You are on page 1of 9

KEAKURATAN KODE DIAGNOSIS STROKE

DI RUMAH SAKIT ISLAM


AMAL SEHAT SRAGEN

Santi Meylani Eka Sari 1, Astri Sri Wariyanti2


STIKes Mitra Husada Karanganyar1,2
meylanis63@gmail.com, astri_mhk20@yahoo.com

ABSTRACT
Based on the research at AmalSehat Sragen Islamic Hospital from 10 medical record document of stroke diagnosis,
20% inaccuracy (2 medical record document) inaccuracy due to lack of coder attention to the accuracy of the stroke
code. The purpose of this research is to know the accuracy of stroke diagnosis code on inpatient patient based on ICD-
10 in AmalSehat Sragen Islamic Hospital. This research type is descriptive research using retrospective approach.
The population in this study were 217 medical record documents. A sample size of 43 medical record documents.
Sampling technique using Systematic Sampling. The study instrument used observation guidelines and interview
guidelines. Data collection is done by observation and structured interview. Descriptive data analysis. The results
showed that accurate stroke diagnosis code was 31 (72,10%) medical record documents, while inaccurate code
was 12 (27,90%) medical record documents. The most inaccuracy is found in the 3rd character error because the
coding officer is less thorough in reading the entire information that supports the diagnosis. The conclusion of this
research is the code that is declared not accurate equal to 12 (27,90%) medical record document. It is recommended
that coding should read the entire information that supports the diagnosis and mark all documents especially for
BPJS patients who impact on the filing of claims.
Keyword: Accuracy, Diagnostic Code, Stroke, ICD-10

ABSTRAK
Berdasarkan hasil wawancara di Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen dari 10 dokumen rekam medis diagnosis
Stroke didapatkan ketidakakuratan sebesar 20% (2 dokumen rekam medis) ketidakakuratan disebabkan coder kurang
memperhatikan informasi penunjang keakuratan kode Stroke. Tujuan penelitian untuk mengetahui Keakuratan Kode
Diagnosis Stroke pada Pasien Rawat Inap Berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen. Jenis
penelitian merupakan deskriptif dengan menggunakan pendekatan retrospektif. Populasi pada penelitian ini adalah
217 dokumen rekam medis. Besar sampel 43 dokumen rekam medis. Teknik pengambilan sampel menggunakan
Sampling Sistematis. Instrument penelitian menggunakan pedoman observasi dan pedoman wawancara. Pengumpulan
data dilakukan dengan cara observasi dan wawancara terstruktur. Analisis data secara deskriptif. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kode diagnosis Stroke yang akurat sebanyak 31 (72,10%) dokumen rekam medis, sedangkan
kode yang tidak akurat sebanyak 12 (27,90%) dokumen rekam medis. Ketidakakuratan terbanyak terdapat pada
kesalahan karakter ke-3 dikarenakan petugas koding kurang teliti dalam membaca keseluruhan informasi yang
menunjang diagnosis. Simpulan penelitian ini adalah kode yang dinyatakan tidak akurat sebesar 12 (27,90%)
dokumen rekam medis. Disarankan sebaiknya koding membaca keseluruhan informasi yang menunjang diagnosis
serta mengode semua dokumen terutama untuk pasien BPJS yang berdampak pada pengajuan klaim.
Kata Kunci: Keakuratan, Kode Diagnosis, Stroke, ICD-10
PENDAHULUAN penunjang keakuratan kode Stroke. Sebagai contoh
Pasien dengan keluhan lemas pada tangan dan kaki
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.269/
kiri, hasil CT-Scan Kepala dinyatakan pasien tersebut
MenKes/PER/III/2008, rekam medis adalah berkas yang
terkena Intracerebral haemorragic, seharusnya kode
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,
pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang akurat adalah I61.9 namun, oleh petugas koding
memberi kode I64. Kode tersebut tidak akurat karena
yang telah diberikan kepada pasien. Apabila dokumen
kode I64 digunakan untuk Stroke, Not Specified as
rekam medis tidak lengkap maka menyebabkan coder
haemorrhage or infarction.
tidak dapat menentukan kode diagnosis yang tepat.
Tujuan penelitian untuk mengetahui Keakuratan Kode
Kodi ng m e rupaka n fungsi ya ng c ukup pe nt i ng
Diagnosis Stroke pada Pasien Rawat Inap Berdasarkan
dalam jasa pelayanan informasi kesehatan. Dalam
ICD-10 di Rumah Sakit Islam Amal Sehat Sragen.
pelaksanaan casemix INA-CBG‟s peran coder sangat
menentukan besar kecilnya tarif yang muncul dalam
software INA CBG‟S ditentukan oleh diagnosis dan
METODE PENELITIAN
prosedur. Kesalahan dalam menuliskan koding akan
Jenis penelitian ini menggunakan deskriptif dengan
mempengaruhi tarif untuk mendapatkan reimbursement
pendekatan retrospektif. Populasi dalam penelitian ini
yang sesuai bagi jasa pelayanan kesehatan yang
menggunakan dokumen rekam medis pasien rawat inap
diberikan dibutuhkan ketepatan koding terutama untuk
dengan kasus Stroke tahun 2016 sebanyak 217 dokumen.
koding penyakit. (Windari dan Kristijono, 2016)
Besar sampel adalah 43 dokumen. Jumlah sampel ini
Stroke merupakan penyakit kardiovaskular yang sebesar 20% dari total populasi yang diambil. Teknik
terjadi karena adanya gangguan pada pembuluh darah sampling yang digunakan adalah Sampling Sistematis,
arteri menuju ke otak. Stroke adalah penyebab utama dimana jumlah sampel yang dipilih didasarkan pada
kecacatan dan kesakitan. Data hasil Riset Kesehatan nomor kelipatan 5, yaitu sampel nomor 5, 10, 15 dan
Dasar (Riskesdas) 2007 menunjukkan bahwa Stroke seterusnya sampai 217, sehingga didapatkan sampel
menjadi penyebab kematian tertinggi di wilayah 43 dokumen rekam medis.Instrumen penelitian untuk
perkotaan. Jumlahnya mencapai 15,9% dari proporsi memperoleh data menggunakan Pedoman Observasi dan
penyebab kematian di Indonesia. (Noverina, 2011) Pedoman Wawancara. Cara pengumpulan data dengan
Hasil penelitian dari Prabandari (2016) dengan judul observasi dan wawancara terstruktur. Teknik Pengolahan
“Keakuratan Kode Diagnosis Utama Stroke Di Rumah data dimulai dari Pengumpulan (Collecting), Edit
Sakit Umum Jati Husada Karanganyar” menunjukkan (Editing), Klasifikasi (Classification) dan Penyajian data
bahwa kode diagnosis utama pasien rawat inap yang
akurat sebesar 15 berkas rekam medis (34,1%) dan kode
HASIL PENELITIAN
diagnosis utama yang tidak akurat sebesar 29 berkas
rekam medis (65,9%). Kesalahan terbanyak disebabkan 1. Tata cara pengodean Stroke Pada Dokumen
oleh petugas koding tidak menuliskan kode pada RM 1. Rekam Medis Pasien Rawat Inap Berdasarkan
ICD-10 di Rumah Sakit Islam Amal Sehat
Berdasarkan survey yang telah dilakukan dari 10
Sragen
dokumen rekam medis rawat inap yang diambil secara
acak terdapat 2 dokumen rekam medis tidak akurat. Hal Dalam mengode diagnosis di RSI Amal Sehat
ini di karenakan coder kurang memperhatikan informasi Sragen menggunakan ICD-10 tahun 2010 manual

89 Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551,


Keakuratan VOL. XI. Stroke
Kode Diagnosis NO. 2, ...
OKTOBER 2017 Eka Sari dan Astri Sri Wariyanti)
(Santi Meylani 89
dan ICD-10 elektronik. Berdasarkan hasil 2. Persentase keakuratan kode diagnosis Stroke
wawancara kepada petugas koding di RSI Amal Pada Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat
Sehat Sragen adalah sebagai berikut : Inap Berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit
Islam Amal Sehat Sragen.
a. Petugas melihat diagnosis utama Stroke pada
lembar RM 1 (Ringkasan Masuk dan Keluar)
Kode diagnosis Stroke dapat diklasifikasikan
b. Melihat informasi penunjang Stroke yang menjadi kode yang akurat dan kode tidak akurat.
ada pada dokumen berupa hasil CT Scan, Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa
pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium tingkat keakuratan kode diagnosis Stroke pada
c. Petugas mencari lead term pada ICD-10 pasien rawat inap dari 43 dokumen rekam medis
volume 3 dapat diketahui tingkat keakuratan kode diagnosis
d. Petugas membuka ICD-10 volume 1 untuk Stroke dari 43 dokumen rekam medis pasien
melihat kebenaran kode rawat inap yang diteliti di RSI Amal Sehat Sragen
e. Kode ditulis pada kolom yang tersedia pada didapatkan 31 dokumen yang akurat (72,10%),
RM 1 (Ringkasan Masuk dan Keluar) sedangkan dokumen yang tidak akurat sejumlah
f. Petugas memasukkan kode pada komputer 12 dokumen (27,90%).
g. Petugas menyerahkan dokumen rekam medis
ke bagian indeks penyakit
PEMBAHASAN
h. Dokumen lalu diserahkan ke bagian filing
Sedangkan hasil observasi pengodean Stroke 1. Tata cara pengodean Stroke Pada Dokumen
kepada petugas koding di RSI Amal Sehat Sragen Rekam Medis Pasien Rawat Inap Berdasarkan
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : ICD-10 di Rumah Sakit Islam Amal Sehat
Sragen
a. Petugas menerima dokumen rekam medis
pasien Stroke yang sudah lengkap dari unit Aturan dan tata cara pengodean di RSI Amal Sehat
assembling. Sragen berdasarkan prosedur tetap yang berlaku
b. Petugas melihat diagnosis utama Stroke pada di rumah sakit tersebut belum sesuai dengan hasil
lembar RM 1 (Ringkasan Masuk dan Keluar) observasi, Standar Operasional Prosedur No. 024/
c. Melihat informasi penunjang Stroke yang RM/11/2008 tentang Pemberian Kode Penyakit
ada pada dokumen berupa hasil CT Scan, (ICD X) yang berisi semua dokumen rekam medis
pemeriksaan fisik dan hasil laboratorium baik rawat inap maupun rawat jalan harus diberi
d. Petugas tidak mencari lead term pada ICD-10 kode sesuai ICD-10, adapun tata caranya sebagai
volume 3 dan tidak membuka volume 1 karena berikut :
sudah hafal kode Stroke
a. Dokumen rekam medis yang telah diterima di
e. Kode ditulis pada kolom yang tersedia pada
sub. Bag. Rekam Medis diberi kode dengan
RM 1 (Ringkasan Masuk dan Keluar)
melihat buku pedoman ICD X Volume 3
f. Petugas memasukkan kode pada komputer
dengan melihat Alfabetical
g. Petugas menyerahkan dokumen rekam medis
b. Bila volume 3 sudah diketemukan kodenya
yang telah dikode ke bagian filing
dilihat pada buku volume 1

90 Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551,


Keakuratan VOL. XI. Stroke
Kode Diagnosis NO. 2, ...
OKTOBER 2017 Eka Sari dan Astri Sri Wariyanti)
(Santi Meylani 90
c. Apabila belum yakin akan ketepatan kode penyakit, cidera, atau kejadian lain yang bisa
penyakit maka dilihat buku bantu diklasifikasikan pada bab XX, lihat Section II
d. Kode ditulis pada lembaran ringkasan masuk pada Indeks ).
dan keluar kolom kode diagnose 2. Tentukan lokasi „lead term‟ untuk penyakit
e. Berkas rekam medis yang telah dikode dan cidera ini biasanya berupa sebuah kata
dilimpahkan ke urusan indeks penyakit benda untuk kondisi patologis. Namun,
beberapa kondisi yang berupa kata sifat atau
Pada SOP tentang Pemberian Kode Penyakit
eponym (nama orang) bisa juga terdapat
terdapat kesalahan dalam penulisan “ICD X”
disini.
masih menggunakan angka romawi, menurut WHO
3. Baca dan pedomani semua catatan yang
(2010) penulisan yang benar yaitu menggunakan
terdapat dibawah „lead term‟.
ICD-10.
4. B a c a se m u a t e r m y a n g d i k u ru n g o l e h
Berdasarkan hasil observasi langkah pengodean parentheses setelah „lead term‟ (modifier ini
penyakit belum sesuai dengan SOP No. 024/ bisa mempunyai nomor kode), sampai semua
RM/11/2008 tentang Pemberian Kode Penyakit, kata di dalam diagnosis telah diperhatikan.
hal ini disebabkan karena pada SOP poin “a” 5. Ikuti dengan hati-hati setiap rujukan silang
menyatakan bahwa “Dokumen rekam medis „see‟ dan „see also‟ di dalam indeks.
yang telah diterima di sub. Bag. Rekam Medis 6. Rujuk ke daftar tabulasi (Volume I) untuk
diberi kode dengan melihat buku pedoman ICD X memast ikam nomor kode yang dipilih.
Volume 3 dengan melihat Alfabetical”, dan poin Perhatikan bahwa sebuah kode 3-karakter
“b” menyatakan bahwa “Bila volume 3 sudah
didalam indeks dengan dash (-) pada posisi
diketemukan kodenya dilihat pada buku volume
ke-4 berarti bahwa sebuah karakter ke-4
1”, namun petugas koding tidak membuka ICD-10
terdapat pada volume I. Subdivisi lebih
volume 3 dan volume 1 karena petugas sudah hafal
lanjut yang digunakan pada posisi karakter
dengankode untuk diagnosis Stroke. Untuk kasus
tambahan tidak di indeks, kalau ini digunakan,
yang sudah sering terjadi dan diagnosis, anamnesis
ia harus dicari pada volume I.
maupun pemeriksaan penunjang hasilnya sama
7. Baca setiap inclusion atau exclusion term
maka tidak salah jika tidak membuka atau melihat
dibawah kode yang dipilih atau dibawah judul
ICD-10 volume 3 dan 1.
bab, blok atau judul kategori.
Kemudian pada poin “c” SOP PemberianKode 8. Tentukan kode.
Penyakit menyatakan bahwa “Apabila belum
yakin akan ketepatan kode penyakit maka dilihat
2. Persentase keakuratan kode diagnosisStroke
buku bantu”, akan tetapi prosedur tersebut tidak
Pada Dokumen Rekam Medis Pasien Rawat
dibenarkan adanya penggunaan buku bantu.Untuk
Inap Berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit
mendapatkan hasil kode yang benar menurut Sudra
Islam Amal Sehat Sragen
(2013) sebagai berikut:

1. Tentukan jenis pernyataan yang akan dikode Berdasarkan hasil penelitian tingkat keakuratan
dan rujuk ke Section yang sesuai pada indeks kode diagnosis Stroke dari 43 dokumen rekam
alphabet (volume 3). (kalau pernyataan adalah medis pasien rawat inap yang diteliti di RSI Amal

91 Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551,


Keakuratan VOL. XI. Stroke
Kode Diagnosis NO. 2, ...
OKTOBER 2017 Eka Sari dan Astri Sri Wariyanti)
(Santi Meylani 91
Sehat Sragen didapatkan 31 dokumen yang akurat dan respon yang lebih besar. Sedangkan kasus
(72,10%), sedangkan dokumen yang tidak akurat strokeiskemik ditandai dengan hemiparese,
sejumlah 12 dokumen (27,90%), 10 dokumen tidak ada penurunan kesadaran dan tidak ada
yang tidak akurat karena terdapat kesalahan pada nyeri kepala.
karakter ke-3 dan 2 dokumen karena kode tidak
terisi. b. Berikut contoh kasus pengodean diagnosis
Stroke yang tidak akurat :
a. Berikut contoh kasus pengodean diagnosis
1) Kesalahan pada karakter ke-3
Stroke yang akurat :
Anamnesis : Kelemahan anggota gerak
Anamnesis : Kele mahananggot a gerak
kanan TD : 210/110
kananTD160/90
Px Penunjang : LAB (GDS=191mg/dL)
Px penunjang : LAB (GDS = 115 mg/dL) dan
dan EKG
EKG
Diagnosis Utama : Stroke Hemoragik
Diagnosis Utama : Stroke Non Hemoragik
Diagnosis Sekunder :-
Diagnosis Sekunder: -
Kode DRM : I64
Kode DRM: I64
Kode ICD-10: I64 Kode ICD-10 : I61.9

Keterangan:Keakuratan kode disebabkan CT-Scan : Intracerebral Haemorrhage di

karena kode sudah akurat dan spesifik. thalamus


Keterangan : Kesalahan pada karakter
Menurut Sari dan Iyos (2016) CT-Scan ke- 3 kar ena kurang t elit i da la m
m e r u p a k a n g o l d e n s t a nd a r d u nt u k memperhatikan keseluruhan informasi
membedakan stroke hemoragik dan iskemik. penunjang
Alat ini memiliki sensitivitas tinggi untuk
membedakan stroke perdarahan intraserebral Berdasarkan hasil wawancara dan
(hemoragik) dan stroke iskemik. Namun observasi setiap akan mengode diagnosis,
sebagian besar keluarga pasien belum tentu p e t u g a s se l a l u m e l i ha t i n fo r m a si
setuju untuk melakukan CT-Scan pada pasien penunjang yang ada pada dokumen
karena biaya CT-Scan tersebut relatif mahal. rekam medis.

Untuk kasus Stroke yang tidak ada tindakan Namun pada kasus tersebut masih
CT-Scan maka petugas koding melihat terdapat kesalahan pemberian kode yaitu
informasi penunjang yaitu anamnesis, hasil coder kurang teliti dalam membaca
laboratorium dan pemeriksaan fisik berupa keseluruhan informasi yang menunjang
tekanan darah serta keluhan pasien. diagnosis seperti melihat hasil CT Scan
Perbedaan stroke hemoragik dan stroke berupa adanya kelainan pada otak,
iskemik adalah Stroke hemoragik terjadi saat anamnesis dan diagnosis utama lembar
beraktivitas fisik, mengalami penurunan RM 1 (Ringkasan Masuk dan Keluar),
kesadaran, adanya hipertensi dan kadar Gula Sehingga menyebabkan kesalaha n
Darah Sewaktu (GDS) lebih dari batas normal memilih kode I64 yang seharusnya I61.9
70-150 mg/dL karena adanya stres Intracerebral Haemorrhage, unspecified.

92 Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551,


Keakuratan VOL. XI. Stroke
Kode Diagnosis NO. 2, ...
OKTOBER 2017 Eka Sari dan Astri Sri Wariyanti)
(Santi Meylani 92
Berikut langkah yang benar menurut CT Scan : Tak tampak kelainan atau
W H O ( 2 0 1 0 ) M e ne nt u k a n k o d e perdarahan atau massa
berdasarkan ICD-10 :
Pada kasus diatas terdapatketidakakuratan
(a) Diagnosis Utama : Stroke hemoragik karena kode pada dokumen rekam medis
(b) M e n e n t u k a n l e a d t e r m : tidak terisi. Hal ini karena dokumen
Haemorrhage
rekam medis masih berada di bagian
(c) Mecar i I CD - 10 vo lu me 3 : perakitan dan dipinjam unit rawat
Haemorrhage
jalan untuk kontrol pasien, petugas
- Intracerebral (nontraumatic) I61.9
koding rawat jalan lupa mengembalikan
(d) M e nc a r i I 6 1 . 9 vo lu m e 1 : dokumen yang belum dikode oleh bagian
I nt r a c e r e br a l ha e mo r r ha g e
koding rawat inap tetapi langsung
unspecified
diserahkan ke filing. Sehingga kode
(e) Kode Akhir : I61.9 tidak terisi dan menjadi tidak akurat.
Untuk meminimalisir tidak terisinya
Pada kasus tersebut sesuai dengan
kode diagnosis langkah yang dilakukan
Oktavitasari (2014) tentang Tinjauan
petugas koding rawat jalan adalah
Keakuratan Kode Diagnosis Utama
melihat kode diagnosis pada RM 1
Vertigo Pada Dokumen Rekam Medis
(Ringkasan Masuk dan Keluar) dan jika
Pasien Rawat Inap Berdasarkan ICD-10
belum terkode maka mengembalikan ke
di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen
bagian koding rawat inap sehingga kode
bahwa hasil kode diagnosis utama vertigo
tersebut terisi.
pada pasien rawat inap yang akurat
adalah 7 (15%) dan yang tidak akurat Berikut langkah yang benar menurut
40 (85%). Kesalahan disebabkan karena W H O ( 2 0 1 0 ) M e ne nt u k a n k o d e
petugas koding kurang memperhatikan berdasarkan ICD-10
informasi penunjang pada lembar
(a) Diagnosis Utama : Stroke
anamnesa dan ketidaksesuaian langkah-
(b) Menentukan lead term : Stroke
langkah pengodean pada prosedur tetap (c) Mecari ICD-10 volume 3 : Stroke
dengan teori yang benar. (apopletic) (brain) (paralytic) I64
(d) Mencari I64 volume 1 : Stroke
2) Kesalahan karena tidak dikode not specified as haemorrhage or
Anamnesis : Bicara pelo, muntah, infarction
anggota gerak kiri lemah TD 130/90 (e) Kode Akhir : I64
Pemeriksaan penunjang : LAB (GDS =
91 mg/dL) dan EKG Petugas koding rawat inap di Rumah
Diagnosis Utama : Stroke Sakit Islam Amal Sehat Sragen hanya
Diagnosis sekunder : - satu dan setiap hari mengode 30 dokumen
Kode DRM : - baik pasien BPJS maupun Umum, saat
Kode ICD-10 : I64 mengode diagnosis dokumen rekam

93 Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551,


Keakuratan VOL. XI. Stroke
Kode Diagnosis NO. 2, ...
OKTOBER 2017 Eka Sari dan Astri Sri Wariyanti)
(Santi Meylani 93
medis petugas koding kurang teliti dalam DAFTAR PUSTAKA
membaca keseluruhan informasi yang Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2006.
menunjang diagnosis seperti melihat Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur
hasil CT Scan berupa kelainan pada Rekam Medis Rumah Sakit Di Indonesia Revisi
otak, anamnesis, dan diagnosis utama II, Jakarta : Departemen Kesehatan Republik
pada lembar RM 1 (Ringkasan Masuk Indonesia.
dan Keluar).
_________. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan
Pada pengodean diagnosis yang tidak akurat Republik Indonesia No: 269/MENKES/PER/
dapat mempengaruhi data statistik seperti I II / 20 08 t e n t an g R e k am Me di s , Ja k a rt a .
pelaporan eksternal rumah sakit yaitu Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
pelaporan data keadaan morbiditas pasien
Kasim, F & Erkadius. 2014. Sistem Klasifikasi Utama
rawat inap (RL2a) yang terdapat pada SIRS
Morbiditas dan Mortalitas yang Digunakan di
revisi 6. Dokumen rekam medis pasien
Indonesiadalam Pedoman Manajemen Informasi
BPJS bila tidak terisi kode diagnosis maka
Kesehatan disarana Pelayanan Kesehatan,
berpengaruh langsung terhadap pengajuan Gemala R. Hatta (ed.). Jakarta: Universitas
klaim fasilitas kesehatan ke BPJS kesehatan. Indonesia.

Noverina, A. (ed). 2011. Stroke di Usia Muda. Jakarta :


SIMPULAN Gramedia Widiasarana Indonesia

1. Tata cara pengodean diagnosis utama Stroke di Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi
RSI Amal Sehat Sragen tahun 2016 belum sesuai Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba
dengan Standar Operasional Prosedur No. 024/ Medika
RM/11/2008 karena petugas sudah hafal kode
Oktavitasari, D. 2014. Tinjauan Keakuratan Kode
stroke sehingga tidak melihat ICD-10 volume 3
Diagnosis Utama Vertigo Pada Dokumen Rekam
dan 1
Medis Pasien Rawat Inap Berdasarkan ICD-10
2. Persentase keakuratan kode diagnosis utama Stroke Di RSUD dr.Soehadi Prijonegoro Sragen. [Karya
pada dokumen rekam medis rawat inap di RSI Tulis Ilmiah]. Karanganayar : Akademi Perekam
Amal Sehat Sragen tahun 2016 yang akurat 31 Medis dan Informasi Kesehatan Mitra Husada
(72,10%) dokumen, sedangkan yang tidak akurat Karanganyar
12 (27,90%) dokumen.
Prabandari, EK. 2016. Keakuratan Kode Diagnosis
Utama Stroke Di Rumah Sakit Umum Jati

94 Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551,


Keakuratan VOL. XI. Stroke
Kode Diagnosis NO. 2, ...
OKTOBER 2017 Eka Sari dan Astri Sri Wariyanti)
(Santi Meylani 94
Husada Karanganyar Tahun 2016. [Karya Tulis Wijayanti, T. 2013. Keakuratan Kode Diagnosis
Ilmiah]. Karanganyar : Stikes Mitra Husada Penyakit Hypertensi Pada Dokumen Rekam
Karanganyar Medis Pasien Rawat Inap Berdasarkan ICD-10
di RS PKU Aisyiyah Boyolali Tahun 2011. [Karya
Sari, CY & Iyos, RN. 2016. Diagnosis Stroke dengan
Tulis Ilmiah]. Surakarta : Apikes Citra Medika
Computerized tomography Scanner (CT-Scan).
Surakarta
Jurnal Medula Unila, ISSN 2339-1227, Vol.5,
No.1, Mei 2016:38-42 Windari, A & Kristijono, A. 2016. Analisis Ketepatan
Koding Yang Dihasilkan Koder Di RSUD
S udr a , RI . 2013. R eka m M edi s . Tanger ang
Ungaran. Jurnal Riset Kesehatan, ISSN : 2252-
Selatan:Universitas Terbuka
5068, Vol.5, No.1, Mei 2016:38-39
Taufiqurrochman, MA. 2016. Pengantar Metodologi
World Health Organization, 2010. International
Penelitian Ilmu Kesehatan. Surakarta : UNS
Statistical Clasification Of Diseases And Related
Press
Health Problem Tenth Revision . Geneva : WHO

95 Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551,


Keakuratan VOL. XI. Stroke
Kode Diagnosis NO. 2, ...
OKTOBER 2017 Eka Sari dan Astri Sri Wariyanti)
(Santi Meylani 95
96 Jurnal Rekam Medis, ISSN 1979-9551,
Keakuratan VOL. XI. Stroke
Kode Diagnosis NO. 2, ...
OKTOBER 2017 Eka Sari dan Astri Sri Wariyanti)
(Santi Meylani 96

You might also like