You are on page 1of 11

47

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAINS


TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) TERHADAP
KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA
POKOK BAHASAN EKOSISTEM KELAS VII MTs
PARADIGMA PALEMBANG
Amilda1, Sulton Nawawi2, Uci Minasari3
1Dosen Prodi Pendidikan PIAUD Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah
Palembang
Jl. Prof. K.H. Zainal Abidin Fikri No. 1 A KM 3,5, Palembang 30126, Indonesia
2Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang
3
Mahasiswa Prodi Pendidikan Biologi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Raden Fatah
Palembang
Jl. Prof. K.H. Zainal Abidin Fikri No. 1 A KM 3,5, Palembang 30126, Indonesia
email:
2sulton_nawawi@um-palembang.ac.id
3
uci.minasari11@gmail.com
Telp:
2
+6285789933439
3+6285832484133

ABSTRACT
The purpose of the study was to determine the effect of the application of learning model of
Science Technology Society (STS) to the ability of understanding the concept of Biology
students on the subject of VII grade ecosystem MTs Paradigma Palembang. The desain of
study used the design of the Nonequivalent Control Group Design with Quasi Experimental
method (quasi experiment). These sample included 35 students. Based on the results of the
analysis of students' concept of understanding shows that the implementation of learning
using the model of learning Science Technology Society (STS) is better than the
conventional learning model. It can can be seen from the calculation of the t-test showed of
students' concept of understanding sig t-value 0.000 < 0,05, then Ha accepted and H0 rejected.
The result of analysis of the improvement of the average completeness of the conceptual
understanding of the experimental class is 48.2% while the students 'understanding of the
control class is 29.2%, which means that the students' understanding of the concept of the
experimental class is higher than the understanding of the concept of the control class. This, it
can be concluded that the learning model of Science Technology Society (STS) around effect
on understanding the concept of students of class VII MTs Paradigma Palembang.

Keywords: STM learning model; Understanding Concept of Student.

PENDAHULUAN tatanan sosial dan ekonomi serta sadar


Pendidikan merupakan usaha pengetahuan sebagai layaknya warga dunia
manusia untuk membina kepribadian di Abad-21 (Mukminan, 2014).
sesuai dengan nilai-nilai di dalam Namun, menurut Al-Tabany (2015),
masyarakat dan kebudayaan (Hasbullah, masalah utama dalam pembelajaran pada
2013). Pada Abad 21 ini kita ditantang pendidikan formal (sekolah) dewasa ini
untuk mampu menciptakan tata-pendidikan yakni masih rendahnya daya serap peserta
yang dapat ikut menghasilkan sumber daya didik. Hal ini tampak dari rerata hasil
pemikir yang mampu ikut membangun
48

belajar peserta didik yang senantiasa masih Setiap model pembelajaran harus sesuai
sangat memperihatinkan. untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi
Pemahaman konsep memiliki untuk tujuan yang berbeda guru harus
peranan penting dalam proses belajar menggunakan teknik penyajian yang
mengajar dan merupakan dasar dalam berbeda untuk mencapai tujuan
mencapai hasil belajar. Menurut pembelajarannya. Salah satu model
Samarabawa (2013), faktor penunjang pembelajaran yang sesuai untuk
yang dapat dipakai sebagai acuan prestasi meningkatkan kemampuan pemahaman
belajar seorang siswa adalah melalui konsep siswa ialah model pembelajaran
pemahaman konsep. Pemahaman konsep tipe Sains Teknologi Masyarakat (STM).
sangat penting dengan tujuan agar siswa
dapat mengingat konsep-konsep yang Model Pembelajaran STM
mereka pelajari lebih lama, sehingga Sains Teknologi Masyarakat (STM)
proses belajar akan menjadi lebih merupakan terjemahan dari Science
bermakna. Technology Society (STS). Pada awalnya
Konsep merupakan suatu hal yang istilah Science Technology Society (STS)
sangat penting, namun bukan terletak pada dikemukakan oleh John Ziman pada tahun
konsep itu sendiri, melainkan terletak pada 1980 dalam bukunya yang berjudul
bagaimana konsep itu dipahami oleh Teaching and Learning. Ziman mencoba
subjek didik. Pentingnya pemahaman mengungkapkan harapan bahwa konsep-
konsep dalam proses belajar mengajar konsep dan proses-proses sains yang
sangat mempengaruhi sikap, keputusan, diajarkan di sekolah harus sesuai dengan
dan cara-cara memecahkan masalah (Al- konteks sosial dan relevan dengan
Tabany, 2015). kehidupan sehari-hari (Poedjiadi, 2010).
Namun kenyataan di lapangan, STM berarti melibatkan peserta didik
dalam belajar siswa dihadapkan dengan dalam pengalaman, pertanyaan, dan isu-isu
sejumlah materi yang harus dihafalkan yang berkaitan dengan kehidupan mereka.
tanpa diberi kesempatan untuk memaknai Situasi yang dicari akan melibatkan siswa.
materi yang dipelajari, sehingga siswa Guru berusaha menciptakan situasi di
banyak belajar tetapi kurang mampu mana siswa akan memerlukan konsep
memberi makna belajar. Kondisi inilah dasar dan keterampilan proses untuk
yang menyebabkan rendahnya kemampuan kebutuhan mereka di masa depan. STM
pemahaman konsep. memberdayakan siswa dengan
Rendahnya pemahaman konsep keterampilan yang memungkinkan mereka
terjadi di MTs Paradigma Palembang. Hal untuk menjadi aktif, warga yang
tersebut dapat ditunjukkan dengan hasil tes bertanggung jawab dengan menanggapi
awal yang diberikan pada siswa kelas VII isu-isu yang dalam kehidupan mereka.
MTs Paradigma Palembang yang terdiri Pengalaman dengan ilmu pengetahuan
dari 14 soal uraian dengan indikator dalam format STM menciptakan warga
pemahaman konsep. Berdasarkan hasil melek ilmiah untuk menghadapi abad
yang diperoleh dapat diketahui bahwa 21(Yager, 1992).
pemahaman konsep siswa masih dibawah Dalam penelitian ini model
Kreteria Ketuntasan Minimum (KKM) pembelajaran STM yang digunakan adalah
yang ditetapkan sekolah yaitu 75. Adapun model pembelajaran yang dikembangkan
hasil tes yang diperoleh yaitu kelas VIIA oleh Poedjiadi (2010), dengan sintaks
dengan nilai rata-rata 50, kelas VIIB sebagai berikut, fase 1 (tahap invitasi); fase
dengan nilai rata-rata 44, kels VIIC dengan 2 (tahap pembentukan konsep); fase 3
nilai rata-rata 53, dan VIID dengan nilai (tahap aplikasi konsep atau penyelesaian
rata-rata 48. masalah); fase 4 (tahap pemantapan
Penggunaan model pembelajaran konsep); fase 5 (tahap penilaian). Melalui
yang tepat, merupakan suatu alternatif sintaks model pembelajaran STM siswa
untuk mengatasi masalah rendahnya daya dimungkinkan dapat menumbuhkan
serap siswa terhadap pelajaran Biologi. pemahaman konsep.
49

Pemahaman Konsep Prosedur Penelitian


Pemahaman konsep sangat penting Pada Tahap Persiapan,
dengan tujuan agar siswa dapat mengingat Melaksanakan analisis kebutuhan ke
konsep-konsep yang mereka pelajari lebih sekolah dengan wawancara bersama guru
lama, sehingga proses belajar akan menjadi mata pelajaran IPA, wawancara bersama
lebih bermakna (Setiawan dkk, 2013). siswa siswa, meberikan angket kepada
Menurut Bloom yang dikembangkan guru mata pelajaran IPA, memberikan
oleh Anderson dan Krathwohl (2015), angket kepada siswa, observasi, dan tes
indikator pemahaman konsep meliputi, awal pemahaman konsep siswa.
kemampuan Menafsirkan (interprenting), Tahap Pelaksanaan, Pemberian tes
Memberikan contoh (exemplifying), awal (pretest) pada kedua kelas.
Mengklasifikasikan (classifying), Selanjutnya penyajian eksperimen dengan
Meringkas (summarizing), Menarik proses pembelajaran menggunakan model
inferensi (inferring), Membandingkan pembelajaran SainsTeknologi Masyarakat
(comparing) dan Menjelaskan (STM) dikelas eksperimen, sedangkan di
(explaining). kelas kontrol dilakukan proses
pembelajaran menggunakan model
METODE PENELITIAN pembelajaran konvensional, kemudian
Waktu dan Tempat Penelitian pemberian tes akhir (posttest) pada kedua
Penelitian ini dilakukan pada Kamis, kelas sebagai pengumpulan data kemudian
29 April - Sabtu, 13 Mei 2017, bertempat dilakukan uji akhir.
di MTs Paradigma Palembang. Tahap Akhir, Setelah tahap persiapan
dan tahap pelaksanaan, tahap selanjutnya
Jenis Penelitian adalah tahap akhir yaitu dilaksanakan
Bentuk penelitian ini ialah penelitian pengolahan data dan pembahasan data dari
quasi eksperiment design. hasil penelitian serta pengambilan
Rancangan Penelitian kesimpulan dari hasil penelitian yang telah
Rancangan penelitian ini merupakan dilaksanakan.
proses yang dilaksanakan mulai dari
perencanaan, pelaksanaan sampai Teknik Pengumpulan Data
mengumpulkan hasil olahan data sebagai Teknik yang digunakan untuk
hasil akhir penelitian. Bentuk desain pengambilan dan pengumpulan data dalam
penelitian yang digunakan ialah penelitian ini adalah observasi dan tes.
Nonequivalent Control Group Design. Teknik pengumpulan data dengan
observasi digunakan jika penelitian
Variabel Penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses
Pada penelitian ini yang menjadi kerja dan gejala-gejala alam (Sugiyono,
variabel bebas (X) ialah model 2015). Dalam penelitian ini observasi
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat keterlaksanaan model pembelajaran Sains
(STM), sedangkan variabel terikat (Y), Teknologi Masyaraka (STM) yang
yaitu pemahaman konsep siswa. dilakukan guru dan siswa.Observasi
keterlaksanaan model pembelajaran Sains
Populasi dan sampel Teknologi Masyaraka (STM) ini bertujuan
Populasi yang diteliti pada penelitian untuk melihat apakah tahapan-tahapan
ini ialah seluruh siswa kelas VII MTs model pembelajaran Sains Teknologi
Paradigma Palembang. Sampel pada Masyaraka (STM) telah dilaksanakan oleh
penelitian ini ialah kelas VIIB sebagai guru dan siswa atau tidak. Observasi ini
kelas eksperimen dan kelas VIIC sebagai dibuat dalam bentuk checklist.
kelas kontrol. Tes adalah penilaian yang
Teknik pengambilan sampel yang komperhensif terhadap seorang individu
digunakan dalam penelitian ini ialah atau keseluruhan usaha evaluasi program
dengan metode purposive sampling. (Arikunto, 2010). Instrument tes yang
50

digunakan ialah tes tertulis (paper and reliabel dan selanjutnya dapat digunakan
pencil test) yaitu berupa tes uraian dalam dalam penelitian.
bentuk (soal pre-test sama dengan soal Teknik Analisis Data
post-test). Jumlah total soal tes yang Uji normalitas data dalam penelitian
digunakan dalam penelitian ini ialah ini dilakukan dengan menggunakan uji
sebanyak 10 soal. Soal-soal tes yang Kolmogorov-Smirnow karena uji ini cocok
diberikan merupakan soal tes yang dapat untuk menganalisis data interval seperti
mengukur ketercapaian pemahaman skala pemahaman konsep siswa. Pengujian
konsep siswa berdasarkan taksonomi dilakukan pada masing-masing variabel
Bloom kategori memahami mencakup 7 dengan asumsi datanya berdistribusi
indikator proses kognitif sebagai berikut, normal.
Menafsirkan (interprenting), Memberikan Uji Statistik Kolmogorov-Smirnow
contoh (exemplifying), Mengklasifikasikan (K-S) dihitung dengan bantuan paket
(classifying), Meringkas (summarizing), program SPSS 16.0. Kriteria ujinya ialah
Menarik inferensi (inferring), terima H0, jika nilai K-S lebih kecil dari K-
Membandingkan (comparing) dan S tabel, atau jika p-value lebih besar dari
Menjelaskan (explaining). 𝛼. Menurut Sujarweni (2015), untuk
mengetahui normal atau tidaknya suatu
Uji Validitas data dapat dilihat dari hasil “Asymp.Sig (2-
Validitas adalah suatu ukuran yang tailled)”pada program SPSS dengan taraf
menunjukkan tingkat kevalidan atau signifikansi 5% (0,05). Jika hasil sig.
kesahihan suatu instrumen (Arikunto, tersebut lebih besar dari 0,05 maka
2009). Perhitungan validitas instrumen distribusi data normal (p>0,05). Adapun
dengan menggunakan program SPSS 16.0. hasil signifikansi untuk “Asymp.Sig (2-
Menurut Sujarweni (2015), dengan tailled)” semuanya lebih besar dari 0,05,
menggunakan jumlah peserta tes (n) maka maka data telah berdistribusi normal.
nilai r tabel dapat diperoleh melalui tabel r Uji homogenitas digunakan untuk
product moment pearson dengan df mengetahui kesetaraan data atau
(degree of freedom) = n-2. Butir soal dapat kehomogenan data. Uji ini untuk
dikatakan valid jika r hitung (Corrected mengetahui kehomogenan data tentang
Item Total Correlation) > r tabel. pretest-posttest pada kelas eksperimen dan
Berdasarkan hasil perhitungan validitas kelas kontrol (Hasan, 2011). Uji
instrumen tes pemahaman konsep homogenitas digunakan dengan bantuan
Ekosistem yang terdiri dari 33 item soal program SPSS 16.0 dengan teknik Levene
uraian, didapat 21 item soal dinyatakan Statistic.
valid, tetapi hanya diambil 10 soal yang Menentukan nilai uji homogenitas:
digunakan. Jika nilai Signifikan < 0,05, maka dikatan
Uji Reliabilitas bahwa data tidak homogen Jika nilai
Reliabilitas artinya dapat dipercaya Signifikan > 0,05, maka dikatan bahwa
dan dapat diandalkan. Analisis realiabilitas data homogen
dilakukan untuk mengetahui soal yang Setelah diketahui varian kedua
sudah disusun dapat memberikan hasil kelompok homogen, maka pengolahan data
yang tetap atau tidak tetap (Arikunto, dilanjutkan dengan pengujian hipotesis
2009). Perhitungan reliabilitas instrumen dengan menggunakan uji-t. Uji-t
dengan menggunakan program SPSS 16.0. dimaksudkan untuk mengetahui
Menurut Sujarweni (2015), uji signifikansi perbedaan dua rata-rata (mean)
reliabilitas dapat dilihat pada nilai yang berpasangan (Hasan, 2011). Uji
Cronbach’s Alpha, jika nilai Alpa > 0,60 hipotesis digunakan dengan bantuan
maka butir soal yang merupakan dimensi program SPSS 16.0 dengan analisis
variabel adalah reliabel. Berdasarkan hasil Independent Sample T Test.
perhitungan reliabilitas tes didapat hasil Pengambilan keputusan
Cronbach’s Alpha = 0,835 dari 21 butir Jika Sig t hitung > 0,05 maka H0 diterima
soal yang valid. Hal ini dapat dinyatakan Jika Sig t hitung < 0,05 maka H0 ditolak
51

. bahwa kelompok dengan model


HASIL DAN PEMBAHASAN pembelajaran STM memiliki rata-rata nilai
Rata-rata nilai tes akhir (posttest) lebih tinggi dibandingkan dengan
pemahaman konsep siswa di kelas kelompok dengan
eksperimen adalah 80,47 sedangkan di model pembelajaran konvensional.
kelas kontrol 50,22. Ini secara kuantitatif

Tabel 1. Rata-rata Nilai Pemahaman Konsep Siswa di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Rata-rata Rata-rata
Kelas N N-Gain Kategori
Pretest Posttest
Eksperimen 17 35,18 80,47 0,70 Tinggi
Kontrol 18 33,22 50,22 0,25 Rendah
(Sumber: Dok Pribadi, 2017)

Perbandingan data hasil N-Gain kelas


eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat
pada Gambar berikutt ini:

80,47
100
35,18 50,22
33,22
17 18
0,7 0,25
0
N Rata-rata Rata-rata N-Gain
Eksperimen Pretest
Kontrol Posttest

Gambar 1. Diagram Batang Nilai N-Gain


Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol (Sumber: Dok Pribadi, 2017)

Selanjutnya, sebelum menguji pemahaman konsep siswa pada pokok


apakah terdapat perbedaan antara bahasan ekosistem, yang ditunjukkan
pemahaman konsep siswa kelas dengan sig thitung 0,000 < 0,05. Hasil
eksperimen dan kelas kontrol, data hasil penelitian ini memberikan informasi
penelitian diuji melalui uji persyaratan khususnya kepada guru IPA bahwa model
analisis. Berdasarkan dua uji asumsi dasar pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat
yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa (STM) berpengaruh secara signifikan
hasil uji normalitas dengan kolmogrov- terhadap pemahaman konsep siswa.
Smirnov menunjukkan semua data dalam Hal ini terbukti dengan terlihatnya
penelitian ini terdistribusi normal. Hasil uji peningkatan pemahaman konsep siswa
homogenitas varians dengan levene dengan menggunakan model pembelajaran
Statistic menunjukkan semua data berasal Sains Teknologi Masyarakat (STM), yang
dari varian yang sama (homogen). Dengan diperoleh dari nilai normal gain. Nilai rata-
terpenuhinya semua asumsi dasar tersebut, rata masing kelas yaitu, untuk kelas
maka selanjutnya dapat dilakukan uji eksperimen dengan gain 0,70 dengan
hipotesis melalui uji-t dengan Independent kategori tinggi dan kelas kontrol 0,25
Sampel t test. dengan kategori rendah. Berdasarkan nilai
Sesuai dengan hasil pengujian tersebut dapat diketahui bahwa kelas
hipotesis dengan uji-t, terbukti bahwa eksperimen memiliki N-Gain lebih tinggi
hipotesis alternatif (Ha) yang diajukan dibandingkan dengan kelas kontrol.
secara signifikan dapat diterima. Hasil Sejalan dengan penelitian
pengujian hipotesis menyimpulkan bahwa Smarabawa dkk (2013), hasil penelitiannya
terdapat pengaruh model pembelajaran menunjukkan bahwa 1) Pemahaman
Sains Teknologi (STM) terhadap konsep biologi dengan Model
52

Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat dengan Model Pembelajaran Sains


lebih baik daripada dengan Model Teknologi Masyarakat lebih baik dari
Pembelajaran Langsung. 2) Keterampilan pada dengan Model Pembelajaran
berpikir kreatif antara siswa yang belajar Langsung.

Tabel 2. Persentase Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa


Persentase Peningkatan Pemahaman Konsep (%)
No Indikator
Kelas Eksperimen Kelas Konntrol
1 Menafsirkan 23 22
2 Memberikan contoh 59 22
3 Mengklasifikasikan 6 6
4 Meringkas 59 28
5 Menarik inferensi 77 6
6 Membandingkan 53 56
7 Menjelaskan 52 11
(Sumber: Dok Pribadi, 2017)

Untuk lebih mengetahui pemahaman pada tes akhir (posttest) mengalami


konsep siswa, maka dilakukan analisis peningkatan dari tes awal (pretest) baik di
terhadap indikator-indikator pemahaman kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.
konsep. Namun peningkatan pemahaman konsep di
Analisis peningkatan pemahaman kelas eksperimen lebih tinggi daripada di
konsep di kelas eksperimen, indikator kelas kontrol. Rata-rata persentase
menarik inferensi merupakan indikator peningkatan pemahaman konsep di kelas
yang mengalami peningkatan paling tinggi eksperimen sebesar 48,2% sedangkan di
yaitu 77% dan indikator kelas kontrol sebesar 29,2%. Hal ini
mengklasifikasikan merupakan indikator sejalan dengan penelitian Aikenhead
yang mengalami peningkatan paling (2005), yang menyatakan bahwa siswa
rendah yaitu hanya 6% saja. Sedangkan dengan pembelajaran Sains Teknologi
analisis di kelas kontrol, indikator Masyarakat tampak jelas menunjukkan
membandingkan merupakan indikator yang pengaruh makin baik yang signifikan
mengalai peningkatan paling tinggi yaitu terhadap tes hasil belajar sains
56% dan indikator menarik inferensi dan dibandingkan siswa dengan pembelajaran
mengklasifikasikan merupakan indikator konvensional.
yang mengalami peningkatan paling Perbandingan peningkatan persentase
rendah yaitu hanya 6% saja. ketuntasan indikator pemahaman konsep di
Berdasarkan analisis indikator yang kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat
telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa dilihat pada Gambar berikutt ini (%):
setiap indikator pemahaman konsep siswa
77
80
59 59
53 56 52
60
40 23 22 28
22
6 6 6 11
20
0
1 2 3 4 5 6 7

Kelas Eksperimen Kelas Konntrol

Gambar 2. Persentase Ketuntasan Indikator Pemahaman Konsep di Kelas Eksperimen dan


Kelas Kontrol
(Sumber: Dok Pribadi, 2017)
53

Untuk melihat hubungan antara Berdasarkan observasi yang telah


model pembelajaran dengan pemahaman dilaksanakan diperoleh data sebagai
konsep siswa maka dilaksanakan observasi berikut:
keterlaksanaan model yang diterapkan
yaitu model pembelajaran Sains Teknologi
Masyarakat (STM). Pengamatan dilakukan
pada kegiatan guru dan kegiatan siswa.

Tabe 3. Kegiatan Pembelajaran Model Sains Teknologi Masyarakat (STM) pada Kelas
Eksperimen
No Tahap Model Pembelajaran STM Ada Tidak Ada
1 Invitasi √ -
2 Pembentukan Konsep √ -
3 Aplikasi Konsep √ -
4 Pemantapan Konsep -

5 Evaluasi -

(Sumber: Dok Pribadi, 2017)

Dalam penelitian ini model ekosistem sungai? dan siswa


pembelajaran STM yang digunakan adalah mengemukakan pendapat mengenai
model pembelajaran yang dikembangkan masalah pada kehidupan nyata tersebut
oleh Poedjiadi (2010), dengan sintaks yang telah disajikan dalam LKS. Pada
sebagai berikut, fase 1 (tahap invitasi); fase tahap ini indikator pemahaman konsep
2 (tahap pembentukan konsep); fase 3 yang muncul yaitu indikator menjelaskan
(tahap aplikasi konsep atau penyelesaian (explaining) dan indikator memberikan
masalah); fase 4 (tahap pemantapan contoh (exemplifying). Siswa berusaha
konsep); fase 5 (tahap penilaian). Melalui menjelaskan tentang kerusakan ekosistem
sintaks model pembelajaran STM siswa sungai dan siswa berusaha memberikan
dimungkinkan dapat menumbuhkan contoh komponen ekosistem apa saja yang
pemahaman konsep. hidup di di dalam sungai.
Model pembelajaran Sains Teknologi Pada tahap ini siswa dituntut untuk
Masyarakat (STM) memberikan berpikir secara kreatif mengemukakan isu-
kesempatan kepada peserta didik dalam isu sains yang diungkapkan, serta
memahami materi. Hal ini berdasarkan menganalisis keterkaitan dengan materi
pada karakteristik model pembelajaran yang diajarkan. Pada model pembelajaran
Sains Teknologi Masyarakat (STM) yang STM sangat mempertimbangkan
memiliki tahapan secara sistematik untuk pengetahuan awal siswa dan memberikan
menuntut peserta didik mengkontruksi peluang bagi siswa untuk mengungkap
sendiri pengetahuan yang mereka atau menjelaskan gagasan-gagasannya.
dapatkan. Berdasarkan data hasil observasi Menurut Poedjiadi (2010), pengetahuan
yang telah diperoleh, dapat dilihat pada awal merupakan pengetahuan,
proses pembelajaran selama tiga kali keterampilan dan kemampuan yang dibawa
pertemuan bahwa tahap-tahap dari model oleh siswa ke dalam proses pembelajaran.
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Gagasan siswa merupakan pengetahuan
(STM) telah terlaksana. pribadi yang dibangun melalui proses
Tahap pertama model pembelajaran informal dalam proses memahami
Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu pengalaman sehari-hari. Belajar bukan
invitasi, guru memberikan kesempatan dipandang sebagai transmisi informasi atau
kepada siswa untuk mengemukakan pengisian bejana kosong, tetapi lebih
pendapat tentang kerusakan ekosistem sebagai suatu proses pengkontruksian aktif
sungai dan komponen apa saja penyusun
54

pada basis konsepsi-konsepsi yang telah antara komponen abiotik dan komponen
ada yaitu berupa pengetahuan awal siswa. biotik dalam ekosistem. Guru membimbing
Tahap kedua pembentukan konsep, siswa untuk membuat produk sederhana,
pada pertemuan pertama guru dan dengan bimbingan guru siswa
mengarahkan siswa untuk mendefinisikan membuat filter air sederhana bersama
pengertian ekosistem, mengarahkan siswa kelompok. Pada tahap ini indikator
untuk mengidentifikasi komponen abiotik pemahaman konsep yang muncul yaitu
dan biotik ekosistem, mengarahkan siswa menjelaskan (explaining), siswa berusaha
untuk mengidentifikasi populasi dan menjelaskan hubungan antara komponen
komunitas dalam ekosistem dan pada abiotik dan komponen biotik ekosistem
pertemuan kedua guru mengarahkan siswa yang saling mempengaruhi. Pemahaman
untuk mendeskripsikan hubungan antara konsep pada tahap ini membentuk siswa
komponen biotik dan abiotik, mengarahkan dalam mengatur dan mensintesis informasi
siswa untuk menggambar rantai makanan, yang mereka kembangkan dalam
jaring makanan dan piramida makanan dan kehidupan sehari-hari.
mengarahkan siswa untuk menggambarkan STM merupakan suatu inovasi
pola interaksi mahluk hidup. Pada tahap ini pembelajaran yang dirancang untuk
indikator pemahaman konsep yang muncul membantu siswa memahami teori secara
yaitu, indikator menafsirkan mendalam melalui pengalaman belajar
(interprenting), memberikan contoh praktik empirik serta dapat
(exemplifying), mengklasifikasikan mengaplikasikannya ke dalam teknologi.
(classifying), membandingkan (comparing) Kegiatan pembelajaran yang seperti ini
dan menjelaskan (explaining). Karena pada tentunya lebih membuat siswa bergairah
tahap ini siswa berusaha menafsirkan dan termotivasi untuk belajar. Hal ini
gambar rantai makanan, jaringan makanan sejalan dengan pendapat Slameto (2003),
dan piramida makana. Siswa berusaha motivasi yang kuat sangat diperlukan
memberikan contoh komponen penyusun dalam belajar karena dapat lebih
ekosistem dalam beberapa macam mendorong siswa agar dapt belajar dengan
ekosistem yang disajikan dalam LKS dan baik, dengan berpikir dan memusatkan
berusaha memberikan contoh satuan dalam perhatian, merencanakan dan
ekosistem. Siswa berusaha melaksanakan kegiatan yang menunjang
membandingkan dan mengklasifikasikan belajar.
komponen abiotik dan komponen biotik Tahap keempat model pembelajaran
ekosistem. Siswa berusaha menjelaskan Sains Teknologi Masyarakat yaitu
hubungan antara konmponen ekosistem pemantapan konsep, guru meluruskan
dan pola interaksi dalam ekosistem. kesalahan dan pemahaman serta
Pada tahap ini siswa berusaha memberikan penguatan pada materi yang
memahami pemaparan tentang materi sedang dipelajari dan siswa mendengarkan
pembelajaran yang di sajikan dalam LKS penjelasan guru serta mengoreksi
dan literatur lainnya. Menurut pandangan pemahaman yang salah. Pada tahap ini
konstruktivisme bahwasannya keterlibatan indikator pemahaman konsep yang muncul
aktif siswa dalam pembelajaran menjadi yaitu indikator meringkas (summarizing)
titik tolak penting dalam mengkonstruksi dan indikator menarik inferensi (inferring).
pemahaman. Hal ini sejalan dengan Siswa berusaha meringkas poin-poin
penelitian Agustini dkk (2013) yang umum yang dijelaskan guru dan siswa
menyatakan bahwa siswa yang dituntut berusaha menarik kesimpulan dari
untuk terlibat aktif dalam pembelajaran pembelajaran yang telah dipelajari.
dapat mengembangkan pemahaman materi Pada sintaks model pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan penguasaan Sains Teknologi Masyarakat fase keempat
konsep. ini, guru meluruskan jika kemungkinan ada
Tahap ketiga aplikasi konsep, guru miskonsepsi selama kegiatan belajar
membimbimbing siswa untuk berlangsung, karena konsep-konsep kunci
menggunakan konsep tentang hubungan yang ditekanan pada akhir pembelajaran
55

akan memiliki retensi lebih lama dibanding menjawab soal posttest untuk mengukur
dengan jika tidak dimantapkan atau pemahaman konsep siswa yang meliputi
ditekankan oleh guru pada akhir indikator pemahaman konsep yaitu
pembelajaran. Hal ini sejalan dengan menafsirkan (interprenting), memberikan
penelitian Walid (2011) yang menyatakan contoh (exemplifying), mengklasifikasikan
bahwa salah satu faktor yang (classifying), meringkas (summarizing),
mempengaruhi pemahaman konsep yaitu menarik inferensi (inferring),
umpan balik, yang dapat menyediakan membandingkan (comparing) dan
informasi terhadap kebenaran atau menjelaskan (explaining). Berdasarkan
kesalahan hipotesis yang digunakan alur sintaknya, model pembelajaran Sains
individu. Teknologi Masyarakat (STM) memiliki
Tahap kelima evaluasi, guru pengaruh yang baik dalam meningkatkan
memerintahkan siswa untuk menyimpan pemahaman konsep siswa.
semua buku, lalu guru meminta siswa
56

KESIMPULAN [9] Mukminan. (2014). Tantangan


Berdasarkan hasil penelitian dapat Pendidikan Abad 21. Makalah
disimpulkan bahwa penerapan model Seminar Nasional Teknologi
pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Pendidikan Universitas Negeri
(STM) berpengaruh secara signifikan Surabaya.
terhadap kemampuan pemahaman konsep [10] Poedjiadi, A. (2010). Sains
siswa. Hasil uji-t data posttest
Teknologi Masyarakat. Bandung: PT
menunjukkan bahwa sig thitung = 0,000 < Remaja Rosdakarya.
0,05. Nilai N-Gain menunjukkan
kemampuan pemahaman konsep lebih [11] Samarabawa. Arnyana. Setiawan.
tinggi di kelas eksperimen 0,70 termasuk (2013). Pengaruh Model
kategori tinggi, sedangkan kelas kontrol Pembelajaran Sains Teknologi
termasuk kategori rendah dengan nilai N- Masyarakat terhadap Pemahaman
Gain 0,25. Konsep Biologi dan Keterampilan
Berpikir Kreatif Siswa SMA. E-
DAFTAR PUSTAKA Journal Program Pascasarjana
[1] Agustini, D., Subagia, I. W., Universitas Pendidikan Ganesha
Suardana, I. N. (2013). Pengaruh Program Studi IPA. Vol 3.
Model Pembelajaran Sains [12] Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-
Teknologi Masyarakat (STM) Faktor yang Mempengaruhinya.
terhadap Penguasaan Materi dan Jakarta: Rineka Cipta.
Keterampilan Pemecahan Masalah
Siswa pada Mata Pelajaran IPA di [13] Septiawan. Arini. Sudatha, W.
MTs. Negeri Patas. E-Journal (2014). Penerapan Model
Program Pascasarjana Universitas Pembelajaran Sains Teknologi
Pendidikan Ganesha Program Studi Masyarakat (STM) Berbantuan
Pendidikan Sains. Volume 3. Media Audio Visual untuk
Meningkatkan Hasil Belajar IPA
[2] Aikenhead, G. S. (2005). Research pada Siswa Kelas V Semester Ganjil
into STS Science Education. di SD Negeri 2 Sudaji, Kecamatan
Education Quimica. No. 16. Sawan, Kabupaten Buleleng Tahun
[3] Al-Tabany, T. I. B. (2015). Pelajaran 2013/2014. Jurnal Mimbar
Mendesain Model Pembelajaran PGSD Universitas Pendidikan
Inovatif, Progresif, dan Kontekstual. Ganesha Jurusan PGSD. Vol 2. No
Jakarta: Prenadamedia Group. 1.
[4] Anderson, L. W., Krathwohl, D. R. [14] Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
(2015). Kerangka Landasan untuk Kombinasi (Mixed Methods).
Bandung: Alfabeta.
Pembelajaran, Pengajaran dan
Asesmen. Yogyakarta: Pustaka [15] Sujarweni, V. W. (2015). SPSS untuk
Pelajar. Penelitian. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press.
[5] Arikunto, S. (2009). Manajemen
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. [16] Walid, M. F. (2011). Kemampuan
Siswa dalam Memahami Konsep
[6] __ , S. (2010). Manajemen
Materi dan Perubahan dalam
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Pembelajaran Kimia Materi Pokok
[7] Hasan, I. D. (2011). Pokok-pokok Hukum-Hukum Dasar Kimia Studi
Materi Statistik I Edisi 5. Jakarta: PT pada Siswa Kelas X Semester I SMK
Bumi Aksara. Askhabul Kahfi Semarang, dalam htt
[8] Hasbullah. (2013). Dasar-Dasar p://library.walisongo.ac.id/digilib/do
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Perss. wnload.php?id=20596. Diakses 05
Desember 2016.
57

[17] Yager, R. E. (1992). The Status of


Science - Technology - Society
Reform Efforts around the World.
International Council of Assoclations
for Science Education. Icase
Yearbook

You might also like