You are on page 1of 7

DOI :http://dx.doi.org/10.31983/jrmik.v2i2.

5350 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan


Volume 2 No 2 (Oktober, 2019)

Tinjauan Ketepatan Koding Penyakit Gastroenteritis Pada Pasien BPJS Rawat


Inap di UPTD RSUD Kota Salatiga

Review of the Accuracy of Coding for Gastroenteritis in Inpatient BPJS Patients


in UPTD RSUD Kota Salatiga

Elise Garmelia1)
Maulida Sholihah2)

1)Jurusan Rekam Medis dan Informasi Kesehatan ; Poltekkes Kemenkes Semarang


Jl. Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang
2)RSUD Dr. Moewaardi Surakarta

Jl. Kolonel Sutarto o. 132, Jebres, Surakarta


Email: elsa0306@gmail.com, maulidasholihah10@gmail.com,

Abstract

One of the factors causing the inaccuracy of writing diagnosis code is sometimes doctors do not write the
diagnosis in the complete form so that medical record errors occur in determining the diagnosis code. Based
on preliminary studies that researchers have done in UPTD RSUD Salatiga, the researchers found the
results of encoding gastroenteritis disease is inappropriate. Researchers took a random sample, from 8
medical records of patients with BPJS gastroenteritis inpatient there were 6 medical records showing the
inaccuracy of encoding diagnosis with 75% percentage of incorrect code and there was different writing of
gastroenteritis diagnosis on admission discharge form and discharge summary form.The purpose of this
study to determine the accuracy of coding disease gastroenteritis. The type of the research is descriptive
quantitative research using cross sectional approach. The population in this research is medical record of
inpatients of BPJS gastroenteritis case in january 2017 until october 2017, with the sample of 82 medical
record by using simple random sampling method.The results showed the percentage of appropriateness
of writing diagnosis on the outline forms form outgoing and returning home is 93.9%, the percentage of
accuracy of gastroenteritis disease code is 91.5% and the percentage of appropriateness of diagnosis with
the result of laboratory examination is 89%. Factors affecting the inaccuracy of coding results are that
medical personnel (physicians) write incomplete and incompatible patients' diagnostic diagnosis of the
form sheet, the coder does not check the results of the laboratory to determine the correct code, the lack of
update activity of the ICD-10 coding latest version. Of these factors can affect the quality of medical records
with the results of coding, claims results and analysis of hospital reporting data.

Keywords: ICD-10; Coding Gastroenteritis

Abstrak

Salah satu faktor penyebab dari ketidaktepatan penulisan kode diagnosis adalah terkadang dokter tidak
menuliskan diagnosis dengan lengkap sehingga terjadi kesalahan perekam medis dalam menentukan kode
diagnosis. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah peneliti lakukan di UPTD RSUD Kota Salatiga
ditemukan hasil pengkodean penyakit gastroenteritis yang tidak tepat. Peneliti mengambil sampel secara
random, dari 8 rekam medis pasien BPJS rawat inap penyakit gastroenteritis terdapat 6 rekam medis yang
menunjukkan ketidaktepatan pengkodean diagnosis dengan persentase 75 % kode tidak tepat dan terdapat
perbedaan penulisan diagnosis gastroenteritis pada formulir ringkasan masuk keluar dan ringkasan
pulang.Tujuan penelitian untuk mengetahui ketepatan koding penyakit gastroenteritis. Jenis penelitian
yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
Populasi dalam penelitian ini adalah rekam medis rawat inap pasien BPJS kasus gastroenteritis pada bulan
januari 2017 sampai bulan oktober 2017, dengan sampel 82 rekam medis dengan menggunakan metode
simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan persentase kesesuaian penulisan diagnosis pada
Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 84
lembar formulir ringkasan masuk keluar dan ringksan pulang 93,9 %, persentase ketepatan pemberian
kode penyakit gastroenteritis 91,5 % dan persentase kesesuaian penulisan diagnosis dengan hasil
pemeriksaan laboratorium 89 %. Faktor-faktor yang mempengaruhi ketidaktepatan hasil pengkodean
adalah tenaga medis (dokter) menuliskan diagnosis gastroenteritis pasien secara tidak lengkap dan tidak
sesuai antar lembar formulir, coder tidak mengecek hasil pemeriksaan penunjang (laboratorium) untuk
menentukan kode yang tepat, kurangnya kegiatan update koding ICD-10 Versi terbaru. Dari faktor-faktor
tersebut dapat mempengaruhi mutu rekam medis dengan hasil pengkodean, hasil klaim dan analisa data
pelaporan rumah sakit.

Kata Kunci : ICD-10; Koding Gastroenteritis

1. Pendahuluan Kesehatan Nasional, pengajuan pembiayaan


Rumah Sakit menurut Undang - undang kesehatan klaim pada INA-CBG’s dengan
Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 (Pasal 1), menggunakan kode.
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan Salah satu faktor penyebab ketidaktepatan
kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan penulisan kode diagnosis terkadang dokter
kesehatan perorangan secara paripurna yang tidak menuliskan diagnosis dengan lengkap
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, sehingga terjadi kesalahan perekam medis
dan gawat darurat. Pelayanan kesehatan dalam menentukan kode diagnosis dan
terhadap masyarakat perlu tercatat atau terekam penyakit. Ketepatan koding penyakit dan
sebagai dokumen penting yang bersifat rahasia tindakan medis penting dalam rekam medis
yang dinamakan rekam medis. pasien selain kelengkapan rekam medis yang
Rekam Medis menurut Edna K Huffman bermutu, diagnosis juga diperukan dalam
adalab berkas yang menyatakan siapa, apa, pelayanan medis lainnya.
mengapa, dimana, kapan dan bagaimana Peraturan Menteri Kesehatan Republik
pelayanan yang diperoleh seorang pasien selama Indonesia Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
dirawat atau menjalani pengobatan. Rekam Panduan Praktis Klinis (PPK) Bagi Dokter Di
medis yang baik merupakan cerminan pelayanan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer,
kesehatan yang bermutu. Gastroenteritis adalah peradangan mukosa
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan lambung dan usus halus yang ditandai dengan
RI No. 377/MenKes/SK/III/ 2007 Tentang diare, buang air besar lembek atau cair, dapat
Standar Profesi Perekam Medis dan Informasi bercampur darah atau lendir dengan frekuensi
Kesehatan disebutkan bahwa kompetensi 3 kali atau lebih dalam waktu 24 jam disertai
pertama dari seorang perekam medis adalah muntah, demam, dan rasa tidak enak diperut.
menentukan kode penyakit dan tindakan medis UPTD RSUD Kota Salatiga merupakan
dalam pelayanan dan manajemen kesehatan. Rumah Sakit bertipe B Pendidikan dan telah
Acuan yang digunakan dalam pengkodean bekerjasama dengan BPJS Kesehatan dalam
penyakit yaitu ICD-10 dan acuan pengkodean pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional
tindakan medis yaitu ICD-9 CM. (JKN). Pada umumnya jenis pasien yang ada di
Peraturan Menteri Kesehatan Republik UPTD RSUD Kota Salatiga adalah pasien BPJS
Indonesia Nomor 76 Tahun 2016 Tentang yang melakukan pembayaran pelayanan
Pedoman Indonesia Case Base Groups (INA- kesehatan berdasarkan tarif yang ada pada
CBG) dalam Pelaksanaan Jaminan Kesehatan software INA-CBG’s. UPTD RSUD Kota
Nasional disebutkan bahwa Jaminan Kesehatan Salatiga telah melaksanakan standar
Nasional adalah jaminan berupa perlindungan pengkodean dengan menggunakan ICD-10
kesehatan agar peserta memperoleh manfaat dan ICD-9CM Versi 2010.
pemeliharaan kesehatan dan perlindungan Dari sumber data yang ada di UPTD
dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan RSUD Kota Salatiga pada tahun 2017 diagnosis
yang diberikan kepada setiap orang yang telah Gastroenteritis termasuk dalam daftar 10 besar
membayar iuran atau iuran yang dibayar oleh penyakit pasien rawat inap dengan morbiditas
pemerintah. Dalam pemberlakuan Jaminan tertinggi Berdasarkan studi pendahuluan yang
Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 85
telah peneliti lakukan di UPTD RSUD Kota ringkasan masuk keluar dan ringkasan pulang,
Salatiga, didapatkan hasil observasi sebagai ketepatan pemberian kode gastroenteritis,
berikut : ditemukan hasil pengkodean penyakit kesesuaian hasil pemeriksaan laboratorium
gastroenteritis pada rekam medis pasien BPJS dengan penulisan diagnosis gastroenteritis
rawat inap yang tidak tepat/kurang spesifik serta faktor-faktor yang mempengaruhi
dikarenakan tidak ada karakter ke-4 yang ketepatan koding gastroenteritis.
menjelaskan patologi penyakit gastroenteritis a. Kesesuaian Penulisan Diagnosis
infeksi maupun non infeksi dan terdapat Gastroenteritis yang Tertulis Pada Lembar
penentuan kode yang tidak sesuai dengan hasil Formulir Ringkasan Masuk Keluar dan
pemeriksaan laboratorium. Peneliti mengambil Ringkasan Pulang
sampel secara random, dari 8 rekam medis pasien Dari sampel acak pasien gastroenteritis 2017
BPJS rawat inap penyakit gastroenteritis terdapat yang telah peneliti kelompokkan berdasarkan
6 rekam medis yang menunjukkan ketidaktepatan usia pasien gastroenteritis yang dirawat oleh
pengkodean diagnosis dengan persentase 75 % kode DPJP dan berdasarkan jenis kelamin pasien
tidak tepat misalnya gastroenteritis acute dengan kode yang menderita gastroenteritis dengan
ICD-10 (A09) saja, selain itu terdapat penulisan persentase sebagai berikut :
diagnosis gastroenteritis yang kurang lengkap dan Tabel 1. Persentase Berdasarkan Usia
berbeda penulisan diagnosis pada lembar formulir Pasien Gastroenteritis Yang Dirawat Dokter
ringkasan masuk keluar dan ringkasan pulang.
Penanggungjawab Pasien
Dampak yang terjadi bila terdapat ketidaktepatan
Usia Pasien
kode maupun ketidaksesuaian penulisan diagnosis
akan berpengaruh pada turunnya mutu pelayanan DPJP 1 – 4 5 – 14 15 – 24 > 25 (∑) (%)
serta mempengaruhi analisa data pelaporan dan tahun tahun tahun tahun
ketepatan tarif INA-CBG’s dalam pengantian biaya
Spesialis
kepada pihak rumah sakit. Berdasarkan uraian diatas 5 39
Penyakit 34 - - 47,6 %
peneliti tertarik ingin mengambil judul “Tinjauan Anak
Ketepatan Koding Penyakit Gastroenteritis Pada
Pasien BPJS Rawat Inap UPTD RSUD Kota Salatiga”. Spesialis
12 31 43
Penyakit - - 52,4 %
Dalam
2. Metode
Jenis penelitian yang digunakan adalah ∑ Total Pasien 82 100 %
penelitian deskriptif kuantitatif dengan
pendekatan cross sectional yaitu variable sebab Sumber : Data Primer Rekam Medis
atau resiko dan akibat atau kasus yang terjadi
pada objek penelitian yang diukur atau Tabel 2. Persentase Berdasarkan Jenis
dikumpulkan secara simultan (dalam waktu yang Kelamin Pasien Gastroenteritis
Berdasarkan (%)
bersamaan) (Notoatmodjo, 2010). No (∑)
Jenis Kelamin Pasien
Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan 53,7 %
Januari - Mei 2018 di Instalasi Rekam Medis 1. Laki-laki 44 pasien
UPTD RSUD Kota Salatiga dengan 82 sampel 2. Perempuan 38 pasien
46,3 %
rekam medis pasien BPJS rawat inap kasus GE
100 %
dan melakukan wawancara dengan 2 petugas ∑ Total 82 pasien
rekam medis bagian koding. Metode Sumber : Data Primer Rekam Medis
pengumpulan data menggunakan metode Dari 82 sampel rekam medis didapatkan : 77
observasi dan wawancara. Analisis dilakukan penulisan diagnosis pada rekam medis pasien
dengan analisis statistik yang bersifat deskripsi. gastroenteritis yang sesuai dan hanya ada 5
penulisan diagnosis gastroenteritis yang tidak
3. Hasil dan Pembahasan sesuai antara lembar formulir ringkasan
Ketepatan kode penyakit gastroenteritis di masuk keluar dan ringkasan pulang dengan
kelompokkan berdasarkan beberapa kriteria persentase sebagai berikut :
ketepatan yaitu kriteria kesesuaian penulisan
diagnosis yang tertulis pada lembar formulir
Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 86
Tabel 3. Kesesuaian Penulisan Oleh karena itu, isi formulir ringkasan
Diagnosis Gastroenteritis pada Formulir masuk keluar dan ringkasan pulang harus
Ringkasan Masuk Keluar dan Ringkasan saling berkaitan sesuai dan lengkap agar
Pulang memudahkan dokter dalam memberikan
No
Kriteria Penulisan
(∑) (%)
pengobatan kembali kepada pasien sehingga
Diagnosis pasien mengetahui riwayat penyakitnya secara
1. Sesuai (Sama) 77 kasus 93,9 % jelas dan runtut.
Tidak sesuai b. Ketepatan Pemberian Kode Penyakit
2. 5 kasus 6,1 %
(berbeda) Gastroenteritis
∑ Total 82 kasus 100 % Dari 82 sampel rekam medis pasien BPJS
rawat inap penyakit gastroenteritis pada tahun
Tabel 4 Distribusi Usia Pasien dengan 2017, terdapat 7 kode diagnosis gastroenteritis
Perbedaan Penulisan Diagnosis yang tidak tepat dan 75 kode diagnosis
Gastroenteritis pada Formulir Ringkasan gastroenteritis yang tepat dengan persentase
Masuk Keluar dan Ringkasan Pulang ketepatan pemberian kode diagnosis penyakit
Formulir Formulir
Usia gastroenteritis pasien BPJS rawat inap di UPTD
No Ringkasan Ringkasan
Pasien RSUD Kota Salatiga sebagai berikut :
Masuk Keluar Pulang
1. ≥ 15 tahun GE, Ca. Rectum Ca. Recti Tabel 5 Ketepatan Pemberian Kode
2. ≥ 15 tahun GEA Dehidrasi GEA Penyakit Gastroenteritis Pada Lembar
Sedang, Disentri Dehidrasi Formulir Ringkasan Masuk Keluar (RMK)
Sedang
3. 1 tahun – 4 DCA Disentri Diare Cair Ketepatan Pemberian
No (∑) (%)
Kode RMK
tahun Akut
4. ≥ 15 tahun Disentri, Anemia Disentri, 1. Tepat (Sesuai) 75 kasus 91,5 %
Hemoroids Anemia 2. Tidak Tepat 7 kasus 8,5 %
5. 1 tahun – 4 Diare Cair Akut Diare Cair ∑ Total 82 kasus 100 %
tahun Dehidrasi Sedang Akut
Sumber : Data Primer Rekam Medis Pasien
(ada amoeba)
Gastroenteritis
Tabel 6. Ketidaktepatan Pemberian Kode
Dari hasil analisa ketidaksesuaian antara
dengan Diagnosis Pada Formulir
lembar formulir ringkasan masuk keluar dan
Ringkasan Masuk Keluar Maupun Pada
ringkasan pulang didapatkan penulisan
Formulir Ringkasan Pulang
diagnosis terbanyak yang tidak sesuai pada Diagnosis pada
Kode Kode
rekam medis pasien usia≥ 15 tahun yang No Ringkasan Masuk Keluar
Petugas Peneliti
/ pada Ringkasan Pulang
dilakukan penulisan diagnosis oleh Dokter
Spesialis Penyakit Dalam. GEA pada Gravida 7 A09 O98.8
1.
Bulan O98.8 A09.0
Adapaun ketidaksesuaian penulisan
GEA pada Gravida 7 A09 O98.8
diagnosis tersebut dikarenakan terdapat 2.
Bulan O98.8 A09.0
penulisan diagnosis yang tidak lengkap dan tidak
konsisten antara lembar formulir ringkasan UPTD RSUD Kota Salatiga sudah
masuk keluar dan ringkasan pulang, dan terdapat menggunakan buku pedoman ICD-10 Versi
penulisan singkatan diagnosis yang tidak 2010 dan berdasarkan wawancara dengan
konsisten pada diagnosis penyakit gastroenteritis coder diketahui bahwa untuk pengkodean
pasien kasus gastroenteritis pada aplikasi BPJS dulu
Penulisan diagnosis yang berbeda atau tidak hanya support dengan ICD-10 Versi 2005
lengkap ini akan mempengaruhi pada hasil dengan kode gastroenteritis kode A09 saja,
pengkodean yang akan dilakukan oleh coder akan tetapi berdasarkan observasi peneliti
sehingga akan berpengaruh pada analisa data pada aplikasi SIMRS hanya support dengan
pelaporan rumah sakit dan terutama akan ICD-10 versi 2005 dengan kode gastroenteritis
berpengaruh dalam sistem pembiayaan A09 saja dan aplikasi klaim BPJS sudah
pelayanan kesehatan oleh BPJS kepada rumah berganti ke versi ICD-10 versi 2010. Persentase
sakit.
Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 87
ketepatan kode sebesar 91,5 % sesuai standar 2) Pemeriksaan kadar ureum dan keratin
pengkodean jika dibandingkan dengan versi untuk mengetahui faal ginjal
2005 dan ketidaktepatan kode sebesar 6,1 % 3) Pemeriksaan elektrolit terutama kadar
dikarenakan salah dalam menentukan kode yang Na, K, Kalsium dan posfat.
tepat sehingga tidak sesuai dengan standar Menurut Peraturan Menteri Kesehatan
pengkodean. No. 269 Tahun 2008 Tentang Rekam Medis
bahwa Indikator Mutu Rekam Medis
c. Kesesuaian Hasil Pemeriksaan mencakup beberapa indikator salah satunya
Laboratorium dengan Penulisan yaitu indikator kelengkapan isian rekam medis
Diagnosis Kasus Gasroenteritis penunjang medis dan diagnosis.
Hasil penelitian di UPTD RSUD Kota
Salatiga didapatkan dari 82 sampel rekam d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil
medis pasien BPJS rawat inap penyakit Pengkodean Penyakit Gastroenteritis
gastroenteritis pada tahun 2017, terdapat 73 Faktor pertama yang mempengaruhi hasil
diagnosis pasien kasus gastroenteritis yang pengkodean penyakit yang dilakukan coder
sesuai (lengkap) dengan hasil pemeriksaan adalah tenaga medis sebagai pemberi
laboratorium, 4 diagnosis pasien kasus pelayanan kesehatan dalam menetapkan
gastroenteritis yang tidak diagnosis pasien diagnosis pasien Berdasarkan tabel 4.3 dan
kasus gastroenteritis yang dilakukan tabel 4.4 menunjukkan terdapat perbedaan
pemeriksaan laboratorium terdapat hasil penulisan diagnosis sebanyak 5 kasus dengan
pemeriksaan bakteri amoeba hystolitica (+). ini petugas coder belum melakukan evaluasi
Hasil tersebut setelah dilakukan pengolahan dan review terhadap rekam medis pasien
data didapatkan persentase kesesuaian hasil gastroenteritis.
pemeriksaan laboratorium dengan diagnosis Faktor kedua yang mempengaruhi hasil
kasus gastroenteritis sebagai berikut : pengkodean penyakit yang dilakukan coder
Tabel 8. Kesesuaian Hasil Pemeriksaan adalah tidak melihat hasil pemeriksaan
Laboratorium Dengan Diagnosis Kasus penunjang untuk menentukan kode yang
Gastroenteritis UPTD RSUD Kota Salatiga tepat. Berdasarkan tabel 4.7 menunjukkan
Kesesuaian Diagnosis bahwa ketidaktepatan pemberian kode
No (∑) (%)
dengan Hasil Lab
dikarenakan ketidaksesuaian penulisan
1. Sesuai 73 kasus 89 % diagnosis dengan hasil pemeriksaan
Tidak sesuai (Bakteri laboratorium.
2. 5 kasus 6,1 %
Amoeba Hystolitica (+))
3. Tidak ada pemeriksaan 4 kasus 4,9 % Faktor ketiga yang mempengaruhi hasil
laboratorium pengkodean penyakit yang dilakukan coder
Jumlah Total 82 kasus 100 % adalah kurang mengupdate buku pedoman
Sumber : Data Primer Rekam Medis Pasien koding WHO.
Gastroenteritis 4. Simpulan dan Saran
a. Simpulan
Menurut buku panduan praktik klinis
Berdasarkan hasil dan pembahasan
bagi dokter bahwa untuk penyakit
diatas dapat ditarik simpulan bahwa :
gastroenteritis dilakukan pemeriksaan
1) Persentase kesesuaian penulisan
penunjang atau laboratorium misalnya
diagnosis gastroenteritis pada lembar
mencakup :
formulir ringkasan masuk keluar dan
1) Pemeriksaaan tinja
ringkasan pulang sebesar 93,9 %,
Makroskopis dan mikroskopis, ph dan
sedangkan persentase
kadar gula dalam tinja, dan resistensi feces
ketidaksesuaian antara lembar
(colok dubur)
formulir ringkasan masuk keluar dan
Analisa gas darah apabila didapatkan
ringkasan pulang sebesar 6,1%.
tanda-tanda gangguan keseimbangan
2) Persentase ketepatan pemberian kode
asam basa (pernafasan kusmaul).
diagnosis gastroenteritis sebesar 91,5
%, sedangkan ketidaktepatan
Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 88
pemberian kode diagnosis Aru W, Sudoyo. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit
gastroenteritis sebesar 8,5%. Dalam. Jakarta : Interna Publishing.
3) Dari total sampel diperoleh persentase Digdowirogo, Hadjat S, dkk. (2014). Panduan
kesesuaian hasil pemeriksaan Praktik Klinis Bagi Dokter. (Online),
laboratorium dengan diagnosis kasus (Http://Fk.Unila.ac.id, diakses 3 Maret
Gatroenteritis sebesar 89 %, 2018).
ketidaksesuaian hasil pemeriksaan .(2010). Pedoman Praktik Dokter
laboratorium dengan diagnosis sebesar 6,1 Spesialis Anak. (Online).
%, dan tidak ada hasil pemeriksaan http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wpcontent
laboratorium sebesar 4,9 %. / uploads2017/03/Pedoman-Praktik-
4) Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil Dokter-Spesialis-Anak.pdf. Diakses tanggal 24
koding gastroenteritis yaitu tenaga medis April 2018.
Hatta, Gemala R. (2013). Pedoman Manajemen
(dokter) menuliskan diagnosis
Informasi Kesehatan Disarana Pelayanan
gastroenteritis pasien secara tidak lengkap Kesehatan. Jakarta : Ui-Press.
dan tidak sesuai antar lembar formulir, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011).
coder tidak mengecek hasil pemeriksaan Health Statistics. (online)
penunjang (laboratorium) untuk http://www.depkes.go.id/resources/downlo
menentukan kode yang tepat, kurangnya ad/pusdatin/profilkesehatan/profil-
kegiatan update koding ICD-10 Versi 2010. kesehatan-indonesia 2011.pdf. Diakses tanggal
20 April 2018.Jakarta : Kementrian Kesehatan
b. Saran RI.
1) Petugas koding (PMIK) selalu melakukan Keputusan Menteri Kesehatan RI No
update koding berdasarkan ICD-10 Versi 377/Menkes/Sk/Iii/2007 Tentang Standar Profesi
terbaru. Perekam Medis Dan Informasi
Kesehatan.2007.Jakarta : Menkes RI.
2) Petugas coding melakukan pengembangan
Kresnowati, Lily dan Ernawati. (2012). Analisis
keilmuan yang berhubungan audit coding Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Akurasi
dengan hasil pemeriksaan laboratorium. Koding Diagnosis Dan Prosedur Medis Pada
3) Jika rumah sakit mengadakan kegiatan Dokumen Rekam Medis Di Rumah Sakit Kota
audit klinis dengan dokter sebaiknya Semarang. Semarang : Program Studi Rekam
mengikut sertakan PMIK. Medis dan Informasi Kesehatan, Universitas
4) Meningkatkan komunikasi dan kolaborasi Dian Nuswantoro.
coder dengan bagian pengelolaan klaim. Komisi Akreditasi Rumah Sakit. (2017). Standar
5) Sebaikanya mensosialisasikan kepada Nasional Akreditasi Rumah Sakit Edisi I
(Online).(http://www.pdpersi.co.id/kanalpersi/ma
dokter mengenai pentingnya menulisakan
najemen_mutu/data/snars_edisi1.pdf, diakses
diagnosis pasien dengan lengkap. tanggal 25 April 2018).
5. Ucapan Terimakasih Nani. BAB 1 PENDAHULUAN.
(http://eprints.undip.ac.id/32688/1/1.pdf,
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah
diakses tanggal 27 April 2018).
penulis banyak mendapat saran, kritik,
Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian
dorongan, bimbingan serta keterangan- Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
keterangan dari banyak pihak, yang Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
menjadikan penulis dapat menyusun karya Nomor 76 Tahun 2016 Tentang Pedoman
tulis ini dengan baik dan dapat Indonesia Case Base Groups (INA-CBG) Dalam
dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional.2016.
dengan segala hormat dan kerendahan hati Jakarta : Menkes RI.
perkenankan penulis mengucapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2014 Tentang
terimakasih untuk seluruh pihak yang terlibat
dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Panduan Praktis Klinis (PPK) Bagi Dokter Di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Primer. 2014. Jakarta
6. Daftar Pusataka :Menkes RI.

Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 89
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269 / Menkes / Per / III/ 2008 Tentang Rekam
Medis. 2008. Jakarta : Menkes RI.
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 55
Tahun 2013 Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
Perekam Medis. Jakarta : Menkes RI.

Copyright ©2019 Jurnal Rekam Medis dan Informasi Kesehatan e-ISSN 2622-7614 90

You might also like