Professional Documents
Culture Documents
Jurnal 1 PDF
Jurnal 1 PDF
AINUR ROFIQ
ABSTRACT
This study aims to find the people involved in the development of posyandu elderly in Jagir
Surabaya Community Health Center. To find out the success or failure of the elderly posyandu
development program in Puskesmas Jagir Surabaya uses theory of Uphoff and Cohen that is three
principles that combine results, implementation program, utilization program.
This research is a qualitative research with descriptive research. The location of the research
was conducted at Puskesmas Jagir Surabaya. Informants selected in the study were structural officials,
elderly cadres posyandu cadres, and community as participant posyandu elderly. The technique of
determining informants was done by purposive sampling and developed into snowball sampling. Data
collected from in-depth interviews, and documentation. Data analysis uses data reduction, data
presentation, and deduction of conclusions. Technique of examination and validity of triangulation data.
The results of this study of the three principles in the successful development of an elderly
posyandu program at Puskesmas Jagir Surabaya prioritize three principles: decision making,
implementation program, utilization program. The result of the research shows that community
participation in the elderly posyandu program is the result of participation program and utilization
program where community as posyandu participant of elderly active in program organized by
puskesmas.
P a g e 1 | 14
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018
jiwa penduduk lansia di Indonesia (8,49 persen) Masalah masalah yang dialami lansia
dari populasi penduduk, hal ini menunjukkan di atas merupakan hal terpenting dari segi
bahwa Indonesia termasuk negara yang akan kesehatan yang mengalami banyak perubahan
memasuki era penduduk menua (ageing sehingga timbulnya berbagai penyakit seiring
population) karena jumlah penduduknya yang proses menua yang dialami lanjut usia. Dalam
berusia 60 tahun ke atas (penduduk lansia) mencegah dan mengatasi berbagai keluhan dari
melebihi angka 7 persen. Diprediksi jumlah penyakit degeneratif di usia senja dapat
penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), tahun dilakukan dengan upaya mandiri yang
2025 (33,69 juta), tahun 2030 (40,95 juta) dan sederhana dan upaya medis. Adanya amanat
tahun 2035 (48,19 juta). UUD 1945 dalam hal pelayanan kesehatan
Besarnya jumlah penduduk lansia di maka sudah seharusnya pelayanan kesehatan
Indonesia di masa depan membawa dampak untuk masyarakat Indonesia terutama kaum
positif maupun negatif. Berdampak positif, lansia. Mengingat kondisi dan permasalahan
apabila penduduk lansia berada dalam keadaan lansia tersebut, maka penanganan masalah
sehat, aktif dan produktif. Disisi lain, besarnya lansia harus menjadi prioritas, pelayanan yang
jumlah penduduk lansia menjadi beban jika benar-benar diberikan oleh dokter dan perawat
lansia memiliki masalah penurunan kesehatan dengan hati nurani. Karena memberikan
yang berakibat pada peningkatan biaya pelayanan kesehatan kepada lansia tidak
pelayanan kesehatan, penurunan semudah yang dipikirkan, harus membutuhkan
pendapatan/penghasilan, peningkatan ketekunan dan kesabaran yang maksimal.
disabilitas, tidak adanya dukungan sosial dan Pelayanan yang ada sampai sekarang masih ala
lingkungan yang tidak ramah terhadap kadarnya seperti cukup dengan upaya
penduduk lansia. Proses penuaan penduduk pengobatan saja tanpa memperhatikan sikap
tentunya berdampak pada berbagai aspek preventif yaitu upaya pencegahan dan promotif
kehidupan, baik sosial, ekonomi, dan terutama yaitu upaya promosi dalam meningkatkan
kesehatan, karena dengan semakin kesehatan lansia. Inilah yang membutuhkan
bertambahnya usiafungsi organ tubuh akan kesadaraan dari masyarakat bagaimana cara
semakin menurun baik karena faktor alamiah. memberikan pelayanan yang optimal dengan
Penyakit lansia tentu tidak akan pernah lepas kesadaran dari berbagai pihak terkait.
dariaspek fisik, psikologi, dan sosial. Peningkatan jumlah lansia menjadi
Dari aspek fisik pada usia lanjut salah satu indikator keberhasilan pembangunan
dimulai dengan adanya proses degeneratif yaitu sekaligus sebagai tantangan dalam
penurunan fungsi atau perubahan struktur pembangunan. Apabila permasalahan tersebut
organ tubuh. Pada umumnya penyakit tidak diantisipasi dari sekarang, maka tidak
degeneratif ini adalah penyakit yang bersifat tertutup kemungkinan bahwa proses
sambung menyambung saling terkait dan pembangunan akan mengalami berbagai
kronis serta penyakit ini dapat menimbulkan hambatan. Karena permasalahannya terus
kecacatan pada lansia. Munculnya berbagai berpacu dengan pertambahan jumlahnya.
penyakit yang menyerang lansia akan Seiring dengan semakin meningkatnya
mempengaruhi segala aspek kehidupan yang populasi lansia, pemerintah telah merumuskan
dimiliki termasuk seksualitas yang berakibat berbagai kebijakan pelayanan kesehatan lansia
dengan menurunnya kualitas hidup.Masalah ditujukan untuk meningkatkan derajat
psikologis yang biasa dialami lansia, kesehatan dan mutu kehidupan lansia untuk
diantaranya pikun, frustasi, kesepian, takut mencapai masa tua bahagia dan berdayaguna
kehilangan kebebasan, kecemasan, takut dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
menghadapi kematian, sikap labil. Sedangkan sesuai dengan keberadaannya. Pembinaan
untuk masalah sosial yang sering dialami lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan
keluarga, teman, masalah hukum, keamanan, Peraturan Undang-Undang RI No. 13 Tahun
pensiun, transportasi, rekreasi, pendidikan, 1998 tentang Kesejahteraan Lansia yang
agama, dan panti jompo. menyebutkan bahwa pelayanan kesehatan
dimaksudkan untuk memelihara dan
P a g e 2 | 14
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018
P a g e 3 | 14
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018
Provinsi Jawa Timur dan memiliki rata-rata Program Wajib Belajar Sembilan Tahun,
HDI yang lebih tinggi dibandingkan dengan menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat
HDI Indonesia yang hanya 73,29. Dan pada terhadap program wajib belajar sembilan tahun
tahun 2013 HDI Surabaya kembali meningkat di Distrik Semangga Kabupaten Merauke
menjadi 78,97 dan HDI Surabaya juga lebih masih rendah. Hal tersebut dikarenakan
tinggi dariHDI di Jawa Timur yang hanya 73,54 pandangan orang tua tentang nilai anak dalam
saja. Ini menujukan bahwa kota Surabaya program wajib belajar sembilan tahun masih
adalah salah satu kota yang berkomitmen dalam dianggap tidak terlalu penting. Karena para
pembangunan derajat manusia di kota orang tua lebih senang apabila anak-anak
surabaya. Kota Surabaya merupakan salah satu mereka bisa membantu orang tua dalam
kota metropolitan di Indonesia. Jumlah memenuhi kebutuhan hidup keluarga dan orang
penduduk Surabaya mencapai 3,4 juta jiwa dan tua juga tidak peduli anaknya ingin sekolah atau
10% dari jumlah penduduk tersebut adalah tidak serta tidak ada motivasi dari orang tua
lansia. Dengan kata lain, jumlah lansia si supaya anak mereka bersekolah.
Surabaya mencapai lebih dari 300 ribu orang. Masih rendahnya partisipasi masyarakat
Bahkan jumlah tersebut lebih banyak dari pada dalam segala bidang program pembangunan
jumlah balita di Surabaya yang hanya mencapai terutama pembangunan kesehatan khusunya
125 ribu jiwa. Kebutuhan lansia terhadap kesehatan lansia menjadi alasan peneliti tertarik
pelayanan kesehatan melalui posyandu lansia dengan permasalahan partisipasi masyarakat.
semakin tinggi dan mendesak, dikarenakan Fakta yang ada saat ini mencerminkan
jumlah lansia yang terus meningkat kurangnya ruang partisipasi ataupun kurangnya
menyebabkan penanganan terhadap lansia rasa partisipasi dalam diri masyarakat itu
harus sesuai prosedur. Disamping pelayanan sendiri. Sesungguhnya, partisipasi dalam
tenaga kesehatan melalui posyandu lansia, penyediaan layanan publik membawa manfaat
faktor partisipasi masyarakat dalam upaya besar sebagaimana telah ditunjukkan oleh
memajukan program posyandu lansia tidak bisa Osborne dan Gaebler, diungkapkan bahwa
dianggap sebelah mata. Dukungan dari partisipasi masyarakat biasanya memberikan
masyarakat merupakan salah satu faktor yang jauh lebih banyak solusi terhadap masalah
dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan dibandingkan pelayanan publik profesional
dari setiap program pembangunan kesehatan pada umumnya.
lansia yang dilaksanakan pemerintah. Studi Masyarakat dan peran serta yang
empiris menunjukkan pembangunan karena diberikannya menjadi salah satu kunci
kurangnya partisipasi masyarakat. keberhasilan dalam kegiatan / program
Partisipasi sebagai kegiatan dibedakan pembangunan. Oleh karenanya penting untuk
menjadi partisipasi aktif dan partisipasi pasif. dikatahui dan dipahami terlebih dahulu
Yang termasuk dalam kategori partisipasi aktif mengenai apa dan bagaimana masyarakat itu
adalah mengajukan usul mengenai suatu dalam berbagai sudut pandang. Istilah
kebijakan umum, mengajukan alternatif masyarakat sendiri berasal dari kata Arab
kebijakan umum yang berlainan dengan syarakayang berarti ikut serta atau
kebijakan yang dibuat pemerintah, mengajukan berpartisipasi. Sedangkan asal – usul kata
kritik dan perbaikan untuk meluruskan masyarakat (sosial) maupun society
kebijakan, membayar banyak dan memilih (masyarakat) diambil dari bahasa latin yaitu
pemimpin pemerintahan. Sedangkan, yang socius, yang berarti teman atau kawan.
termasuk dalam kategori partisipasi pasif Dalam konteks penelitian ini yang
berupa kegiatan yang menaati pemerintah, dimaksud masyarakat adalah sekumpulan
menerima, dan melaksanakan saja setiap orang-orang yang terlibat secara langsung
keputusan pemerintah. Hasil penelitian dari maupun tidak langsung dalam terselenggaranya
Didi Prayerno, Wahyu Pujoyono, Hardi program Posyandu Lansia di Puskesmas Jagir
Warsono dalam jurnal Ilmu Administrasi dan Kota Surabaya. Dimulai dari masyarakat
Kebijakan Publik tentang Rendahnya Lansia itu sendiri yang memiliki peran sebagai
Partisipasi Masyarakat pada Implementasi obyek sararan pelayanan kesehatan. Yang
P a g e 4 | 14
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018
kedua, kader adalah seorang tenaga sukarela program pengembangan posyandu lansia di
yang direkrut dari, oleh, dan untuk masyarakat puskesmas jagir.
yang bertugas membantu kelancaran Sehubungan dengan permasalahan
pelayanan. Memiliki peran yang sangat penting yang ada, peneliti telah melakukan penelusuran
dalam terselenggaranya program ini karena studi terdahulu yang berhubungan dengan
semua hal yang berkaitan dari persiapan sampai penelitian ini.Adapun penelitian terdahulu
selesai terselenggaranya pelayanan kesehatan yaitu oleh Titi Wulansari tentang program
di posyandu lansia. Ketiga, adalah pihak luar posyandu lansia tahun 2015. Dalam
yang berpartisipasi secara tidak langsung penelitiannya tersebut Titi Wulansari
seperti memberikan sumbangan dana untuk menggambarkan program posyandu lansia di
keberlangsungan pelayanan kesehatan RW IV Kelurahan Tanah Kali Kedinding
posyandu lansia. Atau dukungan secara mental Kecamatan Kenjeran Surabaya. Adapun hasil
kepada lansia atau pelaksana program demi penelitiannya adalah dilihat dari faktor-faktor
tercapainya tujuan program ini. yang mempengaruhi implementasi program
Menurut Dinas Kesehatan Kota posyandu lansia mulai dari sumberdaya,
Surabaya, hingga tahun 2014 keberadaan komunikasi, disposisi pelaksana, struktur
Posyandu Lansia diSurabaya mencapai 630 birokrasi, dan dukungan kelompok sasaran
posyandu lansia yang merupakan binaan dari pelaksanaan posyandu lansia berjalan cukup
puskesmas-puskesmas yang berada diwilayah baik, hal ini bisa dilihat dari kesehatan lansia
Kota Surabaya. Salah satu puskesmas di yang tiap tahun mengalami kenaikan yang
Surabaya yang masih aktif menjalankan menunjukkan bahwa program posyandu lansia
progam posyandu Lansia adalah puskesmas ini mendapatkan kepercayaan dari masyarakat
Jagir yang ada di Kecamatan Wonokromo. khusunya lansia.
Puskesmas Jagir menaungi 17 posyandu lansia Penelitian lain dilakukan oleh Hosea
yang masih aktif hingga saat ini. Jumlah lansia Ocbrianto tahun 2012 tentang partisipasi
yang menjadi binaan di Puskesmas Jagir sekitar masyarakat terhadap posyandu dalam upaya
1.134 orang yang tersebar di beberapa pelayanan kesehatan balita di Posyandu Nusa
posyandu lansia. Pada tahun 2010 Puskesmas Indah II RW 11 Kelurahan Meruyung
Jagir ditetapkan sebagai salah satu unit Kecamatan Limo Kota Depok. Tujuan
pelayanan publik percontohan di lingkungan penelitan tersebut untuk memberikan gambaran
Kota Surabaya. Hal ini didasarkan pada Surat bagaimana bentuk partisipasi masyarakat
Keputusan Walikota Surabaya No. dalam pelayanan kesehatan balita serta faktor-
188.45/323/436.1.2/2010 tentang Penetapan faktor apa yang mempengaruhi. Bentuk-bentuk
Badan Arsip dan Perpustakaan Kota Surabaya partisipasi tersebut dipengaruhi faktor internal
dan Puskesmas Jagir Sebagai Unit Pelayanan dan faktor eksternal. Faktor internal dapat
Publik Percontohan di Lingkungan Kota dilihat dari adanya pengetahuan yang baik dari
Surabaya. Selain itu, puskesmas Jagir telah ibu tentang pentingnya menjaga kesehatan
mendapatkan sertifikat ISO (International balita. Kemudian faktor internal lain adalah
Standart Organization) sehingga pelayanan kebiasaan ibu untuk membawa anaknya ke
yang diberikan kepada masyarakat berstandar posyandu sewaktu belum tinggal di lingkungan
internasional. Terkait hal ini, maka peneliti RW 11 Kelurahan Meruyung, meskipun faktor
tertarik untuk mengetahui bentuk partisipasi untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan
masyarakat pada wilayah kerja Puskesmas kesehatan balita tidak dapat diabaikan begitu
Jagir Kota Surabaya. Peneliti ingin mengkaji saja, seperti halnya faktor usia, dimana para ibu
lebih dalam bagaimana partisipasi masyarakat masih mau berpartisipasi selama usianya masih
terhadap program posyandu lansia di memungkinkan untuk mengunjungi posyandu.
Puskesmas Jagir. Karena posyandu lansia Jagir Kemudian faktor eksternal diantaranya
menjadi percontohan di Surabaya, hal tersebut dukungan keluarga dalam hal ini suami yang
merupakan bukti adanya dukungan warga memebrikan ijin kepada para ibu untuk
sekitar mengenai keberlangsungan posyandu berpartisipasi. Faktor lain kemudahan
lansia dan merupakan kunci keberhasilan menjangkau lokasi posyandu juga
P a g e 5 | 14
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018
P a g e 6 | 14
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018
P a g e 7 | 14
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018
P a g e 8 | 14
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018
P a g e 9 | 14
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018
P a g e 10 | 14
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018
P a g e 11 | 14
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018
P a g e 12 | 14
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018
P a g e 13 | 14
Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303 - 341X
Volume 6, Nomor 2, Mei-Agustus 2018
P a g e 14 | 14