You are on page 1of 10

TINJAUAN KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS UTAMA ABORTUS IMMINENS

PADA DOKUMEN REKAM MEDIS PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH


SAKIT ISLAM KLATEN

Anggita Suci Nuraeni¹, Nunik Maya Hastuti2


STIKes Mitra Husada Karanyar1,2,3
anggitasucinuraeni@gmail.com¹, nunikmaya21@gmail.com 2

ABSTRACT
The accuracy of the code are affected by the determination of the patient’s diagnosis. If the diagnosis is inaccurate
encodes it will affect the number of cases in the report preparation morbidity, mortality as well as the calculation
of the various figures of Statistics Hospital. Based on the preliminary survey of 10 documents medical records of
inpatients with a diagnosis of threatened abortion, there are four documents (40%) were inaccurate. The purpose
of this study to determine the accuracy of diagnosis codes on the documents threatened abortion medical records
of patients hospitalized in the Klaten Islamic Hospital.This type of research is descriptive, with a retrospective
approach. The research instrument using unstructured interviews and sample observation method used is Sys-
tematic Sampling at 83 medical records document the diagnosis of threatened abortion.The results showed that the
primary diagnosis code on the document threatened abortion medical records of patients hospitalized in the Klaten
Islamic Hospital accurate as many as 30 documents (73%), while that is not accurate as many as 11 docu- ments
(27%). Preferably officier coder more careful in coding and writing diagnosis code, the selection of a block coder
must specify the type of diagnosis statment before encoding in order to get the code right, and the clerk must
thoroughly input the code of medical records to the computer because if something goes wrong input will affect the
reporting of the index disease.
Keywords: Accuracy Code, threatened abortion, Document Medical Record, Hospitalization.

ABSTRAK
Keakuratan kode dipengaruhi oleh penentuan diagnosis pasien. Apabila dalam mengode diagnosis tidak akurat
maka akan berpengaruh pada jumlah kasus dalam pembuatan laporan morbiditas, mortalitas serta penghitungan
berbagai angka Statistik Rumah Sakit. Berdasarkan survey pendahuluan dari 10 dokumen rekam medis pasien
rawat inap dengan diagnosis Abortus Imminens, terdapat 4 dokumen (40%) yang tidak akurat. Tujuan penelitian
ini untuk mengetahui keakuratan kode diagnosis Abortus Imminens pada dokumen rekam medis pasien rawat inap
di Rumah Sakit Islam Klaten. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan retrospektif.
Instrumen penelitian dengan menggunakan metode wawancara tidak terstruktur dan metode observasi Sampel
yang digunakan yaitu Sistematis Sampling pada 83 dokumen rekam medis diagnosis Abortus Imminens. Hasil
penelitian menunjukan bahwa kode diagnosis utama Abortus Imminens pada dokumen rekam medis pasien rawat
inap di Rumah Sakit Islam Klaten yang akurat sebanyak 30 dokumen (73%), sedangkan yang tidak akurat seban-
yak 11 dokumen (27%).Sebaiknya petugas coder lebih teliti dalam mengkode dan menuliskan kode diagnosis,
pemilihan blok coder harus menentukan tipe pernyataan diagnosis dahulu sebelum mengkode agar mendapatkan
kode yang tepat, dan petugas harus lebih teliti menginput kode dari rekam medis ke komputer karena jika terjadi
salah input akan mempengaruhi pelaporan indeks penyakit.

Kata Kunci: Keakuratan Kode, Abortus Imminens, Dokumen Rekam Medis, Rawat Inap

PENDAHULUAN pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.


Berdasarkan PerMenKes nomor 269/Menkes/Per/ Rekam medis dikatakan bermutu apabila rekam me-
III/2008 menyebutkan rekam medis adalah berkas dis tersebut akurat, lengkap, dapat dipercaya, valid,
yang berisikan catatan dan dokumen tentang identi- tas dan tepat waktu.
pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan
Salah satu kompetensi seorang perekam medis yai- deskriptif, pendekatan retrospektif. Variabel Akur-
tu melakukan pendokumentasian serta pengodean asi Kodefikasi Diagnosis Utama Abortus Imminens
(coding) diagnosis. Kegiatan pengodean adalah pem- Berdasarkan ICD-10. Populasi dalam penelitian ini
berian penetapan kode dengan menggunakan huruf sebanyak 83 dengan jumlah sampel 41 dokumen
dan angka atau kombinasi huruf dan angka yang me- dengan menggunakan tehnik sampling sistematis.
wakili komponen data. Kode klasifikasi penyakit oleh Instrumen yang digunakan Cheklist dan Pedoman
World Health Organization (WHO) bertujuan untuk Wawancara. Cara pengumpulan data dengan obser-
menyeragamkan nama dan golongan penyakit, cide- vasi dan Wawancara tidak terstruktur. Teknik Pengo-
ra, gejala, dan faktor yang mempengaruhi kesehatan. lahan Data adalah Pengumpulan (Collecting), Edit
Sejak tahun 1993 WHO mengharuskan Negara ang- (Editing), Klasifikasi (Classification), Tabulasi (Tab-
gotanya termasuk Indonesia menggunakan Interna- ulating), Memaparkan (Narasi). Tehnik analisis data
tional Statistical Clasification Deseases and Health dengan deskriptif.
Problem 10 Revisi (ICD – 10) (DepKes RI, 2006).
HASIL
Dalam melakukan pengodean, coder harus mereview
isi rekam medis untuk mendapatkan informasi penun- 1. Tata Cara Pengodean diagnosis Abortus Immi-
jang yang dapat digunakan dalam penentuan keaku- nens
ratan kode mengingat kode di ICD – 10 bernilai vari- Tatacara mengkode diagnosis penyakit pasien di RSI
atif bahkan lebih dalam satu kategori (Sudra, 2013). Klaten menggunakan International Statisti- cal
Menurut DepKes (2006) keakuratan pada pengodean Classification of Diseases and Related Health
diagnosis disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu Problem Tenth Revision (ICD-10) Online dan Man-
tenaga medis dan tenaga rekam medis. Penetapan ual (ICD-10 dalam bentuk Buku). Untuk klaim asu-
diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak, ransi mulai tahun 2014 menggunakan International
dan tanggungjawab dokter (tenaga medis) terkait. Statistical Classification of Disease and Related
Dokter sebagai penentu perawatan harus memilih Health Problem Nine Revision Clinical Modifica-
kondisi utama dan kondisi lain dalam periode per- tion ( ICD – 9 – CM ).
awatan. Tenaga rekam medis sebagai pemberi kode
Berdasarkan hasil wawancara kepada petugas koding
bertanggung jawab atas keakuratan kode dari suatu
di Rumah Sakit Islam Klaten, pengode- an
diagnosis yang telah ditetapkan oleh tenaga medis,
diagnosis dantindakanlangsungmenggunakan ICD–
sebelum memberikan kode penyakit tenaga medis
10elektronikversi 2008 yang diaksessecara online.
harus mengkaji data rekam medis pasien untuk me-
Adapun tata cara pengodean diagnosis Abortus
nemukan hal yang kurang jelas atau tidak lengkap.
Imminens yaitu sebagai berikut:
Berdasarkan survey pendahuluan di Rumah Sakit Is-
a. Membuka website online International Sta-
lam Klaten, pada 10 dokumen rekam medis diagnosis
tistical Classification of Diseases and Related
Abortus Imminens, terdapat 4 kode diagnosis utama
Health Problem Tenth Revision (ICD-10) versi
Abortus imminens yang tidak akurat, 2 kode dikare-
2008 di alamat apps.who.int/classification/icd-
nakan diagnosis yang tertulis tidak dikode, dan 2 di-
10/browse/2008/en.
antaranya kode tidak sesuai dengan diagnosis yang
tertulis yaitu diagnosis Abortus Incompletus dikode b. Membaca diagnosis yang akan dikode pada ko-
O20.0 yang seharusnya dikode O03.4. lom diagnosis utama.

Tujuan penelitian untuk mengetahui keakuratan kode c. Mengetikan lead term pada kolom search. Keti-
diagnosis Abortus Imminens pada dokumen rekam kan lead termabortion, kemudian akan muncul hasil
medis pasien rawat inap di Rumah Sakit Islam Klat- pencarian yang terkait dengan abortion.
en.
d. Memilih istilah tambahan di bawah lead term
METODE PENELITIAN yang ditentukan,sesuai dengan dignosis utama.
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian
e. Setelah dipilih akan muncul tampilan volume 1 Kode RS : O20.0
ICD – 10 versi 2008 Online, bab XV yang meru- juk Kode ICD : O20.0
pada blok O20 dengan kode O20.0 Threat- ened Keakuratan Kode : Akurat
Abortion.
Gambar 1. Presentase Ketidak Akuratan Kode
f. Menentukan kode. Diagnosis Abortus Imminens

2. Keakuratan kode penyakit pada dokumen


rekam medis pasien rawat inap diagnosis Abor- tus
Imminens.
Kode diagnosis Abortus Imminens diidentifi- kasikan
menjadi kode akurat dan kode yang tidak akurat. Kode
akurat adalah pemberian kode diag- nosis Abortus
Imminens pada RM 1 yang sesuai dengan ketentuan
atau aturan ICD – 10. Sedangkan kode tidak akurat Dari hasil penelitian keakuratan kode diagnosis
adalah pemberian kode diagno- sis Abortus Imminens Abortus Imminens pasien rawat inap berdasarkan ICD
pada RM 1 yang tidak se- suai dengan ketentuan atau – 10 di Rumah Sakit Islam Klaten, terdapat 11 (27%)
aturan ICD – 10, dan berdasarkan 3 Tipe error yakni kode diagnosis yang tidak akurat atau tidak sesuai
tidak dikode, salah blok, dan salah pelaporan. Dari 41 dengan aturan pengodean ICD – 10. Berikut diagram
dokumen rekam medis dengan diagnosis Abortus pie chart yang menunjukan ketidak aku- ratan
Imminens , hasil keakuratanya sebagai berikut : diagnosis utama Abortus Imminens dari 11 dokumen
rekam medis.
Tabel 1. Keakuratan kode diagnosis utama
Abortus Imminens Ketidakakuratan kode diagnosis Abortus Imminens
pada dokumen rekam medis pasien rawat inap di
Rumah Sakit Islam Klaten, dapat dikategorikan da- lam
No Keakuratan Kode Jumlah Presentase 3 Tipe error:
1. Kode Akurat 30 73%
Tidak dikode
2. Kode Tidak Akurat 11 27%
41 100% Terdapat 3 kode diagnosis utama yang tidak akurat
Hasil penelitian menunjukan bahwa kode diagno- sis yang disebabkan karena kesalahan alur dokumen
utama Abortus Imminens di Rumah Sakit Is- lam rekam medis pasien rawat inap, sehingga doku- men
Klaten, dari 41 dokumen rekam medis rawat inap, tidak sampai kepada petugas coder namun langsung ke
akurasinya sebanyak 30 dokumen (73%) kode bagian pelaporan. Berikut contoh data pengodean
diagnosis utama Abortus Imminens dan yang tidak diagnosis utama yang tidak akurat ada- lah sebagai
akurat sebanyak 11 dokumen (27%) kode diagnosis berikut :
utama Abortus Imminens. Semua diko- de dengan
melihat formulir ringkasan masuk dan keluar (RM1), Nomor Rekam Medis :6
Resume medis (RM2), Catatan perkembangan Diagnosis masuk/awal : Abortus Imminens
terintegrasi (RM. 6.2) dan Infor- masi Penunjang pada Diagnosis Utama : Abortus Imminens
formulir hasil pemeriksaan penunjang (RM.17). Kode RS :-
Berikut contoh Pengkodean diagnosis Abortus Kode ICD – 10 : O20.0
Imminens yang akurat di Rumah Sakit Islam Klaten: Keakuratan Kode : Tidak Akurat

No Rekam Medis :8 Kesalahan Blok


Diagnosis masuk/awal : Abortus Imminens
Terdapat 5 kode diagnosis utama yang tidak akurat
Diagnosis Utama : Abortus Imminens
yang disebabkan karena petugas coder melakukan
kesalahan pada pemilihan blok. Berikut contoh
data pengodean diagnosis utama yang tidak akurat c. Membaca dan mempedomani semua catatan
adalah sebagai berikut : di bawahlead termAbortus, dalam halini- catatan
yang tersedia adalah modifier (kata yang akan
Nomor Rekam Medis : 21 mempengaruhi nomor kode) istilah yang lebih
spesifik menunjukkan AbortusIm- minens, sampai
Diagnosis masuk/awal : Abortus Imminens
semua kata di dalam diagnosis telah diperhatikan.
Diagnosis Utama : Abortus Inkompletus
Kode RS : O20.0 d. Rujuk daftar tabulasi (Volume 1) ICD – 10
Kode ICD – 10 : O03.4 kode O20.0, lihat untuk memastikan nomor kode
Keakuratan Kode : Tidak Akurat yang dipilih.

Kesalahan Pelaporan e. Perhatikan Notes, Exclude, dan Include.

Terdapat 3 kode diagnosis yang salah pelaporan, atau f. Pastikan Kode benar – benar tepat, kode untuk
masuk dalam daftar kode penyakit Abortus Imminens Abortus Imminens yaitu O20.0 Threatened-
(O20.0). Selain salah masuk daftar pel- aporan Abortion.
penyakit, kode diagnosis tersebut juga tidak tepat.
Kesalahanpelaporandikarenakanpetugasda- g. Tentukan kodenya yaitu O20.0
lammenginput kodepadakomputertidaksamaden-
gankode yang ditulispadaringkasanmasukkeluar. Adapun tata cara dalam mengkode tindakan medis
Berikut contoh diagnosis yang masuk dalam pel- di Rumah Sakit Islam Klaten, yaitu berdasarkan
aporan kode penyakit Abortus Imminens (O20.0). SPO/No.1/RM/23 tanggal 22 Oktober 2014 ten-
tang Sistem Pengkodean Diagnosis dan Prosedur/
Nomor Rekam Medis : 27 Tindakan yaitu:
Diagnosis masuk/awal : Abortus
Imminens a. Dokter menuliskan diagnosa utama, Diagnosa
Diagnosis Utama : Suspect lain serta Prosedur atau tindakan sesuai hasil
Blighted Ovum pemeriksaan dan tindakan yang telah diberikan
Kode RM 1 : O02.0 pada seorang pasien dalam formulir Rekam Me-
Kode Indeks Penyakit : O20.0 dis Pasien yang telah ditentukan.
Kode seharusnya Indeks Penyakit : O02.0
b. Dokter menuliskan diagnosis dan prosedur atau
Keakuratan Kode : Tidak Akurat
tindakan sesuai bahasa kedokteran dengan tu- lisan
yang jelas dan terbaca.
PEMBAHASAN
c. Dokter menggunakan singkatan diagnosis dan
1. Tata cara pengkodean diagnosis Abortus Immi- Prosedur atau tindakan yang telah dibakukan.
nens
Menurut Sudra (2013) dengan dimodifikasi oleh- d. Pengkodean diagnosa, Prosedur atau tindakan
kasus AbortusImminens,tata cara pengodean diag- pasien Rawat Jalan.
nosis Abortus Imminens yang benar yaitu sebagai
berikut: 1) Petugas rawat jalan menginput diagnosa,
prosedur atau tindakan yang telah ditulis oleh
a. Menentukan jenis pernyataan yaitu Abortus dokter ke dalam komputer.
Imminens, diklasifikasikan pada bab XV ten- tang
Pregnancy, childbirth and the puerperi- um. 2) Petugas rawat jalan menanyakan kepada dok-
ter yang bersangkutan jika ada keragu – raguan atau
b. Menentukan Lead term yaitu Abortion, Lihat ketidak jelasan diagnosis Pasien yang ter- tulis di
pada Volume 3 Alphabetical Index ICD – 10. Rekam Medis Pasien Rawat Jalan.
3) Petugas koding rekam medis melakukan Peng- volume 1 ICD–10. Hal ini menyebabkan tatacara
kodean diagnosis, Prosedur atau tindakan yang di Input tidak sesuai dengan standar pengodean yang ada-
oleh petugas rawat jalan secara Kom- puterisasi pada ICD–10 dalam teori Sudra (2013).
dengan sistem LAN.
2. Keakuratan kode Diagnosis Abortus Imminens
e. Pengkodean penyakit atau diagnosa, Prosedur pasien rawat inap
atau tindakan pasien Rawat Inap. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bah- wa
kode diagnosis Abortus Imminens di Rumah Sakit
1) Petugas koding rekam medis melakukan peng- Islam Klaten, dari 41 dokumen rekam medis rawat
kodean diagnosis, prosedur atau tindakan se- cara inap, akurasinya sebanyak 30 (73%) kode diagnosis
tertulis dalam rekam medis pasien rawat inap dan dan terdapat diagnosis Abortus Immin- ens yang
secara komputerisasi. tidak akurat sebanyak 11 (27%) kode di- agnosis.
Dengan aturan kodefikasi ICD – 10 dan berdasarkan
2) Petugas koding rekam medis menanyakan ke- pada
3 Tipe error yang ditemukan. Semua dikode dengan
dokter yang bersangkutan atau dokter se- profesi yang
melihat formulir ringkasan masuk dan keluar (RM1),
lain jika ada keragu – raguan atau ketidak jelasan
Resume medis (RM2), Catatan perkembangan
diagnosis pasien yang tertulis di rekam medis pasien.
terintegrasi (RM. 6.2) dan Infor- masi Penunjang
f. Pengkodean diagnosis, prosedur atau tindakan pada formulir hasil pemeriksaan penunjang (RM.17).
untuk kepentingan BPJS.
Berikut contoh Pengkodean diagnosis Abortus Im-
1) Petugas Koding BPJS melakukan pengkodean minens yang akurat di Rumah Sakit Islam Klaten :
diagnosis, prosedur atau tindakan secara ter- tulis dan
No Rekam Medis :8
komputerisasi dalam formulir klaim BPJS.
Diagnosis masuk/awal : Abortus Imminens
2) Petugas Koding BPJS menanyakan Kepada Diagnosis Utama : Abortus Imminens
dokter yang bersangkutan atau dokter seprofe- si yang Anamnesis :
lain jika ada keragu – raguan atau keti- dak jelasan atas S : keluar darah dari jalan lahir 1 jam yang lalu.
diagnosis pasien yang tertulis di formulir BPJS atau Merah segar. Mules (+).
dengan melihat diagno- sis pada rekam medis pasien. O : TD: 120/70 mmHg. Nadi : 92 x/menit. Perna-
fasan : 22 x/menit. Suhu : 36,7ºC. KU: Baik, CM.
Tata cara pengodean di RumahSakit Islam Klaten- PPV (+). Mules (+). VT tidak dilakukan.
sudah sesuai dengan Standar Operasional Prosedur- A : G2P1A0 hamil 11 minggu dengan Abortus Im-
No.1/RM/23 tanggal 22 Oktober 2014 tentang Sistem minens
Pengkodean Diagnosis dan Prosedur/Tin- dakan, Pemeriksaan Penunjang :
dijelaskan bahwa Petugas koding rekam medis Hasil USG : Tampak gambaran fetus dengan DJJ
melakukan pengkodean diagnosis, prosedur atau (+) serta BPD terukur sekitar 14,5 mml. Placenta
tindakan secara tertulis dalam rekam medis pasien tampak homogen dan berada di postero – superior.
rawat inap dan secara komputerisasi. Hal ini Tak tampak gambaran placenta previa.
mengindikasikan bahwa coder diperkenankan Kesan : janin (+), DJJ (+) tak tampak gam-
menentukan kode diagnosis atau tindakan dengan baran placenta previa.
bantuan komputer/aplikasi ICD–10 elektronik. Akan
Tindakan : Konservatif
tetapi, di dalam SPO tersebut tidak menjelas- kan
Kode RS : O20.0
secara detail bagaimana alur yang sesuai den- gan teori
Kode ICD : O20.0
Sudra (2013) tentang tata cara pengkode- an diagnosis,
Keakuratan : Akurat
sehingga coder tidak melihat secara langsung
Kode
keterangan/notes yang ada pada tabulasi
Ketidak akuratan diagnosis utama Abortus Immin-
ens terbagi menjadi tiga tipe error sebgai berikut: diagnosis utama Abortus imminens yang tidak
akurat dikarenakan kesalahan pemilihan blok.
a. Tidak Dikode Kesalahan pemilihan blok tersebut terjadi karena
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 3 kode diagnosis petugas coder tidak teliti dalam menentukan tipe
utama Abortus Imminens yang tidak dikode oleh pernyataan/diagnosis yang akan dikode. Pengo-
petugas coder dikarenakan kes- alahan pada sistem dean morbiditas akan sangat bergantung pada
alur dokumen rekam medis pasien rawat inap. Hal ini diagnosis yang ditetapkan oleh dokter yang mer-
tidak sesuai dengan SPO No.Dok SPO1/RM/20 awat pasien atau yang bertanggung jawab mene-
tanggal 24 Agus- tus 2013 tentang Alur Dokumen tapkan kondisi utama pasien, dalam hal ini yang
Rekam Medis Rawat Inap, dimana dokumen rekam menjadi dasar coder adalah diagnosis utama pa-
medis yang dilakukan kelengkapan oleh dokter atau sien (Abdelhak, 2001). Hal ini sejalan dengan
perawat yang bersangkutan seharusnya kembali lagi Kasim dan Erkadius (2014) dalam menentukan
ke bagian assembling, untuk selanjutnya diserahkan kode diagnosis, coder harus menentukan tipe
bagian koding. Hal ini tidak dilakukan sehing- ga pernyataan yang akan dikode, yakni diagnosis
dokumen kembali lagi pada bagian rekam medis utama pasien. Berikut contoh kesalahan blok
namun langsung kebagian pelaporan, se- hingga pada diagnosis utama Abortus Imminens:
petugas pelaporan terkadang mengkode dengan
mengentry langsung pada Sistem Infor- masi Rumah Nomor Rekam Medis : 21
Sakit, kode diagnosis tidak ditulis ulang pada lembar Diagnosis masuk/awal : Abortus Imminens
Ringkasan Masuk dan Keluar (RM1). Diagnosis Utama : Abortus Inkompletus
Anamnesis :
Berikut contoh kode diagnosis utama Abortus S = Flek – flek sejak hari selasa, mules (-), PPV
Imminens yang tidak dikode: (+) flek coklat.

Nomor Rekam Medis : 6 O = KU: baik, CM. TD: 120/70 mmHg. Suhu:
Diagnosis masuk/awal : Abortus Imminens 36ºC. Nadi: 80 x/menit. Pernafasan: 20 x/menit.
Diagnosis Utama : Abortus Imminens Hb: 11,9. PPV sedikit, coklat, bila BAK keluar
Anamnesis : darah merah setetes. Rencana Curet.
S : Keluar darah, flek-flek dan stolsel 3 hari
yang lalu. HPMT 04 – 11 – 2013. A = G1P0A0 hamil 8 minggu dengan Abortus
O : Hasil USG : tampak GS dengan Ukuran 4 Inkompletus.
minggu. TD: 110/70 mmHg. Nadi: 80 x/ menit. Nafas: Hasil Pemeriksaan Patologi – Anatomi
20 x/menit. Suhu: 36ºC. Pemeriksaan Histologi
A : G1P0A0 Hamil 9 minggu 3 hari dengan Keterangan : Klinik Abortus Inkompletus.
Abortus Imminens. Makroskopis : diterima jaringan pecah belah kira
Pemeriksaan penunjang: – kira 15 cc, kecoklatan, sebagian cetak.
Hasil USG : Tampak VU sedikit terisi, uterus
tampak seperti adanya gambaran GS 10.1 mm, setara Mikroskopis : sediaan menunjukan bekuan da-
dengan ke- hamilan 4 minggu. rah, sedikit endometrium, villichoriales dan ja-
Tindakan : Konservatif ringan desidua. Infiltrat radang kronis merata.
Kode RS :- Tidak ditemukan tanda ganas.
Kode ICD – 10 : O20.0
Kesimpulan: Kerokan : sisa plasenta (menyo-
Keakuratan Kode : Tidak Akurat
kong diagnosis Abortus Inkompletus).
b. Kesalahan Blok Tindakan :-
Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 5 kode Kode RS : O20.0
Kode ICD – 10 : O03.4
Keakuratan Kode : Tidak Akurat

Pada kasus ini diagnosis utamanya adalah Abor-

r Rekam Medis, ISSN Volume X No. 2, Oktober 2016 131


131
tus inkompletus dengan kode O20.0 (Threatened Nomor Rekam Medis : 27
Abortion) oleh petugas koding. Seharusnya diko- de Diagnosis masuk/awal : Abortus Immin- ens
O03.4 (Spontaneous Abortion Incomplete, Without Diagnosis Utama : Suspec Blight- ed
Complication). Karena berdasarkan diagnosis utama Ovum
yang tercantum pada lembar resume medis dan Anamnesis:
ringkasan masuk dan keluar menyatakan diagnosis S = Pasien mengatakan keluar darah dari jalan
Abortus Inkompletus. Dan pada informasi penunjang lahir sejak minggu pagi.
juga merujuk kepada diagnosis abortus inkompletus. O = KU:baik. TD: 130/80 mmHg. Nadi: 80 x/ menit.
Hal ini menun- jukan coder dalam menentukan tipe Pernafasan: 16 x/menit. Suhu: 36ºC. PPV (+) flek
pernyataan salah, dan menyebabkan salah pengodean. coklat mules (-).
A = G1P0A0 hamil 9 minggu 6 hari, dengan Sus- pect
c. Salah Pelaporan Blighted Ovum.
Tindakan : Konservatif
Berdasarkan hasil penelitian terdapat 3 kode diagnosis
Kode RM 1 : O02.0
utama yang tidak akurat dikarenakan petugas salah
Kode Indeks Penyakit : O20.0
menginput kode diagnosis uta- ma tersebut dalam
Kode seharusnya Indeks : O02.0
komputer. Kesalahan input laporan dalam indeks
Penyakit
penyakit terjadi karena kurang telitinya petugas,
Keakuratan Kode : Tidak Akurat
sehingga kode yang diinput menjadi salah. Kode pada
formulir ring- kasan masuk dan keluar dokumen rekam Pada kasus tersebut diagnosis utamanya ada- lah
medis tidak sama seperti yang diinput pada komput- suspec blighted Ovum, dengan kode O02.0 (Blighted
er. Menurut Abdelhak (2001) dijelaskan bahwa proses ovum and nonhydatidiform mole) oleh petugas coder.
pengodean rawat inap adalah suatu rang- kaian Kode tersebut sudah sesuai den- gan diagnosis
kegiatan pengidentifikasian diagnosis yang diubah utama, namun ditulis dalam pel- aporan menjadi
menjadi kode yang diakui secara univer- sal. Kegiatan O20.0 atau masuk dalam pelapo- ran Abortus
mengode dimulai dari mereview isi rekam medis, Imminens. Jadi, pada kasus ini kode salah dalam
menetapkan kode dan yang terakh- ir adalah pelaporan indeks penyakit Abortus Imminens Hal ini
memasukkan kode ke dalam database, baik secara disebabkan karena petugas kurang teliti dalam
indeks maupun komputerisasi. Lang- kah ini bisa melakukan pengkodean, dan dalam penginputan kode
disebut abstraksi, dimana informa- si kode diagnosis diagnosis utama pada indeks penyakit.
ini dapat langsung dientry ke dalam komputer. Untuk
beberapa fasilitas kese- hatan, bisa dituliskan di lembar
SIMPULAN
kertas formulir khusus, baru kemudian dikutip kembali
ke kom- puter. Lebih lanjut dikatakan Abdelhak 1. Tata cara pengkodean di Rumah Sakit Islam Klaten
(2001), dengan demikian kode – kode yang dientry sudah sesuai SPO/No.1/RM/23 tanggal 22 Oktober
dapat menjadi pangkalan data pasien, dengan catatan 2014 tentang Sistem Pengkodean Diagnosis dan
bahwa kode yang dientry adalah sama dengan yang Prosedur/Tindakan namun kurang sesuai dengan teori
dituliskan pada rekam medis pasien. Hal ini tidak (Sudra, 2013) karena tidak melihat pada vol- ume 1
sesuai dengan yang ada Rumah Sakit Islam Klaten ICD-10.
bahwa terdapat data yang tidak se- suai antara kode
yang ditulis pada rekam medis dan yang dientry dalam 2. Persentase kode diagnosis utama Abortus Immin-
sistem informasi rumah sakit tersebut. ens yang akurat adalah sebesar 30 (73%), dan kode
diagnosis utama Abortus Imminens yang tidak ak-
Berikut ini merupakan contoh diagnosis utama yang urat sebesar 11 (27%). Ketidakakuratan kode di-
tidak akurat karena salah pelaporan : agnosis utama terbagi menjadi 3 tipe error, paling
banyak disebabkan pada kesalahan petugas coder
dalam pemilihan blok yaitu sebanyak 5 dokumen

r Rekam Medis, ISSN Volume X No. 2, Oktober 2016 132


132
r Rekam Medis, ISSN Volume X No. 2, Oktober 2016 133
133
rekam medis.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,S.2006. Prosedur Penelitian Suatu Praktik.


Cetakan ke xii. Jakarta: Rineka Cipta

Bowman D. Elizabeth. 2001. Coding, Classification, and Reimbursement Systems. 2nd Ed. Ab- delhak Mervat
(Ed.). Health Information Management of a Strategic Resource. W.B. Saunders Company. Philadelphia.

Depratemen Kesehatan Republik Indonesia. 2006.


Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis. Revisi Kedua. Jakarta : De- pkes RI.

Febi Dyah, AS. 2015. Keakuratan Kode Diagno- sis Kasus Obstetri pada Lembar Masuk dan Keluar (RM
1a) Pasien Rawat Inap dengan Problem Sloving Cycle SWOT di RSUD dr. Sayidiman Magetan.[Karya Tu- lis
Ilmiah]. Surakarta : STIKes Mitra Hu- sada Karanganyar.

Hatta, Gemala R (ed.). 2014. Pedoman Manajeme In- formasi Kesehatan Di sarana Pelayanan Kesehatan.
Revisi Ketiga. Jakarta : Uni- versitas Indonesia.

Kasim dan Erkadius. 2014. Sistem Klasifikasi Utama Morbiditas dan Mortalitas yang Digunakan di Indonesia.
Dalam Gemala R Hatta (ed.). Pedoman Manajeme Informasi Kesehatan Di sarana Pelayanan Kesehatan.
Jakarta : Universitas Indonesia.

Mansjoer A dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran klinik : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Peraturan Mentri Kesehatan. 2008. Peraturan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor 269/
MENKES/PER/III/2008. Jakarta : Depar- temen Kesehatan.

Purningsih. 2015. Tinjauan Keakuratan Kode Diag- nosis Commotio cerebri pada Dokumen Rekam Medis
Pasien Rawat Inap Ber-

r Rekam Medis, ISSN Volume X No. 2, Oktober 2016 134


134
dasarkan ICD – 10 di Rumah Sakit Islam Klaten. [Karya Tulis Ilmiah]. Surakarta:S- TIKes Mitra Husada
Karanganyar.

Sudra, RI. 2013. Rekam Medis. Jakrta : Universitas


Terbuka.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kual- itatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

World Health Organization. 2010. International Sta- tistical classification of disease and related health problem
tenth revision. Vol.1,2,3. Geneva

r Rekam Medis, ISSN Volume X No. 2, Oktober 2016 135


135

You might also like