You are on page 1of 11

87

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Hasil Belajar IPS


Erlisnawati, Hendri Marhadi

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH


UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS
SISWA KELAS IV SDN 169 PEKANBARU

Erlisnawati, Hendri Marhadi


erlisnawati83@gmail.com, hendri_m29@yahoo.co.id
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
FKIP Universitas Riau, Pekanbaru

ABSTRACT
The problem in this research was social studies student achievement in fourth grade (IV) SDN
169 Pekanbaru still low with average value 63.88 (with KKM 75). The purpose of this
research was to improve the student achievement of the fourth grade (IV) SDN 169
Pekanbaru with the implementation of Problem Based Learning model. This research was
classroom action research with two cycles in first semester 2015. Before implementation
Problem Based Learning average 63.88, after implementation of Problem Based Learning,
UH I was 71.25 that improve 11.54% from before exam with average 61.62. UH II was 80.38
that improve 25.83%. Teacher’s activities with the implementation of Problem Based
Learning at first meeting of first cycle was 70% (good category), and second meeting was
80% (good category) that improve 10 point. At second cycle, teacher’s activitiesat first
meeting was 90% (very good category) that improve 10 point from second meeting of first
cycle. Second meeting of second cycle was 95% (very good category) which improve 5 point.
Students activities at first meeting of first cycle was 65% (good category), and second meeting
75% (good category) that improve 10 point. At second cycle, student activities at first meeting
was 80% (good category) that improve 5 point from second meeting of first cycle. Second
meeting of second cycle was 85% (very good category) which improve 5 point.
Implementation of Problem Based Learning model can improvedsocial studies student
achievement of fourth grade (IV) SDN 169 Pekanbaru.

Keywords: problems based learning, sosial studies student’s achievement

PENDAHULUAN aspek kehidupan. Mata pelajaran IPS di


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sekolah dasar bertujuan agar peserta didik
merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki kemampuan mengembangkan
diberikan di SD yang mengkaji seperangkat pengetahuan dan pemahaman konsep-
peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi konsep IPS yang bermanfaat dan dapat
yang berkaitan dengan masalah sosial. diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Melalui pelajaran IPS siswa diarahkan Tujuan tersebut dapat tercapai manakala
untuk menjadi warga negara yang program-program pelajaran IPS di sekolah
demokratis, bertanggungjawab, dan diorganisasi secara baik (Depdiknas, 2006).
menjadi warga dunia yang cinta damai. Menurut Soemantri dalam
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah Depdiknas (2006), Pendidikan IPS adalah
bidang studi yang mempelajari, menelaah, penyederhanaan adaptasi, seleksi dan
menganalisis gejala dan masalah sosial di modifikasi dari disiplin akademis ilmu-ilmu
masyarakat dengan meninjau dari berbagai sosial yang diorganisasikan dan disajikan

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 4 Nomor 2, Oktober 2015 | ISSN: 2303-1514 |
88

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Hasil Belajar IPS


Erlisnawati, Hendri Marhadi

secara ilmiah dan pedagogis-psikologis Mata pelajaran IPS di sekolah dasar


untuk tujuan institusional pendidikan dasar marupakan program pengajaran yang
dan menengah dalam kerangka bertujuan untuk mengembangkan potensi
mewujudkan tujuan pendidikan nasional peserta didik agar peka terhadap masalah
yang berdasarkan pancasila. sosial yang terjadi di masyarakat, memilki
Tujuan pembelajaran IPS bagi sikap mental positif terhadap perbaikan
peserta didik itu sendiri yaitu untuk (1) segala ketimpangan yang terjadi, dan
mengenal kosep-konsep yang berkaitan terampil mengatasi setiap masalah yang
dengan kehidupan masyarakat dan terjadi sehari-hari baik yang menimpa
lingkunganya; (2) memiliki kemampuan dirinya sendiri maupun yang menimpa
dasar untuk berpikir logis, rasa ingin tahu, masyarakat. Tujuan tersebut dapat dicapai
inkuiri, dan keterampilan dalam kehidupa manakala program-program pelajaran IPS
sosial; (3) memiliki komitmen dan di sekolah diorganisasikan secara baik.
kesadaran terhadap nilai sosial dan Berdasarkan hasil observasi dan
kemanusian; dan (4) memiliki kemampuan wawancara peneliti di SDN169 Pekanbaru,
berkomunikasi, bekerja sama dan diperoleh informasi hasil belajar IPS siswa
berkopitisi dalam masyarakat yang kelas IV masih tergolong rendah dengan
menjemuk, di tingkat nasional dan global nilai rata-rata 63,88 dengan jumlah siswa
(Depdiknas, 2006). 40 orang. Siswa yang tuntas 16 orang dan
Hal ini sejalan dengan tujuan mata yang tidak tuntas 24 orang dengan KKM
pelajaran IPS yang termaktub dalam yang ditetapkan sekolah adalah 75.
kurikulum tahun 2006 ialah agar peserta Rendahnya hasil belajar siswa
didik memiliki kemampuan sebagai berikut: karena dalam proses pembelajaran siswa
(1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan masih pasif dan guru lebih aktif. Dalam
dengan masyarakat dan lingkungannya, (2) proses pembelajaran kurang
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir menghubungkan dengan masalah yang ada
logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, dilingkungan siswa. Untuk itu, peneliti
memecahkan masalah, dan keterampilan ingin menerapkan model pembelajaran
dalam kehidupan sosial, (3) memiliki berbasis masalah.
komitmen dan kesadaran terhadap nilai- Menurut Arends dalam Trianto
nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) (2007:68) Pembelajaran Berbasis Masalah
memiliki kemampuan berkomunikasi, adalah suatu pendekatan pembelajaran
bekerjasama dan berpartisipasi dalam dimana siswa mengerjakan masalah secara
masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, autentik dengan maksud menyusun
nasional dan global (Permendiknas No. 22 pengetahuan mereka sendiri
Tahun 2005). mengembangkan inkuiri dan keterampilan
Sesuai dengan tujuan mata pelajaran berpikir tingkat lebih tinggi,
IPS di atas, menunjukkan betapa mengembangkan kemandirian dan percaya
pentingnya pelajaran IPS bagi siswa diri. Model Pembelajaran Berbasis Masalah
sebagai bekal hidup di masyarakat. memiliki beberapa tahapan yakni: tahap 1
Seharusnya pembelajaran di kelas dapat orientasi siswa pada masalah, tahap 2
menjembatani keberhasilan pembelajaran mengorganisasi siswa untuk belajar, tahap 3
IPS tersebut, sehingga konsep-konsep yang membimbing penyelidikan individual
berkaitan dengan kehidupan dapat dikuasai maupun kelompok, tahap 4
oleh siswa, apalagi secara umum materi IPS mengembangkan dan menyajikan hasil
berkaitan dengan pengalaman dan karya, tahap 5 menganalisis dan
kehidupan sehari-hari siswa.

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 4 Nomor 2, Oktober 2015 | ISSN: 2303-1514 |
89

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Hasil Belajar IPS


Erlisnawati, Hendri Marhadi

mengevaluasi proses pemecahan masalah sebagai dasar untuk penelitian lanjut dalam
(Ibrahim dan Nur dalam Trianto, 2007). apek yang berbeda.
Hasil belajar menurut Gagne &
Briggs dalam Nana Sudjana (2009)
merupakan kemampuan-kemampuan yang METODE PENELITIAN
dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan Penelitian ini dilakukan di SDN 169
belajar dan dapat diamati melalui Pekanbaru kelas IV semester Genap Tahun
penampilan siswa. Hasil belajar adalah Ajaran 2014/2015. Penelitian ini
pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian- dilaksanakan pada bulan Agustus 2015.
pengertian, sikap-sikap, appersepsi, dan Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV
keterampilan. Menurut Nana Sudjana SDN 169 Pekanbaru yang berjumlah 40
(2009) hasil belajar adalah kemampuan- orang yang terdiri dari 22 orang laki-laki
kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia dan 18 orang perempuan.
menerima pengalaman belajarnya. Faktor- Desain penelitian ini adalah
faktor yang mempengaruhi hasil belajar Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang
banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan terdiri dari 2 siklus dan setiap siklus terdiri
menjadi dua golongan saja, yaitu faktor dari tiga kali pertemuan dua kali untuk
intern dan faktor ekstern. Faktor intern membahas materi dan satu kali pertemuan
adalah faktor yang ada dalam diri individu ulangan harian, dengan tahapan: (1)
yang sedang belajar, sedangkan faktor perencanaan; (2) pelaksanaan; (3)
ekstern adalah faktor yang ada diluar pengamatan; dan (4) refleksi.
individu (Slameto, 2003). Data yang dikumpulkan pada
Berdasarkan uraian di atas penulis penelitian ini adalah data tentang aktivitas
melakukan penelitian dengan judul: guru dan siswa pada saat kegiatan belajar
Implementasi Model Pembelajaran mengajar berlangsung dan data hasil belajar
Berdasarkan Masalah untuk Meningkatkan pada mata pelajaran setelah proses
Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 169 pembelajaran. Instrumen penelitian yang
Pekanbaru. Rumusan masalah dalam digunakan adalah lembar observasi aktivitas
penelitian ini adalah apakah implementasi guru dan siswa yang berpedoman pada
model pembelajaran berdasarkan masalah langkah-langkah model pembelajaran, soal
dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa tes hasil belajar siswa yang disusun
kelas IV SDN 169 Pekanbaru? Penelitian berdasarkan kisi-kisi soal tes.
ini bertujuan untuk meningkatkan hasil Untuk menganalisis data hasil
belajar IPS siswa kelas IV SDN 169 penelitian dengan menerapkan model
melalui implementasi Model Pembelajaran pembelajaran berbasis masalah, peneliti
Berbasis Masalah. menggunakan teknik analisis deskriptif,
Manfaat penelitian ini antara lain (a) yaitu:
bagi siswa dapat meningkatkan hasil belajar
IPS siswa; (b) bagi guru, penerapan model Aktivitas Guru dan Siswa.
pembelajaran berbasis masalah dapat Aktivitas guru dan aktivitas siswa
dijadikan sebagai salah satu model selama kegiatan belajar mengajar
pembelajaran alternatif dalam pembelajaran dibukukan pada observasi dengan rumus:
kelas IV SDN 169 Pekanbaru; (c) bagi
sekolah, diharapkan dapat menjadi bahan 𝐽𝑆
NR =𝑆𝑀 X 100%
masukan untuk meningkatkan kualitas
Sumber: (KTSP, 2006)
pendidikan di SDN 169 Pekanbaru; dan (d)
bagi peneliti hasil penelitian dapat dijadikan
Keterangan:

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 4 Nomor 2, Oktober 2015 | ISSN: 2303-1514 |
90

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Hasil Belajar IPS


Erlisnawati, Hendri Marhadi

NR = Persentase nilai rata-rata aktivitas ketuntasan klasikal dengan menggunakan


(guru/ siswa). rumus:
JS = Jumlah skor aktivitas yang di
𝐽𝑇
lakukan. KK = X 100 (KTSP, 2006)
𝐽𝑆
SM = Skor maksimal yang didapat dari
Keterangan:
aktivitas (guru/ siswa).
KK = Ketuntasan klasikal
JT = Jumlah siswa yang tuntas
Tabel 1. Kategori Aktivitas
JS = Jumlah siswa seluruhnya
Guru dan Siswa
Persentasi Interval Kategori
81 – 100 Sangat Baik HASIL DAN PEMBAHASAN
61 – 80 Baik Pelaksanaan Siklus I
51 – 60 Cukup Pertemuan 1
< 50 Kurang Pertemuan pertama dilaksanakan
Sumber: (Syahrilfuddin2011: 82) pada Selasa, 18 Agustus 2015 selama 2 jam
pelajaran (2x35 menit) pada jam 1 dan 2
Analisis Hasil Belajar siswa yang hadir sebanyak 40 orang (semua
Untuk menentukan hasil hadir) dengan indikator menjelaskan materi
Keterampilan berpikir siswa dapat dihitung tentang bencana banjir.
dengan persamaan sebagai berikut: Kegiatan awal pembelajaran dimulai
dengan guru mengucapkan salam,
𝑅 mengabsensi siswa, kemudian melakukan
𝑆 = × 100% (Purwanto, 2008)
𝑁 appersepsi dengan mengajukan pertanyaan
Keterangan: “Coba perhatikan gambar apa ini?” Apakah
S = Nilai yang diharapkan/dicari kamu pernah melihatnya? Siswa menjawab
R = Jumlah skor dari item atau soal yang “banjir Bu”. Guru menyampaikan tujuan
dijawab benar pembelajaran, saat guru menyampaikan
N = Skor maksimum dari tes tersebut tujuan pembelajaran terlihat ada siswa yang
melakukan aktivitas sendiri dan tidak
Peningkatan Hasil Belajar memperhatikan guru.
Untuk mengetahui peningkatan hasil Kegiatan inti, tahap kedua (±30
belajar dapat menggunakan rumus sebagai menit) guru menjelaskan materi secara garis
berikut: besar tentang masalah banjir dan
dampaknya. Setelah itu guru membagi
Postrate −Baserate
P= BaseRate
× 100 % siswa menjadi 7 kelompok masing-masing
(Zainal Aqib dalam Purwanto, 2008) kelompok terdiri dari 5 orang dan 6 orang
Keterangan: untuk memecahkan masalah tentang
P = Presentase peningkatan penyebab banjir serta cara mengatasinya.
Postrate = Nilai sesudah diberikan Disaat pembagian kelompok siswa ribut
tindakan dikerenakan mereka ingin memilih sendiri
Baserate = Nilai sebelum tindakan anggota kelompoknya. Kemudian guru
mengkondisikan kelas agar tidak ribut.
Ketuntasan Klasikal Setelah bisa menerima teman kelompok
Setelah menentukan ketuntasan dengan kelompok masing-masing, guru
individu, maka ditentukan persentase memberikan LKS pada setiap kelompok
dan menjelaskan cara kerja pada LKS yaitu
siswa diminta mengamati gambar pada

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 4 Nomor 2, Oktober 2015 | ISSN: 2303-1514 |
91

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Hasil Belajar IPS


Erlisnawati, Hendri Marhadi

tabel kemudian menentukan penyebab dan menyiapkan kelas dan berdoa. Guru
cara mengatasi masalah banjir. Jawaban menyampaikan appersepsi dengan
siswa ditulis di dalam tabel. Disaat guru menampilkan media gambar “Coba
menjelaskan petunujuk kerja masih perhatikan gambar apa ini?” “Apa yang
terdengar suara siswa yang ribut. Lalu guru menyebabkan terjadinya gempa bumi?”
mengulang kembali petunjuk kerja pada Guru menyampaikan tujuan
LKS, setelah semua siswa mengerti guru pembelajaran dengan materi gempa bumi,
menyuruh siswa mengerjakan LKS dan kemudian menyampaikan langkah-langkah
bekerjasama pada kelompoknya. Tahap pembelajaran. Guru menyajikan masalah
ketiga (± 25 menit) siswa melakukan kepada siswa “Bagaimana cara kamu
kegiatan diskusi kelompok, guru mengetahui penyebab terjadinya gempa
membimbing diskusi kelompok. Saat bumi dan apa akibat gempa bumi bagi
mengerjakan LKS masih terdapat siswa kehidupan manusia?”
yang mengerjakan secara individu dalam Kegiatan inti, tahap kedua guru
kelompok. Kemudian ada dari salah satu menjelaskan materi tentang gempa bumi
kelompok yang mengeluhkan tentang secara garis besar. Guru membagi siswa
anggota kelompoknya yang tidak mau dalam 7 kelompok yang masing- masing
mencari jawaban atau bekerjasama. Tahap kelompok terdiri dari 5 dan 6 orang. Disaat
keempat setelah mengerjakan LKS, guru membagi anggota kelompok ada dua
memberi kesempatan pada perwakilan kelompok yang tidak mau menerima
kelompok untuk mempresentasikan hasil anggota kelompoknya. Di sini guru
diskusi kelompok di depan kelas dan memberikan pengertian kepada siswa untuk
kelompok lain menanggapi. Guru berperan bisa menerima siapa saja yang akan
sebagai fasilitator, mediator, dan evaluator. menjadi kelompoknya. Setelah siswa
Kegiatan akhir, tahap kelima guru tenang dan duduk berdasarkan kelompok
membimbing siswa merefleksi pemahaman yang sudah ditentukan, kemudian masing-
siswa terhadap materi yang dipelajari. masing kelompok mendapatkan LKS.
Kemudian guru memberikan soal evaluasi Setiap kelompok diberi LKS kemudian
sebanyak lima soal dalam bentuk essay. guru menjelaskan cara kerja pada LKS
Setelah mengerjakan evaluasi siswa dengan yaitu siswa diminta mengamati gambar
bantuan guru menyimpulkan pembelajaran pada tabel kemudian menentukan penyebab
dengan materi masalah sosial tentang banjir dan dampak gempa bumi bagi kehidupan
dan dampaknya. Sebagai tindak lanjut, manusia, kemudian jawaban siswa ditulis
siswa diberi tugas membaca kembali materi pada LKS yang telah ada. Ketika guru
hari ini agar lebih memahami materi menjelaskan langkah kerja terlihat masih
tersebut serta membaca materi selanjutnya. ada beberapa orang siswa yang
mengganggu teman sekolompoknya. Lalu
Pertemuan 2 guru mendekati siswa tersebut dan
Pertemuan kedua dilaksanakan pada merekapun mulai tenang. Siswa
Kamis, 20 Agustus 2015 selama 2 jam mengerjakan LKS sesuai dengan petunjuk
pelajaran (2 x 35 menit) pada jam 1 dan 2 kerja. Tahap ketiga siswa berdiskusi dengan
siswa yang hadir sebanyak 40 orang (semua anggota kelompoknya tentang gempa bumi,
hadir) dengan indikator mengidentifikasi terlihat dari mengerjakan tugas kelompok
masalah gempa bumi. masih ada siswa yang bercerita dengan
Kegiatan awal, tahap pertama guru temannya serta menggangu teman lain.
membuka pelajaran dengan mengucapkan Guru membimbing diskusi untuk
salam, meminta ketua kelas untuk melakukan penyelidikan terhadap

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 4 Nomor 2, Oktober 2015 | ISSN: 2303-1514 |
92

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Hasil Belajar IPS


Erlisnawati, Hendri Marhadi

pemecahan masalah, sehingga mereka dapat bekerjasama dengan teman satu


menyusun dan menemukan jawaban dari kelompoknya dan guru belum bisa
permasalahan tersebut. Tahap keempat memaksimalkan waktu yang ada, dan
setelah mengerjakan LKS, guru memberi efisiensi penggunaan waktu. Kekurangan
kesempatan kepada perwakilan kelompok tersebut diperbaiki pada siklus II.
untuk mempresentasikan hasil diskusi
kelompok ke depan kelas, kelompok lain Pelaksanaan Tindakan Siklus II
menanggapi. Guru berperan sebagai Pertemuan 1
fasilitator, mediator, dan evaluator. Pertemuan keempat siklus II,
Kegiatan akhir, tahap kelima guru dilaksanakan pada Selasa, 18 Agustus 2015
memotivasi siswa merefleksi tentang selama 2 jam mata pelajaran (2 x 35 menit)
materi yang telah dipelajari, siswa dengan pada jam 1 dan 2 siswa hadir sebanyak 40
bantuan guru menyimpulkan pembelajaran orang dengan indikator menjelaskan
dengan materi masalah sosial tentang masalah gunung meletus.
gempa bumi. Setalah itu guru memberi Kegiatan awal, tahap pertama pada
evaluasi yang dikerjakan secara individu awal proses pembelajaran dibuka dengan
sebanyak lima soal dalam bentuk essay. mengucapkan salam dan ketua kelas
Sebagai tindak lanjut, siswa diberi tugas menyiapkan kelas kemudian siswa berdoa.
membaca kembali materi hari ini agar lebih Guru memberikan appersepsi dengan
memahami materi tersebut serta membaca menampilkan media gambar tentang
materi selanjutnya. gunung meletus. Kemuadian mengajukan
pertanyaan “Gambar apa yang ada di papan
Pertemuan 3 UH 1 tulis?” “Coba perhatikan gambar apa ini?”
Pada pertemuan ketiga Jumat, 21 “Apa yang menyebabkan terjadinya gunung
Agustus 2015, guru mengadakan ulangan meletus?” “Dan apa akibatnya bagi
harian siklus I dengan jumlah siswa yang kehidupan manusia?” Guru menyampaikan
hadir 40 orang. Sebelum mengadakan materi hari ini yaitu tentang gunung
ulangan harian siklus I diawali dengan meletus. Guru menyampaikan tujuan
menyiapkan siswa dan berdoa, mengabsensi pembelajaran. Terlihat banyak siswa yang
siswa, guru menginstruksikan pada siswa memperhatikan dengan sungguh-sungguh
untuk mengerjakan soal secara individu, saat guru menyampaikan materi pelajaran
kemudian membagikan lembar soal dan dan tujuan pelajaran.
lembar jawaban kepada siswa, guru Kegiatan inti tahap kedua guru
berkeliling untuk mengawasi siswa. menjelaskan materi gunung meletus secara
garis besar. Guru membagi siswa ke dalam
Refleksi kelompok terdiri 5 dan 6 orang satu
Refleksi pada siklus I dimaksud kelompok. Siswa sudah mulai terbiasa
untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dalam pembagian kelompok, siswa sudah
yang dialami saat proses pembelajaran pada mulai tertib dalam duduk berkelompok.
siklus I, untuk kemudian dilakukan Setiap kelompok diberi LKS kemudian
perbaikan pada siklus selanjutnya. Adapun guru menjelaskan cara kerja pada LKS
refleksi pada siklus I kekurangannya adalah yaitu siswa diminta mengamati gambar
pengelolaan kelas, partisipasi siswa harus pada tabel kemudian menentukan penyebab
ditingkatkan karena masih ada siswa yang dan cara mengatasi masalah gunung
bermain-main dalam belajar dan pada saat meletus. Setelah semua siswa mengerti guru
siswa berdiskusi kelompok terdapat menyuruh siswa mengerjakan LKS dan
beberapa siswa yang tidak mau bekerjasama pada kelompoknya. Tahap

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 4 Nomor 2, Oktober 2015 | ISSN: 2303-1514 |
93

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Hasil Belajar IPS


Erlisnawati, Hendri Marhadi

ketiga, siswa berdiskusi dikelompok tentang angin topan, guru membagi siswa
masing-masing dan membuat hasil laporan dalam menjadi 7 kelompok setiap
diskusi kelompok sesuai dengan masalah kelompok terdiri atas 5 dan 6 orang setiap
yang diberikan guru. Siswa terlihat kelompok dan siswa duduk dalam
bekerjasama dalam kelompoknya untuk kelompok yang telah ditentukan. Guru
dapat menghasilkan jawaban yang terbaik membagikan LKS pada setiap kelompok.
dari kelompok lain. Saat diskusi kelompok Kemudian guru menjelaskan cara kerja
guru membimbing masing-masing pada LKS yaitu siswa diminta mengamati
kelompok yang mempunyai kesulitan dalam gambar pada tabel kemudian menentukan
memecahkan masalah. Tahap keempat, penyebab dan cara mengatasi masalah
guru memberi kesempatan kepada angin topan. Jawaban siswa ditulis pada
perwakilan kelompok untuk LKS yang tersedia. Tahap ketiga, siswa
mempresentasikan hasil diskusi kelompok melakukan diskusi kelompok sesuai materi
di depan kelas dan kelompok lain yang dipelajari. Pada saat diskusi
menanggapi. Pada saat diskusi kelas kelompok guru membimbing siswa, guru
berlangsung guru berperan sebagai berjalan-jalan di samping siswa melihat
fasilitator, mediator, dan evaluator. Siswa kekompakan dan keaktivan setiap
sudah mulai aktif dalam mengemukakan kelompok. Secara umum diskusi pada
pendapat. pertemuan kedua siklus II ini sudah jauh
Kegiatan akhir tahap kelima, lebih baik dibandingkan pertemuan yang
selanjutnya guru memotivasi siswa telah lalu. Tahap keempat setelah selesai
merefleksi pemahaman tentang materi yang diskusi kelompok, guru meminta
telah dipelajari, siswa dengan bantuan guru perwakilan kelompok untuk
menyimpulkan pembelajaran dengan materi mempresentasikan hasil diskusi
masalah gunung meletus. Setelah itu guru kelompoknya didepan kelas dan kelompok
memberi evaluasi sebanyak lima soal lain menanggapi.
dalam bentuk essay. Sebagai tindak lanjut, Kegiatan akhir, tahap kelima
siswa diberi tugas membaca kembali materi selanjutnya guru mendorong siswa
hari ini agar lebih memahami materi merefleksi pemahaman melalui diskusi
tersebut serta membaca materi selanjutnya. kelas dan menghargai pendapat orang lain,
siswa dengan bantuan guru menyimpulkan
Pertemuan 2 pembelajaran dengan materi masalah angin
Pada pertemuan kedua siklus II topan. Setalah itu guru menugaskan siswa
dilaksanakan pada Kamis, 27 Agustus 2015 untuk mengerjakan evaluasi, guru memberi
selama 2 jam pelajaran (2x35 menit) pada petunjuk bahwa mengerjakan evaluasi
jam 1 dan 2 siswa yang hadir sebanyak 40 individu dan tidak boleh melihat jawaban
orang. teman sebangkunya dengan soal sebanyak
Kegiatan awal tahap pertama, guru lima soal dalam bentuk objektif.
mengucapkan salam, do’a, dan
mengabsensi siswa. Guru menyampaikan Pertemuan 3 UH II
tujuan pembelajaran dengan materi tentang Pada pertemuan keenam, Jumat 28
bencana angin topan. Guru melakukan Agustus 2015, guru mengadakan ulangan
apersepsi dengan mengajukan pertanyaan harian siklus II dengan jumlah siswa 40
“Apakah nama angin yang sangat orang yang dilaksanakan satu kali
kencang?” pertemuan. Sama seperti ulangan siklus I,
Kegiatan inti, tahap kedua guru sebelum siswa diberi soal UH diawali
menjelaskan materi secara garis besar dengan menyiapkan siswa dan berdoa.

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 4 Nomor 2, Oktober 2015 | ISSN: 2303-1514 |
94

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Hasil Belajar IPS


Erlisnawati, Hendri Marhadi

Kemudian guru mengabsen siswa satu per menampilkan media pembelajaran, dan
satu. Kemudian guru membagikan lembar siswa lebih serius dan saling bekerjasama
soal dan lembar jawaban kepada masing- dan tidak ribut lagi saat mengerjakan LKS.
masing siswa agar mengisi identitas terlebih Pembelajaran yang dilakukan berjalan
dahulu sebelum menjawab soal, guru secara efektif dan konddusif, dengan
memberikan soal dan lembar jawaban implementasi model pembelajalaran
kepada siswa, guru meminta mengerjakan berdasarkan masalah.
individu dan saat siswa mengerjakan soal
ulangan, guru berkeliling untuk mengawasi
siswa. Rata-rata siswa cukup tenang saat HASIL DAN PEMBAHASAN
mengerjakan soal ulangan. Aktivitas Guru
Aktivitas guru selama proses
Refleksi pembelajaran berlangsung pada setiap
Berdasarkan hasil pengamatan, pertemuan Siklus I dan II dengan
Siklus II sudah menunjukkan hasil kearah implementasi model Pembelajaran
yang lebih baik dibandingkan siklus Berdasarkan Masalah di kelas IV SD
sebelumnya. Hal ini dapat dilihat siswa Negeri 169 Pekanbaru setiap pertemuan.
memperhatikan dengan baik saat guru Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
menjelaskan, bekerja sama dengan teman tabel 2.
sekelompoknya. Siswa sudah aktif saat guru

Tabel 2. Aktivitas Guru Siklus I dan II


Siklus I Siklus II
Fase Aktivitas yang diamati Pertemuan ke Pertemuan ke
1 2 1 2
1 Orientasi siswa pada masalah 3 3 4 4
2 Mengorganisasi siswa untuk belajar 3 3 3 4
Membimbing pengalaman
3 3 4 4 4
individual/kelompok
Mengembangkan dan menyajikan
4 3 3 3 3
hasil karya
Menganalisis dan mengevaluasi
5 2 3 4 4
proses pemecahan masalah
Jumlah Skor 14 16 18 19
Persentase (%) 70% 80% 90% 95%
Sangat Sangat
Kategori Baik Baik
Baik baik

Berdasarkan tabel 2, aktivitas guru pertama meningkat sebesar 10 poin


pada setiap pertemuan dengan menjadi 90% (kategori sangat baik)
implementasi model pembelajaran meningkat lagi pada pertemuan kedua
berbasis masalah mengalami peningkatan sebesar 5 poin menjadi 95% (kateogri
setiap pertemuan. Pada siklus I, sangat baik). Peningkatan aktivitas guru
pertemuan pertama dengan persentase terjadi karena adanya perbaikan dalam
70% (kategori baik) meningkat pada proses pembelajaran setiap pertemuan dari
pertemuan kedua sebesar 10 poin menjadi Siklus I ke Siklus II.
80% (kategori baik). Siklus II pertemuan

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 4 Nomor 2, Oktober 2015 | ISSN: 2303-1514 |
95

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Hasil Belajar IPS


Erlisnawati, Hendri Marhadi

Aktivitas Siswa Berdasarkan Masalah dapat di kelas IV


Aktivitas siswa selama proses SD Negeri 169 Pekanbaru mengalami
pembelajaran berlangsung pada setiap peningkatan setiap pertemuan. Untuk
pertemuan Siklus I dan II dengan lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.
implementasi model Pembelajaran

Tabel 3. Aktivitas Siswa pada Siklus I dan Siklus II


Siklus I Siklus II
Fase Aktivitas yang diamati Pertemuan ke Pertemuan ke
1 2 1 2
1 Orientasi siswa pada masalah 3 3 3 4
2 Siswa dusuk Berkelompok 3 3 3 3
3 Melakukan penyelidikan 2 3 3 3
Mengembangkan dan menyajikan
4 2 3 3 3
hasil karya
Menganalisis dan mengevaluasi
5 3 3 4 4
proses pemecahan masalah
Jumlah Skor 14 15 16 17
Persentase (%) 65% 75% 80% 85%
Kategori Baik Baik Baik Sangat baik

Berdasarkan tabel 3, aktivitas Peningkatan aktivitas siswa terjadi karena


siswa pada setiap pertemuan dengan adanya perbaikan dalam proses
implementasi model pembelajaran pembelajaran setiap pertemuan dari Siklus
berbasis masalah mengalami peningkatan I ke Siklus II.
setiap pertemuan. Pada siklus I,
pertemuan pertama dengan persentase Hasil Belajar
65% (kategori baik) meningkat pada Hasil belajar siswa kelas IV SDN
pertemuan kedua sebesar 10 poin menjadi 169 Pekanbaru dengan implementasi
75 % (kategori baik). Siklus II pertemuan model pembelajaran berbasis masalah
pertama meningkat sebesar 5 poin mengalami peningkatan dari sebelum
menjadi 80% (kategori baik) meningkat tindakan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4
lagi pada pertemuan kedua sebesar 5 poin yang diperoleh dari nilai sebelum tindakan
menjadi 85% (kateogri sangat baik). dan sesudah tindakan (UH I dan UH II).

Tabel 4. Peningakatan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN 169 Pekanbaru
Persentase Peningkatan
Jumlah
No Data Rata-rata SD ke SD ke
Siswa
UAS I UAS II
1 Skor Dasar 40 63.88
2 UAS I 40 71.25 11,54% 25,83%
3 UAS II 40 80.38

Berdasarkan tabel 4, hasil belajar sebelum tindakan dengan nilai rata-rata


siswa meningkat dari sebelum tindakan 63,88. Setelah dilakukan tindakan dengan
dan sesudah tindakan. Hasil belajar implementasi model pembelajaran

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 4 Nomor 2, Oktober 2015 | ISSN: 2303-1514 |
96

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Hasil Belajar IPS


Erlisnawati, Hendri Marhadi

berbasis masalah pada data UH I dan UH Hasil belajar IPS sebelum ada
II hasil belajar siswa mengalami tindakan dan sesudah diberi tindakan
peningkatan. Pembelajaran dengan model mengalami peningkatan, dapat
pembelajaran berbasis masalah siswa disimpulkan bahwa model pembelajaran
belajar lebih aktif, saling berbagi satu berdasarkan masalah. Dapat
sama lain, dengan guru sebagai fasilitator meningkatkan hasil belajar siswa karena
dan mediator, sehingga siswa lebih mudah model pembelajaran berdasarkan masalah
dalam memahami materi pelajaran karena pembelajaran terpusat pada siswa. Siswa
mengalami sendiri pembelajaran yang mengalami sendiri secara langsung
berlangsung. Hal ini berdampak pada pembelajaran yang diikuti, siswa lebih
meningkatnya hasil belajar siswa. aktif sehingga dalam memahami materi
Peningkatan hasil belajar dari sebelum lebih mudah.
tindakan dan sesudah tindakan yakni dari Hasil belajar siswa dapat juga
skor dasar dengan rata-rata 63,88 terlihat dari ketuntasan hasil belajar yang
meningkat pada UH I sebesar pada diperoleh. Tabel 5 Ketuntasan hasil
11,54% dengan rata-rata 71,25 dan belajar IPS siswa pada tiap pertemuan dari
meningkat lagi pada UH II dari skor dasar data awal, siklus I dan siklus II.
sebesar 25,83% dengan rata-rata 80,38.

Tabel 5. Ketuntasan Belajar Siswa


Ketuntasa
Ketuntasan
No Data Tidak Keterangan
Tuntas Klasikal
Tuntas
1 Data awal 16 24 40 % Tidak Tuntas
2 UH I 21 19 52,50 % Tidak Tuntas
3 UH II 33 7 82,50 % Tuntas

Berdasarkan tabel 5 di atas dapat pada materi masalah banjir, gempa bumi,
dilihat perbandingan peningkatan gunung meletus, dan angin topan. Hal ini
ketuntasan klasikal hasil belajar IPS siswa dapat disimpulkan:
pada data awal hanya 40%. Setelah 1. Implementasi model pembelajaran
diterapkan model pembelajaran berdasarkan masalah dapat
berdasarkan masalah pada siklus I, meningkatkan hasil belajar IPS siswa
ketuntasan hasil belajar siswa secara Kelas IV SDN 169 Pekanbaru.
ketuntasan klasikal 52,50% (belum tuntas) Peningkatan terjadi dari nilai rata-rata
dan pada sisklus II ketuntasan klasikal awal sebesar 63,88 meningkat pada
hasil belajar siswa dengan ketuntasan siklus I dengan rata-rata 71,55
klasikal 82,50% (tuntas). Ini artinya lebih (11,54%) dan pada siklus II dengan
75% siswa mendapat nilai di atas KKM. rata-rata 80,38 (25,83%)
2. Implementasi model pembelajaran
berdasarkan masalah dapat
SIMPULAN DAN REKOMENDASI meningkatkan kualitas proses
Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran. Peningkatan terjadi pada
dengan Implementasi model pembelajaran aktivitas guru dari siklus I rata-rata
berdasarkan masalah dapat meningkatkan 75% meningkat pada siklus II dengan
hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN 169 rata-rata 92,5%. Sedangkan pada
Pekanbaru pada tahun 2015 khususnya aktivitas siswa dari siklus I rata-rata

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 4 Nomor 2, Oktober 2015 | ISSN: 2303-1514 |
97

Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, Hasil Belajar IPS


Erlisnawati, Hendri Marhadi

70% meningkat pada siklus II dengan Trianto. 2007. Model-model pembelajaran


rata-rata 82,5%. inovatif berorientasi
konstruktivistik. Prestasi Pustaka.
Berdasarkan simpulan maka Jakarta
peneliti mengajukan saran sebagai berikut: ___________. (2005). (Permendiknas No.
1. Model pembelajaran berdasarkan 22 Tahun 2005). Jakarta. Badan
masalah dapat dijadikan sebagai salah Standar Nasional Pendidikan
satu model bagi guru untuk
meningkatkan hasil belajar IPS
terutama dengan bahasan yang
memerlukan kemampuan analisis
siswa.
2. Perlu pengelolaan waktu secara efektif
dan efisien untuk hasil yang lebih
optimal, sebab model ini
mengharuskan siswa untuk lebih teliti
dan harus banyak menggunakan waktu
membaca bahan sehingga waktu yang
diperlukan lebih lama

DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas. (2006). Kurikulum Sekolah
Dasar. Jakarta. Badan Standar
Nasional Pendidikan.
KTSP. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan. Jakarta. Bahan
Starndar Nasional Pendidikan.
Nana Sudjana. (2009). Dasar-dasar
Proses Belajar Mengajar.
Bandung. Remaja Roesda Karya
Purwanto. (2008). Prinsip-prinsip dan
Teknik Evaluasi Pengajaran.
Bandung. Remaja Roesda Karya
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor
yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Suharsimi, Arikunto. 2009. Penelitian
tindakan kelas. PT Bumi Aksara.
Jakarta.
Syahrilfuddin, dkk. (2011). Penelitian
Tindakan Kelas. Pekanbaru.
Cendikia Insani

Jurnal Primary Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau
| Volume 4 Nomor 2, Oktober 2015 | ISSN: 2303-1514 |

You might also like