You are on page 1of 11

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)

Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)


http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

EVALUASI PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN


BERACUN (B3) DI RUMAH SAKIT ROEMANI MUHAMMADIYAH
SEMARANG

Vinidia Pertiwi, Tri Joko, Hanan Lanang Dangiran


Peminatan Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Diponegoro Semarang
Email : vinidiapertiwi@gmail.com

ABSTRACT

Roemani Muhamadiyah Semarang Hospital is special type hospital grade “C”. As


the hospital, the operational produces hazardous and toxic waste that its should
be managed. The purpose of this study is to evaluate the hazardous and toxic
waste management in Roemani Muhammadiyah Semarang Hospital according to
Minister of Environment and Forestry Regulation No. 56 in 2015 about regulation
of hazardous and toxic waste management in health service. Type of reseach is
descriptive method with qualitative approach with primary and secondary data.
Primary data obtained using the technique of indepth interview against the
selected informants and observartin, the secondary data obtained from a review
of the documents. Based on this research hazardous and toxic waste come from
7 hospitalcare with various types of hazardous and toxic waste such syringes,
infusion hoses, tissue and fluids body. The average amount of hazardous and
toxic waste generated as much as 1672,1 kg/month and managed by third-party.
Overall medical waste management in Roemani Muhammadiyah Semarang
Hospital not yet appropriate the regulation of hazardous waste management in
health service according to regulation. There are some missmatch at each
process of management, such as mistake in warehousing, reduction process not
yet applied in medical waste management, hazardous and toxic waste disposal in
the inpatient room is under standard, reduction process not yet applied in medical
waste management, unoptimal policies and operating procedur, mistake in stroge
and transportation.

Keywords : management, waste, hazardous and toxic waste, hospital,


evaluation

PENDAHULUAN Indonesia setiap tahunnya, maka


jumlah produksi limbah medis yang
Perkembangan rumah sakit
dihasilkan akan semakin banyak.
di Indonesia mengalami peningkatan
Kondisi ini dapat memperbesar
yang pesat dalam beberapa tahun
kemungkinan potensi limbah rumah
belakangan ini. Pengetahuan dan
sakit dalam mencemari lingkungan
kepedulian masyarakat akan
serta dapat menyebabkan
kesehatan menyebabkan kebutuhan
kecelakaan kerja dan juga penularan
akan layanan rumah sakit yang
penyakit jika tidak dikelola dengan
bermutu semakin meningkat dari
baik. Sebagai tempat berkumpulnya
tahun ke tahun. Seiring dengan
orang sakit maupun orang sehat,
bertambahnya jumlah rumah sakit di
rumah sakit sebagai sarana
420
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

pelayanan kesehatan juga Kalimantan barat, NTT, NTB dan


memungkinkan terjadinya penularan Bengkulu yang seluruh rumah sakit
penyakit, pencemaran lingkungan, di dalamnya belum melakukan
dan gangguan kesehatan.1 pengelolaan limbah medis sesuai
standar.4 Sekitar 70 – 90 % limbah
Rumah sakit selain
yang berasal dari instalasi
memberikan dampak positif sebagai
kesehatan merupakan limbah yang
sarana kesehatan juga memberikan
tidak mengandung risiko atau limbah
dampak negatif yaitu menghasilkan
umum dan menyerupai limbah
limbah sehingga perlu mendapatkan
rumah tangga. Sisanya sekitar 10 –
perhatian.2 Akibat kontak langsung
25 % merupakan limbah yang
dengan benda tajam berupa jarum
dipandang berbahaya dan dapat
suntik dapat menyebabkan infeksi
menimbulkan berbagai jenis dampak
Hepatits B dan C, serta HIV.
kesehatan.7
Beberapa masalah kesehatan
berhubungan dengan pembuangan Produksi limbah medis padat
limbah rumah sakit yang tidak tepat rumah sakit di Indonesia secara
antara lain tifoid, kolera, malaria, nasional diperkirakan sebesar
penyakit kulit, parasitosis usus, dan 376.089 ton/hari. Jumlah limbah ini
hepatitis.3 berpotensi untuk mencemari
lingkugan dan kemungkinan
Jumlah rumah sakit di
menimbulkan kecelakaan kerja serta
Indonesia pada tahun 2015
penularan penyakit.8 Pengelolaan
berdasarkan data yang diperoleh
limbah medis maupun non medis
dari Profil Kesehatan Indonesia
rumah sakit sangat dibutuhkan bagi
tahun 2015 sebanyak 2.488 rumah
kenyamanan dan kebersihan rumah
sakit yang terbagi menjadi rumah
sakit karena dapat memutuskan
sakit publik dan rumah sakit privat.4
mata rantai penyebaran penyakit
Jumlah rumah sakit di seluruh
menular, terutama infeksi
kabupaten / kota di Jawa Tengah
nosokomial.9
pada tahun 2015 terdapat sebanyak
276 buah.5 Rumah sakit publik di Secara umum limbah rumah
Indonesia dikelola oleh Kementrian sakit dibagi menjadi dua kelompok
Kesehatan, Pemerintah Provinsi, yaitu limbah medis dan limbah non
Pemerintag Kabupaten/Kota, medis.10 Limbah medis rumah sakit
TNI/POLRI, kementrian lain serta dikategorikan sebagai limbah bahan
swasta non profit. (organisasi sosial berbahaya dan beracun (B3) dengan
dan keagamaan). Rumah sakit privat kode limbah A337-1 seperti
dikelola oleh Badan Usaha Miliki disebutkan dalam Lampiran I PP No.
Negara (BUMN) dan swasta.6 101 Tahun 2014 bahwa limbah klinis
memiliki karakteristik infeksius.
Cakupan rumah sakit di
Limbah Bahan Berbahaya dan
Indonesia yang melakukan
beracun (B3) yang dibuang langsung
pengelolaan limbah medis sesuai
ke lingkungan dapat menimbulkan
standar sebesar 10,29 %.
bahaya terhadap lingkungan dan
Berdasarkan data Profil Kesehatan
juga kesehatan masyarakat serta
Indonesia tahun 2015, ada 11
makhluk hidup lainnya. Limbah B3
provinsi yaitu Provinsi Papua, Papua
memiliki sifat dan karakteristik yang
Barat, Sulawesi Barat, Sulawesi
berbeda dengan limbah pada
Tengah, Sulaweai Tenggara,
umumnya, terutama karena sifatnya
Sulawesi Utara, Kalimantan Utara,
yang tidak stabil. Limbah B3 memiliki
421
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

sifat reaktif, eksplosif, mudah cidera, pencemaran lingkungan,


terbakar dan bersifat racun.11 serta penyakit nosokomial. Dengan
pengelolaan limbah medis yang baik
Rumah sakit sebagai salah
diharapkan dapat meningkatkan
satu fasilitas pelayanan kesehatan
efisiensi pembiayaan dan tentunya
sebagaimana yang tertulis dalam
dapat melindungi petugas yang
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
menangani limbah medis.
dan Kehutanan Republik Indonesia
Nomor 56 Tahun 2015 wajib
melakukan pengelolaan limbah B3
METODE
yang meliputi pengurangan dan
pemilahan limbah b3, penyimpanan Jenis penelitian ini adalah
limbah B3, pengangkutan limbah B3, penelitian deskriptif dengan
pengolahan limbah B3, penguburan menggunakan metode kualitatif
limbah B3, dan/atau penimbunan dengan waktu penelitiannya ialah
limbah B3.12 cross sectional. Data pendukung
untuk metode kualitatif diperoleh dari
Pada survey awal yang telah
hasil wawancara mendalam,
dilakukan di rumah sakit, masih
observasi, dan telaah dokumen.
ditemukan indikasi pengelolaan
Penelitian ini dilakukan untuk
limbah B3 yang kurang optimal.
mendapatkan alternatif pemecahan
Pengelolaan limbah B3 di Rumah
masalah atau menjawab
Sakit Roemani Muhammadiyah
permasalahan yang dihadapi pada
Semarang sudah dilakukan namun
saat melakukan pengelolaan limbah
dalam pelaksanaanya belum
B3 di lingkungan Rumah Sakit
maksimal seperti dalam upaya
Umum Roemani Muhammadiyah
pengurangan limbah hanya sebatas
Semarang.
pemilahan dan penangananan
ceceran limbah.Pada pemilahan Penentuan informan
limbah masih terdapat kesalahan dilakukan dengan metode purposive
dalam pewadahan untuk limbah sampling yang terdiri dari informan
farmasi yang masih disatukan utama dan informan triangulasi.
dengan limbah medis. Dalam Informan utama sebanyak 16 orang
pengangkutan limbah medis, masih terdiri dari kepala ruangan penghasil
ditemukan troli tidak tertutup rapat limbah B3, pelaksana sanitasi, serta
sehingga berpotensi menyebabkan petugas kebersihan. Sedangkan
pencemaran dan penularan informan triangulasi adalah Kepala
penyakit. Pada tempat Bagian Sanitasi Rumah Sakit
penampungan sementara (TPS) Roemani Muhammadiyah
limbah B3 terjadi penumpukan Semarang.
limbah medis pada wadah serta
penyimpanan limbah B3 yang
melebihi batas penyimpanan yaitu HASIL
maksimal 48 jam sehingga dapat Karakteristik Limbah B3 Rumah
menimbulkan risiko terhadap Sakit Roemani Muhamadiyah
lingkungan dan masyarakat Semarang
sekitarnya. Evaluasi terhadap
pengelolaan limbah B3 di rumah 1. Sumber Limbah B3 Rumah Sakit
sakit sangat diperlukan karena Roemani Muhammadiyah Semarang
limbah B3 yang tidak dikelola Sumber limbah B3 yang
dengan baik dapat mengakibatkan dihasilkan di Rumah Sakit Roemani
422
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Muhammadiyah Semarang terdapat Memenuhi


sebanyak 7 unit yang terdiri dari Unit No Tata Cara dan Persyaratan
Pelayanan Medis dan Unit Persyaratan Sesuai Tidak
Pelayanan Penunjang. Sesuai
2. Jenis Limbah B3 Rumah Sakit ulang
Roemani Muhammadiyah Semarang h. Memisahkan √
limbah B3
Berdasarkan hasil dari i. Limbah benda √
wawancara dan observasi, limbah tajam harus
yang dihasilkan meliputi jarum dikumpulkan
suntik, sarung tangan (handscone) , j. Limbah jarum √
masker disposable, pembalut bekas, dan syringes
botol obat, kapas/kasa yang harus dipisahkan
terkontaminasi, kantong darah, urine k. Limbah farmasi √
bag, cairan tubuh, jaringan tubuh. kadaluwarsa
dikembalikan ke
penyuplai atau
Hasil Wawancara dan Observasi 2. Penyimpanan
Pengelolaan Limbah B3 terhadap limbah B3
Peraturan Menteri Lingkungan Persyaratan Lokasi
Hidup dan Kehutanan Nomor 56 Penyimpanan
Tahun 2015 a. Daerah bebas √
Tabel 1. Hasil Evaluasi Tata Cara banjir dan tidak
dan Persyaratan Teknis Pengelolaan rawan bencana
LB3 RS. Roemani Muhammadiyah alam
Semarang b. Lokasi √
penyimpanan
Memenuhi diberikan tanda
No Tata Cara dan Persyaratan c. Lokasi √
Persyaratan Sesuai Tidak penyimpanan
Sesuai tetap, jauh dari
1. Pengurangan dan masyarakat
pemilahan limbah Persyaratan
B3 Fasilitas
a. Pemilahan √ Penyimpanan
dilakukan dekat a. Lantai kedap √
dengan sumber (impermeable),
b. Mengganti √ berlantai beton
termometer atau semen
c. Metode √ b. Tersedia sumber √
pembersihan air atau kran air
tidak berbahaya c. Mudah diakses √
d. Melakukan tata √ untuk
kelola lingkungan penyimpanan
e. Memantau aliran √ limbah.
bahan kimia d. Dapat dikunci √
f. Melakukan √ untuk
sterilisasi botol menghindari
dari kaca akses pihak tidak
g. Melakukan daur √ berkepentingan
423
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Memenuhi Memenuhi
No Tata Cara dan Persyaratan No Tata Cara dan Persyaratan
Persyaratan Sesuai Tidak Persyaratan Sesuai Tidak
Sesuai Sesuai
e. Mudah diakses √ a. Pengangkutan √
oleh kendaraan limbah dilakukan
pengangkut dari ruangan
limbah. setiap pergantian
f. Terlindungi dari √ petugas, atau
sinar matahari, sesering mungkin
hujan, angin b. Kantong limbah √
kencang, banjir, yang terisi ¾ dari
dan faktor lain volume harus
g. Tidak dapat √ ditutup/diikat
diakses oleh dengan kuat
hewan, burung c. Limbah harus √
h. Dilengkapi √ dikumpulkan
ventilasi dan minimum setiap
pencahayaan hari atau sesuai
i. Peralatan √ kebutuhan
pembersihan,
APD, dan wadah d. Setiap kantong √
/kantong limbah limbah harus
diletakkan dekat dilengkapi simbol
dengan lokasi dan label
fasilitas e. Setiap √
penyimpanan pemindahan
j. Pembersihan √ wadah atau
TPS, dinding, kantong limbah
lantai setiap hari harus segera
Tata Cara diganti dengan
Penyimpanan wadah/kantong
a. Limbah diletaan √ baru dan sejenis
di wadah sesuai f. Wadah/kantong √
kategori limbah baru
b. Memberikan √ selalu tersedia
simbol dan label g. Alat pengangkut √
B3 di wadah berupa troli atau
c. Volume paling √ wadah beroda
tinggi limbah dapat dibongkar
adalah 3/4 muat,mudah
volume wadah dibersihkan
d. Penanganan √ h. Alat √
limbah dilakukan pengangkutan
hati-hati limbah insitu
e. Penyimpanan √ didesinfeksi
limbah B3 di TPS setiap hari
maksimal 2 hari, i. Personil limbah √
3. Pengangkutan dilengkapi APD
Limbah B3 j. Penunjukan √
424
Kepala Ruang Perawatan :

“disini tidak memakai pengharum


JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
ruangan ya.. pengharum ruangan
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
kami mulai tahun ini sudah tidak
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm
menggunakan penyegar
ruangan..jadi untuk biaya
produksi untuk pembelian
pengharum ruangan kami alihkan
Memenuhi ke intrap untuk cuci tangan..
No Tata Cara dan Persyaratan kalau untuk pengharum ruangan
Persyaratan Sesuai Tidak mungki untuk kamar mandi ada
Sesuai Kepalaya,Bagian
kami menggunakannya
Sanitasi : hanya
personil yang kamper, tidak yang semprotan”
bertanggung “untuk penggunaan kembali atau
k. Menghindari area √ reuse B3 yaitu dari jerigen bekas
yang dilalui HD yaitu cairan dialiser yang
banyak orang merupakan reagen bersifat
atau barang asam..itu kita gunakan sebagai
l. Tidak √ safety box untuk meletakkan
menggunakan lift jarum suntik..yang melakukan
yang sama reuse dari pihak sanitasi. Untuk
dengan SPO pengurangan limbah kita
pengunjung belum ada tetapi masih satu
m. Terdapat izin √ dengan SPO pengelolaan
pengangkutan sampah infeksius dan non
limbah B3 ke luar infeksius”
fasyankes
Total Memenuhi 32 10
Syarat Kepala Ruang Farmasi :
Evaluasi 72% 28% “disini untuk sampah obat,
Pengelolaan Limbah farmasi masuk ke kantong hitam
B3 (non infeksius), kantong limbah
cokelat belum ada.”
Berikut hasil wawancara dengan
beberapa informan terkait
pengelolaan limbah B3 :
Pelaksana Sanitasi :

“jalur khusus belum ada. kalau


rutenya itu biasanya langsung
dibawa oleh masing-masing
cleaning service, yaa mungkin
dulu pas bangun rumah sakit
mungkin nggak kepikiran sampai
situ”

Kepala Ruang Hemodialisa :


PEMBAHASAN
“kalau pencampuran limbah itu
ada...yaa paling kertas yang Karakteristik Limbah B3 Rumah
salah masuk ke tempat sampah Sakit Roemani Muhammadiyah
yang seharusnya...tapi jumlahnya Semarang
hanya sedikit sekali...kalau Sumber limbah B3 yang
secara signifikan ndak ada...” dihasilkan di RS. Roemani
425
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

Kepala Bagian Sanitasi :

“TPS limbah B3 di Rumah Sakit seluruh jumlah limbah B3 yang


Roemani Muhammadiyah Semarang dihasilkan oleh rumah sakit telah
telah memiliki izin dari Dinas 100% terkelola.
Lingkungan Hidup Kota Semarang dan Evaluasi tata cara dan
juga ada dokumen UKL-UPL” persyaratan teknis pengurangan
Muhammadiyah Semarang terdapat dan pemilahan limbah B3
sebanyak 7 unit yaitu Ruang
Perawatan Inap, Ruang Perawatan Upaya pengurangan limbah
Jalan (Poliklinik), IGD, Farmasi, B3 pada sumber dengan
Laboratorium, Radiologi, dan penggantian termometer merkuri
Hemodialisa. Jenis limbah B3 menjadi termometer digital yang
meliputi sarung tangan, masker, digunakan di lab. Hal ini dilakukan
kasa pembalut bekas darah, kapas oleh pihak RS untuk menghindari
bekas darah/cairan, selang transfusi penggunaan limbah B3. Hal ini
darah, spet, darah/cairan tubuh, sisa sesuai dengan PerMen LHK No 56
operasi,botol obat, ampul obat, tahun 2015 dan juga serupa pada
kemasan sisa obat. Hal ini serupa penelitian Cheng et al (2008) yaitu
dengan penelitian yang dilakukan pusat pelayanan kes bertanggung
oleh Cheng et al (2008) dimana jawab terhadap berbagai limbah
limbah dengan kategori infeksius yang dihasilkan.
dihasilkan juga pada ruang Pihak farmasi melakukan
perawatan, laboratorium, dan ruang pemantauan distribusi bahan kimia
hemodialisa. dan farmasi. Hal ini dilakukan di
Jumlah limbah B3 yang rumah sakit untuk memantau aliran
dihasilkan oleh Rumah sakit bahan kimia sampai dengan
Roemani Muhammadiyah Semarang pembuangannya sebagai limbah B3
selama tahun 2017 yang diukur agar tidak terjadi penyalahgunaan
pada bulan Januari sampai dengan limbah B3. Hal ini sesuai dengan
April sebanyak 6.688,4 kg atau PerMen LHK No 56 tahun 2015 dan
dengan rata-rata adalah 1672,1 juga serupa pada penelitian Pruss
kg/bulan. Menurut hasil wawancara (2005), pengelolaan yang cermat
dengan informan, jumlah limbah B3 dapat mencegah penumpukan
yang dihasilkan paling banyak bahan kimia atau farmasi
terdapat pada ruang perawatan. Hal kadaluwarsa.
ini serupa dengan penelitian yang Kesalahan pewadahan
dilakukan oleh Bassey (2006) yang limbah B3 dan Non B3 serta
mengatakan bahwa limbah medis pencampuran limbah obat/farmasi
paling banyak dihasilkan di ruang dengan limbah Non B3 tidak sesuai
perawatan. dengan PerMen LHK No. 56 Tahun
Dalam upaya pengolahan 2015. Kendala yang ada yaitu
limbah B3, pemusnahan limbah B3 kurangnya kesadaran petugas
tidak dilakukan secara mandiri oleh dalam membuang limbah sesuai
pihak rumah sakit karena rumah kategorinya. Belum ada program
sakit belum memiliki insinerator khusus untuk pemilahan limbah
sehingga untuk pemusnahan limbah farmasi sehingga piihak sanitasi
B3 diserahkan kepada pihak ketiga belum mengajukan pengadaan
yaitu PT. Arah Environmental kantong plastik cokelat. Menurut
Indonesia. Berdasarkan data yang Pruss (2005), banyak zat kimia dan
diperoleh dari neraca limbah B3, bahan farmasi berbahaya yang
426
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

digunakan dalam layanan kesehatan Pujiati (2007), tempat sampah yang


seperti zat yang bersifat toksik, tidak tertutu memungkinkan kontak
genotoksik, korosif, mudah terbakar, manusia dengan mikroba, gangguan
reaktif, mudah meledak, atau sifat pemandangan, dan bau.
yang sensitif terhadap guncangan.
Evaluasi tata cara dan
Penggunaan kembali jerigen persyaratan teknis pengangkutan
HD dilakukan RS untuk mengurangi limbah B3
jumlah limbah B3 dan mengurangi
Pengangkutan limbah
biaya pembelian safety box. Namun
dilakukan dari setiap ruangan
dalam pelaksanaanya belum ada
penghasil limbah B3 menggunakan
prosedur khusus untuk reuse .
troli khusus. Waktu pengangkutan
Kendala yang ada yaitu pihak rumah
limbah B3 dilakukan min 2x sehari
sakit belum memiliki komitmen untuk
atau jika ¾ wadah telah penuh.
melakukan upaya pengurangan,
belum dibuat SPO khusus Petugas menggunakan APD
penggunaan kembali jerigen HD. saat mengangkut limbah B3.
Menurut penelitian Anggraini (2015), Menurut Wilburn (2004), tindakan
pengelolaan limbah harus sesuai kesehatan dan keselamatan pekerja
dengan prosedur untuk meliputi pelatihan kerja, penyediaan
meminimalkan dampak akibat alat dan pakaian, serta program
limbah B3. kesehatan seperti imunisasi dan cek
kesehatan
Evaluasi tata cara dan
persyaratan teknis penyimpanan Pengangkutan limbah B3
B3 belum memilki rute khusus sehingga
masih sama dengan area yang
Lokasi TPS sudah sesuai
dilakui banyak pengunjung. Kendala
dengan peraturan yaitu diletakkan
yang ada yaitu belum memiliki
jauh dari fasilitas umum yaitu sekitar
rencana untuk membuat jalur khusus
300 m2. Sarana dan fasilitas TPS
untuk pengangkutan limbah B3
juga sudah lengkap. Hal ini serupa
(medis). Menurut Paramitha (2007),
dengan penelitian Maulana (2015)
risiko penularan penyakit dapat
penyediaan fasilitas RS perlu
muncul selama proses
direncanakan dengan matang dalam
pengumpulan, pengangkutan, dan
hal penanganan limbah.
penyimpanan
Kebersihan TPS masih
KESIMPULAN
kurang, terjadi penumpukan dan
ceceran limbah B3 pada TPS. Berdasarkan hasil penelitian
Kendala yang ada yaitu mengenai Evaluasi Pengelolaan
penyimpanan limbah dilakukan lebih Limbah Bahan Berbahaya dan
dari 48 jam sehingga menyebabkan Beracun (B3) di Rumah Sakit
penumpukan limbah. Pembersihan Roemani Muhammadiyah Semarang
TPS tidak dilakukan setiap hari. dengan metode wawancara
Kurangnya jumlah petugas dan mendalam, observasi dan telaah
pengawasan terhadap TPS oleh dokumen melalui pendekatan
pihak sanitasi. Hal ini serupa dengan pengelolaan limbah B3 sesuai
penelitian Astuti (2014), tempat dengan Peraturan Menteri
sampah yang telah penuh Lingkungan Hidup dan Kehutananan
menyebabkan ceceran limbah dan No. 56 Tahun 2015, maka
ruangan menjadi kotor. Menurut didapatkan hasil sebagai berikut :
427
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

1. Karaktersitik limbah bahan 2. Upaya pengurangan dan


berbahaya dan beracun (B3) di pemilahan limbah bahan
Rumah Sakit Roemani berbahaya dan beracun (B3) di
Muhammadiyah Semarang terdiri rumah Sakit Roemani
dari : Muhammadiyah Semarang
belum sesuai dengan
a. Sumber limbah bahan
Peraturan Menteri Lingkungan
berbahaya dan beracun
Hidup dan Kehutanan No. 56
(B3) medis berasal dari 7
Tahun 2015 yaitu belum
pelayananan yaitu
dibentuk program khusus
pelayanan rawat inap,
untuk pengurangan limbah B3,
perawatan rawat jalan atau
kebijakan dan Standar
poliklinik, pelayanan
Prosedur Operasional (SPO)
instalasi gawat darurat
mengenai upaya pengurangan
(IGD), pelayanan
limbah B3 belum dibuat. Pada
hemodialisa, pelayanan
tahap pemilahan ditemukan
laboratorium, pelayanan
pencampuran limbah B3 medis
farmasi, dan pelayanan
seperti sarung tangan, masker
radiologi.
disposable, dan botol obat-
b. Jenis limbah bahan obatan yang dibuang tidak
berbahaya dan beracun pada tempatnya.
(B3) medis yang dihasilkan
3. Upaya penyimpanan limbah
yaitu limbah infeksius
bahan berbahaya dan beracun
meliputi sarung tangan
(B3) di rumah Sakit Roemani
disposable, masker
Muhammadiyah Semarang
disposable, kasa pembalut
belum sesuai dengan
bekas darah, kapas bekas
Peraturan Menteri Lingkungan
darah/cairan, selang
Hidup dan Kehutanan No. 56
transfusi darah. Limbah
Tahun 2015 yaitu
benda tajam meliputi jarum
penyimpanan limbah B3 di
suntik, jarum bides. Limbah
TPS melebihi batas maksimal
patologis berupa darah dan
penyimpanan sehingga terjadi
cairan tubuh, jaringan atau
penumpukan limbah B3 pada
organ sisa operasi. Limbah
TPS serta kebersihan TPS
farmasi meliputi botol obat,
kurang terjaga.
ampul obat, kemasan sisa
obat. 4. Upaya pengangkutan limbah
bahan berbahaya dan beracun
c. Jumlah limbah bahan
(B3) di rumah Sakit Roemani
berbahaya dan beracun
Muhammadiyah Semarang
(B3) yang dihasilkan pada
belum sesuai dengan
periode Januari hingga April
Peraturan Menteri Lingkungan
2017 sebesar 6.688,4 kg
Hidup dan Kehutanan No. 56
dengan rata-rata 1672,1
Tahun 2015 tentang Tata Cara
kg/bulan. Seluruh jumlah
dan Persyaratan Pengelolaan
limbah B3 yang dihasilkan
Limbah Bahan Berbahaya dan
telah 100% terkelola oleh
Beracun (B3) dari fasilitas
pihak ketiga sebagai
pelayanan kesehatan yaitu
pemusnah limbah B3.
belum memiliki jalur khusus
untuk pengangkutan limbah B3
428
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

dan juga belum menghindari area yang dilalui


mencantumkan simbol dan banyak orang.
label sesuai klasifikasi limbah 5. Rumah Sakit Roemani
yang diangkut. Muhammadiyah Semarang
sebaiknya memberikan
imunisasi hepatitis kepada
SARAN petugas kebersihan yang
Berdasarkan kesimpulan terlibat dalam penanganan
penelitian, maka rekomendasi limbah B3 untuk menghindari
yang cocok untuk meningkatkan risiko terkena infeksi apablia
atau mengoptimalkan terjadi kecelekaan kerja.
pengelolaan limbah B3 di Rumah Penyediaan wastafel dan
Sakit Roemani Muhammadiyah sabun cuci tangan di TPS
Semarang antara lain : juga diperlukan untuk
1. Untuk meningkatkan upaya mengurangi risiko
pengurangan limbah maka pencemaran kuman penyakit.
diperlukan adanya Standar 6. Untuk mengoptimalkan
Prosedur Operasional (SPO) kegiatan sosialisasi dan
tentang pengurangan limbah pengawasan terhadap
B3 dan harus disosialisasikan pengelolaan limbah B3
kepada semua pihak yang sebaiknya segera
terlibat dalam penanganan ditambakan tenaga
limbah B3. Sebaiknya Sanitarian.
Standar Prosedur
Operasional mengenai DAFTAR PUSTAKA
pengelolaan limbah B3
1. Kementerian Kesehatan
dipisahkan per tahap agar
Republik Indonesia.
mudah dipahami dan
Keputusan Menteri
dilaksanakan oleh petugas
Kesehatan No. 1204 Tahun
yang bersangkutan
2004 tentang Persyaratan
2. Menyediakan kantong plastik
Kesehatan Lingkungan
berwarna cokelat untuk
Rumah Sakit. 2004.
menampung limbah kimia
2. Riyanto. Limbah Bahan
dan farmasi serta penyedian
Berbahaya dan Beracun.
bin untuk menyimpan limbah
Yogyakarta: Deepublish.
B3 pada setiap gedung.
2013.
3. Perlu dilakukan evaluasi
3. Bassey BE, Benka-Coker
mengenai tugas dan
MO, Aluyi HSA.
tanggung jawab petugas
Characterization and
pengangkut limbah medis
Management of Solid Medical
yang dilaksanakan oleh
Wastes in The Federal
petugas kebersihan serta
Capital Territory, Abuja
perhatian khusus terhadap
Nigeria. African Health
TPS limbah B3 agar tidak
Sciences. 2006.
terjadi penumpukan dan
4. Kementerian Kesehatan
ceceran limbah B3.
Republik Indonesia. Profil
4. Membuat jalur khusus
Kesehatan Indonesia 2015.
khusus untuk pengangkutan
2016.
limbah B3 rumah sakit untuk

429
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-Journal)
Volume 5, Nomor 3, Juli 2017 (ISSN: 2356-3346)
http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkm

5. BPS Provinsi Jawa Tengah.


Provinsi Jawa Tengah dalam
Angka Tahun 2016. 2016
6. Kementerian Kesehatan RI.
Profil Kesehatan Indonesia
2015. 2016.
7. Pruss, A. Pengelolaan Aman
Limbah Layanan Kesehatan.
Jakarta: EGC. 2005.
8. Dhani, Muhammad. Kajian
Pengelolaan Sampah Rumah
Sakit Pusat Angkatan Gatot
Subroto. Surabaya :
Universitas Airlangga. 2011.
9. Astuti, Agustina. Kajian
Pengelolaan Limbah di
Rumah Sakit Umum Provinsi
Nusa Tenggara Barat.
Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana. Jurnal
Penelitian. 2014.
10. Paramita N. Evaluasi
Pengelolaan Sampah Rumah
Sakit Pusat Angkatan Darat
Gatot Soebroto. Jurnal
Presipitasi Universitas
Indonesia. 2007.
11. Peraturan pemerintah Nomor
101 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun.
2014.
12. Peraturan Menteri Limbah Bahan Berbahaya dan
Lingkungan Hidup dan Beracun. 2014.
Kehutanan Nomor 56 Tahun 13. Peraturan Menteri
2015 tentang Tata Cara dan Lingkungan Hidup dan
Persyaratan Teknis Kehutanan Nomor 56 Tahun
Pengelolaan Limbah Bahan 2015 tentang Tata Cara dan
Berbahaya dan Beracun dari Persyaratan Teknis
Fasilitas Pelayanan Pengelolaan Limbah Bahan
Kesehatan. 2015. Berbahaya dan

430

You might also like