You are on page 1of 10

1

HUBUNGAN PENGAWASAN INFECTION PREVENTION AND CONTROL LINK


NURSE (IPCLN) TERHADAP KEPATUHAN PERAWAT MELAKUKAN
CUCI TANGAN DI RUANG RAWAT INAP MURNI
TEGUH MEMORIAL HOSPITAL MEDAN

Seriga Banjarnahor
Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKes Murni Teguh
serigabanjarnahor@yahoo.com

Aruna Ragini
Murni Teguh Memorial Hospital
arunaragini@yahoo.com

Abstract
Healthcare Associated Infections (HAIs)/ Nosocomial infections is a mayority problem in Hospital caused
by hand contact. Hand washing is a one of the effective simple strategy to prevent Healthcare Associated
Infections (HAIs)/Nosocomial Infection. Hospital and the other care facilities are required to have a
IPCN (Infection Prevention and Control Link Nurese). In IPCN work assisted by several IPCLN
(Infection Prevention and Control Link Nurse). Strategy to improve a quality of nursing services is very
important to do optimize the compliance of nurse by hand washing supervision or suvervisi wich focuses
to improving a quality of nursing care. This study aims to determine the relationship of control Infection
Prevention and Control Link Nurse 9IPCLN) to compliance of handwasing nurse to patinet room in
Murni Teguh Memorial Hospital Medan. The results showed that IPCLN survalliance at Murni Teguh
Memorial Hospital Medan was generally poor is 24 respondents (70,59%) less good an dgood is 7
respondent (20,59%). The conclution of this study is the controlof Infrction Prevention and Control Link
Nurse (IPCLN) has significant relationship to the compliance of nurse perform handwashing in the
inpatient room at Murni Teguh Memorial Hospital Medan.
Keywords: Supervision of IPCLN, handwashing compliance.

Abstrak
Healthcare Associated Infections (HAIs) / Infeksi Nosokomial merupakan masalah besar yang dihadapi
rumah sakit dan dapat disebarkan melalui kontak tangan. Cuci tangan merupakan salah satu cara yang
paling sederhana dan efektif untuk mencegah terjadinya Healthcare Associated Infections (HAIs) / Infeksi
Nosokomial. Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya wajib memiliki IPCN (infection
Prevention and Control Nurse), dalam bekerja IPCN dibantu beberapa IPCLN (Infection Prevention and
Control Link Nurse). Upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan yang sangat penting dilakukan
untuk mengoptimalkan kepatuhan perawat dalam melakukan cuci tangan adalah adanya pengawasan atau
suvervisi yang berfokus terhadap peningkatan kualitas dan mutu pelayanan keperawatan.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan pengawasan Infection Prevention and Control Link Nurse (IPLCN)
terhadap kepatuhan cuci tangan perawat di ruang rawat inap Murni Teguh Memorial Hospital Medan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawasan IPCLN di Murni Teguh Memorial Hospital Medan
umumnya kurang baik, dimana sebanyak 24 responden (70,59 %) kurang baik, sedangkan pengawasan
IPCLN baik sebanyak 10 responden (29,41 %). Kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di ruang
rawat inap tergolong kurang baik yaitu sebanyak 27 responden (79,41 %) dan baik hanya sebanyak 7
responden (20,59 %). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu pengawasan Infection Prevention and Control
Link Nurse (IPCLN) memiliki hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan perawat melakukan cuci
tangan di ruang rawat inap Murni Teguh Memorial Hospital Medan.
Kata kunci : pengawasan IPCLN, kepatuhan cuci tangan.
2

PENDAHULUAN adalah ukuran utama untuk mengurangi infeksi.


Infeksi atau yang sekarang disebut sebagai WHO mencetuskan global patient safety
infeksi yang berhubungan dengan pelayanan challenge dengan clean care is safe care, yaitu
kesehatan atau Health-care Associated Infection merumuskan inovasi strategi penerapan hand
(HAIs) merupakan masalah penting di seluruh hygiene untuk petugas kesehatan dengan five
dunia yang meningkat (Depkes RI, 2012). Saat moment for Hand Hygiene. Five moment for
ini, tingkat infeksi yang terjadi di beberapa hand hygiene adalah 5 momen krusial mencuci
Negara Eropa dan Amerika masih rendah yaitu tangan pada petugas kesehatan untuk
sekitar 1% dibandingkan dengan kejadian di mengoptimalkan kebersihan tangan dengan
Negara-Negara Asia, Amerika Latin dan Sub- mencuci tangan di saat : sebelum kontak dengan
Sahara Afrika yang tinggi hingga mencapai pasien, sebelum melakukan tindakan
lebih dari 40% dan menurut data WHO, angka aseptik/prosedur bersih/steril, setelah
kejadian infeksi di rumah sakit di Negara-negara bersentuhan dengan cairan tubuh pasien, dan
Asia sekitar 3-21% (rata-rata 9%) Depkes, setelah kontak / bersentuhan dengan benda dan
2012). Angka infeksi nosokomial terus lingkungan pasien (WHO, 2006).
meningkat (Al Varado, 2000) mencapai sekitar 9 Studi di Amerika Serikat menunjukkan
% (variasi 3 – 21%) atau lebih dari 1,4 juta tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci
pasien rawat inap di rumah sakit seluruh dunia. tangan masih sekitar 50% dan di Australia masih
Data infeksi nosokomial di Indonesia sendiri sekitar 65%. Sama halnya dengan program cuci
dapat dilihat dari data surveilans yang dilakukan tangan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo
oleh Kementrian Kesehatan RI pada tahun 2013 (RSCM) yang sudah sejak tahun 2008 tetapi
di 10 RSU Pendidikan, diperoleh angka infeksi sampai saat ini kepatuhan perawat melakukan
nosokomial cukup tinggi yaitu sebesar 6-16% cuci tangan hanya sekitar 60%. Data yang
dengan rata-rata 9,8% pasien rawat inap diperoleh dari Rumah Sakit Haji Adam Malik
mendapat infeksi baru selama dirawat Medan tahun 2014 kepatuhan perawat
(Kemenkes, 2013). melakukan cuci tangan sebesar 44,31%. Hal ini
Berdasarkan hasil survey penelitian yang bisa menjadi tantangan yang cukup besar bagi
dilakukan Sukartik (2009) di Rumah Sakit tim pengendali infeksi rumah sakit untuk
Sumatera Utara tentang kejadian infeksi mempromosikan program cuci tangan ini.
nosokomial, data di Rumah Sakit Umum Daerah (Perdalin, 2010).
Dr Pirngadi Kota Medan Tahun 2009 terhadap Berdasarkan latar belakang diatas maka
infeksi nosokomial di ruang rawat inap sebesar penulis tertarik untuk melakukan penelitian
2,63% yang terdiri dari infeksi yang disebabkan tentang “Hubungan Pengawasan Infection
oleh penggunaan jarum infus sebesar 1,8%, Prevention and Control Link Nurse (IPCLN)
angka infeksi luka operasi sebesar 0,8%, dan terhadap Kepatuhan cuci tangan perawat di
tranfusi darah 0,03%. Dan data yang diperoleh ruang rawat inap Murni Teguh Memorial
dari Komite Pencegahan dan Pengendalian Hospital Medan.
Infeksi Murni Teguh memorial Hospital Medan Permasalahan yang akan diteliti adalah :
pada tahun 2015 angka Infeksi Saluran Kemih permasalahan indikator mutu Komite PPI lebih
(ISK) sebesar 0,5‰, Phlebitis sebesar 0,65 % tinggi dari tingkat kepatuhan cuci tangan
dan Ventilator Associated Pneumonia (VAP) perawat di rumah sakit sehingga perlu
sebesar 23,5 %. pengawasan Infection Prevention and Control
Infeksi nosokomial didapatkan selama Link Nurse (IPLCN) terhadap kepatuhan cuci
pengobatan medis, meskipun banyak infeksi tangan perawat di ruang rawat inap Murni Teguh
yang terjadi pada pasien, infeksi didapatkan Memorial Hospital Medan.
pada saat bekerja oleh pelayan kesehatan juga Untuk mengetahui hubungan pengawasan
termasuk infeksi nosokomial (Black, 2012). Infection Prevention and Control Link Nurse
Salah satu bagian dari pelayanan keperawatan (IPLCN) terhadap kepatuhan cuci tangan
yang dapat berpengaruh pada masyarakat adalah perawat di ruang rawat inap Murni Teguh
perilaku cuci tangan perawat sebagai salah satu Memorial Hospital Medan.
bentuk pencegahan infeksi. Kebersihan tangan
3

METODE PENELITIAN Kerja 1 – 2 tahun 27 79,41


Desain penelitian yang digunakan dalam > 3 tahun 5 14,71
penelitian ini adalah korelasi. Penelitian ini 4 Pendi S1 5 14,71
dilaksanakan pada tanggal 18 Januari – 8 dikan D3 29 85,29
Februari 2017 yang berlokasi di Murni Teguh Total 34 100,00
Memorial Hospital Medan. Populasi dalam Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa
penelitian ini adalah perawat pelaksana di 2 mayoritas responden perawat berusia di bawah
ruangan rawat inap Murni Teguh Memorial 25 tahun yaitu sebanyak 22 orang (64,71 %),
Hospital sebanyak 34 orang. Dalam penelitian usia 25 – 30 tahun sebanyak 11 orang (32,25 %)
ini seluruh populasi dijadikan sampel, sehingga dan di atas 30 tahun sebanyak 1 orang (2,94 %).
penelitian ini menggunakan teknik total Keseluruhan responden perawat berjenis
sampling. Adapun jumlah sampel ditetapkan kelamin perempuan dengan mayoritas masa
sebanyak 34 orang. kerja 1 – 2 tahun sebanyak 27 orang (79,41 %),
Teknik analisa data dengan univariat dan masa kerja di bawah 1 tahun sebanyak 2 orang
bivariat adalah suatu analisis yang bersifat untuk (5,88 %) dan masa kerja di atas 3 tahun
melihat hubungan antara dua variabel yaitu sebanyak 5 orang (14,71 %).
variabel bebas (pengawasan Infection Sebagian besar perawat berpendidikan D3
Prevention ang Control Link Nurse (IPCLN)) sebanyak 29 orang (85,92 %), sedangkan
dengan variabel terikat (kepatuhan perawat berpendidikan S1 sebanyak 5 orang (14,71 %).
melakukan cuci tangan) dengan menguji
penerimaan atau penolakan hipotesis penelitian Pengawasan Infection Prevention and Control
ini maka dapat dilihat dari hasil penelitian yang Link Nurse (IPCLN) di Murni Teguh
menunjukkan bahwa : Memorial Hospital Medan
a. Ho ditolak dan Ha diterima, yaitu nilai X2 Frekuensi Persentase
hitung > X2 tabel atau nilai probabilitas (p) < N Pengawasa
(jumlah) (%)
0,05, maka ada hubungan pengawaasan o n IPCLN
Infection and Prevention Control Link Nurse 1 Baik 10 29,41
(IPCLN) terhadap kepatuhan perawat 2 Kurang 24 70,59
melakukan cuci tangan. Baik
b. Ho diterima dan Ha ditolak, yaitu nilai X2 Total 34 100,00
hitung < X2 tabel atau nilai probabilitas (p) > Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa
0,05, maka tidak ada hubungan pengawaasan pengawasan IPCLN di Murni Teguh Memorial
Infection and Prevention Control Link Nurse Hospital Medan umumnya kurang baik, dimana
(IPCLN) terhadap kepatuhan perawat sebanyak 24 responden (70,59 %) kurang baik,
melakukan cuci tangan. sedangkan pengawasan IPCLN baik sebanyak
10 responden (29,41 %).
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Karakteristik Responden pengawasan IPCLN yang dilakukan di Murni
Karakteristik responden berdasarkan usia, Teguh Memorial Hospital Medan masih kurang
jenis kelamin, masa kerja dan pendidikan : baik, sehingga perlu ditingkatkan menjadi baik,
Frekuensi Persentase dimana pengawasan IPCLN ini sangat penting
No Karakteristik dalam menjamin kebersihan dan higienitas
(jumlah) (%)
Responden perawat dan rumah sakit.
1 Usia < 25 tahun 22
25 – 30 11 64,71 Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan
tahun 1 32,35 di Ruang Rawat Inap Murni Teguh
> 30 tahun 2,94 Memorial Hospital Medan
2 Jenis Laki-Laki - Kepatuhan Frekuens Persentas
Kelam Perempuan 34 - N
Perawat i e
in 100,00 o
Melakukan (jumlah) (%)
3 Masa < 1 tahun 2 5,88 Cuci Tangan
4

1 Baik 7 20,59 perawat melakuan cuci tangan di ruang rawat


2 Sedang 18 52,94 inap masih tergolong rendah.
3 Buruk 9 26,47
Total 34 100,0 PEMBAHASAN
0 Pengawasan Infection Prevention and Control
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa Link Nurse (IPCLN) di Murni Teguh
kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di Memorial Hospital Medan
ruang rawat inap tergolong buruk yaitu sebanyak Hasil penelitian menunjukkan bahwa
9 responden (26.47 %), sedang sebanyak 18 pengawasan IPCLN di Murni Teguh Memorial
responden (52,94 %) dan baik hanya sebanyak 7 Hospital Medan umumnya kurang baik, dimana
responden (20,59 %). sebanyak 24 responden (70,59 %) kurang baik,
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sedangkan pengawasan IPCLN baik sebanyak
tingkat kepatuhan perawat melakukan cuci 10 responden (29,41 %). Hal ini menunjukkan
tangan di ruang rawat inap masih tergolong bahwa proses pengawasan IPCLN yang
kurang baik. Hal ini dapat mengkibatkan dilakukan belum terlaksana dengan baik.
masalah pada kebersihan dan higienitas perawat Disamping itu hasil pengawasan yang kurang
yang selanjutnya akan berakibat negatif tehadap baik juga dipengaruhi oleh kinerja IPCLN.
pasien yang berada pada ruang rawat inap Untuk meningkatkan kemampuan maka dapat
tersebut. dilakukan pelatihan sesuai dengan program-
programnya. Semua IPCLN yang telah dipilih
Hubungan Pengawasan Infection Prevention oleh manajemen rumah sakit tentunya
and Control Link Nurse (IPCLN) terhadap didasarkan pada tingkat kemampuan, pendidikan
Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan dan mempunyai jiwa leadership sehubungan
di Ruang Rawat Inap Murni Teguh dengan tugasnya sebagai motivator bagi rekan-
Memorial Hospital Medan rekan kerjanya di unit tempat mereka bertugas.
Penga Kepatuhan Perawat Menurut pendapat Simanjuntak (2011)
Ju P pengalaman kerja akan mempengaruhi
wasan Melakukan Cuci Tangan
mla valu kemampuan dan ketrampilan kerja setiap orang
IPCL Bai % Bu % Se % h e selain kebugaran fisik, kesehatan jiwa,
N k ruk dan
pendidikan dan akumulasi pelatihan.
g
Pengalaman kerja dapat memperluas dan
Baik 7 20, 1 2,9 2 5,8 10
memperdalam kemampuan kerja. Semakin
59 4 8 0,0
sering seseorang melakukan pekerjaan yang
Kuran 0 0 8 23, 1 47, 24 00
sama, semakin trampil dan semakin cepat dia
g Baik 53 6 06
menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Total 7 20, 9 26, 1 52, 34 Tugas-tugas IPCLN memerlukan
59 47 8 94 kemampuan dan ketrampilan khusus agar
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa program pengawasan berlangsung dengan baik.
pengawasan IPCLN yang baik memberikan Menurut Simanjuntak (2011) semakin lama
kepatuhan perawat melakukan cuci tangan yang waktu yang digunakan untuk pendidikan dan
baik di ruang rawat inap sebanyak 7 orang pelatihan, semakin tinggi kemampuan dan
(20,59 %), kepatuhan sedang sebanyak 1 orang kompetensinya melakukan pekerjaan, dengan
(2,94 %) dan kepatuhan buruk sebanyak 2 orang demikian pengawasan yang dilakukan oleh
(5,88 %). Pengawasan IPCLN yang kurang baik IPCLN juga semakin baik. Hasil penelitian
menyebabkan kepatuhan perawat melakukan terdahulu yang dilakukan oleh Farooq dan
cuci tangan yang sedang sebanyak 16 orang Aslam Khan (2011) pada institusi pendidikan di
(47,06 %) dan kepatuhan buruk sebanyak 8 Pakistan, menyimpulkan training (pelatihan)
orang (23,53 %). Hal ini menunjukkan bahwa berpengaruh signifikan terhadap employee
dengan adanya pengawasan IPCLN belum tentu performance (kinerja pegawai) bersama-sama
dapat menimbulkan kepatuhan perawat dengan variabel feedback (umpan balik).
melakukan cuci tangan, sehingga kesadaran Training dan feedback berdampak pada
5

peningkatan kinerja karyawan. Pelatihan sakit lainnya, sehingga kesinambungan kegiatan


mempunyai berbagai manfaat untuk karier pengumpulan data dilanjutkan oleh perawat
jangka panjang yang membantu IPCLN pengganti yang belum mendapatkan sosialisasi
mempunyai tanggungjawab lebih besar dalam program sehingga tidak sesuai SPO dan
jangka waktu yang panjang. Program-program pedoman yang berlaku. Hal ini akan
pelatihan tidak hanya penting bagi individu mempengaruhi pengawasan yang dilakukan oleh
tetapi juga bagi organisasi di rumah sakit. perawat IPCLN, dimana data-data yang
Menurut Depkes dan Perdalin (2008) bahwa dikumpulkan menjadi kurang lengkap.
berhasil tidaknya pengawasan yang dilakukan Perawat IPCLN yang terlatih (bersertifikat
IPCLN dipengaruhi oleh berbagai faktor pelatihan PPI Dasar) belum melakukan
diantaranya kemampuan kerja, keterampilan pengawasan terhadap tindakan-tindakan yang
kerja dan dukungan organisasi. Kriteria seorang menyimpang dari standar prosedur dan
yang bekerja sebagai IPCLN : memonitor proses terhadap IPCLN di ruang
1. Perawat dengan pendidikan min D3 dan rawat inap, karena kesibukan merangkap tugas
memiliki sertifikasi PPI. lain. Menurut Griffiths et all (2008), faktor yang
2. Memiliki komitmen di bidang pencegahan berpengaruh dalam risiko terjadinya penurunan
dan pengendalian infeksi. kinerja salah satunya yaitu beban kerja yang
3. Memiliki kemampuan leadership. tidak sesuai dengan staf/perawat yang tersedia.
IPCLN sebagai perawat pelaksana harian / Sedangkan menurut Yang (2003) dalama
penghubung bertugas : Amstrong (2009) mengemukakan bahwa beban
1. Mengisi dan mengumpulkan formulir kerja perawat merupakan indikator yang
surveilans setiap pasien di unit rawat inap mengakibatkan terjadinya penurunan kinerja.
masing-masing, kemudian menyerahkan-nya Hal tersebut didukung oleh penelitian Nontji
kepada IPCN ketika pasien pulang. (2009) yang berjudul ” Hubungan beban kerja
2. Memberikan motivasi dan teguran tentang dengan kinerja perawat pelaksana di Ruang
pelaksanaan kepatuhan pencegahan dan Rawat Inap Medikal Bedah RSU Labuang Baji
pengendalian infeksi pada setiap personil Makassar”. Yang menunjukkan bahwa ada
ruangan di unit rawatnya masing-masing. hubungan yang bermakna antara beban kerja
3. Memberitahukan kepada IPCN apabila ada dengan kinerja perawat. Komite PPI belum
kecurigaan adanya infeksi nosokomial pada mengidentifikasi temuan penyimpangan SPO
pasien. pelaksanaan tugas IPCLN di lapangan dan
4. Berkoordinasi dengan IPCN saat terjadi belum mengusulkan program pelatihan untuk
infeksi potensial KLB, penyuluhan bagi meningkatkan sumber daya manusia perawat
pengunjung di ruang rawat masing- IPCLN.
masing, konsultasi prosedur yang harus
dijalankan bila belum faham. Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan
5. Memonitor kepatuhan petugas kesehatan di Ruang Rawat Inap Murni Teguh
yang lain dalam menjalankan Standar Memorial Hospital Medan
Isolasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
Dari hasil penelitian tersebut dapat diketahui kepatuhan perawat melakukan cuci tangan di
bahwa petugas IPCLN yang menjalankan ruang rawat inap tergolong buruk yaitu sebanyak
tugasnya berlangsung berjalan dengan baik, 9 responden (26.47 %), sedang sebanyak 18
dimana proses pengawasan yang dilakukan responden (52,94 %) dan baik hanya sebanyak 7
masih kurang baik. Hal ini terjadi karena responden (20,59 %).
jarangnya diadakan sosialiasi program melalui Kepatuhan perawat dalam mencuci tangan
pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan kurang baik terutama mencuci tangan dengan
bimbingan teknis dan administrasi program. hand rub dengan alkohol memiliki tingkat
Sebagian IPCLN di beberapa ruang rawat inap kepatuhan yang rendah karena sebagian besar
yang sudah pernah mendapatkan pelatihan dan perawat berkeyakinan air lebih hygiene dari
sosialisasi mengalami pergantian tugas karena pada alkohol (Pan, et al., 2007). Meningkatkan
mutasi/pindah bagian lain atau pindah ke rumah pengetahuan perawat saja tidak cukup untuk
6

merubah kepatuhan dalam melaksanakan cuci tugas, pemberian arahan, pengamatan, penilaian,
tangan, untuk meningkatnya pengetahuan tidak pembimbingan, dan pendidikan pekerja.
menjamin meningkatnya kepatuhan dalam Tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan
pelaksanaan mencuci tangan (Tietjen, et al., cuci tangan di ruang rawat inap juga disebabkan
2004). oleh kurangnya sosialisasi. Kurangnya
Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci sosialisasi akan menyebabkan ketidaktahuan
tangan biasa adalah setiap wastafel dilengkapi informasi. Untuk itu perlu digalakkan sosialisasi
dengan peralatan cuci tangan sesuai standar di setiap ruang rawat inap secara berkala.
rumah sakit (misalnya kran air bertangkai Sosialisasi dengan menggunakan poster kurang
panjang untuk mengalirkan air bersih, tempat efektif dalam meningkatkan pengetahuan,
sampah injak tertutup yang dilapisi kantung sedangkan penggunaan video edukasi sangat
sampah medis atau kantung plastik berwarna efektif dalam menjaga kepatuhan petugas
kuning untuk sampah yang terkontaminasi atau kesehatan dalam menerapkan universal
terinfeksi), alat pengering seperti tissue, lap precaution. Bahkan tidak hanya bagi petugas
tangan (hand towel), sarung tangan (gloves), kesehatan, video edukasi sangat dirasakan
sabun cair atau cairan pembersih tangan yang pengaruhnya untuk pengunjung rumah sakit.
berfungsi sebagai antiseptik, lotion tangan, serta
di bawah wastefel terdapat alas kaki dari bahan Hubungan Pengawasan Infection Prevention
handuk (Oliverira, et al., 2010). and Control Link Nurse (IPCLN) terhadap
Pencegahan infeksi dapat dilakukan Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan
dengan perilaku yang benar pada saat petugas di Ruang Rawat Inap Murni Teguh
kesehatan melakukan tindakan ke pasien, adanya Memorial Hospital Medan
prosedur yang baik sangat berperan dalam Dari hasil uji Chi Square hubungan
membentuk perilaku yang benar, namun pengawasan Infection Prevention and Control
demikian akan menjadi hambatan dalam Link Nurse (IPCLN) terhadap kepatuhan
pelaksanaan apabila fasilitas cuci tangan dengan perawat melakukan cuci tangan di ruang rawat
air mengalir yang terbatas atau bahkan kurang inap Murni Teguh Memorial Hospital Medan
tersedia. Berdasarkan hasil penelitian, sebagai diperoleh nilai Chi Square sebesar 21,156 lebih
bentuk dukungan rumah sakit terhadap fasilitas besar dari Chi Square tabel sebesar 3,8415
dengan keterbatasan sarana cuci tangan dengan sehingga dapat disimpulkan bahwa pengawasan
air mengalir dapat menggunakan handrub, Infection Prevention and Control Link Nurse
disetiap sudut ruangan sudah disediakan handrub (IPCLN) memiliki hubungan yang signifikan
lengkap dengan petunjuk 6 langkah mencuci terhadap kepatuhan perawat melakukan cuci
tangan. Handrub tidak hanya disediakan untuk tangan di ruang rawat inap Murni Teguh
perawat namun pengunjung dan keluarga pasien Memorial Hospital Medan. Semakin baik
juga bisa menggunakannya karena di setiap pengawasan IPCLN yang dilakukan maka
sudut ruangan sudah disediakan. tingkat kepatuhan perawat dalam melakukan
Untuk tetap menjaga kepatuhan dalam cuci tangan di ruang rawat inap akan semakin
pelaksanaan mencuci tangan maka supervisi dan baik.
sosialisasi harus tetap dilaksanakan. Hasil Pengawasan Infection Prevention and
wawancara menunjukkan dalam hal supervisi Control Link Nurse (IPCLN) memiliki
telah dilakukan sekali satu bulan sekali oleh hubungan yang signifikan terhadap kepatuhan
Komite PPI. Supervisi dilakukan dalam bentuk perawat melakukan cuci tangan di ruang rawat
pengawasan terhadap tindakan mencuci tangan inap Murni Teguh Memorial Hospital Medan,
yang dilakukan oleh perawat. Pengadaan buku dimana semakin baik pengawasan IPCLN yang
laporan ketertiban adalah salah satu bentuk dilakukan maka tingkat kepatuhan perawat
supervisi yang dilakukan oleh Komite PPI selain dalam melakukan cuci tangan di ruang rawat
pengawasan yang diharapkan mampu mengukur inap akan semakin baik. Untuk itu perlu
tingkat kepatuhan perawat. Kegiatan yang dilakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap
merupakan bagian integral dari supervisi dalam perawat dalam melakukan cuci tangan karena
keperawatan mencakup pelaporan, pembagian merupakan salah satu penentu kualitas
7

pelayanan keperawatan Adanya pengawasan menyimpulkan bahwa pengawasan kepala ruang


atau suvervisi yang berfokus terhadap di RSUD Wonosari memiliki hubungan yang
peningkatan kualitas dan mutu pelayanan signifikan dengan tingkat kepatuhan perawat.
keperawatan.
Walaupun proses pengawasan IPCLN masih KESIMPULAN
kurang baik, tetapi memiliki hubungan yang Dari hasil penelitian hubungan
signifikan terhadap kepatuhan perawat. Hal ini pengawasan IPCLN terhadap kepatuhan perawat
menunjukkan bahwa fungsi pengawasan harus melakukan cuci tangan di Ruang Rawat Inap
tetap dilakukan untuk menghindari perawat di Murni Teguh Memorial Hospital Medan, maka
ruang rawat inap yang masih belum patuh dalam diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
penerapan mencuci tangan. Kepatuhan juga 1. Pengawasan IPCLN di Murni Teguh
dapat dipengaruhi oleh umur, pengalaman Memorial Hospital Medan umumnya kurang
bekerja dan pelatihan. Keterbatasan pengawasan baik, dimana sebanyak 24 responden (70,59
oleh IPCLN harus dapat diatasi untuk %) kurang baik, sedangkan pengawasan
memperbaikan pelaksanaan pengawasan. Setiap IPCLN baik sebanyak 10 responden (29,41
ruangan dibentuk tim yang bertugas mengawasi %).
kepatuhan perawat yang lain dalam penerapan 2. kepatuhan perawat melakukan cuci tangan
mencuci tangan. Selain itu dapat juga dilakukan di ruang rawat inap tergolong buruk yaitu
dengan tinjauan rekan sejawat yaitu penilaian sebanyak 9 responden (26.47 %), sedang
dari rekan sejawat mengenai kepatuhan perawat. sebanyak 18 responden (52,94 %) dan baik
Tinjauan rekan sejawat jika diimplementasikan hanya sebanyak 7 responden (20,59 %).
secara benar memberikan umpan balik yang 3. Dari hasil uji Chi Squre diperoleh nilai Chi
berharga bagi perawat yang dapat meningkatkan Square sebesar 21,156 lebih besar dari Chi
kinerjanya serta membantu IPCLN dalam Square tabel sebesar 3,8415 sehingga dapat
evaluasi kepatuhan perawat. Peningkatan disimpulkan bahwa pengawasan Infection
kepatuhan yang dapat dilakukan adalah dengan Prevention and Control Link Nurse (IPCLN)
memberikan kesempatan kepada perawat yang memiliki hubungan signifikan terhadap
belum pernah mengikuti pelatihan untuk kepatuhan perawat melakukan cuci tangan
diikutsertakan dalam kegiatan tersebut, hal ini di ruang rawat inap Murni Teguh Memorial
akan memberikan pengalaman dan pengetahuan Hospital Medan.
tambahan sehingga perawat yang belum patuh
dapat merubah prilakunya menjadi patuh dalam SARAN
penerapan mencuci tangan di ruang rawat inap. Dari kesimpulan hasil penelitian di atas, peneliti
Semakin tinggi tingkat pengawasan terhadap menyarankan kepada beberapa pihak yang
perawat maka perawat akan semakin patuh terlibat dalam peningkatan pengawasan Infection
seseorang menjalankan instruksi tersebut. Prevention and Control Link Nurse (IPCLN)
Menurut Susilo (2009) yang mengatakan dan kepatuhan perawat melakukan cuci tangan
seseorang berperilaku belum tentu didasarkan di rumah sakit, yaitu :
pada pengetahuan, seperti melakukan 1. Bagi Pihak Murni Teguh Memorial Hospital
pencegahan penyakit tertentu mungkin Bagi Pihak Manajemen Murni Teguh
dikarenakan seseorang tersebut merasa terancam Memorial Hospital
akan terkena penyakit tersebut dan bukan karena a. Memberikan pelatihan yang berkelanjutan
pengetahuannya tentang penyakit. bagi Infection Prevention and Control
Hasil penelitian ini didukung oleh hasil Link Nurse (IPCLN) agar dapat
penelitian Saparwati dan Suswanto (2016) menjalankan tugasnya dengan baik.
menyimpulkan bahwa ada hubungan kualitas b. Memberikan penghargaan kepada
supervisi kepala ruang terhadap kepatuhan Infection Prevention and Control Link
perawat melakukan standar cuci tangan di Nurse (IPCLN) yang menjalankan
instalasi rawat inap RST Dr. Soedjono Magelang tugasnya dengan baik.
(p value = 0,005). Hasil penelitian ini juga
didukung oleh penelitian Hanafiah (2015) yang
8

c. Memberikan reward dan punishment IPCLN terhadap kepatuhan cuci tangan


untuk meningkatkan kepatuhan cuci perawat di ruang rawat inap.
tangan perawat. 4. Bagi Peneliti Lain
Kepala Bidang keperawatan Penelitian ini diharapkan dapat menjadikan
a. Kepala Bidang Keperawatan dapat peneliti selanjutnya untuk mengetahui
mempertimbangkan tenaga Infection bagaimana proses pengawasan IPCLN
Prevention and Control Link Nurse terhadap perawat di ruang rawat inap.
(IPCLN) yang akan di mutasi agar
memperhatikan pola ketenagaan REFERENSI
Infection Prevention and Control Al-Assaf, A. F. (2009). Mutu pelayanan
Link Nurse (IPCLN) di setiap kesehatan: perspektif international.
ruangan. Jakarta: Sagung Seto.
b. Kepala Bidang Keperawatan dapat
memenuhi kekurangan tenaga Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian : Suatu
perawat diruang rawat inap 3A West Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta
dan di ruang 5 West. : Rineka Cipta.
c. Kepala Bidang keperawatan dapat
membuat program untuk mengurangi Arwani & Supriyanto. (2006). Manajemen
turn over tenaga keperawatan. keperawatan di bangsal. Jakarta.
Kepala Ruangan
a. Kepala ruangan dapat memberikan Azwar, s. (2007). Penyusunan skala psikologi.
motivasi kepada Infection Prevention Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
and Control Link Nurse (IPCLN)
agar dapat melakukan tugasnya lebih Black, Jacquelyn G. 2012 Microbiologi
baik lagi. principles and exploration. 8th edition.
b. Kepala ruangan dapat memberikan Wiley.
motivasi kepada perawat agar dapat
meningkatkan kepatuhan Damanik SM. (2011). Kepatuhan hand hygiene
melaksanakan cuci tangan di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
2. Infection Prevention and Control Link Nurse (tesis). Universitas Padjajaran, Bandung.
(IPCLN)
a. Perlu mengembangkan kompetensi dalam Dharma, K. K. (2011). Metodologi penelitian
melaksanakan tugas sebagai Infection keperawatan: Panduan melaksanakan dan
Prevention and Control Link Nurse menerapkan hasil penelitian. Jakarta:
(IPCLN). Trans Info Media.
b. Mengoptimalkan peran Infection
Prevention and Control Link Nurse Darmadi. (2008). Infeksi nosokomial:
(IPCLN) untuk meningkatkan kepatuhan Problematika dan pengendalian. Jakarta:
cuci tangan perawat dan pelaksanaan Salemba Empat.
program pencegahan dan pengendalian
infeksi lainnya. Depkes dan Perdalin. 2011. Pedoman
Perawat Pelaksana Manajerial pencegahan dan pengendalian
a. Meningkatkan motivasi diri, sikap dan infeksi di Rumah Sakit dan Fasilitas
tanggung jawab untuk melakukan cuci Pelayanan Kesehatan lainnya. Jakarta :
tangan sesuai dengan 5 moment for hand Direktur Jendral Bina Pelayanan Medik.
hygiene demi keselamatan pasien dan
keselamatan diri sendiri. Depkes. RI. (2008). Pedoman Pencegahan dan
3. Institusi Pendidikan pengendalian infeksi di Rumah Sakit dan
Penelitian ini diharapkan bahan bacaan bagi Fasilitas Pelayanan Kesehatan Lainnya.
mahasiswa keperawatan dalam menambah Jakarta.
pengetahuan tentang hubungan pengawasan
9

Emaliyawati. (2010). Tindakan kewaspadaan Perdalin, (2010). Handout pengendalian infeksi


universal sebagai upaya untuk nosocomial. Jakarta.
mengurangi resiko penyebaran infeksi.
Bandung: FIK Univ. Padjajaran. Perry, A.G., & Potter, P.A. (2006). Buku ajar
fundamental keperawatan: konsep, proses
George R Terry. (2006) Prinsip-prinsip dan praktek. Edisi ke 4,. Jakarta: EGC.
Manajemen (edisi bahasa Indonesia) PT.
Bumi Aksara Bandung. Saefudin. Dkk (2006). Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, Jakarta: JNPKKR
Griffith, Peter., Renz Anna., Rafferty Anne dan Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Marie. (2008). The impact of organization Prawirohardjo.
and management factors on infection
control in hospital : a Scoping Review, Saparwati, M. dan W. Siswanto, 2016.
London : King’s College London, Hubungan kualitas supervisi kepala ruang
University of London. terhadap kepatuhan perawat melakukan
standar cuci tangan di instalasi rawat inap
Hanifah, H. (2015). Hubungan pengawasan RST Dr. Soedjono Magelang. Jurnal PSIK
kepala ruang dengan tingkat kepatuhan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran.
perawat dalam penggunaan glove pada
tindakan injeksi di rsud wonosari. Simanjuntak, P. 2011. Manajemen dan Evaluasi
Laporan Penelitian. Yogyakarta : Kinerja. Jakarta : Lembaga Penerbit
Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
’Aisyiyah. Smet, Bart. 1994. Psikologi kesehatan. Jakarta:
Grasindo.
Lankford, M. G., Zembower, T. R, Trick, W. E.,
Hacek, D. M., Noskin, G. A. dan Sugiono. (2009). Metodoligi Penelitian. Jakarta:
Peterson, L. R. (2003). Influence of role Alfabeta.
models and hospital design in the hand
hygiene of health-care workers. Journal of Suharsimi, A. (2006). Prosedur penelitian suatu
Emerging Infectius Disease, 9: 217-223. pendekatan praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Oliverira, A.C., Cardoso, C.S., Mascarenhas, D.
(2010). Contact precaution in intensive Sukardi (2011) Metodologi penelitian
care units: facilitating and inhibiting pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
factors for professionals' adherence,
44(1):159-63. Sumantri, A. (2011). Metodologi penelitian
kesehatan. Jakarta: Kencana.
Pan, A; Placido Mondello; Klara Posfay-Barbe;
Patrizia Catenazzi; Annise Grandi; Silvia Susiati. (2008). Keterampilan keperawatan
Lorenzotti; Andrea Patroni; Nadia Poli; dasar, Paket 1, Erlangga Medical
Laura Soavi; Giuseppe Carnevale (2007). SERIES, Jakarta
Hand hygiene and glove use behavior in
an Italian Hospital, infection control and Susilo, Joko. (2009). Kepatuhan mencuci tangan
hospital epidemiology, Vol. 28, No. 9, pada perawat yang telah mengikuti
pp.1099-1102. pelatihan pencegahan pengendalian
infeksi nosokomial di Rumah Sakit
Poerwadarminta, W.J.S. (2008). Kamus besar Jantung Dan Pembuluh Darah Harapan
bahasa indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Kita Tahun 2009. Skripsi. FKM UI
Depok.
10

Tietjen, L., Bossemeyer, B., & Mclntos, N.,


(2004). Panduan pencegahan infeksi
untuk fasilitas pelayanan kesehatan.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta.

WHO. (2006). WHO Guidelines on Hand


Hygiene in Health Care a Summary
(AdvanceDraft)WHO/EIP/SPO/QPS/05.2.

WHO. (2009). WHO Guidelines on Hand


Hygiene in Health Care a Summary.
WHO/IER/PSP/2009.07.

You might also like