You are on page 1of 9

Administration & Health Information of Journal Vol. 1 No.

1 Februari 2020
http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi

IDENTIFIKASI KEAKURATAN KODE UNDERLYING CAUSE OF


DEATH (UCOD) KASUS STROKE BERDASARKAN ICD-10 DI RUMAH
SAKIT Tk.III dr. REKSODIWIRYO PADANG

Dewi Mardiawati, Tiara Febri Akika


STIKes Dharma Landbouw Padang
Email : dmardiawati@gmail.com

Abstract
The Code of Underlying Cause Of Death (UCoD) is the basic cause of
death. Preliminary survey on 10 April 2019, out of 10 medical record files, stroke
cases had 70% incomplete medical records and inaccurate filling in the code of
Underlying Cause of Death (UCoD) and 30 % complete file filling. The purpose
of this study was to identify the accuracy of the Underlying Cause of Death
(UCoD) code of stroke cases based on ICD-10 at Tk.III Hospital Dr.
Reksodiwiryo Padang in 2019. This research was conducted at the Tk.III Hospital
Dr. Reksodiwiryo Padang on 20 to 28 June 2019. This type of research is
quantitative descriptive with cross sectional approach. Population of all medical
record files for 2018 stroke cases were 41 files. Samples were taken by total
sampling. Data collection by direct observation in the medical record file using
the checklist table. Analysis of the data used is univariate analysis. The results
showed the percentage of accuracy in filling the Underlying Cause Of Death
(UCoD) code 41.9% accurate and 58.1% inaccurate. Clarity of diagnosis of
writing as much as 35.5% is clear and 64.5% is unclear. Completeness of filling in
the diagnosis is 45.2% complete and 54.8% incomplete. The completeness of
filling in the Underlying Cause Of Death (UCoD) code is 45.2% complete and
54.8% is incomplete. It is expected that the hospital will provide training,
seminars, and evaluations to medical personnel about accuracy the code for
Underlying Cause Of Death (UCoD) and make an SOP about coding Underlying
Cause Of Death (UCoD).

Keywords : Accuracy, Clarity, Completeness, Code

Abstrak
Kode Underlying Cause Of Death (UCoD) merupakan penyebab dasar
kematian. Survey awal pada 10 april 2019, dari 10 berkas rekam medis mortalitas
kasus stroke terdapat 70% berkas rekam medis tidak lengkap dan tidak akurat
pengisian kode Underlying Cause Of Death (UCoD) dan 30% berkas lengkap
pengisiannya.Tujuan penelitian diketahuinya identifikasi keakuratan kode
Underlying Cause Of Death (UCoD) kasus stroke berdasarkan ICD-10 di Rumah
Sakit Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang Tahun 2019. Penelitian ini dilaksanakan di
Rumah Sakit Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang pada tanggal 20 sampai dengan 28
Juni 2019. Jenis penelitian adalah kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi seluruh berkas rekam medis mortalitas kasus stroke tahun
2018 sebanyak 41 berkas. Sampel diambil secara total sampling. Pengumpulan
data dengan cara observasi langsung pada berkas rekam medis dengan
menggunakan tabel checklist. Analisa data yang digunakan adalah analisa
univariat. Hasil penelitian didapatkan persentase keakuratan pengisian kode
Underlying Cause Of Death (UCoD) 41,9% akurat dan 58,1% tidak akurat.
Kejelasan penulisan diagnosa sebanyak 35,5% jelas dan 64,5% tidak jelas.
Lembaga Penelitian dan Pegabdian
STIKES Dharma Landbouw Padang
e-ISSN: 2715-5250 10
Administration & Health Information of Journal Vol. 1 No.1 Februari 2020
http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi

Kelengkapan pengisian diagnosa sebanyak 45,2% lengkap dan 54,8% tidak


lengkap. Kelengkapan pengisian kode Underlying Cause Of Death (UCoD)
sebanyak 45,2% lengkap dan 54,8% tidak lengkap. Diharapkan kepada pihak
rumah sakit memberikan pelatihan, seminar, dan evalusi kepada tenaga medis
tentang keakuratan kode Underlying Cause Of Death (UCoD)dan membuat SOP
tentang pengodean Underlying Cause Of Death (UCoD).

Kata Kunci : Keakuratan, Kejelasan, Kelengkapan, Kode

PENDAHULUAN
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat
(Undang-undang No 44, 2009). Rekam Medis sebagai salah satu unit di rumah
sakit yang bertugas untuk mengumpulkan, mengelola dan menganalisa semua
berkas rekam medis.
Rekam Medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumentasi tentang
identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah
diberikan kepada pasien (Permenkes RI No 40, 2012). Koding adalah pemberian
penetapan kode dengan menggunakan huruf atau angka atau kombinasi huruf
dalam angka yang mewakili komponen data. Kegiatan dan tindakan serta
diagnosis yang ada didalam rekam medis harus diberi kode dan selanjutnya di
indeks agar memudahkan pelayanan pada penyajian informasi untuk menunjang
fungsi perencanaan, manajemen dan riset bidang kesehatan (WHO, 2004).
Konferensi Revisi Internasional 10-Tahunan ke-6 menyetujui bahwa penyebab
kematian untuk tabulasi primer harus merupakan Underlying Cause Of Death
(UCoD). Dari pandangan prevensi kematian, penting untuk memecahkan mata
rantai kejadian atau keadaan yang mempengaruhi kesembuhan.Objektif kesehatan
masyarakat yang paling efektif adalah mencegah penyebab pencetus. Untuk
tujuan ini maka sebab utama kematian (Underlying Cause Of Death) sebagai “(a)
penyakit atau cedera yang menimbulkan serangkaian kejadian yang berakhir
dengan kematian atau (b) kecelakaan atau kekerasan yang menimbulkan
cederayang mematikan” (WHO, 2004).
Menurut (Depkes RI, 2008), data penyebab kematian yang disusun
berdasarkan ICD-10 merupakan sumber data yang dapat dipakai untuk
menghitung angka harapan hidup, angka kematian menurut penyebab dan umur.
Selain itu data penyebab kematian dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
untuk mengambil keputusan terkait dengan upaya pencegahan dari penyakit atau
kasus mematikan sehingga status kesehatan masyarakat menjadi lebih baik.
Di Indonesia stroke termasuk urutan kedua penyakit paling mematikan. Di
kota Padang stroke termasuk 10 penyakit penyebab kematian. Data menunjukkan
pada 2015 penyakit ini telah menyerang 8,8 juta orang dan meningkat pada tahun
2016 yang diperkirakan 6,7 juta jiwa hilang akibat stroke pada tahun 2015
berkontribusi sekitar 10,8 persen dari semua kematian.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Linda Widyaningrum dkk, 2016)
tentang Keakuratan Penentuan Kode Underlying Cause Of DeathBerdasarkan
Medical Mortality Data System di RSUD Kota Saligata tahun 2016 didapatkan
dari 87 berkas rekam medis pasien mortalitas 71,41% (63 Berkas) tidak akurat
pengisian kode Underlying Cause Of Death (UCoD) dan 27,59% (24 berkas)
sudah akurat pengisiannya.

Lembaga Penelitian dan Pegabdian


STIKES Dharma Landbouw Padang
e-ISSN: 2715-5250 11
Administration & Health Information of Journal Vol. 1 No.1 Februari 2020
http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi

Berdasarkan survey awal di Rumah Sakit Tk. III dr. Reksodiwiryo Padang
terdapat 176 pasien mortalitas pada tahun 2018 dan angka mortalitas terbanyak
disebabkan oleh stroke yang berjumlah 41 pasien. Dari hasil observasi terhadap
10 berkas rekam medis mortalitaskasus stroke terdapat 70% berkas rekam medis
tidak lengkap dan akurat pengisian kode Underlying Cause Of Death (UCoD) dan
30% berkas rekam medis sudah lengkap dan akurat pengisiannya.
Ketidaklengkapan dan ketidakakuratan kode Underlying Cause Of Death(UCoD)
Kasus Stroke di Rumah Sakit Tk. III dr. Reksodiwiryo Padang karena masih
banyak ditemukan resume medis yang belum diisi oleh dokter, masih ditemukan
diagnosa pasien yang tidak terisi, diagnosa yang ditulis dokter sulit untuk dibaca
dan sering memakai singkatan penggunaan bahasa yang tidak sesuai bahkan
kadang tidak dapat terbaca, masih ditemukan diagnosa yang belum diberi kode
serta perbedaan penulisan diagnosa pada resume keluar (RM8) dengan formulir
laporan kematianyang mempengaruhi laporan tahunan Rumah Sakit tentang sebab
kematian sehingga berdampak pada kualitas informasi yang dihasilkan, selain itu
juga akan berdampak bagi Rumah Sakit dalam sistem pembayaran.

METODE PENELITIAN
Jenis penelitian adalah kuantitatif deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Populasi seluruh berkas rekam medis mortalitas kasus stroke tahun
2018 sebanyak 41 berkas. Sampel diambil secara total sampling. Dikarenakan 10
berkas sudah digunakan pada survei awal, jadi, jumlah berkas rekam medis yang
digunakan dalam penelitian ini berjumlah 31 berkas rekam medis. Pengumpulan
data dengan cara observasi langsung pada berkas rekam medis dengan
menggunakan tabel checklist. Analisa data yang digunakan adalah analisa
univariat.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bagian ini menyajikan hasil penelitian, tentang data distribusi frekuensi
identifikasi keakuratan kode underlying cause of death (UCoD) kasus stroke
berdasarkan ICD-10 sebagai berikut:
Tabel 1.
Data Distribusi Frekuensi Identifikasi Keakuratan Kode Underlying Cause
Of Death
Keakuratan Kode Kejelasan Penulisan Kelengkapan Penulisan Kelengkapan Pengisian
Underlying Cause Of Diagnosa Underlying Diagnosa Underlying Kode Underlying Cause
Death (UCoD) Kasus Cause Of Death Cause Of Death Of Death (UCoD)
Stroke (UCoD) Kasus Stroke (UCoD) Kasus Stroke Kasus Stroke

Kejelasan Kelengkapan Kelengkapan


Keakuratan F % F % f % F %
Penulisan Penulisan Pengisian

Akurat 13 41,9 Jelas 11 35,5 Lengkap 14 45,2 Lengkap 14 45,2

Tidak 18 58,1 Tidak 20 64,5 Tidak 17 54,8 Tidak 17 54,8


Akurat Jelas Lengkap Lengkap

Total 31 100 Total 31 100 Total 31 100 Total 31 100

(UCoD) Kasus Stroke Berdasarkan ICD-10

Lembaga Penelitian dan Pegabdian


STIKES Dharma Landbouw Padang
e-ISSN: 2715-5250 12
Administration & Health Information of Journal Vol. 1 No.1 Februari 2020
http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi

Keakuratan Kode Underlying Cause Of Death (UCoD) Kasus Stroke


Berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit Tk.III dr. Reksodiwiryo Padang
Berdasarkan hasil analisa univariat, didapatkan bahwa keakuratan kode
Underlying Cause Of Death (UCoD) kasus stroke di Rumah Sakit Tk.III dr.
Reksodiwiryo Padang Tahun 2019 terdapat 58,1% tidak akurat dan 41,9% akurat
pengisian kode Underlying Cause Of Death (UCoD). Ketidakakuratan kode
Underlying Cause Of Death (UCoD) karena tidak terbacanya tulisan
dokter,penggunaan singkatan penulisan diagnosa oleh dokter yang tidak sesuai
aturan bahkan tidak dapat terbaca oleh petugas rekammedis, masih ditemukan
resume keluar pasien yang belum terisi, adanya perbedaan antara resume keluar
dengan formulir laporan kematian, dan masih banyak kode UnderlyingCause Of
Death (UCoD) yang belum diisi.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh (Linda Widyaningrum dkk, 2016)
tentang keakuratan penentuan kode Underltying Cause Of Death (UCoD)
berdasarkan medical mortality data system di RSUD Kota Saligata, dari 87 berkas
rekam medis mortalitas terdapat keakuratan kode Underlying Cause Of Death
(UCoD) dinyatakan 24 dokumen (27,59%) akurat dan 63 dokumen (72,41%).
tidak akurat.
Sedangkan penelitian oleh (Trian, 2012) tentang evaluasi ketepatan kode
diagnosis penyebab dasar kematian (Underlying Cause Of Death) berdasarkan
ICD-10 di RS Panti Rapih Yogyakarta, didapatkan dari 171 berkas rekam medis
mortalitas terdapat 20,47% tidak tepat dan 79,53% tepat pengisian kode
Underlying Cause Of Death (UCoD).
Rekam medis sebagai pemberi kode bertanggung jawab atas keakuratan
kode dari suatu diagnosis yang sudah ditetapkan oleh tenaga medis. Oleh karena
itu untuk hal yang kurang jelas atau tidak lengkap, sebelum kode ditetapkan,
komunikasikan terlebih dahulu kepada dokter yang membuat diagnosis tersebut,
setiap pasien yang telah mendapatkan pelayanan rawat jalan maupun rawat inap,
maka dokter yang memberikan pelayanan harus segera membuat diagnosis akhir
(Depkes RI, 2006).
Kecepatan dan ketepatan pengodean dari suatu diagnosis sangat tergantung
kepada pelaksana yang menanggani rekam medis tersebutyaitu tenaga medis
dalam menetapkan diagnosis, tenaga perekam medis sebagai pemberi kode dan
tenaga kesehatan lainnya (Depkes RI, 2006).
Ketidakakuratan pengodean di sebabkan oleh tidak jelasnya tulisan dokter
yang menyebabkan diagnosa tidak dapat dibaca oleh petugas dan tidak
lengkapnya diagnosa Underlying Cause Of Death (UCoD) sehingga
menyebabkan kode yang diisi petugas tidak lengkap dan berdampak kepada
keakuratan kode Underlying Cause Of Death (UCoD). Sebaiknya SOP tentang
pengodean Underlying Cause Of Death (UCoD) perlu dibuat agar pelaksanaan
pengodean sesuai dengan ICD-10 dan kebijakan lainnya sepertidatabase penyakit
dalam sistem perlu dilengkapi agar kode semakin akurat serta buku ICD-10 selalu
dipakai sebagai pedoman kegiatan pengodean.

Kejelasan Penulisan Diagnosa Underlying Cause Of death (UCoD) Kasus


Stroke Berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit Tk.III dr. Reksodiwiryo
Padang.
Berdasarkan hasil analisa univariat, didapatkan bahwa kejelasan penulisan
diagnosa Underlying Cause Of Death (UCoD) kasus stroke di Rumah Sakit Tk.III
dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2019 terdapat 64,5% tidak jelas dan 35,5% jelas
Lembaga Penelitian dan Pegabdian
STIKES Dharma Landbouw Padang
e-ISSN: 2715-5250 13
Administration & Health Information of Journal Vol. 1 No.1 Februari 2020
http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi

pengisian diagnosa Underlying Cause Of Death (UCoD). Ketidakjelasan diagnosa


Underlying Cause Of Death (UCoD) karena dokter tidak menggunakan huruf
kapital sesuai dengan aturan penulisan diagnosa dan dokter menggunakan
singkatan penulisan diagnosa yang tidak sesuai dengan aturan penulisan diagnosa.
Penelitianini didukung oleh penelitian (Andi, Karisma, Nurdiansyah, 2015)
tentang hubungan keterisian dan kejelasan diagnosis utama pada lembar ringkasan
masuk dan keluar dengan terkodenya diagnosis di RS Bhayangkara Yogyakarta,
dari 73 rekam medis bahwa penulisan diagnosa yang jelas 21,9% sedangkan
penulisan yang tidak jelas sebanyak 78,1% berkas.
Sedangkan penelitian oleh (Oki Yuliandri, 2011) tentang hubungan
kejelasan dan kelengkapan penulisan diagnosa dengan ketepatan pengodean pada
berkas rekam medis pasien bangsal bedah di RSUP Dr. M.Djamil Padang bahwa
penulisan diagnosa yang jelas 37,6% dan penulisan diagnosa yang tidak jelas
sebanyak 62,4% berkas.
Menurut (Permenkes RI No 129, 2008) pasal 2 ayat (1) rekam medis harus
dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik. Pasal (3)
menyebutkan salah satu isi rekam medis adalah diagnosis.Dokter sebagai pembuat
rekam medis harus menetapkan diagnosis secara jelas.Untuk mengurangi
ketidaktepatan pemberian kode diagnosis dikarenakan diagnosis yang tidak
terbaca.
Penetapan diagnosis seorang pasien merupakan kewajiban, hak dan tanggung
jawab dokter yang terkait tidak boleh diubah, oleh karenanya diagnosis yang ada
dalam rekam medis harus diisi lengkap dan jelas sesuai dengan arahan yang ada
pada ICD-10. Ketepatan data diagnosis sangat krusial dibidang manjemen data
klinis, penagihan kembali biaya beserta hal-hal lain yang berkaitan dengan asuhan
dan pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2006).
Dalam penelitian ini peneliti didampingi oleh petugas rekam medis untuk
membaca diagnosa pasien pada berkas rekam medis, didapatkan 54,8% diagnosa
yang dapat dibaca oleh petugas rekam medis dan 45,2% diagnosa yang tidak
dapat dibaca oleh petugas rekam medis. Sedangkan yang dapat dibaca oleh
peneliti 41,9% dan 58,1% tidak dapat dibaca oleh peneliti. Ketidakjelasan
penulisan diagnosa karena dokter tidak menggunakan huruf kapital sesuai dengan
aturan penulisan diagnosa dan dokter menggunakan singkatan penulisan diagnosa
yang tidak sesuai dengan aturan penulisan diagnosa. .Untuk mengurangi
ketidakjelasan penulisan diagnosa pada rekam medis, sebaiknya dokter harus
menulis diagnosa yang jelas menggunakan huruf kapital, tidak menggunakan
penulisan diagnosa dengan singkatan agar petugas pengkodean mudah dalam
membaca diagnosa dan cepat dalam menentukan kode yang tepat dan akurat
sesuai dengan ICD-10.

Kelengkapan Penulisan Diagnosa Underlying Cause Of death (UCoD) Kasus


Stroke Berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit Tk.III dr. Reksodiwiryo
Padang.
Berdasarkan hasil analisa univariat, didapatkan bahwa kelengkapan
penulisan diagnosa Underlying Cause Of Death (UCoD) kasus stroke di Rumah
Sakit Tk. III dr. Reksodiwiryo Padang tahun 2019 terdapat 54,8% tidak lengkap
dan 45,2% lengkap pengisian diagnosa Underlying Cause Of Death (UCoD).
Ketidaklengkapan pengisian diagnosa Underlying Cause Of Death (UCoD)
karena kurangnya kerja sama antara perawat dan petugas rekam medis serta
kurang peduli terhadap kelengkapan rekam medis pasien.
Lembaga Penelitian dan Pegabdian
STIKES Dharma Landbouw Padang
e-ISSN: 2715-5250 14
Administration & Health Information of Journal Vol. 1 No.1 Februari 2020
http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi

Penelitian ini didukung oleh penelitian (Oki Yuliandri, 2011) tentang


hubungan kejelasan dan kelengkapan penulisan diagnosa dengan ketepatan
pengodean pada berkas rekam medis pasien bangsal bedah di RSUP Dr. M.Djamil
Padang, menyatakan bahwa penulisan diagnosa tidak lengkap sebanyak 7,5% dan
penulisan yang lengkap sebanyak 92,5% berkas. Sedangkan penelitian (Andi,
Karisma, Nurdiansyah, 2015) tentang hubungan keterisian dan kejelasan
diagnosis utama pada lembar ringkasan masuk dan keluar dengan terkodenya
diagnosis di RS Bhayangkara Yogyakarta, didapatkan dari 73 berkas terdapat
38,4% lengkap terisi diagnosa dan 61,6% tidak lengkap.
Diagnosa yang tidak lengkap akan mempengaruhi ketepatan suatu kode, bila
pengkodean diagnosis penyakit ditulis tidak benar dan tidak lengkap bahkan tidak
ditulis (terdapat kekosongan) maka dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
selanjutnya yaitu proses pengindeksan akan mencerminkan kekurangan serta data
yang dihasilkan tidak akurat dalam penyajian statistik dan pelaporan (Depkes RI,
2006).
Dokter adalah narasumber utama data diagnosa pasien.Dokter yang merawat
pasien bertanggung jawab atas kelengkapan dan keakuratan isi rekam medis.
Tugas dan tanggung jawab dokter penanggung jawab pasien (DPJP) adalah
menegakkan dan menuliskan diagnosa primer dan sekunder sesuai ICD-10,
menulis seluruh tindakan/prosedur sesuai ICD-9 CM yang telah dilaksanakan
secara lengkap dan jelas selama pasien dirawat di rumah sakit (Permenkes RI No
27, 2014).
Kelengkapan pengisian diagnosa Underlying Cause Of Death (UCoD) pada
resume keluar didapatkan 52,6% lengkap dan 47,4% tidak lengkap pengisian
diagnosa Underlying Cause Of Death (UCoD). Sedangkan pada formulir laporan
kematian didapatkan 67,7% lengkap dan 32,3% tidak lengkap pengisian diagnosa
Underlying Cause Of Death(UCoD). Ketidaklengkapan pengisian diagnosa
Underlying Cause Of Death (UCoD) karena kurangnya kerja sama antara perawat
dan petugas rekam medis serta kurang peduli terhadap kelengkapan rekam medis
pasien. Sebaiknya sebelum kode ditetapkan, diagnosa yang tidak lengkap perlu
dilakukan dengan cara petugas coder menanyakan atau meminta penjelasan
kepada dokter yang bersangkutan. Jika petugas tidak bisa menemui dokter yang
bersangkutan, maka petugas bisa melihat lembaran formulir rekam medis
pendukung lainnya serta mendiskusikan diagnosa tersebut dengan dokter
penanggungjawab sebelum diajukan langsung kepada dokter yang bersangkutan.

Kelengkapan Pengisian Kode Underlying Cause Of death (UCoD) Kasus


Stroke Berdasarkan ICD-10 di Rumah Sakit Tk.III dr. Reksodiwiryo
Padang.
Berdasarkan hasil analisa univariat, didapatkan bahwa kelengkapan
pengisian kode Underlying Cause Of Death (UCoD) kasus stroke di Rumah Sakit
Tk.III dr.Reksodiwiryo Padang tahun 2019 terdapat 54,8% tidak lengkap dan
45,2% lengkap pengisian kode Underlying Cause Of Death (UCoD).
Ketidaklengkapan kode Underlying Cause Of Death (UCoD) karena kurangnya
kerja sama antara perawat dan petugas rekam medis serta dokter kurang peduli
terhadap rekam medis., karena tulisan dokter yang kurang jelas, masih terdapat
resume keluar yang masih kosong, masih ditemukan perbedaan diagnosa pada
resume keluar dan formulir laporan kematian.
Penelitian ini didukung oleh penelitian (Rani Puspita dkk, 2016) tentang
hubungan kelengkapan sertifikat `medis penyebab kematian terhadap ketepatan
Lembaga Penelitian dan Pegabdian
STIKES Dharma Landbouw Padang
e-ISSN: 2715-5250 15
Administration & Health Information of Journal Vol. 1 No.1 Februari 2020
http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi

kode diagnosa peneyebab kematian pasien di rumah sakit Sumber Waras Jakarta,
didapatkan dari 74 berkas rekam medis pasien mortalitas terdapat 74,3% lengkap
pengsian kode diagnosa Underlying Cause Of Death (UCoD) dan 25,7% tidak
lengkap pengisiannya. Sedangkan penelitian oleh (Andi, Karisma, Nurdiansyah,
2015) tentang hubungan keterisian dan kejelasan diagnosis utama pada lembar
ringkasan masuk dan keluar dengan terkodenya diagnosis di RS Bhayangkara
Yogyakarta, dari 73 sampel didapatkan 38,4% sampel terisi dan 61,6% tidak
terisi. Dari 28 sampel yang terisi diagnosis terdapat 28,26% sampel terkode dan
71,4% sampel tidak terkode.
Kelengkapan adalah ketelitian, kecermatan, dan ketepatan kode penyakit
dapat diidentifikasikan menjadi kode yang lengkap dan tidak lengkap.Kode yang
lengkap adalah penetapan kode penyakit yang tepat, lengkap sesuai dengan ICD-
10 penetapan kode penyakit yang tidak lengkap dan tidak sesuai dengan ICD-10.
Pengode harus menyeleksi kodisi dan prosedur yang harus dikode dari rekam
medis yang tersedia (Gemala R.Hatta, 2011).
Kecepatan dan ketepatan koding dari suatu diagnosis dipengaruhi oleh
beberapa faktor diantaranya tulisan dokter yang sulit untuk dibaca, diagnosis tidak
spesifik, dan keterampilan petugas koding dalam pemilihan kode. Pada proses
pengkodean ada beberapa kemungkinan yang dapat mempengaruhi hasil
pengkodean dari petugas koding bahwa penetapan diagnosa pasien merupakan
hak kewajiban dan tanggung jawab tenaga medis yang memberi perawatan
kepada pasien dan tenaga koding dibagian unit rekam medis tidak boleh
mengubah atau mengurangi diagnosa yang ada (Budi Savitri Citra, 2011).
Ketidak lengkapan pengisian kode Underlying Cause Of Death (UCoD)
karena masih terdapat resume keluar masih kosong, masih ditemukan perbedaan
diagnosa pada resume keluar dan formulir laporan kematian, tulisan dokter yang
kurang jelas serta karena kurangnya kerja sama antara perawat dan petugas rekam
medis serta kurang peduli terhadap rekam medis.
Sebaiknya dokter, perawat dan petugas rekam medis bekerja sama dengan
baik agar kelengkapan isi rekam medis menjadi lengkap dan tepat sesuai dengan
aturan. Jika diagnosa tidak jelas dan tidak lengkap maka sebelum kode ditetapkan,
diagnosa yang tidak jelas dan tidak lengkap perlu dilakukan dengan cara petugas
coder menanyakan atau meminta penjelasan kepada dokter yang bersangkutan
agar kode yang ditetapkan tepat dan lengkap.

SIMPULAN
1. Keakuratan Kode Underlying Cause Of Death (UCoD) Kasus Stroke
Berdasarkan ICD-10 yang akurat 41,9% dan tidak akurat 58,1%.
2. Kejelasan Penulisan Diagnosa Underlying Cause Of death (UCoD) Kasus
Stroke Berdasarkan ICD-10 yang jelas 35,5% dan tidak jelas 64,5%
3. Kelengkapan Penulisan Diagnosa Underlying Cause Of death (UCoD) Kasus
Stroke Berdasarkan ICD-10 yang lengkap yaitu 45,2% dan 54,8% tidak
lengkap.
4. Kelengkapan Pengisian Kode Underlying Cause Of death (UCoD) Kasus
Stroke Berdasarkan ICD-10 yang lengkap yaitu 45,2% dan 54,8% tidak
lengkap.

Lembaga Penelitian dan Pegabdian


STIKES Dharma Landbouw Padang
e-ISSN: 2715-5250 16
Administration & Health Information of Journal Vol. 1 No.1 Februari 2020
http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi

UCAPAN TERIMA KASIH


Terima kasih banyak disampaikan kepada direktur rumah sakit dr.
Reksodiwiryo Padang telah mengizinkan untuk pengambilan data di rumah sakit,
karena telah mengizinkan untuk membuat jurnal karya tulis ilmiah ini.

DAFTAR PUSTAKA
Amir Amri. (2011). selancar RM pormiki SUMUT. Medan.
Andi, Karisma, Nurdiansyah, dkk. (2015). hubungan keterisian dan kejelasan
diagnosis utama pada lembar ringkasan masuk dan keluar dengan terkodenya
diagnosis di RS Bhayangkara Yogyakarta. Jurnal Riset Kesehatan.
Anggraini, M. (2004). Audit Coding Pelatihan Pormiki Jakarta. Jakarta.
Arias Rizqan Karima. (2015). faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan
pengodean diagnosa penyakit pasien rawat inap bangsal penyakit dalam
RSUD rasidin. Stikes dharma landbouw padang.
Budi Savitri Citra. (2011). Manajemen Unit kerja Rekam Medis (Q. S. Media,
Ed.). Yogyakarta.
Depkes RI. (2006). Pedoman Penyelenggaraan dan Prosedur Rekam Medis
Rumah Sakit di Indonesia (Revisi II). Jakarta.
Depkes RI. (2008). Pedoman penyelenggaraan dan prosedur rekam medis Rumah
sakit di indonesia revisi 1 Jakarta. 1.
Gemala Hatta R. (2010). Manajemen Informasi Kesehatan disarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Universitas Indonesia.
Gemala R.Hatta. (2011). Manajemen Informasi Kesehatan disarana Pelayanan
Kesehatan. Jakarta: Universitaa Indonesia.
Laurentia Miharja, dkk. (2016). angka kematian dan faktor resiko stroke sebagai
penyebab dasar kematian di kabupaten padang pariaman provinsi sumatera
barat. Jurnak Riset Kesehatan.
Linda Widyaningrum dkk. (2016). Keakuratan penentuan kode Underlying Cause
Of Death (UCoD) berdasarkan medical mortality data system di RSUD Kota
Saligata. Jurnak Riset Kesehatan.
Notoadmodjo, S. (2005). Metode penelitian kesehatan. Jakarta.
Oki Yuliandri. (2011). hubungan kejelasan dan kelengkapan penulisan diagnosa
dengan ketepatan pengodean pada berkas rekam medis pasien bangsal
bedah di RSUP Dr. M. Djamil Padang. STIKES Dharma Landbouw Padang.
Permenkes Ri No 129. (2008). Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit.
Permenkes RI No 27. (2014). Permenkes No 27 Tahun 2014 tentang petunjuk
teknis sistem indonesia case basegroups (INA-CBGs).

Permenkes RI No 40. (2012). Permenkes Menteri Kesehatan Republik Indonesi


Nomor 40 Menkes/Per/III Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan
Kesehatan Masyarakat. Jakarta.
Pratiwi, E. & Y. (2010). Ketepatan penentuan kode penyebab dasar kematian
pasien di rumsh sakit umum daerah Saligata Triwulan IV. Jurnal Riset
Kesehatan.
Rahayu, W. (2013). kode klasifikasi penyakit dan tindakan medis ICD-10. Jakarta.
Rani Puspita dkk. (2016). hubungan kelengkapan sertifikat `medis penyebab
kematian terhadap ketepatan kode diagnosa peneyebab kematian pasien di
rumah sakit Sumber Waras Jakarta. Jurnal Riset Kesehatan.
Rustianto, E. (2009). Etika profesi rekam medis dan informasi kesehatan.
Yogyakarta.
Lembaga Penelitian dan Pegabdian
STIKES Dharma Landbouw Padang
e-ISSN: 2715-5250 17
Administration & Health Information of Journal Vol. 1 No.1 Februari 2020
http://ojs.stikeslandbouw.ac.id/index.php/ahi

Stikes Dharma Landbouw. (n.d.). Pedoman Penulisan Karya Tulis Ilmiah/Skripsi.


Padang.
Trian, N. & H. (2012). Evaluasi ketepatan kode diagnosis penyebab dasar
kematian berdasarkan ICD-10 di RS Panti Rapih Yogyakarta. Jurnal Riset
Kesehatan.
Undang-undang No 44. (2009). Rumah Sakit.
WHO. (2004). Internasional Statistical of Disease and Related Health Problem
Tenth Revisions. Geneva. 2.

Lembaga Penelitian dan Pegabdian


STIKES Dharma Landbouw Padang
e-ISSN: 2715-5250 18

You might also like