Professional Documents
Culture Documents
1 Februari 2020
http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi
Abstract
Coding is a classification of diagnostic results, but in practice there are still
errors both in terms of writing a diagnosis that is not clear to the writing of an
incorrect diagnosis. Based on a preliminary survey that researchers conducted, it
was found that writing diagnoses were not clear as much as 60%, writing
diagnoses were not correct as much as 60%, and improper coding were as many
as 80% of the 10 medical record files. This study aims to determine the
relationship between the clarity and accuracy of writing the diagnosis with the
accuracy of coding diagnosis in the Kerinci Pelompek Health Center. This
research was conducted at the Kerinci Pelompek Health Center. This type of
research is descriptive using quantitative methods with cross sectional design.
The population is 650 medical records and sampled 87 files using systematic
random sampling technique. This research was conducted by observation and
using a checklist table. Data were analyzed univariately and bivariately using
computerization. The results showed that the clarity of writing the diagnoses was
not clear as much (57.5%), the accuracy of writing the diagnoses was not right as
much as (64.4%), the accuracy of the coding was incorrect (54.0%), and the
results of the bivariate analysis were related. between clarity and accuracy of
coding diagnosis p value = 0.001 (p <0.05). and there is a relationship between
accuracy with the accuracy of coding diagnosis p-value = 0.005 (p <0.05).
Keywords: Clarity, Accuracy, Encoding.
Abstrak
Pengodean merupakan pengklasifikasian hasil diagnosa namun dalam
pelaksanaannya masih terdapat kesalahan baik dari segi penulisan diagnosa yang
tidak jelas hingga penulisan diagnosa yang tidak tepat. Berdasarkan survey awal
yang peneliti lakukan ditemukan tulisan diagnosa tidak jelas sebanyak 60%,
penulisan diagnosa tidak tepat sebanyak 60%, dan pengodean yang tidak tepat
sebanyak 80% dari 10 berkas rekam medis. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan kejelasan dan ketepatan penulisan diagnosa dengan
ketepatan pengodean diagnosa di Puskesmas Pelompek Kerinci. Penelitian ini
dilakukan di Puskesmas Pelompek Kerinci. Jenis penelitian ini deskriptif
menggunakan metode kuantitatif dengan desain cross sectional. Populasi
berjumlah 650 berkas rekam medis dan dijadikan sampel 87 berkas dengan
menggunakan teknik systematic random sampling. Penelitian ini dilaksanakan
dengan cara observasi dan menggunakan tabel checklist. Data dianalisa secara
univariat dan bivariat dengan menggunakan komputerisasi. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kejelasan penulisan diagnosa tidak jelas sebanyak (57,5%),
ketepatan penulisan diagnosa tidak tepat sebanyak (64,4%), ketepatan pengodean
yang tidak tepat sebanyak (54,0%), dan hasil analisa bivariat terdapat adanya
hubungan antara kejelasan dengan ketepatan pengodean diagnosa pvalue= 0,001
Lembaga Penelitian dan Pegabdian
STIKES Dharma Landbouw Padang
e-ISSN: 2715-5250 43
Administration & Health Information of Journal Vol. 1 No.1 Februari 2020
http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi
Penulisan diagnosa dokter yang sulit dibaca dan menginput diagnosa yang
tidak tepat akan berpengaruh terhadap informasi yang dihasilkan karena adanya
ketidakakuratan data yang disajikan sehingga dapat berdampak terhadap kualitas
informasi dan keakuratan kode, selain itu berdampak bagi puskesmas dalam
sistem pembayaran. Kualitas data yang terkode merupakan hal penting bagi
kalangan tenaga personal manajemen informasi kesehatan, keakuratan data
diagnosis sangat krusial dibidang manajemen data klinis, penagihan kembali
biaya, beserta hal-hal lain yang berkaitan dengan asuhan dan pelayanan kesehatan
(Gemala Hatta R, 2011).
Kepastian dan ketepatan kode diagnosis pada berkas rekam medis sangat
diperlukan agar informasi dapat dipertanggungjawabkan memaparkan kualitas
fakta yang telah terjadi. Ini akan memungkinkan retrieval informasinya dapat
memenuhi kebutuhan manajemen pasien, institusi, edukasi, riset ataupun
kebutuhan pihak ketiga yang lebih luas dan mampu melindungi kepentingan
provider pelayanan (dokter). Kode diagnosis pasien apabila tidak terkode dengan
akurat maka informasi yang diperolehakan mempunyai tingkat validasi data yang
rendah. Hal ini, akan mengakibatkan ketidakakuratan laporan, misalnya laporan
morbiditas rawat jalan, laporan sepuluh besar penyakit ataupun klaim Jamkesmas
(Gemala Hatta R, 2011).
Berdasarkan penelitian Wulandari Alfionika, (2014) yang dilakukan di
RSUP.Dr.M.Djamil Padang ditemukannya kejelasan penulisan diagnosa 85,0%
dan 15,0% tidak jelas. Penulisan diagnosa penyakit pasien pada berkas rekam
medis berpengaruh terhadap kegiatan pengodean. Sehingga petugas koding
kesulitan dalam menentukan kode diagnosa yang akan berpengaruh terhadap
ketepatan pengodean. Selain itu ditemukannya ketepatan pengodean pada berkas
rekam medis (65%) tepat sesuai dengan ICD-10 dan (35,0%) pengodean diagnosa
tidak tepat, sedangkan ketepatan pengodean sangat penting bagi rumah sakit
maupun puskesmas seperti proses pengindeksan, penyajian statistik laporan serta
pembiayaan.
Puskesmas Pelompek merupakan salah satu puskesmas yang ada di
Kabupaten Kerinci. Berdasarkan survey awal dari 10 rekam medis didapatkan,
bahwa peneliti menemukan penulisan diagnosa yang tidak jelas sebanyak 6
(60%), penulisan diagnosa yang tidak tepat sebanyak 6 (60%), dan pengodean
diagnosa yang tidak tepat sebanyak 8 (80%). Diantaranya terdapat pada diagnosa
Acute Pharyngitis Unsfecified yang ditulis FA. Kemudian penulisan diagnosa
yang tidak tepat terbaca oleh petugas rekam medis dan juga peneliti terdapat pada
diagnosa Acute Tonsilitis yang ditulis TA. Kemudian pengodean diagnosa yang
tidak tepat terdapat pada kode I.90 dimana kode seharusnya adalah I.95 dengan
diagnosa idiopathic hypotension.
Penulisan diagnosa dan pengodean diagnosa yang tidak jelas, tidak tepat,
dan tidak tepat pengodeanya akan berpengaruh terhadap informasi yang
dihasilkan, karena adanya ketidakjelasan dan ketidaktepatan penulisan diagnosa
penyakit dan ketidaktepatan pengodean diagnosa penyakit sehingga dapat
berdampak terhadap kualitas informasi yang disajikan dan ketepatan kode, selain
itu juga berdampak bagi puskesmas disegi pembiayaannya.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini deskriptif menggunakan metode kuantitatif dengan desain
cross sectional. Populasi berjumlah 650 berkas rekam medis dan dijadikan sampel
87 berkas dengan menggunakan teknik systematic random sampling. Penelitian
ini dilaksanakan dengan cara observasi dan menggunakan tabel checklist. Data
dianalisa secara univariat dan bivariat dengan menggunakan komputerisasi.
Total 87 100,0
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari 87 berkas rekam medis pasien rawat
jalan, peneliti menemukan lebih dari separuh (54,0%) pengodean diagnosa
penyakit pada rekam medis rawat jalan tidak tepat.
4. Hubungan Kejelasan Penulisan Diagnosa Penyakit Dengan Ketepatan
Pengodean Diagnosa Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 87 berkas rekam
medis pasien rawat jalan untuk melihat kejelasan penulisan diagnosa dengan
ketepatan pengodean diagnosa, di peroleh data sebagai berikut :
Tabel 5.4
Hubungan Kejelasan Penulisan Diagnosa penyakit dengan Ketepatan
Pengodean Diagnosa Penyakit Pada Rekam Medis Rawat Jalan di Puskesmas
Pelompek Kerinci
Ketepatan
Kejelasan Pengodean
Total
Penulisan Tidak
Diagnosa Tepat Tepat
F % f % f %
Tidak
Jelas 35 74,5 15 37,5 50 57,5
Jelas 12 25,5 25 62,5 37 42,5
Jumlah 47 100,0 40 100,0 87 100,0
pvalue = 0,001
Tabel 5.4 menunjukkan bahwa dari 87 berkas rekam medis pasien rawat
jalan, peneliti menemukan 35 (74,5%) penulisan diagnosa penyakit yang tidak
jelas dan 15 (37,5) pengodean yang tidak tepat. Berdasarkan uji statistik yang
dilakukan diperoleh nilai pvalue= 0,001 (p<0,05), dengan demikian terdapat
hubungan yang bermakna antara kejelasan penulisan diagnosa penyakit dengan
ketepatan pengodean diagnosa penyakit.
5. Hubungan Ketepatan Penulisan Diagnosa Penyakit Dengan Ketepatan
Pengodean Diagnosa Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 87 berkas rekam
medis pasien rawat jalan untuk melihat ketepatan penulisan diagnosa dengan
ketepatan pengodean diagnosa, di peroleh data sebagai berikut :
Tabel 5.5
Hubungan Ketepatan Penulisan Diagnosa penyakit dengan Ketepatan
Pengodean Diagnosa Penyakit Pada Rekam Medis Rawat Jalan di Puskesmas
Pelompek Kerinci
Ketepatan
Pengodean
Ketepatan Total
Penulisan Tidak
Diagnosa Tepat Tepat
F % f % f %
Tidak
Tepat 37 78,7 19 47,5 56 64,4
pvalue = 0,005
Tabel 5.5 menunjukkan bahwa dari 87 berkas rekam medis pasien rawat
jalan, peneliti menemukan 37 (78,7%) penulisan diagnosa penyakit yang tidak
tepat dan 19 (47,5) pengodean diagnosa yang tidak tepat. Berdasarkan uji statistik
yang dilakukan diperoleh nilai pvalue= 0,005 (p<0,05), dengan demikian terdapat
hubungan yang bermakna antara kejelasan penulisan diagnosa penyakit dengan
ketepatan pengodean diagnosa penyakit.
PEMBAHASAN
1. Kejelasan Penulisan Diagnosa Penyakit.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan, bahwa kejelasan penulisan diagnosa
penyakit pasien pada rekam medis rawat jalan didapatkan sebanyak 50 (57,5%)
penulisan diagnosa yang tidak jelas, sedangkan 37 (42,5%) penulisan diagnosa
yang jelas.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Andi Karisma, dengan judul
hubungan keterisian dan kejelasan diagnosa utama pada lembar masuk dan keluar
dengan terkodenya diagnosa di RS Bhayangkara Yogyakarta tahun 2016 dari 73
rekam medis bahwa penulisan diagnosa yang jelas sebanyak 16(21,9%)
sedangkan penulisan diagnosa yang tidak jelas sebanyak 57 (78,1%).
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Intan Irmalenda,
Amd, Kes dengan judul hubungan kejelasan penulisan diagnosa penyakit dengan
keakuratan pengkodean diagnosa penyakit berdasarkan ICD-10 di puskesmas air
tawar padang tahun 2018 dari 98 rekam medis bahwa penulisan diagnosa yang
tidak jelas sebanyak (61,2 %), sedangkan penulisan diagnosa yang jelas sebanyak
(38,8%).
Penelitian lain oleh Oktamianiza, SKM,M,Kes yang berjudul ketepatan
pengodean diagnosa utama penyakit pada rekam medis pasien rawat inap JKN di
RSI Siti Rahmah Padang tahun 2016. Dimana hasil yang didapatkan
menunjukkan angka yang lebih rendah yanitu 29 (29,0%) penulisan diagnosa
tidak jelas dan 71 (71,0%) jelas.
Menurut (Permenkes RI No 129, 2008), rekam medis harus dibuat secara
tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik.Pasal 3 menyebutkan salah satu
isi rekam medis adalah diagnosis. Dokter sebagai pembuat rekam medis harus
menetapkan diagnosis secara jelas. Untuk mengurangi ketidaktepatan pemberian
kode diagnosis dikarenakan diagnosis yang tidak terbaca.
Menurut analisa peneliti ketidakjelasan penulisan diagnosa karena tidak
terbacanya diagnosa oleh peneliti sebanyak 50 (57,4%) dari jumlah 87 berkas
yang di teliti. Ketidakjelasan penulisan diagnosa disebabkan oleh tulisan dokter
yang sulit dibaca karena tulisannya bersambung dan tidak menggunakan huruf
kapital. Hal tersebut dapat menyulitkan coder dalam memberikan kode diagnosa
yang sesuai dengan ICD-10.
Oleh sebab itu peneliti menyarankan agar dokter menuliskan diagnosa
dengan jelas agar dapat terbaca. Sehingga petugas ataupun coder tidak kesulitan
dalam mengidentifikasi diagnosa, menentukan kode diagnosa dan tidak memakan
banyak waktu dalam pelaksanaannya.
2. Ketepatan Penulisan Diagnosa Penyakit
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan, bahwa ketepatan penulisan
diagnosa penyakit pasien pada rekam medis rawat jalan didapatkan sebanyak 56
tercapainya ketepatan kode yang baik dan juga dapat menghasilkan pelaporan
yang baik sehingga mutu rumah sakit menjadi lebih baik.
4. Hubungan kejelasan penulisan diagnosa penyakit dengan ketepatan
pengodean diagnosa penyakit berdasarkan ICD-10.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 87 rekam medis pasien rawat jalan
menunjukkan bahwa dari 50 rekam medis yang tidak jelas penulisan diagnosa
ditemukan 35 RM (74,5%) yang tidak tepat, dan 15 RM (37,5%) yang tepat.
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan diperoleh nilai pvalue= 0,001 (p<0,05),
dengan demikian terdapat adanya hubungan yang bermakna antara ketepatan
penulisan diagnosa dengan ketepatan pengodean diagnosa.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Warsi Maryati dengan judul
hubungan antara ketepatan penulisan diagnosis dengan keakuratan kode diagnosis
kasus obstetri di RS PKU Muhammadiyah Sukoharjo tahun 2016 dari 91
kejelasan penulisan diagnosis kasus obstetric sebanyak 35,2% dan ketepatan kode
diagnosis kasus obstetric sebanyak 58%. Berdasarkan uji statistik yang dilakukan
diperoleh nilai p-value= 0,002 (p<0,05), dengan demikian terdapat adanya
hubungan yang bermakna antara ketepatan penulisan diagnosa dengan keakuratan
kode diagnosa.
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Defa Miftara
Agustine dengan judul hubungan kaekuratan kode diagnosa penyakit commotion
cerebri pasien rawat inap berdasarkan ICD-10 rekam medik di Rumah Sakit Islam
Klaten tahun 2010 dari 86 kejelasan penulisan sebanyak (10,5%) dan ketepatan
kode diagnosa sebanyak (56,2%). Berdasarkan uji statistik yang dilakukan
diperoleh nilai p-value= 0,001 (p<0,05), dengan demikian terdapat adanya
hubungan yang bermakna antara ketepatan penulisan diagnosa dengan keakuratan
kode diagnosa.
Penelitian lain oleh Harianto Nur Seha, dkk yang berjudul faktor-faktor
ketepatan pengodean kasus cedera berdasarkan ICD-10 di RS Bhayangkara
Denpasar tahun 2014 dari 92 rekam medis pasien didapatkan ketidakjelas
penulisan diagnosa pada berkas rekam medis sebanyak (78,0%), dan
ketidaktepatan pengodean pada berkas rekam medis sebanyak (61,2%).
Berdasarkan uji statistik yang dilakukan diperoleh nilai p-value= 0,003 (p<0,05),
dengan demikian terdapat adanya hubungan yang bermakna antara ketepatan
penulisan diagnosa dengan keakuratan kode diagnosa.
Tenaga rekam medis bertanggung jawab atas keakuratan kode dari satu
diagnosa yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis. Apabila ada hal yang kurang
jelas, tenaga medis mempunyai hak dan kewajiban menanyakan atau
berkomunikasi dengan tenaga kesehatan yang bersangkutan. Oleh karena itu
kualitas hasil pengkodean bergantung pada kelengkapan diagnosa dan kejelasan
diagnosa dan profesionalisme dokter dan petugas pengkodean (Budi, 2011).
Menurut analisa peneliti terdapat adanya hubungan antara ketidakjelasan
penulisan diagnosa dengan ketepatan pengodean diagnosa. Karena penulisan
diagnosa tidak jelas tetapi pengodeanya tepat sebanyak 13 (14,9%). Ini
dikarenakan kejelasan penulisan diagnosa mempengaruhi ketepatan suatu kode.
Oleh sebab itu peneliti menyarankan agar penulisan diagnosa oleh dokter
ditulis dengan jelas pada rekam medis pasien agar tidak terjadi kesalahan dalam
mengkode diagnosa penyakit pasien oleh petugas rekam medis dan sebaiknya
petugas rekam medis menanyakan kepada dokter jika terdapat diagnosa tidak
terbaca atau tidak jelas.
catatan dokter, terutama catatan tentang diagnosa yang tertulis pada lembar
ringkasan masuk dan keluar dan sudah terdapat tanda tangan dokter (Abdelhak,
2001).
Menurut analisa peneliti terdapat adanya hubungan antara ketidaktepatan
penulisan diagnosa dengan ketepatan pengodean diagnosa. Karena penulisan
diagnosa tidak tepat tetapi pengodeanya tepat sebanyak 11 (12,6%). Ini
dikarenakan kejelasan penulisan diagnosa mempengaruhi ketepatan suatu kode.
Oleh sebab itu peneliti menyarankan agar penulisan diagnosa oleh dokter
ditulis dengan tepat pada rekam medis pasien agar tidak terjadi kesalahan dalam
mengkode diagnosa penyakit oleh petugas rekam medis dan petugas rekam medis
sebaiknya menanyakan kepada dokter jika terdapat diagnosa yang tidak terbaca
atau tidak tepat.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih banyak disampaikan kepada direktur rumah sakit khusus bedah
Ropanasuri Padang yang telah mengizinkan peneliti untuk pengambilan data di
rumah sakit.
KESIMPULAN
1. Ditemukan kejelasan penulisan diagnosa lebih dari separuh (57,5%) berkas
rekam medis pasien rawat jalan yang tidak jelas.
2. Ditemukan ketepatan penulisan diagnosa lebih dari separuh (64,4%) berkas
rekam medis pasien rawat jalan yang tidak tepat.
3. Ditemukan ketepatan pengodean lebih dari separuh (54,0%) berkas rekam
medis pasien rawat jalan yang tidak tepat.
4. Adanya hubungan yang bermakna antara kejelasan penulisan diagnosa
dengan ketepatan pengodean diagnosa penyakit di Pukesmas Pelompek
Kerinci diperoleh nilai pvalue= 0,001 (p<0,05).
5. Adanya hubungan yang bermakna antara ketepatan penulisan diagnosa
dengan ketepatan pengodean diagnosa penyakit di Pukesmas Pelompek
Kerinci diperoleh nilai pvalue= 0,005 (p<0,05).
DAFTAR PUSTAKA
Abdelhak. (2001). Hubungan Keterisian dan kejelasan Diagnosa Utama Pada
Lembar Ringkasan Masuk Dan Keluar Dengan Terkodeanya Diagnosa Di
Rs. Bhayangka Yongyakarta. Vol. 4 No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007
(Online); 2337-585X.
Budi. (2011). Hubungan Keterisian dan Kejelasan Diagnosa Utama Pada
Lembar Ringkasan Masuk Dan Keluar Dengan Terkodenya Diagnosis Di
Rs. Bhayangkara yogyakarta. Vol 4. No.2 Oktober 2016 ISSN: 2337-6007
(Online); 2337-585X.
Depkes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan Dan Prosedur Rekam Medis
Rumah Sakit Di Indonesia Revisi II. Jakarta: Depkes RI.
.(2006). Pedoman Penyelenggaraan Dan Prosedur Rekam
Medis Rumah Sakit Di Indonesia Revisi II. Jakarta: Depkes RI.
Depkes RI. (2008). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis
Rumah Sakit di Indonesia (Revisi II). Jakarta.
Gemala Hatta R. (2008). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan Di Saranan
Pelayanan Kesehatan. Jakarta.