Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Systemic Lupus Erythematosus is a chronic illness, in which 90% of the sufferers are early
adult women. They faced many difficulties which can cause depressions. People with lupus in
Syamsi Dhuha Foundation show high positive affect and said that they satisfied with their
lives. This research is a population research to 30 people with lupus in Syamsi Dhuha
Foundation, using correlational technique. The goal is to examine the correlation between
gratitude and subjective well-being of early adult women with lupus at Syamsi Dhuha
Foundation. The instrument for gratitude is GRAT-R (Watkins, 2002) and for subjective well-
being are SPANE (Diener, 2012), SWLS (Diener, 1987), and Domain Satisfaction Scales
(Public Attitudes and Behaviours towards the Environment Omnibus Survey, 2007). The results
are: 1) Strong positive correlation between gratitude and subjective well-being; 2) Twenty
seven subjects who show high gratitude; and 3) Twenty one subjects report high subjective
well-being.
Abstrak
Systemic Lupus Erythematosus merupakan chronic illness yang 90% penderitanya adalah
wanita dewasa awal. Odapus mengalami banyak sekali keadaan yang sulit dalam berbagai
aspek yang membuat odapus mengalami depresi. Namun, odapus di Syamsi Dhuha Foundation
menunjukkan ekspresi afek positif dan puas dengan hidup mereka, sebab menganggap banyak
pemberian Tuhan yang berharga. Penelitian ini merupakan penelitian populasi terhadap 30
orang odapus di Syamsi Dhuha Foundation, menggunakan teknik korelasional. Tujuannya
untuk melihat keeratan hubungan di antara gratitude dan subjective well-being pada odapus
wanita dewasa awal di Syamsi Dhuha Foundation. Alat ukur gratitude menggunakan GRAT-
R (Watkins, 2002), subjective well-being menggunakan SPANE (Diener, 2012), SWLS
(Diener, 1987), dan Domain Satisfaction Scales (Public Attitudes and Behaviours towards the
Environment Omnibus Survey, 2007). Hasil penelitian: (1) Hubungan positif yang signifikan
kuat (r = 0,875) antara gratitude dan subjective well-being. (2) Sebanyak 27 odapus
melaporkan disposisi gratitude yang tinggi. (3) Sebanyak 21 odapus melaporkan subjective
well-being yang tinggi.
Kata Kunci: Lupus, gratitude, Psikologi Positif, subjective well-being, Syamsi Dhuha
Foundation
91
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 91 - 114
inflamasi autoimun kronis dengan etiologi wilayah Indonesia. Data tahun 2002 di
yang belum diketahui. Memiliki manifes- RSUP Cipto Mangunkusumo (RSCM)
tasi klinis, perjalanan penyakit, dan Jakarta, didapatkan 1.4% kasus SLE dari
prognosis yang sangat beragam. Hal inilah total kunjungan pasien di poliklinik
yang membuat tata laksana penyakit ini Reumatologi Penyakit Dalam, sementara di
dapat keliru, disebabkan diagnosisnya yang RS Hasan Sadikin Bandung terdapat 291
sangat bergantung pada kompetensi dokter Pasien SLE atau 10.5% dari total pasien
yang menangani. Penyakit ini memiliki yang berobat ke poliklinik reumatologi
angka kematian yang cukup tinggi, hampir selama tahun 2010 (Perhimpunan Reuma-
5 kali lebih tinggi dibandingkan populasi tologi Indonesia, 2011).
umum. Faktor genetik, imunologik dan Di Kota Bandung sendiri, terdapat 2
hormonal serta lingkungan diduga berperan yayasan yang peduli terhadap para odapus,
dalam patofisiologi SLE. Kekeliruan dalam yaitu Yayasan Lupus Indonesia Cabang
mengenali penyakit ini sering terjadi (Per- Bandung dan Syamsi Dhuha Foundation.
himpunan Reumatologi Indonesia, 2011). Namun, dari tahun ke tahun, Syamsi Dhuha
Para odapus harus berobat sepanjang Foundation merupakan yayasan lupus di
hidupnya, disebabkan antibodi ini tidak lagi Bandung yang paling sering terdengar
berfungsi untuk menyerang virus, kuman gaungnya hingga ke TV swasta nasional,
atau bakteri yang masuk ke dalam tubuh, bahkan meraih berbagai penghargaan.
tetapi justru menyerang sel dan jaringan Misalnya saja, Danamon Award 2010 seba-
tubuhnya sendiri. gai penghargaan di tingkat nasional bagi
Berdasarkan data yang dikemukakan semangat dari para volunteer, pendukung,
oleh Zubairi (dalam Prasetyo dan Kustanti, maupun odapus. Terdapat pula penghar-
2014), setiap tahun sekitar 5-100 orang gaan dalam level internasional, seperti
dapat terkena systemic lupus erythematosus Sasakawa Health Prize 2012 untuk Syamsi
yang menyebabkan kematian. Berdasarkan Dhuha Foundation, sebagai jasa yayasan
data dari Yayasan Lupus Indonesia, jumlah telah menyebarkan kesadaran tentang
penderita systemic lupus erythematosus di penyakit lupus.
Indonesia terus meningkat. Pada tahun Syamsi Dhuha Foundation didirikan
2010, terdapat jumlah penderita systemic pada awal tahun 2004 oleh seorang
lupus erythematosus di Indonesia secara penderita lupus yaitu Dra. Dian W. Syarief
tepat belum diketahui tetapi diperkirakan dengan dibantu suaminya Ir. Eko. P.
telah meningkat dari 12.700 jiwa pada 2012 Pratomo, MBA. Syamsi Dhuha berusaha
menjadi 13.300 jiwa per April 2013. merangkul sesama odapus, terutama yang
(Mardiani, dalam Paramita dan Margaretha, ada di sekitar Bandung dan bercita-cita
2013). untuk memberikan kesempatan pada
Menurut data Yayasan Lupus odapus untuk mensyukuri segala karunia
Indonesia, rentang umur terjangkitnya yang telah Allah berikan dengan mela-
systemic lupus erythematosus penderita kukan berbagai aktivitas yang dapat
adalah antara 15-45 tahun. Sebagian besar bermanfaat bagi dirinya sebagai pribadi
penderita SLE adalah wanita dewasa awal sekaligus juga bagi orang lain.
yaitu sebanyak 90%, sementara 10% Syamsi Dhuha Foundation ini memiliki
sisanya diderita oleh laki-laki dan anak- beragam kegiatan yang sangat unik yang
anak (Kulczycka, Sysa-Jędrzejowska, dan diperuntukkan bagi para odapus, serta rutin
Robak, 2011; Perhimpunan Reumatologi dilaksanakan setiap minggunya. Setiap hari
Indonesia, 2011; Maruli, dalam Paramita Senin, para odapus mengikuti kelas yoga.
dan Margaretha, 2013). Pada hari Selasa mereka memiliki English
Sampai saat ini belum terdapat data Club Conversation. Pada hari Rabu, para
epidemiologi SLE yang mencakup semua odapus yang menggeluti bidang entre-
92
Hubungan Gratitude dan Subjective Well-Being Odapus Wanita Dewasa Awal Di Syamsi Dhuha Foundation Bandung (Nadia Felicia
Mahardhika, Lilim Halimah)
preneurship berdiskusi untuk mengem- pada body image sebagai efek samping dari
bangkan bisnisnya. Pada hari Kamis, penyakitnya maupun obat-obatan yang
mereka biasanya berlatih musik bersama. dikonsumsi, misalnya menyebabkan moon
Para odapus tersebut dapat memilih face atau bertambahnya berat badan,
kegiatan mana yang cocok dengan mereka, bercak-bercak kemerahan yang muncul
sesuai dengan bakat dan minat masing- pada wajah, rambut rontok, bersisik dan
masing. Menurut para odapus, berbagai mulai mengelupas, sariawan di sekitar
aktivitas tersebut dianggap sangat ber- mulut, rasa nyeri pada persendian tangan
manfaat, sebab mereka memiliki banyak dan kaki, sampai pada bagian tubuh yang
kesempatan untuk bertukar pikiran, sulit untuk digerakkan, dan memar-memar
pengalaman, dan perasaan baik mengenai pada tubuh yang muncul secara tiba-tiba.
lupus maupun hal-hal lain dalam hidup Menurut Maruli (Paramita dan
mereka. Margaretha, 2013), odapus harus menerima
Selain itu, para odapus juga melakukan konsekuensi akumulasi kerusakan organ
kegiatan keagamaan bersama, di mana tubuh dari imun tubuh yang merusak organ-
setiap hari mereka shalat berjamaah. organ tubuhnya serta obat-obatan yang
Sedangkan pada hari Sabtu, mereka dikonsumsinya. Efek samping dari obat
mengadakan tafakkur bersama, dengan lupus yang berupa kortikotreroid sangatlah
topik-topik tertentu yang dianggap dapat berat. Mulai dari rambut rontok, berat
memotivasi odapus untuk semakin badan bertambah, sakit lambung, mulut
semangat dalam menjalani kehidupan. kering, menurunnya fertilitas, meningkat-
Sesuai dengan data di berbagai jurnal, kan resiko kanker, mual-mual. Long term
odapus di Syamsi Dhuha Foundation pun effect dari obat tersebut dapat mening-
paling banyak adalah para wanita yang katkan resiko kanker, osteoporosis,
berusia 18 hingga 40 tahun. Lupus diabetes, katarak, dan darah tinggi.
merupakan penyakit yang berbeda dengan Sebagian besar dari para odapus di
penyakit-penyakit kronis lainnya (kardio- Syamsi Dhuha Foundation memilih untuk
vaskuler, metabolik, urogenital, digestif, tidak menikah, sebab mengetahui bahwa
pernafasan, dan muskuloskeletal) yang lupus merupakan penyakit menurun. Oleh
seringkali dialami oleh lansia, di mana karena itu, sebagian besar anggota Syamsi
prevalensi penyakit kronis pada lansia Dhuha Foundation yaitu wanita dewasa
besarnya mencapai 87,3% (Yennya dan awal berusia 18-40 tahun memilih untuk
Herwana, 2006). Artinya, ketika seseorang tidak menikah karena alasan tersebut.
sedang dituntut untuk mengembangkan Padahal, salah tugas perkembangan masa
kompetensi, memiliki banyak peran dalam dewasa awal adalah mengembangkan
kehidupan, dan memiliki produktivitas mature relationship dalam rangka
yang tinggi melalui berbagai pendidikan mencapai intimacy dan commitment
dan pekerjaan (Glover, 2000), para odapus (Glover, 2000). Sesuai dengan budaya
ini mengalami hambatan terkait berbagai Indonesia, yang dikatakan sebagai mature
aspek dalam hidupnya disebabkan penyakit relationship tentunya adalah pernikahan.
lupus, baik secara ekonomi, fisik, psikis, Artinya, terdapat tugas perkembangan yang
maupun sosial. tidak tercapai oleh sebagian besar odapus.
Beragam hambatan tersebut meliputi, Dengan berbagai keadaan yang
mahalnya obat yang harus ditebus yang memberatkan baik secara ekonomi, fisik,
mencapai angka puluhan juta rupiah, psikis, maupun sosial, tentu saja merupakan
kondisi tubuh yang mudah sekali lelah, hal yang wajar jika seseorang yang
sakit sendi dan otot yang signifikan memiliki penyakit lupus, akan merespon
(fibromyalgia), larangan untuk terpapar secara negatif. Hal ini sejalan dengan
sinar matahari secara langsung, perubahan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
93
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 91 - 114
terhadap 8 orang odapus di Syamsi Dhuha tidak sepemarah dulu, dan mengatakan
Foundation. bahwa sekarang dirinya menjadi lebih
Dua orang odapus mengatakan bahwa menghargai kenikmatan-kenikmatan kecil
mereka mengalami beberapa kali periode di dalam di hidup, termasuk nikmat sehat.
depresi di mana mereka tidak mau keluar Para odapus tersebut mengatakan
rumah untuk beraktivitas dan memilih bahwa banyak nikmat yang ia rasakan,
untuk mengunci diri di kamar untuk seperti ekonominya mencukupi, masih bisa
menangis ataupun melamun. Artinya, dua melanjutkan kuliah, dan dukungan yang
orang tersebut menunjukkan afek negatif, luar biasa dari teman dan keluarga. Meski
karena dialaminya beberapa periode depresi begitu, 2 di antara 6 orang tersebut menga-
ketika mengalami sakit lupus. Selain itu, takan bahwa terkadang kesehatan
salah satu dari mereka mengatakan bahwa menghambat mereka dalam melakukan
ketika ia merasa sangat sedih atau marah, ia berbagai aktivitas, sedangkan 4 orang
merasa bahwa dirinya adalah ciptaan Tuhan sisanya mengatakan sama sekali tidak ada
yang salah. Odapus tersebut juga merasa hambatan dalam melakukan aktivitas
tidak puas dengan hidupnya, yang mana apapun. Menurut 4 orang tersebut, yang
mereka mengatakan bahwa hidup ini tidak terpenting adalah pintar mengatur diri agar
adil sebab mereka harus ditimpa sakit jangan sampai kelelahan sehingga
seberat lupus. Mereka seringkali bertanya- penyakitnya menjadi flare-up. Data
tanya, “Mengapa harus aku?” dan tersebut menunjukkan bahwa, sebagian
“Mengapa ini terjadi?” kepada diri sendiri. besar odapus mereka merasa puas dengan
Menurut mereka, sakit lupus membuat keadaan hidup mereka saat ini.
mereka tidak mampu melakukan banyak Dari data di atas, terlihat bahwa
hal yang selama sehat mampu mereka sebagian besar odapus seringkali terse-
lakukan tanpa kendala, seperti beraktivitas nyum, tertawa, bercanda, dan mengatakan
di bawah sinar matahari. bahwa hidup mereka bahagia sebab banyak
Namun, dari hasil observasi yang hal menyenangkan di dalam hidup mereka,
dilakukan peneliti selama beberapa merasa puas dengan hidup mereka yang
minggu, respon berbeda ditunjukkan oleh 6 sekarang, dan tidak merasa menyesal
orang odapus yang lainnya. Mereka dengan takdir yang ada yaitu menderita
menunjukkan ekpresi afek yang positif lupus, sebab banyak kebaikan yang dapat
selama berkegiatan dari Senin hingga Sabtu mereka ambil dari sakit lupus. Ketika
di Syamsi Dhuha Foundation, yang mana seseorang menunjukkan ekspresi afek yang
mereka seringkali tersenyum, bercanda, dan tinggi, menunjukkan kepuasaan terhadap
tertawa dengan sesama odapus. hidupnya secara keseluruhan maupun
Mereka mengatakan bahwa hidup dalam aspek-aspek tertentu di dalam
mereka bahagia, sebab banyak hal hidupnya, artinya seseorang tersebut
menyenangkan dan berharga di dalam memiliki subjective well-being yang tinggi
hidup mereka meski ditimpa sakit seberat (Diener, Suh, Lucas, dan Smith, 1999).
lupus. Menurut mereka, banyak hikmah Berbagai penelitian menunjukan bahwa
yang dapat diambil yang tidak akan orang yang terganggu domain kesehatan-
didapatkan tanpa adanya sakit lupus. nya, yang mana ia memiliki chronic illness
Mereka mengatakan bahwa, jika waktu bisa atau disabilities (CID) seringkali memiliki
diputar, mereka akan memilih untuk tetap persepsi kepuasan hidup yang rendah
sakit lupus, sebab lupus membawa dibanding dengan mereka yang tidak
perubahan besar bagi diri mereka ke arah memiliki CID (Dijkers, 1999: Krause, 1992
positif. Mereka mengatakan bahwa dalam Kim, Berven, Chan, Gonzalez,
sekarang dirinya menjadi lebih dekat Miller, dan Keck, 2011). Artinya,
dengan Tuhan Yang Maha Esa., menjadi merupakan hal yang luar biasa unik ketika
94
Hubungan Gratitude dan Subjective Well-Being Odapus Wanita Dewasa Awal Di Syamsi Dhuha Foundation Bandung (Nadia Felicia
Mahardhika, Lilim Halimah)
6 orang odapus memiliki persepsi terhadap mereka harus berobat seumur hidup, tidak
hidup yang bahagia dan menunjukan afek mampu dicapai tanpa campur tangan dari
positif yang tinggi, meski mereka ditimpa Tuhan Yang Maha Esa.
penyakit lupus yang termasuk ke dalam Dengan limpahan nikmat yang mereka
penyakit kronis. alami tersebut, mereka mengatakan bahwa
Berbagai alasan diungkapkan para sangat perlu untuk menunjukan penghar-
odapus bahwa menurut mereka hidup gaan terhadap Tuhan maupun orang-orang
mereka tetap sama bahagianya seperti di sekitar mereka. Seorang odapus
sebelum terkena sakit lupus. Mereka mengaku sering merenungkan nikmat yang
mengatakan bahwa Tuhan memberikan ia rasakan setiap selesai shalat. Kepada
banyak hal yang berharga di luar sakitnya Tuhan, mereka seringkali berkata,
tersebut. Menurut para odapus, semenjak “Alhamdulillah”, sedangkan kepada teman-
menderita lupus, ia semakin sering me- teman dan keluarga biasanya mereka
ngingat nikmat yang Tuhan berikan, baik memeluk, tersenyum, dan terkadang juga
dari segi ekonomi, kesehatan, dan mengucapkan terima kasih secara verbal.
akademik. Hal tersebut menunjukan bahwa selain para
Tiga odapus mengatakan bahwa odapus merasa bahwa kesuksesannya tidak
keluarga dan teman yang selalu memberi lepas dari campur tangan Tuhan Yang
support adalah kenikmatan yang sangat Maha Esa dan bantuan berbagai pihak,
berharga. Tiga odapus lainnya berkata mereka juga mengekpresikan rasa
bahwa kehidupan akademiknya yang baik terimakasih melalui berbagai perilaku.
adalah hal paling membuatnya semangat Mereka mengatakan bahwa mereka banyak
untuk mengejar cita-citanya di masa depan. mengingat nikmat yang Allah berikan
Hal tersebut menunjukkan, bahwa para setiap hari, melalui doa yang mereka
odapus sangat menghargai berbagai panjatkan.
kenikmatan yang ada di dalam hidup Namun, menurut dua odapus, terka-
mereka. dang mereka membanding-bandingkan
Menurut keenam odapus tersebut, prestasi mereka dengan orang yang sehat,
mereka harus belajar untuk berteman kemudian muncul perasaan bahwa
dengan penyakit lupus, menerima lupus sebenarnya mereka mampu berbuat lebih
sebagai bagian dari mereka, bukan malah jika tidak diberi sakit lupus. Odapus
membenci kemudian berusaha memerangi tersebut juga merasa bahwa ia adalah
penyakitnya tersebut. Hal ini pula yang ciptaan Tuhan yang salah, sebab harus
dikatakan Ibu Dian, selaku pendiri Syamsi ditimpa sakit seberat lupus. Namun, mereka
Dhuha Foundation, di mana odapus harus berusaha untuk membuang perasaan
berteman dengan lupus, menerima penyakit tersebut jauh-jauh, dengan cara mengingat-
tersebut sebagai bagian dari dirinya, ingat kenikmatan-kenikmatan yang telah
sehingga mampu berdamai dengan diberikan Tuhan.
penyakitnya. Terdapat pula odapus lainnya yang
Para odapus memiliki berbagai prestasi. seringkali menganggap ibunya cerewet
Diantaranya, terdapat odapus yang men- ketika ia dinasehati mengenai penyakitnya.
juarai lomba model muslimah dan lomba Menurutnya, support keluarga memang
story telling, kuliah S2 di Jerman, memiliki besar, namun ketika kondisi emosinya
bisnis florist, dan memiliki usaha travel sedang tidak stabil, dia seringkali
yang omzetnya mencapai puluhan juta menyalahkan hal-hal lain di dalam
rupiah setiap bulannya. Para odapus ini hidupnya, seperti takdir, dirinya sendiri,
sependapat bahwa semua prestasi yang bahkan teman dan keluarganya. Hal ini
mampu dicapai mereka sejauh ini, meski menunjukan bahwa odapus tersebut kurang
dengan adanya sakit kronis yang membuat
95
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 91 - 114
menghargai kebaikan yang dilakukan oleh memiliki gratitude trait yang tinggi sebab
orang lain terhadap dirinya. merasakan banyaknya hal berharga dalam
Terdapat pula odapus yang meraih UN hidupnya di luar sakit lupus (sense of
tertinggi ke-4 saat di SMA odapus lainnya abundance), menghargai hal-hal kecil di
mampu lulus SMK jurusan administrasi dalam hidup, seperti matanya masih
keuangan. Namun, para odapus tersebut mampu melihat (appreciation of simple
seringkali membandingkan dirinya dengan pleasures), dan menghargai kebaikan pihak
teman-temannya yang sehat dan merasa lain seperti Tuhan Yang Maha Esa,
bahwa prestasi yang mereka capai tidak ada keluarga, dan teman dalam pencapaian
artinya dibandingkan dengan prestasi kesuksesannya (appreciation of others).
teman-temannya. Artinya, meski odapus Namun, terdapat pula mereka yang
tersebut mampu mencapai beragam prestasi menganggap bahwa lupus membuat dirinya
di bidang akademik di tengah sakit lupus merasa sebagai ciptaan Tuhan yang salah,
yang dideritanya, mereka tetap merasa prestasinya dianggap tidak berharga
teman-temannya yang sehat lebih baik dibandingkan teman-temannya, dan
dibanding dirinya. menganggap orang tuanya cerewet ketika
Dari data tersebut, terlihat sebagian menasehati mengenai sakitnya. Artinya,
odapus menganggap bahwa meskipun terdapat pula odapus yang memiliki sense
mereka ditimpa penyakit seberat lupus, of abundance, appreciation of simple
masih banyak kebaikan yang ada di dalam pleasures, dan appreciation of others yang
hidupnya yang diberikan oleh Tuhan rendah.
maupun orang-orang di sekitarnya. Ketika Dalam berbagai jurnal (Watkins,
seseorang menganggap bahwa kebaikan di Woodward, Stone, dan Kolts, 2003; dalam
dalam hidupnya adalah merupakan hasil Watkins, 2013; Brunner, Watkins, dan
dari campur tangan pihak-pihak lain di Webber, 2010; Wood, 2008; dalam Ruini
sekitarnya, berarti orang tersebut memiliki dan Vescovelli, 2013; McCullough,
gratitude. Gratitude adalah emosi yang Emmons, dan Tsang, 2002), seharusnya
seseorang rasakan ketika dia menganggap terdapat hubungan yang positif di antara
bahwa sesuatu yang baik telah terjadi kedua variabel tersebut, yang mana ketika
kepadanya dan dia menyadari bahwa pihak seseorang memiliki gratitude trait yang
lain bertanggung jawab atas kebaikan tinggi, maka subjective well-being akan
tersebut. Seseorang yang memiliki tinggi pula. Hal ini terlihat dari sebagian
gratitude trait harus memiliki karakteristik besar odapus yang mengatakan bahwa
sense of abundance, appreciation of simple banyak sekali hal-hal berharga di dalam
pleasures, dan social appreciation hidupnya yang membuat mereka merasa
(Watkins, 2013). bersyukur. Odapus tersebut juga menga-
Dari hasil wawancara dan observasi takan bahwa hidupnya malah menjadi
awal, gambaran subjective well-being pada sangat bahagia setelah lupus, sebab banyak
wanita odapus dewasa awal di Syamsi hikmah yang mampu mereka ambil.
Dhuha Foundation masih sangat beragam, Namun, terdapat beberapa odapus yang
yang mana terdapat odapus yang merasakan banyak hal berharga dalam
menunjukan afek negatif seperti depresi hidupnya di luar sakit lupus, seperti pen-
dan merasa hidupnya tidak adil, namun capaian akademik yang baik. Namun
terdapat pula odapus yang banyak ternyata mereka terkadang mengalami
menunjukan afek positif dan merasa depresi, karena membanding-bandingkan
hidupnya semakin bahagia sejak sakit diri dengan orang lain. Ketika periode
lupus. depresi itu muncul, mereka memilih untuk
Begitu pula dengan gambaran gratitude diam di rumah, melamun, bahkan menolak
trait, di mana terdapat mereka yang sudah untuk beraktivitas.
96
Hubungan Gratitude dan Subjective Well-Being Odapus Wanita Dewasa Awal Di Syamsi Dhuha Foundation Bandung (Nadia Felicia
Mahardhika, Lilim Halimah)
97
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 91 - 114
98
Hubungan Gratitude dan Subjective Well-Being Odapus Wanita Dewasa Awal Di Syamsi Dhuha Foundation Bandung (Nadia Felicia
Mahardhika, Lilim Halimah)
99
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 91 - 114
Foundation sedang mengalami fase remisi memiliki gratitude yang tinggi, maka
penyakitnya. odapus akan memiliki subjective well-being
yang tinggi pula.
Gratitude dan Subjective Well-Being Untuk mengetahui lebih lanjut
Perhitungan korelasi antara skor total mengenai gambaran hubungan antara faset-
gratitude dan subjective well-being pada faset dalam gratitude trait dan subjective
odapus wanita dewasa awal di Syamsi well-being, dilakukan analisis dengan
Dhuha Foundation dilakukan dengan menggunakan uji spearman.
metode rank spearman, disebabkan data Dari tabel 3, diketahui bahwa terdapat
yang didapatkan merupakan data ordinal. korelasi positif signifikan yang kuat di
Tabel 2 menunjukkan nilai korelasi (r) antara faset sense of abundance dan
adalah 0.875 dan nilai p=0.000, signifikan subjective well-being, di mana r = 0,899.
pada level of significant 0.01 (one-tailed). Artinya, jika seseorang memiliki faset
Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa sense of abundance yang tinggi, maka ia
terdapat korelasi positif yang signifikan akan memiliki subjective well-being yang
kuat yaitu sebesar r = 0,875, di antara tinggi pula.
variabel gratitude dan subjective well-being
pada odapus wanita dewasa awal di Syamsi
Dhuha Foundation. Artinya, jika odapus
GRAT SWB
Spearman's rho GRAT Correlation Coefficient 1,000 ,875**
Sig. (1-tailed) . ,000
N 30 30
SWB Correlation Coefficient ,875 **
1,000
Sig. (1-tailed) ,000 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
100
Hubungan Gratitude dan Subjective Well-Being Odapus Wanita Dewasa Awal Di Syamsi Dhuha Foundation Bandung (Nadia Felicia
Mahardhika, Lilim Halimah)
SENSE SWB
Spearman's rho SENSE Correlation Coefficient 1,000 ,899**
Sig. (1-tailed) . ,000
N 30 30
SWB Correlation Coefficient ,899 **
1,000
Sig. (1-tailed) ,000 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
SIMPLE SWB
Spearman's rho SIMPLE Correlation Coefficient 1,000 ,752**
Sig. (1-tailed) . ,000
N 30 30
SWB Correlation Coefficient **
,752 1,000
Sig. (1-tailed) ,000 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
OTHERS SWB
Spearman's rho OTHERS Correlation Coefficient 1,000 ,766**
Sig. (1-tailed) . ,000
N 30 30
SWB Correlation Coefficient ,766 **
1,000
Sig. (1-tailed) ,000 .
N 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed).
101
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 91 - 114
Dari tabel 4, diketahui bahwa terdapat Tabel 7. Distribusi Frekuensi Sense of Abundance
korelasi positif signifikan yang kuat di
Skor Kategori Frekuensi Presentase
antara faset appreciation of simple total (%)
pleasures dan subjective well-being, di <90 Rendah 4 13.33%
mana r = 0,752. Artinya, jika seseorang ≥90 Tinggi 26 86.67%
memiliki faset appreciation of simple Total 30 100
pleasures yang tinggi, maka ia akan
memiliki subjective well-being yang tinggi Dari tabel di atas, terlihat bahwa sebagian
pula. besar odapus wanita dewasa awal di
Dari tabel 5, diketahui bahwa terdapat Syamsi Dhuha Foundation, yaitu sebanyak
korelasi positif signifikan yang kuat di 86.67% atau 26 orang memiliki faset sense
antara faset appreciation of others dan of abundance yang tinggi, sedangkan,
subjective well-being, di mana r = 0,764. 13.33% atau 4 orang memiliki sense of
Artinya, jika seseorang memiliki faset abundance yang rendah. Artinya, sebagian
appreciation of others yang tinggi, maka ia besar odapus di Syamsi Dhuha Foundation
akan memiliki subjective well-being yang merasakan banyak kebaikan di dalam
tinggi pula. hidupnya.
102
Hubungan Gratitude dan Subjective Well-Being Odapus Wanita Dewasa Awal Di Syamsi Dhuha Foundation Bandung (Nadia Felicia
Mahardhika, Lilim Halimah)
Dari tabel di atas, terlihat bahwa Dari tabel di atas, terlihat bahwa
sebagian besar odapus wanita dewasa awal sebagian odapus wanita dewasa awal di
di Syamsi Dhuha Foundation, yaitu Syamsi Dhuha Foundation, yaitu sebanyak
sebanyak 86.67% atau 26 orang memiliki 63.33% atau 19 orang memiliki komponen
faset appreciation to others yang tinggi, kognitif subjective well-being yang tinggi
sedangkan, 13.33% atau 4 orang memiliki sedangkan, 36.67% atau 11 orang memiliki
appreciation to others yang rendah. komponen kognitif subjective well-being
Artinya, sebagian besar odapus di Syamsi yang rendah. Artinya, sebagian besar
Dhuha Foundation menghargai kebaikan odapus di Syamsi Dhuha Foundation
yang telah diberikan pihak lain kepada memiliki evaluasi kognitif terhadap hidup
dirinya. yang tinggi.
Tabel 10. Persebaran Skor Subjective Well-Being Tabel 12. Distribusi Frekuensi Satisfaction with
Life
Skor Kategori Frekuensi Presentase
total (%) Skor Kategori Frekuensi Presentase
<36 Rendah 9 30% total (%)
≥36 Tinggi 21 70% <15 Rendah 10 33.33%
Total 30 100 ≥15 Tinggi 20 66.67%
Total 30 100
Dari data di atas, terlihat bahwa 21
orang memiliki subjective well-being yang Dari tabel di atas, terlihat bahwa
tinggi, sedangkan, 9 orang sisanya sebagian odapus wanita dewasa awal di
memiliki subjective well-being yang Syamsi Dhuha Foundation, yaitu sebanyak
rendah. Artinya, sebagian besar odapus di 66.67% atau 20 orang memiliki komponen
Syamsi Dhuha Foundation menunjukkan satisfaction with life yang tinggi,
frekuensi ekspresi emosi positif yang sedangkan, 33.33% atau 10 orang memiliki
tinggi, memiliki kepuasan hidup secara komponen kognitif satisfaction with life
umum yang tinggi, dan memiliki kepuasan yang rendah. Artinya, sebagian besar
terhadap berbagai aspek kehidupan yang odapus memiliki global life satisfaction
tinggi. yang tinggi.
103
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 91 - 114
Dari tabel di atas, terlihat bahwa Dari tabel di atas, terlihat bahwa
sebagian odapus wanita dewasa awal di sebagian odapus wanita dewasa awal di
Syamsi Dhuha Foundation, yaitu sebanyak Syamsi Dhuha Foundation, yaitu sebanyak
50% atau 15 orang memiliki komponen 66.67% atau 20 orang memiliki positive
domain satisfaction yang tinggi, sedangkan, affect yang tinggi, sedangkan, 33.33% atau
50% atau 15 orang memiliki komponen 10 orang memiliki komponen kognitif
kognitif domain satisfaction yang rendah. positive affect yang rendah.
104
Hubungan Gratitude dan Subjective Well-Being Odapus Wanita Dewasa Awal Di Syamsi Dhuha Foundation Bandung (Nadia Felicia
Mahardhika, Lilim Halimah)
yang rendah pula. Namun, terdapat 5 orang gratitude trait dan subjective well-being
odapus yang memiliki appreciation of yang tinggi, dibandingkan dengan mereka
others yang tinggi, namun subjective well- yang tidak mengikuti kegiatan keagamaan.
being yang rendah. Selanjutnya, pada faktor demografi
Kemudian, terdapat 21 orang yang status pernikahan, tidak terdapat perbedaan
memiliki faset appreciation of simple skor rata-rata gratitude dan subjective well-
pleasures yang tinggi, memiliki subjective being pada odapus di Syamsi Dhuha
well-being yang tinggi pula. Namun, Foundation. Odapus yang belum menikah
terdapat 9 orang odapus yang memiliki maupun yang sudah menikah sama-sama
appreciation of simple pleasures yang memiliki gratitude trait dan subjective
tinggi, namun subjective well-being yang well-being yang tinggi.
rendah. Terakhir, pada faktor demografi status
Jika dilihat dari total skor gratitude, kesehatan, tidak terdapat perbedaan skor
terdapat 21 orang yang memiliki faset skor rata-rata gratitude pada odapus di Syamsi
total gratitude yang tinggi, memiliki Dhuha Foundation, di mana, mereka yang
subjective well-being yang tinggi pula. memiliki status kesehatan remisi dan flare
Begitu pula, 3 orang odapus yang memiliki sama-sama memiliki skor rata-rata
skor total gratitude yang rendah, memiliki gratitude yang tinggi. Namun, terdapat
subjective well-being yang rendah pula. perbedaan skor rata-rata subjective well-
Namun, terdapat 6 orang odapus yang being. Odapus yang memiliki status
memiliki skor total gratitude yang tinggi, kesehatan remisi memiliki subjective well-
namun subjective well-being yang rendah. being yang tinggi, sedangkan odapus yang
sedang flare memiliki subjective well-being
Pembahasan yang rendah.
Hubungan Faktor Demografi dengan
Gratitude dan Subjective Well-Being Gambaran Hubungan Gratitude dan
Dalam penelitian ini, dilakukan peng- Subjective Well-Being
hitungan rata-rata skor gratitude dan Berdasarkan data yang diperoleh, dari
subjective well-being berdasarkan pada data subjek penelitian sejumlah 30 orang odapus
demografi. Hasilnya terdapat pada tabel 18. wanita dewasa awal di Syamsi Dhuha
Dari tabel 18, pada faktor demografi Foundation, ditemukan hubungan positif
kegiatan keagamaan, terdapat perbedaan yang signifikan antara gratitude dan
skor rata-rata gratitude dan subjective well- subjective well-being. Hasil ini, sesuai
being pada odapus di Syamsi Dhuha dengan teori yang dijabarkan sebelumnya
Foundation. Odapus yang melakukan bahwa gratitude dianggap sebagai faktor
kegiatan keagamaan memiliki tingkat psikologis yang positif dan memiliki
105
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 91 - 114
Tabel 18. Rata-rata Gratitude dan Subjective Well-Being Berdasarkan Data Demografi
Skor Rata-rata
Data Demografi
Gratitude Keterangan Subjective Keterangan
Well-Being
Kegiatan Keagamaan Ya 301,38 Tinggi 44 Tinggi
asosiasi yang erat dengan well-being (Mills, lebih banyak darinya. Ia menemukan
Wilson, Pung, Chinh, Greenberg, Lunde, bahwa disposisi gratitude memiliki korelasi
Maisel, dan Raisinghani, 2015). Menurut negatif dengan disposisi iri. Ketika individu
Wood (2008; dalam Ruini dan Vescovelli, memiliki gratitude terhadap apa yang ia
2013) gratitude adalah prediktor yang miliki, ia tidak akan mau bersusah payah
penting terhadap kepuasan hidup dan afek untuk membandingkan dengan apa yang
positif. dimiliki orang lain, misalnya kesehatan
Selanjutnya, dilakukan uji rank- yang baik. Dengan tanpa membanding-
spearman antar tiap faset gratitude dengan bandingkan dengan kesehatan orang lain
subjective well-being. Hasilnya, terlihat inilah, seseorang akhirnya akan mampu
bahwa ketiga faset gratitude memiliki merasa puas dan mencapai subjective well-
hubungan positif yang signifikan dengan being yang tinggi.
subjective well-being. Sense of abundance Melalui appreciation of others,
memiliki hubungan positif signiifikan yang seseorang akan selalu menyadari keterli-
sangat kuat dengan subjective well-being batan pihak lain di dalam hidupnya dan
(r=0,904), paling tinggi dibandingkan menyadari pentingnya mengekspresikan
dengan kedua faset lainnya. Artinya, rasa syukur tersebut, sebab sumber dari
seseorang yang menganggap hidupnya kebaikan yang ada padanya bersifat
dilimpahkan oleh rahmat, menghargai eksternal, di mana “seseorang menyadari
pihak lain, dan menghargai hal-hal kecil di bahwa pihak lain bertanggung jawab atas
dalam hidup, akan memiliki kepuasan kebaikan tersebut”. Oleh karena itu, dirinya
hidup yang tinggi, baik secara kognitif akan selalu mengekspresikan afek positif
maupun afektif. dan jarang mengekspresikan afek negatif
Melalui faset sense of abundance, sebagai bentuk ekspresi gratitude.
seseorang akan mampu menganggap bahwa Melalui appreciation of simple
segala sesuatu yang dimilikinya adalah pleasures, seseorang akan menghargai
anugerah. McCullough dkk. (2002) sekecil apapun kenikmatan yang ada, meski
berpendapat bahwa fokus terhadap dalam keadaan sakit. Praktek dari gratitude
blessings yang membuat seseorang mampu berfungsi sebagai coping-
bersyukur, secara langsung akan membuat mechanism yang efektif. Ketika seseorang
seseorang tidak akan membuat perban- cenderung menganggap bahwa hidup
dingan dengan orang lain yang memiliki adalah anugerah, ia akan mampu melihat
106
Hubungan Gratitude dan Subjective Well-Being Odapus Wanita Dewasa Awal Di Syamsi Dhuha Foundation Bandung (Nadia Felicia
Mahardhika, Lilim Halimah)
kebaikan yang ada, meski dalam situasi sebesar 70% memiliki subjective well-being
yang tidak menyenangkan, sehingga yang tinggi, sementara itu, 30% atau
kepuasan hidupnya akan tinggi. sebanyak 9 orang sisanya memiliki
subjective well-being yang rendah. Artinya,
Gambaran Gratitude sebagian besar odapus wanita dewasa awal
Berdasarkan data yang diperoleh, di Syamsi Dhuha Foundation memiliki
didapatkan bahwa dari sejumlah 30 orang tingkat kepuasan hidup, baik secara
odapus wanita dewasa awal di Syamsi kognitif dan afektif yang tinggi.
Dhuha Foundation, sebanyak 27 orang atau Dari kedua komponen subjective well-
sebesar 90% memiliki disposisi gratitude being, komponen kognitif memiliki nilai
yang tinggi, sementara itu, 10% sisanya yang lebih rendah dibandingkan dengan
memiliki gratitude yang rendah. Artinya, komponen afektif. Hal ini sama sekali tidak
sebagian besar odapus di Syamsi Dhuha mengejutkan, di mana artinya, seorang
Foundation memiliki disposisi gratitude odapus secara rasio menyadari bahwa
yang tinggi. Hal ini membuktikan bahwa domain satisfaction mereka terganggu,
variabel gratitude memang dapat dilihat terutama dalam area kesehatan. Apalagi
sebagai sebuah disposisi, sebab disposisi jika merujuk faktor demografi, sebagian
akan tetap stabil dalam beragam besar odapus, yaitu 25 orang berstatus
circumstances. Dalam hal ini, para odapus belum menikah, padahal 60% odapus
tetap memiliki penghayatan dilimpahkan wanita dewasa awal sudah berusia 29-40
rahmat, penghargaan terhadap hal-hal kecil tahun. Oleh karena itu, bukanlah hal yang
di dalam hidup, dan menghargai orang lain mengherankan bahwa 50% odapus
sebagai bagian dari nikmat yang ada dalam memiliki domain satisfaction yang rendah.
hidupnya, meskipun mereka ditimpa sakit Meski begitu, secara afektif, mereka
seberat lupus. Seperti yang telah dijelaskan tetap mampu menunjukkan afek positif
Rosenberg (1998; dalam Emmons dan yang tinggi dan afek negatif yang rendah.
McCullough, 2004), gratitude bersifat Padahal, menurut berbagai penelitian,
stabil, di mana disposisi ini tidak akan orang dengan chronic illness atau
mudah berubah karena faktor-faktor disabilities (CID) seringkali memiliki
eksternal. kepuasan terhadap hidup yang rendah
Terdapat 3 faset dalam disposisi dibanding dengan mereka yang tidak
gratitude, yaitu sense of abundance, memiliki CID (Dijkers, 1999: Krause,
appreciation of others, dan appreciation of 1992, dalam Kim dkk., 2011). Artinya,
simple pleasures. Sebagian besar odapus meski diberi sakit kronis seperti lupus, di
memiliki ketiga faset yang tinggi. Dari mana domain satisfaction mereka, terutama
ketiga faset tersebut, faset yang paling dalam aspek kesehatan terganggu, mereka
tinggi adalah appreciation of simple tetap mampu menunjukkan kepuasan hidup
pleasures, artinya para odapus sangat secara keseluruhan yang tinggi. Penemuan
menghayati hal-hal kecil di dalam di atas menunjukkan adanya top-down
hidupnya, seperti makanan yang nikmat, model, di mana perubahan dalam area
mata yang masih mampu melihat, sejuknya kesehatan tidak berpengaruh ke dalam
udara, masih diberi hidup, dan lain kepuasan hidup secara global. Hal ini
sebagainya. sesuai penemuan Brief, Butcher, George,
dan Link (1993), yang menyatakan bahwa
Gambaran Subjective Well-Being domain satisfaction dipengaruhi oleh
Berdasarkan data yang diperoleh, proses top-down. Secara spesifik, Brief
didapatkan bahwa dari sejumlah 30 orang menemukan bahwa trait kepribadian
odapus wanita dewasa awal di Syamsi neuroticism (disposisi dengan kecen-
Dhuha Foundation, sebanyak 21 orang atau derungan memiliki perasaan dan pikiran
107
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 91 - 114
yang negatif) memiliki pengaruh terhadap gratitude yang tinggi, memiliki derajat
kepuasaan seseorang pada domain subjective well-being yang tinggi pula.
kesehatannya, yang juga kemudian Artinya, sebagian besar responden
memengaruhi life satisfaction secara menunjukkan hasil gratitude dan subjective
global. Dalam hal ini, disposisi gratitude well-being sesuai dengan teori dan hasil uji
inilah yang membuat life satisfaction secara analisis.
global menjadi tinggi. Meski begitu, terdapat beberapa hasil
Dengan kata lain, hasil ini sejalan responden yang tidak sesuai dengan hasil
dengan top-down model, yang menyatakan uji analisis. Menurut hasil uji analisis
bahwa kepuasan hidup secara keselu- statistik, gratitude akan memiliki hubungan
ruhanlah yang akan berpengaruh terhadap yang positif dengan subjective well-being,
kepuasan hidup dalam aspek-aspek tertentu namun ternyata beberapa subjek tidak
dalam diri seseorang, bukan sebaliknya. menunjukkan hal yang serupa.
Hal ini sesuai dengan penemuan-penemuan Setelah dianalisis melalui data
sebelumnya, yang mana peneliti seringkali demografi, terlihat bahwa 5 orang yang
dikecewakan oleh begitu kecilnya efek dari memiliki sense of abundance yang tinggi
variabel eksternal dan objektif terhadap namun subjective well-being yang rendah
subjective well-being seseorang. Cambell, ternyata memiliki status kesehatan flare.
Converse, dan Rodgers (1976, dalam Selanjutnya, 9 orang yang memiliki
Diener dkk., 1999), menemukan bahwa appreciation of simple pleasures yang
faktor demografik (misalnya usia, jenis tinggi, namun subjective well-being yang
kelamin, pendapatan, ras, pendidikan, dan rendah, 5 orang memiliki status kesehatan
status pernikahan) hanya memengaruhi flare dan tidak mengikuti kegiatan
sebesar kurang dari 20% dari variasi dalam keagamaan, sementara 4 orang lainnya
subjective well-being. Andrews dan sedang memiliki status kesehatan flare.
Withney (1976, dalam Diener dkk., 1999), Lalu, 5 orang yang memiliki appreciation
hanya mendapatkan pengaruh sebesar 8% of others yang tinggi namun memiliki
dari faktor-faktor eksternal (misalnya subjective well-being yang rendah, ternyata
pendapatan, pendidikan, dan lain-lain) dilaporkan memiliki status kesehatan flare.
terhadap subjective well-being. Argyle (in Kemudian, 5 orang yang memiliki skor
press, dalam Diener dkk., 1999), menga- total gratitude yang tinggi namun
takan bahwa lingkungan luar hanya melaporkan subjective well-being yang
berpengaruh sebesar 15% terhadap variasi rendah, ternyata 1 orang diantaranya
dalam subjective well-being. memiliki status kesehatan flare dan tidak
mengikuti kegiatan keagamaan, sementara
Gambaran Cross-Tab Gratitude dan 5 orang lainnya memiliki status kesehatan
Subjective Well-Being flare.
Dari hasil tabulasi silang antara faset
gratitude dan subjective well-being, terlihat Gambaran Faktor Demografi
bahwa 21 orang yang memiliki faset sense Dalam penelitian ini, terdapat 3 faktor
of abundance yang tinggi, memiliki derajat demografi yang diteliti, yaitu kegiatan
subjective well-being yang tinggi pula, 25 keagamaan, status pernikahan, dan status
orang yang memiliki faset appreciation of kesehatan. Pada status keagamaan, terlihat
others yang tinggi, memiliki derajat sebagian besar odapus di Syamsi Dhuha
subjective well-being yang tinggi pula, 21 Foundation mengikuti kegiatan keagamaan.
orang yang memiliki faset appreciation of Selanjutnya, pada faktor status pernikahan,
simple pleasures yang tinggi, memiliki sebagian besar odapus di Syamsi Dhuha
derajat subjective well-being yang tinggi Foundation usia dewasa awal ini belum
pula, dan 21 orang yang memiliki skor total menikah. Terakhir, pada status kesehatan,
108
Hubungan Gratitude dan Subjective Well-Being Odapus Wanita Dewasa Awal Di Syamsi Dhuha Foundation Bandung (Nadia Felicia
Mahardhika, Lilim Halimah)
sebagian besar odapus di Syamsi Dhuha mereka telat menikah, atau bahkan tidak
Foundation ini sedang mengalami remisi. menikah hingga usia tua. Hal ini
Pada faktor demografi kegiatan disebabkan, lupus merupakan penyakit
keagamaan, terdapat perbedaan skor rata- yang menurun, sehingga jarang ada laki-
rata gratitude dan subjective well-being laki yang mau untuk menerima hal tersebut.
pada odapus di Syamsi Dhuha Foundation. Hal tersebut membuat para odapus telah
Odapus yang mengikuti kegiatan mempersiapkan diri untuk menghadapi
keagamaan memiliki tingkat gratitude trait kenyataan bahwa mereka tidak akan
dan subjective well-being yang tinggi, menikah, sehingga status pernikahan tidak
dibandingkan dengan mereka yang tidak lagi memengaruhi para odapus.
mengikuti kegiatan keagamaan. Hal ini Pada faktor demografi status kesehatan,
menguatkan penemuan sebelumnya di tidak terdapat perbedaan skor rata-rata
mana Eddington dan Shuman (2005), gratitude pada odapus di Syamsi Dhuha
mengatakan bahwa berbagai studi yang Foundation, di mana mereka yang memiliki
besar dengan sampel nasional, status kesehatan remisi dan flare sama-
menunjukkan bahwa subjective well-being sama memiliki skor rata-rata gratitude yang
berkorelasi secara signifikan terhadap tinggi. Namun, terdapat perbedaan skor
kekuatan hubungan dengan Tuhan (Pollner, rata-rata subjective well-being. Odapus
1989), pengalaman ibadah (Poloma dan yang memiliki status kesehatan remisi
Pendleton, 1991), dan partisipasi memiliki subjective well-being yang tinggi,
keagamaan (Ellison, Gay, dan Glass, 1989). sedangkan, odapus yang sedang flare
Selanjutnya, pada faktor demografi memiliki subjective well-being yang
status pernikahan, tidak terdapat perbedaan rendah. Hal ini memperkuat teori menurut
skor rata-rata gratitude dan subjective well- Rosenberg (1998, dalam Emmons dan
being pada odapus di Syamsi Dhuha McCullough, 2004), bahwa gratitude
Foundation. Odapus yang belum menikah affective trait merupakan treshold emosi
maupun yang sudah menikah sama-sama yang bersifat stabil di dalam kepribadian
memiliki gratitude trait dan subjective seseorang. Oleh karena itu, meski odapus
well-being yang tinggi. Hal ini dijelaskan dalam keadaan flare sehingga harus lebih
oleh Cambell dkk. (1976, dalam Diener banyak beristirahat ketimbang dalam
dkk., 1999), bahwa faktor demografik keadaan remisi, gratitude affective trait
(misalnya usia, jenis kelamin, pendapatan, odapus tidak akan terpengaruh, sebab itu
ras, pendidikan, dan status pernikahan) merupakan sesuatu yang bersifat ajeg di
hanya memengaruhi sebesar kurang dari dalam kepribadiannya.
20% dari variasi dalam subjective well- Sementara itu, subjective well-being
being. Andrews dan Withney (1976, dalam bersifat kurang stabil, sebab pleasant dan
Diener dkk., 1999), hanya mendapatkan unpleasant affect akan dipengaruhi oleh
pengaruh sebesar 8% dari variabel di atas peristiwa yang baru terjadi di dalam hidup
terhadap subjective well-being. Bahkan, odapus. Hal ini menurut penelitian
Argyle (in press, dalam Diener dkk., 1999), Stallings, Dunham, Gatz, Baker, dan
mengatakan bahwa lingkungan luar hanya Bengston (1997), bahwa pengalaman baik
berpengaruh sebesar 15% terhadap variasi dalam kehidupan sehari-hari berkorelasi
dalam subjective well-being. Artinya, jika dengan munculnya pleasant affect, begitu
seseorang memiliki disposisi gratitude pula sebaliknya, pengalaman yang buruk
yang tinggi, ia akan memiliki subjective dalam kehidupan sehari-hari berkorelasi
well-being yang tinggi pula, tanpa dengan unpleasant affect. Oleh karena itu,
memandang status pernikahan. ketika odapus mengalami flare, adalah hal
Selain itu, menurut hasil wawancara yang sangat wajar jika hal tersebut
dengan para odapus wanita, seringkali memengaruhi ekspresi afek odapus, yang
109
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 91 - 114
110
Hubungan Gratitude dan Subjective Well-Being Odapus Wanita Dewasa Awal Di Syamsi Dhuha Foundation Bandung (Nadia Felicia
Mahardhika, Lilim Halimah)
111
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 91 - 114
112
Hubungan Gratitude dan Subjective Well-Being Odapus Wanita Dewasa Awal Di Syamsi Dhuha Foundation Bandung (Nadia Felicia
Mahardhika, Lilim Halimah)
Ruini, C., Vescovelli, F. 2013. The Role of Suryabrata, Sumadi. (1994). Metodologi
Gratitude in Breast Cancer: Its Penelitian, Jakarta: Raja Grafindo
Relationships with Post-traumatic Persada
Growth, Psychological Well-Being Watkins, Philip C., Woodward, Katharane,
and Distress, Journal Happiness Stone, Tamara, Kolts, Russell, L.
Study, 14, 263–274 DOI 2002. Gratitude and Happiness:
10.1007/s10902-012-9330-x Development of a Measure of
Scherer, M.J. & Cushman, L.A. 2001. Gratitude, and Relationship with
Measuring Subjective Quality of Subjective Well-being, Social
Life for Spinal Cord Injury: a Behavior & Personality: An
Validation Study of the Assistive International Journal, 31, 431-452.
Technology Devise Predisposition http://dx.doi.org/10.13072/midss.10
Assessment, Disability and 0
Rehabilitation, 23(9), 387-393. Watkins. 2013. Gratitude and the Good
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubme Life: Toward a Psychology of
d/11394589 Appreciation, New York: Springer
Stallings, M.C., Dunham, C.C., Gatz, M., Science+Business Media Dordrecht
Baker, L.A., & Bengtson, V.L. DOI 10.1007/978-94-007-7253-3 1
1997. Relationships among Life Yennya & Herwana, Elly. 2006. Prevalensi
Events and Psychological Well- Penyakit Kronis dan Kualitas Hidup
being: More Evidence for a Two- pada Lanjut Usia di Jakarta Selatan,
factor Theory of Well-being, Universa Medicina, 25(4).
Journal of Applied Gerontology, 16, Zar, Jerrold H. (1984). Biometry, New
104–119. Jersey: Prentice-Hall.
113
Psympathic, Jurnal Ilmiah Psikologi Juni 2017, Vol. 4, No.1, Hal: 91 - 114
114