You are on page 1of 11

Mitra, Permasalahan Anak Pendek (Stunting) Dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya Stunting 2015

Permasalahan Anak Pendek (Stunting) dan Intervensi untuk Mencegah


Terjadinya Stunting (Suatu Kajian Kepustakaan)
Stunting Problems and Interventions to Prevent Stunting (A Literature
Review)
Mitra

LPPM STIKes Hang Tuah Pekanbaru

ABSTRACT
Stunting is the nutritional problems in the world, especially occurred indeveloping and poor countries.
Stuntingcan increase the risk of morbidity and mortality, and suboptimal brain development so that delayed
motor development and mental retardation. Stuntingis a form ofgrowth failuredue tothe accumulation of
nutrientin sufficiency from the beginning of pregnancy until 24 months old. This situation is exacerbated by
inadequate catch- up growth. In Indonesia, based of Basic Health Research,there was an increase o f36.8%
stunted children in 2010 to37.2% in 2013. Over the past 20 years,handling the problem of stunting is very slow.
Globally, the percentage of children who were stunteddec lined by only 0.6 percent per year since 1990. WHO
proposed a global target reduction in the incidence of stunting in children under five years old by 40% in 2025,
but it was predictedonly15-
36 countries that meetthose targets. The purpose of this article was examined the incidence of stunting reduction
and interventions of the policy. Focus on movement to improve nutrition to target the first 1,000 days of life, in
the global order it was called Scaling Up Nutrition (SUN) and in Indonesia called the National Movement for
Nutrition Improvementin 1000 First Day of Life. The intervention consisted of specific interventions (short-term)
and sensitive intervention (long-term).
Key word: Stunting, Scaling Up Nutrition, Intervention

ABSTRAK

Masalah anak pendek (stunting) merupakan salah satu permasalahan gizi yang dihadapi di dunia,
khususnya di negara-negara miskin dan berkembang. Stunting menjadi permasalahan karena berhubungan dengan
meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan otak suboptimal sehingga perkembangan
motorik terlambat dan terhambatnya pertumbuhan mental. Stunting merupakan bentuk kegagalan pertumbuhan
(growth faltering) akibat akumulasi ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai dari kehamilan sampai
usia 24 bulan. Keadaan ini diperparah dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up growth) yang
memadai. Di Indonesia, berdasarkan Riskesdas 2013 terjadi peningkatan anak stunting dari 36,8% pada tahun
2010 menjadi 37,2% pada tahun 2013. Selama 20 tahun terakhir, penanganan masalah stunting sangat lambat.
Secara global, persentase anak-anak yang terhambat pertumbuhannya menurun hanya 0,6 persen per tahun sejak
tahun 1990. WHO mengusulkan target global penurunan kejadian stunting pada anak dibawah usia lima tahun
sebesar 40 % pada tahun 2025, namun diprediksikan hanya 15-36 negara yang memenuhi target tersebut. Tujuan
dari artikel ini adalah untuk mengkaji kebijakan penanggulangan kejadian stunting dan intervensi yang dilakukan
dari kebijakan tersebut. Fokus Gerakan perbaikan gizi ditujukan kepada kelompok 1000 hari pertama kehidupan,
pada tatanan global disebut Scaling Up Nutrition (SUN) dan di Indonesia disebut dengan Gerakan Nasional
Sadar Gizi dalam Rangka Percepatan Perbaikan Gizi Pada 1000 Hari Pertama Kehidupan. Intervensi yang
dilakukan terdiri dari intervensi spesifik (jangka pendek) dan intervensi sensitif (jangka panjang).
Kata Kunci : Stunting, Scaling Up Nutrition, Intervensi

1
Alamat Korespodensi: Mitra, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah
Pekanbaru, Jln. Mustafa Sari No 5 Tangerang Selatan Pekanbaru, Hp:08126731772, email :

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 6, Mei Page 1


2015
Mitra, Permasalahan Anak Pendek (Stunting) Dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya Stunting 2015

mitra_harau@yahoo.co.id

PENDAHULUAN Umeta, 2003). Faktor lainnya adalah pengetahuan ibu


Masalah anak pendek (stunting) merupakan
salah satu permasalahan gizi yang dihadapi di dunia,
khususnya di negara-negara miskin dan berkembang
(Unicef, 2013). Stunting menjadi permasalahan karena
berhubungan dengan meningkatnya risiko terjadinya
kesakitan dan kematian, perkembangan otak
suboptimal sehingga perkembangan motorik terlambat
dan terhambatnya pertumbuhan mental (Lewit, 1997;
Kusharisupeni, 2002; Unicef, 2013). Beberapa studi
menunjukkan risiko yang diakibatkan stunting yaitu
penurunan prestasi akademik (Picauly & Toy, 2013),
meningkatkan risiko obesitas (Hoffman et al, 2000;
Timaeus, 2012) lebih rentan terhadap penyakit tidak
menular (Unicef Indonesia, 2013) dan peningkatan
risiko penyakit degeneratif (Picauly & Toy, 2013,
WHO, 2013, Crookston et al 2013). Penelitian kohort
prospektif di Jamaika, dilakukan pada kelompok usia
9-24 bulan, diikuti perkembangan psikologisnya
ketika berusia 17 tahun, diperoleh bahwa remaja yang
terhambat pertumbuhannya lebih tinggi tingkat
kecemasan, gejala depresi, dan memiliki harga diri
(self esteem) yang rendah dibandingkan dibandingkan
dengan remaja yang tidak terhambat pertumbuhannya.
Anak-anak yang terhambat pertumbuhannya sebelum
berusia 2 tahun memiliki hasil yang lebih buruk dalam
emosi dan perilakunya pada masa remaja akhir
(Walker et al 2007). Oleh karena itu stunting
merupakan prediktor buruknya kualitas sumber daya
manusia yang selanjutnya akan berpengaruh pada
pengembangan potensi bangsa (Unicef, 2013; Unicef
Indonesia, 2013).
Stunting merupakan bentuk kegagalan
pertumbuhan (growth faltering) akibat akumulasi
ketidakcukupan nutrisi yang berlangsung lama mulai
dari kehamilan sampai usia 24 bulan (Hoffman et al,
2000; Bloem et al, 2013). Keadaan ini diperparah
dengan tidak terimbanginya kejar tumbuh (catch up
growth) yang memadai (Kusharisupeni, 2002;
Hoffman et al, 2000). Indikator yang digunakan untuk
mengidentifikasi balita stunting adalah berdasarkan
indeks Tinggi badan menurut umur (TB/U) menurut
standar WHO child growth standart dengan kriteria
stunting jika nilai z score TB/U < -2 Standard Deviasi
(SD) (Picauly & Toy, 2013; Mucha, 2013).Periode 0-
24 bulan merupakan periode yang menentukan
kualitas kehidupan sehingga disebut dengan periode
emas. Periode ini merupakan periode yang sensitif
karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada
masa ini akan bersifat permanen dan tidak dapat
dikoreksi. Untuk itu diperlukan pemenuhan gizi yang
adekuat pada usia ini (Mucha, 2013).
Banyak faktor yang menyebabkan tingginya
kejadian stunting pada balita. Penyebab langsung
adalah kurangnya asupan makanan dan adanya
penyakit infeksi (Unicef, 1990; Hoffman, 2000;
Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 6, Mei Page 2
2015
Mitra, Permasalahan Anak Pendek (Stunting) Dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya Stunting 2015

yang kurang, pola asuh yang salah, sanitasi dan prevalensi stunting ini, yang terkonsentrasi di
hygiene yang buruk dan rendahnya pelayanan beberapa dunia negara-negara termiskin, Organisasi
kesehatan (Unicef, 1990). Selain itu masyarakat Kesehatan Dunia (WHO) telah mengusulkan target
belum menyadari anak pendek merupakan suatu global penurunan kejadian stunting pada anak
masalah, karena anak pendek di masyarakat terlihat dibawah usia lima tahun sebesar 40 % pada tahun
sebagai anak-anak dengan aktivitas yang normal, 2025. Tiga negara dari Afrika yaitu Malawi, Niger
tidak seperti anak kurus yang harus segera dan Zambia diproyeksikan penurunannya hanya
ditanggulangi. Demikian pula halnya gizi ibu waktu sebesar 0-2%, sementara dilebih lima negara
hamil, masyarakat belum menyadari pentingnya gizi Afghanistan, Burkina Faso, Madagaskar, Tanzania
selama kehamilan berkontribusi terhadap keadaan dan Yaman pengurangan diproyeksikan kurang dari
gizi bayi yang akan dilahirkannya kelak (Unicef 20 % atau setengah diusulkan sasaran(Unicef, 2013;
Indonesia, 2013). Cobham et al, 2013). Untuk itu diperlukan strategi dan
Millenium Development Goals (MDGs) respon yang tepat dalam mengatasi dan menurunkan
merupakan suatu deklarasi pembangunan millennium prevalensi kejadian stunting. Tujuan dari artikel ini
yang berpihak kepada pemenuhan hak-hak dasar adalah untuk mengkaji kebijakan penanggulangan
manusia yang mengarah pada peningkatan kualitas kejadian stunting dan intervensi yang dilakukan dari
hidup. MDGs menetapkan 8 tujuan pembangunan kebijakan tersebut.
yang diuraikan menjadi 18 target dan 48 indikator. Faktor determinan dan dampak stunting
Tujuan 1 dan 4 difokuskan pada penurunan Permasalah gizi adalah permasalahan dalam
kelaparan dan kematian balita, tetapi tidak ada siklus kehidupan, mulai dari kehamilan, bayi, balita,
indikator khusus untuk stunting dalam tujuan remaja, sampai dengan lansia. Masalah gizi dapat
tersebut (Unicef, 2013; Cobham et al, 2013). Selama terjadi pada seluruh kelompok umur, bahkan masalah
20 tahun terakhir, penanganan masalah stunting gizi pada suatu kelompok umur tertentu akan
sangat lambat. Secara global, persentase anak-anak mempengaruhi pada status gizi pada periode siklus
yang terhambat pertumbuhannya menurun hanya 0,6 kehidupan berikutnya (intergenerational impact)
persen per tahun sejak tahun 1990. Diprediksi, jika (Republik Indonesia, 2012).
hal tersebut berlangsung terus, maka 15 tahun Masalah kekurangan gizi diawali dengan
kemudian, diperkirakan 450 juta anak-anak perlambatan atau retardasi pertumbuhan janin yang
mengalami keterlambatan pertumbuhan (stunting) dikenal sebagai IUGR (Intra Uterine Growth
(Cobham et al, 2013). Dalam menyingkapi tingginya

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 6, Mei Page 3


2015
Mitra, Permasalahan Anak Pendek (Stunting) Dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya Stunting 2015

Retardation). Di negara berkembang,kurang gizi dan kesehatan, praktek gizi dan kesehatan ibu dan
pada pra-hamil dan ibu hamil berdampak pada alokasi pengeluaran pangan dan non pangan
lahirnya anak yang IUGR dan Berat Badan Lahir (pendapatan) (Picauly & Magdalena, 2013). Penelitian
Rendah (BBLR). Kondisi IUGR hampir separuhnya lain yang dilakukan di Kenya menunjukkan bahwa
terkait dengan status gizi ibu, yaitu berat badan peningkatan risiko stunting signifikan pada anak-anak
(BB) ibu pra-hamil yang tidak sesuai dengan tinggi yang diadopsi (Bloss, 2004). Penelitian di Ethiopia
badan ibu atau bertubuh pendek, dan pertambahan mengidentifikasi factor yang terkait dengan tingginya
berat badan selama kehamilannya (PBBH) kurang stunting pada bayi yang diberi ASI. Hasilnya
dari seharusnya. Ibu yang pendek waktu usia 2 menunjukkan bahwa bayi dari ibu yang mempunyai
tahun cenderung bertubuh pendek pada saat konsentrasi seng yang rendah dalam ASI lebih banyak
meninjak dewasa. Apabila hamil ibu pendek akan yang stunting (Assefa et al, 2013). Untuk itu perlu
cenderung melahirkan bayi yang BBLR. Ibu hamil meningkatkan pasokan nutrisi dengan memberikan
yang pendek membatasi aliran darah rahim dan tambahan makanan lainnya/suplemen dan tetap
pertumbuhan uterus, plasenta dan janin sehingga akan memberikan ASI kepada bayi. Balita yang tidak lagi
lahir dengan berat badan rendah (Kramer, 1987). menyusui mempunyai risiko 2 kali lebih besar
Apabila tidak ada perbaikan, terjadinya IUGR dan mengalami stunting dibandingkan dengan balita yang
BBLR akan terus berlangsung di generasi masih menyusui (Taufiqurrahman et al, 2009).
selanjutnya sehingga terjadi masalah anak pendek Faktor determinan lainnya yang berhubungan
intergenerasi (Unicef, 2013; Republik Indonesia, dengan kejadian stunting adalah faktor sosial
2012; Sari et al, 2010). Gizi ibu dan status kesehatan ekonomi. Status`sosial ekonomi, usia, jenis kelamin
sangat penting sebagai penentu stunting. Seorang ibu dan pendidikan ibu merupakan faktor penting dari
yang kurang gizi lebih mungkin untuk melahirkan status gizi remaja (underweight dan stunting) (Assefa,
anak terhambat, mengabadikan lingkaran setan gizi 2013). Penelitian yang dilakukan di negara yang
dan kemiskinan (Unicef, 2013). berpendapatan menengah dan rendah menunjukkan
Pemenuhan zat gizi yang adekuat, baik gizi bahwa anak-anak yang tinggal di daerah kumuh,
makro maupun gizi mikro sangat dibutuhkan untuk semakin bertambahnya usia anak memperburuk risiko
menghindari atau memperkecil risiko stunting. untuk stunting (Kyu & Shannon, 2013). Kesehatan
Kualitas dan kuantitas MP-ASI yang baik merupakan anak juga menjadi faktor penentu kejadian stunting.
komponen penting dalam makanan karena Berulang atau berkepanjangan episode diare selama
mengandung sumber gizi makro dan mikro yang masa kanak-kanak meningkatkan risiko stunting
berperan dalam pertumbuhan linear (Taufiqurrahman (Ricci et al, 2013).
et al, 2009). Pemberian makanan yang tinggi protein,
Prevalensi Stunting di Indonesia
calsium, vitamin A, dan zinc dapat memacu tinggi
Riset Kesehatan dasar (Riskesdas)
badan anak (Koesharisupeni, 2002). Pemberian
menunjukan bahwa terjadi peningkatan prevalensi
asupan gizi yang adekuat berpengaruh pada pola
stunting di Indonesia dari 36,8 % pada tahun 2007
pertumbuhan normal sehingga dapat terkejar (catch
menjadi 37,2 % pada tahun 2013, artinya 1 dari 3 anak
up) (Rahayu, 2011).
Indonesia tergolong pendek (Riskesdas, 2013).
Frekuensi pemberian MP-ASI yang kurang
dan pemberian MP-ASI/susu formula terlalu dini
dapat meningkatkan risiko stunting (Padmadas et al,
2002; Hariyadi & Ekayanti, 2011). Pengaturan dan
kualitas makanan yang diberikan kepada bayi sangat
tergantung kepada pendidikan dan pengetahuan ibu
dan ketersediaan bahan makanan di tingkat rumah
tangga. Kesadaran ibu terhadap gizi yang baik
diberikan kepada anak memegang peranan yang
penting dalam menjaga kualitas makanan yang
diberikan. Penelitian menunjukkan bahwa rumah
tangga dengan perilaku sadar gizi yang kurang baik
berpeluang meningkatkan risiko kejadian stunting
pada anak balita 1,22 kali dibandingkan dengan rumah
tangga dengan perilaku kesadaran gizi baik (Riyadi et
al, 2011). Penelitian di Nusa Tenggara Timur
menunjukkan bahwa peran ibu sebagai ”gate keeper” Gambar 1. Prevalensi stunting di Indonesia
dalam menjaga konsumsi dan status gizi rumah tangga Sumber : Riskesdas, 2013
terlihat sangat menonjol. Peran itu terlihat dari
pengaruh pengetahuan gizi ibu, akses informasi gizi Prevalensi anak pendek di Indonesia
bervariasi dari prevalensi menengah sampai sangat
tinggi.
Mitra, Permasalahan Anak Pendek (Stunting) Dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya Stunting 2015

Prevalensi tertinggi berada di Nusa Tenggara Timur Sumber : Risdesdas, 2013


(NTT) dan terendah di Kepulauan Riau. Hanya 5
provinsi yang mempunyai prevalensi kurang dari 30
persen yaitu Kepulauan Riau, Yogyakarta, DKI,
Kalimantan Timur dan Bangka Belitung (Gambar 1).
Berdasarkan kelompok umur pada balita,
semakin bertambah umur prevalensi stunting semakin
meningkat. Prevalensi stunting paling tinggi pada usia
24-35 bulan yaitu sebesar 42,0% dan menurun pada
usia 36-47 bulan (Gambar 2). Stunting lebih banyak
terjadi pada anak laki-laki (38,1%) dibandingkan
dengan anak perempuan (36,2%). Daerah perdesaan
(42,1%) mempunyai prevalensi stunting yang lebih
tinggi dibandingkan daerah perkotaan (32,5%).
Menurut tingkat kepemilikan atau ekonomi penduduk,
stunting lebih banyak terjadi pada mereka yang berada
pada kuintil terbawah (Gambar 3) (Riskesdas, 2013).
Prevalensi kejadian stunting lebih tinggi
dibandingkan dengan permasalahan gizi lainnya
seperti gizi kurang (19,6%), kurus (6,8%) dan
kegemukan (11,9%) (Riskesdas, 2013). Dibandingkan
dengan negara ASEAN, prevalensi stunting di
Indonesia berada pada kelompok high prevalence,
sama halnya dengan negara Kamboja dan Myanmar
(Bloem et al, 2013). Dari 556 juta balita di negara
berkembang 178 juta anak (32%) bertubuh pendek
dan 19 juta anak sangat kurus (<-3SD) dan 3.5 juta
anak meninggal setiap tahun (Black et al, 2008;
Cobham, 2013).

Gambar 2. Prevalensi stunting menurut kelompok


umur di Indonesia
Sumber : Risdesdas, 2013

Gambar 3. Prevalensi stunting menurut tingkat


ekonomi di Indonesia

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 6, Mei Page 257


2015
Mitra, Permasalahan Anak Pendek (Stunting) Dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya Stunting 2015

Fokus Gerakan perbaikan gizi adalah kepada


Prevalensi Stunting di dunia
kelompok 1000 hari pertama kehidupan, pada tataran
Secara global, pada tahun 2010 prevalensi
anak pendek sebesar 171 juta anak-anak di mana 167 global disebut dengan tindakan kolektif untuk
juta kejadian terjadi di negara berkembang. Scaling Up Nutrition peningkatan gizi.
Prevalensi stunting pada anak menurun dari 39,7 ( 95 (SUN) dan di Indonesia Intervensi yang
% CI: 38,1- 41,4) % pada tahun 1990 menjadi 26,7 disebut dengan Gerakan dilakukan pada SUN
(95 % CI; 24, 8 Nasional Sadar Gizi adalah intervensi
-28 ,7) % pada tahun 2010 . Tren ini diperkirakan dalam Rangka spesifik
akan mencapai 21,8 (95 % CI: 19 ,8 -23 ,8) % atau Percepatan Perbaikan dan intervensi sensitif
142 juta pada tahun 2020 (Onis et al, 2011). Gizi Pada 1000 Hari (Scaling Up Nutrition,
Prevalensi stunting di Afrika mengalami Pertama Kehidupan 2013).
stagnasi sejak tahun 1990 sekitar 40%, sementara di (Gerakan 1000 Hari Intervensi
Asia menunjukkan penurunan dramatis dari 49 % Pertama Kehidupan dan spesifik adalah tindakan
pada tahun 1990 menjadi 28% pada tahun 2010 disingkat Gerakan 1000 atau kegiatan yang dalam
(Onis et al, 2011). Penerapan Manajemen Terpadu HPK). SUN movement perencanaannya
Balita Sakit di Bangladesh dapat menurunkan merupakan upaya ditujukan khusus untuk
prevalensi stunting pada anak-anak yang berusia 24- global dari berbagai
59 bulan dari 63,1 % menjadi 50,4 % (yaitu negara dalam rangka kelompok 1000 hari
pengurangan absolut 13 % atau pengurangan relatif memperkuat komitmen pertama kehidupan
rata-rata 4,5 % per tahun (Unicef, 2013). dan rencana aksi (HPK) dan bersifat
Pengurangan stunting juga telah didokumentasikan percepatan perbaikan jangka pendek. Kegiatan
di beberapa negara di Amerika Selatan. Prevalensi gizi, khususnya ini pada umumnya
stunting di Brazil menurun dari 37 penanganan gizi sejak dilakukan pada sektor
% pada tahun 1974-1975 menjadi 7 % pada tahun 1.000 hari dari masa kesehatan, seperti
2006-2007, dengan kata lain adanya pengurangan kehamilan hingga anak imunisasi, PMT ibu
relatif rata-rata 5,2 % per tahun selama 32 tahun usia 2 tahun. Gerakan hamil dan balita,
(Unicef, 2013). Di Meksiko prevalensi stunting ini merupakan respon monitoring pertumbuhan
menurun dari 27% pada tahun 1988 menjadi 16 % negara-negara di dunia balita di Posyandu,
pada tahun 2006 (pengurangan absolut 11 % atau terhadap kondisi status suplemen tablet besi-
relatif rata-rata pengurangan 2,9 % per tahun). Studi gizi di sebagian besar folat ibu hamil, promosi
observasional di sembilan negara Sub Sahara Afrika negara berkembang dan ASI Eksklusif, MP-ASI,
pada anak-anak pada anak-anak yang berusia akibat kemajuan yang dan sebagainya.
dibawah dua tahun menunjukkan bahwa prevalensi tidak merata dalam Sedangkan intervensi
stunting turun 43% dalam tiga tahun pelaksanaan mencapai sensitif adalah berbagai
program Scaling Up Nutrition (SUN) (Unicef, 2013). Tujuan kegiatan pembangunan di
Pembangunan luar sektor kesehatan
Kebijakan Penanggulangan Stunting yang ditujukan pada
Milenium/MDGs (Goal
Landasan kebijakan program pangan dan masyarakat umum.
1) (Republik Indonesia,
gizi dalam jangka panjang dirumuskan dalam Beberapa kegiatan
2012). Gerakan SUN
Undang-Undang No.17 tahun 2007 tentang Rencana tersebut adalah
merupakan upaya baru
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) penyediaan air bersih,
untuk menghilangkan
tahun 2005-2025. Pendekatan multi sektor dalam sarana sanitasi, berbagai
kekurangan
pembangunan pangan dan gizi meliputi produksi, penanggulangan
gizi dalam segala
pengolahan, distribusi, hingga konsumsi pangan, kemiskinan, ketahanan
bentuknya. Prinsip
dengan kandungan gizi yang cukup, seimbang, serta pangan dan gizi,
gerakan ini adalah
terjamin keamanannya. Pembangunan jangka fortifikasi pangan,
semua orang memiliki
panjang dijalankan secara bertahap dalam kurun pendidikan dan KIE Gizi,
hak atas pangan dan gizi
waktu lima tahunan, dirumuskan dalam dokumen pendidikan dan KIE
yang baik. Hal ini
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Kesehatan, kesetaraan
merupakan suatu yang
(RPJMN) yang ditetapkan dalam Peraturan Presiden. gender, dan lain-lain
unik karena melibatkan
Dalam RPJMN tahap ke-2 periode tahun 2010-2014, (Republik Indonesia,
berbagai kelompok
terdapat dua indikator outcome yang berkaitan 2013).
masyarakat yang
dengan gizi yaitu prevalensi kekurangan gizi (gizi Pada awal tahun
berbeda-beda baik
kurang dan gizi buruk) sebesar <15 persen dan 2013, terdapat 33
pemerintah, swasta,
prevalensi stunting (pendek) sebesar 32 persen pada negara
LSM, ilmuwan,
akhir 2014. Sasaran program gizi lebih difokuskan SUN bagi 59 juta anak
masyarakat sipil, dan
terhadap ibu hamil sampai anak usia 2 tahun stunting yang mewakili
PBB secara bersama-
(Republik Indonesia, 2012). sekitar sepertiga dari
sama melakukan
Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 6, Mei Page 258
2015
Mitra, Permasalahan Anak Pendek (Stunting) Dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya Stunting 2015

semua anak stunting di tersedia, konseling difokuskan pada berbasis masyarakat


dunia. Tingkat rata-rata tentang pemberian ASI masyarakat termiskin. (Bloss, 2004).
pengurangan stunting Hal ini penting Penelitian di
dan fortifikasi atau
per tahun di 33 negara dilakukan untuk sembilan negara
suplementasi vitamin A Sub Sahara
tersebut adalah 1,8 %. dan seng memiliki mencapai target yang
WHO diusulkan WHO. Afrika menunjukkan
potensi terbesar untuk diperlukan intervensi
merekomendasikan mengurangi beban Perhatian khusus
pengurangan stunting diberikan kepada 36 multisektor dalam
morbiditas dan penanggulangan
3,9 % per tahun dalam mortalitas anak. negara high burden
rangka memenuhi target (Cobham, stunting. Strategi yang
Peningkatan makanan dilakukan adalah
global pengurangan pendamping ASI 2013).Kebijakan gizi
stunting pada tahun nasional dan organisasi dengan menggabungkan
melalui strategi seperti gizi spesifik,
2025 sebesar 40% penyuluhan tentang gizi internasional harus
(Scaling Up Nutrition, memastikan bahwa pendekatan berbasis
dan konseling gizi, kesehatan dengan
2013). suplemen makanan di kesenjangan yang
terjadi ditangani sistem intervensi
Intervensi pada daerah rawan pangan berbasis mata
secara substansial dapat dengan mengutamakan
Penanggulangan pencaharian. Hasilnya
mengurangi stunting gizi di daerah pedesaan
Stunting menunjukkan dalam
dan beban terkait dan kelompok-
Intervensi tiga tahun setelah
penyakit. Intervensi kelompok termiskin
efektif dibutuhkan dimulainya program ini
untuk gizi ibu dalam masyarakat.
untuk mengurangi pada tahun 2005-2006
(suplemen folat besi, Kebijakan yang
stunting, defisiensi perbaikan yang
beberapa mikronutrien, mendukung distribusi
mikronutrien, dan konsisten dalam
kalsium, dan energi dan yang lebih adil dari
kematian anak . Jika ketahanan pangan
protein yang seimbang) pendapatan nasional,
diterapkan pada skala rumah tangga dan
dapat mengurangi seperti kebijakan
yang cukup maka akan keragaman diet
risiko berat badan lahir perlindungan sosial,
mengurangi (semua (Remans, 2011).
rendah sebesar 16%. memainkan peranan
kematian anak) sekitar Analisis
Direkomendasikan penting dalam
seperempat dalam terhadap pola
pemberian meningkatkan gizi
jangka pendek. Dari pertumbuhan awal pada
mikronutrien untuk (Cobham, 2013).
intervensi yang anak-anak dari 54
anak-anak seperti Intervensi lainnya
dilakukan untuk negara miskin di Afrika
suplementasi vitamin A dan Asia Tenggara
(dalam periode penangulangan stunting
ditekankan kepada menunjukkan bahwa
neonatal dan akhir terjadinya peningkatan
masa kanak-kanak), pemberian imunisasi,
peningkatan pemberian stunting selama 2 tahun
suplemen zinc, pertama kehidupan dan
suplemen zat besi ASI eksklusif dan akses
makanan yang kaya tidak ada pemulihan
untuk anak-anak di sampai dengan usia 5
daerah malaria tidak gizi di kalangan anak-
anak yang diadopsi dan tahun. Temuan ini
endemik, dan promosi memusatkan perhatian
garam beryodium. keluarga mereka
melalui intervensi gizi pada periode 9-24 bulan
Untuk intervensi
pengurangan stunting sebagai “window of antara pertengahan masa
jangka panjang, harus opportunity” untuk kanak- kanak dan
dilengkapi dengan intervensi terhadap dewasa. Data ini
perbaikan dalam faktor- stunting. Dukungan menggambarkan bahwa
faktor penentu gizi, politik yang cukup besar fase pertumbuhan
seperti kemiskinan, dibutuhkan untuk pubertas memungkinkan
pendidikan yang investasi pada 1000 hari pemulihan tinggi badan
rendah, beban penyakit, pertama kehidupan. Data sangat besar, terutama
dan kurangnya pertumbuhan pada anak perempuan
pemberdayaan longitudinal dari Gambia selama masa remaja.
perempuan (Bhutta, pedesaan menunjukkan Berdasarkan temuan
2008). bahwa substansial catch- tersebut, intervensi
Intervensi up terjadi antara 24 stunting dilakukan pada
penanggulangan bulan dan pertengahan setiap siklus kehidupan
stunting juga masa kanak-kanak, serta sehingga efek
Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 6, Mei Page 259
2015
Mitra, Permasalahan Anak Pendek (Stunting) Dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya Stunting 2015

intergenerasi dapat dan sistem pembuangan, pertahun dalam rangka Kirkwood B,


dihindari (Remans, dan universalisasi virtual memenuhi target 40% Morris SS,
2011).Para pembuat perawatan kesehatan penurunan stunting Sachdev HPS,
kebijakan dan dasar, termasuk pada tahun 2025. Shekar M,
perencana program perawatan prenatal. Intervensi dilakukan 2008.What
harus DiAfrika, dilakukan pada sepanjang siklus works?
mempertimbangkan dan program perbaikan kehidupan baik di Interventions
melipatgandakan upaya ketahanan pangan rumah sektor kesehatan for maternal
untuk mencegah tangga, keragaman diet maupun non kesehatan and child
stunting dan peningkatan yang melibatkan undernutrition
danmeningkatkan intervensi cakupan berbagai lapisan and survival.
pertumbuhan catch-up perawatan anak dan masyarakat seperti Journal Lancet,
pada tahun pertama penyakit (Unicef, 2013). pemerintah, swasta,
kehidupan dan juga masyarakat sipil, PBB January
pada fase purbertas KESIMPULAN melalui tindakan
untuk mengurangi kolektif untuk
Masalah 17,
dampak buruk yang peningkatan perbaikan
stunting merupakan
diakibatkan oleh gizi, baik jangka
permasalahan gizi yang 2008
stunting. pendek (intervensi
dihadapi dunia DOI:10.1016/S01
Intervensi yang
khususnya negara- spesifik) maupun 40-
dilakulan dalam
rangka negara miskin dan jangka panjang 6736(07)61693-6
mempercepat berkembang. Stunting (sensitif). www.thelancet.co
pengurangan stunting di merupakan kegagalan m
Asia Tenggara adalah pertumbuhan akibat DAFTAR PUSTAKA
Black RE, Allen LH,
meningkatkan akumulasi Assefa H, Belachew T, Bhutta ZA,
ketersediaan dan akses ketidakcukupan nutrisi Negash L, 2008 Maternal
makanan bergizi dengan yang berlangsung lama 2013.Socioeco and Child
melakukan kolaborasi mulai dari kehamilan nomic Factors Undernutrition
antara swasta dan sektor sampai dengan usia 24 Associated Study Group.
publik. Asosiasi bulan. Banyak faktor with Maternal and
Negara-negara Asia yang menyebabkan Underweight child
Tenggara ( ASEAN) tingginya kejadian and Stunting undernutrition
dapat memainkan peran stunting pada balita. among : global and
sebagai fasilitator. Masyarakat belum Adolescents of regional
Sektor swasta dapat menyadari stunting Jimma Zone, exposures and
memproduksi dan sebagai suatu masalah South West health
memasarkan makanan dibandingkan dengan Ethiopia: A consequences.
bergizi, sedangkan permasalahan kurang Cross- Lancet Journal
sektor publik gizi lainnya. Secara Sectional 2008.
menetapkan standar, global kebijakan yang Study. published online
mempromosikan dilakukan untuk Hindawi Jan 17. DOI:
makanan sehat dan penurunan kejadian Publishing 10.1016/S0140-
bergizi, dan menjamin stunting difokuskan pada Corporation 6736(07)61690-
akses makanan bergizi kelompok 1000 hari ISRN Public 0.
untuk daerah termiskin, pertama atau yang Health Volume
misalnya melalui disebut dengan Scaling Article ID Bloem MW, Pee SD,
program- program Up Nutrition. WHO 238546, 7 Hop LT, Khan
jaring pengaman sosial merekomendasikan pages NC, Laillou A,
(Bloem, 2013). penurunan stunting http://dx.doi.or Minarto,
Di Brasil sebesar 3,9% g/10.1155/2013 Pfanner RM,
pengurangan stunting /238546 Soekarjo D,
telah dikaitkan untuk Soekirman,
meningkatkan daya beli Bhutta ZA, Ahmed T, Solon JA,
keluarga berpenghasilan Black RE, Theary C,
rendah, meningkatkan Cousens S, Wasantwisut E,
tingkat pendidikan ibu, Dewey K, 2013.Key
penyediaan air bersih Giugliani E, strategies to
Haider BA, further reduce
Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 6, Mei Page 260
2015
Mitra, Permasalahan Anak Pendek (Stunting) Dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya Stunting 2015

stunting in Aged 5 and meta- analysis. Future Of


Southeast Under in Bulletin World Children
Asia: Lessons Western Health Children And
from the Kenya. Journal Organization, 65 Poverty 7:2
ASEAN of Tropical (5) : 663-737
MuchaN,
countries Pediatrics,
Kusharisupeni, 2002. 2012.Implement
workshop. 50:5
Peran status ing Nutrition-
Food and
Cobham A, Garde M, kelahiran Sensitive
Nutrition
Crosby L, terhadap Development:
Bulletin: 34:2
2013.Global stunting pada Reaching
Bloss E, Wainaina F, Stunting bayi : sebuah Consensus.brief
Bailey RC, Reduction studi ing
2004. Target: Focus prospektif, paper,Akses:ww
Prevalence On The Jurnal w.bread.org/insti
and Poorest Or Kedokteran tute/papers/n
Predictors of Leave Millions Trisakti, utrition-
Underweight, Behind, Akses 2002,23 : 73-80 sensitive-
Stunting, and www.savethech interventions.pdf
Kusharisupeni,
Wasting ildren.org.ukTa tanggal 26
2002.Growth
among nggal Desember 2013
Faltering pada
Children Desember 2013. Bayi di Onis M, Monika B,
Crookston B, Penny M, Hoffman DJ, Sawaya Kabupaten Borghi E,
Alder SC, AL, Verreschi I, Indramayu 2011.Prevalence
Dickerson T, Tucker KL, Jawa Barat. and trends of
Merrill RM, Roberts SB, Makara stunting among
Stanford J , 2000. Why are Kesehatan, pre-school
Porucznik CA, nutritionally 2002, 6:1-5 children,1990–
Dearden KA, stunted 2020, Public
Kyu HH, Shannon HS,
2010.Children children at Health Nutrition:
Georgiades K,
Who Recover increased risk page 1-7
Boyle MH,
from Early of obesity? doi:10.1017/S13
2013.Associatio
Stunting and Studies of 68980011001315
n of Urban
Children Who metabolic rate .
Slum Residency
Are Not and fat oxidation
with Infant Padmadas SS, Hutter I,
Stunted in shantytown
Mortality and Willekens F,
Demonstrate children from
Child Stunting 2002.Weaning
Similar Levels São Paulo,
in Low and Initiation
of Cognition. Brazil. Am J
Middle Income patterns and
American Clin Nutrition
Countries. subsequents
Society for 72:702–7
Hindawi linear
Nutrition. 2010;
Intje Picaly, Sari, 2013. Publishing
doi:10.3945/
Analisis Corporation
jn.109.118927.
Determinan BioMed
Hariyadi D, Ekayanti I, dan Pengaruh Research
2011.Analisis Stunting International
pengaruh terhadap Volume, Article
perilaku Prestasi ID 604974, 12
keluarga sadar Belajar. Journal pages
gizi terhadap Gizi dan Pangan http://dx.doi.org/
stunting di : 8 (1) 10.1155/2013/60
Propinsi 4974
Kramer MS, 1987.
Kalimantan
Determinans of Lewit EM, Kerrebrock
Barat,
low birth N.
Teknologi dan
weight : 1997Population
Kejuruan, 34 :
methodological -Based Growth
1,:71-80
assessment and Stunting, The

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 6, Mei Page 261


2015
Mitra, Permasalahan Anak Pendek (Stunting) Dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya Stunting 2015

growth Muniz stunting Kementerian


progression M,Radunsky A, among Kesehatan RI.
among children Abay AH, children: the Akses
aged 2- Coulibaly M, potential www.litbang.de
4 years in Homiah JM, contribution pkes.go.id
India. Wagah M, An of diagnostics. tanggal 10
International X,Mwaura C, Nature Desember 2013.
Journal of Quintana E, Publishing
Riyadi H, Martianto D,
Epidemiology, Somers MA, Group p:29-38
Hastuti D,
31:855-63 Sanchez PA, diakses:http://w
Damayanthi E,
Sachs SE, ww.nature.com
Picauly I, Magdalena Murtilaksono K,
McArthur JW, /diagnosticstan
S, 2011.Faktor-
Sachs JD, ggal 27
2013.Analisis Faktor Yang
2011.Multisect Desember 2013
determinan Mempengaruhi
or
dan pengaruh Riskesdas, 2013. Status Gizi
intervention to
stunting Penyajian Anak Balita Di
accelerate
terhadap Pokok-pokok Kabupaten
reductions in
prestasi Hasil Riset Timor Tengah
child stunting:
belajar anak Kesehatan Utara, Provinsi
anobservation
sekolah di Dasar 2013. Nusa Tenggara
al study from
Kupang dan Badan Timur. Jurnal
9 sub-Saharan
Sumba Penelitian dan Gizi dan
African
Timur, NTT. Pengembanga Pangan, 6(1):
countries.
Jurnal Gizi dan n Kesehatan, 66–73.
American
Pangan,8(1): Sari M, Dee Sd, Bloem Taufiqurrahman, Hadi H,
Society for
55—62 MW, Sun K, Julia M, Herman
Nutrition doi:
Prentice AM, Ward 10.3945/ajcn.1 Thorm L, S,
KA, Goldberg 11.020099. Moench Pfanner 2009.Defisiensi
GR, Jarjou R, 2010. Higher Vitamin A Dan
LM, Moore Republik Indonesia, household Zinc Sebagai
SE, Fulford 2012. expenditure on Faktor Risiko
AJ, Prentice A, Kerangka animal source Terjadinya
2013.Critical Kebijakan and nograim Stunting Pada
windows for Gerakan foods lowers Balita Di Nusa
nutritional Sadar Gizi the risk of Tenggara Barat,
interventions dalam rangka stunting among Media
against Seribu Hari children 0-59 Penelitian dan
stunting, Am J Kehidupan months old in Pengembangan
Clin Nutr. (1000 HPK) Indonesia. Kesehatan. 29 : 2
97:911–8 versi 5 Implications of
September Timæus, IM, 2012.
rising food
Rahayu LS, 2012. Diakses Stunting and
prices. The
2011.Associat dari obesity in
Journal of
ed of Health http://www. childhood: are
Nutrition,
of Parents kgm.bappenas. assessment
140:196-200
with changes go.id tanggal using
of Stunting 16 Desember Scaling Up Nutrition, longitudinal
from 6-12 2013. 2013. Country data from South
months to 3-4 Progress In Africa,
Ricci KA, Girosi F, scaling up International
years (Tesis):
Tarr PI, nutrition. Journal of
Yogyakarta,
LimYW, Januari 2013 Epidemiology;1–
Universitas
C, Miller M, Akses 9
Gajah Mada.
Hughes J, scalingupnutriti doi:10.1093/ije/d
Remans R, Pronyk Seidlein L, on.org/resource ys026.
PM, Fanzo JC, Agosti JM, s tanggal 26
Chen JH, Palm Guerrant RL, Desember 2013 Umeta M, West CE,
CA, Nemser B, 2013.Reducing Verhoef H,

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 6, Mei Page 262


2015
Mitra, Permasalahan Anak Pendek (Stunting) Dan Intervensi Untuk Mencegah Terjadinya Stunting 2015

Haidar J, Unicef, 1990. Strategy Information


Hautvast J, for improved System (NLIS)
2003.Factors nutrition of Country Profile
Associated children and Indicators :
with Stunting women in Interpretation
in Infants Aged developing quite (Serial
5–11 Months in countries. New Online) Akses :
the Dodota- York. http://www.WH
Sire District, O.int//nutrition.
Rural Unicef, 2013. Tanggal 17
Ethiopia. Improving Desember 2013
Journal Child
Nutrition. 133: Nutrition The
1064 –1069. achievable
imperative for
global
progress.
Diakses:www.u
nicef.org/media
/files/nutrition
_report_2013.pdf
tanggal 24
Desember 2013
Unicef Indonesia, 2013.
Ringkasan
Kajian Gizi
Ibu dan Anak,
Oktober 2012.
Akses
www.unicef.or
g Tanggal 16
Desember
2013.
Walker SP, Chang SM,
Powell CA,
Simonoff E,
McGregor SM,
Early
Childhood
Stunting Is
Associated
with Poor
Psychological
Functioning in
LateAdolescen
ce and Effects
Are Reduced
by
Psychosocial
Stimulation,
Journal
Nutrition. 137:
2464–2469
World Health
Organization,
2013.Nutrition
Landcape

Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No. 6, Mei Page 263


2015

You might also like