You are on page 1of 9

Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No.

2, Agustus 2017 139

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGODEAN DIAGNOSIS PENYAKIT


PADA PASIEN RAWAT JALAN
DI RSUD TUGUREJO PROVINSI JAWA TENGAH
1 2*
Qisthi Qurrota A’yuni , Kori Puspita Ningsih
1, *2
Diploma DIII Rekam Medis dan Informasi Kesehatan Stikes Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, Jl Ring
Road Barat Ambarketawang Gamping Sleman, email kori_puspita@yahoo.co.id

ABSTRACT
Background: The implementation of diagnosis coding in the Medical Record Unit at a health institution plays
an important role in the administration of medical records at the hospital because it describes the quality
management of medical records. In order to maintain the quality, it is crucial to accomplish the accreditation
standard, especially at ICM. 13 related coding.
Objective: This study aimed to understand the procedures of implementation, compliance disease diagnosis
code execution in an outpatient based on accreditation standards KARS 2012, the percentage and the
resistance of diagnosis coding implementation in outpatients.
Methods: This research was a descriptive qualitative approach with cross sectional design. The subjects
were medical records staff with Diploma 3 medical record education background, outpatients coding officer,
reporting coordinator, the head of clinic space and a clinic nurse. The data collectin techniques used were
observation, documentation and interview studies. Testing the validity of the data use triangulate of source
and triangulate of techniq.
Results: The coding was done by the medical records staffs and nurses, coding reference were in the form
of policies, guidelines and standard operating procedure, guidelines used by nurses in coding was assistive
book. Tugurejo Hospital Accreditation in Central Java province had fulfilled the five elements of ICM. 13 and
passed the accreditation of type B-level plenary meeting. The percentage of outpatient coding
implementation reached 78.6%, consisting of JKN amounted to 75.4% and 3.2% were non JKN. The barriers
of coding implementation consists of five elements such as man, method, material, machine and money.
Conclusion: In general the implementation of the coding in JKN outpatient has already done optimally, but
for non JKN has not been optimal because of the inhibiting factors such as man, method, material, machine
and money.

Keywords: coding, disease diagnosis, outpatient

PENDAHULUAN penyajian informasi untuk menunjang fungsi


Pelaksanaan pengodean diagnosis di perencanaan, manajemen, riset di bidang
Instalasi Rekam Medis pada suatu institusi kesehatan yang hasil akhirnya untuk
kesehatan memegang peranan penting pengambilan keputusan yang bijak.
dalam penyelenggaraan rekam medis di Guna menjaga kualitas mutu
suatu rumah sakit karena menggambarkan pelayanan, khususnya pada pelaksanaan
pengolahan rekam medis yang bermutu. pengodean diagnosis, maka diperlukan
1
Selain itu pengodean diagnosis penyakit akreditasi rumah sakit. Rumah sakit harus
yang telah dikode akan digunakan untuk menggunakan standar kode diagnosa, kode
keperluan pembuatan indeks penyakit dan prosedur atau tindakan, simbol, singkatan
kemudian dibuat laporan morbiditas, dan definisi.2 Dengan adanya standar
sehingga datanya akan berpengaruh pada pengodean pada akreditasi maka rumah sakit
140 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017

lebih menjamin ketepatan pengodean sesuai jalan JKN kesehatan dan dokumen rekam
prosedur yang ditetapkan. medis rawat jalan. Adapun subjek pada
Salah satu yang mempengaruhi penelitian ini meliputi, staf rekam medis
ketepatan pengodean diagnosis adalah berlatar belakang D3 rekam medis yang
sumber daya manusianya. Salah satu diberi wewenang oleh Kepala Instalasi
wewenang perekam medis dan informasi Rekam Medis untuk melakukan triangulasi
kesehatan yaitu melaksanakan sistem sumber, petugas coding rawat jalan,
klasifikasi dan kodifikasi penyakit yang koordinator pengolahan rekam medis, kepala
berkaitan dengan kesehatan dan tindakan ruang poliklinik dan perawat klinik.
3
medis sesuai terminologi medis yang benar. Pengumpulan data pada penelitian ini
Dengan adanya tanggung jawab dengan melakukan observasi, studi
coder dalam menunjang pelaksanaan dokumentasi dan wawancara. Instrumen
pengodean diagnosis penyakit disuatu rumah yang digunakan untuk pengambilan data
sakit, maka apabila dalam pelaksanaannya menggunakan check list observasi, check list
belum sesuai regulasi akan berdampak pada studi dokumentasi, pedoman wawancara,
ketidaktepatan laporan morbiditas rumah alat tulis dan kamera/recorder. Peneliti
sakit dan ketidakakuratan data penyakit yang melakukan pemeriksaan keabasahan data
berpengaruh pada ketepatan pengambilan pada penelitian ini dengan triangulasi sumber
keputusan pimpinan di suatu rumah sakit. dan triangulasi teknik. Metode analisis data
yang digunakan selama penelitian meliputi
BAHAN DAN CARA PENELITIAN data reduction (reduksi data), data display
Jenis penelitian ini adalah deskriptif (penyajian data) dengan menggunakan tabel
kualitatif dengan rancangan penelitian cross dan grafik dan tahap tarakhir conclusion
sectional. Penelitian ini dilakukan di RSUD drawing atau verification (menarik
Tugurejo Provinsi Jawa Tengah. kesimpulan atau verifikasi).
Objek pada penelitian ini adalah
kebijakan pelayanan rekam medis, pedoman HASIL DAN PEMBAHASAN
pelayanan rekam medis terkait prosedur Pelaksaaan pengodean diagnosis
pengodean dan kualifikasi jabatan, uraian berdasarkan aspek Man (SDM): Dari hasil
tugas (job description) petugas coding, SPO observasi, petugas pelaksana pengodean
terkait pelaksanaan pengodean diagnosis diagnosis penyakit pada pasien rawat jalan
penyakit untuk pasien JKN dan Non JKN, dibagi menjadi pasien rawat jalan JKN dan
data rekapitulasi diagnosis penyakit pasien non JKN. Pada pasien rawat jalan JKN,
rawat jalan, formulir bukti pelayanan rawat pengodean dilakukan oleh petugas coding
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 141

yang berlatar belakang D3 rekam medis oleh perilaku yang konsisten dan berulang,
berjumlah 3 orang, sedangkan untuk pasien baik dari yang membuat atau yang
5
rawat jalan non JKN pengodean dilakukan melaksanakan kebijakan tersebut.
oleh perawat di masing-masing klinik yang Acuan pelaksanaan pengodean juga
berjumlah 21 orang. diatur di pedoman pelayanan rekam medis
Salah satu wewenang Ahli Madya terkait pengodean diagnosis penyakit dan
Rekam Medis dan Informasi Kesehatan pedoman pelayanan rekam medis terkait
adalah melaksanakan sistem klasifikasi dan kualifikasi jabatan RSUD Tugurejo Provinsi
kodefikasi penyakit yang berkaitan dengan Jawa Tengah Nomor 03.05/I/2949/2012.
kesehatan dan tindakan medis sesuai Keduanya sudah ada di Instalasi Rekam
terminologi medis yang benar3. Sebetulnya Medis rumah sakit tersebut. Namun untuk
perawat mempunyai tugas dan wewenang pelaksanaanya, berdasarkan observasi
sendiri dalam melakukan pelayanan kepada peneliti, pedoman pelayanan rekam medis
pasien. Perawat ranahnya lebih kontak terkait pengodean belum seluruhnya
langsung menangani pasien, bukan mengacu pada pedoman yang ada,
melakukan pelayanan administratif. Perawat dikarenakan masih ada yang menggunakan
berwewenang sebagai pemberi asuhan selain ICD-10 dan tanggung jawabnya belum
keperawatan, penyuluh dan konselor bagi seluruhnya diberikan kepada Instalasi Rekam
klien, pengelola pelayanan keperawatan, Medis, karena masih ada bagian
peneliti keperawatan dan lain sebagainya.4 keperawatan yang ikut andil dalam
Dari segi Method (cara): Kebijakan pelaksanaan pengodean. Pedoman adalah
pelaksanaan pengodean diagnosis penyakit naskah dinas yang memuat acuan yang
pada pasien rawat jalan di RSUD Tugurejo bersifat umum di lingkungan instansi
sudah ada, berdasarkan SK Direktur RSUD pemerintah yang perlu dijabarkan ke dalam
Tugurejo Provinsi Jawa Tengah Nomor petunjuk operasional teknis dan
445.61/030e/2015 tentang Kebijakan penerapannya disesuaikan dengan
Pelayanan Instalasi Rekam Medis RSUD karakteristik instansi organisasi yang
Tugurejo Provinsi Jawa Tengah Provinsi bersangkutan.6
Jawa Tengah. Namun kebijakan tersebut Terdapat SPO No 05/SPO/00/A-
masih bersifat umum, tidak spesifik kebijakan 048 tahun 2014 di RSUD Tugurejo
yang terkait pasien JKN dan non JKN dan Provinsi Jawa Tengah yang menjelaskan
pelaksanaan dari kebijakan tersebut masih terkait pelaksanaan pengodean diagnosis
belum optimal dilakukan.Kebijakan adalah penyakit rawat jalan JKN sudah, namun
sebuah ketetapan yang berlaku, dicirikan untuk pengodean diagnosis pasien non
142 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017

JKN belum ada. Sehingga dalam digunakan di Indonesia untuk mengode


pelaksanaannya yang sudah optimal diagnosis.7
dilakukan adalah pengodean pasien rawat Selanjutnya dari segi Machine
jalan JKN, sedangkan pasien non JKN (alat): alat yang digunakan untuk
belum dilakukan pengodean secara menunjang pelaksanaan pengodean rawat
maksimal, karena memang tidak ada jalan adalah system bridging INA-CBG’S
acuan dalam melakukan pengodean untuk penjamin JKN, yang sebelumnya
diagnosis rawat jalan non JKN dan alur dilakukan pengodean secara manual yaitu
kerjanya pun menjadi kurang jelas. dengan melakukan pengodean terlebih
Sebetulnya perlu sebuah instansi dahulu pada kolom ICD-10 pada formulir
kesehatan yang mengutamakan bukti pelayanan JKN. Sedangkan untuk
pelayanan kepada pasien, tentu di penjamin non JKN dilakukan pengodean
dalamnya banyak pekerjaan yang harus secara langsung elektronik pada SIMRS
diselesaikan. Oleh karena itu kebijakan, RSUD Tugurejo Provinsi Jawa Tenga.
pedoman dan SPO, ketiganya penting System bridging INA-CBG’S dan
sebagai acuan dalam melakukan suatu SIMRS RSUD Tugurejo Provinsi Jawa
pekerjaan, agar berjalan secara optimal Tengah merupakan salah satu alat
dan sebagaimana mestinya, hasilnya pun pencatatan rekam medis berbasis
sesuai dengan target atau tujuan dari elektronik yang digunakan dalam kegiatan
kegiatan tersebut. pengodean. Rekam medis dibagi atas dua
Material (bahan): pedoman yang jenis yaitu rekam medis konvensional dan
digunakan dalam pengodean rawat jalan rekam medis elektronik. Jenis
berdasarkan hasil pengamatan yaitu konvensional merupakan jenis yang masih
petugas coding telah menggunakan ICD- banyak dipergunakan di setiap rumah
10 elektronik dari WHO tahun 2005 yang sakit seperti pencatatan secara langsung
nantinya akan dimasukkan ke dalam oleh tenaga kesehatan. Sedangkan jenis
system bridging INA-CBG’S, elektronik merupakan sistem pencatatan
sedangkan perawat melakukan informasi dengan menggunakan peralatan
pengodean menggunakan buku bantu yang modern seperti komputer atau alat
yang berisi kode-kode diagnosis yang elektronik lainnya.8
sering muncul dan sering ditulis oleh Kemudian berdasarkan aspek
dokter. ICD-10 diberlakukan secara money (finansial) petugas coding
nasional di Indonesia sebagai acuan yang mendapatkan tunjangan secara rutin
berupa tunjangan gaji, tunjangan profesi
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 143

pendidik dan tunjangan jaminan pensiun, simbol, singkatan dan definisi dalam
namun hal itu berlaku untuk seluruh staf, pemenuhan dokumen akreditasi yaitu ada
bukan hanya petugas pengodean saja. 5 elemen penilaian MKI. 13.10
Adapun pemberian tunjangan tersebut
secara rutin telah dilaksanakan. Tabel Tabel 1 Hasil Studi Dokumentasi
Pemenuhan MKI. 13 Terkait Kode Diagnosis
Sedangkan untuk penilaian kinerja staf Penyakit Rawat Jalan Berdasarkan
belum menerapkan sistem reward dan Akreditasi KARS 2012
No Elemen Penilaian A T Keterangan
. MKI. 13
punishment.
1. Standarisasi kode Kebijakan Pelayanan
diagnosis yang Instalasi Rekam Medis
Untuk meningkatkan kinerja digunakan dan √ SK. Direktur RSUD
penggunanya Tugurejo Provinsi Jawa
pegawai perlu adanya dukungan dimonitor Tengah Nomor
(Dokumen Kode 445.61/030e/2015.
manajemen, meliputi, mengoptimalkan diagnosis) SPO pemberian kode
diagnosis menggunakan
pemanfaatan keunggulan dan potensi ICD-10 pada formulir
bukti pelayanan rawat jalan
kerja, mendorong pekerja untuk terus BPJS.
No. 05/SPO/00/A-048
meningkatkan kemampuan, membuka tahun 2014.
Pedoman pelayanan rekam
kesempatan yang luas bagi pekerja untuk medis terkait pelaksanaan
pengodean RSUD
meningkatkan kemampuan, membantu Tugurejo Provinsi Jawa
Tengah Nomor
pekerja dalam kesulitan melaksanakan 03.05/I/2949/2012.

tugas, membangun motivasi kerja, disiplin 2. Standarisasi kode SPO pemberian kode
prosedur/ tindakan √ prosedur/tindakan
kerja dan etos kerja, yaitu menciptakan yang digunakan dan menggunakan ICD-9-CM
penggunanya pasien rawat jalan Nomor
variasi penugasan, membuka tantangan dimonitor 05/SPO/00/49 tahun 2014
(Dokumen kode
baru, memberikan penghargaan dan prosedur/ tindakan)

insentif, membangun komunikasi dua 3. Standarisasi definisi √ Prosedur tetap simbol dan
9
yang digunakan tanda pada dokumen rekam
arah. (Dokumen definisi medis Nomor
yang digunakan 05/Protap/00/A-016 tahun
Berdasarkan hasil studi 2011
4. Standarisasi simbol √ Prosedur tetap simbol dan
dokumentasi peneliti di RSUD Tugurejo yang digunakan dan tanda pada dokumen rekam
yang tidak boleh medis Nomor
Provinsi Jawa Tengah dalam kaitannya digunakan 05/Protap/00/A-016 tahun
didentifikasi dan 2011
dengan akreditasi versi 2012 terkait dimonitor.
(Dokumen simbol,
pengodean, untuk pemenuhan dari 5 termasuk yang tidak
boleh digunakan)
elemen penilaian MKI. 13 sudah terpenuhi 5 Standarisasi √ Prosedur tetap singkatan
singkatan yang diagnosis penyakit pada
semua dan akreditasi versi 2012 telah digunakan dan yang dokumen rekam medis
tidak boleh Nomor 05/Protap/00/A-
dilaksanakan pada tahun 2014, lulus digunakan 017 tahun 2011
diidentifikasi dan
dengan tipe B tingkat paripurna. Rumah dimonitor
(Dokumen singkatan
termasuk yang tidak
Sakit harus menggunakan standar kode boleh digunakan)
diagnosa, kode prosedur atau tindakan,
144 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017

Diagnosis penyakit rawat jalan sistem pelaporan diagnosis media dan


pada bulan Juni 2016, yang telah digunakan untuk pelaporan nasional dan
dilakukan pengodean mencapai 78,6 % internasional morbiditas dan mortalitas.11
(9.157 dari 11.647 diagnosis), terdiri dari Jika klasifikasi penyakit tidak dilakukan
berpenjamin JKN sebesar 75,4 % (8.782 dan tidak menggunakan standar yang
dari 8.852 diagnosis) dan berpenjamin non baku, maka perbandingan pola penyakit
JKN sebesar 3,2 % (375 dari 2.795 dari waktu ke waktu dan antar tempat
diagnosis). Berikut tabel terakit tidak bisa dilakukan.
pelaksanaan pengodean: Man (SDM): Petugas pelaksana
Tabel 2 Data Hasil Pelaksanaan Pengodean pengodean diagnosis belum sesuai
Diagnosis Penyakit Pasien Rawat Jalan
JKN dan non JKN kualifikasi jabatan karena masih ada perawat
Jumlah Persentase (%)
yang melakukan pengodean. Salah satu
Dikode Tidak Dikode Tidak
kode dikode
wewenang Ahli Madya Rekam Medis dan
Informasi Kesehatan adalah melaksanakan
Pasien 8.782 70 8.852 75,4% 0,6 % 76,0 %
Rawat sistem klasifikasi dan kodefikasi penyakit
Jalan
JKN yang berkaitan dengan kesehatan dan
Pasien 375 2.420 2.795 3,2% 20,8% 24,0%
Rawat tindakan medis sesuai terminologi medis
Jalan
Non yang benar.3
JKN
Jumlah 9.157 2.490 11.647 78,6% 21,4% 100% Selain itu belum adanya pembagian
job description dari kepala Instalasi Rekam

Pengodean merupakan tindakan medis terkait siapa yang melakukan

yang paling penting. Hal ini dikarenakan pengodean rawat jalan JKN dan non JKN.

kualitas dari data yang dikode sangat Kepala di unit rekam medis berperan sangat

penting bagi fasilitas pelayanan penting dalam fungsi perencanaan,

kesehatan.11 Oleh karena itu, setelah bertanggungjawab langsung dan membawa

mengetahui teori di atas bahwasannya seluruh stafnya untuk bekerja dalam tim kerja

pelaksanaan pengodean itu sangat yang ditetapkan.3 Tujuan proses

penting dan hasil pengodean itu penyelenggaraan kerja tim adalah relatif

menggambarkan kualitas manajemen dinamis. sehingga peran kepala Instalasi

Instalasi Rekam Medis. sangat penting, khususnya dalam pembagian

Penerapan pengodean sistem ICD job description tersebut.

digunakan untuk mengindeks pencatatan Selanjutnya yang menjadi faktor

penyakit dan tindakan di sarana penghambat yaitu petugas coding dan

pelayanan kesehatan, masukan bagi perawat masih kesulitan membaca beberapa


Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 145

tulisan dokter. Apabila dokter dalam dari segi kualitas kinerjanya bagus tidak
menuliskan diagnosa penyakit tidak jelas dan mendapatkan reward dalam bentuk apapun.
tidak tepat maka kode yang dihasilkan oleh Hal tersebut dikarenakan belum ada wacana
petugas rekam medis pun menjadi kurang terkait sistem itu, saat ini yang ada yaitu
tepat.12 tunjangan. Salah satu cara manajemen untuk
Method (cara): belum ada SPO terkait meningkatkan prestasi kerja, motivasi dan
pengodean diagnosis penyakit rawat jalan meningkatkan kinerja para karyawan adalah
non JKN. Standard Operating Procedure melalui remunerasi atau kompensasi.15
(SOP) adalah satu set instruksi tertulis yang
digunakan untuk kegiatan rutin atau aktivitas KESIMPULAN
yang berulang kali dilakukan oleh sebuah Petugas yang melakukan pengodean
organisasi.13 rawat jalan belum sesuai dengan kualifikasi
Material (bahan): perawat melakukan jabatan karena dilakukan oleh perawat.
pengodean diagnosis menggunakan buku Kebijakan terkait pengodean rawat jalan
bantu yang berisi kode-kode yang sering sudah ada dan pelaksanaannya yang sudah
muncul dan ditulis dokter. Namun optimal dilakukan adalah pasien jaminan
penggunaan buku bantu tersebut belum ada JKN, pedoman pelayanan rekam medis
aturan yang memayungi atau mengatur terkait pengodean dan kualifikasi jabatan
terkait pemberlakuan buku bantu tersebut. sudah ada dan pelaksanaannya mengacu
SK atau surat keputusan umumnya pada pedoman tersebut, tapi belum
merupakan dasar hukum dari sebuah seluruhnya karena masih ada yang
tindakan, kegiatan, kondisi ataupun fungsi menggunakan buku bantu dan tanggung
status dari pada sesuatu atau bagi seseorang jawab belum seluruhnya diserahkan kepada
yang dijadikan legal aspek untuk menetapkan Instalasi Rekam Medis, regulasi internal
atau mempertahankan sesuatu yang terkait tata cara pengodean rawat jalan
14
diputuskan tersebut. sudah ada, tapi belum mencantumkan
Salah satu faktor yang menghambat prosedur pengodean rawat jalan untuk
dari segi machine: SIMRS nya masih terlalu pasien non, serta prosedur pengodean rawat
ribet. Machine atau mesin atau alat jalan JKN sesuai SPO tentang pemberian
digunakan untuk memberi kemudahan atau kode diagnosis penyakit di Instalasi Rekam
menghasilkan keuntungan yang lebih besar Medis. Pedoman pengodean perawat masih
serta menciptakan efisiensi kerja2. Tidak menggunakan buku bantu pengodean, tetapi
adanya penilaian kinerja pegawai, khususnya belum disahkan oleh pimpinan rumah sakit.
petugas coding, jadi petugas coding yang Sarana yang digunakan dalam pengodean
146 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017

rawat jalan adalah system bridging INA- khususnya yang non JKN. Sebaiknya aturan
CBG’S dan SIMRS RSUD Tugurejo Provinsi terkait pelaksanaan pengodean rawat jalan
Jawa Tengah. Tunjangan sudah ada berupa diperjelas, agar tidak terjadi kesenjangan
gaji, tunjangan profesi pendidik dan jaminan antara pasien rawat jalan JKN dan non JKN.
pensiun dan untuk penilaian kinerja staf Sebaiknya dilakukan evaluasi job description
belum menerapkan sistem reward dan petugas coding rawat jalan dan
punishment. kewenangannya terkait pelaksanaan
Semua elemen penilaian pada MKI. 13 pengodean diagnosis penyakit rawat jalan
yang mengacu pada standar akreditasi KARS JKN dan non JKN. Sebaiknya dilakukan
2012 sudah terpenuhi dan rumah sakit sudah evaluasi pemberlakuan dan penggunaan
dinyatakan lulus akeditasi tipe B pendidikan buku bantu sebagai dasar pedoman
tingkat paripurna. Persentase pelaksanaan pengodean yang dilakukan oleh petugas
pengodean diagnosis penyakit rawat jalan rekam medis, bukan perawat. Sebaiknya
sebesar 78,6 % dengan persentase sebesar Kepala Instalasi Rekam Medis mengusulkan
75,4 % untuk pasien jaminan JKN dan 3,2 % ke pimpinan rumah sakit agar penjamin mutu
untuk pasien jaminan non JKN. Hambatan internal rumah sakit di setiap unit melakukan
pelaksanaan pengodean diagnosis penyakit penilaian kinerja staf dengan reward dan
pada pasien rawat jalan. Petugas pelaksana punishment.
pengodean tidak sesuai dengan kualifikasi
jabatan, belum adanya pembagian job
KEPUSTAKAAN
description di Instalasi Rekam medis dari 1. Republik Indonesia. 2009. Undang-
undang No. 44 Tahun 2009 Tentang
Kepala Instalasi Rekam Medis dan petugas
Rumah sakit. Jakarta: Sekretariat Negara.
coding dan perawat masih kesulitan 2. Arifin, M. (2012). 5M Dalam Manajemen.
Tersedia dalam:
membaca tulisan dokter. Belum adanya SPO
http://indonesianpublichealth.blogspot.co
terkait pelaksanaan pengodean diagnosis m [Diakses tanggal 15 Agustus 2016
pukul 23.10 WIB].
penyakit rawat jalan non JKN. Tidak ada
3. Republik Indonesia. 2013. Peraturan
aturan atau SK yang mengatur pemberlakuan Menteri Kesehatan No. 55 Tahun 2013
Tentang Penyelenggaraan Pekerjaan
buku bantu. Teknik penggunaan SIMRS
Perekam Medis. Jakarta: Menteri
terlalu ribet. Belum menerapkan sistem Kesehatan.
4. Republik Indonesia. 2014. Undang-
reward dan punishment untuk penilaian
undang No. 38 Tahun 2014 Tentang
kinerja staf. Keperawatan. Jakarta: Sekretariat
Negara.
Sarannya yaitu sebaiknya dibuatkan
5. Suharto, Edi. 2008. Analisis Kebijakan
jadwal dan dilakukan supervisi dari pimpinan Publik. Bandung: Alfabeta. Sydney: WB.
Sauders Company.
untuk ketertiban pelaksanaan pengodean,
Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 147

6. Republik Indonesia. 2011. Peraturan Indonesia dengan Komisi Akreditasi


Menteri Kesehatan No.No. 1538 Tahun Rumah Sakit (KARS). Jakarta: KARS.
2011 tentang Pedoman Tata Naskah 11. Hatta, Gemala. 2010. Pedoman
Dinas di Lingkungan Kementerian Manajemen Informasi Kesehatan di
Kesehatan. Jakarta: Menteri Kesehatan. Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta:
7. Republik Indonesia. 1998. Keputusan Universitas Indonesia.
Menteri Kesehatan Republik Indonesia 12. Purwono, Dwi. 2007. Pelaksanaan
Nomor 50/MENKES/SK/I/1998 tentang Coding Diagnosis Utama Pasien Rawat
Pemberlakuan Klasifikasi Statistik Inap di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
Internasional Mengenai Penyakit Revisi Soeroyo Magelang. Karya Tulis Ilmiah.
Kesepuluh, yaitu memberlakukan D3 Rekam Medis Dan Informasi
klasifikasi. Jakarta: Menteri Kesehatan. Kesehatan UGM. (Tidak Dipublikasikan).
8. Keputusan Konsil Kedokteran Indonesia. 13. Hartatik, Indah Puji. 2014. Buku Pintar
2006. Konsil Kedokteran Indonesia No. Membuat S.O.P. Yogyakarta:
16 Tahun 2006 tentang Manual Rekam Flashbooks.
Medis. Jakarta: Ketua Konsil Kedokteran 14. Tahar, Herikasni. 2013. Pengertian surat
Indonesia. keputusan. Tersedia dalam:
9. Simanjuntak, Payaman J. 2005. http://herikasnitahar.blogspot.co.id.
Manajemen dan Evaluasi Kinerja. [Diakses tanggal 10 Agustus 2016 pukul
Jakarta: FE UI. 12.49 WIB].
10. Kemenkes RI. 2011, Standar Akreditasi 15. Matchis, Jackson. 2002. Manajemen
Rumah Sakit, Kerjasama Direktorat Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba
Jenderal Bina Upaya Kesehatan Empat.
Kementerian Kesehatan Republik

You might also like