dapat 0,05. Hasil analisis kadar total fenol
dilihat pada Tabel 11. oleoresin temulawak pada masing-masing
sampel dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 11. Hasil Analisis Aktivitas antioksidan
Oleoresin Temulawak Tabel 12. Hasil Analisis Aktivitas antioksidan
Warna kain penutup Aktivitas (%) Oleoresin Temulawak
Tanpa penutup kain 26,2188a Sampel Aktv.(%)
Kain penutup hitam 30,7435b Sinar matahari tanpa kain penutup 16,6413a
Kain penutup putih 34,2127c Sinar matahari kain penutup hitam 21,4173b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama Sinar matahari kain penutup putih 26,7970c
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α 0,05
Solar dryer tanpa kain penutup 36,7970d
Solar dryer kain penutup hitam 40,0697e
Pengujian aktivitas antioksidan Solar dryer kain penutup putih 41,6283e
dilakukan dengan tujuan mengetahui Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata pada taraf α 0,05
aktivitas antioksidan pada sampel temulawak
yang dengan perlakuan tanpa kain penutup,
kain penutup putih dan kain penutup hitam.
Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 2, Agustus 2010 108
Seperti yang terlihat pada Tabel 12 KESIMPULAN DAN SARAN
bahwa aktivitas antioksidan pada sampel
solar dryer kain penutup hitam tidak berbeda Kesimpulan
nyata dengan solar dryer kain penutup putih Kesimpulan yang diperoleh adalah :
tetapi berbeda nyata dengan aktivitas 1. Penggunaan solar dryer berpengaruh
antioksidan pada sampel sinar matahari tanpa terhadap kandungan senyawa aktif
kain penutup, sinar matahari kain penutup oleoresin temulawak. Perlakuan dengan
hitam, sinar matahari kain penutup putih dan solar dryer memiliki kadar senyawa aktif
solar dryer tanpa kain penutup. Aktivitas (kurkuminoid, total fenol dan
antioksidan masing-masing sampel dari sinar antioksidan) yang lebih tinggi dari pada
matahari tanpa kain penutup sampai dengan perlakuan dengan sinar matahari.
solar dryer kain penutup putih berturut-turut 2. Penggunaan warna kain penutup
adalah 16,6413%; 21,4173%; 26,7970%; berpengaruh terhadap kandungan
36,7970%; 40,0697% dan 41,6283%. senyawa aktif oleoresin temulawak.
Dalam penelitian ini dilakukan uji Perlakuan dengan kain penutup putih
pembanding antara kadar aktivitas memiliki kadar senyawa aktif
antioksidan yang dihasilkan dari sampel (kurkuminoid, total fenol dan
dengan asam askorbat. Untuk lebih jelasnya antioksidan) yang lebih tinggi dari pada
dapat dilihat pada Gambar 1. perlakuan tanpa kain dan kain penutup
hitam.
Grafik Uji Pembanding Antara Sampel Dengan As. Askorbat
3. Terjadi interaksi antara teknik
Aktivitas Antioksidan (%)

45 36.797
40.0697
41.6283
pengeringan dan warna kain penutup
40
35
26.797
pada kadar total fenol tetapi tidak terjadi
30
25 20.3619
16.6413
21.4173 interaksi pada kadar kurkuminoid dan
20
15 kadar antioksidan oleoresin temulawak.
10
5 4. Kombinasi solar dryer dan kain penutup
0
As. SMK SMH SMP SDK SDH SDP putih merupakan teknik pengeringan
Askorbat
500 ppm
20% 20% 20% 20% 20% 20% yang efektif yang dapat meminimalkan
Konsentrasi
terjadi kerusakan pada senyawa aktif
(kurkuminoid, total fenol dan
Gambar 1. Uji Pembanding Antara Sampel antioksidan) temulawak jika
dengan Asam Askorbat. dibandingkan dengan kombinasi lainnya.
Berdasarkan grafik terlihat bahwa Saran
aktivitas antioksidan asam askorbat dengan 1. Penggunaan solar dyer dan kain penutup
konsentrasi 500 ppm sebesar 20,3619%. Jika putih dapat diaplikasikan ke masyarakat
dilihat dari keseluruhan sampel, sampel SMK khususnya pembuat jamu karena
merupakan sampel yang memiliki kadar d perlakuan ini dapat meminimalkan
ibawah asam askorbat dengan aktivitas terjadinya kerusakan pada senyawa aktif
antioksidan sebesar 16,6413% yang kadarnya temulawak yaitu kurkuminoid, total fenol
lebih rendah 0,8 kali dibandingkan dengan dan antioksidan.
asam askorbat. Sampel SMH, SMP, SDK, 2. Perlu dilakukan penelitian dengan
SDH dan SDP masing-masing memiliki menggunakan alat pengeringan lainnya
aktivitas antioksidan di atas asam askorbat yaitu alat pengering listrik seperti oven
dengan aktivitas antioksidan berturut-turut dan kabinet dryer untuk mengetahui
adalah 21,4173%; 26,797%; 36,797%; seberapa efektif pengering tersebut dalam
40,0697% dan 41,6283% yang kadarnya meminimalkan terjadinya kerusakan pada
masing-masing lebih tinggi 1,05 kali; 1,32 senyawa aktif temulawak yaitu
kali; 1,81 kali; 1,97 kali dan 2,04 kali. kurkuminoid, total fenol dan antioksidan.
3. Penelitian ini masih perlu disempurnakan
dengan penelitian lebih lanjut tentang
oleoresin temulawak pada perlakuan

109 Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 2, Agustus 2010
teknik pengeringan dan warna kain 20Pengeringan%20Bahan%20Makanan
penutup yang dapat dilanjutkan dengan .mht. Diakses pada tanggal 1 Januari
menguji cobakan pada in vivo untuk 2010
mengetahui efek oleoresin temulawak Rahardjo, Mono dan Otih Rostiana. 2005.
terhadap kesehatan. Budidaya tanaman temulawak. Sirkuler
No. 11. Balai Penelitian Tanaman Obat
DAFTAR PUSTAKA dan Aromatik. Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian. p.1-7.
Abubakar; Edy Mulyono dan Yulianingsih, Sembiring, Bagem Br ; Ma'mun ; Ginting,
2006. Prospek oleoresin dan Edi Imanuel. 2006. Pengaruh kehalusan
penggunaannya di Indonesia. Balai bahan dan lama ekstraksi terhadap
Besar Litbang Pascapanen Pertanian. mutu ekstrak temulawak (Curcuma
Bogor. xanthorriza Roxb). Buletin Penelitian
Anonimaa. 2009. Temulawak. Tanaman Rempah dan Obat ; 17 (2)
http://www.osun.org/temulawak-pdf- 2006: 53-58.
3.html. Diakses pada tanggal 30 Sidik, Moelyono M.W. dan Ahmad Muhtadi,
Desember 2009. 1995. Temulawak (Curcuma
Anonimb. 2009. Teknologi Pengolahan xanthoriza). Yayasan Pengembangan
Oleoresin.http://cecepharisnurhidayat.b Obat Bahan Alam Phyto Medica. 200
logspot.com/2009/01/teknologi- hal.
pengolahan-oleoresin.html. Diakses Sudarmajdi, dkk. 1997. Prosedur Analisa
pada tanggal 1 Januari 2010. Untuk Bahan Makanan Dan Pertanian
Hartiwi. 2001. Pengaruh Waktu Pemanasan (Edisi Keempat). Liberty. Yogyakarta.
dan Kombinasi Ekstrak Jahe, Kunit, Tonnesen. H.H. and J. Karlsen. 1985. Studies
Kencur dan Temulawak Terhadap On Curcumin and Curcuminoids
Daya Tangkap Radikal Bebas (DPPH). Alkaline Degradation of Curcuming
UGM. Yogyakarta. Z.Lebens, Unters, Forsch, 180 : 132-
Kemala, S., Sussiarto, Pribadi A.R, Yuhono, 134.
J.T., Yusron, M. Mauludi, M. Raharjo, Widiyanti, Ratna. 2006. Analisa Kandungan
M. Ferry, Y. Waskito, B., dan Antioksidan dan Fenol pada Jahe.
Nurhayati, H. 2003. Studi Serapan Universitas Indonesia. Jakarta.
Pasokan dan Pemnafaatan Tanaman Yadie, 2009. Kenapa warna hitam lebih
Obat di Indonesia. Laporan teknis menyerap panas dari pada warna putih.
Penelitian Bagian Proyek Penelitian http://matahatidantelinga.blogspot.com/
Tanaman Rempah dan Obat APBN 2009/05/kenapa-warna-hitam-lebih-
tahun 2004. Balai Peneliian Rempah menyerap-panas.html. Diakses pada
dan Obat. Bogor. tanggal 18 Januari 2010.
Krisnamurthy. 1976. Budidaya Temulawak. Zahro, Laely dkk. 2008. Profil Tampilan
http://localhost Fisik dan Kandungan Kurkuminoid
/budidaya%20temulawak/manfaat%20t dari Simplisia Temulawak (Curcuma
emulawak%20«%20informasi%20peta xanthorrhiza Roxb) pada Beberapa
ni%20INDONESIA.htm. Diakses pada Metode Pengeringan. Jurnal Sains &
tanggal 1 Januari 2010. Matematika. Volume 17 Nomor 1. Hal
Lestari, S. 1978. Pengaruh Blanching dan : 24-32
Cara Pengeringan Terhadap Kualitas
Temulawak Kering. Fakultas
Teknologi Pertanian, UGM.
Yogyakarta.
Rachman. 2009. Teknologi Pengeringan
Bahan Makanan.
http://localhost/pengeringan/Wizz%20
Aditya%20Rachman_%20Teknologi%

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian, Vol. III, No. 2, Agustus 2010 110

You might also like